Permasalahan Pergaraman Nasional Alternatif

advertisement
Edisi 15 Vol. II. Agustus 2017
Permasalahan
Pergaraman
Nasional
p. 03
Alternatif
Pembiayaan
Infrastruktur:
Efektif Agar
Tetap Ekspansif
p. 08
Buletin APBN
Pusat Kajian Anggaran
Badan Keahlian DPR RI
www.puskajianggaran.dpr.go.id
ISSN 2502-8685
1
Dewan Redaksi
Penanggung Jawab
Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E., M.Si.
Pemimpin Redaksi
Rastri Paramita, S.E., M.M.
Redaktur
Jesly Yuriaty Panjaitan, S.E., M.M.
Ratna Christianingrum, S.Si., M.Si.
Marihot Nasution, S.E., M.Si
Adhi Prasetyo S. W., S.M.
Editor
Dwi Resti Pratiwi, S.T., MPM.
Ade Nurul Aida, S.E.
Daftar Isi
Update APBN.................................................................................................p.02
Permasalahan Pergaraman Nasional ............................................................p.03
Alternatif Pembiayaan Infrastruktur: Efektif Agar Tetap Ekspansif................p.08
Terbitan ini dapat diunduh di halaman website www.puskajianggaran.dpr.go.id
2
Update APBN
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB)
atas dasar harga berlaku triwulan II-2017 mencapai Rp3.366,8 triliun dan atas
dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.472,8 triliun.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Persen)
Sumber : BPS 2017
Ekonomi Indonesia triwulan II-2017 terhadap triwulan II-2016 tumbuh 5,01
persen (y-on-y). Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh hampir semua
lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi yang tumbuh 10,88 persen. Dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga
Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) yang tumbuh sebesar 8,49
persen.
Ekonomi Indonesia triwulan II-2017 terhadap triwulan sebelumnya meningkat
sebesar 4,00 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi pada
Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 8,44 persen.
Sementara dari sisi Pengeluaran dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah yang meningkat signifikan sebesar 29,37 persen.
(BPS, Berita Resmi Statistik, no. 74/08/th. XX, 2017)
1
Permasalahan Pergaraman Nasional
oleh
Venti Eka Satya*)
Salah satu masalah serius yang
dihadapi bangsa Indonesia adalah
kemandirian dan ketahanan pangan.
Sebagai negara yang dikaruniai
sumber daya alam dan lahan
pertanian yang subur, bangsa
kita justru menghadapi persoalan
ketahanan dan kemandirian pangan.
Garam merupakan salah satu
kebutuhan pokok yang penting.
Komoditas ini memiliki peran strategis
karena termasuk kedalam sembilan
kebutuhan pokok masyarakat.
Garam tidak hanya digunakan untuk
kebutuhan konsumsi rumah tangga,
tetapi juga untuk kebutuhan industri.
Karenanya adalah sangat penting
bagi pemerintah untuk menjamin
ketersediannya.
Indonesia merupakan negara maritim
yang memiliki garis pantai terpanjang
kedua di Dunia setelah Kanada.
Laut Indonesia sangat luas dan
matahari bersinar sepanjang tahun.
Ketiga faktor produksi utama garam
sebenarnya sudah terpenuhi dan
sangat memadai, yaitu air laut, garis
pantai dan sinar matahari. Dengan
melihat fakta tersebut, adalah sangat
mungkin Indonesia menjadi negara
produsen garam terbesar di dunia
Akan tetapi ironinya negara Indonesia
selalu mengimpor garam. Solusi jangka
pendek yang dilakukan pemerintah
saat ini adalah meningkatkan impor
garam.
Indonesia membutuhkan garam
4,3 juta ton/tahun, yang mencakup
garam industri serta garam konsumsi.
Sebanyak 1,8 juta ton diantaranya
dipasok dari dalam negeri. Untuk
garam konsumsi, sebenarnya
Indonesia sudah swasembada. Akan
tetapi krisis kali ini justru paling
berdampak pada garam konsumsi.
Seharusnya pemerintah belajar dari
masa lalu, dimana Indonesia telah
beberapa kali mengalami krisis serupa.
Seperti yang terjadi pada tahun 2010,
produksi garam nasional hanya 30.600
ton, sangat jauh dari produksi ratarata garam tahunan, yaitu 1,2 juta
ton. Pemerintah Indonesia seharusnya
berupaya meningkatkan kualitas dan
kuantitas produksi garam. Dengan
jumlah produksi yang memadai dan
stok garam yang cukup, niscaya kondisi
cuaca seperti yang terjadi saat ini
Selama ini produksi garam dalam
negeri tidak pernah mampu
memenuhi kebutuhan garam nasional.
Setiap tahunnya sekitar 50 persen
kebutuhan garam nasional harus
dipenuhi melalui impor. Bahkan pada
tahun 2016 produksi garam nasional
merosot tajam akibat anomali cuaca
La Nina. Produksi garam hanya
mencapai 4 persen dari target, dan
kondisi ini terus berlanjut sampai
pertengahan tahun 2017 dimana
harga garam naik sampai 400 persen.
Sebenarnya cuaca bukanlah satusatunya faktor penyebab munculnya
problematika garam nasional. Faktor
lain yang juga sangat berpengaruh
adalah aspek produksi, infrastruktur,
kelembagaan, pemasaran dan supply
demand.
*)
Peneliti Muda, Pusat Penelitian, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail:[email protected]
2
maupun yang dari danau garam
daratan.
2. Tambang garam atau garam
sumber; garam yang biasanya
dinyatakan sebagai batu garam,
diperoleh dari pertambangan yang
beroperasi sedalam seribu kaki
atau lebih dibawah permukaan
bumi.
3. Garam yang diperoleh dari
penguapan dengan sinar matahari;
mengandung kotoran kimia dan
mikrobia halofisilis yang toleran
terhadap garam.
tidak terlalu berpengaruh signifikan
terhadap konsumsi garam nasional.
Mengingat kebutuhan Indonesia
terhadap garam yang sangat besar,
dan potensi yang dimiliki, sudah
saatnyalah pemerintah membenahi
industri garam nasional dalam
rangka mengakselerasi produksi
garam menuju swasembada garam
yang sesungguhnya. Masalah
utama dalam produksi garam harus
dicarikan solusinya. Teknologi
penguapan air laut haruslah menjadi
perhatian pemerintah, mengingat
permasalahan cuaca selama ini
selalu menjadi alasan bagi turunnya
produksi dalam negeri. Tidak hanya
itu, rendahnya produktivitas akibat
luas lahan yang semakin berkurang,
rendahnya teknologi produksi,
kualitas produksi, serta sarana dan
prasarana juga perlu dibenahi.
Secara umum kebutuhan garam
terbagi atas dua jenis yaitu:
1. Garam Industri
Garam industri yaitu jenis garam
dengan kadar NaCl sebesar 90
persen atau lebih (tergantung jenis
industrinya) dengan kandungan
impurities (sulfat, magnesium,
dan kalsium serta kotoran lainnya)
yang sangat kecil. Kegunaan garam
industri antara lain untuk industri
perminyakan, pembuatan soda
dan chlor, penyamakan kulit dan
pharmaceutical salt.
Tingkat Konsumsi dan Produksi
Garam Nasional
Garam merupakan kumpulan
senyawa dengan bagian terbesar
berupa Natrium Chlorida (>80%)
serta senyawa lainnya. Sumber garam
yang didapat di alam berasal dari air
laut, air danau asin, deposit dalam
tanah, tambang garam, sumber air
dalam tanah. Komponen-komponen
tersebut mempunyai peranan
yang penting bagi tubuh manusia,
diperlukan konsumsi garam dengan
ukuran yang tepat untuk menunjang
kesehatan. Konsumsi garam per orang
per hari diperkirakan sekitar 5-15
gram atau 3 kilogram per tahun per
orang.
2. Garam Konsumsi
Garam konsumsi adalah garam dengan
kadar NaCL 85-97 persen atas dasar
berat kering dengan kandungan
impurities Sulfat, Magnesium dan
Calsium maksimum 2 persen dan
sisanya adalah kotoran (lumpur, pasir),
kadar air maksimal 7 persen. Kelompok
kebutuhan garam konsumsi antara lain
untuk konsumsi rumah tangga, industri
makanan, industri minyak goreng,
industri pengasinan dan pengawetan
ikan.
Terdapat tiga sumber utama garam,
yaitu:
1. Garam solar; garam yang
diperoleh dengan cara penguapan
dari air garam baik yang dari laut
3
bantuan cahaya matahari (solar
evaporation), namun terdapat
perbedaan kualitas garam yang
dihasilkan. Kualitas garam yang
dihasilkan melalui produksi garam
rakyat lebih rendah (kandungan
NaCl di bawah 90 persen) daripada
garam yang dihasilkan oleh PT Garam.
Perbedaaan tersebut disebabkan
penguapan yang dilakukan oleh PT
Garam menggunakan lahan yang lebih
luas dan waktu penguapan yang lebih
lama. Tidak hanya dari sisi kualitas,
dari segi kuantitas juga terdapat
kesenjangan yang sangat besar, yang
menjadi celah bagi masuknya garam
impor. Austraia merupakan pemasok
garam utama Indonesia, diikuti oleh
India, Jerman, Selandia Baru dan
Singapura.
Tabel 1. Data Produksi dan Konsumsi
Garam Nasional (dalam ribuan ton)
Tahun
Produksi
Kebutuhan
Total
Konsumsi
Industri
Impor
Garam
2011
1100
3200
1400
1800
2600
2012
2100
3300
1400
1600
2400
2013
1088
3600
1550
2050
2000
2014
2200
3600
1500
2100
2200
2015
1900
3400
1700
1700
2200
2016
200
3400
1300
2100
3000
Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber
Rasio produksi dan konsumsi garam
nasional memang sangat tidak
sebanding. Rata-rata kebutuhan
garam nasional setiap tahunnya
adalah 3,4 juta ton. Produksi dalam
negeri hanya mampu memenuhi
kebutuhan sekitar 50 persen (ratarata 1,7 juta ton/tahun). Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut
pemerintah melakukan impor. Setiap
tahunnya, rata-rata impor garam
Indonesia mencapai 2,3 juta ton.
Karena kemarau basah yang terjadi
pada tahun 2016 akibat anomali
cuaca La Nina, industri garam nasional
hanya mampu memproduksi 200
ribu ton garam. Kondisi ini berlanjut
sampai pertengahan 2017, padahal
perkiraan konsumsi garam pada tahun
ini mengalami kenaikan, yaitu sekitar
4,2 juta ton. Selain keterbatasan dari
segi kuantitas, kualitas produksi garam
lokal belum semuanya memenuhi
kualifikasi industri, seperti industri
CAP (clor, alcali, plant) farmasi, yang
membutuhkan spesifikasi khusus.
Kebutuhan masing-masing industri
relatif besar, karena tidak ada pilihan
untuk memenuhi kebutuhan industri
selain impor.
Permasalahan Pergaraman Nasional
Tantangan sektor pertanian garam
kian kompleks. Tantangan yang harus
dijawab bukan hanya bagaimana
pemerintah mampu meningkatkan
produksi dalam rangka menjaga
ketahanan dan keamanan pangan,
tetapi juga menyangkut bagaimana
meningkatkan kesejahteraan pelaku
dalam sektor pertanian garam,
seperti membuka lapangan kerja
dan meningkatkan pendapatan
petani. Harus diakui bahwa
kebijakan sektor pertanian garam
lebih banyak diprioritaskan pada
aspek produksi untuk memenuhi
kebutuhan konsumen lokal, sementara
kesejahteraan dan kebutuhan petani
masih terpinggirkan.
Permasalahan yang dihadapi industri
garam Indonesia diantaranya:
1. Rantai Distribusi yang Panjang
Akibat mata rantai yang panjang,
margin yang seharusnya dinikmati
petani dinikmati oleh pedagang.
Garam nasional dipasok oleh PT
Garam dan produksi garam rakyat.
Meskipun keduanya menggunakan
metode penguapan air laut oleh
4
2.
3.
4.
5.
6.
Selain rantai distribusi, biaya
trasportasi lokal yang mahal
berakibat pada tingginya harga
garam lokal, bahkan lebih mahal
daripada garam impor.
Rendahnya produktivitas PT
Garam sebagai satu-satunya
BUMN produsen garam.
Lahan pertanian garam yang
semakin sempit akibat alih fungsi
lahan,
Jumlah petani garam yang
semakin menurun
Faktor cuaca yang tidak menentu
Rendahnya teknologi yang
digunakan.
pemerintah untuk mengatasi masalah
ketimpangan rasio produksi dan
konsumsi garam hanya bersifat
pragmatis. Kekurangan produksi
garam selalu dipenuhi dengan impor.
Bila hal ini dibiarkan terjadi maka
ketika krisis garam akan semakin
parah, pemerintah akan dihadapakan
pada permasalahan yang lebih buruk
lagi. Impor garam tentunya akan
mempengaruhi neraca perdagangan,
biaya impor yang membebani APBN
serta risiko ancaman terhadap petani
garam dalam negeri.
Pemerintah telah mencanangkan
swasembada garam pada tahun
2015, akan tetapi hal ini tidak pernah
terwujud. Bahkan pada tahun 20162017 Indonesia mengalami krisis garam
yang telah memaksa pemerintah untuk
meningkatkan impor garam. Upayaupaya yang telah dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan produksi garam
diantaranya: memberikan subsidi
untuk petani garam; pemberdayaan
usaha garam rakyat dengan
memperbaiki sarana, prasarana dan
infrastruktur; meningkatkan produksi
garam dalam negeri melalui inovasi
dan teknologi; serta revolusi biru
yang mengubah cara befikir yang
sebelumnya terfokus pada daratan
dialihkan ke laut yang memiliki banyak
potensi. Program-program tersebut
sebagaian ada yang sudah dijalankan
akan tetapi tidak berkelanjutan,
sehingga dampaknya tidak terlalu
terasa terutama untuk jangka panjang.
Kendala lain yang dihadapi di tingkat
industri adalah mahalnya harga
yodium, biaya standarisasi produk
serta banyaknya garam impor
kebutuhan industri yang merembes
ke pasar garam konsumsi. Sedangkan
kendala di tingkat petani adalah
lemahnya akses petani terhadap
teknologi, permodalan serta
transportasi. Sistem produksi yang
dilakukan petani maupun industri
pada umumnya menggunakan
teknologi kristalisasi konvensional.
Masalah lain adalah adanya kartel
dan monopoli asing dalam pasokan
garam nasional. Distribusi garam
nasional telah dikuasai oleh kartel
asing, yang mengakibatkan impor
garam sulit ditekan, kartel ini
sangat merugikan petani garam.
Permasalahan-permasalahan
tersebut sebenarnya sudah disadari
sejak lama. Akan tetapi tidak ada
upaya nyata dari pemerintah untuk
mengatasinya.
Sebenarnya program-progam yang
dicanangkan pemerintah telah cukup
memadai untuk memperbaiki kinerja
industri garam nasional. Permasalahan
muncul dalam hal pelaksanaan
dan kesinambungan program. Bila
progam-program tersebut ditangani
dengan baik dan berkesinambungan,
Upaya Pemerintah untuk
Meningkatkan Kinerja Industri
Garam
Upaya yang selama ini dilakukan
5
niscaya permasalahan industri
pergaraman nasional yang muncul
selama ini dapat diatasi. Akan tetapi
pemerintah terkesan tidak serius
dan hanya setengah hati dalam
melaksanakannya.
Simpulan
Krisis garam yang melanda indonesia akhir-akhir ini cukup berpengaruh
signifikan, tidak hanya pada kesejahteraan masyarakat sebagai konsumen
garam konsumsi, akan tetapi juga terhadap kalangan industri sebagai
konsumen garam industri. Krisis yang ditengarai terjadi akibat anomali cuaca
ini sebenarnya tidak perlu terjadi kalau saja pemerintah mampu mengatasi
masalah pergaraman nasional yang telah muncul sejak lama. Permasalahan
yang terdapat dalam pergaraman nasional diantaranya disebabkan oleh:
teknologi produksi yang masih konvensional, penurunan luas lahan dan jumlah
petani garam, jalur distribusi yang panjang dan dimonopoli oleh kartel asing
serta masalah cuaca.
Program-program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk mengatasi
masalah pergaraman selama ini sebenarnya sudah cukup memadai.
Akan tetapi program-program tidak dilaksanakan secara optimal dan
berkesinambungan sehingga tidak memberikan dampak yang signifikan
terhadap peningkatan produksi garam nasional. Sehingga sampai saat ini
impor masih menjadi solusi yang dipilih untuk mengatasi kesenjangan rasio
produksi dan konsumsi garam Indonesia.
Daftar Pustaka
Diakses dari http://nasional.kompas.
com/read. Tanggal akses 10 Agustus
2017.
Buku Panduan Pembuatan Garam
Bermutu, 2002. Badan Riset Kelautan
dan Perikanan.Pusat Riset Wilayah
Laut dan Sumberdaya Nonhayati.
Proyek Riset Kelautan dan Perikanan
Kemenperin.go.id. Industri Garam
Dinilai Bermasalah. Diakses dari http://
www.kemenperin.go.id/artikel/4168.
Tanggal akses 10 Agustus 2017
Burhanuddin. 2001. Strategi
Pengembangan Industri Garam di
Indonesia, Kanisius, Yogyakarta.
Nusantaranews.co Kejanggaran
Pengelolaan Garam Nasional. Diakses
dari https://nusantaranews.co. Tanggal
akses 8 Agustus 2017.
Damarjati, Danu. Ini Penyebab
Pasokan Garam Di Daerah Langka.
Diakses dari https://finance.detik.
com. Tanggal akses 8 Agustus 2017
Rusiyanto, dkk, Penguatan Industri
Garam Nasional Melalui Perbaikan
Teknologi Budidaya dan Diversifikasi
Produk, Sainteknol, Vol. 11, No. 2,
Desember 2013.
Desrosier, N. W. 1998. Teknologi
Pengawetan Pangan Diterjemahkan
Oleh M. Mutahardjo. UI Press. Jakarta
Sri Darmayanti, dkk, Analisis
Ketersediaan Garam Menuju
Pencapaian Swasembada Garam
Nasional Yang Berkelanjutan.
JurnalSosek KP, Vol. 8, No. 1, 2013.
Hayati, Istiqomatul. Lautnya Luas
Kok Indonesia Krisis Garam. Diakses
dari https://indonesiana.tempo.co.
Tanggal akses 9 Agustus 2017.
Ihsanuddin. Atasi Kelangkaan
Pemerintah Akan Impor Garam.
Winarno, F.G. 1995. Enzim Pangan.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
6
Alternatif Pembiayaan Infrastruktur:
Efektif Agar Tetap Ekspansif
oleh
Rastri Paramita*)
Abstrak
Mencari alternatif pembiayaan pembangunan infrastruktur sangat urgen
dilakukan pemerintah. Hal ini untuk menghadapi tantangan akan keterbatasan
pembiayaan yang disediakan APBN dan untuk meningkatkan minat investor
dalam berinvestasi di pembangunan infrastruktur Indonesia. Perbaikan good
governance, pendalaman pasar uang, dan alternatif keuangan sosial dan
pembiayaan melalui zakat menjadi alternatif pembiayaan baru yang harus
disertakan peraturan perundang-undangan yang jelas sehingga pembiayaan
pembangunan infrastruktur yang transparan, akuntabel, murah, mudah, dan
berkesinambungan dapat tercapai.
Kebutuhan Indonesia akan
infrastruktur agar mampu
mengakselerasi pembangunan sudah
tidak dapat ditunda. Banyaknya
infrastruktur yang harus dibangun
baik dari segi jumlah maupun nilai
menuntut pemerintah untuk lebih
aktif dalam mecari pembiayaan yang
efektif dan efisien untuk menutup
kekurangan dana APBN dalam
membangun infrastruktur.
infrastruktur. Gambar ini terjadi
diantaranya disebabkan oleh
pendapatan dari pajak yang rendah,
inefisiensi belanja pemerintah,
pembatasan defisit dalam undangundang hanya sebesar 3 persen
terhadap PDB, dan mandatory
spending dalam APBN sehingga
mengurangi fleksibilitas APBN dalam
menghadapi permasalahan fiskal yang
sifatnya dinamis.
Berdasarkan gambar 1, terjadi
gap antara kebutuhan anggaran
infrastruktur dengan kemampuan
pemerintah menyediakan dana
Berdasarkan grambar 2, alokasi
anggaran infrastruktur mulai
meningkat begitu juga dengan
persentase terhadap PDB sejak
Gambar 1. Kebutuhan Anggaran Infrastruktur dan Rencana Pembiayaannya
Sumber: RPJMN 2015-2019 dan Litbang Kompas
*)
Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail:[email protected]
7
tahun 2015 hingga saat ini.
Peningkatan alokasi anggaran
infrastruktur mengalihkan alokasi
mata anggaran lain diantaranya
belanja sosial dan subsidi. Meskipun
hal ini diperbolehkan namun perlu
penghitungan dan analisis yang
mendalam terhadap dampak
dari pengalihan tersebut apakah
merugikan variabel makro lainnya
atau tidak.
di Indonesia. Penyebab utamanya
adalah good governance yang
rendah di Indonesia. Selain itu,
belum mendalamnya pasar uang juga
turut menyumbang keterbatasan
pemerintah dalam mencari alternatif
pembiayaan infrastruktur. Padahal
banyak instrumen pasar uang yang
dapat menjadi sumber alternatif
pembiayaan infrastruktur dengan
berbiaya murah. Tantangan lainnya
terkait alternatif pembiayaan
infrastruktur yaitu pemerintah
belum mampu menggalang dana
infrastruktur yang memiliki nilai
ekonomis yang tidak begitu besar
namun terkandung nilai kemanusiaan
yang tinggi. Apabila pemerintah
dapat segera tanggap membuat
kebijakan yang sifatnya afirmatif
maka diharapkan pembiayaan
infrastruktur yang murah, mudah, dan
berkelanjutan dapat terwujud.
Gambar 2. Anggaran Infrastruktur
(Rp Triliun)
Sumber: databoks katadata
Perbaikan Good Governance
Tujuan dari percepatan pembangunan
infrastruktur memang merupakan
kebutuhan Indonesia untuk dapat
memperbaiki iklim investasi dan
daya saing dikancah internasional.
Harapannya Indonesia memiliki motor
penggerak perekonomian baru yaitu
investasi disamping daya beli agregat
yang selama ini menjadi motor utama
penggerak pertumbuhan ekonomi.
Namun, keterbatasan pemerintah
dalam meningkatkan pendapatan baik
dari pajak maupun PNBP belumlah
optimal. Kondisi inilah yang menjadi
tantangan pemerintah dalam
memenuhi kebutuhan anggaran
infrastrukturnya.
Penyebab utama rendahnya minat
investor dalam proyek infrastruktur
di Indonesia adalah masalah good
governance. Rendahnya minat
investor diantaranya disebabkan oleh
proyek tidak feasible secara ekonomi,
atau ketika investor bersedia namun
terkendala regulasi yang tidak jelas,
kurangnya konsultasi publik ataupun
kurangnya koordinasi antar instansi
sehingga proyek yang feasible
terkendala pelaksanaannya.
Kunci keberhasilan dalam
penerapan good governance adalah
adanya pembagian tugas dan
pertanggungjawaban yang jelas
antara semua pihak yang terlibat
dalam kemitraan. Pemerintah perlu
memetakan prinsip-prinsip:
Tantangan lain yang dihadapi dalam
mencari alternatif pembiayaan
infrastruktur antara lain rendahnya
minat investor untuk berinvestasi
dalam pembangunan infrastruktur
1. Responsible, yaitu dengan
menetapkan siapa yang
8
bertanggung jawab secara
langsung terhadap eksekusi
program atau proyek yang ada
ini, pemerintah dituntut inovatif
mencari alternatif pembiayaan yang
sesuai dengan karakteristik proyek
infrastruktur yang akan dibangun
sehingga pembiayaan yang murah dan
berkesinambungan dapat terwujud.
Salah satu cara dalam mewujudkan
alternatif pembiayaan infrastruktur
tersebut yaitu dengan melakukan
pendalaman pasar uang Indonesia.
Pemerintah, Bank Indonesia, dan OJK
harus lebih mengintensifkan program
pendalaman pasar uang. Hal ini sangat
krusial karena instrumen pasar uang
antara lain saham dan obligasi dapat
menjadi sumber alternatif pendanaan
pembangunan infrastruktur karena
jangka waktunya panjang. Hal ini
sesuai dengan jangka waktu yang
dibutuhkan dalam pembangunan
infrastruktur di Indonesia. Selain itu,
pendalaman pasar uang juga dapat
mendukung bentuk pembiayaan
infrastruktur lain seperti debt swap
yang telah dilakukan Indonesia dengan
beberapa negara. Berikut ini instrumen
pembiayaan infrastruktur yang selama
ini ada.
2. Accountable dengan menetapkan
lembaga pelaksana yang
akuntabel dalam membuat
keputusan dan mengawasi kinerja
proyek;
3. Consulted, yaitu penetapan
lembaga tempat berkonsultasi
dalam setiap penyelenggaraan
sebuah inisiatif agar tidak
bertentangan dengan regulasi
yang berlaku; dan
4. Informed, yaitu pihak yang harus
diberikan informasi terkait dengan
perencanaan dan pengembangan
sejumlah inisiatif tertentu,
misalnya publik, media, dan lainlain.
Pelaksanaan good governance
dimaksudkan agar proyek lebih
bankable, bukan saja untuk
mendapatkan pendanaan dari
perbankan namun juga dari lembaga
keuangan non bank.
Alternatif pembiayaan
Dalam pembiayaan infrastruktur,
instrumen yang umum digunakan
adalah obligasi, pinjaman bank,
Dalam mencapai pembiayaan
infrastruktur yang efektif dan efisien
Tabel.1 Instrumen Pembiayaan Infrastruktur
Sumber: Simposium I Jaringan Perguruan TInggi Untuk Pembangunan Infrastruktur Indonesia 2016
9
campuran dari hutang dan ekuitas.
Indonesia saat ini masih lebih memilih
instrumen obligasi dan pinjaman,
sedangkan bentuk campuran masih
belum sering digunakan. Saat
ini, pemerintah telah melakukan
beberapa skema pembiayaan,
diantaranya pendanaan penuh APBN/
APBD, private public partnership,
dana talangan pemerintah atau
viability gap fund, pembiayaan
investasi nonanggaran pemerintah,
dan pendanaan swasta sepenuhnya.
Skema pembiayaan terbaru adalah
Limited Concession Scheme (LCS).
Skema ini digunakan terutama pada
proyek-proyek brownfield atau
yang sudah memiliki valuasi aset.
Skema LCS memungkinkan investor
mengelola aset existing yang dikelola
pemerintah melalui BUMN. Investor
memperoleh hak pengelolaan
bersama BUMN pengelola aset itu
selama periode tertentu dengan
membayarkan upfront payment
kepada pemerintah. Dengan skema
LCS tidak ada aset yang dilepas, hanya
serahkan pengelolaan ke swasta
selama periode tertentu. Upfront
payment dapat digunakan untuk
membiayai proyek-proyek strategis.
sektor swasta melalui platform
keuangan sosial (social finance)
yang belum optimal digarap di
Indonesia dan dana zakat. Keuangan
sosial adalah sebuah pendekatan
untuk memobilisasi modal swasta
yang memberikan bukan hanya
keuntungan ekonomi tetapi juga
sosial dan lingkungan. Berdasarakan
data Overview of social Finance in
Indonesia dari UNDP tahun 2016,
potensi investasi keuangan sosial
Indonesia dilihat dari akumulasi dana
yang termobilisasi dalam dua tahun
terakhir berjumlah tidak kurang
dari Rp105 triliun. Melihat potensi
yang besar, UNDP Indonesia tengah
menggalakkan keuangan sosial bekerja
sama dengan Otoritas Jasa Keuangan
dan beberapa investor yang tergabung
dalam Angel Investor Indonesia.
Hal yang harus segera dibuat untuk
menangkap peluang keuangan
sosial adalah peraturan perundangundangan harus segera disusun
namun sifatnya memudahkan dan
mampu menarik investor lebih banyak
lagi.
Potensi sumber pembiayaan
infrastruktur lain yang dapat
digunakan adalah dana zakat.
Dana zakat yang ada saat ini dapat
digunakan salah satunya sebagai
sumber pembangunan infrastruktur
terutama yang sifatnya non profit
namun memiliki nilai manfaat yang
tinggi bagi kemanusiaan. Namun
sekali lagi, pemerintah juga harus
berhati-hati dalam menyelaraskan
implementasi penggunaan dengan
peraturan keagamaan yang ada serta
transparansi dan akuntabel dalam
penggunaannya.
Hal yang perlu dikaji mendalam
adalah bentuk pengelolaannya
harus jelas. Peraturan perundangundangan yang mendukung skema
LCS harus jelas dan tidak multitafsir.
Jangan sampai pengelolaan bersama
menjadi alat terselubung negara lain
untuk mendikte Indonesia dalam
menjalankan perekonomiannya
sehingga hanya menguntungkan
negara tertentu saja.
Alternatif pembiayaan infrastruktur
selain dari yang selama ini digunakan
dan memiliki potensi besar
diantaranya peningkatan investasi
Dalam memilih bentuk pembiayaan,
yang paling penting dilakukan
adalah menyelaraskan antara
10
bentuk pembiayaan dengan
fase proyek pembangunan yang
akan dilaksanakan, karena akan
menghindari risiko kebangkrutan
proyek pembangunan infrastruktur.
Instrumen pembiayaan dengan
menggunakan ekuitas umumnya
digunakan pada fase konstruksi.
Ketika proyek selesai dibangun dan
dapat dioperasikan fasilitasnya,
maka intrumen pembiayaan yang
tepat untuk membiayai kegiatan
operasi dan pemeliharaan adalah
menggunakan obligasi.
(R$720 milyar). Dalam periode tahun
2010‐2013 BNDES telah menyalurkan
dana pembangunan sebesar USD300
milyar yang sebagian besar untuk
sektor pertambangan, pertanian dan
proyek hits by downgrades raksasa
sebagai pilar ekonomi Brazil. Brazil
terus menapaki jejak China yang
sukses membangun berbagai proyek‐
proyek infrastruktur fisik raksasa
melalui skema pembiayaan dari bank
pembangunan. Keberadaan BNDES
sukses membantu ekonomi Brazil
menjadi yang terbesar di Amerika Latin
dan masuk sebagai ekonomi terbesar
ke‐7 dunia dalam anggota G20.
Benchmarking pembiayaan
infrastruktur
Selain fokus pada pembiayaan
infrastruktur (45,3 persen), BNDES
juga membiayai sektor lainnya
seperti sektor perdagangan dan jasa
(19,1 persen) dan sektor industri
(35,1 persen). BNDES tidak hanya
menyediakan pinjaman kepada
perusahaan yang melakukan investasi
infrastruktur, tetapi juga memberikan
jaminan dan securities underwriting
dan membeli obligasi yang dikeluarkan
pemerintah. BNDES mempunyai
beberapa sumber pendanaan antara
lain BNDES memperoleh 52,6 persen
sumber dana pembiayaan yang
berasal dari pemerintah. Selanjutnya
pemerintah menerbitkan obligasi dan
dananya dipinjamkan kepada BNDES
dengan biaya suku Bunga jangka
panjang (TJLP). Sumber pendanaan
lainnya dari BNDES berasal dari FAT
(Dana Simpanan Pekerja). BNDES
mengamankan pembiayaannya dengan
retained earnings dan beberapa
pendanaan asing (termasuk dari
bilateral maupun multilateral) tetapi
juga dari pajak dan worker funds dan
utang yang diterbitkan dibawah the
Auspices of the Brazililian government
(J. Walsh, C. Park. dan J.Yu, 2011).
Brazil
Pemerintah Brazil mendirikan Bank
Pembangunan Nasional bernama
Banco Nacional de Desenvolvimento
Economico e Social (BNDES) tahun
1952, bekerjasama dengan Amerika
Serikat. Pada saat berdirinya,
bank ini menitikberatkan pada
pembiayaan proyek infrastruktur
jangka panjang untuk investasi
energi dan transportasi. Namun,
BNDES mengalami evolusi seiring
dengan permasalahan sosial dan
ekonomi yang terjadi di Brazil. Saat
ini BNDES memberikan pembiayaan
pada ekspor, inovasi teknologi,
pembangunan sustainable socio‐
environmental, dan modernisasi
adiminstrasi publik, serta sektor
ekonomi. Bank ini memegang peran
untuk menstimulasi ekspansi industri
dan infrastruktur di Brazil.
BNDES termasuk bank pembangunan
terbesar kedua di dunia setelah China
dengan total aset 4 kali lebih besar
dari aset Bank Dunia (Leahy, 2013).
Aset BNDES tumbuh pesat dari tahun
USD121,8 milyar (R$300 milyar) pada
tahun 2008 menjadi USD290 milyar
11
Pemerintah Brazil memberikan subsidi
bunga kepada BNDES sehingga suku
bunga jangka panjang BNDES atau
disebut Taxa de Juros de Longo Prazo
(TJLP) lebih murah 225 – 600 bps
daripada suku bunga pada umumnya
di Brazil (Selic rate). BNDES dalam
membiayai perusahaan menggunakan
2 cara yaitu pembiayaan langsung dan
pembiayaan tidak langsung. Kedua
mekanisme pembiayaan tersebut
dikenakan tingkat suku bunga yang
berbeda. Bentuk insentif lainnya
dari pemerintah untuk perusahaan‐
perusahaan di Brazil misalnya
untuk mendorong investor swasta
agar berpartisipasi dalam proyek
infrastruktur maka Elétrobras dan
pemerintah menyediakan subsidi
kredit, tax incentives dan jaminan
asuransi (publicly‐ guaranteed
insurance). Tanpa campur tangan
pemerintah, Elétrobras tidak akan
dapat menarik investor swasta
dari proyek. Elétrobras merupakan
perusahaan listrik paling besar di
Amerika Latin dan menjadi salah satu
perusahaan listrik terbesar di dunia.
Sumber pendanaan IIFCL diperoleh
dari pinjaman jangka panjang yang
diperoleh dari open market yang dapat
berupa:
1. Pinjaman Rupee yang diperoleh
dari pasar melalui instrumen yang
disesuaikan dengan tujuannya.
Biasanya IIFCL memperoleh
pinjaman yang memiliki jatuh
tempo 10 tahun atau lebih.
2. Pinjaman yang berasal dari instansi
bilateral maupun multilateral
seperti World Bank dan Asian
Development Bank.
3. Pinjaman dalam bentuk mata
uang asing (foreign currency debt),
termasuk external commercial
borrowings yang telah disetujui
oleh pemerintah.
Dalam mengajukan pinjaman,
IIFCL harus berkonsultasi dengan
Department Economic Affairs.
Besarnya pinjaman ditentukan oleh
viable infrastructure projects. Jika
terjadi mismatch antara dana yang
diperoleh dan dikeluarkan sehingga
terdapat dana surplus, maka dana
surplus ini harus diinvestasikan pada
marketable government securities.
India
India Infrastructure Finance Company
Limited (IIFCL) adalah institusi yang
100 persen dimiliki oleh Pemerintah
India. IIFCL yang didirikan pada
tahun 2006 merupakan lembaga
pembiayaan jangka panjang untuk
proyek infrastruktur yang memiliki
misi khusus (a special purpose
vechicle). Sejak tahun 2012 sub‐
sektor infrastruktur yang akan
dibiayai oleh IIFCL harus mendapat
persetujuan dari The Cabinet
Committee on Infrastructure seperti
transportasi, energi, air, sanitasi,
komunikasi, dan infrastruktur sosial
dan komersial. IIFCL memprioritaskan
proyek Public Private Partnership.
Ada beberapa faktor yang menarik
para investor untuk berinvestasi
di bidang infrastruktur antara lain
pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi, pengurangan hambatan untuk
foreign direct investment terutama
proyek infrastruktur, tax holiday bagi
pengembang proyek infrastruktur dan
membuka kerjasama dengan investor
swasta dengan skema kerjasama
pemerintah dan swasta (KPS).
12
Rekomendasi
Inovasi dalam mencari bentuk alternatif pembiayaan infrastruktur sangat
dibutuhkan, hal ini untuk menghadapi keterbatasan APBN dalam menyediakan
dana pembangunan infrastruktur. Inovasi ini dimulai dari memperbaiki
good governance Indonesia sehingga memberikan kepastian berinvestasi
dalam infrastruktur di Indonesia. Selain itu, pendalaman terhadap pasar
keuangan juga harus diintensifkan agar lebih banyak diversifikasi pembiayaan
yang menggunakan instrumen pasar uang, karena selain lebih mudah, juga
lebih murah. Alternatif pembiayaan selain keuangan sosial dan dana zakat,
yaitu bank pembangunan daerah dapat diarahkan untuk lebih fokus dalam
mendukung pembangunan infrastruktur di daerahnya. Kemudahan dan
dukungan pemerintah agar program ini behasil dapat berupa subsidi bunga
bagi investor yang berinvestasi di infrastruktur, tax holiday, dan lain-lain. Bank
pembangunan daerah ini diharapkan jangka panjang dapat menjadi pionir
bank pembangunan dalam skala nasional.
Daftar Pustaka
Tanggal akses 31 Juli 2017
Eko Indrajit, Richardus. 2006.
Ragam Model Bisnis Kemitraan
Pemerintah-Swasta Sebuah Kunci
Sukses Pengembangan E-Government
Di Indonesia, Prosiding Konferensi
Nasional Teknologi Informasi &
Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei
2006, Aula Barat & Timur Institut
Teknologi Bandung.
Leahy, Joe. 2013. Brazil’s BNDES and
Caixa hits by downgrades.
Lembaga Management Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia. 2016. Model Pembiayaan
Infrastruktur: Indonesia Dan Negara
Lain. Diakses tanggal 31 Agustus 2017.
Modjo, M Ikhsan. 2017. Tantangan
Pembiayaan Pembangunan. Diakses
tangal 27 Mei 2017.
Erika, Selfia Putri, Wisudanto. 2016.
Simposium I Jaringan Perguruan
TInggi Untuk Pembangunan
Infrastruktur Indonesia 2016,
Struktur Pembiayaan Pembangunan
Infrastruktur Di Indonesia Penunjang
Pertumbuhan Ekonomi.
Bappenas. RPJMN 2015-2019
Syahrir Ika, dkk. 2012. Prospek dan
Tantangan Infrastruktur 2013, dalam
buletin IFT Edisi kuartal IV 2012.
J. Walsh, C. Park. dan J.Yu. 2011.
Financing Infrastructure in India:
Macroeconomic Lessons and
Emerging Markets Case Studies. IMF
Working Paper WP/11/181.
Kompas.com. 2017. Tanpa Investasi
Swasta, Inondeia Tertinggal.
Diakses dari http://industri.bisnis.
com/read/20170706/45/669103/
pemerintah-siapkan-skema-alternatifbiayai-proyek-strategis-nasional).
13
Buletin APBN
Pusat Kajian Anggaran
Badan Keahlian DPR RI
www.puskajianggaran.dpr.go.id
Telp. 021-5715635, Fax. 021-5715635
e-mail [email protected]
14
Download