Informasi laba dalam laporan keuangan pada umumnya penting

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN
KINERJA
Rezeki Irmawati Mulia
[email protected]
Dini Widyawati
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose ofthis research is to find outthe performance ofHotelBisantaBidakara which is done by
usingBalanced Scorecardmethodthroughfourperspectives i.e.: financial perspective, customer perspective,
internal business process perspective, and growth and learning perspective.Based on theresults of research, it can
be concludedthat the performance assessment ofHotelBisantaBidakarawiththe implementation ofBalanced
Scorecard, thefinancialperspectiveshowsgood performance. Based onthe customer perspective, it shows good
performance. Based on the internal businessprocesses perspective, itshowsperformance that can be stated well.
And based on thegrowth and learning perspective, itshowsless good performance.
Keywords: Balanced Scorecard, Performance Assessment, Financial Perspective
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja Hotel Bisanta Bidakara dengan menggunakan
metode Balanced Scorecard melalui empat perspektif yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja pada Hotel Bisanta
Bidakara dengan penerapan Balanced Scorecard, pada perspektif keuangannya menunjukkan kinerja
yang cukup baik. Berdasarkan perspektif pelanggan menunjukkan kinerja yang cukup baik.
Berdasarkan proses bisnis internal menunjukkan kinerja yang dapat dikatakan baik. Dan berdasarkan
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan kinerja yang kurang baik
Kata kunci: Balanced Scorecard, penilaian kinerja, perspektif keuangan
PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini dan yang akan datang banyak perusahaan dituntut untuk
menempuh langkah-langkah yang strategik dalam bersaing pada kondisi apapun. Dalam
kajian manajemen strategik, pengukuran hasil (performance) memegang peran sangat
penting, karena ini strategi tidak saja berkaitan dengan penentuan keberhasilan akan tetapi
menjadi ukuran apakah berhasil atau tidak. Artinya hasil akan dijadikan ukuran apakah
strategi berjalan dengan baik atau tidak, apabila oraganisasi tidak dapat mencapai hasil
maka diagnosa pertama menunjukkan bahwa strategi tidak berjalan dengan baik. Selain itu
pengukuran kinerja juga memperlihatkan kontribusi para manajer terhadap perusahaan
serta menjadi sumber informasi dalam mengevaluasi tindakan manajer.
Sistem pengukuran kinerja yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah suatu sistem
yang dapat mengukur kinerja dari seluruh komponen yang terdapat dalam perusahaan dan
harus mampu mengidentifikasikan keadaan, kedudukan perusahaan sesuai dengan bidang
usahanya. Sehingga, informasi yang dihasilkan oleh sistem pengukuran kinerja secara
menyeluruh tersebut diharapkan dapat membantu pihak manajemen dalam menentukan
langkah-langkah strategis dan dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambilan
keputusan dan mengevaluasi kinerja manajemen dan unit-unit yang terkait di lingkungan
perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
2
Selama ini banyak perusahan yang lebih menitikberatkan pada sistem pengukuran
kinerja secara tradisional karena pengukuran kinerja secara tradisional ini hanya mengukur
kinerja secara sederhana yang berfokus pada segi finansial saja, hal ini menekankan pada
orientasi jangka pendek dengan membandingkan antara pendapatan yang diterima dengan
pengeluaran yang terjadi dan mempunyai tujuan untuk menilai profit bagi perusahaan,
seperti ROI, EPS, EVA. Sedangkan pengukuran kinerja perusahaan yang mencakup aspekaspek non finansial yang mendukung kegiatan operasi internal perusahaan masih kurang
diperhatikan sehingga sistem pengukuran kinerja tradisional memiliki kelemahan.
Di dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, produk dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan hanya akan dipilih oleh pelanggan jika memiliki keunggulan tertentu
dibandingkan dengan pesaing (Mulyadi,2001:24). Oleh sebab itu muncul pemikiran baru
yang dipelopori oleh Kaplan dan Norton (2000) yang memperkenalkan metode balanced
scorecard. Metode ini mengukur kinerja perusahaan tidak hanya dari aspek-aspek keuangan
saja tetapi juga mencakup aspek-aspek diluar keuangan dan memperkenalkan pendorong
kinerja finansial masa depan. Aspek-aspek keuangan tidak bisa begitu saja disingkirkan,
tetapi tidak dapat juga berdiri sendiri, metode balanced scorecard menekankan pentingnya
keseimbangan antara dua aspek tersebut.
Balanced scorecard memiliki keistimewaan dalam hal cakupan pengukurannya yang
lebih komperhensif karena mencakup empat perspektif. Perspektif yang pertama adalah
perspektif keuangan, tolok ukur yang digunakan tergantung pada posisi perusahaan dalam
daur hidup (bisnis life cycle). Perspektif yang kedua ialah perspektif pelanggan, tolok ukur
yang digunakan adalah apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Beberapa
hal penting yang perlu diuji dalam perspektif pelanggan ini adalah proporsi segmen pasar
yang dikuasai oleh perusahaan, tingkat perolehan pelanggan baru dan usaha-usaha
perusahaan untuk mempertahankan pelanggan lama. Perspektif yang ketiga ialah perspektif
proses bisnis internal. Dalam hal ini perusahaan perlu mengidentifikasi proses-proses
penting untuk mencapai tujuan perusahaan yang masih berkaitan dengan perspektif
keuangan dan pelanggan, dalam perspektif ini ada tiga hal yang menjadi perhatian yaitu
motivasi, operasi dan layanan. Perspektif yang keempat yaitu perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan. Beberapa hal yang dilihat dari perspektif ini ialah kemampuan sumber daya
manusia, kemampuan sistem informasi dan jangka waktu untuk memperoleh informasi
tersebut. Empat perspektif balanced scorecard memberi keseimbangan antara tujuan jangka
pendek dan jangka panjang antara hasil yang diinginkan dengan faktor pendorong
tercapainya hasil tersebut, dan antara ukuran objektif yang keras dengan ukuran subyektif
yang lebih lunak (Kaplan dan Norton, 2000:23).
Balanced scorecard memberikan suatu frame work yaitu suatu bahan untuk
mengkomunikasikan misi dan strategi, kemudian menginformasikan kepada seluruh
pegawai tentang apa yang menjadi penentu sukses saat ini dan puas dimasa akan datang.
Dengan ditemukannya konsep balanced scorecard sebagai kerangka kerja baru untuk
mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari visi, misi, dan strategi perusahaan.
Balanced scorecard memberikan para eksekutif kerangka kerja yang komprehensif untuk
menerjemahkan visi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang
terpadu (Kaplan dan Norton, 2000:22).
Berdasarkan latar belakang di atas untuk memberi gambaran yang lengkap mengenai
penerapan metode balanced scorecard sebagai pengukuran kinerja, maka objek penelitian
yang dipilih oleh penulis adalah Hotel Bisanta Bidakara. Dimana Hotel Bisanta Bidakara
yang secara khusus bergerak dalam bisnis jasa penginapan.Hotel Bisanta Bidakara sebagai
jasa penginapan diharapkan dapat menunjukkan kemampuan dan kinerja yang baik. Untuk
melakukan fungsi tersebut Hotel Bisanta Bidakara harus meningkatkan kinerjanya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
3
Penelitian ini bertujuan untuk mengalisis pengukuran kinerja Hotel Bisanta Bidakara
yang diukur dengan balance scorecard. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
dalam hal jangka waktu pengambilan sampel yang dipilih yaitu dari tahun 2011-2013.
Pengamatan dengan mengambil sampel dari tahun 2011-2013 yang dimaksudkan untuk
mendapatkan data yang lebih banyak dan hasil penelitian ini mempunyai daya
komparabilitas yang lebih baik.
TINJAUAN TEORETIS
Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan manapun,
karena kinerja merupakan gambaran dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan
mengalokasikan sumber dayanya. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi yang tertuang dalam strategi planning
suatu organisasi.
Menurut Mulyadi (2007:337) bahwa kinerja adalah keberhasilan potensial, tim, atau
unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya
dengan perilaku yang diharapkan. Sedangkan menurut Bastian (2001:329) kinerja adalah
gambaran mengenai tingkatan pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program.
Kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, misi organisasi yang tertuang
dalam perumusan skema strategis suatu organisasi.
Dari teori diatas maka ditarik kesimpulan bahwa kinerja adalah hasil kerja dari
sekelompok orang atau organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengertian Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan hal yang paling penting untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya, baik dalam tujuan jangka
pendek maupun tujuan jangka panjang seperti yang ditetapkan dalam strategi yang dibuat.
Menurut Bastian (2001:329) kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning)
suatu organisasi.Pengukuran kinerja bukanlah tujuan akhir melainkan merupakan alat agar
dihasilkan manajemen yang lebih efisien dan terjadi peningkatan kinerja. Hasil dari
pengukuran kinerja akan memberitahu kita apa yang telah terjadi, bukan mengapa hal itu
terjadi atau apa yang harus dilakukan (Mahsun 2006:179).Jadi, pengukuran kinerja dapat
disimpulkan sebagai suatu metode yang digunakan untuk mengevaluasi segala usaha dan
hasil-hasil yang telah dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam perusahaan.
Manfaat Pengukuran Kinerja
Manfaat langsung pengukuran kinerja yaitu membantu manajemen dalam memonitor
bisnis mereka, aspek apa yang ada dalam bisnis tersebut yang membutuhkan perhatian,
merupakan alat komunikasi yang penting, juga sebagai dasar untuk sistem pemberian
imbalan, dan memberikan informasi kepada manajemen tentang kinerja masa lalu.
Menurut Mardiasmo (2002:122) secara umum, manfat pengukuran kinerja antara lain:
(1) Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kerja
manajemen. (2) Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan. (3)
Untuk memonitori dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
4
dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja.
(4) Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and
punishment) secara obyektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan
sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati. (5) Sebagai alat komunikasi antara
bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi. (6) Membantu
mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. (7) Membantu memahami
kegiatan instansi pemerintah. (8) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan
secara obyektif.
Tujuan Pengukuran Kinerja
Menurut Mardiasmo (2002:122) secara umum, tujuan pengukuran kinerja adalah: (1)
Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik. (2) Untuk mengukur kinerja finansial
dan non finansial secara berimbang dan dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi.
(3) Untuk mengakomodasikan pemahaman kepentingan manajer level menengah dan
bawahan serta memotivasi untuk mencapai goal congruence. (4) Sebagai alat untuk mencapai
kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.
Konsep Pengukuran Kinerja Tradisional
Konsep tradisional merupakan konsep pengukuran kinerja yang sering sekali
digunakan perusahaan karena mudah dalam melakukan penilaiannya.
Menurut Mulyadi dan Setiawan (2001), ukuran keuangan tidak dapat menggambarkan
kondisi riil prusahaan dimasa lalu dan tidak mampu menuntun sepenuhnya perusahaan
kearah yang lebih baik, serta hanya berorientasi jangka pendek. Namun sistem pengukuran
tradisional yang digunakan selama ini kurang menyediakan informasi yang dibutuhkan
untuk mengukur dan mengelola semua kompetensi yang memicu keunggulan kompetitif
organisasi bisnis (Giri, 1998). Hal ini menyebabkan manajer tidak mengetahui sampai
seberapa jauh pengaruh yang ditimbulkan akibat strategi yang telah diterapkan.
Adanya beberapa kritik terhadap penggunaan penilaian kinerja tradisional menurut
Kaplan dan Norton (1996:7), yaitu: (1) Adanya ketidakcukupan dalam pendokumentasian
dari sitem pengukuran finansial tersebut. Kesulitan dalam menghitung nilai finansial untuk
aktiva-aktiva seperti kapabilitas proses, keahlian dan motivasi, loyalitas customer dan sistem
database akan membuat aktiva-aktiva ini tidak dicantumkan dalam neraca. (2)
Memfokuskan pada ukuran masa lalu. Ukuran finansial hanya menjelaskan beberapa
peristiwa masa lalu yang cocok untuk perusahaan abad industri dimana investasi dalam
kapabilitas jang panjang dan hubungan dengan pelanggan bukanlah faktor penting dalam
mencapai keberhasilan. (3) Ketidakmampuan merefleksikan nilai-nilai yang diciptakan dari
tindakan kontemporer. Ukuran finansial oleh manajer senior seolah-olah mampu
menjelaskan hasil operasi yang dilakukan oleh karyawan tingkat rendah dan menengah.
Pengukuran kinerja keuangan akan mendorong manajer lebih banyak memperbaiki
kinerja jangka pendek dan sering kali mengorbankan tujuan jangka panjang. Kinerja
keuangan yang baik saat ini boleh jadi mengorbankan kepentingan-kepentingan jangka
panjang perusahaan. sebaliknya kinerja keuangan yang kurang baik saat ini bisa terjadi
karena perusahaan melakukan investasi demi kepentingan jangka panjangnya.
Banyaknya kelemahan dalam sistem pengukuran kinerja tradisional mendorong
Kaplan dan Norton untuk mengembangkan suatu sistem pengukuran kinerja yang
memperhatikan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Pendekatan ini secara umum dikenal dengan konsep Balanced Scorecard. Balanced Scorecard
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
5
diterapkan berdasarkan visi dan misi yang telah dimiliki organisasi yang selanjutnya visi
dan misi tersebut dituangkan dalam bentuk strategi untuk mencapai tujuan organisasi.
Visi, Misi dan Strategi
Mulyadi dan Setiawan (2001) mendefinisikan visi sebagai “gambaran kondisi
organisasi yang akan diwujudkan dimasa depan”. Visi akan mengarahkan organisasi pada
saat ini untuk berjalan kearah yang dicita-citakannya tersebut. Menurut Wibisono (2006:43),
visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi
atau perusahaan yang ingin dicapai dimasa depan. Dalam visi suatu organisasi terdapat juga
nilai-nilai, aspirasi serta kebutuhan organisasi dimasa depan seperti yang diungkapkan oleh
Kotler yang dikutip oleh Nawawi (2003:122),visi adalah pernyataan tentang tujuan
organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan
yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh
serta aspirasi dan cita-cita masa depan.
Sedangkan pengertian misi adalah tujuan unik yang dimiliki organisasi yang
membedakan dari organisasi lain yang sejenis. Selanjutnya misi organisasi akan
mencerminkan cakupan organisasi kegiatan/operasi dari organisasi yang bersangkutan.
Perbedaan antara visi dan misi adalah bahwa visi yang telah diterapkan dapat berganti bila
entitas sudah dapat mencapainya, sedangkan misi lebih menekankan pada situasi masa kini,
tetapi cenderung relatif tetap dan relevan disepanjang waktu.
Strategi adalah cara yang dipilih oleh manajemen puncak untuk mewujudkan visi
organisasi melalui misi. Strategi yang baik adalah adanya tindakan fungsional, bukan
memberikan gambaran rinci tentang apa yang harus dilakukan pada setiap keadaan dan
kontijensi.
Balanced Scorecard
Menurut Mulyadi (2001:1) Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu Kartu skor
(Scorecard) dan berimbang (Balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk
mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor dapat digunakan untuk merencanakan
skor yang hendak diwujudkan oleh personel dimasa depan. Hasil perbandingan ini
digunakan untuk mengevaluasi atas kinerja personel yang bersangkutan. Sedangkan kata
berimbang atau balanced dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel diukur
secara berimbang dari dua perspektif yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan
jangka panjang, intern dan ekstern.
Menurut Kaplan dan Norton (2000:16) balanced scorecard adalah suatu kerangka baru
untuk mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan. Selain
ukuran kinerja finansial masa lalu, balanced scorecard juga memperkenalkan pendorong
kinerja masa depan yang meliputi empat perspektif. Sedangkan menurut Tunggal (2003:2)
balanced scorecard adalah sekelompok tolok ukur kinerja yang terintegrasi yang berasal dari
strategi perusahaan dan mndukung strategi perusahaan diseluruh organisasi.
Dengan Scorecard yang diseimbangkan diharapkan dapat mengintegrasikan energi
kemampuan dan pengetahuan perusahaan yang spesifikasi agar perusahaan dapat mencapai
tujuan strategik jangka panjang. Sedangkan dengan kata Balanced disini bertujuan untuk
menekankan adanya penyeimbangan antara faktor-faktor sebagai berikut: (1) Keseimbangan
antara pengukuran eksternal untuk pemegang saham dan pelanggan dengan pengukuran
internal dari proses bisnis internal, inovasi dan proses belajar dan berkembang. (2)
Keseimbangan antara pengukuran hasil dari usaha masa lalu dengan pengukuran yang
mendorong kinerja masa datang. (3) Keseimbangan antara unsur obyektivitas, yaitu
pengukuran berupa hasil kualitatif yang diperoleh secara mudah, dengan unsur
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
6
subyektivitas, yaitu pengukuran pemicu kinerja yang membutuhkan pertimbangan
(Mulyadi, 2007:24).
Balanced Scorecard melengkapi ukuran-ukuran kinerja keuangan masa lalu dengan
ukuran-ukuran dari pemicu kinerja masa depan. Tujuan ukuran di dalamnya dijabarkan dari
visi dan strategi organisasi. Tujuan pengukuran tersebut memandang kinerja perusahaan
sebagai pengendalian manajemen dari empat perspektif yaitu, keuangan, pelanggan, proses
bisnis internal dan proses pertumbuhan dan pembelajaran. Balanceed Scorecard
memungkinkan para manajer mengukur apa yang mereka investasikan dalam pengembangan
sumber daya manusia, sistem, prosedur organisasional demi perbaikan kinerja di masa depan
serta mereka dapat menilai apa yang telah mereka bina dalam aset tak berwujud, seperti
loyalitas pelanggan dan reputasi suatu organisasi.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa balanced scorecard adalah suatu sistem
manjemen, pengukuran, dan pengendalian yang secara tepat dan komprehensif dapat
memberikan pemahaman kepada manajer tentang kinerja bisnis dan dapat digunakan
sebagai pedoman pengambilan keputusan.
Keunggulan Balanced Scorecard
Beberapa keunggulan dengan menggunakan pendekatan metode Balanced Scorecard
dalam sistem perencanaan strategik adalah mampu menghasilkan rencana strategik yang
memiliki karakteristik (Mulyadi, 2001:18), sebagai berikut:
Pertama, meningkatkan secara signifikan kualitas perencanaan, keunggulan
pendekatan Balanced Scorecard dalam sistem perencanaan strategik adalah kemampuan
dalam menghasilkan rencana strategik yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (1)
Komprehensif, sebelum konsep Balanced Scorecard ditemukan, perusahaan beranggapan
bahwa perspektif keuangan adalah perspektif yang paling tepat untuk mengukur kinerja
perusahaan. (1) Koheren, Balanced Scorecard mewajibkan personal untuk membangun
hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran yang dihasilkan dalam perencanaan
strategik. (2) Berimbang,keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan dalam empat
perspektif meliputi jangka pendek dan panjang berfokus pada faktor internal dan eksternal.
(3) Terukur, dasar pemikiran bahwa setiap perspektif dapat diukur adalah adanya
keyakinan bahwa “if we can measure it, we can manage it, if we can manage it, we can achieve it”.
Kedua, meningkatkan kualitas pengelolaan kinerja personel
Pengelolaan kinerja personel ditujukan untuk meningkatkan akuntabilitas personel dalam
memanfaatkan berbagai sumber daya guna mewujudkan visi perusahaan melalui misi
piulihan. Tahapan terpadu yang harus dilalui adalah: (1) Perencanaan kinerja yang hendak
dicapai perusahaan. (2) Penetapan peran dan kompetensi inti personel dalam mewujudkan
kinerja perusahaan. (3) Perancangan sistem penghargaan berbasis kinerja. (4) Pengukuran
dan penilaian kinerja personel. (5) Pendistribusian penghargaan berbasis hasil pengukuran
dan penilaian kinerja personel.
Perusahaan yang melakukan pengendalian manajemen dengan menggunakan
Balanced Scorecard sebagai pengukuran kinerja perusahaan, memiliki keunggulankeunggulan antara lain (Kaplan dan Norton, 2000:128) sebagai berikut: (1) Balanced Scorecard
menerangkan visi masa depan perusahaan keseluruh perusahaan sehingga menciptakan
pemahaman yang sama. (2) Balanced Scorecard menciptakan suatu model strategi yang utuh
yang mengijinkan seluruh karyawannya melihat bagaimana kontribusinya mereka terhadap
keberhasilan perusahaan. (3) Balanced Scorecard berfokus pada upaya perubahan, jika ukuran
dan tujuan yang tepat sudah diidentifikasi, kemungkinan pelaksanaan yang berhasil sangat
besar, jika tidak investasi dan inisiatif akan sia-sia.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
7
Sedangkan menurut Supriyono (2000:151) ada beberapa keunggulan Balanced
Scorecard sebagai pengukuran kinerja, yaitu: (1) merupakan konsep yang komprehensif.
Balanced Scorecard menekankan pada semua aspek baik kuantitatif maupun kualitatif. Aspek
finansial dilengkapi dengan aspek customer, inovasi, dan pengembangan pasar yang
merupakan fokus pengukuran integral. Keempat perspektif menyediakan keseimbangan
antara pengukuran eksternal seperti laba dengan ukuran internal seperti pengembangan
produk baru. Keseimbangan ini menunjukkan trade-off yang dilakukan oleh manajer
terhadap ukuran-ukuran tersebut dan mendorong manajer untuk mencapai tujuan mereka
dimasa depan tanpa membuat trade-off diantara kunci-kunci sukses tersebut. Melalui empat
perspektif, Balanced Scorecard mampu memandang berbagai faktor lingkungan secara
menyeluruh. (2) Merupakan konsep adaptif dan responsif terhadap lingkungan bisnis. (3)
Memberikan fokus terhadap tujuan menyeluruh perusahaan.
Aspek – aspek yang Diukur Dalam Balanced Scorecard
Pertama, perspektif keuangan, dalam perspektif keuangan, balanced scorecard
ditetapkan untuk membantu tercapainya tujuan keuangan. Tujuan keuangan menjadi fokus
tujuan dan ukuran disemua perspektif scorecard lainnya. Jadi, tujuan dari ukuran perspektif
yang lain harus dihubungkan dengan tujuan keuangan perspektif yang terukur dalam ROCE
(Return of Capital Employee) dan EVA (Economic Value Added). Balanced scorecard memakai
tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI, karena tolak ukur tersebut secara
umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba. Tolak ukur keuangan saja
tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan perubahan kekayaan yang
diciptakan perusahaan atau organisasi (Mulyadi dan Setiawan,2001).
Kedua, perspektif pelanggan, perspektif ini merupakan hal yang penting dan tidak
dapat diabaikan mengingat semakin ketatnya persaingan mempertahankan pelanggan lama
dan merebut pelanggan baru, karena pelanggan merupakan aset yang vital dalam
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Dalam perspektif pelanggan balanced
scorecard melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Segmen
pasar merupakan sumber yang akan menjadi komponen finansial perusahaan. perspektif
pelanggan memungkinkan perusahaan menyelaraskan berbagai ukuran pelanggan dalam
hal kepuasan, loyalitas, retensi, akuisisi, dan profitabilitas dengan pelanggan dan segmen
pasar sasaran. Ada dua kelompok pengukuran dalam perspektif pelanggan, yaitu: pertama,
kelompok pengukuran pelanggan utama dan yang kedua, proposisi nilai pelanggan.
Ketiga, Perspektif proses bisnis internal, Pada perspektif proses bisnis internal, para
manajer melakukan identifikasi berbagai proses yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pelanggan dan pemegang saham. Proses bisnis internal ini mencakup indikator antara lain:
(1) proses inovasi, Proses inovasi adalah bagian terpenting dalam keseluruhan proses
produksi. Di dalam proses inovasi itu sendiri terdiri atas dua komponen, yaitu: identifikasi
keinginan pelanggan, dan melakukan proses perancangan produk yang sesuai dengan
keinginan pelanggan. Bila hasil inovasi dari perusahaan tidak sesuai dengan keinginan
pelanggan, maka produk tidak akan mendapat tanggapan positif dari pelanggan, sehingga
tidak memberi tambahan pendapatan bagi perusahaan bahkan perusahaan harus
mengeluarkan biaya investasi pada proses penelitian dan pengembangan. (2) proses operasi,
Proses operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan, mulai dari saat penerimaan
order dari pelanggan sampai produk dikirim ke pelanggan. Proses operasi menekankan
kepada penyampaian produk kepada pelanggan secara efisien, dan tepat waktu. Proses ini
berdasarkan fakta menjadi menjadi fokus utama dari sistem pengukuran kinerja sebagian
besar organisasi. (3) pelayanan purna jual, Proses ini menggambarkan pelayanan kepada
pelanggan dimana perusahaan berusaha untuk memenuhi harapan pelanggan seperti
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
8
pelayanan purna jual dan penyelesaian komplain atau masalah yang timbul pada pelanggan.
Pada tahap ini perusahaan berusaha untuk memberikan manfaat tambahan (Value-Added)
kepada pelanggan yang akan membeli produk dan jasa dalam berbagai bentuk pelayanan
pada pasca transaksi pembelian. Tolok ukur yang digunakan adalah jangka waktu yang
dibutuhkan untuk memenuhi permintaan pemeliharaan produk dan jasa, kualitas pelayanan
dan biaya yang dibutuhkan dalam melakukan pelayanan. Proses layanan purna jual
menentukan berbagai aspek layanan yang diberikan perusahaan setelah produk atau jasa
yang dibeli sampai ketangan pelanggan.
Keempat, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, Balanced scorecard
mengembangkan tujuan dan ukuran yang mendorong pertumbuhan dan pembelajaran
perusahaan. tujuan di dalam perspektif pertumbuhandan pembelajaran ini untuk
menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan besar dalam tiga perspektif lainnya
yang dicapai dan merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam
tiga perspektif scorecard lainnya. Menurut Kaplan dan Norton (2000:110) ada tiga faktor yang
harus diperhatikan: (1) kapabilitas pekerja, Bagi pelanggan, untuk meningkatkan proses dan
kinerja harus berawal dari pekerja lini yang memiliki hubungan terdekat dengan pelanggan
dan proses bisnis internal perusahaan. (2) Kapabilitas Sistem Informasi, Pekerja dibidang
operasional memerlukan informasi yang cepat, tepat waktu dan akurat sebagai umpan balik.
Umpan balik ini diperlukan untuk proses perbaikan dan mengeliminasi efek dan
mengendalikan kelebihan banyak waktu, serta sistem produksi yang berguna. (3) Motivasi,
Pemberdayaan dan Keselarasan, Pekerja yang terampil harus dilengkapi akses informasi
yang luas agar tidak memberi kontribusi untuk keberhasilan perusahaan, apabila merek
tidak termotivasi untuk bertindak selaras dengan tujuan perusahaan atau tidak memberikan
kebebasan untuk mengambil keputusan dalam bertindak.Oleh karena itu, diperlukan faktor
ketiga tersebut untuk memfokuskan pada iklim kerja yang kondusif dalam mendukung
motivasi bekerja dan inisiatif pekerja.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian kualitatif dalam bentuk deskriptif
yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran kinerja Hotel Bisanta Bidakara
yang samapi saat ini pengukuran kinerjanya masih menggunakan pengukuran kinerja
tradisional dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengumpulan data antara lain:
(1) observasi, yaitu cara pengambilan data dengan melakukan suatu pengamatan secara
langsung terhadap aktivitas Hotel Bisanta Bidakara yang berkaitan dengan obyek
penelitian. (2) wawancara, Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap
muka antara pengumpul data ( pencatat ) dengan responden. Wawancara dilakukan baik
secara langsung maupun dengan menggunakan pedoman daftar pertanyaan sebagai
instrumen penelitian dan peneliti melakukan wawancara langsung pada bagian financial
accounting dan bagian HRD. (3) dokumentasi, yaitu kegiatan mencari data mengenai hal-hal
yang berupa struktur organisasi di Hotel Bisanta Bidakara, biaya realisasi pendapatan serta
biaya yang dikeluarkan Hotel Bisanta Bidakara.
Satuan Kajian
Satuan kajian ini mengungkapkan hal-hal yang akan dibahas dalam penelitian
sehingga akan mengarahkan perhatian peneliti terhadap sesuatu yang akan diteliti serta
cara pengukurannya dan juga membuat konsep-konsep peneliti dimana balanced scorecard
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
9
merupakan metode untuk mengukur kinerja yang mempunyai kaitan dengan visi misi dan
strategi yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Penelitian kualitatif pada umumnya menjelaskan satuan kajian yang merupakan
satuan terkecil objek penelitian yang diinginkan peneliti sebagai klasifikasi pengumpulan
data. Dalam penelitian ini, objek penelitian yang digunakan meliputi: (1) pengukuran
kinerja menurut Mardiasmo (2002:121) adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer dalam menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur baik secara
finansial maupun non finansial. (2) aspek-aspek yang diukur dalam balanced scorecard, yaitu:
Perspektif keuangan, perspektif keuangan merupakan ukuran yang sangat penting
dalam merangkum kinerja dari tindakan ekonomis yang telah diambil. Perspektif keuangan
dalam penelitian ini meliputi:
(a) pertumbuhan pendapatan, dengan rumus:
(b) Return On Investment (ROI), dengan rumus:
perspektif Pelanggan, Perspektif pelanggan merupakan ukuran yang dilihat dari
jumlah pelanggan yang dimiliki dan tingkat kepuasan pelanggan. Pengukuran kinerja yang
dinilai dari kepuasan pelanggan dengan menggunakan kuisioner dengan jumlah responden
sebanyak 20 orang.
Perspektif Proses Bisnis Internal, dalam perspektif ini komponen pengukuran yang
digunakan yaitu inovasi, untuk mengetahui jumlah produk atau jasa baru yang ditawarkan
perusahaan dibandingkan produk atau jasa yang sudah ada.
perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran, perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan memberikan penilaian yang merupakan pemacu untuk membangun kualitas
pelayanan dan kualitas personel yang diperlukan untuk mewujudkan target keuangan,
pelanggan dan proses internal. Pengukuran yang digunakan yaitu:
(a) retensi karyawan, tingkat retensi karyawan digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan pekerja-pekerja terbaiknya untuk terus
berada dalam organisasi. Dapat diukur dengan rumus:
(b) Pendidikan dan pengembangan karyawan, digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kompetensi dan ketrampilan karyawannya
dengan melakukan pelatihan-pelatihan. Dapat diukur dengan rumus:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
10
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hotel Bisanta Bidakara terletak di jalan Tegalsari 77-85, Surabaya. Lokasi tersebut
dekat dengan pusat pemerintahan, area bisnis, pertokoan, perbelanjaan dan hiburan.
Disamping itu mudah dijangkau dari berbagai arah, baik dengan kendaran umum maupun
pribadi. Oleh karena itu, Hotel Bisanta Bidakara mampu menjangkau beberapa target
konsumen. Selama ini Hotel Bisanta Bidakara mengukur kinerjanya dengan menggunakan
pengukuran kinerja tradisional dan adapun hasil penelitian yang didapat adalah: (1) data
karyawan, yang terdiri dari total karyawan, jumlah karyawan keluar dan jumlah karyawan
yang mengikuti training dari tahun 2011-2013. (2) data produk tahunan, yang terdiri dari
produk yang sudah ada pada tahun 2012-2013 dan produk baru yang ditawarkan pada
tahun 2013. (3) struktur organisasi. (4) laporan laba-rugi dari tahun 2011-2013. (5) neraca dari
tahun 2011-2013.
Pembahasan
Semakin ketat dunia perhotelan yang membuat manajer Hotel Bisanta Bidakara
harus semakin baik dalam mengelola perusahaannya. Informasi yang baik dan akurat sangat
dibutuhkan para manajer untuk membuat perencanaan yang baik dan memonitor
pelaksanaan rencana yang dibuat sebagai tolok ukur keberhasilan Hotel Bisanta Bidakara.
Dengan semakin ketatnya persaingan bisnis perhotelan, maka Hotel Bisanta Bidakara dapat
mengukur kinerjanya dengan menggunakan metode pengukuran Balanced Scorecard sebagai
dasar penetapan pengukuran kinerjanya. Dengan menggunakan pendekatan Balanced
Scorecard, maka perusahaan diharapkan mampu untuk menerjemahkan visi, misi dan
strategi perusahaan ke dalam sasaran dan tolok ukur dari empat perspektif Balanced
Scorecard.
Hasil implementasi strategi berbasis Balanced Scorecard merupakan hasil pengukuran
kinerja perusahaan yang ditinjau secara komprehensif, koheren, dan seimbang, baik
keuangan maupun non keuangan berdasarkan empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan,
proses bisnis internal serta pertumbuhan dan pembelajaran. Adapun hasil pengukuran
kinerja berdasarkan Balanced Scorecard pada Hotel Bisanta Bidakara adalah:
Pertama, perspektif keuangan, pendanaan merupakan faktor penting dalam
operasionalisasi hotel berbintang. Perspektif keuangan adalah untuk meningkatkan
pendapatan dimana pendapatan yang diperoleh tersebut akan dipergunakan untuk
mendanai segala rencana kegiatan operasional hotel. Ukuran-ukuran kinrja yang digunakan
dalam pengukuran pada perspektif ini seperti halnya sudah dijelaskan sebelumnya
merupakan indikator-indikator yang dianggap relevan dan sesuai dengan visi, misi dan
strategi serta tujuan Hotel Bisanta Bidakara. Adapun ukuran kinerja yang digunakan adalah:
(a) pertumbuhan pendapatan, perhitungan ini dihitung dengan cara
membandingkan peningkatan pendapatan usaha atas penjualan tahun ini dengan penjualan
periode sebelumnya. Tabel 1 adalah perhitungan pertumbuhan pendapatan:
Tabel 1
Pertumbuhan Pendapatan
Tahun
2011
2012
2013
Sumber: Data Hotel Bisanta Bidakara (Diolah)
Pendapatan Usaha
Rp. 11.899.841.998
Rp. 10.675.935.539
Rp. 12.567.236.314
Pertumbuhan Pendapatan
-10 %
17%
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
11
Berdasarkan perhitungan pada tabel 1, dapat diketahui bahwa penjualan dari tahun
ke tahun masih belum stabil. Pendapatan atas penjualan pada tahun 2011 sebesar
Rp.11.899.841.998 dan penjualan pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 10%
sehingga total penjualan menjadi sebesar Rp. 10.675.935.539. Hal ini mungkin dikarenakan
adanya pengembangan dengan menambah 22 kamar, adanya beban penyusutan bangunan
dan peralatan yang baru, kamar baru yang belum bisa terjual dikarenakan adanya kendala
lift yang belum sempurna pemasangannya, ada beberapa kamar yang masih perlu dilakukan
perbaikan, sampai dengan bulan Mei 2013 sehingga berpengaruh terhadap perolehan hasil
usaha yang lebih rendah. Sedangkan pada tahun 2013, tingkat pendapatan atas penjualan
mengalami peningkatan sebesar 17% dengan total penjualan sebesar Rp. 12.567.236.314.
dengan adanya kenaikan persentase tingkat pertumbuhan pangsa pasartersebut, maka
menunjukkan adanya peningkatan kinerja perusahaan.
(b) Return On Investmen (ROI), merupakan salah satu pengukuran kinerja pada
perspektif keuangan yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan atau
organisasi yang dimiliki. Tabel 2 adalah perhitungan Return On Investmen (ROI):
Tahun
2011
2012
2013
Tabel 2
ROI
Hotel Bisanta Bidakara Tahun 2011-2013
Net Income
Total Aktiva
1.494.954.433
33.841.544.311
823.626.502
33.992.825.503
477.425.108
33.975.699.670
ROI
4%
2%
1%
Sumber: Data Hotel Bisanta Bidakara (Diolah)
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat Return On Investmen (ROI) yang
terjadi pada Hotel Bisanta Bidakara terbesar pada tahun 2011 sebesar 4% sedangkan pada
tahun 2012 mngalami penurunan sebesar 2%, menjadi 2% dan tahun 2013 juga mengalami
penurunan sebesar 1% menjadi 1%. Nilai persentase ROI yang semakin menurun tersebut
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin menurun, yang berarti perusahaan belum
mampu memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara efektif.
Kedua, perspektif pelanggan, merupakan salah satu dari perspektif dalam Balanced
Scorecard yang menjelaskan bagaimana cara-cara menciptakan suatu nilai bagi pelanggan
sehingga nilai-nilai tersebut dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi pelanggan.
Kepuasan pelanggan merupakan faktor utama dalam mempertahankan dan memperoleh
pelanggan baru lagi bagi hotel. Dan untuk menilai tingkat kepuasan tamu Hotel Bisanta
Bidakara diukur dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada 20 pelanggan
(tamu yang pernah menginap lebih dari tiga kali dan telah memiliki kartu member).
Mengukur tingkat kepuasan dilakukan untuk mengetahui baik buruknya jasa pelayananan
Hotel Bisanta Bidakara kepada setiap pelanggan yang menginap. Dalam setiap kuisioner ini
terdapat 10 pertanyaan serta 4 kategori kepuasan pelanggan yaitu Puas, Cukup Puas, Tidak
Puas, Sangat Tidak Puas. Dari hasil rekapitulasi yang nampak pada tabel 3, kepuasan
pelanggan dalam kategori Cukup Puas merupakan kategori tertinggi dengan nilai sebanyak
51%, sedangkan kepuasan pelanggan dalam kategori puas sebanyak 42%, kategori Tidak
Puas sebanyak 7% dan untuk kategori Sangat Tidak Puas sebanyak 0%.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
12
Tabel 3
Rekapitulasi Kepuasan Pelanggan Hotel Bisanta Bidakara
Sumber: Hasil Kuesioner (Diolah)
Keterangan:
P
: Puas
CP
: Cukup Puas
TP
STP
: Tidak Puas
: Sangat Tidak Puas
Pilihan Jawaban
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
P
CP
TP
STP
12
8
0
0
8
12
0
0
10
8
2
0
12
6
2
0
10
6
4
0
10
8
2
0
6
14
0
0
2
16
2
0
2
16
2
0
12
8
0
0
84
42%
102
51%
14
7%
0
0%
Pertanyaan
Seberapa besar kepuasan Anda terhadap keramahan karyawan hotel
kepada Anda pada saat memberikan pelayanan?
Puaskah Anda terhadap sikap ramah tamah para karyawan kepada Anda
pada saat Anda memasuki hotel, ataupun ketika berpapasan dengan
Anda?
Seberapa besar tingkat kepuasan Anda terhadap kecepatan reaksi petugas
hotel atas kebutuhan Anda?
Seberapa besar kepuasan Anda terhadap room service (layanan kamar)
hotel ini?
Seberapa besar kepuasan Anda atas fasilitas yang tersedia di dalam hotel?
Puaskah Anda akan biaya yang Anda bayarkan dengan fasilitas yang
disediakan oleh pihak hotel?
Seberapa puaskah Anda mengenai informasi yang diberikan oleh petugas
hotel?
Seberapa puaskah Anda tentang kualitas jawaban yang diberikan oleh
petugas dan karyawan hotel seputar pertanyaan Anda?
Puaskah Anda terhadap penampilan fisik hotel secara keseluruhan
(gedung, desain bangunan, interior, eksterior, kebersihan) menurut
pandangan Anda?
Seberapa besar tingkat kepuasan Anda terhadap performa pelayanan
hotel secara keseluruhan selama Anda menginap?
JUMLAH
TOTAL PRESENTASE
Ketiga, perspektif proses bisnis internal, dalam perspektif ini pengukuran yang
digunakan yaitu inovasi, untuk mengetahui jumlah produk atau jasa baru yang ditawarkan
dibandingkan dengan produk atau jasa yang sudah ada selama tiga tahun terakhir dan
proses operasi. Adapun indikator kinerja meliputi: (a) Proses Inovasi, Program inovasi
sangat penting bagi perusahaan dalam memperbaiki kinerjanya, Hotel Bisanta Bidakara
melakukan inovasi-inovasi baru untuk lebih meningkatkan pelayanannya kepada
pelanggan. Produk-produk inovasi yang disediakan Hotel Bisanta Bidakara merupakan
usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan kepuasan pelanggan
dengan menciptakan produk baru bagi pelanggan. Proses inovasi ini dilakukan dengan
memperhatikan pada besarnya permintaan pasar dan kemampuan yang dimiliki oleh hotel.
maka perhitungannya pada tabel 4:
Jenis Produk
Makan dan Minuman
Kamar
Tabel 4
Proses Inovasi
Produk yang sudah
Produk yang baru
ada
ditawarkan
49
3
83
22
Sumber: Data Hotel Bisanta Bidakara (Diolah)
Inovasi
6,1 %
26,5%
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
13
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa inovasi untuk jenis produk makanan dan
minuman sebesar 6,1 % dari semula hanya 49 produk kemudian ada inovasi baru sebanyak 3
produk sehingga produk makanan dan minuman menjadi 52 macam produk. Dan untuk
jenis produk kamar inovasinya sebesar 26,5% dari yang semula hanya 83 kamar karena
adanya pengembangan dengan menambah 22 kamar sehingga kamar menjadi 105 kamar. (b)
Proses Operasi, hotel Bisanta Bidakara telah menjalankan proses operasionalnya sesuai
dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan. Perbaikan-perbaikan dan
pengembangan hotel yang dilakukan dengan menambah 2 lantai dengan 22 kamar sebagai
usaha untuk meningkatkan proses operasi hotel dan untuk meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan, antara lain: besarnya jumlah permintaan, kemudahan dalam sistem pembayaran,
pengecekkan kamar hotel, pelayanan penuh kepada pelanggan, perlengkapan kamar yang
lengkap, keramahan kepada pelanggan hotel sehingga membuat suasana hotel menjadi
nyaman.
Keempat, Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran, pengukuran kinerja yang
digunakan pada perspektif ini berfokus pada faktor sumber daya manusia yang ada dan
merupakan hal utama dalam kualitas jasa pelayanan, beberapa faktor yang mempengaruhi
diantaranya adalah:
(a) Tingkat Retensi Karyawan, tingkat retensi karyawan dilakukan dengan harapan
perusahaan mampu mempertahankan pekerja-pekerja terbaiknya untuk terus berada dalam
organisasi. Perhitungannya pada tabel 5:
Tabel 5
Tingkat Retensi Karyawan
Total Karyawan
Karyawan yang
Keluar
Tahun
2011
2012
2013
106
100
88
10
7
14
Rasio Keluar
Karyawan
9%
7%
15%
Sumber: Data Hotel Bisanta Bidakara (Diolah)
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan adanya penurunan jumlah karyawan disetiap
tahunnya. Kemudian tingkat retensi karyawan yang setiap tahunnya mengalami penurunan
yang dapat dilihat dari presentase rasio keluarnya karyawan. Keluarnya karyawan
disebabkan oleh beberapa alasan yaitu: sebagai bentuk upaya perusahaan untuk melakukan
efisiensi biaya gaji untuk menekan biaya yang timbul pada perusahaan.
(b) Pendidikan dan Pengembangan Karyawan, hotel melaksanakan pelatihan dengan
harapan kapabilitas karyawan akan terus meningkat. Setelah dihasilkan karyawan yang
mempunyai kapabilitas yang baik, maka hotel akan berusaha untuk mempertahankan
keberadaan karyawan tersebut agar tidak keluar dari hotel. Perhitungannya nampak pada
tabel 6:
Tabel 6
Pendidikan dan Pengembangan Karyawan
Tahun
Total Karyawan
Karyawan yang
Mengikuti Training
Rasio SDM yang mengikuti training
2011
2012
2013
106
100
88
65
80
75
61%
80%
85%
Sumber: Data Hotel Bisanta Bidakara (Diolah)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
14
Berdasarkan tabel 6 dijelaskan, bahwa karyawan yang ikut pelatihan/training
menunjukkan adanya kenaikan jumlah karyawan yang ikut dalam pelatihan tiap tahunnya,
yang dapat dilihat dari presentase rasio SDM yang ikut pelatihan/training. Karena semakin
banyaknya pelatihan-pelatihan yang telah diikuti oleh karyawan hotel, maka kualitas SDM
yang dihasilkan oleh pihak Hotel Bisanta Bidakara akan semakin baik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bab-bab
sebelumnya, penilaian kinerja dapat diukur dengan menggunakan empat perspektif Balanced
Scorecard, maka dapat disimpulkan:
Pertama, perspektif keuangan, dalam perspektif keuangan, rasio yang digunakan
adalah pertumbuhan pendapatan dan return on investmen. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kinerja perspektif keuangan Hotel Bisanta Bidakara dapat dikategorikan cukup baik,
karena perspektif keuangan terlihat belum stabil dan mengalami peningkatan dan
penurunan pendapatan.
Kedua, perspektif pelanggan, dalam perspektif pelanggan, untuk mengetahui tingkat
kepuasan pelanggan dapat dinilai dengan melakukan survey mengenai tingkat kepuasan
dengan membagikan kuisioner kepada 20 tamu yang dinyatakan pelanggan Hotel Bisanta
Bidakara (tamu yang menginap lebih dari tiga kali dan telah memiliki kartu member). Dari
hasil survey yang dilakukan menunjukkan bahwa pelanggan merasa cukup puas dengan
kinerja perusahaan, hal ini mengindikasikan adanya kepuasan pelanggan yang merasa
cukup terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan kepada pelanggannya.
Ketiga, perspektif proses bisnis internal, perspektif proses bisnis internal yang terdiri
dari inovasi dan operasi menunjukan kapasitas perusahaan sebagai perusahaan yang baik
atau dalam tahap pembenahan. Dari hasil analisa dan pembahasan, Hotel Bisanta Bidakara
mulai memperluas jaringan operasionalnya dengan cara memperluas jaringan
operasionalnya dengan menambah 22 kamar berdasarkan adanya peningkatan jumlah tamu,
mengembangkan inovasi dari berbagai produk dan jasa layanan yang ditawarkan. Hal ini
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan kepuasan pelanggan dengan
membuat inovasi-inovasi baru.
Keempat, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran yang terdiri dari tingkat retensi karyawan dan pelatihan karyawan. Dari hasil
penelitian ini menunjukkan tingkat retensi karyawan setiap tahunnya mengalami
penurunan yang dapat dilihat dari presentase rasio keluarnya karyawan yang naik pada tiap
tahunnya dan dari hasil penelitian ini juga menunjukkan tingkat pelatihan karyawan yang
mengalami kenaikan jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan dalam tiap tahunnya, hal
ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang nantinya diharapkan
akan berdampak baik demi tercapainya tujuan perusahaan.
Saran
Adapun saran dari penelitian ini adalah:
Pertama, dalam menetapkan visi, misi dan tujuan perusahaan serta penerapan
manajemen strategi berdasarkan metode Balanced Scorecard pada Hotel Bisanta Biakara,
diharapkan dapat didukung oleh seluruh jajaran dalam struktur organisasi.
Kedua, melakukan evaluasi dan pemantauan yang konsisten dan berkesinambungan,
baik dalam jangka pendek seperti halnya pemantauan terhadap pelaksanaan program kerja,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
15
maupun jangka panjang yang mengarah terhadap pengaruh perubahan lingkungan pada
visi, misi dan startegi yang digunakan oleh Hotel Bisanta Bidakara.
Ketiga, profesionalisme sumber daya manusia juga harus ditingkatkan dalam rangka
menghadapi persaingan yang semakin ketat, seperti: pelatihan dan training bagi karyawan
agar dapat meningkatkan pelayanan dan kemampuan karyawan.
Keempat, untuk menilai kepuasan pelanggan harus dilakukan oleh internal
perusahaan dengan cara survey lapangan atau dengan penyebaran kuisioner guna
mengetahui seberapa besar kepuasan pelanggan dalam kaitannya dengan perusahaan.
sehinggan dari hasil survey tersebut perusahaan dapat membenahi kinerjanya untuk
kenyamanan pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, I. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Pusat Pengembangan Akuntansi FE
UGM. Yogyakarta.
Giri, E. F. Januari-April 1998. “Balanced Scorecard : Suatu Sistem Pengukuran Kinerja
Strategik”. Kajian Bisnis, No 13, 35-46.
Kaplan dan Norton. 2000. Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi.Penerjemah
Peter R Yosi Pasla. Erlangga. Jakarta.
. 1996. Menerapkan Strategi Menjadi Aksi Balanced Scorecard: Harvard Business School.
Mahsun, M. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi offsite.Yogyakarta.
Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer Untuk Pelipatgandaan
Kinerja Keuangan Perusahaan. Edisi Pertama.Salemba Empat. Jakarta.
. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Edisi Tiga. Salemba Empat.
Jakarta.
Mulyadi dan Setiawan, J. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Edisi Kedua.
Salemba Empat. Jakarta.
Nawawi, H. 2003. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintah. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Wibisono, D. 2006. Manajemen Kinerja. Airlangga. Jakarta.
●●●
Download