M e w a r t a k a n I m a n d a n K a s i h BERITA U.K.I N O P E M B E R 2 0 1 5 / N O . 2 8 1 W W W . U K I . C A KEGIATAN DI BULAN DESEMBER Misa Minggu II, 13 Desember 2015 Misa & Perayaan Natal, 25 Desember 2015 Misa Tutup Tahun The New Regional Council SCJ of Canada 2015 & Perayaan Tahun Baru 2016, 31 Desember 2015 GEREJA St. Anselm’s Church 1 MacNaughton Rd. (Bayview & Millwood) Toronto ON M4G 3H3 Ph: (416) 485-1792 Subway Stn: Davisville Redaksi: Angelina Hanapie Julian Wibowo Novius Handy Randy Danurahardja Yusup Yusup Penasehat: Rm. J. Juliwan M. SCJ Alamat Redaksi: c/o Priests of the Sacred Heart 58 High Park Blvd. Toronto ON M6R 1M8 Email: [email protected] Romo Aegidius Warsito SCJ, Fr John van den Hangel SCJ, Fr Paul Tennyson SCJ, Fr. Richard Woodbury SCJ epatnya pada tanggal 12 Oktober 2015 telah terpilih Fr John van den Hangel SCJ sebagai Regional Superior of Canada. Fr. John menggantikan Fr. Bill Marrevee SCJ yang telah menyelesaikan jabatannya dalam dua periode selama 6 tahun. Bersamaan dengan pemilihan pemimpin baru juga ditetapkan Dewan Penasihat oleh General Superior di Roma pada tanggal 4 Nopember 2015, dimana Romo Aegidius Warsito SCJ telah dipilih sebagai salah satu anggota Dewan Penasihat T SCJ Canada untuk periode tiga tahun mendatang 2015-2018. Dengan penuh rasa bangga, kami Umat Katolik Indonesia mengucapkan Selamat kepada Romo Aegidius Warsito SCJ, putra bangsa Indonesia, dalam mengemban tugas dan tanggung jawab baru untuk selalu dapat mewartakan sukacita, berbagi kasih, dan melayani sesama sehingga Kerajaan Hati Kudus Yesus bertambah merajai hati semua orang.□ [AH/CB] Pastor Pamong Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ, (647) 532.1318 [email protected] Deacon Deacon Val Danukarjanto, (416) 497.2274 [email protected] DEWAN PENGURUS UMAT KATOLIK INDONESIA Koordinator Damianus Indyarta, (416) 284.4707 [email protected] Sekretaris Christianita Kuswoyo, (647) 774.3801 [email protected] Bendahara Janto Solichin, (416) 587.2362 [email protected] WILAYAH TIMUR Ketua Wilayah Adrianus Sofjan Suhadi, (416) 949.3900 [email protected] Seksi Liturgi Jeffrey Susilo, (416) 388.6169 [email protected] Seksi Bina Iman Esther Kurniadi, (416) 371-2593 [email protected] Seksi Sosial Lusia Lie [email protected], (416) 903.9718 Seksi Rumah Tangga Selvie Widjaja, (647) 896.6121 [email protected] Usher Harty Doyle, (647) 533.6246 [email protected] WILAYAH BARAT Ketua Wilayah Ben Dijong, (905) 997.5765 [email protected] Seksi Liturgi Raymond Wirahardja, (905) 812.9491 [email protected] Seksi Bina Iman Maya Adisuria, (905) 814.8475 [email protected] Seksi Sosial Lucas Noegroho, (416) 859.0222 [email protected] Seksi Rumah Tangga Ribkah Mesach, (905) 286.9081 [email protected] Usher Joyo Sudardi, (905) 785.6379 [email protected] BIDANG KHUSUS Mudika, Yoanitha [email protected] PELAKSANA KHUSUS Ketua Lektor Lilian Tjokro, (905) 887.9546 [email protected] Ketua Sakristi Hendry Wijaya, (416) 450.6536 [email protected] Kematian; Sebuah Tahapan Eskatologis Pengantar Sebagai orang Katolik, sudah umum memaklumi bulan Nopember sebagai bulan yang didedikasikan untuk mengenang, mendoakan sanak saudari, kerabat dan siapapun yang sudah meninggal. Diawali dengan hari raya semua orang kudus pada tanggal 1 Nopember, lalu peringatan arwah semua orang beriman pada tanggal 2 Nopember, berlanjut dengan indulgensi yang diberikan oleh Paus bagi mereka yang berdoa bagi arwah dan mengunjungi makam selama 9 hari berturut-turut. Itu semua hendak menunjukkan bahwa praktek mengenang dan mendoakan arwah, bukanlah terjadi akhirakhir ini, bahkan terjadi sejak awal gereja. Pada abad ke-7 beberapa biara Monastik menjadikan tanggal 2 Nopember sebagai hari untuk mendoakan arwah anggota biara yang sudah meninggal dan para donator. Lalu di tahun 988, Abas Odilio pemimpin biara Kluni Perancis memutuskan untuk meneruskan tradisi ini dengan kasih yang besar untuk mendoakan mereka yang meninggal sejak permulaan dunia sampai akhir. Baru pada abad 14 tradisi mendoakan arwah ini menyebar ke seluruh Eropa dan secara umum diterima oleh Gereja Katolik Latin. ~tradisi~ Meskipun diungkapkan bahwa sejak awal gereja, umat Katolik mendoakan orang mati, tradisi tersebut sudah mengakar dalam dunia perjanjian lama. Penulis Kitab Makabe misalnya, mengungkapkan sebuah tradisi yang sangat menarik berhadapan dengan kematian sebagai berikut: “Kemudian dikumpulkannya uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan.Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.” (2Mak 12:43-45) Dalam tradisi tersebut tidak didefinisikan paham tentang kematian, melainkan paham tentang apa yang mesti dilakukan terhadap mereka yang sudah meninggal dan apa yang terjadi sesudah kematian. ~sekelumit ajaran Gereja tetntang kematian~ Kendati demikian, paham atau pandangan Gereja Katolik tentang kematian bisa kita lihat, misalnya dalam Katekismus Gereja Katolik no 1006-1009, sebagai berikut; “Di hadapan mautlah teka-teki kenyataan manusia mencapai puncaknya" (GS 18). Dalam arti tertentu kematian badani itu sifatnya alami; tetapi untuk iman, itu adalah "upah dosa" (Rm 6:23) Bdk. Kej 2:17.. Dan untuk mereka yang mati dalam rahmat Kristus, kematian adalah "keikut-sertaan" dalam kematian Kristus, supaya dapat juga mengambil bagian dalam kebangkitan-Nya Bdk. Rm 6:3-9; Flp 3:10-11. (No. 1006) Kematian adalah akhir kehidupan duniawi. Kehidupan kita berlangsung selama waktu tertentu, dan di dalam peredarannya kita berubah dan menjadi tua. Kematian kita, seperti pada semua makhluk hidup di dunia ini, adalah berakhirnya kehidupan alami. Aspek kematian ini memberi kepada kehidupan kita sesuatu yang mendesak: keyakinan akan kefanaan dapat mengingatkan kita bahwa untuk menjalankan kehidupan kita, hanya tersedia bagi kita suatu jangka waktu terbatas. "Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu sebelum debu kembali menjadi tanah seperti semula, dan napas kembali kepada Allah, yang mengaruniakannya" (Pkh 12:1.7). (No. 1007) Kematian adalah akibat dosa. Sebagai penafsir otentik atas pernyataan Bersambung ke halaman 9 NOPEMBER 2015/NO.281 HALAMAN 3 “...kebangkitan badan, kehidupan kekal...” Mempersiapkan diri bagi kehidupan abadi... | Oleh Rm. Johanes Juliwan Maslim, SCJ | Pengakuan iman ... Credo ... Judul dari tulisan ini merupakan bagian dalam Credo, yakni Syahadat iman kita. Inilah bagian terakhir dari Credo kita itu, ”kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Amin”. Kalimat terakhir ini menutup satu rangkai Credo kita yang merupakan satu rangkaian pengakuan iman Katolik. Inilah ungkapan iman kita, bahwa kita percaya dan mengakui adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Dengan mengakui adanya kebangkitan badan berarti kita semua yakin bahwa badan kita yang adalah diri kita sendiri akan bangkit. Tentu saja seluruh diri kita itu maksudnya dalah jiwa dan roh kita, hidup kita seutuhnya yang akan bangkit. Kebangkitan berarti kemuliaan, hidup dalam persatuan dengan Allah di Surga. Tubuh jasmani kita akan hancur, namun tubuh rohani kita akan terus hidup dalam kemuliaan. Sebagaimana Tuhan Yesus yang bangkit mulia, begitu pula kita akan bersatu dengan Dia dalam kebangkitan dan kemuliaan. Begitu pula dengan kehidupan kekal, ini berarti bahwa hidup kita yang berasal dari Allah akan kembali kepada Allah. Hidup kita bersifat kekal, oleh sebab itu kematian merupakan peralihan dari hidup di dunia menuju hidup abadi. Jelas tujuan hidup abadi dan kekal, yakni untuk selamanya itu adalah dalam kehidupan di Kerajaan Surga. Inilah kebahagiaan sejati dan kepenuhan keselamatan yang telah Tuhan sediakan bagi kita semua yang mengikutiNya. Jika kita menerima dan menghidupi kehidupan yang berasal dari Tuhan ini dengan setia sampai akhir, maka kehidupan abadi telah disediakan bagi kita. Pengakuan iman ini berarti sungguh menjadi kehidupan kita dan kita hidupi dengan setia. Jika kita tidak setia dan menolak Rahmat dari Tuhan, maka berarti kita menolak kebangkitan dan kehidupan kekal. Penolakan inilah yang mengakibatkan manusia akan memasuki ‘kematian kekal’ yang bertentangan dengan kehidupan kekal. Sebenarnya kematian kekal ini juga hidup kekal namun dalam terpisah dari Tuhan Sang Sumber hidup, yakni yang kita sebut sebagai neraka. Tentu kita semua berharap akan memasuki kehidupan kekal sebagi anakanak Allah, maka baiklah kita menekuni panggilan kita. Kehidupan kekal sudah disediakan bagi kita, maka marilah kita melangkah menuju ke sana. Ada banyak tawaran yang sangat menarik di dunia kita sekarang ini, maka kita perlu waspada supaya tidak tersesat dan masuk ke dalam perangkap neraka. RIP = Requiescat In Pace = Rest In Peace Tulisan RIP ini selalu akan menghiasi salib yang diletakkan di batu nisan setiap orang Katolik yang telah meninggal. Arti tulisan dalam bahasa Latinnya: Semoga ia beristirahat dalam damai, sementara dari bahasa Inggris berarti: Beristirahat dalam damai. Inilah ungkapan harapan bagi semua orang yang telah meninggal, agar mereka semua memasuki kedamaian. Damai adalah buah dari kehidupan bahagia dalam persatuan dengan Tuhan. Inilah yang kita harapkan dan yang sekarang sedang kita persiapkan dalam kehidupan di dunia ini, yakni hidup bersatu dengan Bapa di Surga. Kehidupan kekal adalah kehidupan abadi dan bahagia di Surga. Tentu kita semua tahu dan berjuang untuk sampai dalam persatuan dengan Bapa itu. Oleh sebab itulah perjuangan selalu perlu kita usahakan. Memang persatuan dengan Bapa kita sudah kita mulai sejak di dunia ini, ketika kita dibaptis. Baptisan ini mengawali perjalanan peziarahan kita di dunia ini menuju Kerajaan Surga. Perjuangan kita ini bertujuan agar keselamatan yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita itu tidak akan disia-siakan. Tentu saja yang namanya perjuangan selalu disertai dengan pengorbanan, itulah bagian yang tidak terpisahkan bagi kita semua yang sedang berziarah ini Akhir yang membahagiakan Gambaran perjalanan kita di dunia ini seperti sebauh pertandingan. Maka Santo Paulus mengatakan bahwa kita harus memenangkan pertandingan ini dan meraih kebahagiaan abadi di Surga. Bertanding tentu saja dimaksudkan adalah berjuang dalam mengatasi berbagai tawaran yang bisa menggagalkan perjalanan kita untuk sampai ke tujuan kita. Dalam hal inilah diperlukan ketekunan dan kesetiaan agar karunia keselamatan yang Tuhan berikan tetap terjaga dengan kuat. Akhir perjalanan di dunia merupakan awal kehidupan abadi di Surga. Oleh sebab itulah hidup kita tidak akan terputus melainkan diubah, dari hidup duniawi menjadi hidup surgawi yang akan berlangsung selamanya. St. Paulus mengatakan bahwa sengsara jaman ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima. Oleh sebab itulah kita diajak untuk terus berjuang dan tidak mengeluh, melainkan melakukannya dengan sungguh-sungguh. Dalam kenyataannya tidak semua orang dapat mencapai akhir yang membahagiakan. Ini terjadi karena mereka tidak sungguh berjuang dan bahkan menyia-nyiakan karunia keselamatan dari Tuhan. Segala sesuatu bisa terjadi di dalam perjalanan kita, oleh sebab itulah diperlukan kewaspadaan senantiasa. Mari mempersiapkan diri... menuju ke Rumah Bapa Tuhan Yesus sering mengingatkan agar kita selalu berjaga karena kita tidak tahu kapan pertandingan kita akan selesai dan waktu akhir kita akan tiba. Ketika kita tidak tahu persis, maka kita semakin akan berusaha dan berjuang. Semuanya ini dilandasi oleh harapan yang telah ditanamkan di dalam Bersambung ke halaman 11, HALAMAN 4 UKI Senior’s Appreciation Day auh-jauh hari sudah diumumkan, bahwa 9th Annual UKI Seniors Appreciation Day akan diadakan pada tanggal 31 Oktober 2015 bertempat di St. Thomas More Parish. Tempat ini sungguh cocok buat para Senior karena letak gedung gereja dan Hall ada di lantai dasar, maka para Senior tidak perlu turun-naik tangga. Lagi pula St. Thomas More Parish dilayani oleh para Imam SCJ (Hati Kudus Yesus) jadi sama dengan para Imam yang menjadi Pamong di UKI. Tema perayaan Senior Day tahun ini yalah "Aloha from Hawaii" jadi para hadirin diharapkan datang dengan atribut yang mendukung suasana The Land where the Palm Trees sway.; ada yang memakai kalung bunga-bunga ala Hawaii; ada yang memakai baju J bermotif kembang; ada yang memakai sarung warna-warni; ada yang memakai topi berhiaskan bunga (plastik); pokoknya semua serba meriah ! Pintar juga Ketua Panitia telah memilih Tema "Hawaii". Acara akan dimulai pk. 10.00 pagi dengan Misa Kudus. Sesampai di dalam Gereja, . ada yang memberitahu : "Para Senior harap duduk di tengah !" Ada beberapa Senior yang masuk bersama-sama kami, menjawab : "Maaf, saya duduk di pinggir; di sini saja, sebab harus sering ke washroom !" Begitulah kendala para Senior ! Ada beberapa orang yang memakai Walker; dan ada agak banyak pula yang memakai tongkat. Kami sangat menghargai semangat teman-teman yang mau meluangkan waktu dan berkenan hadir memenuhi undangan para Pengurus ! Sayang, ada beberapa Senior yang "takut" keluar rumah. Para anggota pengurus berusaha menilpon / mengajak semua Senior untuk ikut serta berkumpul, bergembira dan berjumpa dengan sesama Senior yang lain ! Beberapa di antara yang takut datang itu menjawab : "Apa katanya nanti ! Kalau saya sehat pagi itu, semoga saya bisa ikut !" Memang sukar bagi para Senior untuk membuat janji jauh di muka karena keadaan kesehatan mereka tidak menentu ! Hari ini sehat, tapi besok bisa tidak enak badan. Syukurlah pada hari itu cukup banyak Senior yang hadir, sekitar . . . .orang, belum termasuk para Medior dan para volunteer yang mendukung jalannya perayaan : penjemputan; Bersambung ke halaman 10, “Kubersyukur....” NOPEMBER 2015/NO.281 HALAMAN 5 Setelah mendapa Kabar dari M tkan alaekat Gabriel, Bunda Maria bersyukur dan menyanyikan Pujian kepada Tuhan. Ia bersyukur karena Tu telah memilih di han a dan Pengantar diberi Rahmat untuk menjadi Seorang ibu sangat keselamatan. W ala t bagi se ala dih melihat anakny yang berusia 3 tah a menanggung beba upun Bunda Maria harus un ter ke n na ya kanker di selaput bersy ng berat, namun matanya. Ia haru ukur. ia tetap s radiasi, namun ak menjalani pengobatan dengan Bunda Maria be hirnya dalam jan rsyukur dengan gka setahun, dirinya anaknya menjadi seba selu bu memandang Bund ta. Dalam doanya, ibu itu bahwa ba gai seorang hamba Tuhan. Ia men ruh a Maria yang se yadari hw a Rahmat Tuhan dang Puteranya Yesus yang mati di sa menatap juga berguna untuk keselamata yang diterimanya itu sedihnya. Mata ibu lib dengan Maria ikut n semua orang. Bu itu terbuka bahwa Bunda Maria semua, m memikirkan keselamatan manusia, nda lebih menderita da ak n lebih menderita da masih banyak anak lain yang ringan itu a dia menerima tawaran Tuhan yang kita ri pada anaknya. Da dengan kerendahan tidak ibu itu mendengar hati. lam doanya, suara Bunda Maria, merawat anakmu”. “Aku akan Kubersyukur ..... Oleh sebab itulah kita bersyukur... berumur 23 tahun, Sekarang anak ibu itu sudah kita pun, khususny ia a sebagai walaupun ia buta. berhasil meraih gelar doktor senior, perlu selalu untuk: Sang anak begitu Be rsyukur dan memuj Bunda Maria da m en cin tai n ia tetap bersy i Tuhan dalam hidu Bersyukur karena ukur dalam penderitaannya. p kita. kita sadar akan belaskasih, Rahmat dan peng hiburan Tuhan yang Santo Paulus bersyu tercurah bagi kita. selalu ku r.. Paulus selalu bers Kebaikan yu Tu ku r ha at n as belaskas in penghiburan yang yang memberi pengharapan ba ilah diterimanya dari Tu ih dan gi kita walaupu memberikan ha n da n n kita m kekuatan en de rit a, sa kit da baginya menghadapi berbag dalam masalah kehidupa n mempunyai berbagai ai penderitaan. Se n. menjadi sabar dalam hingga ia bersyukur karena Tu Kita tetap yakin dan han selalu bersama menghibur sesam penderitaan bahkan mampu M ak a marilah kita. anya yang juga menderita. sedang menyadarkan ki kita melihat kebaikan Tuhan yang ta untuk selalu be Pengalaman akan rsyukur dan tidak mengeluh ketik Tuhan itulah ya belaskasih dan penghiburan senior meman a mengalami penderitaan. Men jadi ng kemudian m g sering mengalam pengharapan kare ela i na percaya kepa hirkan permasalahan dan tantangan lainn berbagai penyakit, da Allah inilah saat un yang berbelaskasih tuk selalu bersyukur ya. Namun demikian . Pa mengeluh dalam m ulus tidak putus asa dan supaya hidup da kita semakin bahagi n bukan mengeluh enghadapi tantanga hidupnya, bahkan a n dan sehat. da lam ia berani mati dem i iman dan cintanya kepada Tu Tu han memberkati. han. Bunda Maria bers Rm. Juliwan SC yukur... J | Homili Senior Da y 2015 UKI Senior Day 2015 HALAMAN 8 Berdoa dalam Nyanyian, Bernyanyi Dalam Doa (Ibadat Taizé) (Sumber: http://www.st-yohanesbosco.org. Disadur oleh Ina Tedja dan Christine Budihardjo ) Alm. Paus Yohanes Paulus II ketika berkunjung ke Taizé bulan Oktober 1986 mengatakan, "Seseorang yang singgah ke Taizé bagaikan mendekati sumber mata air. Di sini seorang peziarah berhenti, melepaskan dahaganya sebentar, sebelum melanjutkan perjalanannya". APAKAH ITU TAIZÉ? Taizé (baca: Teisee) adalah sebuah nama komunitas kecil di desa yang terletak sekitar 350 km di sebelah selatan Paris, Perancis yang didirikan atas dasar cinta kasih dan persaudaraan eukumenis dengan anggota yang berasal dari berbagai latar belakang. Inspirasi ini muncul setelah Perang Dunia II yang mengerikan, dimana bangsa-bangsa Eropa terpecah belah, termasuk perpecahan hebat dalam agama Kristen sendiri (Katolik, Protestan, Ortodoks, Anglikan dan sebagainya). Dari keprihatinan itu Bruder Roger Louis Schuts bersama para biarawan Taizé saat itu menjalankan pola hidup persaudaraan intensif dengan selalu berlaku sabar, lemah lembut, rendah hati, saling membantu dan damai (Ef 4: 2-3) dalam hidup sehari-hari mereka. Dari hari ke hari komunitas berkembang; bila pada awalnya para biarawan berasal dari Gereja Kristen Protestan, perlahan-lahan biarawan Katolik mulai bergabung dan sekarang komunitas dihuni oleh kurang lebih seratus bruder dari berbagai tradisi Kristen dan kebangsaan yang berbeda. Demikianlah sampai saat ini, sepanjang tahun, ribuan peziarah dari seluruh dunia datang ke Taizé untuk beristirahat, merenung, berdoa, bernyanyi bahkan bekerja, bersama para biarawan dan penduduk sekitar. Di sana mereka keluar sejenak dari kehidupan sehari-harinya dan saling membagi perhatian, persaudaraan, persahabatan serta cinta kasih dengan sesamanya. Di Indonesia doa Taizé dikembangkan oleh kelompok biarawati Ursulin, bersama dengan banyak kelompok biarawan/biarawati lain, seminari, sekolah, gereja bahkan oleh kelompok-kelompok awam dan kaum muda di berbagai daerah. BERNYANYI DAN BERDOA Nyanyian Taizé berupa kalimat-kalimat pendek yang sederhana yang diambil dari ayat -ayat kitab suci, dilantunkan terus-menerus sambil menjaga suasana keheningan dan kekhidmatan doa. Melalui lagu dicari dan diperoleh suasana hati yang mendalam, dan meditatif. Nyanyian yang sederhana namun membawa suasana sakral itu telah menjelma menjadi doa itu sendiri. Saat itulah misteri Tuhan terwujud melalui simbol sederhana yang indah dan tidak tenggelam oleh kata-kata yang berlebihan. Contoh lagu-lagu Taizé yang sudah sering kita nyanyikan dalam misa UKI: Dalam Tuhan Aku Bersyukur, Magnificat, Laudate Omnes Gentes, Jesus Remember Me, Veni Sancte Spiritu, Jesus Lé Christ, Pujilah Tuhan (Bless the Lord My Soul), dsb. Ibadat Taizé tersusun serupa Liturgi. Kerangka inti ibadat adalah Pembukaan, Bacaan (satu atau lebih) yang diawali Mazmur, dilanjutkan Hening, Renungan, Doa Permohonan dan Pujian, Doa Bapa Kami, dan diakhiri dengan lagu penutup. Suasana ruangan yang redup, dengan nyala api dari beberapa lilin dapat membantu terciptanya suasana yang baik. Posisi berdoa dapat diatur menghadap ke salib yang agak besar sebagai pusat atau, jika jumlah peserta hanya sedikit maka dapat diatur posisi duduk bersila mengelilingi salib. Tentu saja nyanyian doa Taizé dapat juga digunakan untuk ibadat lain, mulai dari renungan atau doa pribadi sampai perayaan Ekaristi. Bahkan nyanyian sederhana ini juga dapat menjadi jalan untuk berdoa sendiri pada waktu senggang atau pada waktu malam, maupun dalam keheningan hati ketika sedang bekerja. KELOMPOK DOA TAIZE UKI—EAST Pertemuan perdana kelompok doa Taize UKI—East terjadi di bulan Juli 2015 dengan bimbingan Romo Juliwan, SCJ. Anggota inti Taize UKI—East adalah para mantan anggota Koor East, yang dimotori oleh Ina Tedja dan Lala Budiono. Setelah berkarya dan malangmelintang di pelayanan koor UKI selama kurang lebih dari 10 tahun, mereka memutuskan untuk “memanfaatkan hobby menyanyi mereka dalam bentuk doa”. Usulan untuk membentuk kelompok doa taize disambut dengan semangat sekali oleh Romo Juliwan, yang pernah tinggal di komunitas Taize, Perancis di saat beliau menuntut ilmu di sana. Di saat ini kami masih berencana untuk bertemu tiap 2 bulan sekali. Pertemuan kedua telah dilakukan di bulan September lalu, dan yang ketiga akan dilaksanakan pada tanggal 20 November. Bagi Anda yang berdomisili di Wilayah UKI East dan ingin bergabung, ataupun Anda tertarik untuk membentuk kelompok doa Taize bersama komunitas Anda sendiri dan memerlukan informasi lebih lanjut, silakan menghubungi Ina Tedja: [email protected] Keep Calm and Go to TAIZE. Prayer and Music. Ina Tedja dan Christine Budihardjo NOPEMBER 2015/NO.281 Sambungan dari halaman 2 Kitab Suci Bdk. Kej 2:17; 3:3; 3:19; Keb 1:13; Rm 5:12; 6:23. dan tradisi, magisterium Gereja mengajarkan bahwa kematian telah masuk ke dalam dunia, karena manusia telah berdosa Bdk. DS 1511.. Walaupun manusia mempunyai kodrat yang dapat mati, namun Pencipta menentukan supaya ia tidak mati. Dengan demikian kematian bertentangan dengan keputusan Allah Pencipta. Kematian masuk ke dunia sebagai akibat dosa Bdk. Keb 2:23-24. "Kematian badan, yang dapat dihindari seandainya manusia tidak berdosa" (GS 18), adalah "musuh terakhir" manusia yang harus dikalahkan Bdk. 1 Kor 15:26. (No. 1008) Kematian telah diubah Kristus. Juga Yesus, Putera Allah, telah mengalami kematian, yang termasuk bagian dari eksistensi manusia. Walaupun Ia merasa takut akan maut Bdk. Mrk 14:33-34; Ibr 5:7-8, namun Ia menerimanya dalam ketaatan bebas kepada kehendak Bapa-Nya. Ketaatan Yesus telah mengubah kutukan kematian menjadi berkat Bdk. Rm 5:19-21. (No. 1009) Sementara itu, Mgr. Joseph Pohle dalam bukunya, The Catholic Doctrine of the Last Things, menjabarkan bahwa kehidupan manusia terdiri dari tiga hal, yakni kehidupan fisik, kehidupan spiritual dan kehidupan kekal. Paralel dengannya, kematianpun sama terdiri dari tiga hal; kematian badan, kematian spiritual dan kematian kekal. Kematian badan adalah proses berpisahnya antara jiwa dan badan. Kematian spiritual merupakan hilangnya rahmat kesucian akibat dosa asal maupun dosa berat, dan kematian kekal dipahami sebagai kehancuran yang oleh Yohanes disebut sebagai kematian kedua, sedangkan Paulus menyebutnya sebagai hukuman kekal (2Tes, 1:9). Menurutnya, realitas kematian hanyalah bagian kecil tema besar yakni, eskatologi. Eskatologi merupakan mahkota teologi dogmatic, yang didefinisikan sebagai doktrin tentang akhir segala sesuatu; tentang segala ciptaan “dipanggil” dan diarahkan keadaan supernatural oleh Allah. Seperti disebut dalam Rm 11:36 “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selamalamanya!” Maka eskatologi sesungguhnya lebih antropologis dan kosmologis daripada teologis, karena membahas tentang Tuhan sebagai sang Akhir (Consummator) dan Hakim Semesta yang objeknya adalah alam semesta; manusia dan kosmos. Akhir dunia, akan berhadapan dengan Allah sebagai hakim, yang akan membedakan dan memisahkan antara kebaikan dan kejahatan. Kebaikan akan mengarah ke surga dan kejahatan akan masuk ke dalam neraka selama-lamanya. Kemudian Allah akan menunjukan keadilan, yang didahului dengan menunjukan kasih dan kerahimanNya. Dengan hanya berbicara tentang kebaikan dan kejahatan, Dia pada saat yang sama menunjukan kemahakuasaan, kesucian dan kekudusan. Dengan demikian eskatologi kembali menuntun kita ke prinsip teologis bahwa alam semesta dalam setiap tahapnya memuji dan memuliakan Tuhan. Akhir dunia merupakan sebuah proses (in HALAMAN 9 fieri), atau juga, sebagai fakta yang telah terjadi (in facto esse). Maka bicara tentang akhir segala sesuatu berarti berbicara tentang kedatangan Tuhan yang kedua kalinya. Akhir segala sesuatu dari manusia adalah; kematian, penghakiman, surga (api pencucian) dan neraka. Dan akhir segala sesuatu dari alam semesta adalah; akhir jaman, kebangkitan badan, penghakiman terakhir yang disertai berakhirnya dunia. ~refleksi~ Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus mengungkapkan; “Hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya ( 2Kor 5:6-9).” Dalam surat tersebut, Paulus tidak hanya memberikan pelajaran tentang kematian. Lebih dari itu, ia mensharingkan penghayatan imannya. Bahwa hidup di dunia, dimana jiwa masih bersatu dengan badan, kelemahan dan kerapuhan disadari. Sembari mengarahkan pandangan mata iman kepada Tuhan, berjuang untuk membuat DIA berkenan diupayakan. Maka tidak heran ia sampai mengatakan kepada jemaat di Filipi bahwa baginya hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Flp 1:21). Artinya, hidup yang ia miliki disadari bukanlah miliknya. Ia membiarkan Kristus hidup didalam dirinya, sehinga kehidupannya berbuah. Dan bila mati, itupun merupakan keuntungan, karena boleh kembali kepada Sang Abadi, tempat jiwa menanti. Dan bagi kita, PR selalu ada. Menabur kebaikan dalam kehidupan. Menebar kasih dan kerahiman. Itu tidak berarti, bahwa segala sesuatu berakhir indah di dunia. Karna sekali lagi, kematian sudah masuk ke dunia karena dosa. Ketika itu terjadi, manifestasinya menjadi sangat kentara dalam tindakan manusia, baik dosa-dosa pribadi maupun komunal, seperti kekerasan, arogansi, lenyapnya budaya “welas asih”, yang menyebabkan keluhuran hidup dan nyawa manusia seperti tidak ada harganya. Penembakan dan bom yang terjadi di Paris, Perancis, yang menyebabkan ratusan orang meninggal akhir akhir ini, dan juga menjadi bukti nyata. Lalu akhirnya kita “menundukkan kepala” terhadap misteri misteri kehidupan, dan mencoba untuk memerankan peran kita secantik dan seciamik mungkin, seturut iman kita, seturut kehendakNya. Sehingga, yang menjadi focus tidak lagi kematian yang kerap menakutkan, melainkan mewarnai kehidupan yang terus harus diperjuangkan. Karena, sebagaimana kematian merupakan bagian proses eskatologis, demikianpun kehidupan, menjadi bagian darinya. Ottawa, Canada - 14 Nopember 2015 Antonius Purwono Sambungan dari halaman 4, pengatur ruangan; dekorasi; atraksi ; penyediaan makanan dan jangan lupa para petugas yang mempersiapkan Perayaan Ekaristi dan Paduan Suara ! Sebagai Lektor telah diminta kesediaan seorang Oma Senior yang memang menjabat sebagai Lektor di Parokinya. Bagus juga pk. 10.00 dimulai dengan Doa Rosario sebagai penutupan bulan Maria, bulan Rosario ! Intensi Doa Rosario dan Misa Kudus yaitu untuk mengucap syukur dan khususnya diperuntukkan bagi Kesejahteraan Para Senior .Diawali dengan Doa Rosario maka beberapa orang yang datang lewat pk. 10.00 masih belum terlambat ikut Misa Kudus. Perayaan Ekaristi dipersembahkan oleh tiga Imam yaitu :Romo Juliwan SCJ sebagai, prisider dan didampingi oleh Romo Aegi SCJ dan seorang Imam tamu yaitu Pater Peter Pitol CS dari St. Pascal Baylon Parish. Sesudah Misa, para hadirin dipersilakan masuk ke Hall dengan seruan "Aloha !!!" . Ruangan telah ditata seperti "disco" lampu agak redup dan ada seorang D J yang memutarkan lagu-lagu yang mengalunkan Hawaian Songs ! Setelah Pembawa Acara sekedar menyampaikan Selamat Datang, maka Acara dimulai dengan Toast : untuk mengucap syukur pada Tuhan dan untuk kesejahteraan para Senior ! Kemudian disusul dengan Hawaian Dance oleh siapa saja yang mau terjun ke tengah ruangan. Setelah suasana agak "lepas" kemudian Pembawa Acara mohon perhatian untuk beberapa pengumuman a.l. susunan acara hari itu ! Mustahil orang mau mendengarkan pengumuman ! Mereka asyik sekali ngobrol karena berjumpa dengan teman -teman yang telah lama tak bersua ! Syukurlah segera ada Kelompok Senior West yang menyumbangkan acara dengan sebuah nyanyian dengan melodi "Burung Kakatua" diganti dengan katakata yang intinya " Kami para Lansia masih suka gaya ! Walau sudah tua, jiwanya tetap muda." Setelah Senior West selesai menyanyi, ada terdengar seruan : "East; sekarang mana Senior East . . .? Kelompok Bible Group Senior East sebetulnya telah mengirimkan lagu-lagu tua, kepada Panitia, tetapi ternyata D J tidak bisa menemukan lagu-lagu tersebut di dalam kumpulan "Karaoke" yang ia miliki; oleh karena itu maka acara Senior East menjadi gugur ! Announcer menawarkan kalau-kalau ada hadirin yang ingin menyumbangkan acara . . . .yang disambut oleh seorang Opa Senior yang menyanyikan dua lagu "antik" yaitu "Waktu Hujan Turun" dan "Mijn Sari Marijs" lagu-lagunya sangat kuno / tua sehingga D J tidak bisa menemukan iringannya. Jadinya Opa menyanyi solo tanpa iringan ! Akhirnya sampailah pada acara makan siang yang dibuka dengan Doa oleh Romo Juliwan SCJ. Makan siang berupa Nasi Kuning yang dihidangkan ditata pada sebuah piring + krupuk udang dan sambal bajak ; semuanya sedap dan porsinya tidak terlalu besar; cukup buat Opa-Oma yang perutnya sudah menyusut. Bagi yang ingin menambah; disediakan nasi kuning extra. Banyak volunteer yang membantu menghidangkan makanan, mengambilkan air minum buat para Senior. Pendek kata, kami sangat dimanja ! Setelah makan, ada sumbangan beberapa nyanyian dari Kelompok "The Golden" dan ada beberapa penyanyi yang sungguh merdu suaranya !.Yang sangat menarik yaitu Kelompok "Line Dancing" yang dengan lemah gemulai menarikan beberapa Hawaian Dance ! Cocok sekali lagu-lagu yang diputarkan oleh D J untuk mengiringinya. Masih ada acara surprise yaitu bagi beberapa orang yang merayakan HUT dalam bulan Oktober ini, maka telah disiapkan kue Ulang Tahun yang sekalian dipotong dan dihidangkan sebagai dessert. Sebagai penutup, telah dipilih seorang hadirin yang dandanannya sangat mendekati kriteria Hawaii : celana panjang bercorak bunga-bunga; baju putih dengan renda-renda; memakai kalung bunga dan ada sekuntum bunga putih di rambutnya pula ! Boleh dikata semua hadirin merasa puas. bahkan banyak yang menyatakan perayaan tahun ini jauh lebih meriah dari pada tahun lalu ! Dengan ini pula atas nama para Senior, saya dengan tulus ingin menyampaikan terima kasih atas appreciation , perhatian dan cinta kasih yang diberikan kepada kami para Senior UKI. Kiriman dari seorang Senior. Sambungan dari halaman 3, diri kita, bahwa kebahagiaan abadi telah menanti kita. Harapan ini dilandasi oleh iman yang kuat tentunya, yang telah ditanamkan di dalam hati kita semua. Iman inilah yang selalu perlu dijaga dan dikembangkan melalui tindakan nyata dalam kehidupan kita semua. Tujuan kita sudah jelas, yakni Rumah Bapa kita semua, yang terdapat banyak tempat bagi kita semua. Kita tidak perlu kawatir bahwa tidak mendapat tempat, semua sudah disiapkan karena kita adalah anakNya. Oleh sebab itulah, jangan kita sia-siakan yang telah Bapa siapkan untuk kita itu. Kita semua adalah citra Allah dan yang sangat dicintaiNya, maka kita harus menghidupi citra kita ini dengan sebaik mungkin, jangan sampai merusaknya. Memang sudah banyak manusia yang rusak dan berarti merusak pula citra Allah itu. Untuk itulah, marilah kita menjadi anak-anak Bapa yang berusaha mempertahankan citra itu. Janganlah kita menambah penderitaan Bapa kita dengan sikap hidup yang merusak citra Allah yang indah di dalam diri kita ini. Kinilah saatnya kita bersiap diri dan selalu bersiap tanpa lelah. Marilah kita menyambut Kasih Bapa dengan mengasihiNya pula melalui kehidupan harian kita. Mari kita siapkan kehidupan kekal kita melalui kehidupan sementara saat ini. Kita sambut undangan Tuhan Yesus dalam perjalanan kita menuju Rumah Bapa, “Marilah datang kepadaKu, kamu semua yang letih dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”.□ ********* Rm. Johanes Juliwan Maslim, SCJ