BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu hal yang tidak bisa diabaikan oleh setiap
umat manusia karena peranannya yang sangat penting dalam menentukan kualitas
hidup seseorang serta dalam menjalani aktivitas dan pekerjaan sehari-hari dengan
optimal. Kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pola
hidup seseorang. Menurut Adrian (2001), pola hidup adalah suatu cara atau
kegiatan sehari-hari yang dilakukan seseorang dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya seperti makan dan minum untuk menjaga tubuh tetap sehat. Pola hidup
yang sehat seperti olahraga teratur, konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran
yang cukup mempunyai dampak yang bagus bagi kesehatan. Sedangkan pola
hidup yang tidak sehat seperti gaya hidup sedentary (kurang aktivitas), kurang
tidur dan kebiasaan merokok dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan.
Kebugaran jasmani pada hakikatnya merupakan suatu kondisi tubuh yang
mencerminkan kemampuan seseorang untuk melakukan tugas dan
pekerjaan
sehari-hari atau adaptasi terhadap pembebanan fisik yang diberikan tanpa
mengalami kelelahan yang berlebihan, sehingga tubuh masih mempunyai
cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggang maupun mengatasi beban
kerja tambahan (Utari, 2007). Jadi, semakin tinggi tingkat kesehatan seseorang,
maka kebugaran jasmaninya pun akan semakin baik pula.
Salah satu komponen dalam kebugaran jasmani adalah daya tahan
kardiovaskular. Komponen ini menggambarkan kemampuan dan kesanggupan
melakukan kerja dalam keadaan aerobik, artinya kemampuan dan kesanggupan
sistem peredaran darah mengambil dan mengadakan penyediaan oksigen yang
dibutuhkan (Nieman, 2011). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
kesehatan dari sistem kardiovaskular berperan pada kebugaran seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskular antara lain :
usia, jenis kelamin, genetik, kebiasaan olahraga, status gizi, kebiasaan merokok,
dan kadar hemoglobin (Budiasih, 2011). Adapun yang termasuk ke dalam faktor
yang tidak dapat diubah seperti usia dan jenis kelamin, sedangkan faktor yang
dapat diubah seperti kebiasaan olahraga dan merokok.
Terdapat berbagai variasi tes uji latih kebugaran jasmani untuk menetapkan
tingkat kebugaran jasmani seseorang. Beberapa tes yang sering dipergunakan
adalah Treadmill dan ergometer sepeda, tes ACSPFT (Asian Commitee on the
Standardization of Physical Fitness Test), dan step test (Budiasih, 2011).
Step test merupakan salah satu jenis pengukuran tingkat kebugaran seseorang,
antara lain adalah metode Mc Ardle Step Test atau Queens College Step Test yang
menggunakan tinggi bangku 41,3 cm (Ashok, 2008).
Di Indonesia hasil pengukuran tingkat kesegaran jasmani yang dilakukan oleh
pusat kesegaran jasmani di 22 propinsi pada tahun 2005 terhadap 7685 orang
pelajar dan mahasiswa, hasilnya adalah 38,4 % mempunyai tingkat kesegaran
jasmani kurang dan kurang sekali, 9,53 % baik dan baik sekali, sedangkan sisanya
dinyatakan sedang (Susilowati, 2007).
Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia menyebabkan masalah rokok menjadi serius. Data epidemiologi global
menunjukkan bahwa rokok membunuh lebih dari lima juta orang di dunia setiap
tahunnya akibat penyakit kanker paru, penyakit jantung maupun penyakit lain
terkait rokok. Diperkirakan pada tahun 2030, angka kematian dapat mencapai
lebih dari delapan juta orang per tahun (WHO, 2008).
Menurut WHO dalam Report on Global Tobacco Epidemic tahun 2008,
konsumsi rokok di Indonesia menduduki urutan ke-3 di dunia setelah China dan
India. Konsumsi rata-rata rokok per orang (usia di atas 15 tahun) adalah 12 batang
per hari pada tahun 2007. Prevalensi dari penduduk usia di atas 15 tahun yang
merokok adalah 35,4% pada tahun 2007. Namun, terdapat perbedaan angka yang
besar antara pria dan wanita dimana 65,3% pria di Indonesia yang berusia di atas
15 tahun merokok dan hanya sekitar 5% wanita yang merokok.
Kerusakan pada berbagai macam sistem organ dapat disebabkan oleh
berbagai macam zat toksik, iritan dan radikal bebas yang ada dalam asap rokok.
Berbagai zat dalam asap rokok ini dapat mempercepat progresivitas proses
penuaan intrinsik melalui akumulasi kerusakan seiring berjalannya waktu dan
menimbulkan berbagai macam penyakit atau gangguan terkait proses penuaan,
misalnya penyakit jantung koroner, stroke, osteoporosis, kanker, penyakit paru
obstruktif, serta mempercepat proses skin aging berupa munculnya garis-garis
keriput, dan meningkatnya proses degradasi kolagen. Dari efek rokok pada
berbagai sistem organ tersebut, angka mortalitas terbesar adalah akibat penyakit
pada sistem kardiovaskular, yaitu sebesar 37%, penyakit kanker sebesar 28% dan
akibat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), yaitu sebesar 26% (Wijaya, 2011).
Salah satu kandungan dalam rokok, nikotin, menginduksi pelepasan
katekolamin dari kelenjar adrenal dan melalu mekanisme inilah rokok mengubah
fungsi sistem kardiovaskular dengan meningkatkan denyut jantung, resistensi
vaskular, volume sekuncup, tekanan darah, curah jantung, kontraksi miokard.
Terdapat beberapa mekanisme yang menyebabkan kebiasaan merokok dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (Saareks,
2000).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Menurut WHO dan the
International Society of Hypertension(ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita
hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Di
Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk
menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. Prevalensi
hipertensi di Indonesia yang berdasarkan pengukuran
dan riwayat penyakit
adalah 32,2% . Berdasarkan perilaku merokok, proporsi responden yang dulu
pernah merokok setiap hari pada kelompok hipertensi ditemukan lebih tinggi
(4,9%) daripada kelompok kontrol (2,6%), dan risiko perilaku pernah merokok ini
secara bermakna ditemukan sebesar 1,11 kali dibandingkan yang tidak pernah
merokok (Rahajeng & Tuminah, 2009).
Dari hasil penelitian yang dilakukan Talukder et al. (2010), pemberian
paparan asap rokok terhadap hewan percobaan selama 16 minggu menunjukkan
adanya peningkatan tekanan darah sistolik maupun diastolik. Dan terjadi
peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi lagi pada hewan percobaan yang
diberi paparan asap rokok selama 32 minggu. Begitu juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Zulkeflie (2010), pada mahasiswa laki-laki yang merokok diatas
10 batang per hari menunjukkan risiko yang lebih besar mengalami peningkatan
tekanan darah dibandingkan dengan mahasiswa yang merokok dibawah 10 batang
per hari.
Menurut JNC VII 2003, tekanan darah pada orang dewasa dengan usia di atas
18 tahun dikatakan normal apabila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan
tekanan darah
diastolik <80 mmHg. Diklasifikasikan sebagai prehipertensi
apabila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89
mmHg, hipertensi stadium I apabila tekanan darah sitolik 140-159 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90-99 mmHg, dan diklasifikasikan sebagai hipertensi
stadium II apabila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik
≥100 mmHg. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan
sphygmomanometer.
Dengan demikian, orang yang merokok mempunyai risiko yang lebih tinggi
untuk terkena gangguan jantung dan paru yang berakibat pada penurunan kinerja
jantung paru. Hal tersebut berpengaruh pada kesehatan
dan secara langsung
berdampak juga pada kebugaran jasmani seseorang. Selain itu, rokok tidak hanya
membahayakan kesehatan bagi perokok itu sendiri, namun juga bagi orang-orang
disekitar perokok yang tidak merokok namun terpapar oleh asap rokok tersebut
(disebut juga sebagai perokok pasif).
Berdasarkan alasan di atas, maka peneliti bermaksud untuk melihat adakah
pengaruh kebiasaan merokok terhadap tekanan darah dan tingkat kebugaran
jasmani pada karyawan pria di Hotel Grand Antares Medan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya
adalah: Bagaimana pengaruh kebiasaan merokok terhadap tekanan darah dan
tingkat kebugaran jasmani pada karyawan pria di Hotel Grand Antares Medan?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh kebiasaan merokok terhadap tekanan darah dan
tingkat kebugaran jasmani pada karyawan pria di Hotel Grand Antares Medan.
1.3.2. Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Mengetahui adakah perbedaan tingkat kebugaran antara karyawan
yang mempunyai kebiasaan merokok dengan karyawan yang bukan
perokok.
b. Mengetahui adakah peningkatan hasil pengukuran tekanan darah pada
karyawan yang mempunyai kebiasaan merokok.
1.4.
Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat :
a. Menambah pengetahuan atau informasi tentang pengaruh yang dapat
ditimbulkan
oleh
kebiasaan
merokok
terhadap
kesehatan
kardiovaskular ataupun tubuh.
b. Memberi pemahaman atau motivasi kepada masyarakat tentang
pentingnya upaya pencegahan bahaya merokok.
c. Masukan dan tambahan untuk penelitian lainnya.
Download