52 Pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi Terhadap Kinerja

advertisement
Pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi Terhadap Kinerja
Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi
Oleh :
Beni Kurniawan
Abstract
This research is instructed to analyse some factors influencing Performance
Development, that is : Leadership and Communications. Research executed in SubProvince of Sukabumi. Method Research the used is survey method. this Research
responder is entire/all Governmental aparatur of District, Branch On Duty
Institution Mount District, Government officer Countrysides in District of Bantar
Gadung and also member of BPD and of LPMD in District Of Bantar Gadung SubProvince of Sukabumi selected by using sampling random stratified counted 153
people.
Instrument the used is Leadership instrument, Communications and
Performance Development as according to his indicator.
Hypothesis test done by using F-Test and t-Test.
This Research result find that : First: there are positive influence of Leadership
(X1) and Communications (X2) by together to Performance Development. (Y),
determination coefficient R2 = 0,813 and regression equality Ŷ = 4,839 + 0,481X1 +
0,433X2; Second : There are positive influence of Leadership (X1) to Performance
Development (Y); Third : There are positive influence of Communications (X2) to
Performance Development. (Y).
Pursuant to research result, please conclude that Performance Development
can be improved to through the make-up of Leadership and make-up of
Communications.
Pendahuluan
Manajemen penyelenggaraan pemerintahan saat ini telah bergeser dari
pola sentralistik kepada desentralistik dimana titik berat pelaksanaan
otonomi lebih berada di Kabupaten/Kota. Perubahan pola tersebut
memberikan dampak bagi daerah, karena dengan kewenangan yang semakin
bertambah menuntut kemampuan dan profesionalisme aparatur yang
mampu menyelenggarakan manajemen pemerintahan dengan baik.
Namun kondisi dan kenyataan yang ada saat ini kondisi aparatur saat
ini masih jauh dari kondisi ideal yang diharapkan. Banyak hal yang selama
ini terjadi dan sudah menjadi rahasia umum tentang kondisi rendahnya
kinerja aparatur pemerintah saat ini. Mulai dari bentuk ketidakdisiplinan
sampai dengan berbagai bentuk penyimpangan-penyimpangan lain baik
secara langsung maupun tidak langsung telah merugikan negara dan
masyarakat.
Penciptaan kondisi ideal penyelenggaraan pemerintah yang saat ini
tertuang dalam konsep kepemerintahan yang baik (good governance) bukanlah
sebuah impian belaka tanpa realisasi, karenanya pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi pemerintahan saat ini memerlukan aparatur yang berkualitas dan
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
52
profesional terlebih lagi di tengah tuntutan serta kebutuhan masyarakat yang
semakin luas dan kompleks. Dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya
dengan baik maka aparatur telah mampu menunjukkan sikap profesional.
Sebagaimana diketahui bahwa pemerintahan adalah sebuah organisasi
besar yang didalamnya terdapat berbagai elemen/unsur seperti: sumber daya
manusia, sumber daya alam, peralatan, uang dan lain sebagainya. Namun
dari
kesemuanya itu faktor yang mempengaruhi dan menunjang
keberhasilan organisasi pemerintahan adalah aparaturnya. Memang jika
dilihat per individu, peran aparatur mungkin tidak memiliki arti yang besar
namun jika dilihat secara keseluruhan maka akan terlihat betapa kinerja
aparatur mempengaruhi kinerja organisasi dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya tersebut.
Memperbaiki dan meningkatkan kualitas serta kinerja aparatur
pemerintah dapat dilakukan dari dalam aparatur pemerintah tersebut.
Kesediaan dan kemauan untuk melakukan perubahan dari diri sendiri akan
menentukan kinerja yang lebih baik di masa datang. Selain dari dalam diri
sendiri, kepemimpinan yang baik dapat mengarahkan orang lain untuk mau
dan bekerja sama sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Seorang pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan jika ia berhasil
menumbuhkan, menggunakan dan mengembangkan berbagai daya
kepemimpinan. Tujuan praktis dari penelaahan keberhasilan organisasi
mencapai tujuannya akan sangat bergantung pada kualitas kepemimpinan
dari pemimpin pada organisasi tersebut.
Kualitas kepemimpinan merujuk pada capacity dan ability seorang
pimpinan dalam mempengaruhi perilaku seseorang dan atau sekelompok
orang agar dapat secara konsisten dan kensekuen mendukung pencapaian
tujuan bersama. Dengan demikian sangat dominan sekali peran kepala atau
pemimpin, sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan
suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, ditentukan oleh hal
kepemimpinan.
Peningkatan kualitas serta kinerja aparatur pemerintah dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya juga dipengaruhi oleh komunikasi
yang tercipta. Proses komunikasi adalah proses yang melibatkan dua pihak
atau lebih untuk menyamakan persepsi dan visi melalui pertukaran
informasi. Dengan adanya komunikasi yang terjalin dengan baik maka akan
terjadi persamaan informasi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.
Teori Pemerintahan
Negara terbentuk sebagai organisasi kemasyarakatan harus memenuhi
beberapa persyaratan-persyaratan, diantaranya mempunyai wilayah tertentu
dengan batas-batasnya, adanya rakyat, adanya pemerintahan, memiliki
kedaulatan dan mendapatkan pengakuan dari negara-negara lain.
Dalam negara akan berkuasa akal (ratio) sebagai ganti Tuhan, atas
kesadaran bersama mereka mulai membuat aturan-aturan atau undangundang yang meyuruh dan melarang serta membatasi kemerdekaan untuk
kepentingan orang lain. Segala keinginan untuk mementingkan diri sendiri
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
53
harus dihilangkan dahulu, bila kehidupan negara yang sungguh-sungguh
sempurna, maka seluruh individu harus tunduk kepada keseluruhan.
Untuk menjalankan tujuan negara, dibentuk pemerintah dari tingkat
tertinggi sampai dengan yang terendah. Pemerintah menurut C.F.Strong
dalam Suradinata (2008:5) memberikan definisi pemerintah atau government
sebagai berikut :
“Government in the broader sense, is change with the maintenance of the peace and
security of state wirhin and without, it must therefore have first military power of
making lawas, thirdly financial power or the ability to extract sufficient money from
the community to defray the cost of defending of state and of enforcing the law it
makes on the states behalf” (Pemerintah dalam arti luas adalah mempunyai
kewenangan untuk memelihara kedamaian dan keamanan negara kedalam
maupun keluar, oleh karena itu pertama harus mempunyai kekuatan tentara
atau kemampuan mengendalikan angkatan perang, kedua harus mempunyai
kekuatan legislatif dalam arti membuat undang-undang, ketiga harus
mempunyai kekuatan finansial, yaitu kekuasaan untuk mengumpulkan atau
menarik uang (pajak) dari masyarakat untuk menutupi pembiayaan dalam
pemerintahan negara dan melaksanakan hukum untuk dan atas nama
negara).
Dari sudut sosiologi, pengertian pemerintahan menurut pendapat
Ndraha (2007:6) adalah “Gejala sosial, artinya terjadi di dalam hubungan
antar anggota masyarakat, baik individu dengan individu, kelompok dengan
kelompok maupun antar individu dengan kelompok”.
Mostesquieu seorang ahli filsafat dan ahli politik mengemukakan
suatu teori mempunyai dampak luar biasa dalam pemerintahan di zaman
modern ini. Bukunya oleh Thomas Nugen dengan judul sprit of laws,
mengemukakan thesisnya sebagaimana dikutip oleh Rachmat Kusmiadi
(2009:19) bahwa :
Dalam suatu negara yang menjunjung tinggi kemerdekaan rakyatnya,
maka kekuasaan negara harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga orang atau
badan-badan yang berbeda-beda dan terpisahkan satu dengan yang lainnya
scara berdiri dendiri tanpa pengaruh badan yang lainnya (independent) ketiga
badan tersebut adalah :
1. Badan legislatif yang memegang kekuasaan untuk membuat undangundang.
2. Badan eksekutif, yang memegang kekuasaan untuk menjalankan undangundang.
3. Badan yudikatif yang memegang kekuasaan untuk mengadili jalannya
pelaksanaan undang-undang.
Pemikiran Montesquieu ini telah mempengaruhi jalannya
pemerintahan di Eropa dan Amerika Serikat serta memberi insirasi baru bagi
para negarawan untuk merubah jalannya praktek penyelenggaraan
pemerintah menjadi lebih demokratis dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
54
Desentralisasi dalam sistem pemerintahan daerah menurut Suradinata
(2009:4) :
1. Untuk mencegah bertumpuknya kekuasaan di pemerintahan pusat yang
dapat menimbulkan pemerintahan tirani;
2. Untuk mengikutsertakan rakyat dalam kegiatan, dan mendidik rakyat
menanamkan hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan pemerintahan;
3. Untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat;
4. Untuk mencapai pemerintahan yang efektif dan efisien;
5. Untuk mengantisipasi karena perbedaan faktor geografis, demografis,
sosial, ekonomi dan kebudayaan;
6. Untuk melancarkan pembangunan sosial ekonomi.
Pendapat Nicolai dalam bukunya Beginselen Van Behoorijk Bestuur
(2000) yang dikutip Suradinata (2006:82) mengatakan beberapa prinsip
kepatutan dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagai berikut :
1. Prinsip tentang perlakuan yang korek
2. Prinsip tentang penelitian yang seksama
3. Prinsip tentang prosedur keputusan yang seksama
4. Prinsip tentang keputusan yang bajik dan bijak
5. Prinsip tentang motivering yang jelas dengan argumentasi yang kuat
6. Prinsip tentang persamaan dan kesamaan
7. Prinsip tentang kepercayaan
8. Prinsip tentang pertimbangan yang masuk akal dan adil
9. Prinsip tentang penyalahgunaan wewenang
10. Prinsip tentang fair play.
Teori Kepemimpinan
Konsep kepemimpinan dalam arti terapan hingga kini agak sulit
didefinisikan secara pasti dan berlaku umum. Bahkan diantara ahli teori
manajemen dan politik modern sekalipun belum bisa memberikan definisi
yang pasti mengenai kepemimpinan, terlebih yang mengacu kepada
kelembagaan pemerintahan. Setiap ahli mencoba memberikan formulasinya
sendiri mengenai esensi kepemimpinan.
James A.F. Stoner dalam Husein Umar (2009 : 31) memberikan definisi
kepemimpinan sebagai proses pengarahan mempengaruhi aktivitas yang
berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok. Hemhill & Coons dalam
Gary Yuk (2009 : 2) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah perilaku dari
seseorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke
suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (share goal).
Menurut A. Dale Timpe (2000 : ix) bahwa kepemimpinan tidak sama
artinya dengan manajemen; ia adalah suatu kemampuan yang lebih tinggi.
Pemimpinlah yang menentukan ke mana arah bisnis, arah tujuan internal
maupun eksternal dan menyelaraskan asset dan ketrampilan organisasi
dengan kesempatan dan resiko yang dihadapkan oleh lingkungan. Pemimpin
adalah ahli strategi yang menetapkan tujuan organisasi; sedang manajer
memusatkan perhatian pada cara agar organisasi dapat mencapai tujuan itu.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
55
Kepemimpinan akan mendapat tempat atau berarti jika ada
keseimbangan, jika dia berada dalam kelompok dapat diterima dan
diinternalisasikan atau dengan kata lain, kepemimpinan seseorang akan
tampak jika ada kelompok orang yang digerakkannya, diarahkan untuk satu
tujuan bersama dengan menerima legitimasi kehadiran pemimpin. Secara
obyektif kepemimpinan seseorang akan tampak jika dia memiliki
kemampuan intelijen, motivasi, percaya diri, dapat memberikan penilaian
yang baik, dominasi, agresif, kelancaran berbicara dan karakteristik juga akan
mempengaruhi kepemimpinan seseorang yang semakin menambah bobot
kualitas, potensi dan kapabilitas kepemimpinan.
Teori Komunikasi
Berkomunikasi pada hakekatnya merupakan sebuah transaksi manusia
dan pengaruh serta pentingnya kelakuan manusia dihadapi oleh setiap orang
yang ingin berkomunikasi dengan fihak lain. Hal yang paling penting dalam
usaha berkomunikasi adalah: bersikap sensitif terhadap kebutuhankebutuhan serta perasaan fihak lain. Komunikasi antara dua orang, yang
tidak saling menghargai, akan mengalami kesulitan. Komunikasi merupakan
sebuah alat, dan bukanlah tujuan. Ia memungkinkan proses manajemen dan
berlaku sebagai pelumas bagi pelaksanaannya.
Pengertian komunikasi dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu
komunikasi dalam pengertian umum dan pengertian secara paradigmatik.
Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua segi , yaitu
sebagai berikut :
a. Pengertian komunikasi secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari
bahasa Latin “communicatio”, dan dari kata ini bersumber pada kata
communis. Arti communis disini yaitu sama makna mengenai suat hal. Jadi
komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat
terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.
b. Pengertian komunikasi secara terminologis, komunikasi berarti proses
penyampaian suatu pernyataan seseorang kepada orang lain.
Sedangkan pengertian komunikasi menurut paragigmatik adalah
komunikasi mengandung tujuan tertentu karena itu harus dilakukan dengan
perencanaan.
Menurut Gie (2002:59) :
Komunikasi adalah penyampaian warta yang mengandung macammacam keterangan dari seseorang kepada orang lain. Dalam
komunikasi itu sekaligus tercakup penyalinan secara cermat gagasangagasan dari seseorang kedalam pikiran orang lain, sehingga tercapai
pengertian yang ditentukan atau menimbulkan tindakan-tindakan
yang diharapkan.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
56
1.
2.
3.
4.
5.
Ada 5 macam tipe komunikasi manajerial, yaitu :
Komunikasi formal yang mengikuti rantai perintah organisasi formal.
Untuk komunikasi demikian, jalur transmisi telah digariskan, formatnya
sudah ditetapkan dan ketentuan resmi mengikatnya.
Komunikasi informal yang biasanya dinamakan pohon anggur.
Kebanyakan manejer menggunakannya untuk melengkapi komunikasi
formal. Mereka melakukannya dengan jalan menyelidiki bagaimana
kelompok informal bekerja dalam organisasi yang bersangkutan,
mengidentifikasi kaitan-kaitan pokok mereka dan menyediakan
keterangan konstruktif kepada mereka. Pohon anggur tersebut dapat
merupakan alat yang sangat efektif.
Komunikasi non-formal. Ia disebabkan oleh kondisi yang tak disengaja
daripada organisasi formal yang menyebabkan terjadinya tindakan secara
tidak sengaja. Komunikasi non-formal bersifat efektif, ia hampir selalu
terdapat pada sebuah kelompok besar yang bekerja sama dan ia
cenderung bersifat kontinu serta permanen.
Komunikasi teknis
Komunikasi teknis digunakan oleh orang-orang yang bekerja dalam
bidang yang sama. Contoh yang baik adalah : Komunikasi antara orangorang yang bekerja dengan alat komputer. Jenis komunikasi ini
terspesialisasi, bersifat efektif dan agak terbatas.
Komunikasi tentang prosedur-prosedur dan peraturan-peraturan.
Komunikasi macam ini biasanya disajikan berupa sebuah buku pegangan
tentang organisasi yang bersangkutan. Ia memberikan keternangan
tentang kebijaksanaan-kebijaksanaan spesifik dan peraturan-peraturan
dan bila mereka dapat diterapkan. Walaupun agak kaku, komunikasi
macam ini membantu ke arah pencapaian efisiensi.
Komunikasi juga sangat diperlukan untuk melakukan koordinasi
dalam suatu organisasi. Pentingnya komunikasi untuk koordinasi dapat
digambarkan dari kata-kata Priffner bahwa “Communication and coordination
are insperable parts of administration”. Memang demikian halnya, karena tanpa
komunikasi, koordinasi tak akan mungkin jalan dan tak akan mungkin
dicapai karena komunikasilah yang menghasilkan koordinasi.
Pendapat di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Croucer
bahwa “Banyak kehidupan modern yang terhenti tanpa komunikasi”
(2001:1). Porsepth dalam bukunya “Psikologi Populer Komunikasi Persuasif
yang Berhasil” menyoroti tujuan dari komunikasi, yaitu :
1. Mendengarkan apa yang ingin kita sampaikan;
2. Memahaminya;
3. Menyetujuinya;
4. Mengambil tindakan;
5. Menerima umpan balik dari mereka.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
57
Proses komunikasi menurut Lasswell dapat dirumuskan dengan
pertanyaan sebagai berikut:
1. Who (siapa)
2. Says what (mengatakan apa)
3. In which channel (melalui saluran apa)
4. To whom (kepada siapa)
5. With what effect (dengan efek yang bagaimana).
1.
2.
3.
4.
5.
Dengan kata lain, proses komunikasi mencakup unsur- unsur :
Komunikator yaitu menyampaikan, mengatakan, menyiarkan pesan;
Pesan, yaitu isi informasi (ide atau pendapat yang dikomunikasikan);
Saluran (media atau alat yang dipergunakan oleh komunikator untuk
menyampaikan pesan);
Komunikan (orang yang menerima pesan);
Efek (pengaruh komunikasi yang dilakukan oleh komunikator terhadap
komunikan).
Wilbur Schramn dalam Effendy (2001:41-42) mengatakan bahwa agar
komunikasi yang dilancarkan harus mempunyai syarat-syarat berikut :
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat
menarik perhatian komunikan;
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang yang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara komunikator sehingga sama-sama
mengerti;
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikasn dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut;
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi,
yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia
gerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Menurut Rakhmat (2006:317), himbauan pesan terdiri dari himbauan
rasional, emosional, takut, ganjaran himbauan dan motivisional.
Menggunakan himbauan rasional, artinya dengan pertanyaan atau dengan
bahasa yang menyentuh emosi komunikan. Agar dapat membangkitkan
emosi komunikan, Bettinghaus (dalam Rakhmat, 2006:319) mengemukakan
sebagai berikut :
1. Gunakan bahasa yang penuh muatan emosional untuk melukiskan situasi
tertentu;
2. Hubungan gagasan yang diajukan dengan gagasan yang tengah popular
atau tidak popular;
3. Hubungan unsur-unsur visual dan non verbal yang membangkitkan
emosi;
4. Tampakkan pada diri komunikator petunjuk non verbal yang emosional.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
58
Teori Kinerja
Banyak pemikiran yang menggambarkan pengertian kinerja yang pada
umumnya adalah menggambarkan suatu hasil dari suatu proses pekerjaan.
Dalam konteks ini Guilbert mengemukakan bahwa kinerja berkaitan dengan
segala sesuatu yang telah dapat dikerjakan sesuai dengan bidang tugas dan
fungsinya yang dipengaruhi oleh kondisi dari subjek yang melaksanakannya
yaitu berupa sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Deskripsi dari dimensi kinerja dapat digambarkan ke dalam 3 (tiga)
komponen, yaitu tujuan, ukuran dan penilaian. Tujuan dari ditentukannya
suatu tujuan dari organisasi merupakan suatu strategi dalam rangka
meningkatkan kualitas kinerja dari organisasi. Adapun tujuan tersebut akan
menjadi acuan, arah dan pemahaman bagaimana individu harus bertindak
dalam rangka mencapai tujuan organisasi sesuai dengan harapan. Disamping
tujuan maka penentuan ukuran standar yang harus dicapai oleh masingmasing personil juga menempati posisi yang penting baik dalam penentuan
standar pekerjaan yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif
Oleh karena itu maka pengertian kemampuan aparatur pemerintah
adalah serangkaian kemampuan administrasi para pegawai pemerintah, baik
berupa capacity maupun ability untuk mancapai tujuan organisasi pemerintah.
Dalam kaitan ini Siagian (2008: 49- 50) mengemukakan factor yang dapat
dikaji dalam mengukur kinerja dari birokrat pemerintah, yaitu :
a. Birokrasi yang menampilkan kinerja unggul dapat diuji dengan standar
eksternal, adalah standar yang dituntut oleh masyarakat dan praktekpraktek kerja yang terjadi dalam berbagai organisasi diluar birokrasi
pemerintahan dan bukan hanya standar internal.
b. Kinerja yang nyatanya ditampilkan sedekat mungkin dengan kinerja
potensial. Ini berarti bahwa peningkatan kinerja diarahkan pada
pengurangan kesenjangan dan idealnya kesenjangan dapat dihilangkan.
Dengan sasaran seperti ini, maka birokrasi akan terus meningkatkan
kinerjanya.
c. Harus diupayakan agar birokrasi tidak cepat puas, hal ini seiring tuntutan
masyarakat yang semakin meningkat baik intensitas maupun
frekuensinya.
d. Dalam lingkungan birokrasi perlu ditumbuhkan dan dipelihara iklim
persaingan yang positif.
e. Peningkatan kinerja harus selalu dikaitkan dengan penerangan prinsip
efisiensi.
f. Organisasi dengan kinerja tinggi menjadi contoh bagi organisasi lain
sekaligus sumber ide bagi mereka.
g. Organisasi dengan kinerja tinggi mampu memenuhi prasyarat ideal yang
dituntut oleh kondisi budaya organisasi itu berada dan bergerak.
Selanjutnya seorang pemimpin dalam upaya meningkatkan kinerja
bawahannya menurut Sedarmayanti (2009 151) dapat dilakukan dengan cara :
1. Mengklarifikasikan tanggung jawab
2. Mengidentifikasikan dan menyetujui sasaran dan standar kinerja.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
59
3. meningkatkan motivasi dengan cara menambah pemahaman terhadap
sasaran, mencapai sasaran dan imbal jasa yang dikaitkan dengan tujuan
akhir.
4. Memberi tuntutan dan bantuan yang dapat mengembangkan kekuatan
dan mengatasi kelemahan.
5. Menditeksi masalah dan memikirkan bagaimana mengatasinya.
6. Merencanakan peltihan dan pengembangan yang diperlukan.
Uraian berikutnya Sedarmayanti (2009 :152) mengemukakan 4 (empat )
langkah dalam manajemen kinerja yaitu analisis kinerja, penilaian yang
berorientasi pada hasil, penetapan sasaran, program peningkatan kinerja dan
analisis imbal jasa.
Sedangkan program peningkatan kinerja ditentukan oleh kebijakan
pimpinan, yaitu dengan dengan cara :
a. Motivasi dan membangun kelompok.
b. Menuntun dan membina.
c. Merekomendasikan atau menjalankan program pendidikan dan pelatihan
serta pengembangan.
d. Mengadakan konsultasi.
Dalam kaitan kompensasi, Sedarmayanti (2009: 153) mengemukakan
bahwa manajemen kinerja disertai dengan kesesuaian imbal jasa kepada
karyawan sebagai sarana untuk mengakui tingkat pencapaian kinerja dan
sebagai pendorong pekerja untuk bekerja lebih baik.
Selain hal di atas, aspek- aspek dari manajemen organisasi yang perlu
mendapat perhatian dalam proses peningkatan kinerja pegawai adalah
sebagai berikut :
a. Prosedur operasional dan standarisasi yang lengkap, jelas dan tegas
sehingga mudah dilaksanakan dan dapat menjadi SOP (Standart
Operasional Procedure) yang harus sederhana dengan keadaan di lapangan.
b. Pendelegasian kekuasaan serta koordinasi yang jelas, dan mudah
dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten, dengan sistem pengawasan
melekat yang tegas.
c. Efektivitas jumlah birokrasi pemerintahan harus dianalisis agar
mendapatkan hasil yang optimal.
d. Pendidikan dan pelatihan pegawai harus terus menerus diperlukan untuk
meningkatkan wawasan, keterampilan dan kemampuan menejerial.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah beberapa penelitian
yang secara teoritis dapat dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat
kebenarannya.
Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Ho : b1 = b2 = 0; tidak terdapat pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi
secara bersama-sama terhadap Kinerja Pembangunan.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
60
Hi : salah satu atau kedua bi  0; terdapat pengaruh Kepemimpinan dan
Komunikasi secara bersama-sama terhadap Kinerja pembangunan.
Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima.
2. Ho : b1 = 0; tidak terdapat pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja
pembangunan.
Hi : b1  0;
terdapat pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja.
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima.
3. Ho : b2 = 0; tidak terdapat pengaruh Komunikasi secara bersama-sama
terhadap Kinerja pembangunan.
Hi : b2  0; terdapat pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja
pembangunan.
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima.
Peubah (Variabel) dan Pengukurannya
Penelitian tentang pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi terhadap
Kinerja pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi
dilakukan dengan menggunakan Metode Survey.
Penggunaan metode ini dikarenakan penulis bertujuan bukan saja
menggambarkan konsep dan fakta yang ada, tetapi akan menganalisis dan
menjelaskan hubungan antar pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi
terhadap Kinerja melalui pengujian hipotesis. Dengan demikian metode
penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik korelasi dan
regresi.
Dalam penelitian ini, Variabel bebas pertama adalah Kepemimpinan,
yang merupakan skor yang diperoleh dari pengukuran dengan
menggunakan angket yang menggambarkan tingkat Kepemimpinan pegawai
dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan serta dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Dengan demikian, dimensi untuk variabel bebas pertama ini adalah
sebagai berikut:
1. Perhatian terhadap tugas
Hal ini dapat diukur dengan indikator :
a. Pembagian tugas
b. Pendelegasian wewenang
c. Pengendalian tugas
2. Perhatian terhadap bawahan
Hal ini dapat diukur dengan indikator :
a. Pemberian bimbingan
b. Pemberian dorongan untuk berkompetisi
c. Perhatian kebutuhan bawahan
Variabel bebas kedua dalam penelitian ini adalah Komunikasi dan
merupakan skor yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan
angket yang menunjukkan tingkat Komunikasi pegawai dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
61
Davis dan Newstroom (2008:185-187) mengatakan bahwa :
Menurut Gie (2002:59) :
Komunikasi adalah penyampaian warta yang mengandung macammacam keterangan dari seseorang kepada orang lain. Dalam
komunikasi itu sekaligus tercakup penyalinan secara cermat gagasangagasan dari seseorang kedalam pikiran orang lain, sehingga tercapai
pengertian yang ditentukan atau menimbulkan tindakan-tindakan
yang diharapkan.
Dalam komunikasi ada persyaratan untuk terjadinya komunikasi,
yaitu :
1. orang – menyampaikan pesan (komunikator)
2. pernyataan – didukung oleh lambang (pesan)
3. orang – menerima pesan (komunikan)
4. media - sarana/saluran (mendukung pesan)
5. efek (dampak dari pesan).
Dengan demikian, dimensi untuk variabel bebas Kedua ini adalah :
1. Identitas diri
Hal ini dapat diukur dengan indikator:
a) Persepsi diri
b) Citra diri
c) Identitas diri
2. Hubungan dengan pihak lain
Hal ini dapat diukur dengan indikator:
d) Keterbukaan
e) Percaya bawahan
f) Simpati
g) Empati
h) Suportif
i) Penyesuaian/pengakraban
j) Hubungan antar pribadi
Faktor- faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja adalah sebagai
berikut :
a. Pengamatan, merupakan proses penilaian dan melihat perilaku yang
ditentukan oleh sistem pekerjaan.
b. Ukuran, standar yang dipakai untuk melihat prestasi dari pegawai sesuai
dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan.
c. Pengembangan, yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi pegawai
dalm mengatasi hambatan dan mendorong yang bersangkutan untuk
mengembangkan kemampuan dan potensi yang terdapat pada dirinya.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
62
Dengan demikian, dimensi untuk variabel terikat ini adalah :
1. Perencanaan
Hal ini dapat dinilai dengan indikator:
a. Sumber daya manusia
b. Biaya
c. Teknologi
d. Waktu
2. Realisasi target pembangunan
Hal ini dapat dinilai dengan indikator:
a. Pencapaian sasaran pembangunan
b. Efektifitas
c. Efisiensi
d. Deviasi
Berbagai variabel, dimensi dan indikator yang disebutkan di atas,
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel
Variabel, Dimensi Dan Indikator Penelitian
Butir
Variabel
Dimensi
Indikator
Pernyataan
Kepemim1
Perhatian a.
Pembagian tugas
1,2,3
pinan
terhadap b. Pendelegasian wewenang 4,5,6
(X1)
tugas
c.
Pengendalian tugas
7,8
2
Perhatian a.
Pemberian bimbingan
9,10,11
terhadap b. Pemberian
dorongan 12,13
bawahan
untuk berkompetisi
c.
Perhatian
kebutuhan 14,15
bawahan
Komunikasi 1 Identitas diri 1
Persepsi diri
1,2
(X1)
2
Citra diri
3,4
2
Hubungan
dengan
pihak lain
3
Identitas diri
5
1
2
Keterbukaan
Percaya bawahan
6
7,8
3
4
Simpati
Empati
9,10
11
5
Suportif
12,13
6
Penyesuaian/pengakraban
14
7
Hubungan antar pribadi
15
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
63
Variabel
Dimensi
Kinerja pem- 1
bangunan
(Y)
2
Butir
Pernyataan
Sumber daya manusia
1,2
Biaya
3,4
Teknologi
5,6
Waktu
7,8
Pencapaian
sasaran 9,10
pembangunan
Efektifitas
11,12
Efisiensi
13,14
deviasi
15
Indikator
Perencanaan
a.
b.
c.
d.
Realisasi tar- a.
get pembangunan
b.
c.
d.
Yang menjadi populasi adalah seluruh aparatur Pemerintah
Kecamatan, Cabang Dinas Instansi Tingkat Kecamatan, Aparat Desa di
Kecamatan Bantar Gadung serta anggota BPD dan LPMD di Kecamatan
Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi.
Sampel Dan Prosedur Penarikan Sampel
Stratified Random Sampling adalah sampel yang ditarik dengan
memisahkan elemen-elemen populasi dalam kelompok-kelompok yang tidak
overlapping yang disebut strata, dan kemudian memilih sebuah sampel
secara random dari tiap stratum. Dengan demikian, besarnya sampel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel
PENARIKAN SAMPEL
NO
1
2
3
4
5
RESPONDEN
Aparat Kecamatan
Aparat Desa
BPD
LPMD
Cabang
Dinas
Kecamatan
JUMLAH
Instansi
POPULASI
14
35
25
25
Tingkat 24
153
SAMPEL
14
35
25
25
24
153
Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metoda penelitian deskriptif analisis.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui survai,
yakni dengan menggunakan angket kuisioner, ditujukan untuk
mendapatkan data primer dari responden yang ditetapkan sebagai sampel
dalam penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data kualitatif,
yang selanjutnya akan disajikan dalam bentuk angka (dikuantifikasikan)
untuk diuji secara verifikatif sesuai dengan rancangan analisis data.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
64
Angket yang diajukan kepada responden berjumah 45 pernyataan.
Untuk variabel Kepemimpinan sebanyak 15 pernyataan, variabel Komunikasi
sebanyak 15 pernyataan dan variabel Kinerja pembangunan sebanyak 15
pernyataan.
Pernyataan yang dikemukakan bersifat kualitatif, untuk keperluan
analisis data ini disesuaikan dengan sifat pernyataan kuisioner. Pernyataan
yang bersifat positif diberi skor 5,4,3,2,1 dan untuk penyataan yang bersifat
negatif diberi skor 1,2,3,4,5.
Penentuan skor adalah:
a. Jawaban Sangat Setuju
b. Jawaban Setuju
c. Jawaban Ragu-ragu
d. Jawaban Tidak Setuju
e. Jawaban Sangat Tidak Setuju
(SS)
(S)
(R)
(TS)
(STS)
dengan skor 5
dengan skor 4
dengan skor 3
dengan skor 2
dengan skor 1
Analisis Data
Untuk mengolah data yang diperoleh, penulis menggunakan dua
metode sekaligus, yaitu:
1. Analisis deskriptif kuantitatif, yakni interpretasi dan pengukuran atas
data-data hasil penelitian yang berwujud angka-angka, dan
2. Analisis deskriptif kualitatif, yakni pembahasan dan penyimpulan atas
data-data hasil penelitian yang dinyatakan dengan tulisan, kata-kata atau
kalimat.
Dalam menganalisis data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
Analisis Variansi (ANOVA).
Untuk menguji hipotesa 1 dilakukan dengan uji F dengan rumus sebagai
berikut:
Fhitung =
MSR
MSE
Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima sedangkan
bila Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Untuk menguji hipotesa 2 dan 3 dilakukan dengan uji t dengan rumus
sebagai berikut :
t
hitung
=
Se (bi) =
bi
Se (bi)
MSE
SSXi (1-r²12)
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
65
Apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima sedangkan bila
thitung < ttabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Secara sistematis, hubungan fungsional variabel terikat (Y) dan variabelvariabel bebas X1 dan X2 dapat dinyatakan sebagai berikut :
Ŷ = a + b1X1 + b2X2
Persamaan di atas disebut dengan model linear berganda (multiple).
Disebut linear karena semua variabel yang terlibat pangkatnya satu dan
berganda karena variabel bebasnya lebih dari satu.
Untuk mengukur seberapa besar suatu variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat dapat dihitung dengan suatu besaran yang
disebut dengan koefisien determinasi yang dinyatakan dalam persentase
(%) dan dinotasikan dengan R², dengan rumus sebagai berikut:
R² = SSR
SST
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan data baik primer maupun sekunder,
diperoleh gambaran hasil penelitian. Data diolah berdasarkan data yang telah
terkumpulkan melalui alat pengumpul data. Sesuai jumlah responden yang
ditetapkan sebelumnya, jumlah angket yang disebarkan kepada responden
sebanyak 153 angket dan dikembalikan secara keseluruhan
Gambaran hasil penelitian dari masing-masing variabel penelitian,
yaitu Kepemimpinan (X1), Komunikasi (X2) dan Kinerja Pembangunan (Y) di
Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi, diuraikan pada bagian
deskripsi data berikut ini.
Variabel Kepemimpinan (X1)
Variabel Kepemimpinan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten
Sukabumi dari 153 responden memiliki rata-rata nilai skor sebesar 62,83
median 63,00 dengan standar deviasi 3,780 dan varian 14,287. Variabel ini
memiliki rentang data sebanyak 16 dengan nilai terendah 54 dan tertinggi 70
(dari rentang teoritis 15 – 75). Jumlah skor seluruhnya adalah 9613.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
66
Adapun distribusi frekuensi skor variabel Kepemimpinan dapat dilihat
didalam tabel frekuensi, sebagaimana disajikan didalam tabel sebagai berikut:
Tabel
Frekuensi Skor Kepemimpinan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Skor
Frekuensi
Persen
54
6
3.9
55
1
.7
56
3
2.0
57
6
3.9
58
2
1.3
59
4
2.6
60
17
11.1
61
17
11.1
62
18
11.8
63
7
4.6
64
14
9.2
65
19
12.4
66
18
11.8
67
2
1.3
68
10
6.5
69
5
3.3
70
4
2.6
Total
153
100.0
Sumber data : Hasil olahan Angket (2006).
Persen
Komulatif
3.9
4.6
6.5
10.5
11.8
14.4
25.5
36.6
48.4
52.9
62.1
74.5
86.3
87.6
94.1
97.4
100.0
Variabel Komunikasi (X2)
Variabel Komunikasi dari 153 responden memiliki rata-rata nilai skor
sebesar 61,80 median 62,00 dengan standar deviasi 4,339 dan varian 18,830.
Variabel ini memiliki rentang data sebanyak 18, dengan nilai terendah 52 dan
tertinggi 70 (dari rentang teoritis 15 – 75). Dengan demikian jumlah skor
seluruhnya adalah 9456.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
67
Adapun distribusi frekuensi skor jawaban responden tentang variabel
Komunikasi, seperti terlihat didalam tabel frekuensi sebagaimana disajikan
didalam tabel sebagai berikut:
Tabel Frekuensi Skor Komunikasi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Skor
Frekuensi
Persen
Persen
Komulatif
2.6
3.9
5.2
9.2
13.1
17.6
22.9
30.1
35.3
41.8
52.3
64.7
74.5
82.4
85.0
90.2
92.8
96.1
100.0
52
4
2.6
53
2
1.3
54
2
1.3
55
6
3.9
56
6
3.9
57
7
4.6
58
8
5.2
59
11
7.2
60
8
5.2
61
10
6.5
62
16
10.5
63
19
12.4
64
15
9.8
65
12
7.8
66
4
2.6
67
8
5.2
68
4
2.6
69
5
3.3
70
6
3.9
Total
153
100.0
Sumber data : Hasil olahan Angket (2006)
Berdasarkan Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa sebanyak 10
(6,50%) responden memiliki skor nilai dalam kelompok rata-rata dan
sebanyak 89 (58,10%) responden memiliki skor nilai dalam kelompok diatas
rata-rata. Sedangkan sisanya sebanyak 54 (35,20%) responden memiliki skor
nilai dalam kelompok dibawah rata-rata.
Variabel Kinerja Pembangunan (Y)
Variabel Kinerja Pembangunan dari 153 responden memiliki rata-rata
nilai skor sebesar 61,82 median 62,00 dengan standar deviasi 3,566 dan varian
12,716. Variabel Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung
Kabupaten Sukabumi tersebut memiliki rentang data sebanyak 13, dengan
nilai terendah 55 dan tertinggi 68 (dari rentang teoritis 15 – 75). Dengan
demikian jumlah skor seluruhnya adalah 9458.
Selanjutnya mengenai distribusi frekuensi skor jawaban responden
tentang Variabel Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
68
Kabupaten Sukabumi, seperti tampak didalam tabel frekuensi sebagaimana
disajikan pada tabel diatas
Berdasarkan Tabel tersebut terlihat bahwa sebanyak 12 (7,80%)
responden memiliki skor nilai dalam kelompok rata-rata dan 92 (60,30%)
responden memiliki skor nilai dalam kelompok diatas rata-rata. Sedangkan
sisanya sebanyak 49 (32,10%) responden memiliki skor nilai dalam kelompok
dibawah rata-rata.
Tabel Frekuensi Skor Kinerja Pembangunan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Skor
Frekuensi
Persen
55
13
8.5
56
5
3.3
57
4
2.6
58
9
5.9
59
11
7.2
60
7
4.6
61
12
7.8
62
18
11.8
63
17
11.1
64
18
11.8
65
16
10.5
66
9
5.9
67
13
8.5
68
1
.7
Total
153
100.0
Sumber data : Hasil olahan Angket (2006)
Persen
Komulatif
8.5
11.8
14.4
20.3
27.5
32.0
39.9
51.6
62.7
74.5
85.0
90.8
99.3
100.0
Selanjutnya distribusi skor jawaban responden tentang Kinerja
Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi tersebut,
dapat disajikan dalam bentuk histogram, sebagaimana tampak didalam
gambar.
Uji Hipotesis
Sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya, dalam penelitian ini
terdapat 3 (tiga) buah hipotesis yang diajukan atau diuji, sebagai berikut:
1. Ho : b1 = b2 = 0 ; tidak terdapat pengaruh Kepemimpinan dan
Komunikasi secara bersama-sama terhadap Kinerja Pembangunan.
Hi : Salah satu atau kedua bi ≠ 0 ; terdapat pengaruh Kepemimpinan dan
Komunikasi secara bersama-sama terhadap Kinerja Pembangunan.
Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima.
2. Ho : b1 = 0 ; tidak terdapat pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja
Pembangunan.
Hi : b1 ≠ 0 ; terdapat pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja
Pembangunan.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
69
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima.
3. Ho : b2 = 0 ; tidak terdapat pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja
Pembangunan.
Hi : b2 ≠ 0 ; terdapat pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja
Pembangunan.
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima.
Pengujian hipotesis dilakukan terhadap masing-masing hipotesis
tersebut, dengan urutan-urutan langkah Uji F, Uji t untuk b1 dan Uji t untuk
b2. Adapun hasil pengujian dari ketiga hipotesis penelitian, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji hipotesis pertama, yaitu :
Ho : b1 = b2 = 0 ; tidak terdapat pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi
secara bersama-sama terhadap Kinerja Pembangunan.
Hi : salah satu atau kedua bi ≠ 0 ; terdapat pengaruh Kepemimpinan dan
Komunikasi secara bersama-sama terhadap Kinerja Pembangunan.
Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima.
Dengan bantuan pengolahan komputer berdasarkan perhitungan SPSS
13.0, diperoleh nilai koefisien F hitung sebagai berikut :
Fhitung =
MSR
Fhitung =
786,104
Fhitung =
326,936
MSE
2,404
Dengan bantuan pengolahan komputer berdasarkan perhitungan SPSS
tersebut, diperoleh koefisien F hitung sebesar 326,936. Dengan
membandingkan harga kritis nilai F tabel (terlampir) dengan derajat bebas
pembilang 2 dan penyebut 150 pada  (0,05) diperoleh nilai F tabel sebesar
2,9957.
Dengan demikian F hitung (326,936) > F tabel (2,9957), sehingga jelas
Ho ditolak dan Hi diterima. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamasama Kepemimpinan dan Komunikasi dapat meningkatkan Kinerja
Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi.
2) Uji t untuk b1
Uji t untuk b1 dilakukan untuk menguji hipotesis kedua, yaitu :
Ho :
b1 = 0 ;
tidak terdapat pengaruh Kepemimpinan terhadap
Kinerja Pembangunan.
Hi : b1 ≠ 0 ; terdapat pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja
Pembangunan.
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
70
Hasil perhitungan uji t dengan bantuan pengolahan komputer
berdasarkan perhitungan SPSS 13.0, diperoleh nilai koefisien t hitung
untuk b1 sebagai berikut :
t
hitung
=
b1
Se (b1)
Se (b1) =
t
hitung
=
MSE
SSX1 (1-r²12)
12,393
Dari perhitungan SPSS tersebut, nilai t hitung yang diperoleh adalah
sebesar 12,393 sedangkan t tabel (terlampir) dengan derajat bebas 150 pada 
(0,025) adalah sebesar 1,960. Dengan demikian t hitung (12,393) > t tabel
(1,960), sehingga jelas Ho ditolak dan Hi diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa Kepemimpinan dapat meningkatkan Kinerja Pembangunan di
Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi.
3) Uji t untuk b2
Uji t untuk b2 dilakukan untuk menguji hipotesis ketiga, yaitu :
Ho :
b2 = 0 ; tidak terdapat pengaruh Komunikasi terhadap
Kinerja Pembangunan.
Hi : b2 ≠ 0 ; terdapat pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja
Pembangunan.
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima.
Hasil perhitungan uji t dengan bantuan pengolahan komputer
berdasarkan perhitungan SPSS 13.0 diperoleh nilai koefisien t hitung untuk
b2 sebagai berikut :
t
hitung
=
b2
Se (b2)
Se (b2) =
t
hitung
MSE
SSX2 (1-r²12)
= 12,832
Dari perhitungan SPSS tersebut, nilai t hitung yang diperoleh adalah
sebesar 12,832 sedangkan t tabel dengan derajat bebas 150 pada  (0,025)
adalah sebesar 1,960. Dengan demikian t hitung (12,832) > t tabel (1,960),
sehingga jelas Ho ditolak dan Hi diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
71
Komunikasi dapat meningkatkan Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar
Gadung Kabupaten Sukabumi
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari nilai koefisien korelasi.
Dengan bantuan pengolahan komputer berdasarkan perhitungan SPSS 13.0
diperoleh nilai R² (R Square) sebagai berikut :
SSR
R² =
SST
R² =
1572,208
R² =
0,813
1932,876
Besarnya nilai koefisien determinasi yang diperoleh dengan
perhitungan SPSS tersebut sebesar 0,813. Hal ini menunjukkan bahwa 81,30%
keragaman Variabel Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung
Kabupaten Sukabumi disebabkan oleh perbedaan keragaman variabel
Kepemimpinan dan Komunikasi, sisanya sebanyak 18,70% disebabkan oleh
faktor lain yang tidak diteliti, yakni antara lain Komunikasi, disiplin pegawai,
kepemimpinan, pengembangan karier, dan lain sebagainya.
Persamaan Regresi Berganda
Hasil analisis data dengan bantuan pengolahan komputer berdasarkan
perhitungan SPSS 13.0, dalam penelitian ini diperoleh persamaan regresi
berganda sebagai berikut :
Ŷ = a + b1 X1 + b2 X2
Ŷ = 4,839 + 0,481X1 + 0,433X2
Persamaan Regresi Ini Berarti Bahwa :
1. Setiap kenaikan 1 (satu) skor variabel Kepemimpinan dapat
meningkatkan 0,481 skor Variabel Kinerja Pembangunan di Kecamatan
Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi dengan asumsi variabel Komunikasi
konstant.
2. Setiap kenaikan 1 (satu) skor variabel Komunikasi dapat meningkatkan
0,433 skor Variabel Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung
Kabupaten Sukabumi dengan asumsi variabel Kepemimpinan konstant.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
72
Kesimpulan
1. Terdapat pengaruh yang positif Kepemimpinan (X1) dan Komunikasi (X2)
secara bersama-sama terhadap Kinerja Pembangunan (Y). Melalui uji
signifikansi dengan menggunakan distribusi F, diperoleh nilai F hitung
sebesar 326,936, sementara harga kritis nilai F tabel dengan derajat bebas
pembilang 2 penyebut 150 pada  (0,05) diperoleh nilai F tabel sebesar
2,9957 sehingga terbukti bahwa F hitung (326,936) > F tabel (2,9957).
Dengan demikian bahwa variabel Kepemimpinan dan Komunikasi secara
bersama-sama dapat meningkatkan Kinerja Pembangunan di Kecamatan
Bantar Gadung Kabupaten Sukabumi.
2. Terdapat pengaruh yang positif Kepemimpinan (X1) terhadap Kinerja
Pembangunan (Y). Melalui uji signifikansi dengan statistik uji t, diperoleh
nilai t hitung untuk b1 sebesar 12,393 sedangkan t tabel dengan derajat
bebas 150 pada  (0,025) adalah sebesar 1,960. Dengan demikian t hitung
(12,393) > t tabel (1,960). Hal ini menunjukkan bahwa Kepemimpinan
dapat meningkatkan Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung
Kabupaten Sukabumi.
3. Terdapat pengaruh yang positif Komunikasi (X2) terhadap Kinerja
Pembangunan (Y). Melalui uji signifikansi dengan statistik uji t, diperoleh
nilai t hitung untuk b2 sebesar 12,832 sedangkan t tabel dengan derajat
bebas 150 pada  (0,025) adalah sebesar 1,960. Dengan demikian t hitung
(12,832) > t tabel (1,960). Hal ini menunjukkan bahwa Komunikasi dapat
meningkatkan Kinerja Pembangunan di Kecamatan Bantar Gadung
Kabupaten Sukabumi.
3. Berdasarkan perhitungan SPSS, besarnya nilai koefisien determinasi yang
diperoleh adalah sebesar 0,813. Hal ini menunjukkan bahwa 81,30%
keragaman Variabel Kinerja Pembangunan disebabkan oleh perbedaan
keragaman variabel Kepemimpinan dan Komunikasi, sisanya sebanyak
18,70% disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Daftar Pustaka
Admosudirdjo, Prajudi, 2002, Dasar-dasar Administrasi Negara, Jakarta:
Ghalia
______________, 2006, Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan
Keputusan, Jakarta: Ghalia Indonesia
Arikunto, Suharsimi, 2005. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta
Davis, Keith, 2007, Human Relation at Work, Tokyo : Kagakusha Company
Ltd
Davis, Keith & Newstron, John W, 2006, Perilaku dalam Organisasi Jilid 2,
Jakarta, Erlangga
Etzioni, Amitai, (Penerjemah: Suryatin). 2002. Organisasi-organisasi Modern,
Jakarta: UI Perss
Gibson, Ivancevich, and Donnely Jr., Organisasi dan Manajemen Perilaku,
Struktur, Proses, edisi keempat, cetakan ketujuh, Erlangga, Jakarta,
2002
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
73
Gunawan, Benny, 2009, Diktat Metodologi Penelitian, Program Pasca Sarjana
STIAMI, Jakarta.
Hadayaningrat, Soemarno, 2005, Administrasi dan Manajemen, Jakarta,
Gunung Agung
Kartono, Kartini, 2002, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta, Rajawali
Kosasih, Ahmad, 2002. Telaah Islam Atas Motivasi Kerja (dalam Buku Nilai
dan Makna Kerja dalam Islam), Jakarta : Nuansa Madani
Macaulay, Steve, Cook, Sarah, et.al, 2006, Kiat Meningkatkan Pelayanan bagi
Pelanggan, PT. Gramedia Utama, Jakarta.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta
Ndraha, Taliziduhu, 2007, Metodologi Ilmu Pemerintahan, Jakarta, Rineka
Cipta
__________, 2009, Teori Budaya Organisasi Pegangan Belajar Bahan Diskusi,
kerjasama IIP-Unpad
__________, 2002, Pembangunan Masyarakat, Jakarta : Rineka Cipta
Newstrom, John W. & Keith Davis, 2009, Organizational Behavior : Human
Behavior at Work. New York: Tata Mc Graw
Pamuji S, 2005, Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, Jakarta, Bumi Aksara
Rasyid, M. Ryass, 2007, Makna Pemerintahan, Jakarta : PT. Yasrif Watampone
__________, 2008, Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan dan Politik Orde Baru,
Jakarta : PT. Yasrif Watampone
Robbins, Stephen P. 2009, Organizational Behavior. New York, Prentice-Hall
Co
__________, 2006, Teori Organisasi : Struktur, Desain dan Aplikasi terj. Jusuf
Udaya. Jakarta, Arcan
Robbins P. Stephen (Alih Bahasa Jusuf Udaya), 2004. Teori Organisasi,
Struktur, Desain dan Aplikasi, Jakarta: Arcan
Salusu, J, 2006, Pengambilan keputusan Strategik, Grasindo, Jakarta.
Santoso, Singgih,. SPSS Versi 10, Mengolah Data Statistik Secara Profesional, :
PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001
Siagian, Sondang P., Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara
Jakarta, 2006
__________, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Keenam, Penerbit
Bumi Aksara, Jakarta, 2007
Siagian, Sondang P., 2006b, Organisasi Dalam Manajeman Pemerintahan,
Bandung: CV. Ramadhan
__________, 20006c, Sistem Informasi Manajemen dan Proses Pengambilan
Keputusan, Bandung : CV. Ramadhan
__________, 2007, Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintahan, Jakarta :
Gramedia
__________, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia, Ed. 1, Jakarta, Bumi
Aksara
__________, 2008, Administrasi Pembangunan, Jakarta : Haji Masagung
__________, 2006, Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta :
Gunung Agung
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
74
__________, 2009, Proses Pengelolaan Pembangunan Nasional, Jakarta, Gunung
Agung
Sugiyono, 2008, Edisi ke 5), Metode Penelitian Administrasi, Bandung, CV.
Alfabeta
Suradinata, Ermaya, 2007 Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintahan,
Pendekatan Budaya, Modal dan Etika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
__________, 2008. Filsafat dan Metodologi Ilmu Pemerintahan, Bandung:
Ramadhan
__________, 2008. Manajemen Pemerintah dan Otonomi Daerah, Bandung:
Ramadhan
__________, 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia : Suatu Tinjauan Wawasan
Masa Depan, Ramadan, Bandung
__________, 2006. Psikologi Kepegawaian dan Peranan Pemimpin dalam Motivasi
Kerja, Ramadan, Bandung
__________, 2006. Manajemen Pemerintahan dalam Pembangunan, Ramadan,
Bandung
Suradinata, Ermaya, 2005, Psikologi Kepegawaian dan Peranan Pimpinan Dalam
Motivasi Kerja, Bandung : CV. Ramadhan
__________, 2003. Kebijaksanaan Pembangunan dan Pelaksanaan Otonomi
Daerah, Bandung: Ramadhan
__________, 2006a, Ekologi Pemerintahan Dalam Pembangunan, Bandung : CV.
Ramadhan
__________, 2006b, Organisasi Dalam Manajeman Pemerintahan, Bandung : CV.
Ramadhan
__________, 2006c, Sistem Informasi Manajemen dan Proses Pengambilan
Keputusan, Bandung : CV. Ramadhan
Sutarto, 2008, Dasar-dasar Organisasi, Gadjah Mada Universitas, Press.
Thoha, Miftah, 2005, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Rajawali Grafindo
Persada, Jakarta
__________, 2006, Administrasi Lingkungan dan Ekologi Pemerintahan Dalam
Pembangunan, Bandung, Ramadan
__________, 2009, Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintahan, Pendekatan
Budaya, Moral dan Etika, Jakarta, Gramedia
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Informatika dan Manajemen STMIK Sumedang
75
Download