SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN METODE KOMUNIKASI SBAR DENGAN KUALITAS PELAKSANAAN BEDSIDE HANDOVER DI RUANG RATNA RSUP SANGLAH DENPASAR OLEH NI NYOMAN SUDRESTI NIM 1302115029 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 HUBUNGAN PENGGUNAAN METODE KOMUNIKASI SBAR DENGAN KUALITAS PELAKSANAAN BEDSIDE HANDOVER DI RUANG RATNA RSUP SANGLAH DENPASAR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan OLEH NI NYOMAN SUDRESTI NIM 1302115029 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Penggunaan Komunikasi SBAR dengan Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover di Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada : 1. Prof.Dr.dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes, sebagai dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan saya kesempatan menuntut ilmu di PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar. 2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF, sebagai ketua PSIK Fakultas Kedokteran Udayana Denpasar yang memberikan pengarahan dalam pembuatan skripsi ini. 3. Komang Ayu Mustriwati, S.Kp, MPH, sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. 4. Ns. Made Oka Ari Kamayani, S.Kep, M.Kep, sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. 5. Orang tua, seluruh keluarga dan sahabat penulis yang telah memberikan semangat dan dukungannya. 6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima saran dan kritik yang membangun. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Denpasar, Januari 2015 Penulis ABSTRAK Sudresti, Nyoman. 2015. Hubungan Penggunaan Komunikasi SBAR dengan Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover di Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar. Tugas akhir, Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNUD. Pembimbing (1) Komang Ayu Mustriwati, S.Kp, MPH (2) Ns. Made Oka Ari Kamayani, S.Kep, M.Kep. Dalam penerapan pelayanan yang mengacu pada patient safety ada beberapa standar yang perlu diimplementasikan, salah satu standar tersebut adalah penerapan timbang terima menggunakan komunikasi dengan metode Situation, Background, Assesement and Recommendation (SBAR). Melalui pendekatan bedside handover maka perawat dapat memastikan keselamatan pasien yang mencakup lingkungan pasien seperti posisi tempat tidur, alat-alat medis disamping pasien berfungsi dengan baik dan memastikan terapi medikasi yang diberikan sesuai program. Pelaksanaan bedside handover yang berkualitas akan mampu menggali data tentang pasien. Penelitian ini merupakan non-eksperimen, dengan rancangan korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Ruang Ratna dari tanggal 15-31 Januari 2015 dengan teknik time sampling, diperoleh sampel sebanyak 8 responden (group handover). Data dikumpulkan dengan observasi. Hasil pelaksanaan metode komunikasi SBAR kriteria cukup menempati urutan tertinggi yaitu sebanyak 4 responden (50%) dengan komponen situation tertinggi yaitu 39,53% dan komponen terendah yaitu background yaitu 10,47%. Hasil pengukuran terhadap kualitas pelaksanaan bedside handover kriteria cukup menempati urutan tertinggi yaitu 4 responden (50%), dengan komponen tertinggi adalah assurance (jaminan) yaitu sebesar 21,24% dan terendah yaitu dimensi responsiveness (kesigapan/tanggap) sebesar 17,18%. Hasil analisa data diperoleh ada hubungan penggunaan metode komunikasi SBAR dengan kualitas pelaksanaan bedside handover dengan hubungan yang kuat dan arah korelasi hubungan positif dengan p value sebesar 0,032. Berdasarkan hasil temuan diatas disarankan agar mengadakan pelatihan dan simulasi/ roleplay pelaksanaan komunikasi SBAR dan bedside handover Kata kunci: Komunikasi SBAR, Bedside Handover ABSTRACT Sudresti, Nyoman. 2015. Relationship Communication Using SBAR with Bedside Handover Quality at Ratna Ward RSUP Sanglah Denpasar . The final task, Nursing Science FK Universitas Udayana. Supervisor (1) Komang Ayu Mustriwati, S.Kp, MPH (2) Ns. Made Oka Ari Kamayani, S.Kep, M.Kep. In the implementation health care services refers to patient safety there are some standards that are needed to be implemented, one of the measurable standards is assessment of handover using the Situation, Background, assessment and Recommendation (SBAR) communication. When bedside handover at bedside nurses ensure patient safety to be implemented including the patient's environment such as the position of the bed, medical devices in addition to the patient's functioning properly and make sure appropriate medication therapy was admistered correctly. Implementation of high quality bedside handover will able to collect data about the patient care. This study is a non-experimental, correlational design with cross sectional approach. The study was conducted at Ratna ward from 15 to 31 January 2015 using purposive sampling technique, itwas obtained a sample of 8 respondents (group handover). Data was collected by observation. The results of the implementation of the SBAR communication method shows that sufficient criteria were the highest as many as four respondents (50%) with the highest situation component (39.53%) and the lowest component is the background that is 10.47%. The results of the measurement of the quality of the implementation of bedside handover sufficient criteria were the highest is 4 respondents (50%), with the highest component is the assurance (guarantee) that is equal to 21.24% and its low responsiveness dimension (alertness / response) of 17.18%. The results of the data analysis obtained there was significant relationship using SBAR communication method with the quality of bedside handover with strong relationships and toward positive correlation with p value of 0.032(p< 0,05). Based on the above findings suggested that there are important to do training and simulation using SBAR communication at bedside handover Keywords: SBAR Communication , Bedside Handover DAFTAR ISI Halaman JUDUL ............................................................................................ LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................ LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………. KATA PENGANTAR……………………………………………... ABSTRAK………………………………………………………… ABSTRACT………………………………………………………. DAFTAR ISI .................................................................................. DAFTAR TABEL .......................................................................... DAFTAR GAMBAR...................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. ii iii iv v vii viii ix vii xi x xi xii 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang ....................................................................... Rumusan Masalah .................................................................. Tujuan Penelitian ................................................................... Manfaat Penelitian …….......................................................... Keaslian Penelitian …………..……………………………... BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Komunikasi …………………..……............ 2.1.1 Pengertian Komunikasi ……………………..……………. 2.1.2 Komponen Komunikasi ………………. …………………. 2.1.3 Jenis Komunikasi .. ……………………………………….. 2.1.4 Tujuan dan Manfaat Komunikasi ………………………… 2.2 Metode Komunikasi SBAR ………………………………... 2.2.1 Pengertian Komunikasi SBAR ………………………….… 2.2.2 Kerangka Komunikasi SBAR …………………………….. 2.3 2.3.1 2.3.2 2.3.3 2.3.4 Timbang Terima…………………………………………. Pengertian Timbang Terima …………………….. ………. Tujuan Timbang Terima……………………. ……………. Manfaat Timbang Terima ………………….…………….. Pelaksanaan Timbang Terima …………………………….. 2.4 2.4.1 2.4.2 2.4.3 2.4.4 2.4.5 Kualitas Bedside Handover ……………………………… Pengertian Kualitas ………….……………………………... Unsur-unsur Kualitas ……………………………………… Faktor-faktor yang mempengaruhi Kuualitas …………….. Komponen kualitas ………………………………………... Pengertian Bedside Handover …………………………….. xiii 1 6 6 17 98 9 10 10 12 12 12 13 13 16 15 17 19 20 20 20 21 23 23 24 26 26 2.4.6 Manfaat Bedside Handover ……………………………….. 2.4.7 Alur Bedside Handover …………………………………… 2.4.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bedside Handover …… 2.5 Hubungan Metode Komunikasi SBAR dengan Kualitas Bedside Handover .............................................................. 30 31 31 36 37 BAB III KERANGKA KONSEP ………………………………. 3.1 Kerangka Konsep ………..…………………………………. 41 3.2 Variabel Penelitian………………………………………….. 3.3 Definisi Operasional ………………………………………… 3.4 Hipotesis Penelitian …………………………………………. BAB IV METODE PENELITIAN ……………………………… 4.1 Desain Penelitian .................................................................... 4.2 Kerangka Kerja ..................................................................... 4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ………………….………….. 4.3.1 Tempat Penelitian ................................................................... 4.3.2 Waktu Penelitian .................................................................... 4.4 Populasi dan Sampel ............................................................ 4.4.1 Populasi ……………………................................................. 4.4.2 Sampel ……........................................................................... 4.4.3 Teknik Sampling ……………………………………………. 4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ……….......................... 4.5.1 Jenis Data ………………………........................................... 4.5.2 Cara Pengumpulan Data ........................................................ 4.5.3 Instrumen ………………………............................................ 4.5.4 Etika Penelitian ……………………………………………. 4.6 Pengolahan dan Analisa Data …………................................ 4.6.1 Teknik Pengolahan Data ……................................................ 4.6.2 Teknik Analisa Data …........................................................... BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ……...………………………….. 5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian …………………………….. 5.1.3 Hasil Pengamatan Terhadap Objek Penelitian ……………... 5.1.4 Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………. 5.1.5 Keterbatasan Penelitian …………………………………….. 5.1.6 Hambatan Penelitian ……………………………………….. BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan …………………………………………………….. 6.2 Saran…………………………………………………………. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 41 43 43 45 46 46 45 47 48 45 45 48 48 48 45 48 48 49 48 48 50 50 49 50 51 51 51 52 51 53 55 61 61 62 63 64 77 77 78 79 DAFTAR TABEL Tabel Halaman Faktor-Faktor Tujuan dan Kesulitan Dalam Proses Komunikasi …………………………………………….. 15 Tabel 2 Kerangka Komunikasi dengan metode SBAR …………. 17 Tabel 3 Definisi Operasional Hubungan Pelaksanaan Metode Komunikasi SBAR Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover............................................................................ 43 Penggunaan Metode Komunikasi SBAR di Ratna RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 ......................................... 62 Hasil Observasi Pelaksanaan Metode Komunikasi SBAR.................................................................................. 63 Hasil Observasi Pelaksanaan Metode Komunikasi SBAR Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover di Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 ............................. 63 Hasil Observasi Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover........................................................................... 64 Tabel 1 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel Silang Hubungan Penggunaan Metode Komunikasi SBAR dengan Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover ………………………………………………………………….. Hasil Uji Rank Spearman Hubungan Penggunaan Metode Komunikasi SBAR dengan Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover ……………………………………… 65 65 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Kerangka Konsep Hubungan Metode Komunikasi SBAR dengan Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover di Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar ............................. 41 Gambar 2 Kerangka Hubungan Metode Komunikasi SBAR dengan Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover di Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar ........................................................... 46 Gambar 3 Karakteristik Tenaga Keperawatan Berdasarkan Pendidikan ……………………………………………… Gambar 4 Karakteristik Tenaga Keperawatan Berdasarkan Masa Kerja …………………………………………………….. 61 62 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Lampiran 2 : Lembar Keaslian Penelitian Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5 : Rencana Anggaran Penelitian Lampiran 6 : Lembar Karakteristik Tenaga Keperawatan Ruang Ratna Lampiran 7 : Lembar Observasi Penggunaan Metode Komunikasi SBAR Lampiran 8 : Lembar Observasi Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover Lampiran 9 : Master Tabel Lampiran 10 : Hasil Observasi Penggunaan Metode Komunikasi SBAR Lampiran 11 : Hasil Observasi Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover Lampiran 12 : Hasil Analisa Data ABSTRACT Sudresti, Nyoman. 2015. Relationship Communication Using SBAR with Bedside Handover Quality at Ratna Ward RSUP Sanglah Denpasar . The final task, Nursing Science FK Universitas Udayana. Supervisor (1) Komang Ayu Mustriwati, S.Kp, MPH (2) Ns. Made Oka Ari Kamayani, S.Kep, M.Kep. In the implementation health care services refers to patient safety there are some standards that need to be implemented, one of the measurable standards assessment of handover using the method of communication with the Situation, Background, assessment and Recommendation (SBAR). Handover at bedside nurses ensure patient safety was implemented includes the patient's environment such as the position of the bed, medical devices in addition to the patient's functioning properly and make sure appropriate medication therapy was admistered correctly. Implementation of high quality bedside handover will able to collect data about the patient care. This study is a non-experimental, correlational design with cross sectional approach. The study was conducted at Ratna ward from 15 to 31 January 2015 using purposive sampling technique, itwas obtained a sample of 8 respondents (group handover). Data was collected by observation. The results of the implementation of the SBAR communication method showed sufficient criteria were the highest as many as four respondents (50%) with the highest situation component (39.53%) and the lowest component is the background that is 10.47%. The results of the measurement of the quality of the implementation of bedside handover sufficient criteria were the highest is 4 respondents (50%), with the highest component is the assurance (guarantee) that is equal to 21.24% and its low responsiveness dimension (alertness / response) of 17.18%. The results of the data analysis obtained there was significant relationship using SBAR communication method with the quality of bedside handover with strong relationships and toward positive correlation with p value of 0.032(p<0,05). Based on the above findings suggested that training and simulation using SBAR communication at bedside handover Keywords: SBAR Communication, Bedside Handover PENDAHULUAN Sasaran keselamatan pasien yang tertuang dalam PMK No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 dibuat dengan mengacu pada sembilan solusi keselamatan pasien oleh WHO bertujuan untuk mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.Timbang terima pasien termasuk pada sasaran yang kedua yaitu peningkatan komunikasi yang efektif petugas kesehatan. Kesalahan akibat penyampaian timbang terima pada saat pergantian shift akan berakibat pada menurunnya indikator kualitas pelayanan terutama patient safety suatu rumah sakit (Fabre, 2010 dalam Manopo, 2012). Dalam penerapan pelayanan yang mengacu pada patient safety ada beberapa standar yang perlu diimplementasikan, salah satu standar tersebut adalah penerapan timbang terima menggunakan komunikasi dengan metode Situation, Background, Assesement and Recommendation (SBAR). Kerangka komunikasi dengan metode SBAR digunakan pada saat perawat melakukan timbang terima (handover), pindah ruang perawatan maupun dalam melaporkan kondisi pasien kepada dokter (Tim KP-RS RSUP Sanglah, 2011). Menurut Kuntoro (2010), ada dua jenis metode timbang terima yaitu timbang terima dengan metode tradisional dan timbang terima dengan metode bedside handover. Menurut Australian Commission on Safety and Quality in Healthcare (2007), bedside handover yaitu metode transfer informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan atau pertukaran antar shift yang dilakukan disamping tempat tidur pasien yang bertujuan untuk berbagi informasi antara pasien dan petugas untuk memastikan kesinambungan perawatan dan merupakan proses interaktif, memberikan kesempatan pasien untuk memberikan masukan dan menyampaikann masalahnya. Melalui pendekatan bedside handover maka perawat dapat memastikan keselamatan pasien yang mencakup lingkungan pasien seperti posisi tempat tidur, alat-alat medis disamping pasien berfungsi dengan baik dan memastikan terapi medikasi yang diberikan sesuai program. Pelaksanaan bedside handover yang berkualitas akan mampu menggali data tentang pasien. Kwalitas pelaksanaan bedside handover dapat dilihat dari lima komponen kualitas pelayanan yaitu, keandalan (reliability), daya tanggap (responssiveness), jaminan (assurance), empati (empathy), bukti fisik (tangibles) (tjiptono & chandra, 2007). kelima komponen kualitas pelaksanaan bedsisde handover tersebut akan membuat pasien merasa dihargai dan dilibatkan dalam proses keperawatan sehingga secara tidak langsung akan membantu kesembuhan pasien. Hasil survey lapangan yang peneliti lakukan di Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar selama dua minggu dari tanggal 18-31 Oktober 2014 diperoleh data masih ditemukan pasien yang mengatakan perawat tidak menyampaikan permasalah dan kondisi terkini pasien seperti perkembangan kondisi pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium terkini, perawat tidak menjelaskan rencana perawatan yang akan diberikan, perawat jarang menanyakan atau mengklarifikasi kondisi pasien, perawat tidak memeriksa keadaaan alat-alat medis didekat pasien dan tidak memeriksa keamanan tempat tidur dan lingkungan pasien. Hal tersebut bisa saja disebabkan karena beban kerja yang tinggi, tingkat ketergantungan pasien, jumlah tenaga, waktu, kesadaran perawat yang masih kurang, serta banyaknya tugas administrasi lain yang harus dikerjakan perawat. Metode timbang terima yang saat ini dilakukan di ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar sudah menggunakan komunikasi SBAR dan bedside handover, namun penerapannya belum maksimal karena belum menggunakan konsep yang jelas, sehingga menimbulkan berbagai kendala seperti, informasi yang kurang fokus, waktu yang panjang, kesalahan penerimaan pesan yang berefek pada salah persepsi, sehingga kurang efektif dan efisien. Metode timbang terima (handover) yang dilakukan saat pergantian shift belum sesuai dengan SPO sehingga dalam pelaksanaanya membutuhkan waktu yang berbedabeda tergantung dari kemampuan komunikasi maupun kemampuan klinis masing-masing perawat dalam menguasai kondisi pasien yang dirawat. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang bersifat analitik. Tempat penelitian ini adalah Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu yaitu pada tanggal 15 sampai dengan 31 Januari 2015 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelaksanaan komunikasi SBAR dan bedside handover yang dilakukan saat pergantian shift di ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar. Sampel yang digunakan pada penelitian ini seluruh pelaksanaan komunikasi SBAR dan bedside handover yang dilakukan saat pergantian shift di ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar yang memenuhi kriteria inklusi yaitu terdiri dari delapan responden (grup handover). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling yaitunon probability (non random sampling) jenis purposive sampling. Instrumen Penelitian Pedoman observasi yang digunakan untuk menilai kemampuan responden dalam melakukan metode komunikasi SBAR yaitu menggunakan lembar observasi dengan 8 item observasi dan dibagi menjadi empat skala likert yaitu: tidak sesuai (1), kurang sesuai (2), dan sesuai (3). Selanjutnya jumlah nilai setiap responden dilakukan skoring dan dikelompokan menjadi tiga kriteria yaitu, komunikasi SBAR baik bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean +1 SD, komunikasi SBAR kategori cukup, bila mean – 1≤ x ≤ mean + 1 SD, dan komunikasi SBAR kategori kurang bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD. Pelaksanaan bedside handover dinilai lembar observasi kualitas pelaksanaan bedside handover yang terdiri dari lima komponen kualitas yang terbagi menjadi 20 item observasi yaitu komponen keandalan (reliability) yang terdiri dari 4 item observasi, komponen ketanggapan (responsiveness) terdiri dari 4 item observasi, komponen asuransi (assurance) terdiri dari 4 item observasi, komponen empati (emphaty) terdiri dari 4 item observasi dan komponen bukti fisik (tangible) terdiri dari 4 item observasi. Pedoman observasi tersebut dibagi menjadi empat tingkatan skala likert yaitu: nilai 3 bila dilakukan sepenuhnya dengan tepat, nilai 2 bila dilaksanakan hanya sebagian atau masih ada yang kurang, dan nilai 1 bila tidak di kerjakan sama sekali. Selanjutnya jumlah nilai setiap responden dilakukan skoring dan dikelompokan menjadi tiga kriteria yaitu, pelaksanaan bedside handover berkualitas bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean +1 SD, pelaksanaan bedside handover cukup berkualitas bila mean – 1≤ x ≤ mean + 1 SD, dan pelaksanaan bedside handover kurang berkualitas bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data Subjek penelitian diberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, serta resiko yang mungkin dialami. Bila subjek setuju untuk ikut sebagai responden penelitian maka responden diminta untuk menandatangani informed consent. Peneliti melakukan observasi terhadapa pelaksanaan komunikasi SBAR dan pelaksanaan bedside handover secara bersamaan melalui lembar observasi yang disediakan oleh peneliti. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Korelasi Rank Spearmen yaitu uji yang digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal (Sugiyono, 2010). Jika p hitung > p tabel maka Ho ditolak, atau bila ɑ < 0,05 maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan penggunaan metode komunikasi SBAR dengan kualitas pelaksanaan bedside handover di Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar. Menurut Hastono (2007) kekuatan p hitung uji Korelasi Rank Spearmen yaitu 0,000-0,199 sangat lemah, 0,200-0,399 lemah, 0,4000,599 sedang, 0,600-0,799 kuat, dan 0,800-1,000 sangat kuat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Penggunaan Metode Komunikasi SBAR Dari hasil pengukuran terhadap 8 responden (group handover) diperoleh hasil distribusi frekuensi penggunaan metode komunikasi SBAR sebagai berikut: Tabel 4. Penggunaan Metode Komunikasi SBAR di Ratna RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 N o Variabel Metode Komunika si SBAR 1 Baik 2 Cukup 3 Kurang Total Responden Jumla Persentas h e (%) 2 4 2 8 25,00 50,00 25,00 100,00 Adapun persentase jumlah nilai atau skor dari setiap komponen instrumen komunikasi SBAR yang diobservasi disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5. Hasil Pelaksanaan Metode SBAR N o Variabel 1 Situation 2 Background 3 Assessment 4 Recommendatio n Total skor Observasi Komunikasi Total Nilai nila % i 68 39,5 3 18 10,4 7 38 22,0 9 48 27,9 1 172 100 Metode komunikasi SBAR mulai diperkenalkan dan disosialisasi di RSUP Sanglah Denpasar sejak bulan Agustus 2011, tehnik ini masih relatif baru sehingga dalam pelaksanaannya masih banyak ditemui kekurangan. Form baku pelaksanaan timbang terima dengan metode komunikasi SBAR juga baru tersedia awal Februari 2015 di RSUP Sanglah Denpasar, sehingga pelaksanaannya perlu dilakukan monitoring dan evaluasi. Untuk meningkatkan kemampuan dalam hal komunikasi, materi ataupun teori saja kurang efektif sehingga diperlukan simulasi dan role play dalam pembelajaran Menurut pendapat Kesten (2011) pelatihan komunikasi SBAR merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas operan jaga pasien. Pelatihan ini dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan kesenjangan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sebagai komponen utama perilaku, sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan mutu operan jaga pasien Adanya perbedaan jenjang pendidikan dan pengalam kerja juga dapat mempengaruhi pelaksanaan komunikasi SBAR. Berdasarkan hasil penelitian Schermerhorn, Hunt dan Orborn dalam Konsil Kedokteran Indonesia (2006) yaitu komunikasi akan berjalan efektif atau dapat saja terjadi kesenjangan antara maksud pengirim pesan dengan yang dimengerti oleh penerima pesan karena beberapa hambatan seperti pengetahuan, pengalaman, perbedaan sudut pandang, budaya, bahasa dan lainnya sehingga usia yang relatif lebih muda dan dengan pengalaman yang masih terbatas akan berefek terhadap kemampuan komunikasi seseorang. Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni (2014), dengan judul Efektifitas Pelatihan Komunikasi SBAR dalam Meningkatkan Mutu Operan Jaga (Handover) di Bangsal Wardah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, menunjukan hasil berdasarkan uji Paired sample ttest adanya peningkatan yang bermakna pada mutu operan jaga setelah diberikan pelatihan komunikasi SBAR kepada perawat di bangsal Wardah dengan nilai signifikansi p = 0,000 (p < 0,05). Perbedaan mutu operan jaga yang menjadi lebih baik dari sebelumnya dikarenakan telah diberikan sebuah perlakuan pelatihan komunikasi SBAR pada perawat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut perlu dilakukan pelatihan komunikasi SBAR untuk mendapatkan kualitas pelaksanaan handover yang baik. Pelatihan komunikasi SBAR dapat dijadikan solusi untuk mengatasi kekurangan dalam pelaksanaan handover terutama komponen B (Background) dan A (Assessment). 2. Kwalitas Pelaksanaan Bedside Handover Dari hasil pengukuran terhadap 8 responden (group handover) diperoleh hasil distribusi frekuensi kualitas pelaksanaan bedside handover sebagai berikut: Tabel 6. Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover di Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 N o Kualitas Responden Pelaksanaa Jumla Persent n Bedside h ase (%) Handover 1 Baik 2 25,00 2 Cukup 4 50,00 3 Kurang 2 25,00 Total 8 100,00 Adapun persentase jumlah nilai atau skor dari setiap komponen instrument kualitas pelaksanaan bedside handover yang diobservasi disajikan dalam tabel berikut: Tabel 7. Hasil Observasi Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover N Variabel Total Nilai o nilai % 1 Dimensi 88 21,00 Tangibles (Kenyataan/Pena mpilan fisik) 2 Dimensi 88 21,00 Reliability (Keandalan) 3 Dimensi 72 17,18 Responsiveness (Kesigapan/Tang gap) 4 Dimensi 89 21,24 Assurance (Jaminan) Dimensi Emphaty 82 19,57 (Empati) Total skor 419 100 Pelaksanaan bedside handover yang berkualitas akan mampu menggali data tentang pasien. Kualitas pelaksanaan bedside handover dapat dilihat dari lima komponen kualitas pelayanan yaitu, keandalan (reliability), berkaitan dengan kemampuan pemberi pelayanan untuk memberikan layanan yang akurat, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki petugas. Daya tanggap (responssiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan perawat untuk membantu pasien dan merespons permintaan mereka dan perawat cepat tanggap terhadap masalah yang timbul keluhan yang disampaikan oleh pasien. Jaminan (assurance), yaitu perilaku perawat mampu menumbuhkan kepercayaan pasien terhadap perawat dan perawat bisa menciptakan rasa aman bagi pasien. Empati (empathy), berarti perawat memahami masalah pasien dan bertindak demi kepentingan pasien, serta memberikan perhatian personal kepada pasien dan memiliki jam operasi yang nyaman. Bukti fisik (tangibles), berkenaan dengan daya tarik fisik, perlengkapan, kerapian. kebersihan serta penampilan perawat (Tjiptono & Chandra, 2007). Kelima komponen kualitas pelaksanaan bedsisde handover tersebut akan membuat pasien merasa dihargai dan dilibatkan dalam proses keperawatan sehingga secara tidak langsung akan membantu kesembuhan pasien. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Elmiyasnya (2011), dengan judul Gambaran Keefektifan Timbang Terima (Operan) di Ruang Kelas I IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2011, menunjukan hasil bahwa pada pelaksanaan timbang terima (operan) yang diobservasi pada pergantian shift malam-pagi yang dilaksanakan dalam tiga kali observasi tidak ada yang dilaksanakan dengan efektif dengan rata-rata persentase 69,9%, pada pelaksanaan timbang terima (operan) yang diobservasi pada pergantian shift-sore yang dilaksanakan dalam tiga kali observasi tidak ada yang dilaksanakan dengan efektif dengan rata- rata persentase 65,4%, pada pelaksanaan timbang terima (operan) yang diobservasi pada pergantian shift sore- malam yang dilaksanakan tiga kali pertemuan tidak ada yang dilaksanakan dengan efektif dengan rata-rata persentase 60,3%. Prosedur bedside handover, selama ini sudah dilakukan pada setiap pergantian shift jaga, namun cara penyampaian isinya belum terungkap secara komprehensif, meliputi: isi timbang terima (masalah keperawatan pasien lebih fokus pada diagnosis medis), dilakukan secara lisan tanpa ada pendokumentasian yang lengkap, sehingga rencana tindakan yang belum dan sudah dilaksanakan, dan hal-hal penting masih ada yang terlewati untuk disampaikan pada shift berikutnya. 3. Hubungan Penggunaan Metode Komunikasi SBAR dengan Kwalitas Pelaksanaan Bedside Handover Berdasarkan hasil uji Rank spearmen diperoleh nilai p = 0.032 yang artinya ada hubungan penggunaan metode komunikasi SBAR dengan kualitas pelaksanaan bedside handover dengan nilai Correlation Coefficient sebesar 0.750, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode komunikasi SBAR dengan kualitas pelaksanaan bedside handover memiliki hubungan yang kuat dan arah korelasi hubungan positif. Kerangka SBAR sangat efektif digunakan untuk melaporkan kondisi dan situasi pasien secara singkat pada saat pergantian shift, sebelum prosedur tindakan atau kapan saja diperlukan dalam melaporkan perkembangan kondisi pasien (Haig et al, 2006 dalam Kesten, 2011). Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh The Joint Commmission Organizations tentang sentinel events didapatkan data bahwa kejadian total sentinel events terjadi oleh karena masalah komunikasi sebesar 70% (Mikos, 2008). Penelitin yang dilakukan oleh Haig et al (2006) dalam Kesten (2011) juga menunjukkan bahwa komunikasi SBAR menjamin komunikasi diantara para pemberi pelayanan kesehatan efektif dan menurunkan angka kejadian sentinel events dari 89,9 per 1000 pasien perhari menjadi 39,96 per 1000 pasien perhari pertahun. Implementasi role play tehnik komunikasi SBAR pada saat mahasiswa keperawatan melakukan post conference dan melaporkan kondisi pasien membuat rasa percaya diri mereka meningkat ditambah kemampuan berpikir kritis mereka meningkat karena mereka lebih aktif dan berpartisipasi dalam sesi simulasi/role play (Ascano-Martin, 2008 dalam Kesten, 2011). Melalui pelaksanaan komunikasi SBAR dan bedside handover maka program keselamatan pasien akan dapat dilaksanakan dengan baik serta meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi penyakitnya secara up to date. Dalam pelaksanaan bedside handover yang berkualitas, maka semua sistem akan dilibatkan dalam pengambilan keputusan yaitu perawat, pasien atau klien dan keluarga (Australian Commission on Safety and Quality in Healthcare, 2007). KESIMPULAN DAN SARAN Hasil pengukuran terhadap pelaksanaan metode komunikasi SBAR hasil kriteria cukup menempati urutan tertinggi yaitu sebanyak 4 responden (50%). Komponen SBAR yang memperoleh nilai tertinggi adalah komponen situation sebesar 39,53% dan komponen SBAR terendah yaitu background yaitu 10,47%. Hasil pengukuran terhadap kualitas pelaksanaan bedside handover hasil kriteria cukup menempati urutan tertinggi yaitu sebanyak 4 responden (50%). Komponen kualitas pelaksanaan bedside handover yang memperoleh nilai tertinggi adalah komponen dimensi assurance (jaminan) yaitu sebesar 21,24% dan komponen terendah yaitu dimensi responsiveness (kesigapan/tanggap) sebesar 17,18% Ada hubungan penggunaan metode komunikasi SBAR dengan kualitas pelaksanaan bedside handover dengan hubungan yang kuat dan arah korelasi hubungan positif, yang artinya semakin besar nilai variabel bebas (penggunaan metode komunikasi SBAR) maka semakin besar pula nilai variabel terikat (kualitas pelaksanaan bedside handover), begitu pula sebaliknya. Disarankan kepada institusi pendidikan agar mengadakan pelatihan dan simulasi/ roleplay pelaksanaan komunikasi SBAR dan bedside handover dalam mata ajaran menajemen keperawatan agar mahasiswa mamp mengaplikasikannya sebelum memasuki praktek klinik maupun dunia kerja Aditama, T.Y. 2010. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi Kedua. Jakarta: Universitas Indonesia. Elmiyasnya. 2011. Gambaran Keefektifan Timbang Terima (Operan) Di Ruang Kelas I IRNA Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2011. Padang: RSUP Dr. M. Djamil Amato-Vealy, E.J. et al. 2008. HandOff Communication: A Requisite For Perioperative Patient Safety. Aorn Journal, 88(5): 763-770, (online), (http://www.aornjournal.org, diakses 29 Desember 2014) Fabre, J. 2010. Smart Nursing Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Keperawatan. Yogyakarta: Palmall DAFTAR PUSTAKA Australian Commission on Safety and Quality in Healthcare. 2007. Standard Operating Protocol for Implementing Bedside Handover in Nursing. Australia: Griffith University and Murdoch University Candra, A. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi, (online), (http://aurajogja.files.wordpres s.com, diakses tanggal 28 November 2014) Clemens, Theresha. 2007. Bedside handover – implementing and evaluating change. Melbourne: Royal Children’s Hospital Dewi, M. 2011. Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap Penerapan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di RSUD Raden (Online). (http://www.ejurnal.ung.ac.id/i ndex.php.Diakses Desember 2014) tanggal 1 Friesen, A.M., White, V. S., & Byers, F.J. 2008. Handoffs : Implications For Nurses. (Online) (http://www.ejurnal.ung.ac.id/i ndex.php. Diakses tanggal 1 Desember 2014) Humaini, D.F. 2009. Komunikasi Efektif, (online), (http://cartenzhrd.com, diakses 30 November 2014) JCAHO. 2006. JCAHO national patient safety goals. Diperoleh pada 22 Januari 2011. , (online), (http://www.pdfchaser.com/J CAHO-National-PatientSafety-Goals-for-2006.html. diakses 28 November 2014) Keliat, A. B. 2005. Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Jakarta: EGC Kerr, Debra & McKinla, Louise Bedside handover: Evidence of quality improvement in nursing care and documentation. Melbourne: Victoria University Kesten, K.S. 2011. Role-Play Using SBAR Technique to Improve Observed Communication Skills in Senior Nursing Students. Journal of Nursing Education, 50(2): 79-87 Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif DokterPasien. Edisi Pertama, (online), (http://inamc.or.id, diakses 2 Januari 2015 Kristianto, D. 2009. Hubungan Pemberian Reward Ucapan Terima Kasih Dengan Kedisiplinan Waktu Saat Mengikuti Timbang Terima Perawat Ruang Bedah Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Kuntoro, A. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan.Yogjakarta: Nuha Medika Leonard, MD & Audrey Lyndon. 2014. WIHI: SBAR: Structured Communication and Psychological Safety in Health Care , (online), (http://www.ihi.org, diakses 28 November 2014) Maryam D. 2009.Hubungan Penerapan Tindakan Keselamatan Pasien oleh Perawat Pelaksana dengan Kepuasan Pasien di RSU Dr. Soetomo Surabaya. (Online) (http://www.isjd.pdii.lipi.go.i d/index.php. Diakses tanggal 1 Desember 2014) Manupo, Quiteria. 2012. Hubungan Antara Penerapan Timbang Terima Pasien Dengan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di Rsu Gmim Kalooran Amurang. Manado: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado McCaffrey, R.G. 2010. A Program to Improve Communication and Collaboration Between Nurses and Medical Residents. The Journal of Continuing Education in Nursing, 41(4): 172-178 Mikos, K. 2007. Monitoring Handoffs For Standardization. Nursing Management, hlm.16-20, (online), (http://www.nursingmanageme nt.com, diakses 2 Desember 2014) Muhajir. 2007. Komunikasi Antar Shift di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. H.M Rabain Kabupaten Muara Enim Propinsi Sumatera Selatan. Working Paper Series, 9(1): 10-15, (online), (http://www.Irc.kmpk.ugm.ac.c om, diakses 8 Desember 2014) Notoatmojo,S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika Ohio’s Medicare Quality. 2009. SBAR Comunication, (online), (http://www.ohiokepro.com, diakses 2 Desember 2014) Permanente, K. 2011. SBAR Technique For Communication: A Situaational Briefing Model. Evergreen, Colorado, USA, (online), (http://www.ihi.org, diakses 28 November 2014) Rida, M. 2008. Efektifitas Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Polman Sulawesi Barat. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Rein. 2011. The ‘SBAR’ Tool To Communicate Fall Risk, (online), (http://www.seekwellness.com, diakses 29 Nesember 2014) Riwidikdo, Kesehatan. Cendika H. 2009. Statistik Jogjakarta: Mitra Rohmah Nikmatur&Walid Saiful. 2012. Proses Keperawatan Teori & Aplikasi. AR-Ruz Media: Jogjakarta Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jogyakarta: Graha Ilmu Sopiyudin, D. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta Sunaryo .2004. Psikologi Keperawatan. Jakarta: EGC untuk Supranto, J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta : Rineka Cipta Tjiptono, F, dan Diana, A. 2007. Manajemen Jasa. Yogyakarta : Andi Trisnantoro, L. 2005. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Tim KP-RS. 2011. Pedoman Keselamatam Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Denpasar: RSUP Sanglah Wahyuni. 2014. Efektifitas Pelatihan Komunikasi SBAR dalam Meningkatkan Mutu Operan Jaga (Hand Over) di Bangsal Wardah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Muhamadyah Wijaya,M. 2010. Efektivitas Komunikasi Pelayanan Sektor Publik Di Sumatera Utara.Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Falkutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara Urrahman, Zhiyya 2009 Manajemen Keperawatan Timbang Terima / Operan. Stikes Patria Husada. Lampiran 1 JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN Tahun 2014 No Agustus Kegiatan I 1 Studi Pendahuluan 2 Penyusunan proposal 3 Seminar proposal 4 Revisi proposal 5 Pengurusan ijin penelitian 6 Pengumpulan data 7 Pengolahan data 8 Analisis data 9 Penyusunan laporan 10 Sidang hasil penelitian 11 Revisi laporan II III September IV I II III Tahun 2015 Oktober IV I II III Nopember IV I II III Desember IV I II III Januari IV I II III Februari IV I II III IV Lampiran 2 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ni Nyoman Sudresti NIM : 1302115029 Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di kemudian hari didapatkan bukti bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut. Denpasar, Januari 2015 Ni Nyoman Sudresti NIM 1302115029 Lampiran 3 SURAT PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara calon responden di Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar Di Denpasar Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu FK UNUD. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, saya akan mengadakan penelitian tentang “Hubungan Penggunaan Metode Komunikasi SBAR dengan Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover di Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar”. Berkaitan dengan hal ini saya mohon kesediaan bapak/ibu/saudara agar dapat menjadi responden dalam penelitian ini. Kerahasiaan identitas akan dijaga dan tidak disebarluaskan. Saya sangat menghargai kesediaan, perhatian dan partisipasi bapak/ibu/saudara, semoga dapat mendukunng pengembangan ilmu keperawatan. Demikian permohonan ini dibuat, atas perhatian dan partisipasi saya ucapkan terima kasih. Denpasar, Januari 2015 Ni Nyoman Sudresti NIM 1302115029 Lampiran 4 SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan Penggunaan Metode Komunikasi SBAR dengan Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover di Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014”. Saya mengerti bahwa saya akan diobservasi setiap tindakan dan timbang terima yang saya lakukan. Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan serta dalam penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa adanya sanksi atau kehilangan hak-hak saya. Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau mengenai peran serta saya dalam penelitian ini dan telah dijawab serta dijelaskan secara memuaskan. Saya secara sukarela dan sadar bersedia berperan serta dalam penelitian ini dengan menandatangani Surat Persetujuan menjadi Responden. Denpasar, 2015 Responden Peneliti, (...............................) (...............................) Lampiran 5 ANGGARAN DANA PENELITIAN A. Persiapan 1. Studi Kepustakaan Rp. 100.000 2. Penyusunan Proposal Rp. 300.000 3. Ujian Proposal Rp. 425.000 4. Revisi Proposal Rp. 100.000 1. Pengurusan Ijin Rp. 200.000 2. Pengadaan lembar pengumpulan data Rp. 200.000 3. Transport Rp. 100.000 4. Pengolahan dan Analisis Data Rp. 200.000 1. Penyusunan Laporan Rp. 200.000 2. Pengadaan Laporan Rp. 400.000 3. Ujian Skripsi Rp. 375.000 4. Revisi dan Penggandaan Skripsi Rp. 400.000 + B. Pelaksanaan C. Tahap Akhir Jumlah Rp. 3.000.000 Lampiran 6 LEMBAR DATA KARAKTERISTIK TENAGA PERAWAT Nomor responden: ………….. Petunjuk pengisian 1. Berilah tanda ( √ ) pada kotak sesuai observasi yang didapat 2. Untuk items umur dan masa kerja isilah sesuai umur dan masa kerja anda I. Data demografi. 1. Pendidikan terakhir: DIII Keperawatan S1 Keperawatan 2. Masa Kerja: 0-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun > 20 tahun Lampiran 7 LEMBAR OBSERVASI PENGGUNAAN METODE KOMUNIKASI SBAR Petunjuk : Berilah tanda (√) pada kotak yang disediakan sesuai dengan kriteria yang diobservasi 1. Tidak Sesuai/ TS (Kegiatan yang tertera tidak dilakukan) 2. Kurang Sesuai/KS (Kegiatan dilakukan, namun masih ada yang tidak jelas dan kurang fokus) 3. Sesuai/S (Kegiatan dilakukan dengan lengkap, data fokus, jelas dan singkat) VARIABEL Tindakan 1 Perawat menjelaskan identitas pasien, diagnosa medis dan keperawatan kepada tim jaga selanjutnya 2 Perawat menyampaikan permasalahan dan kondisi terakhir pasien dengan singkat dan jelas 3 Perawat mendekati pasien dan mengklarifikasi kondisinya saat ini BACKG ROUND 4 Perawat melaporkan riwayat sebelumnya yang mendukung permasalahan yang sedang terjadi (pengobatan, tindakan dan pemeriksaan terakhir) secara singkat dan jelas ASSESS 5 Perawat menyimpulkan tentang kondisi pasien saat SITUATI ON 3 2 1 Skor ini MENT 6 Perawat menyampaikan usul/solusi tindakan selanjutnya untuk mengatasi permasalahan yang terjadi 7 Perawat menjelaskan rencana perawatan selanjutnya kepada pasien 8 Perawat yang melakukan timbang terima memeriksa kembali catatan keperawatan/rekam medik pasien RECOM MENDA TION Lampiran 8 LEMBAR OBSERVASI KUALITAS PELAKSANAAN BEDSIDE HANDOVER Petunjuk: berilah tanda ( √ ) pada angka : 1: Bila tidak di kerjakan sama sekali 2: Bila dilaksanakan sebagian atau masih ada yang kurang 3: Bila dilakukan sepenuhnya dengan tepat No. A 1. 2. 3. 4. B 5. 6. PERTANYAAN Dimensi Tangibles (Kenyataan/Penampilan fisik) Perawat berpenampilan bersih dan rapi saat melakukan bedside handover Perawat mampu berbicara secara lengkap dan baik saat melakukan bedside handover dengan pasien dan anggota tim keperawatan Perawat menggunakan bahasa yang mudah dimengerti saat melakukan bedside handover dengan pasien perawat menyediakan segala perlengkapan untuk melakukan bedside handover, seperti status dokumentasi untuk mereview pemberian obatobatan, perubahan vital sign, rencana perawatan, dan juga observasi keadaan lainnya seperti balance atau keseimbangan cairan, resiko jatuh dan status dekubitus Dimensi Reliability (Keandalan) Selama melakukan bedside handover, perawat mampu memberikan informasi sesuai dengan kondisi terkini pasien (penyakit, pengobatan, tindakan, pemeriksaan penunjang dll) Peawat menyampaikan informasi yang jelas JAWABAN 3 2 1 7. 8. C 9. 10. 11. kepada pasien dan keluarga saat melakukan bedside handover Perawat mampu menjelaskan kondisi pasien dan rencana perawatan selanjutnya kepada pasien dan tim keperawatan Perawat mampu memvalidasi data-data pasien Dimensi Responsiveness (Kesigapan/Tanggap) Perawat mendekatkan bell disamping pasien sehingga mudah dijangkau, memastikan mesin suction, oksigen dan perlengkapan lain disamping pasien berfungsi secara baik dan mudah dijangkau Perawat memastikan balutan, drain, akses intravena dan infusion pump aman dan dan peralatan invasive lainnya berada dalam posisi yang benar. Perawat memastikan pengaman tempat tidur berfungsi, ketinggian tempat tidur yang sesuai dan mendekatkan meja kesamping pasien sehingga mudah dijangkau 12. Perawat menanggapi semua keluhan pasien saat melakukan bedside handover D 13. Dimensi Assurance (Jaminan) Perawat mampu membuat pasien nyaman dan aman saat melakukan bedside handover Perawat mampu menjaga kerahasian pasien saat melakukan bedside handover 14. 15. 16. E 17. 18. 19. Perawat mampu menawarkan kualitas pelayanan yang baik saat melakukan bedside handover Perawat bersikap ramah dan sopan saat melakukan bedside handover Dimensi Emphaty (Empati) Perawat berusaha menenangkan rasa cemas pasien terhadap penyakit yang diderita saat melakukan bedside handover Perawat mampu membujuk pasien untuk berkomentar atau mengajukan pertanyaan Perawat mampu membujuk keluarga untuk berpartisipasi dalam timbang terima atas persetujuan pasien 20. 1. Perawat menghibur dan memberikan dorongan kepada pasien supaya cepat sembuh dan mendoakan mereka Kriteria Metode Komunikasi SBAR Mean = Jumlah nilai yang diperoleh dibagi jumlah responden Mean Metode Komunikasi SBAR = 172 = 21,4 8 SD Metode Komunikasi SBAR = (∑x)2 ∑x 2 n n-1 29584 3716 = 8 7 = 2,5 = 1,5 Kriteria Skor a. komunikasi SBAR baik bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean +1 SD Komunikasi SBAR baik = x > mean +1 SD = x > 21,4 + 1 (1,5) = x > 22,9 b. komunikasi SBAR kategori cukup, bila mean – 1≤ x ≤ mean + 1 SD Komunikasi SBAR cukup = mean – 1≤ x ≤ mean + 1 SD = 21,4 - 1≤ x ≤ 21,4 + 1 (1,5) = 20,4 ≤ x ≤ 22,9 c. komunikasi SBAR kategori kurang bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD Komunikasi SBAR kurang = x < mean – 1 SD = x < 21,4 – 1 (1,5) = x < 20,4 2. Kriteria Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover Mean = Jumlah nilai yang diperoleh dibagi jumlah responden Mean Kualitas Bedside Handover = 419 = 52,3 8 SD Kualitas Bedside Handover = (∑x)2 ∑x 2 n n-1 175551 21987 - = 8 7 = 5,9 = 2,4 Kriteria Skor a. pelaksanaan bedside handover berkualitas bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean +1 SD Bedside handover berkualitas = x > mean +1 SD = x > 52,3 + 1 (2,4) = x > 54,7 b. Pelaksanaan bedside handover cukup, bila mean – 1≤ x ≤ mean + 1 SD Bedside handover cukup = mean – 1≤ x ≤ mean + 1 SD = 52,3 - 1≤ x ≤ 52,3 + 1 (2,4) = 51,3 ≤ x ≤ 54,7 c. Pelaksanaan bedside handover kurang bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD Bedside handover kurang = x < mean – 1 SD = x < 52,3 – 1 (1,5) = x < 51,3 Lampiran 12 ANALISA DATA metode komunikasi SBAR Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent kurang 2 25.0 25.0 25.0 cukup 4 50.0 50.0 75.0 baik 2 25.0 25.0 100.0 Total 8 100.0 100.0 kualitas pelaksanaan bedside handover Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent kurang 2 25.0 25.0 25.0 cukup 4 50.0 50.0 75.0 berkwalitas 2 25.0 25.0 100.0 Total 8 100.0 100.0 metode komunikasi SBAR * kualitas pelaksanaan bedside handover Crosstabulation kualitas pelaksanaan bedside handover kurang metode komunikasi SBAR Total cukup berkwalitas Total kurang 1 1 0 2 cukup 1 3 0 4 baik 0 0 2 2 2 4 2 8 Correlations kualitas Spearman's rho metode komunikasi SBAR metode pelaksanaan komunikasi bedside SBAR handover 1.000 .750* Sig. (2-tailed) . .032 N 8 8 Correlation Coefficient kualitas pelaksanaan Correlation Coefficient .750* 1.000 bedside handover Sig. (2-tailed) .032 . 8 8 N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Lampiran9 MASTER TABEL HUBUNGAN PENGGUNAAN METODE KOMUNIKASI SBAR DENGAN KUALITAS PELAKSANAAN BEDSIDE HANDOVER DI RUANG RATNA RSUP SANGLAH DENPASAR NO Responden Metode Komunikasi SBAR (xi) 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah 22 20 21 24 19 22 21 23 172 Kriteria Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover Ket (xi2) 484 400 441 576 361 484 441 529 3716 (xi) cukup kurang cukup baik kurang cukup cukup baik 2 1 2 3 1 2 2 3 Kriteria Ket (xi2) 50 54 52 55 48 52 53 55 419 2500 2916 2704 3025 2304 2704 2809 3025 21987 kurang cukup cukup baik kurang cukup cukup baik 1 2 2 3 1 2 2 3