Pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi Terhadap Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi Oleh : Beni Kurniawan Abstract This research is instructed to analyse some factors influencing Performance Development, that is : Leadership and Communications. Research executed in SubProvince of Sukabumi. Method Research the used is survey method. this Research responder is entire/all Governmental aparatur of District, Branch On Duty Institution Mount District, Government officer Countrysides in District of Bantar Gadung and also member of BPD and of LPMD in District Of Bantar Gadung SubProvince of Sukabumi selected by using sampling random stratified counted 153 people. Instrument the used is Leadership instrument, Communications and Performance Development as according to his indicator. Hypothesis test done by using F-Test and t-Test. This Research result find that : First: there are positive influence of Leadership (X1) and Communications (X2) by together to Performance Development. (Y), determination coefficient R2 = 0,813 and regression equality Ŷ = 4,839 + 0,481X1 + 0,433X2; Second : There are positive influence of Leadership (X1) to Performance Development (Y); Third : There are positive influence of Communications (X2) to Performance Development. (Y). Pursuant to research result, please conclude that Performance Development can be improved to through the make-up of Leadership and make-up of Communications. Pendahuluan Manajemen penyelenggaraan pemerintahan saat ini telah bergeser dari pola sentralistik kepada desentralistik dimana titik berat pelaksanaan otonomi lebih berada di Kabupaten/Kota. Perubahan pola tersebut memberikan dampak bagi daerah, karena dengan kewenangan yang semakin bertambah menuntut kemampuan dan profesionalisme aparatur yang mampu menyelenggarakan manajemen pemerintahan dengan baik. Namun kondisi dan kenyataan yang ada saat ini kondisi aparatur saat ini masih jauh dari kondisi ideal yang diharapkan. Banyak hal yang selama ini terjadi dan sudah menjadi rahasia umum tentang kondisi rendahnya kinerja aparatur pemerintah saat ini. Mulai dari bentuk ketidakdisiplinan sampai dengan berbagai bentuk penyimpangan-penyimpangan lain baik secara langsung maupun tidak langsung telah merugikan negara dan masyarakat. Penciptaan kondisi ideal penyelenggaraan pemerintah yang saat ini tertuang dalam konsep kepemerintahan yang baik (good governance) bukanlah sebuah impian belaka tanpa realisasi, karenanya pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan saat ini memerlukan aparatur yang berkualitas dan Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 52 profesional terlebih lagi di tengah tuntutan serta kebutuhan masyarakat yang semakin luas dan kompleks. Dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dengan baik maka aparatur telah mampu menunjukkan sikap profesional. Sebagaimana diketahui bahwa pemerintahan adalah sebuah organisasi besar yang didalamnya terdapat berbagai elemen/unsur seperti: sumber daya manusia, sumber daya alam, peralatan, uang dan lain sebagainya. Namun dari kesemuanya itu faktor yang mempengaruhi dan menunjang keberhasilan organisasi pemerintahan adalah aparaturnya. Memang jika dilihat per individu, peran aparatur mungkin tidak memiliki arti yang besar namun jika dilihat secara keseluruhan maka akan terlihat betapa kinerja aparatur mempengaruhi kinerja organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas serta kinerja aparatur pemerintah dapat dilakukan dari dalam aparatur pemerintah tersebut. Kesediaan dan kemauan untuk melakukan perubahan dari diri sendiri akan menentukan kinerja yang lebih baik di masa datang. Selain dari dalam diri sendiri, kepemimpinan yang baik dapat mengarahkan orang lain untuk mau dan bekerja sama sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Seorang pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan jika ia berhasil menumbuhkan, menggunakan dan mengembangkan berbagai daya kepemimpinan. Tujuan praktis dari penelaahan keberhasilan organisasi mencapai tujuannya akan sangat bergantung pada kualitas kepemimpinan dari pemimpin pada organisasi tersebut. Kualitas kepemimpinan merujuk pada capacity dan ability seorang pimpinan dalam mempengaruhi perilaku seseorang dan atau sekelompok orang agar dapat secara konsisten dan kensekuen mendukung pencapaian tujuan bersama. Dengan demikian sangat dominan sekali peran kepala atau pemimpin, sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, ditentukan oleh hal kepemimpinan. Peningkatan kualitas serta kinerja aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya juga dipengaruhi oleh komunikasi yang tercipta. Proses komunikasi adalah proses yang melibatkan dua pihak atau lebih untuk menyamakan persepsi dan visi melalui pertukaran informasi. Dengan adanya komunikasi yang terjalin dengan baik maka akan terjadi persamaan informasi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. Teori Pemerintahan Negara terbentuk sebagai organisasi kemasyarakatan harus memenuhi beberapa persyaratan-persyaratan, diantaranya mempunyai wilayah tertentu dengan batas-batasnya, adanya rakyat, adanya pemerintahan, memiliki kedaulatan dan mendapatkan pengakuan dari negara-negara lain. Dalam negara akan berkuasa akal (ratio) sebagai ganti Tuhan, atas kesadaran bersama mereka mulai membuat aturan-aturan atau undangundang yang meyuruh dan melarang serta membatasi kemerdekaan untuk kepentingan orang lain. Segala keinginan untuk mementingkan diri sendiri Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 53 harus dihilangkan dahulu, bila kehidupan negara yang sungguh-sungguh sempurna, maka seluruh individu harus tunduk kepada keseluruhan. Untuk menjalankan tujuan negara, dibentuk pemerintah dari tingkat tertinggi sampai dengan yang terendah. Pemerintah menurut C.F.Strong dalam Suradinata (2008:5) memberikan definisi pemerintah atau government sebagai berikut : “Government in the broader sense, is change with the maintenance of the peace and security of state wirhin and without, it must therefore have first military power of making lawas, thirdly financial power or the ability to extract sufficient money from the community to defray the cost of defending of state and of enforcing the law it makes on the states behalf” (Pemerintah dalam arti luas adalah mempunyai kewenangan untuk memelihara kedamaian dan keamanan negara kedalam maupun keluar, oleh karena itu pertama harus mempunyai kekuatan tentara atau kemampuan mengendalikan angkatan perang, kedua harus mempunyai kekuatan legislatif dalam arti membuat undang-undang, ketiga harus mempunyai kekuatan finansial, yaitu kekuasaan untuk mengumpulkan atau menarik uang (pajak) dari masyarakat untuk menutupi pembiayaan dalam pemerintahan negara dan melaksanakan hukum untuk dan atas nama negara). Dari sudut sosiologi, pengertian pemerintahan menurut pendapat Ndraha (2007:6) adalah “Gejala sosial, artinya terjadi di dalam hubungan antar anggota masyarakat, baik individu dengan individu, kelompok dengan kelompok maupun antar individu dengan kelompok”. Mostesquieu seorang ahli filsafat dan ahli politik mengemukakan suatu teori mempunyai dampak luar biasa dalam pemerintahan di zaman modern ini. Bukunya oleh Thomas Nugen dengan judul sprit of laws, mengemukakan thesisnya sebagaimana dikutip oleh Rachmat Kusmiadi (2009:19) bahwa : Dalam suatu negara yang menjunjung tinggi kemerdekaan rakyatnya, maka kekuasaan negara harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga orang atau badan-badan yang berbeda-beda dan terpisahkan satu dengan yang lainnya scara berdiri dendiri tanpa pengaruh badan yang lainnya (independent) ketiga badan tersebut adalah : 1. Badan legislatif yang memegang kekuasaan untuk membuat undangundang. 2. Badan eksekutif, yang memegang kekuasaan untuk menjalankan undangundang. 3. Badan yudikatif yang memegang kekuasaan untuk mengadili jalannya pelaksanaan undang-undang. Pemikiran Montesquieu ini telah mempengaruhi jalannya pemerintahan di Eropa dan Amerika Serikat serta memberi insirasi baru bagi para negarawan untuk merubah jalannya praktek penyelenggaraan pemerintah menjadi lebih demokratis dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 54 Desentralisasi dalam sistem pemerintahan daerah menurut Suradinata (2009:4) : 1. Untuk mencegah bertumpuknya kekuasaan di pemerintahan pusat yang dapat menimbulkan pemerintahan tirani; 2. Untuk mengikutsertakan rakyat dalam kegiatan, dan mendidik rakyat menanamkan hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan pemerintahan; 3. Untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat; 4. Untuk mencapai pemerintahan yang efektif dan efisien; 5. Untuk mengantisipasi karena perbedaan faktor geografis, demografis, sosial, ekonomi dan kebudayaan; 6. Untuk melancarkan pembangunan sosial ekonomi. Pendapat Nicolai dalam bukunya Beginselen Van Behoorijk Bestuur (2000) yang dikutip Suradinata (2006:82) mengatakan beberapa prinsip kepatutan dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagai berikut : 1. Prinsip tentang perlakuan yang korek 2. Prinsip tentang penelitian yang seksama 3. Prinsip tentang prosedur keputusan yang seksama 4. Prinsip tentang keputusan yang bajik dan bijak 5. Prinsip tentang motivering yang jelas dengan argumentasi yang kuat 6. Prinsip tentang persamaan dan kesamaan 7. Prinsip tentang kepercayaan 8. Prinsip tentang pertimbangan yang masuk akal dan adil 9. Prinsip tentang penyalahgunaan wewenang 10. Prinsip tentang fair play. Teori Kepemimpinan Konsep kepemimpinan dalam arti terapan hingga kini agak sulit didefinisikan secara pasti dan berlaku umum. Bahkan diantara ahli teori manajemen dan politik modern sekalipun belum bisa memberikan definisi yang pasti mengenai kepemimpinan, terlebih yang mengacu kepada kelembagaan pemerintahan. Setiap ahli mencoba memberikan formulasinya sendiri mengenai esensi kepemimpinan. James A.F. Stoner dalam Husein Umar (2009 : 31) memberikan definisi kepemimpinan sebagai proses pengarahan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok. Hemhill & Coons dalam Gary Yuk (2009 : 2) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah perilaku dari seseorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (share goal). Menurut A. Dale Timpe (2000 : ix) bahwa kepemimpinan tidak sama artinya dengan manajemen; ia adalah suatu kemampuan yang lebih tinggi. Pemimpinlah yang menentukan ke mana arah bisnis, arah tujuan internal maupun eksternal dan menyelaraskan asset dan ketrampilan organisasi dengan kesempatan dan resiko yang dihadapkan oleh lingkungan. Pemimpin adalah ahli strategi yang menetapkan tujuan organisasi; sedang manajer memusatkan perhatian pada cara agar organisasi dapat mencapai tujuan itu. Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 55 Kepemimpinan akan mendapat tempat atau berarti jika ada keseimbangan, jika dia berada dalam kelompok dapat diterima dan diinternalisasikan atau dengan kata lain, kepemimpinan seseorang akan tampak jika ada kelompok orang yang digerakkannya, diarahkan untuk satu tujuan bersama dengan menerima legitimasi kehadiran pemimpin. Secara obyektif kepemimpinan seseorang akan tampak jika dia memiliki kemampuan intelijen, motivasi, percaya diri, dapat memberikan penilaian yang baik, dominasi, agresif, kelancaran berbicara dan karakteristik juga akan mempengaruhi kepemimpinan seseorang yang semakin menambah bobot kualitas, potensi dan kapabilitas kepemimpinan. Teori Komunikasi Berkomunikasi pada hakekatnya merupakan sebuah transaksi manusia dan pengaruh serta pentingnya kelakuan manusia dihadapi oleh setiap orang yang ingin berkomunikasi dengan fihak lain. Hal yang paling penting dalam usaha berkomunikasi adalah: bersikap sensitif terhadap kebutuhankebutuhan serta perasaan fihak lain. Komunikasi antara dua orang, yang tidak saling menghargai, akan mengalami kesulitan. Komunikasi merupakan sebuah alat, dan bukanlah tujuan. Ia memungkinkan proses manajemen dan berlaku sebagai pelumas bagi pelaksanaannya. Pengertian komunikasi dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi dalam pengertian umum dan pengertian secara paradigmatik. Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua segi , yaitu sebagai berikut : a. Pengertian komunikasi secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin “communicatio”, dan dari kata ini bersumber pada kata communis. Arti communis disini yaitu sama makna mengenai suat hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. b. Pengertian komunikasi secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan seseorang kepada orang lain. Sedangkan pengertian komunikasi menurut paragigmatik adalah komunikasi mengandung tujuan tertentu karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Menurut Gie (2002:59) : Komunikasi adalah penyampaian warta yang mengandung macammacam keterangan dari seseorang kepada orang lain. Dalam komunikasi itu sekaligus tercakup penyalinan secara cermat gagasangagasan dari seseorang kedalam pikiran orang lain, sehingga tercapai pengertian yang ditentukan atau menimbulkan tindakan-tindakan yang diharapkan. Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 56 1. 2. 3. 4. 5. Ada 5 macam tipe komunikasi manajerial, yaitu : Komunikasi formal yang mengikuti rantai perintah organisasi formal. Untuk komunikasi demikian, jalur transmisi telah digariskan, formatnya sudah ditetapkan dan ketentuan resmi mengikatnya. Komunikasi informal yang biasanya dinamakan pohon anggur. Kebanyakan manejer menggunakannya untuk melengkapi komunikasi formal. Mereka melakukannya dengan jalan menyelidiki bagaimana kelompok informal bekerja dalam organisasi yang bersangkutan, mengidentifikasi kaitan-kaitan pokok mereka dan menyediakan keterangan konstruktif kepada mereka. Pohon anggur tersebut dapat merupakan alat yang sangat efektif. Komunikasi non-formal. Ia disebabkan oleh kondisi yang tak disengaja daripada organisasi formal yang menyebabkan terjadinya tindakan secara tidak sengaja. Komunikasi non-formal bersifat efektif, ia hampir selalu terdapat pada sebuah kelompok besar yang bekerja sama dan ia cenderung bersifat kontinu serta permanen. Komunikasi teknis Komunikasi teknis digunakan oleh orang-orang yang bekerja dalam bidang yang sama. Contoh yang baik adalah : Komunikasi antara orangorang yang bekerja dengan alat komputer. Jenis komunikasi ini terspesialisasi, bersifat efektif dan agak terbatas. Komunikasi tentang prosedur-prosedur dan peraturan-peraturan. Komunikasi macam ini biasanya disajikan berupa sebuah buku pegangan tentang organisasi yang bersangkutan. Ia memberikan keternangan tentang kebijaksanaan-kebijaksanaan spesifik dan peraturan-peraturan dan bila mereka dapat diterapkan. Walaupun agak kaku, komunikasi macam ini membantu ke arah pencapaian efisiensi. Komunikasi juga sangat diperlukan untuk melakukan koordinasi dalam suatu organisasi. Pentingnya komunikasi untuk koordinasi dapat digambarkan dari kata-kata Priffner bahwa “Communication and coordination are insperable parts of administration”. Memang demikian halnya, karena tanpa komunikasi, koordinasi tak akan mungkin jalan dan tak akan mungkin dicapai karena komunikasilah yang menghasilkan koordinasi. Pendapat di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Croucer bahwa “Banyak kehidupan modern yang terhenti tanpa komunikasi” (2001:1). Porsepth dalam bukunya “Psikologi Populer Komunikasi Persuasif yang Berhasil” menyoroti tujuan dari komunikasi, yaitu : 1. Mendengarkan apa yang ingin kita sampaikan; 2. Memahaminya; 3. Menyetujuinya; 4. Mengambil tindakan; 5. Menerima umpan balik dari mereka. Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 57 Proses komunikasi menurut Lasswell dapat dirumuskan dengan pertanyaan sebagai berikut: 1. Who (siapa) 2. Says what (mengatakan apa) 3. In which channel (melalui saluran apa) 4. To whom (kepada siapa) 5. With what effect (dengan efek yang bagaimana). 1. 2. 3. 4. 5. Dengan kata lain, proses komunikasi mencakup unsur- unsur : Komunikator yaitu menyampaikan, mengatakan, menyiarkan pesan; Pesan, yaitu isi informasi (ide atau pendapat yang dikomunikasikan); Saluran (media atau alat yang dipergunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan); Komunikan (orang yang menerima pesan); Efek (pengaruh komunikasi yang dilakukan oleh komunikator terhadap komunikan). Wilbur Schramn dalam Effendy (2001:41-42) mengatakan bahwa agar komunikasi yang dilancarkan harus mempunyai syarat-syarat berikut : 1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan; 2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator sehingga sama-sama mengerti; 3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikasn dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut; 4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi, yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia gerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. Menurut Rakhmat (2006:317), himbauan pesan terdiri dari himbauan rasional, emosional, takut, ganjaran himbauan dan motivisional. Menggunakan himbauan rasional, artinya dengan pertanyaan atau dengan bahasa yang menyentuh emosi komunikan. Agar dapat membangkitkan emosi komunikan, Bettinghaus (dalam Rakhmat, 2006:319) mengemukakan sebagai berikut : 1. Gunakan bahasa yang penuh muatan emosional untuk melukiskan situasi tertentu; 2. Hubungan gagasan yang diajukan dengan gagasan yang tengah popular atau tidak popular; 3. Hubungan unsur-unsur visual dan non verbal yang membangkitkan emosi; 4. Tampakkan pada diri komunikator petunjuk non verbal yang emosional. Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 58 Teori Kinerja Banyak pemikiran yang menggambarkan pengertian kinerja yang pada umumnya adalah menggambarkan suatu hasil dari suatu proses pekerjaan. Dalam konteks ini Guilbert mengemukakan bahwa kinerja berkaitan dengan segala sesuatu yang telah dapat dikerjakan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya yang dipengaruhi oleh kondisi dari subjek yang melaksanakannya yaitu berupa sikap, pengetahuan dan keterampilan. Deskripsi dari dimensi kinerja dapat digambarkan ke dalam 3 (tiga) komponen, yaitu tujuan, ukuran dan penilaian. Tujuan dari ditentukannya suatu tujuan dari organisasi merupakan suatu strategi dalam rangka meningkatkan kualitas kinerja dari organisasi. Adapun tujuan tersebut akan menjadi acuan, arah dan pemahaman bagaimana individu harus bertindak dalam rangka mencapai tujuan organisasi sesuai dengan harapan. Disamping tujuan maka penentuan ukuran standar yang harus dicapai oleh masingmasing personil juga menempati posisi yang penting baik dalam penentuan standar pekerjaan yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif Oleh karena itu maka pengertian kemampuan aparatur pemerintah adalah serangkaian kemampuan administrasi para pegawai pemerintah, baik berupa capacity maupun ability untuk mancapai tujuan organisasi pemerintah. Dalam kaitan ini Siagian (2008: 49- 50) mengemukakan factor yang dapat dikaji dalam mengukur kinerja dari birokrat pemerintah, yaitu : a. Birokrasi yang menampilkan kinerja unggul dapat diuji dengan standar eksternal, adalah standar yang dituntut oleh masyarakat dan praktekpraktek kerja yang terjadi dalam berbagai organisasi diluar birokrasi pemerintahan dan bukan hanya standar internal. b. Kinerja yang nyatanya ditampilkan sedekat mungkin dengan kinerja potensial. Ini berarti bahwa peningkatan kinerja diarahkan pada pengurangan kesenjangan dan idealnya kesenjangan dapat dihilangkan. Dengan sasaran seperti ini, maka birokrasi akan terus meningkatkan kinerjanya. c. Harus diupayakan agar birokrasi tidak cepat puas, hal ini seiring tuntutan masyarakat yang semakin meningkat baik intensitas maupun frekuensinya. d. Dalam lingkungan birokrasi perlu ditumbuhkan dan dipelihara iklim persaingan yang positif. e. Peningkatan kinerja harus selalu dikaitkan dengan penerangan prinsip efisiensi. f. Organisasi dengan kinerja tinggi menjadi contoh bagi organisasi lain sekaligus sumber ide bagi mereka. g. Organisasi dengan kinerja tinggi mampu memenuhi prasyarat ideal yang dituntut oleh kondisi budaya organisasi itu berada dan bergerak. Selanjutnya seorang pemimpin dalam upaya meningkatkan kinerja bawahannya menurut Sedarmayanti (2009 151) dapat dilakukan dengan cara : 1. Mengklarifikasikan tanggung jawab 2. Mengidentifikasikan dan menyetujui sasaran dan standar kinerja. Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 59 3. meningkatkan motivasi dengan cara menambah pemahaman terhadap sasaran, mencapai sasaran dan imbal jasa yang dikaitkan dengan tujuan akhir. 4. Memberi tuntutan dan bantuan yang dapat mengembangkan kekuatan dan mengatasi kelemahan. 5. Menditeksi masalah dan memikirkan bagaimana mengatasinya. 6. Merencanakan peltihan dan pengembangan yang diperlukan. Uraian berikutnya Sedarmayanti (2009 :152) mengemukakan 4 (empat ) langkah dalam manajemen kinerja yaitu analisis kinerja, penilaian yang berorientasi pada hasil, penetapan sasaran, program peningkatan kinerja dan analisis imbal jasa. Sedangkan program peningkatan kinerja ditentukan oleh kebijakan pimpinan, yaitu dengan dengan cara : a. Motivasi dan membangun kelompok. b. Menuntun dan membina. c. Merekomendasikan atau menjalankan program pendidikan dan pelatihan serta pengembangan. d. Mengadakan konsultasi. Dalam kaitan kompensasi, Sedarmayanti (2009: 153) mengemukakan bahwa manajemen kinerja disertai dengan kesesuaian imbal jasa kepada karyawan sebagai sarana untuk mengakui tingkat pencapaian kinerja dan sebagai pendorong pekerja untuk bekerja lebih baik. Selain hal di atas, aspek- aspek dari manajemen organisasi yang perlu mendapat perhatian dalam proses peningkatan kinerja pegawai adalah sebagai berikut : a. Prosedur operasional dan standarisasi yang lengkap, jelas dan tegas sehingga mudah dilaksanakan dan dapat menjadi SOP (Standart Operasional Procedure) yang harus sederhana dengan keadaan di lapangan. b. Pendelegasian kekuasaan serta koordinasi yang jelas, dan mudah dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten, dengan sistem pengawasan melekat yang tegas. c. Efektivitas jumlah birokrasi pemerintahan harus dianalisis agar mendapatkan hasil yang optimal. d. Pendidikan dan pelatihan pegawai harus terus menerus diperlukan untuk meningkatkan wawasan, keterampilan dan kemampuan menejerial. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah beberapa penelitian yang secara teoritis dapat dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Ho : b1 = b2 = 0; tidak terdapat pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi secara bersama-sama terhadap Kinerja Pembangunan. Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 60 Hi : salah satu atau kedua bi 0; terdapat pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi secara bersama-sama terhadap Kinerja pembangunan. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima. 2. Ho : b1 = 0; tidak terdapat pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja pembangunan. Hi : b1 0; terdapat pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima. 3. Ho : b2 = 0; tidak terdapat pengaruh Komunikasi secara bersama-sama terhadap Kinerja pembangunan. Hi : b2 0; terdapat pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja pembangunan. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima. Peubah (Variabel) dan Pengukurannya Penelitian tentang pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi terhadap Kinerja pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi dilakukan dengan menggunakan Metode Survey. Penggunaan metode ini dikarenakan penulis bertujuan bukan saja menggambarkan konsep dan fakta yang ada, tetapi akan menganalisis dan menjelaskan hubungan antar pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi terhadap Kinerja melalui pengujian hipotesis. Dengan demikian metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik korelasi dan regresi. Dalam penelitian ini, Variabel bebas pertama adalah Kepemimpinan, yang merupakan skor yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan angket yang menggambarkan tingkat Kepemimpinan pegawai dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan serta dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Dengan demikian, dimensi untuk variabel bebas pertama ini adalah sebagai berikut: 1. Perhatian terhadap tugas Hal ini dapat diukur dengan indikator : a. Pembagian tugas b. Pendelegasian wewenang c. Pengendalian tugas 2. Perhatian terhadap bawahan Hal ini dapat diukur dengan indikator : a. Pemberian bimbingan b. Pemberian dorongan untuk berkompetisi c. Perhatian kebutuhan bawahan Variabel bebas kedua dalam penelitian ini adalah Komunikasi dan merupakan skor yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan angket yang menunjukkan tingkat Komunikasi pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 61 Davis dan Newstroom (2008:185-187) mengatakan bahwa : Menurut Gie (2002:59) : Komunikasi adalah penyampaian warta yang mengandung macammacam keterangan dari seseorang kepada orang lain. Dalam komunikasi itu sekaligus tercakup penyalinan secara cermat gagasangagasan dari seseorang kedalam pikiran orang lain, sehingga tercapai pengertian yang ditentukan atau menimbulkan tindakan-tindakan yang diharapkan. Dalam komunikasi ada persyaratan untuk terjadinya komunikasi, yaitu : 1. orang – menyampaikan pesan (komunikator) 2. pernyataan – didukung oleh lambang (pesan) 3. orang – menerima pesan (komunikan) 4. media - sarana/saluran (mendukung pesan) 5. efek (dampak dari pesan). Dengan demikian, dimensi untuk variabel bebas Kedua ini adalah : 1. Identitas diri Hal ini dapat diukur dengan indikator: a) Persepsi diri b) Citra diri c) Identitas diri 2. Hubungan dengan pihak lain Hal ini dapat diukur dengan indikator: d) Keterbukaan e) Percaya bawahan f) Simpati g) Empati h) Suportif i) Penyesuaian/pengakraban j) Hubungan antar pribadi Faktor- faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja adalah sebagai berikut : a. Pengamatan, merupakan proses penilaian dan melihat perilaku yang ditentukan oleh sistem pekerjaan. b. Ukuran, standar yang dipakai untuk melihat prestasi dari pegawai sesuai dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan. c. Pengembangan, yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi pegawai dalm mengatasi hambatan dan mendorong yang bersangkutan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang terdapat pada dirinya. Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 62 Dengan demikian, dimensi untuk variabel terikat ini adalah : 1. Perencanaan Hal ini dapat dinilai dengan indikator: a. Sumber daya manusia b. Biaya c. Teknologi d. Waktu 2. Realisasi target pembangunan Hal ini dapat dinilai dengan indikator: a. Pencapaian sasaran pembangunan b. Efektifitas c. Efisiensi d. Deviasi Berbagai variabel, dimensi dan indikator yang disebutkan di atas, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Variabel, Dimensi Dan Indikator Penelitian Butir Variabel Dimensi Indikator Pernyataan Kepemim1 Perhatian a. Pembagian tugas 1,2,3 pinan terhadap b. Pendelegasian wewenang 4,5,6 (X1) tugas c. Pengendalian tugas 7,8 2 Perhatian a. Pemberian bimbingan 9,10,11 terhadap b. Pemberian dorongan 12,13 bawahan untuk berkompetisi c. Perhatian kebutuhan 14,15 bawahan Komunikasi 1 Identitas diri 1 Persepsi diri 1,2 (X1) 2 Citra diri 3,4 2 Hubungan dengan pihak lain 3 Identitas diri 5 1 2 Keterbukaan Percaya bawahan 6 7,8 3 4 Simpati Empati 9,10 11 5 Suportif 12,13 6 Penyesuaian/pengakraban 14 7 Hubungan antar pribadi 15 Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 63 Variabel Dimensi Kinerja pem- 1 bangunan (Y) 2 Butir Pernyataan Sumber daya manusia 1,2 Biaya 3,4 Teknologi 5,6 Waktu 7,8 Pencapaian sasaran 9,10 pembangunan Efektifitas 11,12 Efisiensi 13,14 deviasi 15 Indikator Perencanaan a. b. c. d. Realisasi tar- a. get pembangunan b. c. d. Yang menjadi populasi adalah seluruh aparatur Pemerintah Kecamatan, Cabang Dinas Instansi Tingkat Kecamatan, Aparat Desa di Kecamatan Bantar Gadung serta anggota BPD dan LPMD di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi. Sampel Dan Prosedur Penarikan Sampel Stratified Random Sampling adalah sampel yang ditarik dengan memisahkan elemen-elemen populasi dalam kelompok-kelompok yang tidak overlapping yang disebut strata, dan kemudian memilih sebuah sampel secara random dari tiap stratum. Dengan demikian, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel PENARIKAN SAMPEL NO 1 2 3 4 5 RESPONDEN Aparat Kecamatan Aparat Desa BPD LPMD Cabang Dinas Kecamatan JUMLAH Instansi POPULASI 14 35 25 25 Tingkat 24 153 SAMPEL 14 35 25 25 24 153 Prosedur Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metoda penelitian deskriptif analisis. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui survai, yakni dengan menggunakan angket kuisioner, ditujukan untuk mendapatkan data primer dari responden yang ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data kualitatif, yang selanjutnya akan disajikan dalam bentuk angka (dikuantifikasikan) untuk diuji secara verifikatif sesuai dengan rancangan analisis data. Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 64 Angket yang diajukan kepada responden berjumah 45 pernyataan. Untuk variabel Kepemimpinan sebanyak 15 pernyataan, variabel Komunikasi sebanyak 15 pernyataan dan variabel Kinerja pembangunan sebanyak 15 pernyataan. Pernyataan yang dikemukakan bersifat kualitatif, untuk keperluan analisis data ini disesuaikan dengan sifat pernyataan kuisioner. Pernyataan yang bersifat positif diberi skor 5,4,3,2,1 dan untuk penyataan yang bersifat negatif diberi skor 1,2,3,4,5. Penentuan skor adalah: a. Jawaban Sangat Setuju b. Jawaban Setuju c. Jawaban Ragu-ragu d. Jawaban Tidak Setuju e. Jawaban Sangat Tidak Setuju (SS) (S) (R) (TS) (STS) dengan skor 5 dengan skor 4 dengan skor 3 dengan skor 2 dengan skor 1 Analisis Data Untuk mengolah data yang diperoleh, penulis menggunakan dua metode sekaligus, yaitu: 1. Analisis deskriptif kuantitatif, yakni interpretasi dan pengukuran atas data-data hasil penelitian yang berwujud angka-angka, dan 2. Analisis deskriptif kualitatif, yakni pembahasan dan penyimpulan atas data-data hasil penelitian yang dinyatakan dengan tulisan, kata-kata atau kalimat. Dalam menganalisis data dalam penelitian ini, penulis menggunakan Analisis Variansi (ANOVA). Untuk menguji hipotesa 1 dilakukan dengan uji F dengan rumus sebagai berikut: Fhitung = MSR MSE Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima sedangkan bila Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Untuk menguji hipotesa 2 dan 3 dilakukan dengan uji t dengan rumus sebagai berikut : t hitung = Se (bi) = bi Se (bi) MSE SSXi (1-r²12) Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 65 Apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima sedangkan bila thitung < ttabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Secara sistematis, hubungan fungsional variabel terikat (Y) dan variabelvariabel bebas X1 dan X2 dapat dinyatakan sebagai berikut : Ŷ = a + b1X1 + b2X2 Persamaan di atas disebut dengan model linear berganda (multiple). Disebut linear karena semua variabel yang terlibat pangkatnya satu dan berganda karena variabel bebasnya lebih dari satu. Untuk mengukur seberapa besar suatu variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat dapat dihitung dengan suatu besaran yang disebut dengan koefisien determinasi yang dinyatakan dalam persentase (%) dan dinotasikan dengan R², dengan rumus sebagai berikut: R² = SSR SST Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data baik primer maupun sekunder, diperoleh gambaran hasil penelitian. Data diolah berdasarkan data yang telah terkumpulkan melalui alat pengumpul data. Sesuai jumlah responden yang ditetapkan sebelumnya, jumlah angket yang disebarkan kepada responden sebanyak 153 angket dan dikembalikan secara keseluruhan Gambaran hasil penelitian dari masing-masing variabel penelitian, yaitu Kepemimpinan (X1), Komunikasi (X2) dan Kinerja Pembangunan (Y) di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi, diuraikan pada bagian deskripsi data berikut ini. Variabel Kepemimpinan (X1) Variabel Kepemimpinan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi dari 153 responden memiliki rata-rata nilai skor sebesar 62,83 median 63,00 dengan standar deviasi 3,780 dan varian 14,287. Variabel ini memiliki rentang data sebanyak 16 dengan nilai terendah 54 dan tertinggi 70 (dari rentang teoritis 15 – 75). Jumlah skor seluruhnya adalah 9613. Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 66 Adapun distribusi frekuensi skor variabel Kepemimpinan dapat dilihat didalam tabel frekuensi, sebagaimana disajikan didalam tabel sebagai berikut: Tabel Frekuensi Skor Kepemimpinan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Skor Frekuensi Persen 54 6 3.9 55 1 .7 56 3 2.0 57 6 3.9 58 2 1.3 59 4 2.6 60 17 11.1 61 17 11.1 62 18 11.8 63 7 4.6 64 14 9.2 65 19 12.4 66 18 11.8 67 2 1.3 68 10 6.5 69 5 3.3 70 4 2.6 Total 153 100.0 Sumber data : Hasil olahan Angket (2006). Persen Komulatif 3.9 4.6 6.5 10.5 11.8 14.4 25.5 36.6 48.4 52.9 62.1 74.5 86.3 87.6 94.1 97.4 100.0 Variabel Komunikasi (X2) Variabel Komunikasi dari 153 responden memiliki rata-rata nilai skor sebesar 61,80 median 62,00 dengan standar deviasi 4,339 dan varian 18,830. Variabel ini memiliki rentang data sebanyak 18, dengan nilai terendah 52 dan tertinggi 70 (dari rentang teoritis 15 – 75). Dengan demikian jumlah skor seluruhnya adalah 9456. Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 67 Adapun distribusi frekuensi skor jawaban responden tentang variabel Komunikasi, seperti terlihat didalam tabel frekuensi sebagaimana disajikan didalam tabel sebagai berikut: Tabel Frekuensi Skor Komunikasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Skor Frekuensi Persen Persen Komulatif 2.6 3.9 5.2 9.2 13.1 17.6 22.9 30.1 35.3 41.8 52.3 64.7 74.5 82.4 85.0 90.2 92.8 96.1 100.0 52 4 2.6 53 2 1.3 54 2 1.3 55 6 3.9 56 6 3.9 57 7 4.6 58 8 5.2 59 11 7.2 60 8 5.2 61 10 6.5 62 16 10.5 63 19 12.4 64 15 9.8 65 12 7.8 66 4 2.6 67 8 5.2 68 4 2.6 69 5 3.3 70 6 3.9 Total 153 100.0 Sumber data : Hasil olahan Angket (2006) Berdasarkan Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa sebanyak 10 (6,50%) responden memiliki skor nilai dalam kelompok rata-rata dan sebanyak 89 (58,10%) responden memiliki skor nilai dalam kelompok diatas rata-rata. Sedangkan sisanya sebanyak 54 (35,20%) responden memiliki skor nilai dalam kelompok dibawah rata-rata. Variabel Kinerja Pembangunan (Y) Variabel Kinerja Pembangunan dari 153 responden memiliki rata-rata nilai skor sebesar 61,82 median 62,00 dengan standar deviasi 3,566 dan varian 12,716. Variabel Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi tersebut memiliki rentang data sebanyak 13, dengan nilai terendah 55 dan tertinggi 68 (dari rentang teoritis 15 – 75). Dengan demikian jumlah skor seluruhnya adalah 9458. Selanjutnya mengenai distribusi frekuensi skor jawaban responden tentang Variabel Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 68 Kabupaten Sukabumi, seperti tampak didalam tabel frekuensi sebagaimana disajikan pada tabel diatas Berdasarkan Tabel tersebut terlihat bahwa sebanyak 12 (7,80%) responden memiliki skor nilai dalam kelompok rata-rata dan 92 (60,30%) responden memiliki skor nilai dalam kelompok diatas rata-rata. Sedangkan sisanya sebanyak 49 (32,10%) responden memiliki skor nilai dalam kelompok dibawah rata-rata. Tabel Frekuensi Skor Kinerja Pembangunan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Skor Frekuensi Persen 55 13 8.5 56 5 3.3 57 4 2.6 58 9 5.9 59 11 7.2 60 7 4.6 61 12 7.8 62 18 11.8 63 17 11.1 64 18 11.8 65 16 10.5 66 9 5.9 67 13 8.5 68 1 .7 Total 153 100.0 Sumber data : Hasil olahan Angket (2006) Persen Komulatif 8.5 11.8 14.4 20.3 27.5 32.0 39.9 51.6 62.7 74.5 85.0 90.8 99.3 100.0 Selanjutnya distribusi skor jawaban responden tentang Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi tersebut, dapat disajikan dalam bentuk histogram, sebagaimana tampak didalam gambar. Uji Hipotesis Sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya, dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) buah hipotesis yang diajukan atau diuji, sebagai berikut: 1. Ho : b1 = b2 = 0 ; tidak terdapat pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi secara bersama-sama terhadap Kinerja Pembangunan. Hi : Salah satu atau kedua bi ≠ 0 ; terdapat pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi secara bersama-sama terhadap Kinerja Pembangunan. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima. 2. Ho : b1 = 0 ; tidak terdapat pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Pembangunan. Hi : b1 ≠ 0 ; terdapat pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Pembangunan. Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 69 Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima. 3. Ho : b2 = 0 ; tidak terdapat pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Pembangunan. Hi : b2 ≠ 0 ; terdapat pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Pembangunan. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima. Pengujian hipotesis dilakukan terhadap masing-masing hipotesis tersebut, dengan urutan-urutan langkah Uji F, Uji t untuk b1 dan Uji t untuk b2. Adapun hasil pengujian dari ketiga hipotesis penelitian, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Uji F Uji F dilakukan untuk menguji hipotesis pertama, yaitu : Ho : b1 = b2 = 0 ; tidak terdapat pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi secara bersama-sama terhadap Kinerja Pembangunan. Hi : salah satu atau kedua bi ≠ 0 ; terdapat pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi secara bersama-sama terhadap Kinerja Pembangunan. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima. Dengan bantuan pengolahan komputer berdasarkan perhitungan SPSS 13.0, diperoleh nilai koefisien F hitung sebagai berikut : Fhitung = MSR Fhitung = 786,104 Fhitung = 326,936 MSE 2,404 Dengan bantuan pengolahan komputer berdasarkan perhitungan SPSS tersebut, diperoleh koefisien F hitung sebesar 326,936. Dengan membandingkan harga kritis nilai F tabel (terlampir) dengan derajat bebas pembilang 2 dan penyebut 150 pada (0,05) diperoleh nilai F tabel sebesar 2,9957. Dengan demikian F hitung (326,936) > F tabel (2,9957), sehingga jelas Ho ditolak dan Hi diterima. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamasama Kepemimpinan dan Komunikasi dapat meningkatkan Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi. 2) Uji t untuk b1 Uji t untuk b1 dilakukan untuk menguji hipotesis kedua, yaitu : Ho : b1 = 0 ; tidak terdapat pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Pembangunan. Hi : b1 ≠ 0 ; terdapat pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Pembangunan. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima. Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 70 Hasil perhitungan uji t dengan bantuan pengolahan komputer berdasarkan perhitungan SPSS 13.0, diperoleh nilai koefisien t hitung untuk b1 sebagai berikut : t hitung = b1 Se (b1) Se (b1) = t hitung = MSE SSX1 (1-r²12) 12,393 Dari perhitungan SPSS tersebut, nilai t hitung yang diperoleh adalah sebesar 12,393 sedangkan t tabel (terlampir) dengan derajat bebas 150 pada (0,025) adalah sebesar 1,960. Dengan demikian t hitung (12,393) > t tabel (1,960), sehingga jelas Ho ditolak dan Hi diterima. Hal ini menunjukkan bahwa Kepemimpinan dapat meningkatkan Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi. 3) Uji t untuk b2 Uji t untuk b2 dilakukan untuk menguji hipotesis ketiga, yaitu : Ho : b2 = 0 ; tidak terdapat pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Pembangunan. Hi : b2 ≠ 0 ; terdapat pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Pembangunan. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima. Hasil perhitungan uji t dengan bantuan pengolahan komputer berdasarkan perhitungan SPSS 13.0 diperoleh nilai koefisien t hitung untuk b2 sebagai berikut : t hitung = b2 Se (b2) Se (b2) = t hitung MSE SSX2 (1-r²12) = 12,832 Dari perhitungan SPSS tersebut, nilai t hitung yang diperoleh adalah sebesar 12,832 sedangkan t tabel dengan derajat bebas 150 pada (0,025) adalah sebesar 1,960. Dengan demikian t hitung (12,832) > t tabel (1,960), sehingga jelas Ho ditolak dan Hi diterima. Hal ini menunjukkan bahwa Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 71 Komunikasi dapat meningkatkan Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi Koefisien Determinasi Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari nilai koefisien korelasi. Dengan bantuan pengolahan komputer berdasarkan perhitungan SPSS 13.0 diperoleh nilai R² (R Square) sebagai berikut : SSR R² = SST R² = 1572,208 R² = 0,813 1932,876 Besarnya nilai koefisien determinasi yang diperoleh dengan perhitungan SPSS tersebut sebesar 0,813. Hal ini menunjukkan bahwa 81,30% keragaman Variabel Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi disebabkan oleh perbedaan keragaman variabel Kepemimpinan dan Komunikasi, sisanya sebanyak 18,70% disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti, yakni antara lain Komunikasi, disiplin pegawai, kepemimpinan, pengembangan karier, dan lain sebagainya. Persamaan Regresi Berganda Hasil analisis data dengan bantuan pengolahan komputer berdasarkan perhitungan SPSS 13.0, dalam penelitian ini diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut : Ŷ = a + b1 X1 + b2 X2 Ŷ = 4,839 + 0,481X1 + 0,433X2 Persamaan Regresi Ini Berarti Bahwa : 1. Setiap kenaikan 1 (satu) skor variabel Kepemimpinan dapat meningkatkan 0,481 skor Variabel Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi dengan asumsi variabel Komunikasi konstant. 2. Setiap kenaikan 1 (satu) skor variabel Komunikasi dapat meningkatkan 0,433 skor Variabel Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi dengan asumsi variabel Kepemimpinan konstant. Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 72 Kesimpulan 1. Terdapat pengaruh yang positif Kepemimpinan (X1) dan Komunikasi (X2) secara bersama-sama terhadap Kinerja Pembangunan (Y). Melalui uji signifikansi dengan menggunakan distribusi F, diperoleh nilai F hitung sebesar 326,936, sementara harga kritis nilai F tabel dengan derajat bebas pembilang 2 penyebut 150 pada (0,05) diperoleh nilai F tabel sebesar 2,9957 sehingga terbukti bahwa F hitung (326,936) > F tabel (2,9957). Dengan demikian bahwa variabel Kepemimpinan dan Komunikasi secara bersama-sama dapat meningkatkan Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi. 2. Terdapat pengaruh yang positif Kepemimpinan (X1) terhadap Kinerja Pembangunan (Y). Melalui uji signifikansi dengan statistik uji t, diperoleh nilai t hitung untuk b1 sebesar 12,393 sedangkan t tabel dengan derajat bebas 150 pada (0,025) adalah sebesar 1,960. Dengan demikian t hitung (12,393) > t tabel (1,960). Hal ini menunjukkan bahwa Kepemimpinan dapat meningkatkan Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi. 3. Terdapat pengaruh yang positif Komunikasi (X2) terhadap Kinerja Pembangunan (Y). Melalui uji signifikansi dengan statistik uji t, diperoleh nilai t hitung untuk b2 sebesar 12,832 sedangkan t tabel dengan derajat bebas 150 pada (0,025) adalah sebesar 1,960. Dengan demikian t hitung (12,832) > t tabel (1,960). Hal ini menunjukkan bahwa Komunikasi dapat meningkatkan Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi. 3. Berdasarkan perhitungan SPSS, besarnya nilai koefisien determinasi yang diperoleh adalah sebesar 0,813. Hal ini menunjukkan bahwa 81,30% keragaman Variabel Kinerja Pembangunan disebabkan oleh perbedaan keragaman variabel Kepemimpinan dan Komunikasi, sisanya sebanyak 18,70% disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Daftar Pustaka Admosudirdjo, Prajudi, 2002, Dasar-dasar Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia ______________, 2006, Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan Keputusan, Jakarta: Ghalia Indonesia Arikunto, Suharsimi, 2005. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta Davis, Keith, 2007, Human Relation at Work, Tokyo : Kagakusha Company Ltd Davis, Keith & Newstron, John W, 2006, Perilaku dalam Organisasi Jilid 2, Jakarta, Erlangga Etzioni, Amitai, (Penerjemah: Suryatin). 2002. Organisasi-organisasi Modern, Jakarta: UI Perss Gibson, Ivancevich, and Donnely Jr., Organisasi dan Manajemen Perilaku, Struktur, Proses, edisi keempat, cetakan ketujuh, Erlangga, Jakarta, 2002 Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 73 Gunawan, Benny, 2009, Diktat Metodologi Penelitian, Program Pasca Sarjana STIAMI, Jakarta. Hadayaningrat, Soemarno, 2005, Administrasi dan Manajemen, Jakarta, Gunung Agung Kartono, Kartini, 2002, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta, Rajawali Kosasih, Ahmad, 2002. Telaah Islam Atas Motivasi Kerja (dalam Buku Nilai dan Makna Kerja dalam Islam), Jakarta : Nuansa Madani Macaulay, Steve, Cook, Sarah, et.al, 2006, Kiat Meningkatkan Pelayanan bagi Pelanggan, PT. Gramedia Utama, Jakarta. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta Ndraha, Taliziduhu, 2007, Metodologi Ilmu Pemerintahan, Jakarta, Rineka Cipta __________, 2009, Teori Budaya Organisasi Pegangan Belajar Bahan Diskusi, kerjasama IIP-Unpad __________, 2002, Pembangunan Masyarakat, Jakarta : Rineka Cipta Newstrom, John W. & Keith Davis, 2009, Organizational Behavior : Human Behavior at Work. New York: Tata Mc Graw Pamuji S, 2005, Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, Jakarta, Bumi Aksara Rasyid, M. Ryass, 2007, Makna Pemerintahan, Jakarta : PT. Yasrif Watampone __________, 2008, Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan dan Politik Orde Baru, Jakarta : PT. Yasrif Watampone Robbins, Stephen P. 2009, Organizational Behavior. New York, Prentice-Hall Co __________, 2006, Teori Organisasi : Struktur, Desain dan Aplikasi terj. Jusuf Udaya. Jakarta, Arcan Robbins P. Stephen (Alih Bahasa Jusuf Udaya), 2004. Teori Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi, Jakarta: Arcan Salusu, J, 2006, Pengambilan keputusan Strategik, Grasindo, Jakarta. Santoso, Singgih,. SPSS Versi 10, Mengolah Data Statistik Secara Profesional, : PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001 Siagian, Sondang P., Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara Jakarta, 2006 __________, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Keenam, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2007 Siagian, Sondang P., 2006b, Organisasi Dalam Manajeman Pemerintahan, Bandung: CV. Ramadhan __________, 20006c, Sistem Informasi Manajemen dan Proses Pengambilan Keputusan, Bandung : CV. Ramadhan __________, 2007, Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintahan, Jakarta : Gramedia __________, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia, Ed. 1, Jakarta, Bumi Aksara __________, 2008, Administrasi Pembangunan, Jakarta : Haji Masagung __________, 2006, Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta : Gunung Agung Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 74 __________, 2009, Proses Pengelolaan Pembangunan Nasional, Jakarta, Gunung Agung Sugiyono, 2008, Edisi ke 5), Metode Penelitian Administrasi, Bandung, CV. Alfabeta Suradinata, Ermaya, 2007 Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintahan, Pendekatan Budaya, Modal dan Etika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta __________, 2008. Filsafat dan Metodologi Ilmu Pemerintahan, Bandung: Ramadhan __________, 2008. Manajemen Pemerintah dan Otonomi Daerah, Bandung: Ramadhan __________, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia : Suatu Tinjauan Wawasan Masa Depan, Ramadan, Bandung __________, 2006. Psikologi Kepegawaian dan Peranan Pemimpin dalam Motivasi Kerja, Ramadan, Bandung __________, 2006. Manajemen Pemerintahan dalam Pembangunan, Ramadan, Bandung Suradinata, Ermaya, 2005, Psikologi Kepegawaian dan Peranan Pimpinan Dalam Motivasi Kerja, Bandung : CV. Ramadhan __________, 2003. Kebijaksanaan Pembangunan dan Pelaksanaan Otonomi Daerah, Bandung: Ramadhan __________, 2006a, Ekologi Pemerintahan Dalam Pembangunan, Bandung : CV. Ramadhan __________, 2006b, Organisasi Dalam Manajeman Pemerintahan, Bandung : CV. Ramadhan __________, 2006c, Sistem Informasi Manajemen dan Proses Pengambilan Keputusan, Bandung : CV. Ramadhan Sutarto, 2008, Dasar-dasar Organisasi, Gadjah Mada Universitas, Press. Thoha, Miftah, 2005, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Rajawali Grafindo Persada, Jakarta __________, 2006, Administrasi Lingkungan dan Ekologi Pemerintahan Dalam Pembangunan, Bandung, Ramadan __________, 2009, Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintahan, Pendekatan Budaya, Moral dan Etika, Jakarta, Gramedia Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang 75