BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Setiap manusia

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Konteks Masalah
Setiap manusia memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri, tidak ada
manusia yang sama persis. Sekalipun orang itu terlahir secara kembar, mereka
tidak ada yang memiliki ciri fisik dan psikis yang sama. Begitu juga dengan
karakteristik yang khas. Karakteristik yang khas dari seseorang ini sering disebut
dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang membedakan dirinya
dengan yang lain. Perbedaan individu dengan individu lainnya ialah konsep diri.
Menurut Charles Horton Cooley, kita sering membayangkan diri kita
sendiri sebagai orang lain dalam benak kita. Cooley menyebut gejala ini lookingglass self (diri cermin). Diri cermin ialah seakan-akan kita menaruh cermin di
depan kita. Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain
kita melihat sekilas diri kita seperti dalam cermin. Misalnya, kita merasa wajah
kita jelek. Kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan
kita, kita pikir mereka menganggap kita tidak menarik. Ketiga, kita mengalami
perasaan bangga , kecewa, sedih atau malu karena suatu hal yang berhubungan
dengan emosi kita (Rakhmat, 2005: 99). Pernyataan tersebut menunjukan bahwa
setiap individu ingin diakui keberadaan mereka. Bagaiamana agar kita diakui
keberadaan kita dengan lingkungin sekitar? Ya, dengan cara berkomunikasi.
Sebagai makhluk sosial, kita merasa perlu berhubungan dengan orang lain. Kita
memerlukan hubungan dan ikatan emosional dengan mereka juga pengakuan
mereka atas keberadaan dan kemampuan kita.
Stephen Littlejohn dan Karen Foss dalam bukunya Theories of Human
Communication (2005) mengungkapkan berbagai teori komunikasi penting yang
membahas individu sebagai komunikator melihat individu dalam empat topik
yaitu: Bagaimana sifat individu? Bagaimana individu berpikir dan mengetahui?
Bagaimana individu memandang dirinya (konsep diri)? dan bagaimana
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menentukan identitas individu? (Morissan, 2013: 66). Berdasarkan keterangan
diatas mengacu pada konsep diri bahwa kepribadian seseorang bisa dilihat dari
cara
dia
berkomunikasi.
menyampaikan
pesan
Ketika
kepada
dia
menjadi
komunikannya
komunikator,
dalam
sebuah
dia
akan
komunikasi
interpersonal dimana komunikasi interpersonal ini dilakukan oleh pribadi-pribadi
yang menjadi asal dan sumber pesan juga menjadi asal dan sumber umpan balik.
Karena itu kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh kelancaran dan
keberhasilan komunikasi. Dari kepribadian itu ada dua hal yang mempengaruhi
mutu komunikasi interpersonalnya, yang pertama sikap terhadap orang yang
berkomunikasi dan yang kedua sikap terhadap diri sendiri. (Hardjana, 2003: 94)
Adapun sikap yang harus kita perhatikan terhadap orang lain ketika kita
berkomunikasi yaitu: menerima mereka apa adanya, menghargai keunikan mereka
serta peran hidup yang mereka pegang dan laksanakan, menghormati mereka
sebagai pribadi dan tidak menghina mereka atas dasar ideologi, keyakinan,
kepercayaan, ras dan agama atau SARA. (Hardjana, 2003: 95). Hal tersebut
menerangkan bahwa dengan sikap seperti itu kita dapat berkomunikasi dengan
mereka secara hormat, tulus dan saling memahami. Sedangkan sikap yang harus
kita perhatikan terhadap diri sendiri ketika berkomunikasi ialah apa yang ada pada
diri kita sendiri. Karena apa yang kita sampaikan dan bagaimana kita
menyampaikannya ditentukan oleh diri kita sendiri. Satu hal yang dapat
mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain ialah konsep diri
kita atau self-concept. Konsep diri adalah bagaimana kita melihat diri kita,
mengetahui diri kita dan apa yang kita inginkan terhadap diri kita. (Hardjana,
2003: 95)
Konsep diri mencakup 3 hal, yang pertama gambaran diri atau self- image
dimana gambaran ini berbentuk dari pemikiran kita berdasarkan peran hidup yang
kita pegang, watak, kemampuan dan kecakapan. Gambaran diri kita dapat bersifat
positif dan negatif. Yang kedua penilaian diri atau self-evaluation tentang harga
diri kita (self-esteem), jika kita menilai rendah maka kita akan mendapat harga diri
yang rendah. Ketiga, cita-cita diri atau self-ideal tentang mau jadi apa kita di
kemudian hari tanpa memperhatikan apakah kita mempunyai gambaran diri positif
Universitas Sumatera Utara
atau negatif dan harga diri yang tinggi atau rendah. (Hardjana, 2003: 96).
Penjelasan tersebut sudah jelas bahwa keberhasilan komunikasi interpersonal
tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan kecakapan komunikasi interpersonal,
tetapi juga oleh mutu kepribadian orang yang terlibat dalam komunikasi.
Berdasarkan uraian di atas tentang sikap kita terhadap orang lain dalam
berkomunikasi salah satunya kita harus menghormati mereka sebagai pribadi
tanpa memandang SARA / agama dan ras yang mereka punya. Ada satu kasus
yang terjadi di media sosial Twitter pada tanggal 10 Januari 2013 tentang Farhat
Abbas seorang pengacara ditangkap polisi karena berkicau mengenai SARA.
Status tweet yang dia buat dalam akun twitternya @farhatabbaslaw ialah:
“Ahok sana sini protes plat pribadi B 2 DKI dijual polisi ke orang umum katanya!
Dasar
Ahok
plat
aja
diributin!
Apapun
plat
nya
tetap
C***!”
(http://www.tribunnews.com/). Hal ini terkait tweet pengacara tersebut mengenai
Wakil Gubernur DKI, Ahok, dan dianggap menyinggung masalah suku, agama,
ras dan antar golongan (SARA).
Farhat Abbas dilaporkan oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, Anton Medan karena dirasa melecehkan
orang China. Kasus ini berawal dari tweet Farhat Abbas yang menghubungkan
tentang prosesi jual beli plat nomor di Kepolisian, dan sosok Ahok sebagai orang
China. Farhat mengaku kaget ditetapkan sebagai tersangka. Demikian terkait
kasus ini, pengacara tersebut mengaku sudah meminta maaf kepada Ahok dan
Anton Medan (http://posterkini.blogspot.com/). Kasus ini mencerminkan tentang
seorang pengacara yang kurang berhati-hati menempatkan dirinya ketika ia
berkomunikasi pada satu situs media sosial twitter. Twitter adalah ruang publik
yang setiap orang dapat membacanya. Kasus ini mengajarkan kita bahwa ketika
kita menyampaikan sebuah pesan komunikasi baik itu di media sosial
twittersekalipun, kita harus bisa menempatkan diri kita lebih bijak dan hati-hati
jangan sampai melukai perasaan orang lain seperti kasus Farhat Abbas tersebut.
Adapun pengaruh konsep diri pada komunikasi interpersonal. Konsep diri
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam melakukan komunikasi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
interpersonal. Karena perilaku seseorang mencerminkan itulah konsep dirinya.
Hubungan konsep diri dengan perilaku dapat disimpulkan oleh para ahli berpikir
positif yaitu: “you don’t think what you’are, you are what you think.”
(Rakhmat, 2005: 104). Pernyataan tersebut dapat diambil contoh bila
seorang mahasiswa menganggap dirinya cerdas, ia tidak segan berbagi ilmu
tentang materi perkuliahan kepada teman-temannya, menjawab setiap pertanyaan
dengan baik yang telah dosen berikan di depan kelas, dan mau membantu
temannya dalam mengerjakan tugas kampus yang sulit dipahami sehingga
terbentuklah kepribadiannya di mata teman-teman dan dosennya seorang
mahasiswa yang berperilaku baik dan pintar. Keberhasilan komunikasi
interpersonal sangat bergantung pada kualitas konsep diri seseorang, apakah ia
termasuk konsep diri yang positif atau negatif.
William D. Brooks dan Philip Emmert mengemukakan bahwa ada 4 tanda
individu yang memiliki konsep diri negatif. Pertama, dia sensitif pada sebuah
kritikan. Individu yang seperti ini tidak suka dikritik sehingga jika ada orang yang
mengkritik emosinya kerap kali memuncak, mudah marah dan mudah
tersinggung. Kedua, bersikap responsif terhadap pujian. Individu seperti ini
menerima pujian secara berlebihan , dia merasa setiap tindakan yang dia buat
perlu mendapatkan penghargaan. Ketiga, mempunyai sikap hiperkritik atau suka
mengkritik negatif secara berlebihan terhadap orang lain. Keempat, individu yang
berkonsep diri negatif cenderung merasa tidak disenangi orang lain, dia merasa
tidak diperhatikan karena itu dia mengganggap orang lain adalah musuhnya.
Kelima, bersikap pesimis terhadap kompetisi yang artinya dia merasa kurang
mampu dalam berinteraksi dengan orang lain. (Rakhmat, 2005: 105)
Konsep diri yang positif ditandai dengan 5 hal yaitu merasa mampu
mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa
malu, menyadari setiap orang mempunyai perasaan, keinginan dan perilaku yang
berbeda-beda, dan mampu memperbaiki dirinya (Rakhmat, 2005: 105). Hal
tersebut menyatakan bahwa setiap individu dapat saja menyadari keadaannya atau
identitas yang dimilikinya akan tetapi yang lebih penting adalah menyadari
Universitas Sumatera Utara
seberapa baik atau buruk keadaan yang dimiliki serta bagaimana harus bersikap
terhadap keadaan tersebut.
Kita dapat mengambil satu kasus dari Farhat Abbas pada akun media
sosial twitternya , ya kenapa harus Farhat Abbas lagi? Karena menurut fakta yang
ditemukan di media sosial twitter Farhat Abbas selalu mendapat komentar miring
dari para followersnya. Farhat Abbas selalu membuat kritikan pada akun
twitternya tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan tetapi dia selalu
mencari pembelaan terhadap dirinya bila mendapat kritikan dari para followers
twitternya. Hal tersebut menyatakan bahwa farhat mempunyai tanda-tanda konsep
diri negatif. Contoh kasus ini diambil dari website situs liputan6.com. Pengacara
muda Farhat Abbas ternyata merasa prihatin dengan insiden 'pemukulan' yang
menimpa Febriani yang dilakukan oleh pejabat daerah, salah satu pramugari milik
maskapai penerbangan Sriwijaya.
Insiden tersebut terjadi ketika akan mendarat di Bandar Udara Depati,
Bangka Belitung, dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Kamis 6 Juni
2013. Kepala Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Bangka
Belitung, Zakaria Umar Hadi marah dan memukul Febriani dengan Koran ke
bagian pipinya. Saat itu Hadi masih menggunakan handphone ketika pesawat
hendak take off dan landing. Saat itu Febriani sudah menghampiri untuk
mengingatkan berulang kali agar tidak mengaktifkan handphone karena sudah
menjadi bagian dari tugas para pramugari dan pramugara untuk menjaga
keselamatan dan kenyamanan penumpang. Namun Farhat bukan membela sang
pramugari, Farhat justru membela orang yang salah dan mengkritik insiden
tersebut dalam akun twitternya. Baginya, jalur hukum yang ditempuh Febriani
untuk memperkarakan Hadi sangatlah berlebihan.
Farhat membuat beberapa tweet mengenai peristiwa tersebut. Berikut tiga
tweet yang membuat farhat mendapat komentar miring dari status yang dia buat di
akun twitternya @farhatabbaslaw: 1) “Main HP/ Nelpon Di pesawat ! Gak pa pa
dan gak bikin pesawat jatuh ! Hanya bikin pramugari sewot doang ! Hanya bikin
penumpang dipenjara." , 2) “Kalo gue pemilik Sriwijaya air ! Gue akan Pasang
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
badan agar penumpang gue gak dipenjara ! Pramugari yang gak sopan gue pecat
!” , 3) "Atas langit gak ada signal HP! Bagaimana bisa Nelpon! Kecuali HP
satelit! Jangan emosi! Gue cuma membuat wacana ! Gue hanya sedih penumpang
dipenjara!" Begitulah respon dari Farhat ketika menjawab beberapa kritik yang
menerpanya http://showbiz.liputan6.com/. Dari kasus tersebut, terlihat bahwa
Farhat mempunyai konsep diri negatif karena suka mengkritik orang lain, pribadi
yang tidak suka dikritik senang sekali menghujani kritikan negatif secara
berlebihan kepada orang lain. Jika dilihat dari banyaknya komentar miring
terhadap Farhat bahwa Farhat selalu bermasalah dengan lingkungan sosialnya.
Pribadi yang memiliki konsep diri negatif merasa kurang mampu berinteraksi
dengan orang lain sehingga banyak orang yang tidak menyukai dia.
Di Era globalisasi ini media internet sudah tidak asing lagi, Kita dapat
berinteraksi dengan orang-orang sekitar, mendapatkan informasi yang kita
inginkan, bahkan kita dapat mengeksplorasikan diri kita melalui media sosial.
Media sosial bukanlah istilah asing bagi masyarakat di Kota Medan. Kota Medan
sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia dan merupakan kota terbesar di pulau
Sumatera yang perkembangan teknologi komunikasinya dikatakan pesat saat ini.
Sebagian besar masyarakatnya telah menggunakan teknologi untuk berkomunikasi
terutama kaum intelek seperti mahasiswa FISIP Ilmu Komunikasi di Universitas
Sumatera Utara. Perkembangan teknologi komunikasi bukanlah hal yang baru
bagi
mahasiswa
komunikasi
yang
setiap
hari
mempelajari
dan
mengikutiperkembangan tersebut. Selain itu, perkembangan teknologi komunikasi
merupakan salah satu bidang kajian di dalam perkuliahan. Media sosial adalah
sebuah media online yang penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi
dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial (update status, chatting, forum,
share moments) dan dunia virtual. Blog dan jejaring sosial merupakan bentuk
media sosial yang paling umum digunakan oleh banyak orang khususnya
mahasiswa.
Perkembangan teknologi komunikasi dari media sosial tersebut dapat
diambil salah satu contoh dari media sosial itu sendiri yaitu Twitter. Siapa yang
tidak tahu twitter? Twitter adalah sebuah jaringan informasi yang terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
pesan 140 karakter yang disebut Tweet. Hal ini adalah sebuah cara baru yang
mudah untuk menemukan berita terbaru atau apa yang sedang terjadi terutama
yang berkaitan dengan hal-hal yang kita gemari. Twitter berisi informasi yang kita
anggap berharga. Pesan atau status yang dikemukakan dari pengguna akun twitter
akan muncul di beranda / timeline untuk kita baca. Hal tersebut menerangkan
bahwa twitter bagaikan sebuah koran yang berita utamanya selalu menarik untuk
dibaca. Topik pemberitaan pada saat ini akan lebih cepat kita ketahui dan
mendapatkan
informasi
langsung
(https://support.twitter.com/groups/).
dari
Melalui
narasumber
twitter,
secara
aktual
terciptalah
sebuah
komunikasi interpersonal dengan para pemilik akun twitter yang telah menjadi
following ataupun follower seseorang. Pengguna twitter mempunyai alasan
tersendiri mengapa mereka memilih twitter sebagai media sosial yang harus
mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Media sosial twitter dapat memberikan makna yang positif bila digunakan
dengan cara yang baik dan benar. Mengapa demikian? Jika seseorang memberikan
informasi di twitternya, maka pengikutnya akan mendapatkan informasi tersebut.
Informasi yang diberikan biasanya berupa pendidikan, kesehatan, peristiwa yang
sedang hangat dibicarakan dan lain-lain yang tentunya mempunyai manfaat yang
sangat besar bagi khalayak luas. Twitter juga dapat memberikan makna yang
negatif jika orang yang menggunakannya tidak sesuai dengan perilaku mereka
karena twitter dapat menjadi media yang pas dalam membicarakan hal negatif
orang lain. Semuanya kembali lagi pada diri individu yang menggunakannya
apakah dia menggunakan media sosial twitter dengan baik dan benar tanpa
merugikan orang lain atau tidak.
Media sosial twitter sampai saat ini masih populer dan penggunanyapun
mulai dari remaja, dewasa dan orang tua bahkan para orang-orang popular pun
menggunakan media sosial Twitter. Hampir setiap orang yang mengakses internet
memiliki akun Twitter. Mereka menikmati berpikir, mengeksplorasi pikiran dan
perasaan mereka. Namun berkomunikasi di media sosial twitter juga harus
berhati-hati dan mempunyai etika jangan sampai terjerat hukum dan dikucilkan
masyarakat seperti kasus Farhat Abbas. Jadi, ada pentingnya kita menjaga sikap
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kita dengan orang lain ketika sedang berkomunikasi. Hal ini tentunya tidak lepas
dari konsep diri seseorang.
Para pengguna twitter biasanya menulis status untuk mengisi “timeline”.
Kita dapat melihat aktivitas, isi hati yang sedang ia rasakan bahkan masalah dari si
pengguna twitter melalui akunnya tapi uniknya kita tidak dapat menilai
kepribadiannya lewat akunnya. Karena belum tentu di kehidupan nyata ia dapat
terbuka dengan orang lain seperti yang ia lakukan dengan akun twitternya. Twitter
bisa juga disebut sebagai ajang narsis/eksis atau membanggakan diri sendiri.
Dalam Twitterland (dunia twitter) jika kita ingin eksis dan dianggap ada di
lingkungan twitter, kita harus narsis atau aktif. Narsis artinya kita terlihat dimanamana termasuk di akun orang lain. Banyak upaya yang orang lakukan untuk
menjadi eksis dalam twitterland. Tetapi kita juga harus pintar-pintar bagaimana
cara menempatkan diri kita di twitterland tersebut khususnya follower kita tanpa
mengganggu mereka. Orang yang mengikuti kita (follower) adalah mereka yang
ingin mendapatkan manfaat dari setiap tweet yang kita buat sedangkan following
ialah user yang mengikuti pengguna lain. “Twitter is not about you, It’s about
your Follower”, bagaimana follower kita senang menerima tweet yang kita buat.
Itulah yang disampaikan oleh Ali Akbar dalam bukunya yang berjudul ‘Welcome
to Twitterland’ (Akbar, 2012: 16-17). Istilah follower dan following merupakan
hal yang sangat penting bagi beberapa orang karena, jika jumlahnya semakin
tinggi maka semakin dikenal juga akun twitternya.
Berdasarkan uraian dan contoh kasus di atas, peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Mahasiswa dan Media sosial Twitter, (Studi
Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Pengguna Media Sosial Twitter di FISIP Ilmu
Komunikasi USU Medan)”. Peneliti merasa tertarik melakukan penelitian di Ilmu
Komunikasi FISIP USU , seperti yang diketahui hal ini sangat sesuai dengan
bidang studi yang mereka pelajari pada Ilmu Komunikasi. Mahasiswa Ilmu
Komunikasi adalah mahasiswa yang juga mempelajari tentang cara berkomunikasi
yang baik dan benar. Peneliti ingin melihat dan mengetahui bagaimana konsep diri
mahasiswa ilmu komunikasi ketika mereka menempatkan dirinya dalam media
sosial twitter, konsep diri apa yang mereka miliki apakah konsep diri positif atau
Universitas Sumatera Utara
negatif, serta bagaimana makna media sosial twitter bagi mahasiswa FISIP Ilmu
Komunikasi USU.
1.2 Fokus Masalah
Berdasarkan konteks masalah yang telah di uraikan di atas, maka fokus
masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana konsep diri pengguna media
sosial Twitter di FISIP Ilmu Komunikasi USU Medan?"
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan untuk mencapai tujuan berikut:
1. Untuk mengetahui motivasi dan makna apa yang membuat
pengguna menggunakan media sosial Twitter.
2. Untuk mengetahui konsep diri pengguna media sosial Twitter.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas
pengetahuan dalam bidang ilmu Komunikasi, khususnya bagi
mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU Medan.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan
memperkaya khasanah serta mengembangkan penelitian ini tentang
Komunikasi Interpersonal, khususnya konsep diri pengguna media
sosial Twitter.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan
seseorang yang menggunakan media sosial Twitter dan dapat
menempatkan perilaku serta cara berkomunikasi di dunia maya
maupun di dunia nyata yang beretika.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Download