BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat terbebas dari senyawa radikal bebas. Misalnya asap rokok, makanan yang digoreng, dibakar, paparan sinar matahari berlebih, asap kendaraan bermotor, obat-obat tertentu, racun dan polusi udara yang merupakan beberapa sumber pembentuk senyawa radikal bebas. Radikal bebas juga dapat berasal dari polusi, debu maupun diproduksi secara kontinyu sebagai konsekuensi dari metabolisme normal (Septiana dkk, 2002). Radikal bebas adalah atom atau molekul yang sifatya tidak stabil. Radikal bebas memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Elektron-elektron yang tidak berpasangan ini menyebabkan radikal bebas menjadi senyawa yang sangat reaktif dan cenderung mengambil elektron dari molekul lain yang kemudian menimbulkan senyawa yang tidak normal dan memulai aksi berantai yang dapat merusak jaringan. Reaksi berantai akan berhenti bila radikal bebas itu diredam (Yuslinda, 2012). Beberapa contoh radikal bebas antara lain hidroksil (OH•), radikal superoksida (O2•) dan radikal peroksida lipid (ROO•) (Kumalaningsih, 2006). Senyawa radikal bebas dapat menyebabkan berbagai penyakit di dalam tubuh antara lain arterosklerosis, penyakit jantung koroner, stroke, gagal ginjal, proses penuaan manusia, dan kanker (Kumalaningsih, 2006; Youngson, 2005). Banyaknya senyawa radikal yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat menyebabkan kerusakan semua komponen utama sel termasuk DNA, protein, dan membran sel. Kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas terutama kerusakan DNA, yang dapat memicu perkembangan kanker. Radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh akan mengambil elektron dari sel tubuh manusia yang dapat menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga timbullah sel-sel mutan. Bila perubahan DNA ini terjadi selama bertahun-tahun, maka dapat berubah menjadi sel kanker. Untuk menetralisir adanya senyawa radikal bebas di dalam tubuh maka dibutuhkan suatu senyawa antiradikal yang disebut dengan antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat memperlambat atau mencegah 1 2 terjadinya kerusakan diakibatkan oleh radikal bebas dengan jalan meredam aktivitas radikal bebas atau memutus rantai reaksi oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas. Dalam melindungi tubuh dari serangan radikal bebas, substansi antioksidan berfungsi untuk menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron dari radikal bebas sehingga menghambat terjadinya reaksi berantai (Windono, 2001). Dalam studi laboratorium, kehadiran senyawa antioksidan telah terbukti dapat mencegah atau menghambat perkembangan kanker akibat radikal bebas. National Cancer Institute telah mendukung percobaaan mengenai keterkaitan senyawa antioksidan dengan penurunan risiko kanker pada manusia, dan hasil yang didapat dari percobaan menunjukkan bahwa orang-orang yang mengkonsumsi suplemen antioksidan memiliki risiko kematian lebih rendah dari kanker lambung tetapi tidak dari kanker kerongkongan. Dan hasil terbaru pada tahun 2009, setelah selama 15 tahun mengkonsumsi suplemen antioksidan, risiko kematian akibat kanker lambung tidak lagi ditemukan. Spons Acanthella sp. merupakan salah satu genus spons yang telah diketahui memiliki berbagai macam struktur metabolit sekunder yang dapat dipelajari. Spons ini memiliki aktivitas biologis yang bermacam-macam antara lain antimalaria, antimikroba, antifouling, dan antikanker sedangkan untuk aktivitas antioksidan belum banyak diketahui. Xu dkk (2012) melakukan penyelidikan bioassay terhadap spons Acanthella cavernosa dari laut Cina Selatan dan menemukan 8 senyawa diterpenoids baru, yaitu kalihinol M-T, bersama dengan tujuh analog senyawa yang sudah dikenal.sebagai senyawa yang dihasilkan memiliki aktivitas antifouling signifikan terhadap pertumbuhan larva Balanus amphirite, dan memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker HI299 dan A549 (kanker paru-paru manusia), PC3 (kanker prostat manusia), CT-26 dan HCT-116 (kanker usus besar manusia) yang diteliti dengan metode MTT. Senyawa kalihinol yang dihasilkan menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap H1299 dengan nilai IC50 26,21 mM, aktivitas sitotoksik terhadap CT-26 dengan nilai IC50 28,82 mM, dan aktivitas sitotoksik terhadap HCT-166 dengan nilai IC50 28.67 mM. 3 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa antioksidan dapat menghambat perkembangan kanker dan di dalam spons Acanthella cavernosa terkandung senyawa bioaktif yang berperan sebagai antikanker maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait senyawa antioksidan di dalam spons Acanthella cavernosa. Dari berbagai literatur yang ada maka dilakukanlah penelitian uji aktivitas antioksidan dari metabolit sekunder spons Acanthella cavernosa yang berasal dari pulau Selayar, Sulawesi Selatan yang masih terjaga kealamiannya. I.2 Tujuan Penelitian 1. Mengisolasi dan mengidentifikasi metabolit sekunder ekstrak spons Acanthella cavernosa dari pulau Selayar, Sulawesi Selatan. 2. Melakukan uji aktivitas antioksidan ekstrak spons Acanthella cavernosa dari pulau Selayar, Sulawesi Selatan. I.3 Manfaat Penelitian Memberikan informasi tentang potensi senyawa bioaktif dalam spons Acanthella cavernosa yang dalam bidang farmakolologi dapat berperan sebagai pengembangan senyawa antioksidan yang berasal dari hayati laut.