PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KAWASAN REHABILITASI SUB DAS CIMANUK HULU DI KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT Technical Assistance for Community Empowerment on Upper Cimanuk Watershed Rehabilitation in Sumedang District West Java LATAR BELAKANG Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) Cimanuk Hulu merupakan bagian integral DAS Cimanuk. Keberadaannya sangat penting dan strategis sebagai daerah tangkapan air bagi rencana pembangunan Waduk Serbaguna Jatigede di Sumedang sekaligus untuk stabilitas ketersediaan air di pantai Utara Jawa. Kenyataannya, Sub DAS Cimanuk Hulu telah lama dinyatakan sebagai salah satu DAS kritis sehingga penanganannya mendapat kategori super prioritas (Ginting, et al, 1992). DISHUTBUN Saat ini kualitas DAS Cimanuk Hulu semakin menurun. Kalau kondisi demikian tetap dibiarkan tanpa upaya penanganan serius dan terencana dikhawatirkan akan mengancam rencana pembangunan Waduk Jatigede dan berdampak pada terjadinya banjir di Pantai Utara Jawa Barat. Disamping itu masyarakat yang diharapkan bisa menjadi pelaku utama dalam pembangunan ternyata kondisi sosial ekonomi dan SDMnya belum mampu mendukung upaya pelestarian DAS. Memahami permasalahan tersebut di atas, Bina Swadaya ingin berpartisipasi dan berkontribusi dengan mengajukan gagasan/konsep ide dalam bentuk Technical Assistance for Community Empowerment on Upper Cimanuk Watershed Rehabilitation in Sumedang District, West Java selama 3 tahun kepada program CEP (Community Empowerment Program)-JICA dan gagasan tersebut disetujui. Implementasi program CEP di Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang dimulai bulan Mei 2003 dan akan berakhir pada bulan Maret 2006. TUJUAN Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan ketrampilan masyarakat dalam pengelolaan lahan sesuai prinsip konservasi. Sehingga diharapkan dalam jangka panjang mampu menurunkan laju erosi Sub DAS Cimanuk Hulu khususnya Sub-sub DAS Cikujang – Cimuja. HASIL YANG DIHARAPKAN Hasil yang diharapkan dari program ini adalah (1) berfungsinya sistem kampanye sosial dan pelatihan bagi masyarakat yang dapat mendukung konservasi sumberdaya alam dan pelestarian DAS, (2) berfungsinya kelembagaan masyarakat yang berperan dalam kegiatan sosial ekonomi dan konservasi sumberdaya alam. LOKASI DAN KELOMPOK SASARAN Lokasi pendampingan berada di Wilayah Kecamatan Cibugel yang meliputi 6 (enam) desa dampingan, yakni Desa Buanamekar, Cibugel, Jayamekar, Tamansari, Cipasang, dan Sukaraja. Pertimbangan pemilihan lokasi kegiatan pendampingan karena wilayah tersebut merupakan daerah tangkapan air dengan penggunaan lahan bervariasi (pertanian di lahan milik, kawasan hutan produksi Perum Perhutani, kawasan konservasi “Taman Buru Masigit-Kareumbi”), aksesibilitas wilayah relatif rendah, tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat relatif masih rendah, namun terdapat kelembagaan masyarakat yang dinilai telah berpartisipasi dalam pelestarian sumberdaya alam/lingkungan. Kelompok sasaran kegiatan ini adalah kelompok/ masyarakat desa yang berdomisili di enam desa di Kecamatan Cibugel. PENDEKATAN Pendekatan yang digunakan dalam menjalankan kegiatannya adalah melalui : a. Pengembangan partisipasi masyarakat dan institusi terkait. Dimulai sejak perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi sampai pengembangannya. b. Penumbuhkembangan kelembagaan masyarakat. Kemandirian kelompok akan tercipta jika komponen internal kelompoknya berfungsi dan berkembang baik diantaranya organisasi, administrasi, permodalan, usaha produktif, dan akseptasi c. Optimalisasi fungsi dan manfaat sumberdaya alam. Pendekatan ini dilakukan dengan pengelolaan lahan sesuai prinsip konservasi, yakni sistem usaha tani di lahan milik, optimalisasi lahan hutan produksi dengan pola agroforestri, pengelolaan kawasan konservasi yang bertumpu pada partisipasi masyarakat. DISHUTBUN STRATEGI Strategi pengembangan program meliputi : a. Penjajagan kebutuhan pendampingan, dilakukan untuk mengetahui potensi, masalah, dan alternatif masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa dampingan. Metode yang digunakan adalah PRA (Participatory Rural Appraisal). Hasil penjajagan menjadi dasar dalam merancang kampanye sosial, kurikulum pelatihan, dan penumbuhkembangan kelembagaan masyarakat. b. Koordinasi. Koordinasi dengan instansi terkait untuk memfasilitasi dan mendukung kegiatan teknis. Sedang kegiatan non teknis dikerjasamakan dengan lembaga masyarakat. c. Kampanye social, dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pelestarian sumberdaya alam. Media yang dikembangkan disesuaikan dengan karakteristik masyarakat setempat. Bina Swadaya menyusun rancangan kampanye sosial secara keseluruhan, memfasilitasi potensi-potensi yang ada di instansi terkait dan menyiapkan media-media sederhana yang dibutuhkan masyarakat. d. Pelatihan. Strategi ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap masyarakat dalam bidang sosial ekonomi dan konservasi sumberdaya alam. Pelaksanaannya dengan sistem klasikal dan praktek lapang serta pelatihannya dilakukan secara bertahap. e. Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan masyarakat. Penumbuhan ini dilaksanakan dengan tahapan : animasi, fasilitasi, dan penghapusan diri. ORGANISASI PELAKSANA Komposisi tim Bina Swadaya dalam kegiatan ini adalah Supervisor Proyek, Team Leader (TL) merangkap sebagai Tenaga Ahli Pengembangan Masyarakat dan Tenaga Ahli Pelatihan, Coordinator of Community Organizer (CCO) merangkap Tenaga Ahli Konservasi Sumberdaya Alam serta 3 orang Community Organizer (CO) HASIL • Berfungsinya kelembagaan 30 kelompok dampingan (8 mandiri dan 22 berkembang) dengan modal swadaya Rp. 66.311.000,-, usaha produktif (seperti warungan, makanan olahan, bibit, air bersih, lebah madu, simpan pinjam, mebeler, ternak kambing, menjahit, dll). • Diterbitkannya Bulletin Gedeha 8 edisi dengan berbagai topik yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam, Poster 3 edisi, Pendidikan Lingkungan Bagi Siswa SD dan SMP, dan Siaran Radio Komunitas. • Terlaksananya pelatihan sebanyak 7 kali, yakni (a) Dasar Kelompok Swadaya Masyarakat, (b) Manajemen Koperasi, Kemitraan dan Pemasaran, (c) Budidaya Tanaman Hutan (Silvikultur), (d) Studi Banding Hutan Rakyat dan Hutan Desa, (e) PHBM, (f) Belajar Antar Petani tentang Konservasi, (g) Pengelolaan Lahan Lestari. • Terfasilitasinya kegiatan konservasi, yakni : (a) penyelamatan mata air, (b) studi potensi kawasan konservasi Taman Buru Masigit-Kareumbi (TBMK), (c) penyelesaian konflik garapan lahan dalam kawasan TBMK, (d) Gerakan Nasional – Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) dan Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK), (e) Pola mixfarming di lahan masyarakat, (f) penanaman tanaman kayu pada kawasan hutan dan luar kawasan hutan seluas 1.055,3 ha dan jumlah bibit mencapai 567.496 batang, (g) kontribusi masyarakat dalam kegiatan koknservasi berupa tenaga kerja sebesar 1.401 HOK, Lahan seluas 215,7 ha, dan bibit 83.925 batang. • Beberapa instansi bersedia terlibat dan berkontribusi dalam Program Pemberdayaan Masyarakat (CEP), diantaranya Dinas Kehutanan dan Perkebunan Sumedang, Seksi Konservasi Wilayah III Sumedang BKSDA Jabar II, Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Sumedang, Dinas Koperasi dan UKM Sumedang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumedang, Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa-Madura, Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti Jatinangor Sumedang, LSM, Forum Peduli Masigit-Kareumbi, dll. PT BINA SWADAYA KONSULTAN Jl. Gunung Sahari III/7 Jakarta Pusat 10610 - Indonesia Phone : (62-21) 420 4402, 425 5354 Fax : (62-21) 420 4404 e-mail : [email protected] Mail : P.O. Box 1456, Jakarta 10014 - Indonesia