reflek spinal pada katak

advertisement
REFLEK SPINAL PADA KATAK
Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
Rombongan
Asisten
:
:
:
:
:
Dini Darmawati
B1J014058
4
I
Iis Islamiyah
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I.
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sistem saraf merupakan suatu sistem organ yang terdiri dari sel-sel
neuron. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (yang meliputi otak dan
batang spinal), dan sistem saraf perifer (yang meliputi saraf kranial, saraf
spinal, dan trunkus simpatikus). Sistem saraf pusat berguna sebagai pusat
koordinasi aktivitas-aktivitas yang harus dilaksanakan. Sedangkan sistem
saraf perifer memberikan informasi kepada sistem saraf pusat tentang adanya
stimulus yang menyebabkan otot dan kelenjar melakukan respon (Johnson,
1984).
Mekanisme kerja saraf ialah dengan mekanisme depolarisasi dan
repolarisasi. Kedua mekanisme ini berkaitan dengan transportsi ion
menembus membran (transmembran). Pada hewan tingkat tinggi komunikasi
intrasel yang kompleks dan amat cepat ditengahi oleh impuls-impuls saraf.
Neuron-neuron (sel-sel saraf) secara elektrik akan menghantarkan sinyal
(impuls) melalui bagian saraf yang memanjang (sekitar 1 mm pada hewan
berukuran besar). Impuls dapat berupa gelombang-gelombang berjalan yang
berbentuk arus-arus ion. Transmisi sinyal antara neuron-neuron dan antara
neuron otot seringkali dimediasi secara kimiawi oleh neurotransmitter
(penghantar impuls saraf) (Gunawan, 2002).
Menurut Frandson (1992), gerak merupakan salah satu contoh dari
respon yang dihasilkan oleh mekanisme kerja saraf. Salah satu respon yang
tidak disadari terhadap stimulus disebut reflek. Reflek secara sederhana dapat
dibagi menjadi dua yaitum bagian afferent dan efferent (otot/kelenjar).
I.2. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui adanya reflek spinal
pada katak.
II.
II.1.
MATERI DAN CARA KERJA
Materi
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Katak
(Fejervarya cancrivora) dan larutan asam sulfat 1%.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah jarum, gunting,
pinset, baki preparat, beaker glass dan gloves.
II.2.
Cara Kerja
1. Rusak otak Katak dengan jarum penusuk.
2. Beri rangsangan atau stimulus berupa pembalikkan tubuh, penarikkan
kaki depan, penarikkan kaki belakang dan pencelupan pada asam
sulfat.
3. Amati respon yang terjadi.
4. Lanjutkan perusakkan pada ¼, ½, ¾ dan total pada medulla spinalis,
beri stimulus dan amati responnya.
5. Ulangi kembali langkah kedua dan ketiga.
III.
III.
III.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Gerak Reflek Spinal pada Katak
Pengrusakan
Otak
¼ Batang
spinal
½ Batang
spinal
¾ Batang
Spinal
Seluruh
Batang Spinal
Keterangan :
Pembalikkan
Penarikkan
kaki depan
Penarikkan
Pencelupan
kaki
ke Dalam
Asam Sulfat
+
+
+
belakang
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
-
+
+
+
-
-
(+)
= Katak memberikan respon
(-)
= Katak tidak memberikan respon
III.2
Pembahasan
Berdasarkan hasil pada praktikum reflek spinal pada katak diketahui
bahwa, saat otak katak dirusak, katak masih dapat memberikan respon positif
yaitu respon melarikan diri ketika diberi perlakuan pembalikkan, penarikkan
kaki depan, penarikkan kaki belakang dan pencelupan ke dalam larutan asam
sulfat. Hasil ini serupa ketika ¼ batang spinal katak dirusak, kemudian katak
diberi perlakuan. Ketika ½ batang spinal katak dirusak segala perlakuan yang
diberikan pada katak masih menimbulkan respon positif berupa melarikan
diri dan menghapuskan larutan asam sulfat, namun pada perlakuan
penarikkan kaki belakang katak tidak lagi menunjukkan respon. Hasil ini
serupa saat ¾ batang spinal katak dirusak. Ketika seluruh batang spinal katak
dirusak, katak memberikan respon positif saat diberi perlakuan pembalikkan
dan penarikkan kaki depan, namun tidak lagi memberikan respon positif pada
perlakuan penerikkan kaki belakang dan pencelupan dalam asam sulfat.
Menurut Frandson (1992), reflek merupakan suatu respon organ
efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar
terhadap suatu stimulus tertentu. Refleks pada amphibian merupakan konsep
dari suatu ritme yang melekat dalam system syaraf pusat yang telah
ditentukan selama perkembangan katak. Katak yang telah pulih dari shock
spinal, akan menarik kakinya apabila diberi stimulasi. Apabila kaki katak
yang terstimulasi tersebut dicegah agar tidak melengkung, maka kaki yang
satunya yang akan melengkung.
Sumsum tulang belakang sebagai pusat dari system syaraf perifer
mengandung tali spinal yang dibawa neuron yang selanjutnya menyebabkan
gerak refleks. H2SO4 termasuk ke dalam larutan elektrolit kuat yang dapat
menghantarkan listrik, sifat hantaran listrik ini dihasilkan oleh adanya
partikel bermuatan positif dan partikel berrmuatan negative. Larutan H2SO4
bersifat asam pekat, saat praktikum larutan ini digunakan pada saat praktikum
berfungsi untuk memberikan rangsangan kimiawi sehingga menimbulkan
gerak refleks (Hilderbrand, 1995).
Menurut Pearce (1989), hal yang menyebabkan katak tidak lagi
memberikan respon positif dikarenakan saraf-saraf yang berhubungan dengan
saraf spinalis rusak semuanya. Perusakan pada sumsum tulang belakang
ternyata juga merusak tali-tali spinal sebagai jalur-jalur saraf. Tali-tali spinal
terdiri dari saraf sensori dan motori. Oleh karena itu, bila saraf tersebut rusak
maka respon terhadap stimulus tidak akan terjadi. Menurut Trueb & Duellman
(1986), perusakan ¼ dari sumsum tulang belakang tidak merusak semua sistem
saraf yang menyebabkan refleks spinal, sehingga masih memberikan respon
positifnya. Hal ini juga berlaku untuk perusakan ½ dan ¾ sumsum tulang
belakang, semakin lebar kerusakan sumsum tulang belakang, responnya akan
semakin melemah.
Setelah stimulus diterima maka akan terjadi integrasi. Integrasi
merupakan suatu proses penerjemahan informasi yang berasal dari stimulasi
reseptor sensoris oleh lingkungan. Kemudian dihubungkan dengan respon
tubuh yang sesuai. Integrasi sangat diperlukan dalam proses mekanisme
penyampaian stimulus. Misalnya stimulus pada kaki, yaitu stimulus berjalan
sepanjang serat dan melalui serabut ganglia bagian dorsal, kemudian menyebar
ke ujung-ujung sel di belakang yang menyebar sepanjang akson motorik alfa
menuju otot. Akan mudah mencapai otot soleus (dengan stimulasi dari saraf
tibia belakang di dekat lulut) (Khosrawi et al., 2015).
Gerak refleks yang dilakukan oleh Katak juga mengalami integrasi.
Menurut Walter & Stayles (1990), untuk menimbulkan respon positif maka
terjadi reaksi-reaksi sebagai berikut, stimulus dideteksi oleh reseptor kulit. hal
ini akan mengawali impuls-impuls saraf pada neuron sensori yang berasal dari
reseptor kulit menuju ke tali spinal melalui afektor. Impuls ini memasuki tali
spinal dan mengawali impuls pada neuron motor yang sesuai dan bila impuls
ini mencapai antara neuron motor dan otot maka dirangsang untuk kontraksi.
Sinyal-sinyal saraf dijalarkan dari satu neuron ke neuron berikutnya
melalui batas antar neuron (interneuronal junction) yang disebut sinaps. Ada
dua macam sinaps yaitu sinaps kimia dan sinaps listrik. Sinaps kimia berfungsi
menjalarkan sinyal dalam satu arah yaitu dari neuron yang menyekresi
transmiter, yang disebut neuron presinaps, ke neuron di mana bahan transmiter
tadi bekerja, yang disebut neuron postsinaps (Amy et al., 2008).
Menurut Store (1970), mekanisme dan faktor
yang menyebabkan
gerak refleks pada Katak, yaitu:
1. Adanya reseptor rangsangan dari luar.
2. Induksi nervous impuls atau badan sel saraf ke tulang belakang.
3. Adanya sinapsis.
4. Terjadi penerimaan rangsangan oleh neuron motorik, terjadilah
refleks oleh efektor sebagai respon.
Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal antara
lain :
1. Ada tidaknya rangsangan atau stimulus.
Rangsangan yang berasal dari luar, misalnya sinar, tekanan, zat-zat
dan sebagainya. Rangsangan dari dalam yaitu dari makanan, oksigen, air
dan lainnya. Beberapa rangsangan dapat langsung bereaksi pada sel atau
jaringan hewan. Somato sensori pada refleks spinal dimasukkan dalam urat
spinal sampai bagian dorsal. Sensori yang masuk dari kumpulan reseptor
yang berbeda memberikan pengaruh hubungan pada urat spinal sehingga
terjadi refleks spinal (Richard & Gordan, 1989).
2. Berfungsinya sumsum tulang belakang.
Sumsum tulang belakang memiliki dua fungsi penting yaitu untuk
mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat refleks, dengan
adanya sumsum tulang belakang pasangan saraf spinal dan kranial
menghubungkan tiap reseptor dan efektor dalam tubuh sampai terjadi
respons. Apabila sumsum tulang belakang telah rusak total maka tidak ada
lagi efektor yang menunjukkan respon terhadap stimulus atau rangsang
(Ville et al., 1988).
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Refleks spinal pada Katak terjadi apabila perusakan pada sumsum tulang
belakang tidak merusak tali-tali spinal sebagai jalur-jalur saraf, sehingga
katak menimbulkan respon positif terhadap stimulus yang diberikan. Namun,
apabila perusakan sumsum tulang belakang merusak tali-tali spinal, maka
Katak tidak lagi memberikan respon positif terhadap stimulus yang diberikan.
DAFTAR REFERENSI
Amy I.S, Meilinah Hidayat, & Jo Suherman. 2008. Pengaruh Kenaikan Kadar
Glukosa Darah terhadap Peningkatan Daya Ingat Jangka Pendek pada
Wanita Dewasa. JKM . Vol. 8(1):15-19.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Gunawan, Adi, M. S. 2002. Mekanisme
(Neurotransmisi). Integral. Vol. 7(1).
Penghantaran
dalam
Neuron
Johnson, D. R. 1984. Biology an Introduction. New York: The Benjamin Cummings
Publishing Co.Inc.
Khosrawi, Saeid, Parisa Taheri, dan Seyed Hasan Hashemi. 2015. Proposed Equation
Between Flexor Carpi Radialis H-Reflex Latency and Upper Limb Length.
Iranian Journal of Neurology. Vol. 14(1): 41-46.
Hildebrand, M. 1995. Analysis of Vertebrate Structrure 4th edition. New York : John
Willey & Sons INC.
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Richard, W.H dan Gordan. 1989. Animal Physiology. New York: Harper-Collins
Publisher.
Storer, T. I, W.F. Walker dan R.D. Barnes. 1970. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Trueb, L. A dan Duellman. 1986. Biology of Amphibians. New York: McGraw Hill
Company.
Villee, C.A,W.F. Walker dan R.D. Barnes. 1988. General Zoology. Philadelphia:
W.B. Saunders Company.
Walter dan Stayles. 1990. Biology of the Vertebrates. New York: The McMillan
Publishing Company.
Download