Volume 1 No. 01 Desember 2014 SIKAP GURU PKn TERHADAP PERUBAHAN KURIKULUM PKn PADA SMP DI PEKANBARU (DITINJAU DARI NILAI-NILAI KEBANGSAAN) oleh : SUPENTRI Program Studi PPKn Universitas Negeri Riau ABSTRACT The objective of this research is aimed at knowing teacher's attitude of civic education toward the change of curriculum at public junior high school in Pekanbaru dealing with the state values. It is viewed urgently since a good curriculum will reach the goal of education and objective of indonesia. There are several problems faced by the researcher is that government has definitely an authority in education that is as National Curriculum take holder,therefore, it is a common for the hovernment to change the curriculum it self. The change of curriculum must be based on principle of curriculum development,they are ; taking attention to faith, value, and good behaviour, the solidity of national integrity.however, it is in reality that 2006 curriculum at civic education subject,the state values such as value of pancasila (national ideology)is really minimum. This research was done in july 2012 with civic education's teacher, deputy head of curriculum,and students of junior high school all over Pekanbaru city. Data collected dealing with teacher's attitude toward the change of curriculum viewed from the state values done by interview,an observation, and documentation as well. Based on an interview and an observation done during this research,then resercher him self collected data. it can be concluded from the data that civic education teacher at junior high school all over Pekanbaru accepted the change of 1994 curriculum became 1996 curriculum although it was found out the lack of state values in the curriculum.Teachers of civic education in Pekanbaru kept teaching the state values in their teaching and learning process. The effect of 1994 curriculum into 1996 curriculum was toward; teacher's method of teaching, civil education material,as well as student's motivation on learning civic education it self. Keywords: Attitude of Teachers, Curriculum Exchange Pendahuluan Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang mempunyaikurikulum pendidikan yang bagus dan stabil tidak berubah dalam waktu yang dekat dan tanpa pengkajian yang mendalam, serta memberi motivasi pelajarnya agar bisa meningkatkan mutu pendidikan bangsanya di kemudian hari. Dalam proses pembelajaran, kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting, selain guru, sarana dan prasarana pendidikan lainnya. Oleh karena itu kurikulum digunakan sebagai 1 Volume 1 No. 01 Desember 2014 acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan sekaligus salah satu indikator mutu pendidikan. Di Indonesia tercatat telah delapan kali revisi kurikulum yaitukurikulum 1947, kurikulum 1960, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004 (KBK) dan kurikulum 2006 (KTSP) Jika dipelajari pada kurikulum 1994kemudian dibandingkan dengan kurikulum 2006 dilihat dari mata pelajaran PKn, maka kelihatan nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila tidak lagi menjadi poin penting melainkan dimasukan kedalam bagian kecil pada mata pelajaran Pendidikan Kewaraganegaraan. Seharusnya kurikulum itu memiliki kesesuaian atau relevansi dengan nilai-nilai kebangsaan yang dipahami oleh suatu bangsa. Kesesuaian itu menurut Nana (2007:102) meliputi dua hal pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum. Pemerintah mempunyai kewenangan untuk merubah kurikulum seperti yang termuat didalam peraturan pemerintah No.25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dalam bidang pendidikan diantaranya adalah pengaturan kurikulum nasional. Sudah seharusnya pemerintah dalam mengubah kurikulum sesuai dengan prinsip pengembangan kurikulum, jika dilihat dari prinsip pengembangan kurikulum 2006 maka ada hal-hal yang menjadi prinsip adalah Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur, penguatan integritas nasional. Namun dalam kenyataannya materi yang terdapat didalam kurikulum 2006 mata pelalajaran PKn muatan nilai-nilai kebangsaanya sangat minim. Berdasarkan pendapat diatas bahwa untukpengembangan dan pergantian kurikulum itu banyak hal dan faktor yang harus diperhatikan karena menyangkut tujuan pendidikan, tujuan pembangunan dan tujuan bangsa. Dari realita yang dapat dilihat saat ini bahwa perubahan dan pergantian kurikulum itu belum melalui pengkajian yang mendalam, sehingga dampak positif dan negatifnya tidak diperhitungkan secara matang. Berdasarkan pengamatan awal (grand tour) terhadap guru PKn di SMP N 1 Kota Pekanbaru, SMP N22 Kota Pekanbaru, SMP N 25 Kota Pekanbaru dan SMP N 13 Kota Pekanbaru.Pengamatan dilakukan pada bulan Juli 2011.Hasil dari pengamatan awal bahwa guru PKn mengajar dengan berpedoman kepada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006), dapat dilihat dari buku pegangan guru, LKS, Silabus, RPP dan perangkat pembelajaran lainya.Secara tidak lansung guru PKn menjalankan tugas mengajar sesuai dengan kurikulum 2006 (KTSP). Jika dibandingkan dari kurikulum 1994 maka kurikulum 2006 (KTSP) yang dipakai saat ini dalam penyajian materinya jauh berbeda pada kurikulum 1994 penekanannya pada nilai-nilai kebangsaan sedangkan pada kurikulum 2006 (KTSP) penekannya pada nilai-nilai demokrasi dan politik. Berdasarkan latar belakang diatas, maka beberapa masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 2 Volume 1 No. 01 Desember 2014 1. Bagaimanakah sikap guru PKn terhadap perubahan kurikulum 1994 dengan kurikulum 2006 (KTSP) pada tingkat SMP di Pekanbaru ?. 2. Bagaimana dampak perubahan kurikulum 1994 dengan kurikulum 2006 (KTSP) terhadap guru PKn di Kota Pekanbaru?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis: 1. Sikap guru PKn terhadap nilai-nilai kebangsaan pada kurikulum 2006 (KTSP) di SMP Negeri Kota Pekanbaru. 2. Dampak sikap guru PKn terhadap perubahan kurikulum PKn Istilah kurikulum (curriculum) adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa yunani.Pada masa yunani dahulu kala istilah kurikulum digunakan untuk menunjukkan tahapan-tahapan yang dilalui atau ditempuh oleh seorang pelari dalam perlombaan estapet yang digunakan dalam dunia atletik.Kemudian istilah kurikulum ternyata mengalami perkembangan, sehingga penggunaan istilah ini meluas dan merambah ke dunia pendidikan. Hilda Taba dalam Hidayat (2011:8) mengatakan bahwa kurikulum adalah pernyataan tentang tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat umum dan khusus, dan materinya dipilih dan diorganisasikan berdasarkan suatu pola tertentu untuk kepentingan belajar dan mengajar. Biasanya dalam suatu kurikulum sudah termasuk dengan program penilain hasilnya. Robert Gagne dalam Hidayat (2011:9) mengartikan bahwa kurikulum adalah suatu rangkaian unit materi belajar yang disusun sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mempelajarinya berdasarkan kemampuan awal yang dimilikinya/dikuasai sebelumnya Menurut Nana (2007:150) kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan /ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, penguasaha, serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Selanjutnya Nana memberikan ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum: 1) Relevansi: yaitu relevansi keluar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri 2) Fleksibiltas: yaitu kurikulum hendaknya memilih sifat lentur atau fleksibel 3) Kontinuitas: yaitu perkembangan dan proses belajar anak berlansung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti. 4) Praktis: yaitu mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya murah. 5) Efektifitas: walaupun kurikulum itu murah, sederhana tetapi keberhasilanya tetap harus diperhatikan. Menurut Wahab (2007:705) adanya tuntutan-tuntutan perubahan kearah kehidupan yang lebih demokratis harus diakui sebagai hasil positif dari pendidikan PKn belakangan ini temasuk akses yang sekaligus merupakan tantangan bagi proses demokratisasi itu sendiri. Menurut Wahab (2007:705) alasan perubahan kurikulum PPKn adalah: 3 Volume 1 No. 01 Desember 2014 a) Selama orde baru yang lalu ada kekacauan pengertian antara negara dan pemerintah/rezim yang berkuasa: seakan-akan keduanya menjadi identik. Hal itu mengakibatkan penerjemahan PPKn ke dalam kurikulum pun banyak diwarnai oleh perspektif dan kepentingan pemerintah dengan mengatasnamakan persepektif dan kepentingan negara. b) Karena alasan pertama di atas, topik-topik tertentu lebih banyak diangkat (misalnya soal kepatuhan, kesetiaan pada pemerintah (yang berkuasa), keamanan nasional) yang bertujuan menguatkan kedudukan pemerintah yang berkuasa; sedangkan topik-topik lain seperti hak-hak azasi manusia, demokrasi politik, demokrasi ekonomi, hak-hak rakyat, kewajiban kepada publik, kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan beragama, kurang ditampilkan secara porposional. c) PPKn adalah sarana pendidikan politik bangsa. Namun pendidikan politik yang dimaksud selama ini cenderung sepihak dan monolog d) Dalam kenyataan, terjadi berbagai disonansi kognitif yakni apa yang diajarkan disekolah berbeda dengan kenyataan. Menurut Louis, Rensis Likert, Charles Osgood “sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupaun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Aswar 2011:5) selanjutnya Trustone memfurmulasikan sikap sebgai “derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis” (Aswar 2011:5) dilanjutkan Lapierre mendefenisikan sikap sebagai “suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau cara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan”. Selanjutnya Fishbein dalam Ali, (2010:141) mendefinisikan sikap adalah “predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap suatu objek”. Jadi sikap merupakan variabel laten yang mendasari, mengarahkan, dan memengarhuhi perilaku. Selanjutnya Harrocks dalam Ali (2010 : 141) secara operasional, sikap dapat diekspresikan dalam bentuk katakata atau tindakan yang meruapakan respons reaksi dari sikapnya terhadap objek, baik berupa orang, peristiwa, atau situasi Chapin dalam Ali, (2010 :141) menyamakan sikap dengan pendirian. Lebih lanjut dia mendefenisikan sikap sebagai predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlansung terus menerus untuk bertingkah laku atau bereaksi dengan cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga, peristiwa baik secara positif maupun negatif. Pergantian kurikulum itu suatu keharusan, karena kurikulum tersebut harus sesuai dengan perkembangan zaman.Pergantian kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2006 adalah hal yang wajar karena semakin maju suatu negara maka semakin sering diganti kurikulumnya.Pergantian kurikulum tentu mempunyai dampak terhadap materi, guru, dan sekolah artinya guru harus berpedoman kepada kurikulum yang dibuat oleh pemerintah. 4 Volume 1 No. 01 Desember 2014 Kurikulum yang dibuat dan diberlakukan tahun 1994 mempunyai perbedaan dilihat dari nilai-nilai kebangsaan dibandingkan dengan kurikulum 2006. Dapat dikatakan bahwa sikap guru ketika mengajar pada kurikulum 1994 berbeda dengan sikap guru mengajar pada kurikulum 2006. Kurikulum 1994 Sikap Guru PKn Kurikulum 2006 Gambar: Kerangka berfikir Metode Penelitian Berdasarkan kajian masalah dan fokus penelitian tentang Sikap Guru PKn terhadap Perubahan Kurikulum 1994 dengan kurikulum 2006 (KTSP) mata pelajaran PKn Pada Sekolah Menengah Pertama di Pekanbaru, maka penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Mestika Zed (2006), menyatakan pendekatan kualitatif adalah serangkaian prosedur penelitian untuk memahami manusia dari perspektif pelaku. Pendekatan kualitatif berusaha melihat, mencermati dan menghayati masalah yang akan diteliti sebagai fenomena yang komplek yang harus diteliti secara holistik atau menyeluruh (PPs UNP, 2009:16) Penelitian tentang sikap guru PKn terhadap perubahan kurikulum 1994 dengan kurikulum 2006 (KTSP) pada mata pelajaran PKn akan dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) kota Pekanbaru. Pemilihan tempat kota pekanbaru karena merupakan ibukota provinsi dan guru yang ditempatkan dikota pekanbaru telah sesuai dengan bidang studi PKn Dalam kegiatan penelitian yang akan menjadi sumber informasi adalah informan yang berkompeten dan mempunyai relevansi dengan penelitian ini. Informan yang ditampilkan mempunyai sifat : Jujur, taat pada janji, patuh pada aturan, suka bicara, tidak termasuk kelompok yang bertentangan dengan latar penelitian dan mempunyai pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi Lexy J. Moleong (1999).Dalam kegiatan penelitian yang menjadi sumber informasi adalah para informan yang berkompeten dan mempunyai relevansi dengan penelitian ini.Informan dipilih secara purposive sesuai kebutuhan dan dikombinasikan dengan tekhnik snowbowling.Informan dalam penelitian ini ditetapkan sesuai karakteristik penelitian kualitatif yaitu dengan teknik bola salju (snowball sampling), infroman yang ditemui pertama kali adalah guru PKn, Wakil kepala bagian kurikulum dan Siswa di SMP Kota Pekanbaru Dalam rangka pengumpulan data untuk analisis, peneliti menggunakan tiga jenis metode, yaitu: 1) Pengamatan terlibat, 2) Wawancara mendalam dan 3) Studi Dokumentasi. 5 Volume 1 No. 01 Desember 2014 Langkah awal dalam pengumpulan data peneliti lakukan dengan melihat program pembelajaran dalam mata pelajaran PKn yang telah dibuat oleh guru PKn, kemudian membandingkan antara perencanaan dengan pelaksanaan didepan kelas. Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan teknik yang dikemukakan Lexy J. Maleong (2007) yaitu: Perpanjangan Keikutsertaan, Ketekunan/keajegan Pengamatan, Triangulasi,Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data model Miles dan Huberman. Analisis data kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap data-data bukan angka seperti hasil wawancara atau catatan laporan bacaan dari buku-buku, artikel dan juga termasuk non tulis seperti foto, gambar, atau film.Menganalisis data harus dilakukan sejak awal peneliti turun ke kawasan penelitian yang dilakukan secara terus menerus atau berkelanjutan sampai selesai penelitian.Tujuannya adalah agar semua data dapat diperoleh secara valid atau shahih. Menganalisis data merupakan langkah yang sangat penting, karena peneliti dapat memberikan makna atau kesimpulan terhadap data yang telah terkumpul. Secara garis besar data yang ada dalam penelitian ini dianalisis dengan langkah-langkah yang berpedoman kepada metoda penelitian kualitatif sebagai berikut: (1) reduksi data, (2) penyajian atau display data, (3) menarik kesimpulan/verifikasi, seperti yang digambarkan berikut : Data Collection (Pengumpulan data) Data Display(Penyajian data) Data Reduction (Reduksi data) Conclusions: drawing/ verifying Kesimpulan: gambaran /verifikasi data Gambar : Langkah-langkah metoda penelitian kualitatif 6 Volume 1 No. 01 Desember 2014 Pembahasan Secara umum SMP Negeri di Pekanbaru mempunyai letak yang strategis yang didukung oleh lingkungan yang bersih dan nyaman. Semua fasilitas yang ada di SMP Negeri di pekanbaru dalam kondisi baik walaupun ada beberapa tempat yang masih belum memadai seperti ruang kelas yang masih kurang dan terpaksa untuk proses belajar mengajar di buat dua ship yaitu pagi dan siang. Hubungan antar sesama guru juga berjalan dengan baik, termasuk dalam mendukung proses belajar mengajar hubungan antara guru dengan peserta didik juga harmonis. Hal-hal yang dilakukan guru untuk meingkatkan prestasi kerjanya adalah usaha individu yakni dengan melakukan berbagai aktifitas yang dapat menambah profesionalnya, jika dilihat dari usaha sekolah seperti menyediakan dan menyelenggarakan makalah ilmiah, diskusi, seminar, dan lokakarya. Sementara usaha yang dilakukan lembaga kedinasan seperti kenaikan pangkat, mutasi, tunjangan, kenaikan gaji, tugas bealajar. Kurikulum memberi bekal pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada peserta didik secara deskripsi kurikulum diartikan sebagai seperangkat mata pelajaran dan materi pelajaran yang terorganisasi atau rencana kegiatan untuk menetukan pengajaran. Kurikulum menjembatani tujuan pendidikan dengan praktek pengalamanan belajar riil di lapisan atau sekolah. Ciri-ciri kurikulum 1994 adalah; (1) pembagian tahapan pelajaran disekolah dengan sistem caturwulan, (2) pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi), (3) kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah tidak dapat mengembangkan pengajaran sendiri dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar, (4) dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.Dalam mengaktifkan siswa, guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan, (5) dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhassan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berfikir siswa. Sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan penyelesaian soal dan pemecahan masalah, (6) pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks, (7) pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. Permasalahan pada kurikulum 1994 mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut.Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya suplemen 7 Volume 1 No. 01 Desember 2014 kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum yaitu; (1) penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat, (2) penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapat proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana dan prasarana pendukungnya, (3) penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa, (4) penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan beberbagai aspek terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran, (5) penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat digunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah, (6) penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang. Dari hasil wawancara dengan sekolah menengah pertama dapat disimpulkan sebagai berikut: “pada kurikulum 1994 siswa segan dengan guru, disamping itu mata pelajaran PKn dimasukan ujian nasional jadi guru PKn di hargai, sikap siswa pun lebih sopan sementara sekarang siswa itu gak ada takutnya dengan guru PKn karena siswa itu beranggapan bahwa mata pelajaran PKn itu tidak terlalu penting karena tidak masuk UN dan dia lebih takut dengan guru-guru yang mata pelajaranya di UN kan” Dari keterangan guru PKn dapat diketahui bahwa siswa lebih menghargai gurunya pada kurikulum 1994 selain itu mata pelajaran PKn merupakan salah satu ujian nasional. Pemahaman siswa apa bila mata pelajaran itu termasuk kedalam ujian nasional maka dianggap mata pelajaran tersebut penting sedangkan mata pelajaran yang tidak di masukan ujian nasional dianggap tidak penting. Dari pernyataan ini tercermin penghargaan siswa hanya pada mata pelajaran yang di ujiankan pada ujian nasional. Selanjutnya peneliti juga menanyakan tentang pertanyaan yang sama kepada wakil kurikulum: “menurut wakil kurikulum sikap anak didik pada kurikulum 1994 bagus kalau sekarang memang etika moralnya sudah makin berkurang, karena banyak pengaruh dari luar yang dia tiru seperti di televisi banyak tontonan yang tidak mendidik, dulu kita jumpa dengan guru salam kemudian cium tangan guru sekarang sepertinya memang sudah mulai tidak terbiasa dengan hal yang seperti itu” Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui bahwa terdapat faktor luar yang menurunkan moral siswa.Pernyataan ini mengindikasikan bahwa memang kondisi saat ini moral dan etika siswa sudah berkurang namun wakil kurikulum berpendapat bahwa etika dan moral sudah makin berkurang karena 8 Volume 1 No. 01 Desember 2014 banyak pengaruh dari luar. Disisi lain, pernyataan ini menyiratkan bahwa pelajaran tentang PKn belum cukup berkontribusi dalam menanamkan moral yang baik pada siswa. Selain itu juga ditanyakan pada salah seorang guru PKn lainnya, menyatakan bahwa : “kurikulum tahun 1994 lebih baik dalam menanamkan nilai moral pada siswa, karena kurikulum tahun tersebut menjelaskan tentang pentingnya pembelajaran tentang musyawarah, gotong royong dan sikap tolong menolong yang notabene sangat penting untuk pembentukan sikap siswa saat ini. Bahkan banyak rekan-rekan saya di MGMP sepakat, bahwa Dengan mengetahui nilai-nilai luhur tersebut, siswa akan lebih paham dan lebih sadar tentang pentingnya moral sehingga bisa diaplikasikan dalam kehidupaan sehari-hari…” Pernyataan tersebut menggambarkan tentang kelebihan kurikulum tahun 1994 dalam mengajarkan nilai moral dan sikap pada siswa.Pengajaran nilai moral tersebut berpengaruh besar dalam pembentukan sikap siswa. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan guru PKn lainnya yang menyatakan bahwa: “kalau dulu, siswa lebih santun dan patuh pada guru, karena memang yang diajarkan nilai-nilai moral semua, dalam proses belajar mengajar dan dimasukkan dalam kurikulum. Dengan demikian, kami merasa sebenarnya pelajaran tentang moral tersebut penting dalam membentuk sikap siswa.Terbukti dengan santunnya siswa pada tahun-tahun tersebut dibandingkan sekarang, dimana pelajarannya lebih mendekat kearah politik.” Pernyataan tersebut menyebutkan tentang perbedaan sikap siswa yang diajarkan tentang nilai moral pada tahun 1994. Pernyataan di atas diperkuat oleh pernyataan salah seorang guru PKn di SMP Negeri 31 yang menyebutkan bahwa: “siswa sekarang tidak tahu cara menghormati orang lain terutama gurunya. Pelajaran PKn ini sendiri seringkali dijadikan sebagai sebagai pelajaran main-main saja.Padahal ini penting untuk pembangunan moral bangsa.Ini gunanya pelajaran moral yang ditanamkan pada siswa pada kurikulum 1994. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi (berganti,-red) Pernyataan tersebut menggambarkan pentingnya memasukkan nilai moral pada kurikulum sebagaimana yang telah dilaksanakan pada kurikulum tahun 1994. Dari beberapa pernyataan di atas, terlihat bahwa guru lebih menyukai jika pelajaran tentang moral dimasukkan ke dalam kurikulum PKn tahun 1994 Guru mempunyai peranan besar dalam dunia pendidikan, guru yang professional dalam mengajar sudah seharusnya dan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari guru adalah kurikulum. Hasil wawancara pada tanggal 11 September 2012 dengan guru PKn SMP Negeri 16 Pekanbaru: 9 Volume 1 No. 01 Desember 2014 “Masing-masing guru mempunyai trik dalam mengajar dan mempunyai cara sendiri kalau menurut saya pada kurikulum lama guru menjadi sumber belajar sedangkan kurikulum sekarang guru sebagai fasilitator saja, anak yang banyak berperan” Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa pada tahun 1994 pembelajaran masih bersifat teacher center dimana guru sebagai pusat informasi.Namun saat sekarang guru dituntut untuk mengajar menggunakan pendekatan, strategi dan metode mengajar yang berbeda. Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan dari guru SMP Negeri lainya, yang menyatakan bahwa: “ada beberapa metode yang saya gunakan dalam pembelajaran, bahkan terkadang saya menggunakan media ajar agar siswa lebih aktif dan terpacu dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka. Bahkan tak jarang saya memberikan studi kasus dalam memulai pelajaran.Berbeda dengan kurikulum tahun 1994, dimana siswa masih disuapi dan dikasih catatan di papan tulis.Meski pada tahun tersebut sudah dicanangkan slogan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), namun waktu itu masih belum jelas langkahlangkahnya, sehingga masih bersifat konvensional, artinya guru banyak yang memberikan metode ceramah saja.” Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan guru PKn lainya, yang menyatakan bahwa: “kalau dulu (kurikulum 1994) ada beberapa kali sosialisasi tentang CBSA, bagaimana cara membuat siswa aktif, namun ujung-ujungnya ceramah juga di dalam kelas. Kalau sekarang sudah banyak menggunakan metode yang bervariasi.Tapi kalau saya lihat tergantung gurunya juga, masih ada kok guru yang masih berceramah di dalam kelas hingga sekarang.Banyaknya guru yang mengajar dengan metode yang bervariasi sekarang ini mungkin lebih dikarenakan kemajuan teknologi dan penambahan wawasan atau kompetensi professional guru.Atau bisa jadi karena adanya pengaruh supervisi kepala sekolah dan team teaching yang pernah diterapkan.” Pernyataan tersebut menguatkan informasi bahwa pada tahun 1994 guru masih menggunakan metode ceramah dan pembelajaran masih bersifat teacher centered. Pernyataan tersebut juga menggambarkan kondisi beberapa guru yang masih menggunakan metode ceramah hingga saat sekarang dan perubahan metode pembelajaran disebabkan oleh peningkatan kompetensi guru, kemajuan IPTEK, supervisi kepala sekolah dan kegiatan team teaching yang diselenggarakan di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa perbedaan yang sangat jelas antara kurikulum 1994 dengan kurikulum 2006 dimana guru pada kurikulum 1994 menjadi sumber dalam belajar sedangkan pada kurikulum 2006 guru lebih bersikap sebagai fasilitator. Materi berkaitan dengan kurikulum yang telah dibuat oleh pemerintah berikut hasil wawancara dengan guru PKn SMP 16 Pekanbaru pada tanggal 11 September 2012: 10 Volume 1 No. 01 Desember 2014 “materi PKn pada kurikulum 1994 lebih banyak sikapnya contoh seperti gotong royong, musyawarah, keadilan, sopan santun, bila dibandingkan dengan materi saat ini jauh perbedaanya. Kalau sekarang globalisasi, HAM, hubungan internasional.materi sekarang kelemahanya nilai-nilai kebangsaan itu yang kurang, kalau saya dalam mengajar tetap saya sampaikan nilai-nilai itu. Karena nilai-nilai tersebut harus dipahami oleh anak didik.Jangan sampai nanti anak didik tidak tau pancasila dasar neagra kita”. Hasil wawancara diatas menunjukan bahwa materi pada kurikulum 1994 dengan kurikulum 2006 berbeda. Nilai-nilai kebangsaan yang terkandung didalam materi 2006 sekarang memang dirasakan sangat minim oleh guru PKn. Pernyataan di atas sesuai dengan pernyataan dari guru SMP Negeri 22 yang menyatakan bahwa: “kalau kami terus terang masih mendukung nilai-nilai pancasila yang di ajarkan pada kurikulum tahun 1994 dimasukkan ke dalam kurikulum yang ada saat ini. Kasihan rasanya jika siswa-siswi kita saat ini tidak diajarkan nilai moral. Namun saya yakin, dengan penanaman nilai moral dalam pembelajaran ditambah dengan nilai-nilai HAM dan politik menggunakan metode-metode mengajar saat ini, pembelajaran PKn akan menjadi lebih baik dalam menghasilkan generasi yang cerdas, namun tetap santun. Pendapat tersebut menguatkan informasi bahwa pembelajaran PKn akan lebih baik jika ditambah dengan penanaman nilai moral dan kajian tentang sikap dalam kehidupan sehari-hari dalam kurikulum. Hal ini penting untuk menghasilkan generasi yang cerdas namun tetap santun. Melihat hal ini, ada pendapat wakil kurikulum SMP Negeri 19 Pekanbaru tentang penanaman nilai moral sebagai berikut: “Materi PKn memang berbeda dulu kan materinya Gotong royong, Keadilan sekarang materinya tentang HAM, namun saya lihat guru PKn yang mengajar nilai-nilai pancasila tetap disampaikan walaupun dalam materinya tidak banyak seperti dahulu lagi, sepertinya guru PKN disini menggabungkan nilai-nilai kebangsaan itu tetap dia sampaikan walaupun materinya bukan tetang pancasila”. Pendapat tersebut menggambarkan bahwa masih ada beberapa guru yang masih mengajarkan nilai moral walaupun tidak dicantumkan dalam kurikulum. Dengan demikian walaupun tidak dimasukan dalam kurikulum, sudah kewajiban guru dalam menyampaikan dan menanamkan nilai moral pada siswa, agar tercipta generasi yang cerdas, santun dan beradab. Kurikulum 1994 mengalami penyesuaian-penyesuaian dalam rangka mengakomodasi tuntutan reformasi.Oleh karena itu, muncul suplemen kurikulum 1994 yang lahir tahun 1999.Dalam suplemen tersebut ada penyesuaian-penyesuaian materi pelajaran, terutama pada mata pelajaran sosial, seperti PPKn, sejarah, dan beberapa mata pelajaran lainya. Lagi-lagi kurikulum ini mengalami nasib yang 11 Volume 1 No. 01 Desember 2014 sama dengan kurikulum sebelumnya. Bersamaan dengan lahirnya undang-undang No 23 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menggantikan undang-undang nomor 2 tahun 1989, pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional menggagas kurikulum baru yang diberi nama kurikulum berbasis kompetensi. Wawancara dengan guru PKn SMP Negeri 21 Pekanbaru pada tanggal 18 Juli 2012: “Perubahan kurikulum itu bagus, mungkin pemerintah menyesuaikan kurikulum-kurikulum yang tidak cocok lagi.Kurikulum 1994 kurikulum yang menanamkan nilai-nilai sikap kepada anak didik, dan materinya sarat dengan indoktrinasi pancasila. Sekarang materinya yang jauh berubah dan tidak ada sama sekali muncul materi-materi yang dulu itu. Nilai-nilai kebangsaan itu memang tidak dimasukan lagi dalam kurikulum KTPS (kurikulum 2006) karena orang marah dengan pak harto semua yang di buat dia dihancurkan semuanya. Dalam mengajar saya tetap sampaikan nilai-nilai pancasila itu karena itu jadi diri bangsa kita, saya sering bilang kerusuhan, bentrok antar suku karena orang tidak lagi mempelajari pancasila”. Hasil wawancara dengan guru PKn bahwa nilai-nilai pancasila yang terkandung didalam kurikulum 1994 itu sekarang tidak dijumpai pada kurikulum 2006, namun dalam proses belajar mengajar guru PKn tetap menyampaikan nilai-nilai kebangsaan tersebut. Wawancara dengan wakil kurikulum SMP Negeri 21 Pekanbaru: “Perubahan kurikulum itu bagus, seharusnya berdampak terhadap pendidikan kita tapi nyatanya seperti yang kita lihat sekarang.Kalau menurut saya pelajaran PKn itu dikembalikan seperti dulu dimasukan UN, jadi anak didik kita ini kembali memahami nilai-nilai moral.Sekarang banyak anak didik kita kurang sopan santunnya. Hasil wawancara dengan wakil kurikulum menjelaskan bahwa kurikulum tidak masalah dirubah namun mata pelajaran PKn kembali di UN kan menurut wakil kurikulum salah satu factor penyebab anak tidak bermoral mata pelajaran PKn dianggap siswa tidak begitu penting. Sebagian besar guru PKn menjawab hal yang sama bahwa untuk mata pelajaran PKn pada kurikulum 1994 dilihat dari siswa, cara mengajar, materinya, dan nilai-nilai kebangsaanya. Guru PKn setuju dengan diadakan perubahan kurikulum, namun nilai-nilai pancasila atau nilai-nilai kebangsaan harus tetap dimuat didalam kurikulum yang baru. Untuk mendukung informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, maka peneliti juga melakukan pengamatan terhadap guru PKn yang mengajar.Data yang akan diamati antara lain kurikulum yang dipakai, mengajarkan nilai-nilai kebangsaan kepada siswa. Berdasarkan hasil studi dokumentasi, diketahui bahwa semua sekolah di Pekanbaru telah menggunakan kurikulum 2006 yang diperkuat dengan bukti dokumen yang diperlihatkan oleh wakil kurikulum dan guru PKn seperti perangkat pembelajaran, Silabus, RPP dll. 12 Volume 1 No. 01 Desember 2014 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa guru yang mengajar PKN telah menggunakan kurikulum 2006. Dari data pengamatan yang dilakukan bahwa guru telah mengajarkan nilai-nilai kebangsaan itu dalam proses belajar mengajar walaupun nilai-nilai tersebut tidak terdapat dalam kurikulum 2006. Inisiatif itu merujuk kepada tanggung jawab guru PKN yang memang harus menyampaikan hal-hal tersebut dan lebih-lebih guru senior yang perna mengajar kurikulum 1994 Berdasarkan temuan peneliti yang telah diurakan dapat didiskripsikan bahwa sikap guru PKn menerima perubahan kurikulum 1994 terhadap kurikulum 2006 ditinjau dari nilai-nilai kebangsaan. Perubahan yang mendasar secara filosofi yang bisa diterima oleh guru PKn adalah bahwa pada kurikulum 1994 struktur keilmuan yang menghasilkan isi mata pelajaran daya serap kurikulum sedangkan pada kurikulum 2006 struktur keilmuan dan perkembangan psikologi siswa sehingga berdasarkan kompotensi lulusan. Perubahan pada aspek tujuan pada kurikulum 1994 agar siswa menguasai materi yang tercantum dalam GBPP sendangkan pada kurikulum 2006 semua siswa memiliki kompetensi yang ditetapkan. Perubahan pada aspek materi dan proses pembelajaran antara kurikulum 1994 dan kurikulum 2006, perubahan materi secara umum guru menyikapi dengan baik namun nilai-nilai kebangsaan harus tetap disampaikan, bedanya materi pada kurikulum 1994 semua materi ditentukan oleh pemerintah sementara kurikulum 2006 pemerintah hanya menetapkan kompetensi yang berlaku secara nasional dan daerah berhak menetapkan standar yang lebih tinggi sesuai dengan kemampuan sekolah. Pada proses pembelajaran guru menyikapi dengan baik perubahan dari metode ceramah/konvensional dan guru sebagai sumber belajar sementara pada kurikulum 2006 guru sebagai fasilitator lebih banyak siswa yang bekerja mencari topik-topik yang disampaikan oleh guru. Sikap guru terhadap perangkat pembelajaran antara kurikulum 1994 dengan kurikulum 2006. Pada kurikulum 2006 Rencana Pembelajaran benar-benar rencana guru dalam mengajar, walaupun sebagian guru masih ada yang copy paste dalam perangkat pembelajaran, artinya tidak ada perubahan yang actual karena rencana pembelajaran cenderung untuk memenuhi persyaratan administrative. Kaitan antar bidang studi, pada kurikulum 1994 setiap bidang studi terpisah sementara pada kurikulum 2006 pembelajaran dapat diintegrasikan dengan bidang studi lain. Rumusan tujuan pada rencana pembelajaran di kurikulum 1994 tujuan dirinci mendetail dan berfokus pada pengetahuan semenara pada Rencana Pengajaran pada kurikulum 2006 rumusan tujuan hanya menggambarkan kompetensi yang akan dicapai. Begitu juga dengan media pada kurikulum 1994 umumnya sekedar dicantumkan sementara pada kurikulum 2006 media dan sumber belajar mengingatkan guru mengenai apa yang harus disiapkannya. Langkah-langkah pembelajaran pada kurikulum 1994 tahap kegiatan bealajar mengajar tidak selalu menjadi perhatian karena dibuat seragam oleh pusat sementara pada kurikulum 2006 menjadi 13 Volume 1 No. 01 Desember 2014 suatu yang penting didesain dalam bentuk scenario pembelajaran yang mengutamakan kegiatan siswa tahap demi tahap. Kegiatan bealajar mengajar sikap guru bahwa hasil yang dicapai banyak tetapi dangkal dan kurang bermakna sementara pada kurikulum 2006 topik sempit, tetapi mendalam dan bermakna. Secara umum perbandingan kurikulum 1994 adalah menggunakan pendekatan penguasaan ilmu pengetahuan yang menekankan pada isi atau materi, berupa pengetahuan, pemehaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi yang diambil dari bidang-bidang ilmu pengetahuan semenatar kurikulum 2006 menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi tertentu di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah kurikulumpendidikannya. Karena pentingnyamaka setiap kurun waktu tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar.Departemen Pendidikan Nasional juga secara teratur melakukan evaluasi terhadap peraturan yang berkait dengankurikulum.Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, pengetahuan danmetode belajar semakin lama semakin maju pesat.Ilmu pengetahuan dan teknologiberkembang begitu pesat.Begitu pun pola pembiayaan pendidikan serta kondisi sosial, termasuk perubahan pada tuntutan profesi serta kebutuhan dan keinginan pelanggan. Semua itu ikut memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk selalu melakukan proses perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum yang digunakan. Lahirnya undang-undang Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, maka terhitung tahun pelajaran 1994/1995 kurikulum 1994 resmi diterapkan di seluruh Indonesia. Pada tahun 1994 menteri pendidikan dan kebudayaan Ing Wardiman Djojonegoro menetapkan kurikulum yang dikenal objective based curriculum. Kurikulum 1994 secara jelas merupakan alat Negara untuk menderivasi rumusan GBHN yang menjelaskan bahwa Indonesia sedang mengalami pembangunan jangka panjang II atau dianggap sebagai masa kebangkinan nasional ke-2. Semangatnya, hendak diorientasikan kepada pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan IPTEK. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam kurikulum 1994 adalah (1) bersifat Objective Based Curriculum; (2) nama SMP diganti menjadi SLTP dan SMA diganti SMU; (3) mata pelajaran PSPB dihapus; (4) program pengajran SD dan SLTP disusun dalam 13 mata pelajaran; (5) program pengajaran SMU disusun dalam 10 mata pelajaran; (6) penjurusan SMU dilakukan kelas II yang teridiri dari progam IPA, program IPS dan program Bahasa. Setelah itu berubah lagi pada masa Abdul Malik Fajar menjabat Menteri Pendidikan Nasional pada 2004.Sejak awal 2001 disusun Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk menggantikan 14 Volume 1 No. 01 Desember 2014 kurikulum 1994. Semangat KBK terinsfirasidari UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Pusat dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom. Saat itu ada tiga kebijakan penting yang termuat dalam KBK yaitu Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Ujian Akhir Nasional (UAN). Ketika reformasi bergulir tahun 1998, kurikulum 1994 mengalami penyesuaian-penyesuaian dalam rangka mengakomodasi tuntutan reformasi.Oleh karena itu, muncul suplemen kurikulum 1994 yang lahir tahun 1999.Dalam suplemen tersebut terjadi penyesuaian-penyesuaian materi pelajaran, terutama mata pelajaran sosial, seperti PPKn, Sejarah dan beberapa mata pelajaran lainya.Bersamaan dengan lahirnya Udang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menggantikan Undang-Undang No 2 tahun 1989, pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional menggagas kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi. Terakhir kepemimpinan Bambang Sudibyo mengesahkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) No. 22/2006 tentang Standar Isi Pendidikan (dan No.23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan/ SKL) menginisiasi kurikulum tingkat satuan pendidikan alias KTSP di Indonesia. Mulai tahun pelajaran 2006/2007, KTSP atau akrab disebut kurikulum 2006 diterapkan di Indonesia. Kurikulum 2006 memberi keleluasaan penuh setiap sekolah mengembangkan kurikulum dengan tetap memperhatikan potensi sekolah dan potensi daerah sekitar.Setiap satuan pendidikan dasar dan menengah diberikan peluang untuk mengembangkan dan menetapkan KTSP. Dengan demikian, guru seharusnya leluasa dalam menanamkan nilai moral saat pembelajaran berlangsung, karena kurikulum tahun 2006 lebih bersifat fleksibel dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukmadinata dalam M.Yamin (2009:27) yang menyatakan bahwa kurikulum merupakan sebuah konsep yang dinamis, terbuka, dan membuka diri terhadap berbagai gagasan perubahan serta penyesuaian dengan tuntutan pasar atau tuntutan idealisme pengembangan peradaban umat manusia. Perubahan kurikum merupakan hal yang wajar ketika perubahan tersebut untuk membuka diri terhadap berbagai gagasan perubahan serta penyesuaian dengan tuntutan pasar, menjadi tidak wajar ketika kurikulum dirubah untuk kepentingan politik tertentu sesuai dengan pernyataan H.A.R Tilaar dalam M.Yamin (2009:35) kurikulum yang dapat mewakili kepentingan anak-anak didik harus selaras dengan kebutuhan bangsa. Dengan demikian perlu tindakan dari guru agar aktif dan kontinu mengajarkan nilai moral pada siswa meskipun tidak dicantumkan dalam kurikulum.Bahkan guru bisa memodifikasi kurikulum yang ada di tingkat sekolah dengan menambahkan indikator dan kompetensi tertentu yang mesti dimiliki oleh anak sesuai kebutuhan siswa dimana guru tersebut mengajar. Kebutuhan bangsa saat ini adalah bagaimana bangsa Indonesia terlepas dari permasalahan dasar seperti krisis moral, krisis kepercayaan, krisis kepemimpinan dan korupsi semakin hari semakin 15 Volume 1 No. 01 Desember 2014 menjadi, sementara pembaharuan kurikulum yang dimaksud adalah kurikulum 2006 yang jelas-jelas materi nilai-nilai kebangsaan sangat minim didalamnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn yang mengajar di sekolah menengah pertama (SMP) negeri di kota pekanbaru terhadap perubahan kurikulum 1994 ke kurikulum 2006 pada hakikatnya menerima atas diberlakukannya kurikulum 2006 saat ini dengan segala kelebihankelebihan yang dimiliki oleh KTSP seperti dari aspek: a. Siswa aktif, kreatif dan produktif sedangkan pada kurikulum 1994 siswa pasif. b. Guru sebagai fasilitatif sedangkan pada kurikulum 1994 instruktif c. Pembelajaran aktif learning sedangkan pada kurikulum 1994 pasif learning Dari data yang dikumpulkan melalui wawancara kemudian dianalisa secara kualitatif melalui penguraian lebih mendalam kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pembuktian kebenaran (verifikasi) maka sikap guru PKn terhadap perubahan kurikulum 1994 ke kurikulum 2006 adalah baik. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian yang diperoleh dari sekolah menengah di Pekanbaru dapat penulis kemukakan beberap kesimpualan antara lain : 1. Guru PKn di Pekanbaru menerima perubahan antara kurikulum 1994 dengan kurikulum 2006, perubahan kurikulum tersebut menjadi keharusan untuk kemajuan pendidikan di negara Indonesia dan hal yang terpenting adalah guru PKn tetap menyampaikan konsep nilai-nilai pancasila walaupun tidak terdapat pada kurikulum 2006. Perubahan kurikulum tahun 1994 ke kurikulum tahun 2006 juga menimbulkan perubahan dalam berbagai aspek, seperti materi dan fungsi guru dalam proses belajar mengajar. 2. Perubahan kurikulum mempunyai dampak positif dan negatif terhadap guru, materi, metode mengajar, tentunya dampak yang dirasakan guru dengan perubahan kurikulum 2006 adalah nilai pancasila tidak menjadi topik utama dalam pembelajaran, selain itu mata pelajaran PKn tidak lagi dimasukan kedalam ujian nasional yang dapat menurunkan motivasi siswa dalam belajar PKn siswa beranggapan pelajaran PKn sama dengan mata pelajaran muatan lokal lainya, ketika pemahaman siswa tidak lagi merasa penting mata pelajaran PKn akan berdampak terhadap tingkah laku siswa. Hasil penelitian sikap guru terhadap perubahan kurikulum 1994 dengan kurikulum 2006 ditinjau dari nilai-nilai kebangsaan dapat diungkap bahwa sikap guru menerima perubahan kurikulum 1994 walaupun masih banyak kendala yang dialami oleh guru PKn disekolah.Pelaksanaan kurikulum 2006 disekolah menengah di pekanbaru merupakan tanggung jawab guru, guru PKn harus punya komiten untuk menyampaikan nilai-nilai kebangsaan karena di dalam muatan materi pada kurikulum 2006 sangat sedikit pembahasan tentang nilai-nilai kebangsaan. Kendala-kendala yang dialami oleh guru PKn dalam menyampaikan nilai-nilai kebangsaan harus diatasi, pemerintah perlu memfasilitasi dan mendukung penanaman nilai-nilai kebangsaan tersebut dengan memasukan materi-materi nilai- 16 Volume 1 No. 01 Desember 2014 nilai kebangsaan kedalam kurikulum.Pengembangan kurikulum harus memperhatikan keminan, nilai, budi pekerti luhur, penguatan integritas nasional demi tercapainya tujuan pendidikan dan tujuan negara Indonesia. Daftar Pustaka Ahmadi, Abu.1990.Psikologi Sosial. Jakarta. Rineka Cipta Ali, Muhammad. 2008. Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Ali, Mohammad & Asrori,Mohammad. 2010. Psikologi Remaja.Jakarta : PT Bumi Akasara. Afifuddin, dan Beni Ahmad Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:Pustaka Setia. Aman, Sofyan, dkk. 1982. Pedoman Didaktik Metodik Pendidikan Moral Pancasila. Jakarta: PN Balai Pustaka. Azwar, Saifuddin. 1998. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Beeby.C.E. 1987.Pendidikan di Indonesia.Terjemahan oleh BP3K dan YIIS.1987.Jakarta:LP3ES, Anggota IKAPI. Bakri, Aburzal. Pertanyakan Hilangnya Pancasila (http://www.indopos.co.id/index.php/arsip-berita-politik/45- Dari Kurikulum. Politika/ (online) 11333-pertanyakan- hilangnya-pancasila-dari-kurikulum.html diakses 8 april 2011) Departemen Pendidikan Nasional RI 2009. KajianKurikulum PKn. (online) (http: perpusol- samsamblogspot. Com diakses / 2009/ 03/11). Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta Hendayat, Soetopo dan Wasty, Soemanto. 1993. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Bumi Aksara. Hasibuan, Lias. 2010. Kurikulum & Pemikiran Pendidikan.Jakarta : GP Press Hidayat, Rahmat. 2011.Pengatar Sosiologi Kurikulum.Jakarta : Rajawali Press Ibrahim dkk. 2002. Kurikulum Pembelajaran.Bandung. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP.Universitas Pendidikan Indonesia. Iskandar. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (kuantitatif dan Kualitatif).Jakarta: Gaung Persada Lexy J. Moleong. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Massofa. 2009. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran pkn (online) (http:massofa.wordpress. com diakses / 11/ 02/2009) Miles, B.M. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang MetodeMetode Baru. Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohodi. Jakarta: Universitas Negeri Padang. Mulyasa, E. 2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; sebuah panduan praktis.Bandung : PT Remaja Rosdakarya 17 Volume 1 No. 01 Desember 2014 Sanapiah Faisal, 1990. Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar dan Aplikasi,Malang: Y A3 Malang. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek.Bandung : PT Remaja Rosdakarya Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Slameto. 1990. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya, Wina.2009.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Prananda S, Nasution. 2006. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Sutrisna, Asep.2009. PerkembanganPKndiIndonesia. (online) (http: www.Asep sutrisna wordpress. diakses /10/26/2009) Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta. Rajawali Press Subanjidah. 1992. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta Utara: PT. Raja Grafindo Persada. Sugiono. 2006. Metode Peneletian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitati dan R&D.Bandung: Alfabeta Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi.Yogyakarta. Penerbit Tiara Kencana Soemarno, Soedarsono. 2009. Karakter Mengantar Bangsa Dari Gelap Menuju Terang. Jakarta : Kompas Gramedia. Sarlita W. Sarwono. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Soetijipto dan Kosasi R.1992.Profesi Keguruan.Jakarta.Depdikbud kerjasama Rineka Cipta. Ulmyrakmadani. 2010. Kurikulum 1994 dan KTSP. (online) (http:ulmyrakhmadani.wordpress.com. diakses 2 Juni 2012) Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Prayitno dkk.2004. Buku Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi.Padang : PPs UNP PPS.2011. Penulisan Tesis dan Disertasi.Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang. Yamin, M. 2009. Kurikulum Pendidikan. Jogjakarta : Diva Press Zed, Mestika. 2006. Penelitian Kualitatif. Kertas Kerja Untuk Workshop Jurusan Sejarah FIS UNP. Padang: Tanggal 15-16 Desember 2006. 18