M e w a r t a k a n I m a n d a n K a s i h BERITA U.K.I F E B R U A R I KEGIATAN DI BULAN MARET Misa Minggu II, 8 Maret 2015 Misa Minggu IV, 22 Maret 2015 Misa Minggu Palma, 29 Maret 2015 GEREJA St. Anselm’s Church 1 MacNaughton Rd. (Bayview & Millwood) Toronto ON M4G 3H3 Ph: (416) 485-1792 Subway Stn: Davisville Redaksi: Angelina Hanapie Julian Wibowo Novius Handy Randy Danurahardja Yusup Yusup Penasehat: Rm. J. Juliwan M. SCJ Alamat Redaksi: c/o Priests of the Sacred Heart 58 High Park Blvd. Toronto ON M6R 1M8 Email: [email protected] 2 0 1 5 / N O . 2 7 3 W W W . U K I . C A Pastor Pamong Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ, (647) 896.5945 [email protected] Deacon Deacon Val Danukarjanto, (416) 497.2274 [email protected] DEWAN PENGURUS UMAT KATOLIK INDONESIA Koordinator Christine Budihardjo, (647) 895.7089 [email protected] Wakil Koordinator Albert Tee, (905) 824.1168 [email protected] Sekretaris Christianita Kuswoyo, (647) 774.3801 [email protected] Bendahara Janto Solichin, (416) 587.2362 [email protected] WILAYAH TIMUR Ketua Wilayah Adrianus Sofjan Suhadi, (416) 949.3900 [email protected] Seksi Liturgi Jeffrey Susilo, (416) 388.6169 [email protected] Seksi Bina Iman Esther Kurniadi, (416) 371-2593 [email protected] Seksi Sosial Damianus Indyarta (416) 284.4707 [email protected] Seksi Rumah Tangga Selvie Widjaja, (647) 896.6121 [email protected] Usher Harty Doyle, (647) 533.6246 [email protected] WILAYAH BARAT Ketua Wilayah Ben Dijong, (905) 997.5765 [email protected] Seksi Liturgi Raymond Wirahardja, (905) 812.9491 [email protected] Seksi Bina Iman Maya Adisuria, (905) 814.8475 [email protected] Seksi Sosial Lucas Noegroho, (416) 859.0222 [email protected] Seksi Rumah Tangga Ribkah Mesach, (905) 286.9081 [email protected] Usher Joyo Sudardi, (905) 785.6379 [email protected] BIDANG KHUSUS Mudika, Yoanitha [email protected] PELAKSANA KHUSUS Ketua Lektor Lilian Tjokro, (905) 887.9546 [email protected] Ketua Sakristi Hendry Wijaya, (416) 450.6536 [email protected] Rekan-rekan UKI di Toronto dan sekitarnya, Salam dan Kasih dalam Yesus Kristus bagi Anda semua! Sebulan sudah kita lewati tahun 2015, tak terasa UKI memasuki usia ke-35 di bulan Februari, sebuah usia dewasa dan matang. Begitu juga harapan untuk UKI, semakin mantap dalam ber-iman, makin tulus dan ikhlas dalam pelayanan, dan makin berkembang dalam berkarya bagi sesama. UKI terus bertumbuh dan berkembang, dan saya kira itulah HARAPAN kita bersama. Rahmat Tuhan selalu kita rasakan selama 35 tahun perjalanan hidup UKI. Banyak goncangan besar dan kecil yang terjadi namun kuasa Tuhan terlalu besar untuk dilawan, Kasih-Nya yang melahirkan UKI, maka Kasih-Nya pula yang selalu menyatukan, menjaga dan melindungi UKI. Di tiga tahun terakhir ini kita mengalami pergantian Romo Pamong setiap tahun, suatu hal yang tidak terjadi selama 8 tahun sebelumnya. Tuhan memberikan warna-warni kehidupan melalui para romo SCJ yang pernah menjabat sebagai Pamong UKI. Tidak ada satupun warna yang lebih indah dari warna lain di lukisan Tuhan, semua warna sama cantiknya dan Tuhan mengguratkannya di canvas kehidupan UKI secara “lihai” sehingga UKI dapat terus hidup dalam iman katolik menuju tahun ke-35. Tumbuh kembang UKI juga bergantung pada volunteers atau para tenaga sukarela, mereka adalah perpanjangan tangan dan kaki Tuhan. Tidak hanya di saat UKI mengadakan acara para volunteer turut membantu, tetapi juga mereka yang secara rutin mengantar para seniors ke misa UKI, acara Bible Study, rekoleksi, retreat, dan lain-lain. Mereka yang mengunjungi para seniors di nursing homes, rumah sakit, dan seniors yang sudah tidak mungkin datang ke acara UKI karena kondisi tua ataupun tidak ada yang mengantar. Masih akankah UKI memiliki para volunteers di masa mendatang? Sebuah pertanyaan yang harus mulai kita pikirkan. Di usia ke-35 banyak harapan dan doa dilambungkan. Selain rasa syukur kita telah melewati berbagai macam rintangan di tahun-tahun sebelumnya, UKI juga memerlukan dorongan yang lebih kuat untuk mengayomi warga baik anakanak, mudika, keluarga-keluarga muda, maupun para senior. Harapan besar membuat tugas bagi Romo Pamong dan Pengurus tidaklah mudah. Saya yakin Tuhan tidak menghendaki satu atau dua tangan saja yang bekerja, Dia mau umatNya saling bergandengan bekerja di ladang-Nya. Tigapuluh lima tahun telah kita jalani bersama, berapa tahun lagi yang ada di depan kita? Apakah UKI akan menjadi sekedar tempat kita berkumpul dan “kongkow-kongkow” atau tempat kita bersatu sebagai tubuh-Nya? Saya sendiri tidak tahu apa yang ada di depan kita…tapi saya tahu pasti bahwa Kasih-Nya tak akan pudar kepada UKI. Learn to love without condition. Talk without bad intention. Give without any reason. And most of all, Care for people without any expectation. Dirgahayu ke-35 UKI! Christine Budihardjo Markham, Februari 2015 FEBRUARI HALAMAN 2015/NO.273 3 Selamat Ulang Tahun UKI Tercinta Memulai dan meneruskan.... | Oleh Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ | S ebuah kerinduan... Diawali dengan sebuah perjumpaan antara beberapa orang Katolik Indonesia dengan seorang Romo Canada yang fasih berbahasa Indonesia, maka tumbuhlah sebuah kerinduan untuk berjumpa dan berkumpul sebagai satu saudara seiman. Perjumpaan dan kerinduan itu akhirnya terwujud, sehingga berkumpullah beberapa umat Katolik Indonesia dalam berbagai pertemuan doa dan juga Ekaristi bersama, diawali di rumah-rumah. Sebuah awal yang sungguh indah dan membahagiakan sehingga semakin banyaklah umat Katolik Indonesia yang tinggal di Toronto, berkumpul melalui kontak satu dengan yang lain. Kerinduan para domba ini ditanggapi dengan penuh sukacita oleh sang gembala, sehingga pintu gereja pun terbuka untuk merayakan Ekaristi bersama sebagai pusat dan puncak kehidupan umat Katolik. Setelah berbagai perjumpaan doa dan Ekaristi terjadi, maka semakin berkembanglah Umat Katolik Indonesia yang ada di kota Toronto, Canada. Pada tanggal 3 Februari 1980 menjadi moment bersejarah, karena pada tanggal itu secara resmi dirayakanlah Perayaan Ekaristi bagi Umat Katolik Indonesia (UKI) di Gereja St. Joan Of Arc dengan Romo Wayne Jenkins SCJ sebagai Romo Pamong pertama. Komunitas UKI ini mengambil pelindung St. Joseph dan berada di bawah Keuskupan Agung Toronto. Komunitas UKI ini juga bisa dilihat sebagai sebuah Paroki walaupun tidak mempunyai gedung gereja sendiri, karena warga UKI adalah sekaligus menjadi warga Paroki di tempat mereka tinggal masing-masing. Sejak saat itu sampai hari ini UKI kita tercinta ini berkembang terus. Ada banyak umat yang telah memberikan dirinya bagi perkembangan UKI ini juga para romo yang secara khusus diutus dari Indonesia untuk melayani UKI. Ternyata kerinduan yang datang dari umat menjadi dasar lahirnya UKI yang sampai sekarang sudah berusia 35 tahun. Jelas bahwa Tuhan telah membuka hati para pendahulu UKI ini untuk mewujudkan iman mereka dalam kebersamaan sebagai orang yang berada di perantauan. Iman Katolik dan kesadaran diri sebagai orang Indonesia inilah yang membuahkan perjuangan untuk melahirkan UKI kita sekarang ini. Kerinduan ini muncul dari bawah, yakni dari umat dan disambut dengan penuh sukacita dari banyak umat lainnya, yang juga mempunyai kerinduan yang sama. Kerinduan ini menunjukkan kedalaman iman dan kecintaan akan saudara sebahasa dan dengan budaya yang sama. Hal inilah yang seharusnya terus diperjuangkan dan dipertahankan sampai saat ini, yakni kerinduan dan kecintaan untuk berkumpul bersama dalam iman. Bersyukur sambil berjuang Kita sungguh bersyukur dapat memasuki tahun ke 35 dalam perjalanan sebagai UKI. Semuanya itu hanya mungkin karena pendampingan Tuhan dan kesediaan kita semua untuk didampingi oleh Tuhan sendiri. Sebuah realita bahwa dalam perjalanan waktu selama ini sudah banyak pengalaman yang FEBRUARI 2015/NO.273 HALAMAN 4 terjadi yang telah mendewasakan Iman Katolik dan di bawah payung memperkaya dan membantu satu UKI. Berbagai pengalaman yang UKI, seperti PD, KTM, Mudika/ sama lain. Semua kelompok yang ada membahagiakan namun juga yang OMK, Kelompok Koor, Kelompok di dalam UKI itu menunjukkan menyakitkan telah terjadi. Namun itu Rosario dan lainnya. Walaupun kekayaan kita yang sungguh indah. semua telah membentuk dan sebagian kelompok itu lahir dari Ibarat kebun bunga yang berisi menempa UKI menjadi sebuah inisiatif pribadi atau beberapa warga berbagai jenis bunga sehingga keluarga yang teruji. Jika memang Katolik Indonesia, tetaplah semuanya semakin indah, namun tetap di dalam iman kepada Tuhan menjadi itu berada di bawah kebersamaan satu kebun yang sama. dasarnya, maka UKI akan terus sebagai UKI. Ini semua menunjukkan Tentu saja syukur kita ini melangkah di tengah arus jaman kekayaan kita yang sungguh juga karena kita mampu melewati sampai kapan pun. berbagai tantangan dan kesulitan yang Kita melanda bersyukur karena UKI di Tuhan senantiasa waktu yang mendampingi silam, perjalanan hidup namun juga UKI, yang berarti di waktu pula setiap pribadi sekarang yang ada di ini. Karena dalamnya. Sudah UKI lahir banyak warga UKI yang dihantar untuk memasuki kehidupan abadi di Rumah Bapa di Surga, berdasarkan meninggal dalam iman iman akan yang tetap teguh. Sudah Tuhan Yesus banyak pula warga baru Kristus, maka yang masuk dalam UKI kekuatan dan dipersatukan dalam itulah yang iman yang sama akan menjadi Foto dari kiri; Indra (MC), Ben Dijong– Ketua Wilayah West, Anita-Sekretaris, Tuhan Yesus Kristus. Ini pegangan Christine-Koordinator, Rm Juliwan Maslim SCJ, Bishop Vincent, Deacon Val, Albert-Wakil Koordinator, Janto—Bendahara, Fr. Peter McKenna SCJ semua menunjukkan begitu senantiasa. besar kuasa Tuhan yang telah membahagiakan. Tentu saja yang Sambil bersyukur, kita juga terus mendampingi kita semua. Sebagian perlu kita sadari baik-baik, walaupun berjuang karena tantangan tidak akan keluarga juga dipertemukan di dalam ada berbagai kelompok itu, semuanya pernah selesai dihadapi. Dalam realita UKI sehingga lahirlah keluarga- tetaplah satu yakni UKI. Tetap perlu sekarang ini, kita menyadari dan keluarga Katolik yang baru. Jika kita diwaspadai kemungkinan munculnya mengalami sendiri bahwa kerinduan menyadari semuanya itu, maka kita ekslusivitas dalam kelompok tertentu dan kecintaan yang melandasi pasti akan bersyukur dan semakin yang seolah berdiri sendiri dan lahirnya UKI ini, terkadang kurang mencintai UKI ini. menjadi saingan bagi kelompok yang begitu menggema lagi. Ada berbagai Dengan semakin lain. Santo Paulus pernah mengatakan alasan yang bisa disampaikan untuk bertambahnya warga UKI, maka bahwa tidak ada kelompok Paulus, mulai agak menjauh dari kerinduan sudah beberapa waktu lalu dibentuk Petrus, Apolos atau lainnya. dan kecintaan terhadap UKI. pula berbagai kelompok Pendalaman Semuanya itu satu saja, yakni Keinginan untuk berkumpul dan Iman atau Bible Study serta berbagai berdasar pada Tuhan Yesus Kristus, bersama masih tetap ada, namun kelompok lain yang semua lahir dari sedangkan semua kelompok itu saling mengembangkan sisi iman yang Bersambung ke halaman 8, FEBRUARI 2015/NO.273 HALAMAN 5 HALAMAN 6 apal Ferry dengan nama lambung Jadrolinija (yang kami pakai) secara perlahan tetapi pasti meninggalkan pelabuhan Bari sekitar jam 8 malam menuju pelabuhan Dubrovnik (Croatia). Kapal ini sendiri pernah dipakai oleh Paus John Paul II untuk mengunjungi Crosia dan Medjugorje. Kondisi kapal Ferry ini memang tidak sebagus kapal Louis Olympia Cruse, walaupun demikian kapal ini dilengkapi dengan fasilitas kapel untuk orang berdoa. Perjalanan cukup lancar dengan ombak yang tidak terlalu tinggi sehingga kami semua bisa tertidur dengan nyenyak dan terbangun saat jam untuk makan pagi tiba. Kapal ini mendarat di pelabuhan Dubrovnik jam 6 pagi dan proses bongkar muat barang dan penumpang memakan waktu sekitar 1 jam, sehingga jam 7 pagi rombongan Pilgrimage UKIToronto dapat meninggalkan pelabuhan ini dengan menaiki bus yang datang langsung dari Medjugorje. Dari pelabuhan Dubrovnik rombongan dibawa oleh sang sopir bus menuju ke kota tua yang ada di kota ini dan memakan waktu hanya 30 menit. Kota tua ini dibangun di dalam benteng seluas 2 km dengan ketinggian benteng 6 meter. Di dalam benteng ini kita menjumpai perumahan, istana, pasar, biara Dominikan, beberapa gedung gereja termasuk di dalamnya Katedral yang K bergaya Baroque yang di dalamnya tersimpan relikwi St. Blaise dan dibangun abad ke 18 serta Basilika St. Blaise yang juga dibangun abad ke 18 sebagai penghormatan kepada St. Blaise yang menjadi pelindung kota Dubrovnik. Kota dalam keindahan kota dalam benteng ini. Pada saat kami mengadakan Misa hujan deras turun kembali sampai Misa selesai dan saat rombongan akan meninggalkan gereja hujan sudah berhenti sehingga kami semua masih punya waktu untuk mengagumi keindahan kota ini sambil mencari lunch masing-masing. Saat waktu kami harus meninggalkan kota ini untuk menuju ke Medjugorje kembali hujan deras turun menyertai perjalanan kami. Bukankah ini suatu berkat istemewa yang berasal dari Tuhan, walau mungkin orang lain bisa mengatakan itu hanya sebuah kebetulan. Akan tetapi bagi saya pribadi ini bukan kebetulan akan tetapi Tuhan campur tangan dalam perjalanan Pilgrimage ini. Mungkin bagi sebagian orang di kota ini, nama Indonesia tidak begitu asing karena | Oleh Rm Aegidius Warsito SCJ | pada tgl 18 Oktober 2013 Noorman Widjaja, seorang musisi Indonesia, tampil memimpin Dubrovnik Symphony Orchesta di kota ini. Tentu saja semua rombongan UKI merasa bangga ada putra Indonesia bisa menampilkan talentanya di kota yang indah ini. Secara pribadi saya memang sangat terkesan dengan keindahan kota ini, maka boleh dong benteng ini dibangun demikian kokohnya kalau saya juga menganjurkan siapa saja pada abad ke 16 dan masih bisa bertahan yang kebetulan melintasi negara Croatia sampai sekarang. atau ke Medjugorje jangan lupa kota ini Rombongan UKI mendapatkan disinggahi. Kota ini ditetapkan oleh ijin untuk mengadakan Misa di Basilika UNESCO sebagai World Heritage Sites St. Blaise dan juga mengadakan ritus pada th. 1979. berkat kesembuhan di tenggorakan yang Dari kota ini rombongan menjadi berkat khusus dari St. Blaise. melanjutkan perjalanan ke Medjugorje Selama kita di tempat ini, saya merasakan dan harus melintasi daerah perbatasan betapa Tuhan menyertai dan memberkati negara Bosnia Herzegovina rombongan UKI. Pada saat kami masuk (sebelumnya Croatia, Bosnia – ke benteng ini hujan baru saja berhenti Herzegovina adalah satu negara: sehingga kami semua bisa enjoy melihat Yugoslavia). Saat kita ada di perbatasan, DUBROVNIK Bersambung ke halaman 11, FEBRUARI HALAMAN 2015/NO.273 7 Menyongsong Keselamatan dengan berbenah diri... | Oleh Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ | Memasuki Masa Prapaska Masa Retret Agung erjalanan kita sebagai umat Katolik sekarang memasuki masa yang penuh berkat, yakni Masa Prapaskah. Kita semua tentu sudah mengenal dengan baik masa yang khusus ini karena sudah menjadi bagian kehidupan kita sebagai Umat Katolik. Puncak dan Pusat iman kita ada pada Pribadi Yesus Kristus yang telah memberikan diriNya bagi keselamatan kita dalam Misteri Paskah. Satu rangkaian yang sangat indah dalam iman kita, yakni rangkaian ‘Sengsara-WafatKebangkitan’ Tuhan Yesus Kristus yang disebut sebagai Misteri Paskah. Untuk merayakan Perayaan Agung Misteri Paskah itulah diperlukan sebuah persiapan khusus. Masa persiapan itulah yang kita sebut sebagai Masa Retret Agung, yang berlangsung selama 40 hari, yang disebut pula Masa Prapaskah. Dari namanya Masa Prapaskah, sudah bisa dilihat bahwa inilah masa persiapan Paskah. Selama masa ini kita semua diajak untuk masuk ke dalam Karya Keselamatan Allah bagi kita manusia yang terwujud dalam diri Yesus Kristus. Karena dosa, maka keselamatan manusia terhambat. Masa Retret Agung ini menjadi masa untuk melihat ke dalam diri masing-masing akan semua yang menghambat keselamatan itu terjadi. Oleh sebab itulah fokus kita pada keselamatan P Tuhan dan kedosaan manusia. Dengan rendah hati kita ingin membuka diri dan menyadari kedosaan kita dan memohonkan belas kasih Allah supaya keselamatan itu terjadi di dalam diri kita masingmasing. Masa Retret Agung Prapaskah ini terus berulang setiap tahun, ini mengingatkan kita bahwa Allah selalu membuka pintu keselamatan dan pengampunanNya. Hal ini menyadarkan kita pula bahwa kedosaan selalu menghambat langkah kita untuk menuju ke keselamatan. Manusia begitu mudah jatuh ke dalam dosa, maka diperlukan pertobatan terus-menerus. Oleh sebab itu, masa yang disediakan oleh Gereja ini jangan sampai disia-siakan, karena semuanya itu dilakukan untuk keselamatan kita. Abu sebagai tanda penyadaran diri Untuk menandai Masa Retret Agung ini, setiap orang akan menerima tanda salib abu yang dibuat dari abu daun palma dari Perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya. Abu menjadi tanda bahwa manusia dari debu yang sangat lemah sekaligus menandakan pertobatan manusia. Semuanya itu menghantarkan kita sampai pada kesadaran bahwa kita memang hanya debu di hadapan Tuhan. Namun demikian Tuhan ingin tetap menyelamatkan kita sesuai dengan Rencana Keselamatan Allah bagi manusia sejak semula. Dari pihak Allah sudah jelas bahwa pintu keselamatan sudah terbuka. Sekarang bagaimana dari pihak manusia dalam menanggapinya. Kelemahan manusia yang sering jatuh ke dalam dosa, membuat Allah selalu membuka pintu pengampunan melalui rahmat pertobatan. Dengan menyadari kelemahannya, seperti abu itu, manusia seharusnya bangkit dan menata dirinya kembali. Kelemahan dan dosa bukan untuk disesali semata, namun diperbaiki dan dibenahi supaya tidak terus terulang kembali. Maka setiap kali kita menerima salib abu, dikatakan kepada kita ‘bertobatlah’ atau ‘ kamu berasal dari abu’. Maka kita jawab di dalam hati, ‘Tuhan, beri aku RahmatMu untuk bangkit dari kelemahanku ini’. Dengan bantuan Rahmat Tuhan, dosa akan dihancurkan dan kita diselamatkan. Tiga Pilar pertobatan sebagai tanda Perjalanan pertobatan kita di Masa Retret Agung ini ditandai oleh 3 pilar pertobatan, yang sekaligus sebagai bantuan untuk bertobat. Ketiga pilar itu adalah: Doa-PuasaDerma. Ketiga pilar inilah yang menyangga perjalanan pertobatan kita di Masa Prapaskah ini. Doa menjadi bagian penting dalam Masa Retret Agung ini karena kita ingin semakin menyatukan hati dengan Tuhan. Kita Bersambung ke halaman 8, FEBRUARI 2015/NO.273 Sambungan dari halaman 4, Selamat Ulang Tahun … menjadi dasarnya, dirasakan perlu dihidupkan kembali. Inilah tantangan kita di jaman ini, apalagi iman sudah mulai memudar di negara yang liberal ini. Semuanya harus dikembalikan kepada diri kita masing-masing dan sebagai UKI untuk dapat menjaga dan mengembangkan iman Katolik kita. Menatap dengan harapan Tiga pilar dasar kita adalah Iman-Harapan-Cinta, itulah yang harus kita kembangkan dalam melangkah ke depan, juga sebagai UKI. Iman yang telah mendasari lahirnya UKI ini perlu terus dikembangkan sebagai bentuk harapan kita untuk masa depan yang masih terus akan dijalankan. Semuanya itu hanya mungkin terjadi jika kita tetap mencintai UKI ini. Semuanya itu jelas akan terjadi jika tiap pribadi dalam UKI sungguh mengenal siapa UKI itu. Bukankah semua Umat Katolik Indonesia yang berada di Keuskupan Agung Toronto ini ada di bawah keluarga dan payung UKI? Hal inilah yang selalu harus disadari oleh kita semua. UKI adalah rumah kita dan kita semua, maka mari kita kembangkan bersama. Iman kita akan Tuhan Yesus Kristus tampak jelas dalam kebersamaan dan kecintaan kita kepada UKI. Dengan keyakinan itulah, maka kita akan melangkah dengan penuh harapan dalam menyongsong masa depan kita semua sebagai UKI. Apa yang akan terjadi di kemudian hari, semuanya itu tergantung pada saat ini. Maka penting sekali untuk sungguh menatap ke depan dengan melihat keadaan kita sekarang ini. Sejauh mana kita sudah sungguh memberikan diri sebagai bagian dari UKI selama ini? Ada yang merasa, apakah UKI ini akan terus lestari karena generasi penerus sudah menurun dan orang muda UKI sudah semakin menjauh dari kebudayaan Indonesia. Semuanya itu tergantung bagaimana kita menanamkan kekayaan sejarah ini kepada para penerus kita. Jika kita tidak mengenalkan dan membiasakan orang muda kita, maka jelas orang muda kita akan menjadi asing dengan keluarganya sendiri. Istilah yang muncul ‘lost generation’! Generasi yang hilang, hilang dari berbagai dimensinya, termasuk dimensi yang paling dasar, yakni iman Katolik! Hilang juga dari budaya orang tuanya, termasuk kebiasaan dan bahasa. Tentu saja tinggal di Canada perlu beradaptasi dan menyesuaikan diri. Namun ada dimensi yang tetap perlu terus dijaga dan dipegang dengan setia, yakni iman Katolik. Selain pula dimensi lainnya, seperti moral dan bahasa. Sebenarnya ketika kita mempertahankan, meneruskan dan mengembangkan semua dimensi itu, maka semakin kayalah diri kita dan orang muda kita. Akankah kita membiarkan semuanya itu hilang? Tentu kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok dan seterusnya, baik bagi diri kita sendiri, orang muda kita maupun bagi UKI tercinta ini. Yang kita tahu adalah bagaimana saat ini kita hadir dan memberikan diri kita kepada Tuhan dalam iman Katolik di dalam Keluarga UKI ini, termasuk keluarga kita masing-masing yang ada di dalamnya. Jawaban kita ini akan menentukan pula perjalanan Iman Katolik kita dan perjalanan UKI tercinta ini. Selamat Ulang Tahun bagi kita semua dan Dirgahayu UKI! HALAMAN Sambungan dari halaman 7, Menyongsong ... 8 menyediakan kesempatan untuk mendengarkan SuaraNya dan berbicara dengan Dia. Selanjutnya Puasa yang merupakan bentuk nyata dalam pertobatan, yakni berani meninggalkan kebiasaan yang kurang baik. Puasa bukan hanya menyangkut makanan dan minuman, melainkan terutama sikap pribadi yang mendasari perbuatan dosa kita. Selanjutnya Derma, yakni bentuk nyata dalam berbagi kasih kepada sesama kita. Dengan memberikan sebagian dari milik kita kepada orang lain, terutama yang membutuhkan, kita telah berbagi kasih. Tentu saja derma dilakukan dengan ketulusan hati dan dari yang dimiliki pribadi. Dengan bantuan ketiga pilar Masa Prapaskah ini, kita akan semakin mampu untuk menata diri kita masingmasing. Doa yang tekun akan tampak dalam sikap Puasa, yakni kesediaan untuk membatasi dan mengekang diri terhadap semua yang menyenangkan. Kesempatan ini pula menjadi saat untuk berbagi dari yang kita miliki kepada mereka yang membutuhkannya. Tabir Keselamatan terbuka, dosa dihancurkan Marilah kita memasuki Masa Retret Agung ini dengan penuh sukacita karena tabir Keselamatan telah dibuka bagi kita semua. Inilah saat bagi kita untuk meninggalkan semua yang menghambat Keselamatan terwujud bagi kita dan semua orang lainnya. Jika kita berada bersama Tuhan, semua kuasa jahat akan dikalahkan, termasuk dosa kita. Saatnya telah tiba dan janganlah kita masih berdiam dan bertegar hati. Jika kita tidak mulai pada saat ini, maka kita akan terlambat! Selamat memasuki Masa Retret Agung Masa Prapaskah. Tuhan memberkati. FEBRUARI HALAMAN 2015/NO.273 9 “Melangkah Bersama Di dalam Kristus” Foto dari kiri ke kanan; Ps Soedi Antonie, Rm Johanes Juliwan Maslim SCJ, Ps Hendry Suhady, Ps Ferdy Tjahjadi, Ps Frans Wirayadi, Ps Joe Sudirgo, Ps Agus B mat Kristirani di Greater Toronto Area mengawali tahun baru 2015 dengan acara perayaan tahun baru bersama bertempat di KJRI Toronto pada tanggal 17 Januari 2015. Paduan yang sempurna antara tujuh hamba Tuhan, saling mengisi secara berkesinambungan menyampaikan firman Tuhan dalam tema “Melangkah Bersama Di Dalam Kristus” . Pertemuan para hamba Tuhan dari berbagai gereja Kristen sangat menarik bukan hanya karena kemampuan mereka untuk memberikan siraman rohani, namun yang luar biasa dirasakan karena adanya kasih dan kehadiran Tuhan Yesus yang mempersatukan mereka dalam acara ini. Perayaan tahun baru bersama ini diselenggarakan oleh Badan Kerjasama Seluruh Gereja Indonesia. Pastor Ferdy Tjahjadi mengawali acara siraman rohani dengan mengatakan cara para hamba Tuhan membawakan firmat saat ini akan dipadu seperti acara talk show atau dalam Bahasa Indonesianya sarasehan. Dibuka oleh Pastor Frans Wirayadi dengan mengupas rasa kawatir, rasa takut menghadapi sesuatu yang baru. Hal ini wajar karena Maria, Yusup dan para gembala juga mengalami rasa yang sama. Memasuki tahun 2015 janganlah kita takut sebab Tuhan berkata “Aku akan mendampingi engkau”. Pesan Tuhan sangat jelas, Ia mengatkan pada setiap kesempatan dan peluang. Tugas kita bukan menjadi orang Kristen yang takut, tetapi menjadi orang U yang taat berdoa dan terus berjaga, waspada maka hikmat Tuhan akan selalu melimpah dalam kehidupan ini. Pastor Hendry Suhady menjelaskan lebih lanjut akan tema yang dipilih tahun ini. Melangkah bersama dalam Kristus, berjalan bersama di dalam Kristus, melangkah bukan hanya berarti berjalan tapi lebih berarti bertindak di dalam kehendakNya dan berada dalam pimpinan rohNya. Kita harus bertindak di dalam iman kepercayaan kita. Tahun 2015 diingatkan supaya kita melangkah dalam tindakan iman yang lebih kuat dari tahun tahun sebelumnya. Bagaimana caranya yaitu dengan menjalaninya sesuai dengan sumber untuk segalanya yaitu Yesus Kristus. Ibrani 12: 1-2, Tuhan Yesus datang ke dunia bukan hanya menebus dosa kita, Dia datang untuk memperagakan bagaimana menjadi anak Tuhan, mengajarkan bagaimana mengikuti Ia dan mengikuti jejakNya. Tahun 2015 baiklah kita lakukan untuk mengikuti jejak Tuhan mengikuti bagaimana aku bertindak sesuai dengan rencana dan keinginanNya, bagaimana gaya hidupku, supaya dalam tahun yang baru ini kita sungguh mengikuti jejak dan kebenaran yang diberikan oleh Tuhan untuk mengikuti kehendakNya. Galatia 5:25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, kita percaya akan Tuhan dan menerimaNya sebagai juru selamat kita. Kita telah mempercayaiNya, persoalannya bagaimana kita mau berjalan, melangkah dan mengikuti jejakNya?. Berjalan berarti seiring, seirama dengan Tuhan dan iman. Mau menjadi lebih baik dari tahun 2014 sehingga kita dapat menjadi lebih yakin. Bersekutu berarti mengeratkan hubungan dengan Tuhan dengan cara mendisiplinkan hidup kita untuk melangkah lebih dekat melalui hidup doa, hidup meditasi. Pastor Hendry menegaskan kembali ikuti kehendak Tuhan siang dan malam, miliki waktu persekutuan yang lebih intim dan lebih dalam dengan mendisiplinkan diri. Pastor Ferdy sempat berkomentar lucu menanggapi apa yang dikatakan Pastor Hendry ..“jangan kita membuat hari Minggu tobat, hari Senin sampai Sabtu kumat..!!”. Sebelum beranjak pada pembicara berikutnya, Pastor Soedi Antonie melengkapi firman Tuhan dengan mengamininya dalam lagu Kasih. Persekutuan para hamba Tuhan belum terasa lengkap tanpa kehadiran Pastor Joe Sudirgo. Pada kesempatan ini beliau memberikan pengalaman hidup bersama dengan pasangan hidupnya – Ibu Hanna Sudirgo. Mereka telah mengarungi bahtera rumah tangga dan hidup bersama di dalam perkawinan yang berlandaskan dalam kasih Tuhan selama 40 tahun. Dengan demikian tema yang dibawakan adalah dari sisi kehidupan berkeluarga. Secara terbuka dan tidak ragu Pastor Joe Bersambung ke halaman 10, FEBRUARI 2015/NO.273 dan Ibu Hanna berbagi pengalaman hidupnya, sebagai dua insan yang dipersatukan dalam berbagai perbedaan, kepribadian, untuk dapat lebih setia, lebih menerima, lebih memberi dan menghargai satu sama lain. Ibu Hanna secara terbuka mengatakan mereka pun bukan pasangan yang sempurna. Perbedaan dan benturan di awal ada saja, Ibu Hanna mengatakan jangan berpikir kita yang paling benar, kekurangan yang dimiliki oleh pasangan kita jangan kita meminta untuk mengubah pasangan. Dalam melangkah bersama dalam keluarga, kita harus melangkah bersama sama dalam Tuhan, yakini Tuhan yang ada dalam diri kita, Ia yang akan bermanifestasi dalam hidup kita. Ijinkan Ia hadir agar Tuhan nyata dalam hidup ini. Sebagai pembicara terakhir, Romo Johanes Juliwan Maslim SCJ merangkumnya dengan memberikan pemahaman yang lebih mendalam akan tema tahun baru 2015. “Melangkah Bersama Di Dalam Kristus” . Kata dalam menunjukkan suatu keterikatan, satu kesatuan kata yang tidak terpisahkan, disitu dikatakan dalam Kristus, yang berarti jangan merenggang karena bisa membahayakan perjalanan kita. Yohanes 15:5 “Akulah pokok anggur dan kamulah rantingrantingnya”. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Injil ini menjelaskan kalau kita ini terikat dengan Tuhan. Kalau terpisah maka semuanya akan tersia-sia. Mungkin dalam tahun 2015 banyak orang yang membuat prediksi dan lain sebagainya. Sebagai orang Kristen kita tidak perlu mengikuti atau mengetahui berbagai macam prediksi untuk tahun yang baru. Ketika kita mau melangkah di tahun 2015, satu hal penting yang perlu kita miliki adalah bagaimana kita terikat dengan Kristus yang sudah kita terima ketika kita dibaptis. Disitu kita dipersatukan dengan HALAMAN 10 Foto Panitia Perayaan Tahun Baru bersama Konjen RI Julang Pujianto dan Ibu Sarinah Kristus sekali untuk selamanya. Dengan demikian kita tdak perlu ragu sama sekali ketika melangkah, Tuhan selalu setia, yang menjadi permasalahan adalah Team Line Dancing UKI tampil memeriahkan acara Tahun Baru Bersama 2015 ketika kita sebagai pribadi yang mendalam denganNya. Kristus tidak terkadang menjauh dari Tuhan. Perlu berubah, kemarin - besok adalah sama. Ia disadari sekali lagi, Tuhan tidak pernah hidup sampai hari ini dan hadir saat ini di menjauh dan meninggalkan kita, yang antara kita. Yang menarik pada saat ini perlu kita pertanyakan adalah mengapa adalah yang membuat kita bersatu, kita saya menjauh? Hal ini bukan baru, tapi semua di sini bersatu dalam Kristus, bukan perlu kita perbaharui. Hari esok dimulai perbedaan yang ada tapi apa yang sekarang, bukan besok. Contoh seorang mempersatukan kita, di situ ada salib, bila kita mahasiswa, ketika dia mulai kuliah dia memandang salib, kita melihat dosa kita di harus mempersipakan ujian, bukan paku dan keselamatan mengalir dari salib, ini yang memperkuat perjalanan hidup kita. menunggu ketika hari ujian tiba, sehingga Yesus dalam injil Yohanes 17: 11 dan 21: terjadilah cara belajar “ wayangan” … “kesatuan Yesus dan Bapa dan semoga semua belajar semalam suntuk. Ada buku yang muridNya bersatu…”. Aku dan Bapa adalah berjudul “Waktu esok tidak pernah tiba, satu dan persatuan Bapa dan Aku diharapkan kalau tidak dimulai hari ini. Jangan terjadi pula pada murid-muridNya, karena Yesus menunggu hari esok bila kita mau tahu murid-muridNya yang dua belas ini labil, berubah, lakukan sekarang juga Dalam mempunyai sifat yang berbeda, latar belakang Kristus, mulailah hari ini dan dibawa yang berbeda , semua ini sungguh terjadi, namun Yesus terus berdoa bagi para dalam Kristus. muridNya supaya seperti Ia dengan Bapa yang Kata berjalan sangat penting dan selalu bersatu. Kalau Yesus saja berdoa bagi begitu mendalam, bila kita mau berjalan kita, kita semestinya juga berdoa bagi diri kita tidak tahu arah maka kita bisa tersesat. dan juga untuk persatuan kita dengan Bapa. Contoh sederhana, saya tinggal di high Ini yang menjadi keyakinan dan kekuatan kita park, ketika saya pulang lampu mobil untuk melangkah, tidak ada yang dapat tidak dapat menyinari sampai ke high memisahkan kita dari kasih Kristus, itu harus park, tapi hanya menyinari beberapa kita yakini walaupun penderitaan tantangan meter saja, namun saya tetap berjalan, sedang terjadi. Putus asa tidak ada sebagai dan berjalan bersama Tuhan akan terus orang Kristiani, ini terjadi karena kita diarahkan sampai tujuan. Bagi kita umat berjalan sendiri. Sejak awal Tuhan sudah Kristiani tujuan hidup kita adalah masuk menjadi bagian hidup kita, kita adalah Co -worker dengan Tuhan. Mujizat terjadi surga. Dengan demikian hidup dalam setiap hari, bersyukurlah pada Tuhan Tuhan diperlukan adanya persatuan yang setiap saat. □ [Dirangkum oleh Angelina Hanapie] HALAMAN 11 Sambungan dari halaman 6, saya pribadi agak terkejut karena gerbang perbatasan antar dua negara ini sangat sederhana sekali (ada kesan, paling tidak saya pribadi, negara Bosnia – Herzegovina kurang makmur dibandingkan dengan Croatia). Suasana juga agak menegangkan karena tentara yang menjaga kurang begitu ramah, akan tetapi sopir bus kami (orang Croatia) cukup pandai berdiplomasi sehingga kami tidak jadi disuruh turun untuk diperiksa dan sebagai ucapan terimakasih sang sopir memberikan minuman apa saja yang mereka minta (mungkin uang juga, saya tidak tahu karena tidak kelihatan). Setelah kami bisa melewati perbatasan kami semua lega dan sang sopir bus juga kelihatan lega urusan tidak bertele-tele. Dari tempat ini kami dibawa ke HotelRestaurant Orka (wilayah Bosnia). Tempat dan pemandangannya sangat bagus, walau soal makanan bagi lidah orang Indonesia kurang begitu memuaskan. Setelah kurang lebih 2 jam beristirahat di tempat ini, bus melanjutkan perjalanan ke Medjugorje selama 2 jam sehingga kami sampai di tempat peziarahan yang cukup terkenal ini pada jam 5.30 pm dan rombongan menginap di hotel Pansion No.1 berseberangan dengan lokasi peziarahan. Pada jam 6.30 rombongan makan malam bersama di hotel dan setelah itu acara diatur sendiri-sendiri ( ada yang ikut doa bersama pilgrimage yang lainnya, ada yang survey lokasi tempat peziarahan, ada yang mulai mencari souvenir yang mungkin bisa dibeli sebagai kenang-kenangan dan oleh-oleh). Terimakasih Tuhan, kami boleh mengalami perjalanan yang menyenangkan, menegangkan, dan terlebih melihat dan merasakan kasih pernyertaan Mu di dalam perjalanan ini.□ [Rm. Aegidius Warsito SCJ] WARGA UKI DAN INDONESIA HUBUNGI GREG ATAU SONELA HOXA TELEPHONE # 905-695-1745