KARAKTERISTIK IBU YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU KACA PIRING, KOTA PALANGKA RAYA Vita Natalia*, Rapita Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya ABSTRAK Salah satu pengalaman yang berharga yang dialami ibu dan bayi adalah menyusui bayi secara Eksklusif. Sayangnya tidak semua ibu menyadari akan pentingnya pemberian ASI Eksklusif tersebut. Pada studi pendahuluan di Posyandu Kaca Piring Palangka Raya diperoleh data bahwa persentasi ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif proporsinya masih lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memberikan ASI secara Eksklusif. Oleh karena itu perlu diteliti untuk melihat karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI secara Eksklusif dalam upaya mencari solusi sehingga proporsi jumlah ibu yeng menyusui secara eksklusif dapat ditingkatkan, mengingat pemberian ASI sangat penting bagi pembentukan generasi yang sehat, berkualitas dan berdaya saing, serta memiliki moral skill yang baik. Penelitian dilakukan menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan crosssectional. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder dari catatan posyandu selama tahun 2015. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya di posyandu Kaca Piring, Kota Palangka Raya pada tahun 2015. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, sehingga seluruh anggota populasi diikutsertakan sebagai subjek penelitian berjumlah 65 orang. Analisis dilakukan secara univariat melalui perhitungan frekuensi masing-masing variabel untuk melihat karakteristik yang menonjol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya adalah ibu-ibu yang berusia antara 20 sampai 35 tahun yaitu sebanyak 43 orang (66%) dari seluruh populasi. Berdasarkan kelompok pekerjaan 69% adalah ibu yang bekerja. Sedangkan pada kelompok paritas, sebagian besarnya merupakan ibu multipara yaitu sebanyak 36 orang (56%). Karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya di Posyandu Kaca Piring, Kota Palangka Raya, yang paling menonjol adalah ibu-ibu yang berusia 20-35 tahun, multipara, dan bekerja. Kata Kunci : ASI, Usia, Pekerjaan, Multipara PENDAHULUAN memperoleh tumbuh kembang yang baik Peningkatan pemeliharaan kualitas status kesehatan dan adalah dengan pemberian ASI Eksklusif holistik sampai bayi berusia 6 bulan, selanjutnya Sumber Daya Manusia (SDM) dimulai sejak pemberian janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai berumur usia lanjut, atau dikenal dengan sepanjang menyiapkan dan mengajarkan ibu agar dapat siklus kehidupan. Setiap tahap dari siklus memberikan ASI merupakan bagian dari tersebut, berbagai upaya peningkatan SDM. Karena bayi dan masalah yang berbeda khususnya masalah anak lebih sehat sehingga akan menurunkan gizi yang harus diatasi dengan cepat dan angka tepat manusia waktu. menghadapi Salah satu upaya ASI 24 dilanjutkan bulan. kesakitan Oleh sekaligus sampai karena bayi itu meningkatkan untuk 17 kualitas SDM yang bersangkutan di tahap lebih dari 25.000 bayi di Indonesia dan 1, berikutnya (DEPKES RI,2011). 3juta bayi diseluruh dunia dapat diselamatkan Salah satu pengalaman yang berharga yang dialami ibu dan bayi adalah dari kematian dengan pemberian ASIEksklusif (DEPKES RI, 2011). menyusui bayi secara Eksklusif. Sayangnya Berdasarkan penelitian WHO (2012) di tidak semua ibu menyadari akan pentingnya enam negara berkembang, resiko kematian pemberian ASI bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40 % mengandung semua nutrisi penting yang jika bayi tersebut tidak disusui, untuk bayi diperlukan bayi untuk tumbuh kembangnya, berusia di bawah dua bulan, angka kematian disamping itu juga mengandung antibodi yang meningkat akan membantu bayi membangun sistem Pemberian kekebalan mencegah kematian balita sebanyak 13%. ASI Eksklusif tubuh tersebut. dalam masa menjadi ASI 48% secara (Roesli, 2013). Eksklusif dapat Pemberian makanan pendamping ASI pada pertumbuhannya. Pemberian ASI Eksklusif juga dapat saat 6 bulan dan jumlah yang tepatdapat kasih mencegah kematian bayi sebanyak 6 % sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Dalam sehingga pemberian ASI Eksklusif selama 6 era bekerja, bulan dilanjutkan dengan pemberian ASI keadaan ini sering menjadi kendala bagi ibu sampai lebih 2 tahun bersama makanan untuk memberikan ASI Eksklusif kepada pendamping ASI yang tepat dapat mencegah bayinya sehingga pemberian ASI Eksklusif kematian balita sebanyak 19% (Suradi, 2013). menciptakan iklim psikologis globalisasibanyak ibu dan yang Menurut mungkin tidak tercapai (Mardiati, 2012). Hak bayi mendapatkan ASI diartikan data yang ada pada Posyandu Kaca Piring Palangka Raya angka mendapat ASI sesuai dengan resolusi World kejadian Health Assembly (WHA) tahun 2011, yaitu eksklusif dilihat dari catatan pada tahun 2014 bayi sejak bayi menyusu ASI berjumlah 60 bayi, yang lahirsampai usia 6 bulan,selanjutnya diberikan diberikan eksklusif 27 bayi (45%), yang tidak Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) eksklusif sebanyak 33 bayi (55%), tahun 2015 dan pemberian ASI diteruskan sampai usia 2 bayi yang menyusu ASI berjumlah 65 bayi, tahun diberikan eksklusif 26 bayi (40%), yang tidak mendapat atau lebih ASI Eksklusif (IDAI Cabang DKI bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif 39 bayi (60%), tahun 2016 dari bulan Jakarta,2012) Praktek pemberian ASI di negara Januari-Mei bayi menyusu ASI sebanyak 52 berkembang telah berhasil menyelamatkan bayi, yang diberikan eksklusif 13 bayi (25%), sekitar 1,5 juta bayi pertahun dari kematian yang tidak eksklusif 39 bayi (75%). (Buku dan kesakitan,atas dasar tersebut World Catatan Di Posyandu Kaca Piring, Kota Health Palangka Raya) Organitation (WHO) merekomendasikan untuk hanya memberikan ASI sampai bayi 6 bulan. Setiap tahunnya 18 Tabel 1. Karakteristik Ibu Yang Tidak Memberikan METODE PENELITIAN ASI Eksklusif Di Posyandu Kaca Piring, Penelitian ini merupakan penelitian Kota Palangka Raya deskriptif dengan pendekatan crossectional menggunakan sumber data sekunder. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang tercatat membawa bayinya ke Posyandu Kaca Variabel Yang Frekuensi Persentase Diteliti (f) (%) 2 Usia 5 Piring, Kota Palangka Raya selama tahun < 20 th 8 12 2015 berjumlah 65 orang. Pengambilan 20-35 th 43 66 sampel teknik >35 th 14 21 Bekerja 45 69 Tidak Bekerja 20 30 Primipara 23 33 Multipara 36 56 Grandemultipara 6 10 dilakukan sampling, dengan sehingga seluruh total populasi dilibatkan sebagai subjek penelitian. Data penelitian dikumpulkan melalui studi dokumentasi catatan register Pekerjaan di Posyandu Kaca Piring selama tahun 2015. Setelah dikumpulkan, data diolah manual dengan menggunakan program excel. Hasil Paritas pengolahan data dianalisis secara univariat dengan menghitung frekuensi masing-masing Berdasarkan data pada tabel.1 di atas, variabel yang diteliti. Hasil bentuk penelitian tabel, dipaparkan disertai dengan penjelasannya dan pembahasan. dalam dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu yang narasi tidak Berikut memberikan ASI secara eksklusif sebagian besar merupakan ibu-ibu pada masa usia produktif yaitu ada pada kelompok hasil penelitian dan pembahasannya. usia 20-35 tahun sebanyak 43 orang (66%). Hal ini sangat terkait dengan dua variabel lainnya yang diteliti yaitu pekerjaan dan HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang paritas. dilakukan, sebagian besar ibu yang tidak Pada variabel pekerjaan, sebagian memberikan ASI secara eksklusif kepada besar adalah ibu yang bekerja yaitu 45 orang bayinya pada (69%). Sementara itu pada variabel paritas kelompok usia 20-35 tahun, bekerja, dan sebagian besarnya adalah ibu-ibu dengan jumlah paritas lebih dari satu sebagaimana jumlah paritas yang lebih dari satu 36 orang dijelaskan pada tabel 1 berikut ini. (56%). adalah ibu yang berada Usia 20-35 tahun merupakan usia produktif baik secara sosial ekonomi maupun secara reproduksi. Tabel.1 memperlihatkan kesesuaian data yang masuk akal bahwa 19 sebagian besar ada pada kelompok usia Hanya diperkotaan besar dan perusahaan produktif sehingga jumlah ibu yang ada pada tertentu kelompok pentingnya pemberian ASI eksklusif ini. ibu bekerja jumlahnya sama yang telah memahami betapa Berdasarkan data Dinas Kesehatan banyak. Fenomena ibu bekerja akhir-akhir ini Kabupaten tahun 2010 jumlah bayi yang tidak hanya terjadi di perkotaan besar saja, diberi ASI Eksklusif 19,89 % dengan jumlah namun ternyata juga terjadi di kalangan ibu di 5.887 bayi dari jumlah bayi 0-6 bulan yang daerah. Hanya perbedaannya mungkin ada berjumlah 29.591 bayi dari 25 Puskesmas. pada motivasi bekerja itu sendiri. Jika di Sedangkan data pemberian ASI Eksklusif perkotaan besar mungkin banyak ibu yang berdasarkan data kinerja Puskesmas tahun bekerja demi mengejar karir. Sedangkan ibu- 2010 adalah 5,74% dari target 60 % dengan ibu motivasi jumlah 116 bayi dari 2.020 bayi, dimana ada membantu perekonomian keluarga dan upaya sedikit peningkatan dari pada tahun 2009 ada mempertahankan 51 (7,22%). di daerah lebih kepada tradisi dan warisan keluarga. Misalnya ibu-ibu yang secara turun Cakupan ASI Eksklusif khususnya di temurun mengolah sawah atau perkebunan desa tahun 2010 adalah sebesar 4,38% dari milik keluarga. 276 bayi. Alasan utama terjadi peningkatan Bagi ibu di daerah sebenarnya tidak pemberian susu formula adalah karena ibu terlalu bermasalah dengan menyusui, apalagi bekerja, sehingga sedini mungkin bayi sudah ibu-ibu pada sektor dikenalkan dengan susu formula dengan Misalnya ibu yang membuka harapan jika masa cuti ibu habis, bayi sudah warung di rumah, berjualan di pasar, bertani terbiasa dengan susu formula, disamping dan lainnya biasanya tetap membawa bayinya semakin gencarnya promosi susu formula terutama bila masih dalam masa menyusui. (Profil Kal-teng, 2012). yang perkantoran. tidak bekerja Lain halnya dengan ibu yang bekerja di perkantoran, sangat terbatas aksesnya untuk KESIMPULAN membawa bayi ke tempat bekerja. Namun susu ternyata proporsi ibu yang tidak memberikan formula tentu saja menimbulkan masalah ASI secara eksklusif kepada bayinya masih tersendiri lebih bagi gencarnya Hasil penelitian menunjukkan bahwa kampanye promosi ASI eksklusif. Tuntutan pekerjaan membuat banyak ibu besar dibandingkan dengan yang menyusui secara eksklusif. beralih kepada susu formula, terutama ibu Sebagian besar adalah ibu-ibu yang yang akses membawa anak ke tempat ada pada kelompok usia produktif baik secara bekerjanya sangat terbatas. sosial ekonomi maupun secara reproduksi Tempat bekerja yang ramah bagi ibu menyusui agar dapat menyusui bayinya yaitu antara 20-35 tahun. Hal ini dikuatkan oleh gambaran bahwa ternyata sebagain secara eksklusif tentu masih sangat jarang. 20 besar ibu yang tidak memberikan ASI eksklusi adalah ibu-ibu yang bekerja. Saifudin, Abdul Bari,dkk. Ilmu Kebidanan. 2010. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Terbatasnya akses membawa bayi ke Sarwono Prawirohardjo. tempat bekerja, masa cuti melahirkan yang Walyani, Elisabeth Siwi. Asuhan Kebidanan kurang, sampai dengan gencarnya promosi Masa Nifas dan Menyusui. 2015. susu formula, diduga menjadi penyebab Yogyakarta: PT. Pustaka Baru Press. banyaknya ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini, mencakup pengetahuan ibu tentang pentingnya memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya, bagaimana caranya, sampai kepada fasilitasi tempat bekerja yang ramah ibu menyusui. Misalnya kebijakan penambahan masa cuti melahirkan bagi pegawai wanita sehingga dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya dengan tenang. Serta hal-hal lain yang mendukung keberhasilan kampanye menyusui secara eksklusif. DAFTAR PUSTAKA Dewi, Vivian Nanny Lia. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. 2010, Jakarta : Salemba Medika. Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah. Profil Kesehatan Povinsi Kalimantan Tengah. 2011, Kalimantan Tengah. Jitowiyono, Sugeng, Weni Kritiyanasari. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. 2010. Yogyakarta: Nuha Medika. Manuaba, I.B.G. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi II. 2012. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 21