plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA AKTIF
PENANGKAP RADIKAL BEBAS, ULTRAVIOLET PROTECTION, DAN
ANTIBAKTERI PADA EKSTRAK ETANOLIK DAUN PEGAGAN
(Centella asiatica (L.) Urban.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Setio Agustin
NIM : 118114181
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA AKTIF
PENANGKAP RADIKAL BEBAS, ULTRAVIOLET PROTECTION, DAN
ANTIBAKTERI PADA EKSTRAK ETANOLIK DAUN PEGAGAN
(Centella asiatica (L.) Urban.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Setio Agustin
NIM : 118114181
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA AKTIF
PENANGKAP RADIKAL BEBAS, ULTRAVIOLET PROTECTION, DAN
ANTIBAKTERI PADA EKSTRAK ETANOLIK DAUN PEGAGAN
(Centella asiatica (L.) Urban.)
Skripsi yang diajukan oleh :
Setio Agustin
NIM : 118114181
telah disetujui oleh :
Pembimbing Utama
Dr. rer. nat. Yosi Bayu Murti, Apt.
tanggal 19 Juni 2015
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Pengesahan
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
: Setio Agustin
Nomor mahasiswa
: 118114181
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA AKTIF
PENANGKAP RADIKAL BEBAS, ULTRAVIOLET PROTECTION, DAN
ANTIBAKTERI PADA EKSTRAK ETANOLIK DAUN PEGAGAN
(Centella asiatica (L.) Urban.)
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama saya tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 19 Juni 2015
Yang menyatakan
Setio Agustin
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Halaman Persembahan
Aku persembahkan karyaku ini untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria,
Keluargaku dan Aditya Tri Saputra tersayang
Almamaterku tercinta
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Yogyakarta, 19 Juni 2015
Penulis
Setio Agustin
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat anugerah dan perlindungan, kasih dan sayang, serta tuntunan yang
diberikan sehingga
skripsi
berjudul
“ISOLASI
DAN
IDENTIFIKASI
GOLONGAN SENYAWA AKTIF PENANGKAP RADIKAL BEBAS,
ULTRAVIOLET PROTECTION, DAN ANTIBAKTERI PADA EKSTRAK
ETANOLIK DAUN PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban.)” dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
berbagai pihak. Kesempatan ini, penulis pergunakan untuk mengungkapkan rasa
terima kasih kepada:
1.
Ibu Aris Widayati, M. Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
2.
Bapak Dr. rer. nat. Yosi Bayu Murti, Apt. selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah membimbing, mendampingi dan memberikan arahan, evaluasi
serta kritik dan saran mulai dari pembuatan proposal penelitian hingga
penulisan skripsi ini selesai.
3.
Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan saran selama penulisan
skripsi.
4.
Ibu Damiana Sapta Candrasari, S. Si., M. Sc. selaku Dosen Penguji yang
telah meluangkan waktu untuk memberi kritik dan saran selama penulisan
skripsi.
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5.
Bapak Yohanes Dwiatmaka, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan selama mengikuti
perkuliahan.
6.
Ibu Agustina Setiawati, M. Sc., Apt. selaku Kepala Penanggungjawab
Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin dalam
penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian
skripsi.
7.
Bapak Wagiran, Bapak Mukminin, Bapak Bimo, Bapak Parlan, serta semua
laboran yang telah membantu selama proses penelitian di laboratorium.
8.
Elyn Prameswari, Agustine Kurniawaty, Surya Adhi Nugraha, dan Skolastika
Feranda atas bantuannya baik tenaga maupun ide-ide cemerlangnya serta
motivasi dalam suka dan duka selama penelitian di laboratorium.
9.
Teman-teman FST dan FKK 2011 atas doa dan dukungan.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa naskah skripsi ini masih banyak kekurangan
dengan keterbatasan yang ada sehingga penulis membuka diri terhadap semua
kritik dan saran dari semua pihak yang membangun untuk kemajuan diri dan ilmu
pengetahuan. Akhir kata, penulis berharap semoga naskah skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak terutama di Bidang Farmasi.
Penulis
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
PRAKATA ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
INTISARI
..........................................................................................................xv
ABSTRACT ........................................................................................................ xvi
BAB I PENGANTAR ..............................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
1. Rumusan masalah ..................................................................................... 3
2. Keaslian penelitian .................................................................................... 3
3. Manfaat penelitian .................................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian ............................................................................................6
1. Tujuan umum ............................................................................................ 6
2. Tujuan khusus ........................................................................................... 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.......................................................................7
A. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) ..........................................................7
1. Klasifikasi tanaman................................................................................... 7
2. Uraian tanaman ......................................................................................... 7
3. Kandungan kimia ...................................................................................... 8
B. Polifenolik ......................................................................................................9
C. Flavonoid ........................................................................................................9
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
D. Triterpenoid ..................................................................................................10
E. Ekstraksi .......................................................................................................10
1. Maserasi .................................................................................................. 10
2. Triturasi ................................................................................................... 11
F. Kromatografi ................................................................................................11
1. Kromatografi lapis tipis .......................................................................... 12
2. Kromatografi kolom................................................................................ 13
G. Antioksidan dan Uji Aktivitas Penangkap Radikal Bebas ...........................13
1. Radikal bebas .......................................................................................... 13
2. Antioksidan ............................................................................................. 14
H. UV Protection dan Uji Aktivitas UV Protection .........................................15
I. Antibakteri ....................................................................................................17
1. Bioautografi ............................................................................................ 18
2. Disc Diffusion ......................................................................................... 19
J. Landasan Teori .............................................................................................19
K. Hipotesis .......................................................................................................20
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................21
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................................21
B.Bahan dan Alat Penelitian .............................................................................21
1. Bahan ...................................................................................................... 21
2. Alat .......................................................................................................... 22
C.Tata Cara Penelitian .......................................................................................22
1. Alur pengerjaan penelitian ..................................................................... 22
2. Penyiapan simplisia ................................................................................ 23
3. Perhitungan susut pengeringan simplisia ................................................ 23
4. Ekstraksi.................................................................................................. 23
5. Susut pengeringan ekstrak ...................................................................... 24
6. Uji kualitatif golongan senyawa ............................................................. 24
7. Uji kualitatif aktivitas penangkap radikal bebas ekstrak dan isolat ........ 25
8. Optimasi ketinggian lampu UV dan waktu perlakuan ............................ 25
9. Uji kualitatif aktivitas UV protection ekstrak dan isolat ........................ 26
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10.Uji kualitatif aktivitas antibakteri ........................................................... 27
11.Isolasi senyawa aktif ............................................................................... 29
12.Alur pengerjaan isolasi senyawa aktif .................................................... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................31
A. Penyiapan Bahan, Penyerbukan dan Susut Pengeringan Serbuk
Simplisia Daun Pegagan ...............................................................................31
B. Pembuatan Ekstrak Etanolik Daun Pegagan.................................................33
C. Optimasi Fase Gerak ....................................................................................36
D. Uji Kualitatif Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas Ekstrak Etanolik .......37
E. Uji Kualitatif Aktivitas UV Protection Ekstrak Etanolik .............................40
F. Uji Kualitatif Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Menggunakan
Metode Bioautografi .....................................................................................45
G. Isolasi Senyawa Aktif Pada Ekstrak Etanolik Daun Pegagan ......................50
1. Uji kualitatif aktivitas penangkap radikal bebas isolat ........................... 53
2. Uji kualitatif aktivitas UV protection isolat............................................ 55
3. Uji kualitatif aktivitas antibakteri isolat menggunakan Metode Disc
Diffusion.................................................................................................. 58
4. Uji kualitatif identifikasi senyawa aktif pada ekstrak etanolik dan isolat
menggunakan reagen semprot................................................................. 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................71
A. Kesimpulan ...................................................................................................71
B. Saran .............................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................72
LAMPIRAN ..........................................................................................................75
BIOGRAFI PENULIS .........................................................................................101
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Uji Kualitatif Aktivitas Penangkap Radikal Bebas Ekstrak
Etanolik .............................................................................................40
Tabel 2.
Uji Kualitatif Aktivitas UV Protection Ekstrak Etanolik .................44
Tabel 3.
Simpangan deviasi (SD) pengukuran uji kualitatif UV
Protection pada ekstrak etanolik.......................................................45
Tabel 4.
Uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak terhadap bakteri E.
coli menggunakan Metode Bioautografi ...........................................48
Tabel 5.
Uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak terhadap bakteri S.
aureus menggunakan Metode Bioautografi ......................................50
Tabel 6.
Uji Kualitatif Aktivitas Penangkap Radikal Bebas Isolat 1 ..............54
Tabel 7.
Uji Kualitatif Aktivitas Penangkap Radikal Bebas Isolat 2 ..............55
Tabel 8.
Uji Kualitatif Aktivitas UV Protection Isolat 1 ................................57
Tabel 9.
Uji Kualitatif Aktivitas UV Protection Isolat 2 ................................58
Tabel 10.
Uji kualitatif aktivitas antibakteri isolat 1 terhadap bakteri S.
aureus................................................................................................60
Tabel 11.
Uji kualitatif aktivitas antibakteri isolat 2 terhadap bakteri S.
aureus................................................................................................61
Tabel 12.
Klasifikasi kekuatan aktivitas antibakteri .........................................61
Tabel 13.
Uji kualitatif aktivitas antibakteri Amoxicillin terhadap bakteri
S. aureus............................................................................................63
Tabel 14.
Identifikasi Golongan Senyawa Isolat 1 dan isolat 2
menggunakan Reagen Semprot dan Aktivitasnya ............................70
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Senyawa radikal bebas DPPH dan Senyawa DPPH non radikal ......15
Gambar 2.
Bagan alur pengerjaan penelitian ......................................................22
Gambar 3.
Bagan alur pengerjaan isolasi senyawa aktif ....................................30
Gambar 4.
Bagan rendemen ...............................................................................36
Gambar 5.
Reaksi penangkapan radikal bebas DPPH oleh senyawa
antioksidan ........................................................................................38
Gambar 6.
Uji kualitatif aktivitas antioksidan menggunakan DPPH
semprot..............................................................................................39
Gambar 7.
Grafik hasil optimasi ketinggian lampu UV dalam pengujian
aktivitas UV protection.....................................................................42
Gambar 8.
Uji kualitatif UV protection pada ekstrak etanolik ...........................43
Gambar 9.
Uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak etanolik terhadap
bakteri E. coli ...................................................................................48
Gambar 10. Uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak etanolik terhadap
bakteri S. aureus menggunakan metode bioautografi .......................49
Gambar 11. Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan Isolat 1 dan Isolat 2 ................53
Gambar 12. Uji Kualitatif Aktivitas UV Protection Isolat 1 dan Isolat 2 ............56
Gambar 13. Uji kualitatif aktivitas antibakteri Isolat 1 terhadap bakteri S.
aureus................................................................................................59
Gambar 14. Uji kualitatif aktivitas antibakteri Isolat 2 terhadap bakteri S.
aureus................................................................................................60
Gambar 15. Uji kualitatif aktivitas antibakteri Amoxicillin terhadap bakteri
S. aureus............................................................................................62
Gambar 16. Identifikasi golongan senyawa menggunakkan reagen semprot .......64
Gambar 17. Identifikasi golongan senyawa isolat 1 menggunakan reagen
semprot ..........................................................................................68
Gambar 18. Identifikasi golongan senyawa isolat 2 menggunakan reagen
semprot .........................................................................................69
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Formula kosmetik tradisional .........................................................76
Lampiran 2.
Simplisia kering herba Pegagan (Centella asiatica (L.)
Urban.) ............................................................................................77
Lampiran 3.
Surat keterangan pembelian dan determinasi tanaman
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) .........................................78
Lampiran 4.
Perhitungan susut pengeringan serbuk simplisia kering ................80
Lampiran 5.
Perhitungan berat serbuk simplisia untuk ekstraksi .......................81
Lampiran 7.
Sertifikat hasil uji bakteri Staphylococcus aureus
ATCC25923 ...................................................................................84
Lampiran 8.
Sertifikat hasil uji bakteri Eschericia coli ATCC 25922 ................85
Lampiran 9. Rangkaian alat lampu UV pada pengujian aktivitas UV
protection........................................................................................86
Lampiran 10. Alat pengukur intensitas cahaya lampu UV ...................................87
Lampiran 11. Indikator warna untuk pembanding warna pada uji aktivitas
UV protection .................................................................................88
Lampiran 12. Optimasi intensitas cahaya lampu UV ...........................................89
Lampiran 13. Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanolik daun
pegagan terhadap bakteri Eschericia coli metode bioautografi .....90
Lampiran 14. Hasil pengujian antibakteri ekstrak etanolik daun pegagan
terhadap bakteri Staphyloccocus aureus metode bioautografi .......91
Lampiran 15. Hasil fraksinasi yang didapat dengan cara triturasi ........................92
Lampiran 16. Hasil pemisahan fraksi dengan kromatografi lapis tipis .................93
Lampiran 17. Proses dan Hasil kromatografi kolom Lampiran 18. Hasil
KLT isolat .......................................................................................94
Lampiran 18. Hasil KLT isolat .............................................................................95
Lampiran 19. Hasil pengujian antibakteri isolat 1 terhadap bakteri S. aureus .....96
Lampiran 20. Hasil pengujian antibakteri isolat 2 terhadap bakteri S. aureus .....97
Lampiran 21. Hasil pengujian aktivitas UV protection isolat 1 ...........................98
Lampiran 22. Hasil pengujian aktivitas UV protection isolat 2 ...........................99
Lampiran 23. Hasil uji identifikasi golongan senyawa pada ekstrak etanolik
daun pegagan ................................................................................100
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Tanaman pegagan adalah salah satu contoh tanaman yang digunakan
dalam produk kosmetik tradisional berupa masker wajah. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui golongan senyawa yang memiliki aktivitas penangkap radikal
bebas, UV protection, dan antibakteri pada ekstrak etanolik daun pegagan
(Centella asiatica (L.) Urban.).
Ekstrak daun pegagan dibuat menggunakan pelarut etanol 90% v/v
dengan metode maserasi. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan untuk
mengetahui bercak senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak etanolik. Uji
aktivitas penangkap radikal bebas dilakukan menggunakan metode DPPH, UV
protection menggunakan metode inhibition of bleaching of 𝛽- caroten, dan
antibakteri menggunakan metode bioautografi kontak. Senyawa aktif diisolasi
menggunakan kromatografi kolom sehingga didapatkan 2 isolat aktif yang
kemudian diuji kembali aktivitas penangkap radikal bebas dengan metode DPPH,
UV protection dengan metode inhibition of bleaching of 𝛽- karoten , dan
antibakteri menggunakan metode disc diffusion.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak etanolik
daun pegagan memiliki aktivitas penangkap radikal bebas pada senyawa dengan
Rf 0,14; 0,36; 0,46; 0,75; 0,88; 0,92. Senyawa yang memiliki aktivitas UV
proteksi terdapat pada Rf 0,14-0,20 dan 0,73-0,74. Senyawa yang memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus terdapat pada Rf 0,16-0,17; 0,210,23; 0,29-0,34; 0,51-0,53. Isolat 1 dan isolat 2 yang didapat memiliki aktivitas
penangkap radikal bebas dan isolat kedua memiliki aktivitas antibakteri, tetapi
kedua isolat tidak memiliki aktivitas UV protection. Hasil identifikasi
menunjukkan bahwa kedua isolat merupakan golongan senyawa terpenoid.
Kata kunci : ekstrak etanolik daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.),
kromatografi, penangkap radikal bebas, DPPH, UV proteksi, antibakteri.
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Pegagan is one example of a plant used in the traditional cosmetics
product of a face masker. This research aims to identification of active principle
that have activity free radical scavenger , UV protection , and antibacterial in
ethanolic pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) leaf extract.
C. asiatica leaf extract prepared using ethanol 90% v/v with maceration
method. Thin Layer Chromatography (TLC) was conducted to determine spott of
active compound contained in the ethanolic extracts. Activity of free radical
scavenger was tested by DPPH method, UV protection using a method of
inhibition of bleaching of β-carotene , and antibacterial using bioautografi contact
method. The active compound were isolated using column chromatography to
obtain 2 isolates active then tested again activity of free radical scavenger with
DPPH method , UV protection by inhibition of bleaching of β-carotene method,
and antibacterial use disc diffusion method.
The research results showed that ethanolic pegagan leaves extract have
antioxidant activity in a compound with Rf 0,14; 0.36; 0,46; 0.75; 0,88; 0.92.
Compounds that have UV protection activities Rf 0.14-0.20 and Rf 0.73-0.74.
Compounds that have antibacterial activity against S. aureus bacteria Rf 0.160.17; 0.21-0.23; 0.29-0.34; 0.51-0.53. Isolate 1 and isolate 2 presented activity as
free radical scavenger and the second isolate have antibacterial activity, but both
of isolates did not have UV protection activities. Isolates identified as terpenoid
compound.
Keywords : ethanolic pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) leaf extract,
chromatography, free radical scavenger, DPPH, UV protection, antibacterial.
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kosmetik adalah setiap bahan yang dibutuhkan untuk digunakan dengan
cara mengoleskan, menaburkan, maupun cara mengaplikasikan pada tubuh
manusia lainnya untuk membersihkan, mempercantik, meningkatkan daya tarik,
mengubah penampilan tubuh manusia, dan yang terpenting adalah untuk
kesehatan kulit dan rambut di mana saat diaplikasikan pada tubuh akan
memberikan sensasi segar (Mitsui, 1997).
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak dapat terlepas dengan
penggunaan kosmetik. Kosmetik digunakan tidak hanya untuk menunjang
penampilan seseorang, tetapi juga dipergunakan untuk melindungi tubuh bagian
luar dari bahaya polusi, debu, dan sinar UV yang semakin meningkat. Polusi dan
sinar UV dapat membentuk radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh terutama
pada bagian kulit sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penuaan dini. Debu
yang menempel pada kulit, jika tidak dibersihkan maka dapat mengakibatkan
timbulnya jerawat dan akan diperparah dengan adanya infeksi bakteri.
Meningkatnya permintaan pasar terhadap produk kosmetik, memicu
industri kosmetik berlomba–lomba untuk memproduksi produk kosmetik yang
harganya dapat dijangkau oleh masyarakat. Kondisi inilah yang sering kali
dimanfaatkan oleh produsen “nakal” untuk memproduksi produk kosmetik
menggunakan bahan kimia berbahaya sehingga produk dapat dijual dengan harga
yang murah.
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
Produk kosmetik berbahaya ini sangat memberikan dampak negatif bagi
penggunanya baik yang terlihat langsung dari penggunaan jangka pendek maupun
efeknya yang timbul dalam penggunaan jangka panjang. Menurut Pusat Informasi
Kosmetik Berbahaya di Indonesia (2013), penggunaan kosmetik berbahaya dapat
menyebabkan gangguan pernapasan, kerusakan bagian tubuh, kanker, tumor, dan
kerusakan sel otak. Menurut Ratnadita (2012), kasus efek samping penyakit kulit
yang ditemui di Yogyakarta, 40% dikarenakan penggunaan produk kosmetik
berbahaya.
Akibat produk kosmetik yang berbahaya inilah, penggunaan herbal dan
jamu di masyarakat mulai kembali populer tidak hanya untuk pengobatan dan
pencegahan tetapi berkembang sebagai bahan kosmetik yang berfungsi untuk
mempertahankan atau meningkatkan kecantikan khususnya bagi kaum wanita
(Yuliarti, 2010). Masyarakat pun mulai kembali menggunakan kosmetik yang
terbuat dari bahan alam di mana resiko bahaya yang timbul minimum dan relatif
aman.
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) adalah salah satu tanaman obat
Indonesia yang secara tradisional digunakan oleh penduduk untuk menyembuhkan
luka, anemia, asma, bronkitis, selulit, kolera, konstipasi, diare, dll. (WHO, 1999).
Seiring perkembangan jaman yang semakin modern, tanaman pegagan telah
banyak digunakan sebagai bahan pembuatan pada beberapa produk kosmetik di
pasaran yang diklaim dapat merawat kulit agar tetap halus dan mengatasi jerawat.
Hal ini didukung dengan adanya aktivitas antioksidan dan dapat meningkatkan
jumlah kolagen pada kulit (Bylka, Znajdek-AwiΕΌeΕ„, StudziΕ„ska-Sroka, dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
BrzeziΕ„ska, 2013). Pegagan juga banyak digunakan sebagai bahan kosmetik
karena memiliki aktivitas antibakterial yang terdapat pada kulit (Kedzia,
Kozlowska, Furnamowa, Mikolajczak, Kedzia, dan Kozaryn, 2007). Besarnya
manfaat dari tanaman pegagan ini maka penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui
adanya
aktivitas
penangkap
radikal
bebas
1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl (DPPH), UV protection, dan antibakteri serta dapat mengetahui
golongan senyawa aktif yang bertanggungjawab terhadap adanya aktivitas
penangkap radikal bebas, UV protection, dan antibakteri pada ekstrak etanolik
daun pegagan.
1. Rumusan masalah
a. Apakah ekstrak etanolik daun pegagan memiliki aktivitas penangkap radikal
bebas DPPH, UV protection, dan antibakteri?
b. Golongan senyawa apa saja yang bertanggungjawab terhadap aktivitas
penangkap radikal bebas DPPH, UV protection, dan antibakteri pada
ekstrak etanolik daun pegagan?
2. Keaslian penelitian
Sejauh pengamatan penulis, penelitian terhadap daun pegagan sudah
pernah dilakukan oleh Rahman et al. (2013) untuk menguji aktivitas antioksidan
dari ekstrak etanol, ekstrak etanolik 50%, dan ekstrak air dari tanaman pegagan
menggunakan metode DPPH scavenging activity. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekstrak etanolik 50% memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi
daripada ekstrak tanaman lainnya. Penelitian aktivitas antioksidan menggunakan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
metode DPPH scavenging activity juga pernah dilakukan oleh Kedzia et al. (2013)
menggunakan ekstrak etanolik 30% dan 60%.
Tidak hanya aktivitas antioksidan yang mendukung daun pegagan dapat
dijadikan sebagai bahan kosmetik tetapi juga potensi ekstrak pegagan yang telah
diteliti oleh Zaidan (2005) yang menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap S.
aureus dan Methycillin Resistant S. aureus (MRSA) menggunakan metode difusi.
Aktivitas antibakteri juga pernah diteliti menggunakan metode dilusi oleh Kedzia
et al. (2013) yang menunjukkan bahwa ekstrak etanolik 30% dapat menghambat
bakteri S. aureus.
Penelitian terhadap analisis kualitatif kandungan kimia yang terdapat pada
bagian akar dan daun dari pegagan menggunakan kromatografi lapis tipis juga
pernah dilakukan oleh Biradar dan Rachetti (2013) di mana bagian akar dan daun
pegagan diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol absolut
selama 72 jam. Ekstrak dianalisis menggunakan kromatografi lapis tipis dengan
berbagai sistem fase gerak yaitu metanol : amonium hidroksida (17:3 v/v),
kloroform : metanol (18:2 v/v), kloroform : asam asetat glasial : metanol : air
(6:2:2:1 v/v), benzena : etil asetat (1:1 v/v).
Dari penelitian yang sudah ada, sejauh studi pustaka yang telah terkumpul
perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada pengumpulan
bahan yang diteliti di mana simplisia tanaman pegagan didapat dari B2P2TOOT.
Ekstrak yang digunakan yaitu ekstrak etanolik 90% v/v belum pernah ada
penelitian yang melakukan uji aktivitasnya. Selain itu, belum pernah dilakukan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
penelitian menggunakan kromatografi lapis tipis dengan fase gerak kloroform :
metanol (95:5 v/v) untuk melakukan skrining senyawa aktif antioksidan, UV
proteksi dan antibakteri. Pada daun pegagan juga belum pernah ada yang
melakukan menggunakan metode metode penghambat pemutihan (inhibition of
bleaching of 𝛽-caroten) untuk menguji aktivitas UV protection. Selain itu, belum
pernah dilakukan skrining senyawa aktif antibakteri ekstrak etanolik daun
pegagan menggunakan metode bioautografi. Isolasi senyawa aktif pada ekstrak
etanol 90% menggunakan kromatografi kolom dengan cara step gradient
chromatography dan menguji aktivitas penangkap radikal bebas menggunakan
metode DPPH, UV protection menggunakan metode inhibition of bleaching of 𝛽caroten, antibakteri menggunakan metode disc diffusion, dan menguji golongan
senyawa isolat aktif yang didapat secara kualitatif belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi senyawa
aktif pada ekstrak daun pegagan yang mampu memberikan aktivitas penangkap
radikal bebas, UV protection, dan antibakteri. Informasi hasil penelitian
diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di Bidang Farmasi terkait
penggunaan kosmetik tradisional.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu membuktikan keefektifitasan
tanaman pegagan sehingga dapat meningkatkan pemanfaatannya sebagai bahan
kosmetik tradisional yang berkualitas.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui aktivitas dan golongan
senyawa aktif penangkap radikal bebas, UV protection, dan antibakteri yang
terdapat pada ekstrak etanolik daun pegagan sehingga dapat dibuktikan
khasiatnya sebagai bahan kosmetik.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
a.
Mengetahui golongan senyawa isolat aktif dari ekstrak etanolik daun
pegagan dalam menghambat aktivitas radikal bebas DPPH.
b.
Mengetahui golongan senyawa isolat aktif dari ekstrak etanolik daun
pegagan yang dapat melindungi β-karoten dan menghambat efek paparan
sinar UV.
c.
Mengetahui golongan senyawa isolat aktif dari ekstrak etanolik daun
pegagan yang dalam menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus aureus
dan Eschericia coli.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
1. Klasifikasi tanaman menurut United States Departement of Agriculture :
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Superdivision
: Spermatophyta
Division
: Mangnoliophyta
Class
: Dicotyledoneae
Subclass
: Rosidae
Ordo
: Apiales
Family
: Apiaceae
Genus
: Centella
Species
: Centella asiatica (L.). Urb.
Nama Indonesia : Pegagan
2. Uraian tanaman
Pegagan yang biasa disebut kaki kuda merupakan herba tahunan tanpa
batang dan memiliki stolon – stolon yang melata dengan daun tunggal tersusun
dalam roset yang terdiri dari dua sampai sepuluh daun, kadang-kadang agak
7
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
berambut. Panjang tangkai daun mencapai 50 mm, helai daun berbentuk ginjal,
lebar dan bundar dengan garis tengah 1-7 cm, dan tepi daun beringgit (Depkes RI,
2009).
Pegagan banyak hidup di daerah tropis, sub-tropis, dan dapat
berkembang subur di daerah lembab seperti daerah berawa di India, Sri Lanka,
Madagaskar, Afrika, Australia, China, Indonesia, Malaysia, Australia, Afrika
Selatan dan Tengah (James dan Dubery, 2009).
3. Kandungan kimia
Ekstrak tanaman pegagan memiliki aktivitas biologis, khususnya
penyembuhan luka yang berhubungan dengan antimikroba, antiinflamasi,
antioksidan, dan imunostimulan. Aktivitas tersebut ditimbulkan dengan adanya
respon dari derivat triterpenoid yaitu asam asiatat dan asiatikosida, fenolik,
flavonoid, dan minyak atsiri (Kedzia, et. al., 2007). Ekstrak etanolik 50% tanaman
pegagan mengandung polifenolik 45 μg/mg ekstrak, flavonoid 14,6 μg/mg
ekstrak, β-karoten 0,7 μg/mg ekstrak, tanin 59,7 μg/mg ekstrak, Vitamin C 9,5
μg/mg ekstrak (Rahman, 2013).
Komposisi terpenting yang diisolasi dari tanaman pegagan adalah
centelloida yang merupakan saponin triterpenoid pentasilklik. Komponen penting
lainnya yang memiliki aktivitas farmakologis adalah centelosida, seperti ;
asiatikosida, madekosida, asam asiatat dan asam madekasat. Centelosida lainnya
yang terdapat dalam tanaman pegagan adalah asam triterpenat, seperti ; asam
brahmat, asam madasiatat, asam termolat, dan asam centellat yang sama baiknya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
dalam bentuk glikosidanya yaitu brahminosida, madasiatikosida dan centellosida
(Bylka, et. al., 2013).
Aktivitas antibakteri dalam tanaman pegagan karena adanya kandungan
saponin triterpenoid pentasiklik, terutama asam asiatat dan asam madekasat
(James dan Dubery, 2009). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kedzia
(2013), pada ekstrak etanolik 30% memiliki aktivitas antibakterial yang paling
baik jika dibandingkan dengan ekstrak etanolik 60% dengan menunjukkan hasil
MIC dari ekstrak etanolik 30%, yaitu 1000 μg/mL dan MIC dari ekstrak etanolik
60%, yaitu >1000 μg/mL.
B. Polifenolik
Polifenolik adalah suatu metabolit sekunder yang ada pada tanaman.
Karakteristik struktur dari polifenolik sendiri adalah memiliki satu atau lebih dari
enam karbon dengan cincin aromatik dan terdapat dua atau lebih gugus fenolik
yaitu gugus hidroksil yang langsung berikatan dengan cincin aromatik. Polifenolik
yang terdapat pada tanaman memiliki fungsi yang berbeda – beda yaitu sebagai
pemberi warna pada bagian bunga, daun, dan buah, juga berfungsi sebagai
antimikrobial, anti jamur, melindungi dari kerusakan akibat radiasi UV, dan
sebagai antioksidan (Stevenson dan Hurst, 2007).
C. Flavonoid
Flavonoid adalah suatu senyawa produk dari cinnamoil-CoA yang
mengalami perpanjangan menggunkan tiga molekul malonil-CoA. Derivat dari
flavonoid yang memiliki enam cincin heterosiklik dan terdapat gugus fenol dan
gugus keton merupakan bentuk dari suatu flavonon. Flavonon dapat dibagi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
berdasarkan skeleton yang menyusunnya yaitu flavon, flavonol, antisianidin, dan
katekin. Flavonoid sangat bermanfaat untuk antioksidan di mana dengan adanya
gugus fenolik aktivitas antioksidan dapat merusak radikal bebas (Dewick, 2002).
D. Triterpenoid
Terpen merupakan metabolit sekunder yang jumlahnya pada tanaman
paling besar. Terpen dapat dibiosintesis dari unit isoprene yang memiliki struktur
siklik dan diklasifikasikan berdasarkan jumlah unit isoprene C 5 penyusunnya,
yaitu monoterpen (C10), sesquiterpen (C15), diterpen (C20), sesterpen (C25),
triterpen (C30), karotenoid (C40), dan politerpen yang memiliki unit isopren yang
sangat panjang. Pada tanaman pegagan terdapat banyak saponin triterpen
pentasiklik yang disintesis melalui jalur isoprenoid. Saponin triterpenoid yang
terkandung dalam pegagan memiliki kontribusi terhadap aktivitas biologis dari
tanaman tersebut sebagai antibakterial (James dan Dubery, 2009).
E. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan suatu senyawa
berdasarkan distribusi zat dalam pelarut yang digunakan. Ekstraksi secara umum
dilakukan menggunakan dua pelarut yang berbeda di mana kelarutan zat pada
pelarut kedua lebih besar daripada pelarut pertama (Dirjen POM, 1996).
1. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi
akan terdesak keluar dan digantikan oleh cairan penyari dengan konsentrasi
rendah melalui proses difusi. Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama
proses maserasi berlangsung dilakukan pengadukan dan penggantian cairan
penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan
(Sudjadi, 1986).
2. Triturasi
Triturasi merupakan salah satu teknik pemurnian yang digunakan pada
sampel dengan berat kurang dari 500 mg bertujuan untuk menghilangkan sampel
dari keadaan bergetah dan pengotor bersifat non polar. Untuk menghilangkan
getah maka dapat dilakukan dengan cara ditumbuk. Untuk menghilangkan
pengotor yang bersifat non polar maka dapat dilakukan dengan melarutkannya
menggunakan pelarut non polar, seperti ; n-heksana, n-pentana, dietil eter (Zala, et
al., 2012).
F. Kromatografi
Kromatografi merupakan salah satu teknik pemisahan menggunakan fase
diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). Teknik kromatografi ini
telah berkembang dan digunakan untuk memisahkan dan mengkuantifikasi
berbagai macam komponen kompleks (Gandjar dan Rohman, 2007).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
1. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan bentuk kromatografi planar
di mana fase diamnya berupa lapisan yang seragam pada permukaan bidang datar
yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Fase diam
yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter
partikel antara 10-30 μm. Semakin kecil ukuran rata–rata partikel fase diam dan
semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam
hal efisiensi dan resolusinya. Fase gerak pada KLT yang disebut sebagai pelarut
pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada
pengembangan secara menaik (ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada
pengembangan secara menurun (descending). Sistem yang paling sederhana ialah
campuran dua pelarut organik, karena daya elusi campuran kedua pelarut dapat
mudah diatur sedemikian rupa sehingga didapatkan pemisahan yang optimal
(Gandjar dan Rohman, 2007).
KLT pada umumnya digunakan untuk analisis kualitatif dengan cara
membandingkan nilai Rf solut dengan nilai Rf senyawa baku. Nilai retardasi
factor (Rf) dapat menggambarkan pemisahan yang terjadi pada kromatografi
planar. Nilai Rf dapat dihitung menggunakan perbandingan melalui persamaan :
π½π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘˜ π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘–π‘‘π‘’π‘šπ‘π‘’ 𝑕 π‘ π‘œπ‘™π‘’π‘‘
Nilai Rf = π½π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘˜
π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘–π‘‘π‘’π‘šπ‘π‘’ 𝑕 π‘“π‘Žπ‘ π‘’ π‘”π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘˜
Untuk dapat memaksimalkan pemisahan yang terjadi, pada sistem fase
gerak yang dipilih dapat diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan nilai Rf
antara 0,2-0,8 (Gandjar dan Rohman, 2007).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
2. Kromatografi kolom
Kromatografi kolom secara umum digunakan sebagai salah satu teknik
pemurnian dengan tujuan untuk dapat mengisolasi suatu komponen dari suatu
campuran. Step gradient elution merupakan perubahan komposisi fase gerak pada
umumnya digunakan dalam analisis kromatografi cair untuk mempersingkat
durasi analisis. Perubahan ini memungkinkan untuk beralih langsung dari fase
gerak pertama menjadi fase gerak kedua dengan perbedaan kekuatan elusi atau
polaritas secara bertahap (Wu, Liang, dan Berthod, 2013).
G. Antioksidan dan Uji Aktivitas Penangkap Radikal Bebas
1. Radikal bebas
Radikal bebas adalah molekul atau bagian molekul yang tidak utuh lagi
dan bersifat tidak stabil karena kehilangan satu elektron sehingga untuk
memperoleh pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif dan merusak jaringan.
Oksigen merupakan salah satu molekul yang sangat reaktif, dan oksidasi dari
protein dan lemak akan menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas diperburuk
dengan adanya pengaruh dari lingkungan, seperti ; asap kendaraan dan paparan
sinar UV. Stres oksidatif adalah kondisi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara produksi oksigen reaktif dengan kemampuan sistem biologi tubuh manusia
untuk mendetoksifikasinya atau segera memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan.
Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan komponen sel–sel, termasuk
protein, lipid, dan DNA. Untuk melindungi dari kerusakan akibat radikal bebas
maka dibutuhkan suatu antioksidan untuk dapat menetralkan radikal bebas
sehingga tidak memperburuk kerusakan jaringan (Tambayong, 2000).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
2. Antioksidan
Antioksidan dapat terkandung dalam vitamin, mineral, dan bioflavonoida
alamiah yang dapat berguna dalam menetralkan radikal bebas. Antioksidan ini
bekerja dengan cara mendonorkan atom hidrogen pada radikal hidroksi
membentuk molekul air yang tidak berbahaya (Youngson, 2003).
Pada tubuh manusia, memliki suatu jaringan pelindung yang terdiri dari
antioksidan alamiah yang mudah dioksidasi (menyerahkan elektron) sehingga
dapat menetralkan adanya radikal bebas. Antioksidan yang terpenting adalah
vitamin A, C, dan E, serta enzim-enzim alamiah glutathionperoxydase (GPx),
superoxide-dismutase (SOD) dan katalase. Adanya kandungan antioksidan pada
senyawa bioflavon terbukti dapat berkhasiat sebagai antitumor, antilipidermia,
anti-arterosklerosis (Tjay, 2007).
Berbagai macam model in vitro kimia telah dikembangkan untuk menilai
kemampuan untuk mencegah kerusakan oksidatif, di antaranya tes kimia
mengukur kapasitas radikal menggunakan metode DPPH. Menurut Molyneux
(2004), dasar dari metode DPPH adalah adanya pereduksian warna. DPPH adalah
suatu radikal bebas yang bila dicampurkan dengan suatu senyawa yang dapat
mendonorkan atom hidrogren sehingga membentuk senyawa tereduksi dan
kehilangan warna violet. Reaksi yang terjadi, radikal bebas DPPH disimbolkan
sebagai Z* dan senyawa pendonor atom hidrogen disimbolkan sebagai AH :
Z* + AH → ZH + A*
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
Gambar 1. Senyawa radikal bebas DPPH (1) dan Senyawa DPPH non radikal (2)
H. UV Protection dan Uji Aktivitas UV Protection
Sinar matahari sangat diperlukan oleh makhluk hidup sebagai sumber
energi, pertumbuhan, dan kesehatan tubuh, akan tetapi disamping manfaat yang
didapatkan sinar matahari juga mengandung sinar ultraviolet yang sangat
berbahaya terutama bagi kesehatan kulit. Sinar ultraviolet ini dapat menimbulkan
berbagai kelainan pada kulit mulai dari kemerahan, noda hitam, penuaan dini,
kekeringan, keriput, sampai kanker kulit. Sinar ultraviolet sendiri terdiri dari sinar
UV-A (320-3800nm), sinar UV-B (290-320nm), sinar UV-C (200-290nm). Sinar
UV-C memiliki energi dan daya perusak yang sangat tinggi, tapi untungnya sinar
ini tidak dapat menembus lapisan ozon bumi. Walaupun demikian, kulit manusia
tetap memerlukan perlindungan dari paparan radiasi sinar ultraviolet saat sedang
melakukan kegiatan pada siang hari. Kulit secara alami dapat melindungi diri dari
bahaya sinar UV matahari melalui reaksi melanin, tetapi jika pembentukan
melanin tersebut berlebihan dan terus menerus maka dapat menimbulkan noda
hitam pada kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
Fotoproteksi dapat dicapai dengan menghindari sinar matahari,
berpakaian dan penggunaan tabir surya yang mengandung organik dan anorganik
UV filter. Penggunaan tabir surya secara teratur dapat mengurangi efek berbahaya
yang disebabkan oleh paparan jangka panjang terhadap radiasi UVB dan UVA
(Osterwalder, Jung, Seifert, dan Herrling, 2009).
Zat yang aktif sebagai sunscreen dimaksudkan dapat menyerap
setidaknya 85% dari radiasi sinar UV-B pada panjang gelombang 290-320 nm dan
sinar UV-A pada panjang gelombang 320-400 nm. Zat aktif sunscreen yang
banyak digunakan merupakan bahan anargonik yaitu titan dioksida dan zinc
oksida dengan mekanisme kerja merefleksikan sinar ultraviolet (Farage, 2010).
Agen tabir surya secara pengaplikasiaanya dapat dibedakan menjadi
topikal dan sistemik. Salah satu agen tabir surya yang diaplikasikan secara
sistemik adalah β-karoten (Fonseca dan Rafaela, 2013). β-karoten merupakan
karotenoid
yang
banyak
didapatkan
dari
buah-buahan
dan
sayuran.
Mengkonsumsi suplemen mengandung β-karoten atau makanan yang banyak
mengandung karotenoid dapat melindungi dari paparan sinar UV yang dapat
mengakibatkan eritema pada kulit (Heinrich, et al.,2002). Karotenoid efisien
dalam aktivitas fotoproteksi, menangkap oksigen singlet dan radikal peroksil.
Mengkonsumsi karotenoid efisien untuk fotoproteksi secara sistemik karena
mengurangi sensitifitas yang dapat menginduksi eritema akibat sinar UV (Sies
dan Stahl, 2004).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
Aktivitas UV Protection dapat diuji menggunkan metode inhibition of
bleaching of 𝛽-caroten di mana KLT ekstrak uji yang sudah kering disemprot
menggunakan larutan 0,05% β-karoten dalam kloroform kemudian dipaparkan
pada sinar UV 366 nm. Senyawa aktif berwarna kuning-orange dengan
background pelat berwarna putih, menunjukkan bahwa senyawa tersebut dapat
melindungi β-karoten yang sensitif terhadap cahaya (Marston,2011).
I. Antibakteri
Bakteri merupakan sumber penyebab penyakit yang banyak terjadi.
Bakteri secara global dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu bakteri Gram
positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang
lebih sederhana. Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri Gram
positif yang termasuk dalam family Micrococcaceae. Bakteri S. aureus dapat
menyebabkan infeksi pada manusia terutama infeksi yang terjadi pada kulit.
Escherichia coli yang termasuk dalam family Enterobacteriaceae merupakan salah
satu bakteri Gram negatif. Bakteri Gram negatif memiliki membran luar yang
tersusun dari liposakarida-endotoksi yang menyebabkan toksisitas. Bakteri E. coli
dapat menyebabkan infeksi pada manusia terutama menyerang sistem pencernaan
(Campbell, Reece, dan Mitchell, 2003).
Antibakteri merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat dari
pertumbuhan suatu bakteri. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibakteri
dibedakan menjadi :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
1. Zat bakterisida, merupakan suatu senyawa di mana pada dosis kecil dapat
mematikan mikroba.
2. Zat bakteriostatis, merupakan suatu senyawa di mana pada dosis kecil dapat
menghentikan
pertumbuhan
dan
menghambat
perbanyakan
mikroba
(Tjay,2007).
Aktivitas antibakteri dibuktikan melalui pengujian untuk mengatahui
kemampuan suatu senyawa dalam mengahambat atau membunuh bakteri. Metode
yang dapat digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri dibedakan menjadi
dua, yaitu metode difusi dan metode dilusi. Metode difusi digunakan untuk
mengukur potensi antibakteri berdasarkan luas zona jernih yang terbentuk
disekitar tempat penginokulasian obat karena terdifusinya obat (Jawetz, Melnick,
Brooks, dan Adelberg, 2005).
Metode difusi dapat dilakukan dengan berbagai cara.
1. Bioautografi
Uji bioautografi sering dilakukan untuk skrining senyawa yang aktif
sebagai antibakteri. Bioautografi merupakan suatu metode kromatografi lapis tipis
di mana komponen aktif dipisahkan menggunakan pelat kromatografi yang
kemudian pelat tersebut diinkubasi pada media agar yang sudah berisi bakteri uji.
Hasil yang dapat memberikan zona jernih dari media agar mengekspresikan
aktivitas suatu senyawa yang sudah terpisah pada pelat KLT (Purkayastha dan
Dahiya, 2012).
Metode bioautografi dalam pelaksanaannya dapat dibagi menjadi ;
bioautografi langsung, bioautografi immersion, dan bioautografi kontak. Pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
metode bioutografi kontak, pelat KLT diletakkan pada media agar yang sudah
diinolukasikan bakteri uji selama beberapa menit atau jam untuk senyawa dapat
berdifusi. Kemudian, pelat KLT diambil dan media agar diinkubasi. Hasil positif
ditunjukkan dengan adanya zona hambat pada tempat senyawa aktif antibakteri
sesuai dengan kontak pelat KLT pada media agar (Choma dan Gerzelak, 2011).
2. Disc Diffusion
Metode cakram kertas (Disc diffusion) merupakan salah satu metode
difusi lainnya yang dapat menggambarkan potensi antibakteri karena adanya
difusi obat sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil uji
menggunakan disc diffusion terlihat dengan terbentuknya zona jernih dan
pengukuran dilakukan dengan menghitung rata–rata dari zona jernih yang
dihasilkan (Hermawan, Eliyani, dan Tyasningsih, 2007).
J. Landasan Teori
Kosmetik merupakan suatu kebutuhan yang wajib digunakan oleh
manusia dengan tujuan mempercantik, merawat, maupun melindungi kulit dari
debu, polusi, dan paparan sinar matahari. Sekarang ini, masyarakat mulai kembali
menggunakan kosmetik tradisional karena penggunaannya yang relatif lebih aman
daripada kosmetik bahan kimia.
Tanaman pegagan (C. asiatica) dari suku Apiaceae disebut juga tanaman
kaki kuda biasa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyembuhan luka dengan
aktivitas sebagai antimikroba, antiinflamasi, antioksidan, dan imunostimulan.
Tanaman pegagan memiliki kandungan kimia, yaitu senyawa triterpenoid,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
polifenolik, flavonoid yang dapat memberikan aktivitas farmakologis. Seiring
dengan berkembangnya kosmetik tradisional, semakin banyak pula kosmetik yang
beredar di pasaran dengan komposisi bahan herbal salah saatunya adalah masker
wajah ekstrak daun pegagan yang diklaim dapat memperhalus kulit wajah dan
sebagai masker merawat kulit wajah yang berjerawat.
Aktivitas antioksidan, UV protection, dan antibakteri dilakukan untuk
menguji kandungan senyawa apa yang berperan aktif dalam memberikan aktivitas
tersebut dalam ektstrak etanolik daun pegagan, dengan demikian untuk
mengetahui
kandungan
senyawa
dilakukan
pengecekan
menggunakan
kromatografi lapis tipis sehingga senyawa bioaktif dapat terpisah menjadi
beberapa komponen berdasarkan sifat polaritasnya.
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat tentang manfaat tanaman pegagan terutama bagian daunnya
terkait aktivitasnya sebagai penangkap radikal bebas, UV protection, dan
antibakteri.
K. Hipotesis
Daun pegagan mengandung senyawa kimia terpenoid, flavonoid, fenolik,
dan minyak atsiri yang dapat memberikan aktivitas penangkap radikal bebas, UV
protection, dan antibakteri.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksploratif. Penelitian dilakukan
di Laboratorium Farmakognogsi-Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia kering daun
pegagan sebanyak 1 kg yang didapatkan dari Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan
Tanaman
Obat
dan
Obat
Tradisional
(B2P2TOOT)
Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Bahan kimia yang digunakan berupa
bahan kualitas pro analitik Sigma hem. Co., USA yaitu DPPH dan β-karoten.
Pelarut kualitias pro analitik dari Merck, yaitu kloroform, etanol, metanol, nheksana, etil asetat, asam formiat, dan asam asetat glasial. TLC silica gel 60 F254
dan silica gel 60 (0,040-0,063) dari Merck. Bahan kualitas teknis dari Brataco
Chemica yaitu ethanol 96% v/v ethanol 96% v/v antiseptik, dan aquadest. Kultur
bakteri uji S. aureus, E. coli, media pertumbuhan bakteri berupa Mueller Hinton
Agar (MHA) dari Merck didapat dari Laboratorium Balai Kesehatan Yogyakarta.
Media pertumbuhan bakteri Trypticasein Soy Broth (TSB) dan Oxoide Agar dari
PT. Agarindo Biological Company, Indonesia. Antibiotik yaitu Amoxicilin dari
PT. Indofarma.
21
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
2. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah vortex (Junke & Kunkel),
rotary vacuum evaporator (Buchi Labortechnik AG CH-9230), waterbath
(Memmert), mikropipet 10-1000 μL; 1-10 mL (Acura 825, Socorex), timbangan
analitik digital (Scaltec SBC 22, BP 160P), autoclave (YX – 400Z), oven (WTE
binder), cawan petri, cawan porselin, sendok, bunsen, jarum ose, tabung kaca,
mikrotube, pipa kapiler (Brand), corong, kain mori, kertas saring no. 41
(Whatman), tabung reaksi bertutup dan alat-alat gelas yang lazim digunakan di
laboratorium analisis (Pyrex-Germany dan Iwaki).
C. Tata Cara Penelitian
1. Alur pengerjaan penelitian
Pembelian bahan
Pembuatan serbuk simplisia
Ekstraksi
ο‚· Maserasi menggunakan etanol 90% v/v
ο‚· evaporasi
Susut pengeringan serbuk
simplisia
Susut pengeringan ekstrak
kental
Ekstrak kental
Isolasi senyawa aktif
Uji kualitatif aktivitas
Uji aktivitas
penangkap radikal
bebas menggunakan
metode DPPH
Uji aktivitas UV
protection metode
inhibition of bleaching
of β-caroten
Uji aktivitas antibakteri
menggunakan metode
bioautografi
Uji kualitatif aktivitas pada isolat
Uji aktivitas
penangkap radikal
bebas menggunakan
metode DPPH
Uji aktivitas UV
protection metode
inhibition of bleaching
of β-caroten
Uji aktivitas antibakteri
menggunakan metode
bioautografi
Gambar 2. Bagan alur pengerjaan penelitian
Identifikasi golongan
senyawa aktif isolat
secara kualitatif
menggunakan reagen
semprot
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
2. Penyiapan simplisia
Bahan penelitian yang digunakan yaitu bagian daun pegagan yang
sudah kering sebanyak 1 kg yang didapatkan dari B2P2TOOT dan sudah
dideterminasi. Simplisia kering disortasi kering untuk menghilangkan pengotor
yang ada, kemudian dihaluskan kasar menggunakan blender.
3. Perhitungan susut pengeringan simplisia
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g menggunakan cawan petri.
cawan petri yang berisi serbuk simplisia ditimbang sebagai berat pada waktu 0
menit. Panaskan menggunakan oven dengan suhu 105℃ tiap 30 menit
kemudian didiamkan pada desikator selama 10 menit dilakukan sampai
memperoleh bobot tetap. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali.
4. Ekstraksi
Serbuk simplisia yang akan diekstraksi ditimbang sebanyak 50 g
kemudian, dimasukkan dalam erlenmeyer yang sudah berisi etanol 90% v/v
dengan perbandingan 1:3 atau sampai semua serbuk terendam sempurna
dengan etanol setinggi 2 cm. Tutup erlenmeyer menggunakan aluminium foil,
kemudian
dilakukan
ekstraksi
dengan
penggojogan
yang
konstan
menggunakan maserator selama 24 jam. Setelah 24 jam, dilakukan
penyaringan menggunakan kain mori. Ampas yang tersisa, dimaserasi kembali
dengan perlakuan yang sama. Kedua filtrat yang didapat dicampur dan saring
menggunakan kertas saring yang akan dilanjutkan dengan pemekatan ekstrak
menggunakan evaporator bersuhu 60℃.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
5. Susut pengeringan ekstrak
Ekstrak kental ditimbang sebanyak 1 g menggunakan cawan petri
yang sudah ditimbang berat kosongnya. Cawan petri yang berisi ekstrak kental
ditimbang sebagai berat pada waktu 0 menit. Panaskan menggunakan oven
dengan suhu 105℃ tiap 30 menit kemudian didiamkan pada desikator selama
10 menit dilakukan sampai memperoleh bobot tetap. Replikasi dilakukan
sebanyak tiga kali.
6. Uji kualitatif golongan senyawa
a. Optimasi fase gerak
Berbagai macam fase gerak dibuat dengan perbandingan :
1) n-heksana : etil asetat (2:3 v/v)
2) kloroform : metanol (7:3 v/v)
3) kloroform : metanol (9:1 v/v)
4) kloroform : metanol (95:5 v/v)
5) etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air (100:11:11:20 v/v)
Larutan ekstrak dibuat dengan konsentrasi 5 mg/mL dari ekstrak kental dan
pastikan ekstrak telah larut sempurna. Larutan ekstrak tersebut ditotolkan
pada sebuah pelat KLT dengan jarak elusi 5 cm. Pelat KLT dimasukkan ke
dalam chamber fase gerak yang sudah dijenuhkan menggunakan kertas
saring. Pelat KLT dibuat sejumlah fase gerak yang akan dioptimasi. Nilai Rf
tiap spot senyawa yang muncul dihitung.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
b. Uji kualitatif golongan senyawa
Enam buah pelat KLT yang sudah dielusi dibiarkan beberapa saat
untuk menghilangkan pelarut fase gerak yang masih tersisa pada pelat KLT.
Satu buah pelat KLT dilihat dibawah lampu UV 254 nm dan 360 nm beri
tanda pada spot pemisahan yang meredam atau berpendar. Lima buah pelat
disemprotkan pelat KLT tersebut dengan reagen semprot :
1) AlCl3
4) Vanilin-asam sulfat
2) FeCl3
5) Sitroborat
3) Dragendroff
Nilai Rf tiap spot senyawa yang muncul dihitung.
7. Uji kualitatif aktivitas penangkap radikal bebas ekstrak dan isolat
Pelat KLT disiapkan untuk pengujian, totolkan larutan ekstrak
konsentrasi 5 mg/mL dan isolat konsentrasi 1 mg/mL (ditotolkan hingga
mendapatkan mass loading 10 μg, 20 μg, dan 30 μg), kemudian dielusikan
pada fase gerak yang sudah dipilih paling optimal. Satu buah pelat untuk
kontrol dan satu buah untuk disemprotkan menggunakan larutan DPPH
0,25mg/10mL metanol. Hitung nilai Rf pada spot pemisahan yang dapat
menghambat DPPH dengan memberikan warna ungu yang memudar hingga
kekuningan.
8. Optimasi ketinggian lampu UV dan waktu perlakuan
Pada rangkaian alat lampu UV dibuat untuk dapat digerakan naik
turun sehingga dapat mengoptimasikan jarak lampu UV yang dapat merubah
warna larutan 𝛽-karoten dan masih dapat terukur dengan jarak 100 cm dari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
dasar, 50 cm dari dasar, dan 35 cm dari dasar. Ditiap perbedaan ketinggian
diukur intensitas cahaya lampu UV dengan alat lightmeter. Ditiap perbedaan
ketinggian, pelat KLT yang sudah dicelupkan ke dalam larutan 𝛽-karoten dan
dimasukkan ke dalam rangkaian alat dengan lampu UV yang menyala. Diukur
perubahan warnanya menggunakan indikator warna tiap menit hingga 15
menit. Perubahan warna setiap diamati tiap 0, 1, 3, 6, 9, 12, dan 15 menit.
9. Uji kualitatif aktivitas UV protection ekstrak dan isolat
Enam buah pelat KLT disiapkan, satu buah pelat untuk kontrol, lima
buah pelat untuk perlakuan tiga kali replikasi pada ekstrak dan dua buah pelat
untuk pengujian isolat yang tidak dilakukan replikasi. Larutan ekstrak
ditotolkan dengan konsentrasi 5 mg/mL dan isolat konsentrasi 1 mg/mL
(ditotolkan hingga mendapatkan mass loading 10 μg, 20 μg, dan 30 μg),
kemudian elusikan pada fase gerak yang paling optimal. Larutan 𝛽-karoten
0,5mg/mL disiapkan dengan melarutkan 𝛽-karoten dalam kloroform. Lampu
UV disiapkan dengan ketinggian optimal dan ukur intensitas cahaya yang
dikeluarkan oleh lampu UV menggunakan lightmeter. Pelat KLT dicelupkan
satu per satu kedalam larutan 𝛽-karoten dan dimasukkan pada rangkaian alat
lampu UV selama 0, 1, 3, 6, 9, dan 12 menit tiap hitungan waktu dilihat
perubahan warna yang terjadi menggunakan indikator skala warna. Nilai Rf
pada spot pemisahan yang dapat mempertahankan warna orange kekuningan
dihitung.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
10. Uji kualitatif aktivitas antibakteri
Seluruh pekerjaan dilakukan secara aseptis menggunakan bunsen dan
alkohol antiseptik.
a. Pembuatan media pertumbuhan
1) Media padat
Triptic Soy Broth (TSB) ditimbang sebanyak 6 g dan agar
sebanyak 2,4 g. TSB dilarutkan kedalam aquadest 300 mL sambil
dipanaskan. Tambahakan agar sedikit demi sedikit hingga homogen dan
campuran menjadi bening. Autoklaf selama 15 menit. Selagi masih
panas, tuangkan media pada cawan petri yang sudah disterilisasi.
2) Media cair
TSB ditimbang sebanyak 3 g dan larutkan kedalam erlenmeyer
berisi aquadest 100 mL sambil dipanaskan. Aduk hingga homogen
kemudian autoklaf selama 15 menit. Selagi panas pindahkan ke dalam
tabung reaksi bertutup.
b. Pengawetan bakteri
Koloni bakteri S. aureus dan E. coli yang masih segar dicuplik
sebanyak satu goresan ose. Pindahkan kedalam tabung reaksi yang berisi
media cair. Lakukan lagi hingga bakteri tidak tersisa. Inkubasi selama 24
jam pada inkubator suhu 37℃. Setelah diinkubasi, tabung reaksii yang berisi
pertumbuhan bakteri divortex hingga homogen. 1000 μL kultur bakteri
diambil dan dimasukkan ke dalam tabung eppendrof kemudian dimasukan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
gliserol 50 μL, lakukan hingga habis kemudian ditutup rapat. Kultur bakteri
diinkubasi dalam inkubator selama 1 jam kemudian disimpan di freezer.
c. Pembuatan kultur bakteri uji
Satu tabung eppendrof berisi bakteri S. aureus dan satu tabung
berisi bakteri E. coli disiapkan. Pada tabung reaksi yang berisi cairan
fisiologis 0,9% sebanyak 10 mL ditambahkan koloni bakteri yang sudah
siap tetes demi tetes hingga sama dengan MacFarland 0,5 yang setara
dengan jumlah bakteri (1,5x108 CFU).
d. Perlakuan uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak menggunakan
metode bioautografi
Pada
cawan
petri
yang
berisi
media
padat,
digoreskan
menggunakan cottonbud steril yang sudah dimasukkan dalam larutan
bakteri uji yang sudah disiapkan secara merata keseluruh bagian.
Tiga buah pelat KLT disiapkan dengan lebar 1 cm. dengan larutan
ekstrak 5mg/mL ditotolkan sebanyak 15 μL, 20 μL, 30 μL. Kemudian elusi
menggunakan fase gerak yang optimal. Tunggu 30 menit untuk
menghilangkan sisa pelarut fase gerak yang digunakan.
Setelah semua siap, pelat KLT ditempelkan perlahan pada media
padat dalam cawan petri yang sudah ditumbuhi bakteri. Setelah 45 menit,
pelat KLT diambil, dan media padat diinkubasi selama 18 jam. Hasil positif
adalah munculnya zona jernih pada spot pemisahan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
e. Uji kualitatif aktivitas antibakteri isolat menggunakan metode disc
diffusion
Larutan isolat disiapkan dengan konsentrasi 1mg/mL. Diambil
larutan isolat sebanyak 50 μL, 75 μL, dan 100 μL kemudian kering uapkan
larutan tersebut pada paper disc blank. Media Muller Hilton yang sudah
memadat diinokulasikan bakteri S. aureus dengan teknik streak hingga
merata, kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit. Paper disc
isolat yang sudah siap diinokulasikan pada media yang sudah ditumbuhi
bakteri dan diinkubasi selama 24 jam. Amati zona jernih yang terbentuk dan
diukur besar diameternya.
11. Isolasi senyawa aktif
a. Triturasi
Ekstrak kental dan seasand ditimbang sebanyak 5 g. Keduanya
dicampurkan dengan cara digerus sambil ditetesi menggunakan metanol
secukupnya untuk mempermudahkan homogenisasi dan diibiarkan satu
malam untuk menghilangkan metanol yang ditambahkan. Campuran
ekstrak dipindahkan ke dalam tube sentrifuge hingga tanda volume 1
kemudian ditambahkan pelarut n-heksana hingga tanda volume 3. Tube
divortex hingga homogen kemudian disentrifuge selama 10 menit.
Supernatant yang terbentuk diambil dan disaring, lalu diuapkan. Endapan
yang tersisa pada tube dikeringkan lalu ditambahkan pelarut yang diganti
dengan kloroform : metanol (95:5 v/v), dan dilanjutkan dengan pelarut
kloroform: metanol (9:1 v/v).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
b. Kromatografi kolom
Fraksi ekstrak dari hasil triturasi menggunakan pelarut kloroform :
metanol (95:5 v/v) dicampurkan dengan serbuk silika gel masing-masing
sebanyak 300 mg kemudian digerus hingga homogen. Packing kolom yang
digunakan dengan urutan susunan : kapas, silika gel setinggi 2 cm, ekstrak
setinggi 0,5 cm, silika gel setinggi 1 cm, dan tutup dengan kapas.
Masukkan eluen secara bergradien menggunakan pelarut yang sesuai yaitu
10 mL n-heksana : kloroform (20:80 v/v), 10 mL n-heksana : kloroform
(10:90 v/v), dan 20 mL kloroform, kemudian ditampung setiap 2 mL ke
dalam tabung kaca. Isolat dipastikan kemurniannya menggunakan
kromatografi lapis tipis. Isolat yang memiliki pola pemisahan yang sama
digabungkan menjadi satu isolat, diuapkan, dan dihitung rendemen yang
didapat. Isolat yang sudah kering, dipindahkan kedalam eppendrof
sehingga terdapat 1 mg tiap eppendrof.
12. Alur pengerjaan isolasi senyawa aktif
Ekstrak kental
Triturasi
Fraksi heksan
Fraksi CHCl3:MeOH
(95:5v/v)
Fraksi CHCl3:MeOH
(9:1v/v)
Kromatografi kolom
Isolat 1
Isolat 2
Gambar 3. Bagan alur pengerjaan isolasi senyawa aktif
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang telah dilakukan ini secara umum bertujuan untuk
mengetahui aktivitas penangkap radikal bebas DPPH, UV protection, dan
antibakteri pada ekstrak etanolik daun pegagan (C. asiatica). Selain itu, untuk
mempertegas aktivitas yang dimiliki maka penelitian ini bertujuan untuk
melakukan isolasi senyawa aktif dan mengetahui golongan senyawa aktif yang
bertanggungjawab terhadap aktivitas yang diberikan dalam ekstrak etanolik daun
pegagan.
A. Penyiapan Bahan, Penyerbukan dan Susut Pengeringan Serbuk
Simplisia Daun Pegagan
Simplisia kering herba pegagan (C. asiatica) sebanyak 1 kg didapatkan
dari B2P2TOOT, Tawangmangu, Jawa Tengah.
Bahan yang digunakan untuk penelitian merupakan bagian daun dari
tanaman pegagan. Sebelum diproses lebih lanjut, simplisia perlu dilakukan
determinasi yang bertujuan untuk memastikan kebenaran tanaman yang akan
digunakan. Pegagan adalah tanaman dari family Apiaceae yang memiliki ciri-ciri
berupa terna menahun, batang menjalar dengan panjang 0,1-0,8 meter. Tidak
berbatang, rizoma pendek, dan salur panjang. Daun dalam roset, jumlah 2-10 per
roset, berbentuk ginjal, tepi beringgit-berigi, panjang 1-7 cm, lebar 1½-9 cm,
panjang tangkai daun 1-50 cm.
31
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Simplisia
kering
herba
pegagan
diperoleh
dari
32
B2P2TOOT,
Tawangmangu, Jawa Tengah dijadikan sebagai bahan penelitian dan sudah
didukung kebenaran dari tanaman dengan adanya determinasi seperti yang
dilampirkan pada Lampiran 3. Simplisia kering yang didapat masih dalam
campuran herba sehingga perlu dilakukan sortasi kering yang bertujuan untuk
menghilangkan bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan seperti akar dan
tangkai daun, sehingga yang didapatkan hanya bagian daunnya saja.
Penyerbukan dilakukan untuk memperkecil permukaan simplisia
sehingga dapat memperbesar luas permukaan dan dapat mempermudah penyarian.
Simplisia diserbuk kasar menggunakan blender dengan tujuan mengurangi
tumbukan pada blender supaya memperkecil kemungkinan kerusakan senyawa
kimia yang terkandung pada daun pegagan.
Standarisasi serbuk simplisia kering yang dilakukan adalah susut
pengeringan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam simplisia.
Menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
nomor
:
661/MENKES/SK/VII/1998 tentang persyaratan obat tradisional, menetapkan
bahwa kadar air serbuk atau simplisia tidak boleh lebih dari 10%. Pelabelan yang
tertera pada kemasan simplisia kering dari B2P2TOOT adalah 8,86%. Hal
tersebut memang sudah memenuhi persyaratan yang berlaku, akan tetapi untuk
memastikan kadar air yang sebenarnya pada saat hendak diproses maka dilakukan
susut pengeringan. Susut pengeringan ini perlu dilakukan untuk memastikan
kandungan air dari simplisia kering yang dapat berubah pada saat proses
penyimpanan. Susut pengeringan dilakukan dengan cara serbuk simplisia kering
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
yang dipanaskan pada suhu 105℃ hingga memperoleh bobot tetap. Pada kondisi
ini, diasumsikan bahwa air yang terkandung dalam simplisia sudah menguap
secara keseluruhan sehingga dapat menggambarkan kandungan air yang ada. Pada
penelitian dilakukan tiga kali replikasi pengukuran sehingga didapatkan rata-rata
susut pengerinngan pada simplisia kering daun pegagan sebesar 9,46% b/b. Dari
hasil susut pengeringan yang diperoleh serbuk simplisia daun pegagan masih
memenuhi persyaratan kadar air yang sudah ditetapkan.
B. Pembuatan Ekstrak Etanolik Daun Pegagan
Bahan penelitian yang digunakan selanjutnya adalah ekstrak etanolik
daun pegagan. Ekstrak etanolik daun pegagan dibuat melalui proses ekstraksi
dengan metode maserasi dan menggunakan etanol 90% v/v sebagai pelarut.
Metode maserasi dipilih untuk preoses ekstraksi dengan tujuan menghindari
adanya perubahan senyawa kimia yang mungkin terjadi karena adanya pemanasan
dapat menyebabkan kerusakan senyawa kimia. Maserasi sendiri merupakan salah
satu cara penyarian dingin yang mudah dilakukan dengan alat dan pengerjaannya
yang sederhana.
Etanol 90% v/v dipilih sebagai pelarut penyari karena etanol merupakan
pelarut universal dengan indeks polaritas 5,2 sehingga dapat menarik berbagai
senyawa kimia. Proses ekstraksi dilakukan dengan menimbang serbuk simplisia
daun pegagan dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang sudah berisi etanol 90%
v/v dengan tujuan supaya partikel serbuk simplisia dapat terbasahi sempurna dan
etanol 90% v/v yang ditambahkan dibuat setinggi ±2cm dari permukaan serbuk
simplisia sehingga dapat terendam dengan sempurna dan dapat tergojog dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
homogen.
Penggojogan
dilakukan
untuk
mempercepat
proses
34
ekstraksi
dibandingkan dengan cara ekstraksi yang hanya direndam saja. Adanya
penggojogan yang berasal dari alat bantu, yaitu shaker akan membuat kontak
serbuk simplisia dengan pelarut diperbesar sehingga memudahkan penarikan
senyawa kimia dari serbuk simplisia.
Maserasi dilakukan selama 24 jam dan dilakukan penyaringan untuk
memisahkan hasil ekstraksi dengan serbuk simplisia. Penyaringan dilakukan
sebanyak dua kali, yang pertama menggunakan kain mori dan yang kedua
menggunakan kertas saring Whatman no 41. Penyaringan menggunakan kain mori
bertujuan untuk mendapatkan hasil ekstrak secara keseluruhan dan membantu
mempercepat proses penyaringan karena serbuk simplisia selanjutnya dilakukan
remaserasi. Penyaringan menggunakan kertas saring Whatman no 41 bertujuan
untuk memisahkan hasil ekstraksi dengan partikel serbuk simplisia yang mungkin
dapat melewati pori-pori pada kain mori.
Remaserasi adalah proses maserasi kembali dari serbuk simplisia yang
sudah dilakukan maserasi sebelumnya. Remaserasi dilakukan selama 24 jam dan
kembali dilakukan penyaringan menggunakan kain mori. Proses remaserasi
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh ekstrak yang lebih banyak karena
pelarut yang sudah jenuh dapat diperbaharui sehingga senyawa kimia yang
tertarik keluar oleh pelarut semakin banyak dan rendemen yang didapatkan
diharapkan akan semakin banyak pula.
Hasil ekstraksi yang sudah disaring dibuat ekstrak kental menggunakan
bantuan alat rotary vaccuum evaporator dengan suhu 60℃. Prinsip kerja dari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
rotary vaccuum evaporator adalah destilasi untuk menghilangkan kandungan
pelarut dengan bantuan pemanasan dan pompa vakum. Pemanasan dilakukan
untuk menguapkan pelarut etanol sehingga dapat memisahkan pelarut dengan
ekstrak kental. Pelarut etanol yang menguap tersebut akan ditarik oleh pompa
vakum sehingga dapat memasuki kondesator sehingga uap tersebut kembali
menjadi titik-titik cairan pelarut.
Ekstrak etanolik akhir yang diperoleh merupakan ekstrak kental daun
pegagan, berwarna hijau tua, berbau khas daun pegagan, dan tidak berasa. Ekstrak
kental dipilih karena mengandung sedikit kadar air sehingga dapat disimpan lebih
lama dan kadar air yang terkandung dalam ekstrak tidak akan mengganggu
penelitian selanjutnya. Kadar air yang tinggi dalam ekstrak dapat merusak
kandungan senyawa aktif melalui proses enzimatik sehingga dapat merubah
komponen dan komposisi senyawa aktif. Berdasarkan Farmakope Herbal Indonesi
(2009), ekstrak kental pegagan merupakan ekstrak yang mengandung air tidak
boleh melebihi 10%. Ekstrak kental kemudian dilakukan pengujian susut
pengeringan untuk memastikan kandungan air yang terdapat dalam ekstrak kental.
Dari hasil pengujian susut pengeringan ekstrak didapatkan rata-rata kandungan air
sebesar 5,71% b/b, hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kental telah memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan. Rendemen ekstrak kental yang didapatkan
adalah sebesar 1,65% b/b.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
Rendemen Ekstrak
Etanolik Kental =
1,65% b/b
Rendemen Fraksi
Heksan =
15,59% b/b
Rendemen Fraksi
Kloroform :
Metanol (95:5 v/v)
= 5,06% b/b
Rendemen Fraksi
Kloroform:Metanol
(9:1 v/v) = 0,41% b/b
Rendemen Isolat
1 = 1,39% b/b
Rendemen Isolat 2
= 0,99% b/b
Gambar 4. Bagan rendemen
C. Optimasi Fase Gerak
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu metode pemisahan
senyawa pada suatu fase diam berdasarkan polaritas senyawa terhadap fase gerak
pembawa. KLT ini bertujuan untuk membantu skrining fitokimia dalam
mengetahui komponen bioaktif apa saja yang terdapat dalam ekstrak etanolik
daun pegagan.
Pada penelitian, pemisahan senyawa bioaktif dilakukan menggunakan
fase diam yaitu pelat aluminium TLC Silica gel 60 F254 karena partikel silika pada
pelat KLT dapat dikontrol keseragamannya sehingga pemisahan yang akan
terbentuk semakin optimal dan efisien. Pemisahan yang optimal pada KLT
ditunjukkan dengan nilai Rf 0,2-0,8, untuk mendapat pemisahan yang baik maka
perlu dilakukan optimasi fase gerak. Optimasi fase gerak dilakukan dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
mencoba menggunakan 5 macam fase gerak, yaitu n-heksana : etil asetat (2:3 v/v)
; kloroform : metanol (7:3 v/v) ; kloroform : metanol (9:1 v/v) ; kloroform :
metanol (95:5 v/v) ; etil asetat:asam formiat:asam asetat glasial:air (100:11:11:20
v/v). Pada Tabel 1, dapat dilihat hasil KLT yang menunjukkan bahwa pada fase
gerak etil asetat:asam formiat:asam asetat glasial:air (100:11:11:20 v/v) dapat
memisahkan senyawa dengan sempurna menjadi 11 spot pemisahan. Akan tetapi,
fase gerak yang dipilih untuk penelitian selanjutnya adalah kloroform : metanol
(95:5 v/v). Pemilihan fase gerak ini karena fase gerak dapat memisahkan senyawa
aktif dengan optimal setelah fase gerak etil asetat:asam formiat:asam asetat
glasial:air (100:11:11:20 v/v) yaitu didapatkan 6 spot pemisahan dengan bercak
yang lebih jelas. Pada fase gerak etil asetat:asam formiat:asam asetat glasial:air
(100:11:11:20 v/v) tidak dipilih dengan pertimbangan pada saat uji aktivitas
selanjutnya akan sangat sulit menghilangkan pelarut karena fase gerak tersebut
mengandung komponen pelarut yang susah menguap.
D. Uji Kualitatif Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas Ekstrak Etanolik
Optimasi fase gerak yang telah dilakukan ini sekaligus untuk uji kualitatif
aktivitas penangkap radikal bebas menggunakan DPPH sebagai sumber radikal bebas.
Uji aktivitas penangkap radikal bebas dianggap perlu dalam mengevaluasi suatu
produk kosmetik tradisional karena dalam komposisi suatu produk kosmetik
tradisional tidak ditambahkan bahan kimia yang dapat berperan sebagai
antioksidan. Komposisi masker wajah tradisional dapat ditunjukkan pada
Lampiran 1.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
Radikal bebas merupakan sumber masalah terutama bagi kulit yang
merupakan perlindungan pertama tubuh manusia dari segala paparan lingkungan yang
dapat membentuk radikal bebas, seperti ; polusi dan sinar UV. Radikal bebas ini
dapat merusak jaringan kulit sehingga mengakibatkan penuaan dini yang ditunjukkan
dengan adanya pembentukan keriput pada kulit wajah. Aktivitas antioksidan suatu
senyawa aktif ditunjukkan melalui perubahan warna DPPH yaitu violet yang
mengalami pemudaran menjadi warna kuning akibat adanya aktivitas penangkapan
radikal bebas oleh suatu antioksidan melalui reaksi seperti berikut.
+
DPPH (violet)
AH
→
antioksidan
kuning
Gambar 5. Reaksi penangkapan radikal bebas DPPH oleh senyawa antioksidan
Pada Gambar 5, radikal bebas DPPH yang memiliki satu elektron bebas
pada gugus N yang berwarna violet saat diberikan suatu senyawa yang memiliki
aktivitas penangkap radikal bebas maka warna violet dari radikal bebas DPPH
akan memudar. Pemudaran ini terjadi karena suatu senyawa antioksidan dapat
mendonorkan satu elektronnya kepada radikal bebas DPPH sehingga DPPH
menjadi suatu senyawa non radikal yang berwarna kuning.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Rf 1
Rf 1
Rf 0
Rf 1
39
Rf 1
Rf 1
Rf 0
Rf 0
Rf 0
Rf 0
Gambar 6. Uji kualitatif aktivitas penangkap radikal bebas menggunakan DPPH
semprot pada hasil pemisahan dengan fase gerak ; (a)CHCl 3:MeOH 95:5 v/v
(b)CHCl3:MeOH 9:1v/v (c) n-heksana:etil asetat 2:3 v/v (d)n-heksana:etil asetat 7:3
v/v (e)etil asetat:asam formiat:asam asetat glasial:air 100:11:11:20v/v
Hasil elusi KLT menggunakan fase gerak kloroform : metanol (95:5 v/v)
yang ditunjukkan pada Gambar 6, mendapatkan spot pemisahan pada Rf 0,14;
0,36; 0,46; 0,75; 0,88; 0,92 yang memiliki aktivitas penangkap radikal bebas
dengan munculnya bercak senyawa aktif berwarna kuning setelah disemprot
menggunakan DPPH.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
Tabel 1. Uji Kualitatif Aktivitas Penangkap Radikal Bebas Ekstrak Etanolik
Fase Gerak
kloroform : metanol (95 : 5 v/v)
kloroform : metanol (9 : 1 v/v)
n-heksana : etil asetat (2 : 3 v/v)
heksan : etil asetat ( 7 : 3 v/v )
etil asetat : asam formiat : asam asetat
glasial : air (100 :11 : 11 :20 v/v)
Retention factor (Rf)
0,14
0,36
0,46
0,75
0,88
0,92
0,49
0,65
0,75
0,83
0,27
0,50
0,60
0,72
0,77
0,12
0,40
0,52
0,13
0,24
0,35
0,43
0,47
0,53
0,65
0,75
0,77
0,85
0,97
E. Uji Kualitatif Aktivitas UV Protection Ekstrak Etanolik
Uji aktivitas UV protection dilakukan untuk membuktikan bahwa
senyawa aktif dapat melindungi kulit dari efek buruk paparan sinar ultraviolet. Uji
kualitatif aktivitas UV protection ini dilakukan menggunakan metode inhibition of
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
bleaching of 𝛽-caroten dengan cara melapisi pelat KLT kering hasil pemisahan
senyawa ekstrak menggunakan 𝛽-karoten.
𝛽-karoten dipilih karena sifatnya yang fotosensitif terhadap sinar UV. 𝛽karoten akan memudar akibat adanya oksidasi oleh sinar UV sehingga
memutuskan ikatan rantai penyusun 𝛽-karoten. Hal ini yang dimanfaatkan dalam
penelitian uji kualitatif aktivitas UV protection dengan cara mengamati perubahan
warna 𝛽-karoten yang terjadi akibat adanya paparan ultraviolet dari warna kuning
menjadi memudar. Senyawa aktif yang memiliki aktivitas UV protection dapat
mempertahankan warna kuning 𝛽-karoten pada spot pemisahannya.
Sebelum melakukan pengamatan pengujian aktivitas, dilakukan optimasi
ketinggian lampu UV pada rangkaian alat terlebih dahulu untuk mengetahui
intensitas cahaya yang dipancarkan oleh lampu. Ketinggian lampu UV dibuat
berbeda dengan jarak tertinggi, sedang, dan terdekat dari bidang pengamatan yaitu
100 cm, 50 cm, dan 35 cm. Adanya perbedaan ketinggian ini diasumsikan dapat
menggambarkan intensitas cahaya dari terkecil, sedang, hingga terbesar. Optimasi
ini dilakukan untuk mengetahui waktu mulai 𝛽-karoten memudar setelah terpapar
sinar UV dengan adanya perubahan intensitas cahaya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
7
6
skala warna
5
4
ketinggian lampu UV
100cm
3
ketinggian lampu UV
50cm
2
ketinggian lampu UV
35cm
1
0
-1
0
5
10
15
20
waktu (menit)
Gambar 7. Grafik hasil optimasi ketinggian lampu UV dalam pengujian aktivitas
UV protection
Pada grafik optimasi yang ditunjukkan pada Gambar 7, terlihat bahwa
dari hasil optimasi dipilih ketinggian lampu berjarak sedang karena pengamatan
perubahan warna 𝛽-karoten masih dapat diamati secara kasat mata dengan waktu
yang relatif tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat.
Pengamatan perubahan warna 𝛽-karoten dilakukan dengan cara
membandingkan dengan indikator warna yang ditunjukkan pada Lampiran 11
dengan skala warna 0 sampai dengan 7, di mana skala warna 0 menunjukkan
warna putih dan gradasi warna semakin meningkat hingga skala warna 7 yang
menunjukkan warna kuning-orange. Adanya indikator warna sebagai pembanding
ini dapat menggambarkan aktivitas UV protection di mana semakin terpapar sinar
UV, maka warna 𝛽-karoten akan semakin memudar yang ditunjukkan dengan
penurunan skala warna hingga 0 dan dapat mengamati warna spot pemisahan
senyawa aktif. Tabel 2, menunjukkan bahwa pelat KLT yang sudah dilapisi 𝛽-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
karoten mengalami pemudaran pada menit pertama setelah paparan lampu UV
dari skala warna 5 menjadi 1. Pada saat menit ke-9 warna 𝛽-karoten pada pelat
KLT kembali mengalami pemudaran dari skala warna 1 hingga skala warna 0
yang menunjukkan warna putih, dan terlihat spot pemisahan senyawa yang
berwarna lebih kuning daripada warna pelat KLT yang ditunjukkan melalui skala
warna 1 dengan warna putih kekuningan. Hasil yang dapat dilihat pada Gambar 8,
menunjukkan bahwa dalam ekstrak etanolik daun pegagan terdapat senyawa aktif
UV protection dengan spot pemisahan pada Rf 0,14-0,20 dan 0,73-0,74.
A
Rf 1
Rf 1
Rf 0
Rf 0
B
Rf 1
Rf 1
Rf 0
Rf 0
C
D
Gambar 8. Uji kualitatif UV protection pada ekstrak etanolik (A : kontrol ; B-D :
Replikasi I – Replikasi III)
Mekanisme reaksi senyawa aktif pada ekstrak etanolik daun pegagan
yang memiliki aktivitas UV protection belum dapat diketahui dengan pasti,
namun aktivitas ini dapat dikaitkan dengan adanya aktivitas antioksidan yang
terdapat pada spot pemisahan senyawa pada Rf 0,14 dan 0,75. Aktivitas
antioksidan ini dapat menghambat terjadinya pemutusan rantai akibat oksidasi
paparan sinar UV sehingga warna dari β-karoten dapat dipertahankan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 2. Uji Kualitatif Aktivitas UV Protection Ekstrak Etanolik
Pengukuran uji aktivitas UV Protection menggunakan lampu dengan ketinggian 50 cm dan intensitas cahaya 15,81
Replikasi I
Waktu
Replikasi II
Replikasi III
Replikasi IV
Replikasi V
(menit)
BG
Keterangan
BG
Keterangan
BG
Keterangan
BG
Keterangan
BG
Keterangan
0’
5
-
5
-
5
-
5
-
5
-
1’
1
-
1
-
1
-
1
-
1
-
3’
1
-
1
-
1
-
1
-
1
-
6’
1
-
0
-
0
-
0
-
0
-
9’
1
-
0
Rf = 0,14 (1)
0
Rf = 0,20 (1-)
0
Rf = 0,18 (1-)
0
-
0
Rf = 0,18 (1)
Rf = 0,74 (1)
12’
0
Rf = 0,14 (1-)
0
Rf = 0,74 (1)
15’
0
Rf = 0,14 (1+)
Rf = 0,74 (1+)
Rf = 0,14 (1)
Rf = 0,73 (1)
0
Rf = 0,74 (1)
0
Rf = 0,14 (1)
Rf = 0,74 (1)
Rf = 0,20 (1)
Rf = 0,74 (1-)
0
Rf = 0,73 (1)
0
Rf = 0,20 (1)
Rf = 0,73 (1)
Rf = 0,18 (1)
Rf = 0,74 (1-)
0
Rf = 0,18 (1)
Rf = 0,74 (1)
Rf = 0,73 (1-)
0
Rf = 0,18 (1)
Rf = 0,73 (1-)
BG (background) untuk menunjukkan warna background pelat KLT sesudah disemprot 𝜷-karoten.
44
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
Tabel 3. Simpangan deviasi (SD) pengukuran uji kualitatif UV Protection
pada ekstrak etanolik
Waktu
(menit)
Simpangan Deviasi
(SD)
Retention factor (Rf)
Spot
Spot
BG
BG
KLT
KLT
0
5
0
1
1
0
3
1
0
6
0,2
0,45
9
Rf = 0,14 - 0,20
1
0
0,2
0,45
Rf = 0,73 – 0,74
1
0
12
Rf = 0,14 – 0,20
1
0
0
0
Rf = 0,73 - 0,74
1
0
15
Rf = 0,14 – 0,20
1
0
0
0
Rf = 0,73 - 0,74
1
0
BG (background) untuk menunjukkan warna background pelat KLT sesudah
disemprot 𝜷-karoten.
Rata – rata ( 𝒙 )
F. Uji Kualitatif Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Menggunakan
Metode Bioautografi
Uji aktivitas antibakteri dilakukan untuk menggambarkan kebenaran dari
kemanfaatan ekstrak daun pegagan yang dapat merawat kulit berjerawat. Jerawat
yang dapat timbul pada kulit dapat disebabkan karena kulit wajah yang tidak
dirawat kebersihannya, ada penyumbatan lemak pada pori-pori kulit, dan adanya
infeksi oleh suatu bakteri tertentu. Menurut Campbell, Reece, dan Mitchell
(2003), salah satu bakteri yang dapat menginfeksi kulit adalah bakteri S. aureus.
Bakteri S. aureus dapat ditemukan secara normal pada kulit dan
umumnya tidak menyebabkan penyakit tertentu, tetapi ketika adanya perubahan
hormonal pada tubuh maka dapat menyebabkan kelenjar keringat lebih aktif
memproduksi minyak sehingga minyak yang berlebih ini akan mengering
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
menyebabkan terjadinya sumbatan aliran minyak dari folikel rambut ke pori-pori
dan bakteri akan berkumpul dalam pori kulit. Bakteri yang tumbuh pada bagian
tersumbat ini akan menguraikan lemak dari minyak sehingga menyebabkan iritasi
kulit berupa bintil putih berisi nanah atau yang sering disebut jerawat. Penelitian
uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak etanolik daun pegagan dilakukan
terhadap bakteri S. aureus yang merupakan bakteri pada kulit dan merupakan
kelompok bakteri Gram positif serta pengujian terhadap bakteri E.coli yang
merupakan bakteri kelompok bakteri Gram negatif. Kebenaran bakteri uji yang
digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8.
Uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak etanolik daun pegagan
dilakukan menggunakan metode bioautografi. Bioautografi merupakan teknik
pengujian antibakteri terhadap pemisahan senyawa bioaktif pada suatu pelat KLT.
Prinsip dari metode bioautografi adalah adanya kontak senyawa aktif dengan
media agar yang menyebabkan senyawa aktif tersebut dapat berdifusi dari hasil
pemisahan pada pelat KLT menuju media agar yang telah diinokulasikan bakteri
uji sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan adanya zona jernih
pada tiap spot pemisahan senyawa bioaktif sebagai tanda positif aktif antibakteri.
Pada
pengujian
antibakteri
dilakukan
secara
aseptis
disetiap
pengerjaannya untuk menghindari adanya kontaminasi. Keberhasilan pengerjaan
secara aseptis ditunjukkan dengan kontrol media yang tidak ada pertumbuhan
mikroorganisme apapun. Kontrol pertumbuhan dibuat dengan tujuan untuk
mengetahui apakah bakteri yang diinokulasikan dapat tumbuh dengan baik pada
media agar atau tidak. Kontrol positif dibuat bertujuan untuk membandingkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
aktivitas antibakteri yang terdapat pada ekstrak etanolik dengan suatu aktivitas
senyawa pembanding yaitu amoxicillin. Amoxicillin dipilih sebagai pembanding
karena amoxicillin merupakan antibiotik turunan penisilin yang mempunyai
spektrum kerja yang luas yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram
positif dan bakteri Gram negatif.
Konsentrasi ekstrak etanolik daun pegagan yang digunakan untuk
penotolan pada pelat KLT adalah 5 mg/mL dengan adanya variasi volume
penotolan membuat variasi mass loading pula, yaitu 75 μg, 100 μg, dan 150 μg.
Pelat KLT yang sudah dielusi, dikeringuapkan terlebih dahulu secara aseptis
untuk menghindari adanya hasil positif palsu akibat masih adanya pelarut fase
gerak kloroform:metanol (95:5 v/v) di mana kedua pelarut ini memiliki daya
antibakteri pula.
Pada Gambar 9, hasil pemisahan pelat KLT yang ditandai dengan
lingkaran menunjukkan ekstrak etanolik daun pegagan tidak memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri E. coli karena tidak terdapat zona jernih yang
terbentuk disekitar kontak pada spot pemisahan. Hal ini dapat terjadi karena
kurangnya konsentrasi dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli yang
memiliki membran luar sebagai karakteristik bakteri Gram negatif sehingga
kekuatan senyawa aktif belum dapat merusak membran luar bakteri E. coli.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
A
B
48
C
D
Gambar 9. Uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak etanolik terhadap bakteri
E. coli menggunakan metode bioautografi (A: mass loading 75μg; B: mass loading
100 μg; C: mass loading 150 μg; D : mass loading 250 μg)
Tabel 4. Uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak terhadap bakteri E. coli
menggunakan Metode Bioautografi
Mass Loading ( μg )
75
100
150
250
Rf
0,12
0,22
0,3
0,52
0,12
0,23
0,31
0,54
0,14
0,23
0,32
0,54
0,14
0,23
0,32
0,55
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
Berbeda dengan hasil pengujian ekstrak etanolik terhadap bakteri S.
aureus memiliki aktivitas antibakteri dengan terbentuknya zona hambat sesuai
dengan spot pemisahan yang ditunjukkan pada Gambar 10. Spot pemisahan
senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas antibakteri ditunjukkan pada Rf 0,160,17; 0,21-0,23; 0,29-0,34; 0,51-0,53. Zona hambat yang terbentuk tidak dapat
dihitung secara pasti karena zona jernih yang terbentuk tidak rata dan saling
berhimpit namun dapat terlihat secara kasat mata bahwa seiring dengan adanya
peningkatan mass loading besar zona hambat yang terbentuk juga semakin besar.
Walaupun, jika dibandingkan dengan amoxicillin efek antibakteri yang
ditunjukkan efek antibakteri ekstrak etanol tidak sebaik amoxicillin, tapi dengan
dilakukannya metode bioatugrafi dapat memberikan informasi bahwa pada mass
loading 75μg ekstrak etanolik sudah dapat menhambat pertumbuhan bakteri.
Gambar 10. Uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak etanolik terhadap
bakteri S. aureus menggunakan metode bioautografi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
Tabel 5. Uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak terhadap bakteri S.
aureus menggunakan Metode Bioautografi
Mass Loading ( μg )
75
100
150
250
Rf
0,16
0,21
0,29
0,51
0,17
0,23
0,32
0,51
0,17
0,23
0,34
0,53
0,17
0,23
0,34
0,53
G. Isolasi Senyawa Aktif Pada Ekstrak Etanolik Daun Pegagan
Ekstrak etanolik daun pegagan yang telah diuji aktivitasnya maka dapat
diketahui pula spot senyawa aktifnya, sehingga dilakukan isolasi untuk
mengambil senyawa aktif yang masih terdapat didalam campuran ekstrak.
Triturasi merupakan salah satu cara teknik pemurnian untuk senyawa
dengan berat kurang dari 500 mg dengan cara pelarutan kembali menggunakan
pelarut yang sesuai. Langkah triturasi dilakukan sebagai tahapan awal dalam
mengisolasi senyawa aktif dari ekstrak etanolik daun pegagan. Triturasi cocok
digunakan untuk bahan yang memiliki viskositas tertentu dengan cara ditumbuk
dan untuk menyalut ekstrak pada penelitian digunakan seasand sehingga dapat
mengurangi kelat pada ekstrak. Pada teknik triturasi juga dapat bertujuan untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
menghilangkan senyawa pengotor yang bersifat non polar dengan cara
melarutkannya menggunakan pelarut non polar.
Ekstrak etanolik daun pegagan mengandung pigmen warna klorofil yang
dapat mengganggu pengamatan dalam pemisahan senyawa aktif karena klorofil
dapat menutupi senyawa aktif lainnya yang memiliki Rf yang sama dengan
klorofil. Triturasi membantu dalam pemurnian senyawa aktif dari adanya klorofil
dengan pelarut n-heksana karena klorofil merupakan senyawa non polar dan larut
dengan n-heksana. Triturasi juga dilakukan menggunakan pelarut kloroform :
metanol (95:5 v/v) dan kloroform : metanol (9:1 v/v) untuk mengambil senyawa
yang bersifat semipolar. Pada penelitian ini, triturasi juga dapat digambarkan
sebagai suatu cara dalam melakukan fraksinasi senyawa aktif ekstrak etanolik
daun pegagan menggunakan sample dan pelarut yang sedikit. Fraksinasi
dilakukan dengan tujuan untuk dapat memisahkan senyawa aktif yang
bertanggung jawab terhadap aktivitas penangkap radikal bebas, UV protection,
dan antibakteri dari campuran ekstrak.
Hasil triturasi didapatkan 3 fraksi, yaitu fraksi n-heksana, fraksi
kloroform:metanol (95:5 v/v), dan fraksi kloroform:metanol (9:1 v/v) dengan
rendemen 15,59% b/b, 5,06% b/b, dan 0,41% b/b dari 300 mg ekstrak etanolik.
Hasil fraksinasi ini dipantau menggunakan pemisahan pada pelat KLT dengan
fase gerak kloroform:metanol (95:5 v/v), gambar pada Lampiran 16 dapat
diketahui bahwa triturasi yang dilakukan berhasil mengurangi adanya klorofil
pada fraksi kloroform:metanol.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
Setelah fraksinasi dilakukan maka proses isolasi senyawa dilanjutkan
dengan metode kromatografi kolom dengan teknik elusi step gradient
chromatography menggunakan fraksi kloroform:metanol (95:5 v/v) karena
rendemen yang didapat cukup banyak dan klorofil juga sudah dapat dikurangi.
Metode step gradient chromatography coloum dilakukan untuk isolasi
senyawa aktif karena pengerjaannya yang mudah dan dapat mengambil senyawa
aktif sesuai dengan kepolarannya karena metode ini memungkinkan untuk
mengganti kepolaran eluen secara bertahap. Eluen yang digunakan pada penelitian
ini secara berurutan adalah n-heksana : kloroform (20:80 v/v); n-heksana :
kloroform (10:90 v/v); kloroform. Pemilihan eluen ini bertujuan untuk mengambil
senyawa yang memiliki sifat non polar terlebih dahulu hingga senyawa bersifat
lebih polar. Adanya silica gel 60 (0,040-0,063 mm) sebagai fase diam maka
pemisahan dari senyawa satu dengan lainnya dapat terjadi dan hasil elusi
ditampung ke dalam tabung kaca tiap 2 mL supaya dapat memisahkan senyawa
yang mungkin masih terbawa eluen. Pemastian keberhasilan kromatografi kolom
yang telah dilakukan dipantau menggunakan cara pemisahan pada pelat KLT
dengan fase gerak kloroform:metanol (95:5 v/v). Hasil pemantauan dan dideteksi
menggunakan H2SO4 5% dalam metanol didapatkan 2 isolat yang murni. Isolat 1
merupakan penggabungan isolat dari tabung kaca ke 10-13 yang muncul bercak
pada Rf 0,32 dengan rendemen isolat 1 sebesar 1,39% b/b. Isolat 2 merupakan
penggabungan isolat dari tabung ke 11-13 yang muncul bercak pada Rf 0,26
dengan rendemen sebesar 0,99% b/b dari 300mg fraksi kloroform:metanol (95:5
v/v).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
1. Uji kualitatif aktivitas penangkap radikal bebas isolat
A
B
Rf
1 1
Rf
1 1
Rf
0 0
Rf
0 0
Gambar 11. Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan Isolat 1 (A) dan Isolat 2 (B) (dari
kiri-kanan : ekstrak mass loading 10 μg, isolat 1 mass loading 10, 20, dan 30 μg)
Isolat yang sudah didapatkan diuji aktivitas penangkap radikal bebas
menggunakan metode DPPH, di mana volume penotolan pada pelat KLT diukur
dan dapat diketahui mass loading isolat yang ditotolkan yaitu 10 μg, 20 μg, 30 μg
sehingga dapat menggambarkan konsentrasi minimum yang dapat memberikan
aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH. Pada isolat 1 mass loading 10 μg spot
pemisahan Rf 0,36 warna violet memudar setelah 18jam dan spot pemisahan Rf
0,80 warna violet memudar setelah 5 jam. Pada mass loading 20 dan 30 μg, spot
pemisahan dengan Rf 0,36 dapat memudarkan warna violet setelah 12jam dan
spot pemisahan dengan Rf 0,80 dapat memudarkan warna violet setelah 5jam.
Pada isolat 2 mass loading 10 μg spot pemisahan dengan Rf 0,34 muncul
pemudaran warna violet setelah 20 jam, sedangkan pada Rf 0,80 pemudaran
warna violet terjadi setelah 5 jam pengamatan. Mass loading 20 μg dan 30 μg
pada isolat 2 dengan spot pemisahan Rf 0,34 dan 0,38 dapat memudarkan warna
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
violet setelah 18 jam pengamatan sedangkan, pada Rf 0,80 dan 0,81 terjadi
pemudaran warna setelah 5 jam pengamatan.
Tabel 6. Uji Kualitatif Aktivitas Penangkap Radikal Bebas Isolat 1
Mass Loading (μg)
Rf
Waktu
10
0,36 (tipis)
0,80 (+)
18 jam
5 jam
20
0,40 (+)
0,80 (++)
12jam
5 jam
30
0,40 (++)
0,80 (+++)
12jam
5 jam
0,13 (+)
0,21 (+)
0,31 (+)
0,48 (+++)
0,77 (++)
0,81 (++)
20 menit
20 menit
20 menit
2 menit
10 menit
10 menit
Ekstrak etanolik ( 10 μg )
Hasil pengujian aktivitas penangkap radikal bebas isolat ini dapat
memberikan informasi bahwa pada mass loading terendah, yaitu 10μg saja sudah
mampu memberikan aktivitas penangkap radikal bebas walaupun kerjanya lemah
namun seiring dengan kenaikan jumlah mass loading maka kerja aktivitas
antioksidan semakin kuat. Berbeda dengan ekstrak dengan mass loading 10 μg
pemudaran pada tiap spot dapat terlihat dengan jelas mulai dari 2 menit saja.
Perbandingan
aktivitas
dilakukan
menggunakan
ekstrak
etanolik
dapat
menunjukkan bahwa masih terdapat senyawa aktif penangkap radikal bebas
lainnya yang tidak terisolasi. Isolat yang didapatkan terbukti dapat berperan
terhadap adanya aktivitas antioksidan pada ekstrak etanolik daun pegagan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
Tabel 7. Uji Kualitatif Aktivitas Penangkap Radikal Bebas Isolat 2
Mass Loading ( μg )
Rf
Waktu
10
0,34 (tipis)
0,80 (+)
20 jam
5 jam
20
0,34 (+)
0,80 (++)
18 jam
5 jam
30
0,38 (++)
0,81 (+++)
18 jam
5 jam
0,13 (+)
0,21 (+)
0,31 (+)
0,48 (+++)
0,77 (++)
0,81 (++)
20 menit
20 menit
20 menit
2 menit
10 menit
10 menit
Ekstrak etanolik ( 10
μg )
2. Uji kualitatif aktivitas UV protection isolat
Isolat yang sudah didapatkan diuji aktivitas UV protection menggunakan
metode inhibition of bleaching of β-caroten dengan cara menghitung volume
penotolan dari konsentrasi isolat 1 mg/mL sehingga didapatkan mass loading,
yaitu 10 μg, 20 μg, dan 30 μg. Perbandingan aktivitas dilakukan menggunakan
ekstrak etanolik dengan mass loading 10 μg. Hasil dari penelitian yang sudah
didapatkan menunjukkan bahwa baik isolat 1 maupun isolat 2 tidak memiliki
aktivitas UV protection karena tidak ada satupun spot pemisahan yang dapat
mempertahankan warna kuning dari β-karoten sedangkan, pada spot pemisahan
ekstrak etanolik terdapat spot pemisahan yang dapat mempertahankan warna βkaroten yaitu pada Rf 0,14 dan 0,76 untuk pembanding isolat 1 dan Rf 0,13 dan
0,77 untuk pembanding isolat 2.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
A
56
B
Rf 1
Rf 11
Rf 0
Rf 0
Gambar 12. Uji Kualitatif Aktivitas UV Protection (A= isolat 1 ; B= isolat 2) dari
kiri ke kanan adalah ekstrak etanolik mass loading 10μg, isolat mass loading 10, 20,
dan 30 μg
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa isolat 1 dan 2
tidak memiliki peran yang bertanggung jawab terhadap adanya aktivitas UV
protection pada ekstrak etanolik daun pegagan karena memang yang memiliki
aktivitas UV protection pada ekstrak etanolik merupakan senyawa bioaktif
dengan Rf 0,14 dan 0,74, sedangkan isolat yang didapat merupakan senyawa
dengan Rf 0,34-0,36.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 8. Uji Kualitatif Aktivitas UV Protection Isolat 1
Waktu
Mass loading
Mass loading
Mass loading
10μg
20μg
30μg
Ekstrak 10μg
(menit)
BG
Rf
BG
Rf
BG
Rf
BG
Rf
0’
5
-
5
-
5
-
5
-
1’
1
-
1
-
1
-
1
-
3’
1
-
1
-
1
-
1
-
6’
1
-
0
-
0
-
0
-
9’
1
-
0
-
0
-
0
-
12’
0
0,14 (1-)
0
0
-
0
-
-
0,76 (1-)
15’
0
0,14 (1-)
0
0
-
0,76 (1-)
0
-
-
57
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
Tabel 9. Uji Kualitatif Aktivitas UV Protection Isolat 2
Waktu
Mass loading
Mass loading
Mass loading
10μg
20μg
30μg
Ekstrak 10μg
(menit)
BG
Rf
BG
Rf
BG
Rf
BG
Rf
0’
5
-
5
-
5
-
5
-
1’
1
-
1
-
1
-
1
-
3’
1
-
1
-
1
-
1
-
6’
1
-
0
-
0
-
0
-
9’
1
-
0
-
0
-
0
-
12’
0
0,13 (1-)
0
0
-
0
-
-
0,77 (1-)
15’
0
0,13 (1-)
0
0
-
0
-
-
0,77(1-)
3. Uji kualitatif aktivitas antibakteri isolat menggunakan Metode Disc
Diffusion
Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode Disc Diffusion merupakan
salah metode difusi dengan prinsip kerja meletakkan paperdisc yang mengandung
senyawa antibakteri pada permukaan media padat yang sudah diinokulasikan
bakteri uji di mana akan terlihat zona hambat berupa zona jernih sebagai
parameter positif karena adanya difusi dari senyawa aktif. Secara umum, difusi
merupakan perpindahan suatu senyawa dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah, hal inilah yang dimanfaatkan pada metode disc diffusion karena senyawa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
aktif yang terdapat pada paper disc dapat berdifusi pada media padat sehingga
senyawa
aktif
tersebut
dapat
menghambat
pertumbuhan
bakteri
yang
diinokulasikan pada media.
Penelitian dilakukan untuk menguji aktivitas antibakteri isolat terhadap
bakteri S. aureus. Isolat yang diuji dibuat 3 variasi volume penjenuhan yang
berbeda dari konsentrasi 1mg/mL sehingga didapatkan massa 50 μg, 100 μg, dan
200 μg pada paper disc. Metode difusi yang dilakukan ini merupakan metode
Kirby Bauwer di mana bakteri diinokulasikan pada media agar padat dengan cara
digores hingga merata dengan konsentrasi tertentu, kemudian paper disc yang
mengandung antibiotik diletakkan di atas media dan diinkubasi selama 18-24
sebulum pengamatan hasil (Trihendrokesowo,1986).
A
B
C
Gambar 13. Uji kualitatif aktivitas antibakteri Isolat 1 terhadap bakteri S. aureus
(A : 50μg, B : 100 μg, C : 200μg)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
Tabel 10. Uji kualitatif aktivitas antibakteri isolat 1 terhadap bakteri S.
aureus
Mass
Diameter
Loading zona hambat
Rata-rata
Diameter zona
SD
Diameter zona
(mm)
hambat (mm)
(μg)
(mm)
hambat (mm)
50
-
-
-
-
100
-
-
-
-
200
-
-
-
-
B
A
C
Gambar 14. Uji kualitatif aktivitas antibakteri Isolat 2 terhadap bakteri S. aureus
(A : 50μg, B : 100 μg, C : 200μg)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
Tabel 11. Uji kualitatif aktivitas antibakteri isolat 2 terhadap bakteri S.
aureus
Mass
Diameter
Loading zona hambat
Rata-rata
Diameter zona
SD
Diameter zona
(mm)
hambat (mm)
(μg)
(mm)
hambat (mm)
50
-
-
-
-
100
-
-
-
-
5,3
0,58
5,3±0,58
5,0
200
6,0
5,0
Isolat 1 hasil yang ditunjukkan tidak memiliki aktivitas antibakteri karena
tidak terlihat adanya zona hambat yang terbentuk di area sekitar paper disc.
Berbeda dengan isolat 2, pada isolat 2 dengan massa 200 μg memiliki aktivitas
antibakteri yang ditunjukan dengan adanya zona hambat yang terbentuk dengan
diameter rata-rata sebesar 5,3 mm. Menurut Davis dan Stout (1971), kriteria
kekuatan aktivitas antibakteri yang ditunjukkan dengan adanya zona jernih
sebagai parameter positif dapat dibagi menjadi 4 kelompok sebagai berikut :
Tabel 12. Klasifikasi kekuatan aktivitas antibakteri
Diameter zona hambat
Kekuatan aktivitas antibakteri
≤ 5 mm
Lemah
5 – 10 mm
Sedang
10 – 20 mm
Kuat
≥ 20 mm
Sangat kuat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
Berdasarkan tabel pengelompokkan di atas, kekuatan isolat 2 sebagai
antibakteri memiliki kekuatan sedang yaitu 5,3 mm, walaupun jika dibandingkan
dengan kekuatan daya antibakteri amoxicillin yang sangat kuat, tapi dengan
seiring peningkatan konsentrasi maka daya antibakteri akan lebih besar. Hasil
pengujian antibakteri ini dapat memberikan informasi bahwa isolat 2 yang
didapatkan berperan terhadap adanya aktivitas antibakteri pada ekstrak etanolik
daun pegagan pada spot pemisahan dengan Rf 0,29-0,34.
A
B
C
Gambar 15. Uji kualitatif aktivitas antibakteri Amoxicillin terhadap bakteri S.
aureus (A : 5μg, B : 7,5 μg, C : 10μg)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
Tabel 13. Uji kualitatif aktivitas antibakteri Amoxicillin terhadap bakteri S.
aureus
Mass
Diameter zona
Rata-rata
Loading
hambat pada
diameter Zona
(μg)
S.aureus (mm)
hambat (mm)
5
7,5
10
26,0
25,0
26,0
29,0
30,0
30,0
31,0
32,0
33,0
Rata-rata
SD
diameter Zona
hambat (mm)
25,7
0,58
25,7 ± 0,058
29,7
0,58
29,7 ± 0,058
32,0
1,0
32,0 ± 0,1
4. Uji kualitatif identifikasi senyawa aktif pada ekstrak etanolik dan isolat
menggunakan reagen semprot
Adanya senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas penangkap radikal
bebas, UV protection, dan antibakteri pada ekstrak etanolik daun pegagan
memerlukan adanya uji identifikasi golongan senyawa aktif supaya dapat
mengetahui senyawa apa sajakah yang bertanggung jawab terhadap setiap
aktivitas yang ada. Secara visualisasi kasat mata, pemisahan senyawa ekstrak
etanolik daun pegagan dapat terlihat pada Rf 0,30 (berwarna hijau); 0,54
(berwarna kuning); 0,75 dan 0,79 (berwarna hijau). Pengamatan identifikasi
senyawa dapat dipisahkan dengan KLT selanjutnya diamati di bawah sinar UV
254 nm dan sinar UV 366 nm untuk mengetahui adanya spot pemisahan senyawa
lain yang tidak dapat dilihat oleh mata secara visual.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
A
B Rf 1 C
D
F
E
G
H
I
Rf 1
Rf 1
Rf 0
Rf 0
J
64
K
Rf 0
L
Rf 1
Rf 0
Gambar 16. Identifikasi golongan senyawa menggunakkan reagen semprot (A: UV
254nm; B: UV 366nm; C: AlCl3; D:AlCl3 254nm; E:AlCl3 366nm; F:Dragendroff;
G:Dragendroff 254nm; H:Dragendroff 366nm; I:FeCl3; J:FeCl3 254nm; K:FeCl3
366nm; L:Vanillin-H2SO4)
Pada pengamatan dibawah sinar UV 254 nm tidak muncul spot
pemisahan lain spot pemisahan yang dapat terlihat secara visual hanya meredam
saja, sedangkan pada pengamatan dibawah sinar UV 366 nm muncul spot
pemisahan senyawa lain dengan Rf 0,15 (berpendar hijau); 0,22 (berpendar
merah); 0,30 (berpendar merah); 0,54 (berpendar hijau); 0,75 (berpendar hijau
tertutup merah); 0,79 (berpendar merah). Rf 0,79 diprediksi merupakan senyawa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
pigmen warna daun yaitu klorofil yang dapat mengganggu senyawa aktif lainnya
karena tertutupi oleh kehadiran senyawa korofil.
Identifikasi golongan senyawa pada ekstrak etanolik dilakukan
menggunakan reagen semprot pada pelat KLT yang sudah terbentuk spot
pemisahan senyawa bioaktif. Reagen yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. FeCl3
Reagen FeCl3 digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa golongan
fenolik dengan reaksi positif berupa warna biru keunguan. Adanya perubahan
warna ini disebabkan adanya reaksi yang terjadi antara Fe 3+ dengan gugus –OH
yang terdapat pada gugus fenol sehingga dapat membentuk suatu ikatan
kompleks warna karena terbentuk gugus kromofor.
Hasil uji identifikasi dari pemisahan ekstrak etanolik menunjukkan
bahwa tidak adanya kandungan senyawa fenolik karena tidak ada perubahan
warna menjadi biru-keunguan.
Analisis identifikasi golongan senyawa menggunkan regen semprot
juga dilakukan pada isolat yang diperoleh. Hasil pengamatan menunjukkan
tidak adanya perubahan warna biru pada spot pemisahan, setelah disemprot
dengan regen FeCl3. Hal ini menunjukkan bahwa kedua isolat bukan
merupakan golongan senyawa fenolik.
2. AlCl3
Regen AlCl3 digunakan dalam identifikasi senyawa golongan flavonoid
dengan hasil positif berupa adanya pendaran warna kuning pada saat dibawah
sinar UV (Merck, 1976). Pemisahan senyawa ekstrak etanolik pada pelat KLT
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
yang sudah disemprot menggunakan reagen AlCl 3 tidak menunjukkan adanya
perubahan warna di bawah sinar UV, dengan demikian ekstrak etanolik daun
pegagan tidak mengandung senyawa flavonoid.
Hal yang sama juga ditunjukkan pada analisis indentifikasi senyawa
aktif pada kedua isolat yang diperoleh. Isolat yang sudah disemprot
menggunakan reagen AlCl3 tidak menunjukkan perubahan warna kuning saat
dibawah sinar UV, dengan demikian kedua isolat yang didapat tidak
menunjukkan senyawa golongan flavonoid.
3. Dragendroff
Reagen Dragendroff digunakan sebagai pereaksi semprot dalam
identifikasi golongan senyawa aktif untuk mendeteksi adanya golongan
senyawa alkaloid dan senyawa yang memiliki gugus nitrogen. Hasil positif
yang menandakan adanya golongan senyawa alkaloid atau senyawa bergugus
nitrogen adalah terbentuknya warna orange pada spot pemisahan (Merck,
1976). Hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap pemisahan senyawa
ekstrak etanolik yang sudah disemprot menggunakan reagen Dragendorff tidak
menunjukkan adanya perubahan warna orange yang muncul, dengan demikian
dalam ekstrak etanolik tidak mengandung senyawa aktif golongan alkaloid
maupun senyawa yang memiliki gugus nitrogen.
Analisis identifikasi senyawa golongan alkaloid menggunakan reagen
semprot Dragendrorff juga dilakukan terhadap isolat yang didapat. Kedua
isolat yang didapat pun menunjukkan hal yang negatif terhadap reagen
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
Dragendorff sehingga dapat dipastikan bahwa senyawa isolat bukan merupakan
senyawa golongan alkaloid maupun senyawa dengan gugus nitrogen.
4. Vanillin asam sulfat
Menurut Merck (1976),
Analisis identifikasi golongan senyawa
terpenoid dapat dilakukan menggunakan reagen semprot Vanilllin-asam sulfat
dengan hasil positif berwarna ungu setelah beberapa saat dipanaskan
menggunakan oven pada suhu 100℃. Pemisahan senyawa ekstrak etanolik
menunjukkan adanya senyawa golongan terpenoid karena adanya warna ungu
yang terbentuk pada Rf 0,15; 0,22; 0,30; 0,54; 0,75; 0,79. Hasil yang
ditunjukkan ini dapat memberikan informasi bahwa kandungan senyawa aktif
pada ekstrak etanolik daun pegagan didominasi oleh golongan senyawa
terpenoid.
Isolat yang diperoleh juga dianalisis identifikasi golongan senyawa
menggunakan reagen vanillin-asam sulfat yang dipanaskan. Hasil dari
pengamatan menunjukkan bahwa senyawa yang terisolasi merupakan senyawa
terpenoid dengan hasil positif terbentuk warna ungu pada spot pemisahan
dengan Rf 0,31 dan spot pemisahan pada Rf 0,80 muncul pada saat disemprot
menggunakan reagan semprot Vanillin-asam sulfat setelah penambahan
volume penotolan yang mengidentifikasikan bahwa kedua isolat yang didapat
merupakan golongan senyawa terpenoid.
5. Sitroborat
Identifikasi golongan senyawa aktif juga menggunakan reagen semprot
sitroborat untuk mendeteksi adanya senyawa flavonoid. Hasil positif pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
reagenn ini adalah adanya perubahan warna flouresensi hijau kuning pada
lempeng KLT yang divisualisasikan pada lampu UV 366nm (Alam, Massi,
Kurnia, Rahim, dan Usmar, 2012). Hasil identifikasi golongan senyawa pada
ekstrak etanolik menunjukkan tidak adanya perubahan warna yang terjadi
sehingga dapat menunjukkan bahwa komponen senyawa aktif dalam ekstrak
etanolik tidak mengandung golongan senyawa flavonoid.
Hasil uji kualitatif identifikasi golongan senyawa ini dapat menunjukkan
bahwa isolat yang didapat belum murni sempurna dan adanya kesamaan hasil dari
kedua isolat memungkinkan bahwa kedua isolat merupakan isolat yang sama.
B
Rf 1
C
Rf 1
Rf 0
A
D
E
Rf 1
Rf 1
Rf 0
Rf 0
Rf 0
F
Gambar 17. Identifikasi golongan senyawa isolat 1 menggunakan reagen semprot
(A: AlCl3; B: AlCl3 366nm; C: Dragendroff; D: H2SO4-MeOH 5%; E: FeCl3; F:
Vanillin-H2SO4)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Rf 1
Rf 1
Rf 1
E
\
69
F
Rf 1
Rf 0
Rf 0
A
B
C
Rf 0
D
Rf 0
Rf 0
Gambar 18. Identifikasi golongan senyawa isolat 2 menggunakan reagen semprot
(A: AlCl3; B: AlCl3 366nm; C: Dragendroff; D: H2SO4-MeOH 5%; E: FeCl3; F:
Vanillin-H2SO4)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 14. Identifikasi Golongan Senyawa Isolat 1 dan isolat 2 menggunakan Reagen Semprot dan Aktivitasnya
Reagen
(Rf)
Isolat
Aktivitas
H2SO4MeOH
5%
+
VanillinH2SO4
+
FeCl3
AlCl3
366nm
0,32
-
-
Drage
ndroff
-
0,80
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Antibakteri
Golongan
Senyawa
-
Terpenoid
+
UV
Protection
-
+
+
-
-
Terpenoid
+
+
+
-
+
Terpenoid
-
+
+
-
-
Terpenoid
DPPH
1
0,31Isolat
0,40
2
0,80
Keterangan : - (tidak ada) +(ada)
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ekstrak etanolik daun
pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) memiliki aktivitas penangkap radikal
bebas, UV protection, dan antibakteri.
2. Isolat yang didapat dan berperan aktif terhadap aktivitas yang ada merupakan
golongan senyawa terpenoid.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melakukan uji kuantifikasi
tiap aktivitas dan karakterisasi senyawa aktif hingga elusidasi struktur untuk
mengetahui senyawa aktif dengan spesifik dan memperbanyak sample bahan uji
sehingga pada saat mengisolasi senyawa aktif rendemen yang didapat akan lebih
besar.
71
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
DAFTAR PUSTAKA
Alam, G., Massi, N., Kurnia, F., Rahim, A., dan Usmar, 2012, Skrining
Komponen Kimia dan Uji Aktivitas Mukolitik Ekstrak Rimpang Bangle
(Zingeber purpureum Roxb.) Terhadap Mukosa Usus Sapi Secara In Vitro,
Majalah Farmasi dan Farmakologi, 16 (3), 123-127.
Biradar, R.S. dan Raachetti, B.D., 2013, Extraction of Some Secondary
Metabolites & Thin Layer Chromatography from Different Parts of Centella
asiatica L.(URB), American Journal of Life Sciences, 1 (6), 243-247.
Bylka,W., Znajdek-AwiΕΌeΕ„,P., StudziΕ„ska-Sroka,E., dan BrzeziΕ„ska,M., 2013,
Centella asiatica in Cosmetology, Postep Derm Alergol, XXX (1), 46-49.
Champbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G., 2003, BIOLOGY, edisi kelima,
jilid kedia, Erlangga, Jakarta, pp. 106-107.
Choma, I.M. dan Grzelak, E.M., 2011, Bioautography Detection in Thin-Layer
Chromatography, Journal of Chromatography A, 1218, 2684-2691.
Davis dan Stout, 1971, Disc Plate Methode of Microbiological Antibiotic Assay,
Journal of Microbiology, 22 (4), 666 – 670.
Depkes RI, 2009, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, pp.112,114.
Dewick, P.M., 2002, Medical Natural Products, 2nd edition, John Wiley & Sons,
United Kingdom, pp. 149-151.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1996, Inventaris Tanaman
Obat Indonesia, Jilid 1, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta,
pp. 357.
Farage,M.A., 2010, Textbook of Aging Skin, Springer, Berlin, pp.43-44.
Fonseca,A.P. dan Rafael,N., Determination of Sun Protection Factor by UV-Vis
Spectrophotometry, Health Care Current Reviews, 1 (1), 1-4.
Gandjar, I.G. dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, hal. 323,328,353-354,359,366.
Heinrich,U., et al., 2002, Supplementation with β-Carotene or a Similar Amount
of Mixed Carotenoids Protects Humans from UV-Induced Erythema, The
Journal of Nutrition, 98-101.
Hermawan, A., Eliyani, H., dan Tyasningsih, W., 2007, Pengaruh Ekstrak Daun
Sirih (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli dengan Metode Difusi Disc, Skripsi, Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga, Surabaya, 1-9.
James,J.T. dan Dubery.I.A., 2009, Pentacyclic Triterpenoids from the Medicinal
Herb, Centella asiatica (L.) Urban, Molecules, 14, 3922-3941.
Jawetz, Melnick, Adelberg, Brooks, Butel, dan Ornston, 2005, Mikrobiologi
Kedokteran. Edisi ke-20, EGC, Jakarta, pp. 211,213,215.
Kedzia,B., Kozlowska,T.B., Furnamowa,M., Mikolajczak,P., Kedzia,E.H., dan
Kozaryn,I.O., 2007, Studies on the biological properties of extracts from
Centella asiatica (L.) Urban herb, Herba Polonica, 53 (1), 34-44.
Marston, A., 2011, Thin-layer Chromatography with Biological Detection in
Phytochemistry, Journal of chromatography A, 1218 (2011), 2676-2683.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
Merck, E., 1976, Dyeing Reagent for Thin Layer dan Paper Chromatography,
E.Merck,Darmstadt, Germany.
Mitsui,T.,1997, New Cosmetics Sciences, Elsevier Science B.V., Amsterdam, pp.
3-4.
Molyneux, P., 2004, The Use of the Stable Free Radical diphenylpicryl-hydrazyl
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity, Songklanakarin J. Sci. Technol.,
26(2) : 211-219.
Osterwalder,U., Jung,K., Seifert,M., dan Herrling,T.H., 2009, Importance of UVA
Sun Protection : A Comparative Analysis of Different Quality Control
Methods, SOFW-Journal, 135, 2-13.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MenKes/PermenKes/1998
Purkayastha, S., Dahiya, P., 2012, Phytochemical Analysis dan Antibacterial
Efficacy of Babchi Oil (Psoralea corylifolia) Against Multi-drug Resistant
Clinical Isolates, International Conference on Bioscience, pp.64-68.
Pusat Informasi Kosmetik Berbahaya di Indonesia, 2013, Beberapa Dampak
Kosmetik yang Berbahaya, http://www.kosmetikberbahaya.com/beberapadampak-kosmetik-berbahaya.html, diakses tanggal 11 Februari 2014.
Rahman, M., 2013, Antioxidant Activity of Centella asiatica (Linn.) Urban:
Impact of Extraction Solvent Polarity, Journal of Pharmacognosy dan
Phytochemistry, 1 (6), 27-32.
Ratnadita, A., 2012, Hampir Separuh Kasus Penyakit Kulit Karena Produk
Kosmetik,
http://health.detik.com/read/2012/03/05/110024/1857813/763/hampirseparuh-kasus-penyakit-kulit-karena-produk-kosmetik?l1101755,
diakses
tanggal : 11 Februari 2014.
Sies,H. dan Stahl,W., 2004, Carotenoids dan UV Protection, Photochem.
Photobiol. Sci., 3, 749-752.
Stevenson, D.E. dan Hurst, R.D., 2007, Polyphenolic Phytochemicals – Just
Antioxidants or Much More?, Cellular dan Molecular Life Sciences, 64,
2900-2916.
Sudjadi, 1986, Metode Pemisahan, UGM Press, Yogyakarta, hal. 26, 27, 34, 36.
Tambayong, J., 2000, Patofisiologi Untuk Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 201-202.
Trihendrokesowo, 1986, Dasar-Dasar Pemeriksaan Biologi, Fakultas Kedokteran
UGM, Yogyakarta, hal. 7-8.
Tjay, T.H., 2007, Obat-Obat Penting, Edisi VI, Elex Media Komputindo, Jakarta,
hal. 58-59, 232-234.
Tranggono,R.I. dan Latifah,F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik, Gramedia, Jakarta, pp. 81-82.
United States Departement of Agriculture, Plant Profile for Centella asiatica,
http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=CEAS, diakses tanggal 27 Juli
2015.
World Health Organization, 1999, WHO Monographs on Selected Medicinal
Plant, Volume 1, World Health Organization, Geneva, pp. 77-81.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74
Wu, S., Liang, J., dan Berthod, A., 2013, Comparing Two Models of Gradient
Elution in Counter-current Chromatography, Journal of Chromatography A,
1274, 77-81.
Youngson, R., 2003, Antioksidan, Arcan, Jakarta, pp.18.
Yuliarti,N., 2010, Sehat, Cantik, Bugar Dengan Herbal Dan Obat Tradisional,
Dani Publisher, Yogyakarta, pp.2-3.
Zaidan, M.R.S., Noor, R.A., Badrul, A,R., Adlin, A., Norazah, A., dan Zakiah, I.,
2005, In Vitro Screening of Five Local Medicinal Plants for Antibacterial
Activity Using Disc Diffussion method, Tropical Biomedicine, 22 (2), 165170.
Zala, S.P., Patel, K.P., Patel, K.S., Parmar, J.P., dan Sen, D.J., 2012, Laboratory
Techniques of Purification dan Isolation, International journal of Drug
Development Research, 4 (2), 41-55.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
Lampiran 1. Formula kosmetik tradisional
1. Makser wajah untuk menghaluskan kulit
Komposisi :
Kaolin, Zea Mays (Corb) Stracth, Dextrin, Phaseolus radiatus
Seed Powder, Glycerin, Honey (Mei), Butylen Glycol, Centella
asiatica Extract, Pogostemon cablin (Patchouli) Oil, Allantoin,
Phenoxyethanol, Chlorphenesin, Fragrance, Cl 77288
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 2. Simplisia kering herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.)
77
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 3. Surat keterangan pembelian dan determinasi
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.)
78
tanaman
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80
Lampiran 4. Perhitungan susut pengeringan serbuk simplisia kering
Hasil susut pengeringan serbuk simplisia daun Pegagan (Centella asiatica (L.)
Urban.)
Waktu
Replikasi I
Replikasi II
οƒ˜ Berat cawan kosong
0’
47,235 g
47,512 g
30’
47,233 g
47,510 g
60’
47,234 g
47,510 g
οƒ˜ Berat cawan kosong + serbuk simplisia
0’
48,234 g
48,510 g
30’
48,141 g
48,418 g
60’
48,138 g
48,417 g
90’
48,136 g
48,416 g
Perhitungan Susut Pengeringan Serbuk Simplisia
a. Replikasi I
30’ =
1,000− 0,907 𝑔
60’ =
1,000− 0,904 𝑔
90’ =
1,000− 0,902 𝑔
1,000 𝑔
1,000 𝑔
1,000 𝑔
π‘₯ 100% = 9,3%
π‘₯ 100% = 9,6%
π‘₯ 100% = 9,8%
b. Replikasi II
30’ =
1,000− 0,908 𝑔
60’ =
1,000− 0,907 𝑔
90’ =
1,000− 0,906 𝑔
1,000 𝑔
1,000 𝑔
1,000 𝑔
π‘₯ 100% = 9,2%
π‘₯ 100% = 9,3%
π‘₯ 100% = 9,4%
c. Replikasi III
30’ =
1,001− 0,909 𝑔
60’ =
1,001− 0,909 𝑔
90’ =
1,001− 0,909 𝑔
1,000 𝑔
1,000 𝑔
1,000 𝑔
π‘₯ 100% = 9,19%
π‘₯ 100% = 9,19%
π‘₯ 100% = 9,19%
d. Kandungan air
9,8 % + 9,4 % + 9,19 %
= 9,49%
3
Replikasi III
47,912 g
47,909 g
47,909 g
48,910 g
48,818 g
48,818 g
48,818 g
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 5. Perhitungan berat serbuk simplisia untuk ekstraksi
Berat petri kosong
Berat petri + serbuk
Berat sisa
Berat serbuk
I (gram)
61,8802
111,8971
61,8965
50,0006
II (gram)
61,2219
111,2945
61,2493
50,0452
III (gram)
61,1837
111,1873
61,2569
49,9304
Berat petri kosong
Berat petri + serbuk
Berat sisa
Berat serbuk
V(gram)
61,2493
111,2932
61,2493
50,0439
VI (gram) VII(gram) VIII(gram)
61,8843
61,2495
61,8834
111,9084
111,2576
111,9082
61,8864
61,2529
61,8891
50,0220
50,0047
50,0191
Berat petri kosong
Berat petri + serbuk
Berat sisa
Berat serbuk
IX(gram)
61,8726
111,8840
61,8904
49,9936
X (gram)
61,2279
111,2344
61,2474
49,9870
XI (gram) XII(gram)
61,2548
61,8858
111,2690
111,9068
61,2549
61,8903
50,0141
50,0165
Berat petri kosong
Berat petri + serbuk
Berat sisa
Berat serbuk
XIII (g)
61,2427
111,2586
61,2556
50,0030
XIV (g)
61,2426
111,2494
61,2428
50,0066
XV (g)
61,8865
111,8905
61,8865
50,0004
XVI (g)
61,8861
111,8916
61,8864
50,0052
Berat petri kosong
Berat petri + serbuk
Berat sisa
Berat serbuk
XVII (g)
61,2369
111,2579
61,2428
50,0151
XVIII (g)
61,2370
111,2424
61,2403
50,0021
XIX (g)
61,2399
111,2406
61,2492
49,9914
XX (g)
61,2482
68,1856
61,2496
6,9360
Total penimbangan serbuk simplisia yang diesktraksi
IV (gram)
61,8847
111,9445
61,8957
50,0488
957,0857 g
81
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82
Lampiran 6. Perhitungan susut pengeringan ekstrak etanolik daun Pegagan
(Centella asiatica (L.) Urban.)
Waktu
Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III
οƒ˜ Berat cawan kosong
0’
35,109 g
29,621 g
44,758 g
30’
35,104 g
29,612 g
44,747 g
60’
35,104 g
47,613 g
44,749 g
οƒ˜ Berat cawan kosong + ekstrak kental
0’
36,128 g
30,633 g
45,771 g
30’
36,098 g
30,602 g
45,743 g
60’
36,091 g
30,595 g
45,736 g
90’
36,089 g
30,588 g
45,732 g
120’
36,084 g
30,586 g
45,728 g
150’
36,080 g
30,580 g
45,724 g
180’
36,079 g
30,576 g
45,721 g
210’
36,072 g
30,572 g
45,718 g
240’
36,070 g
30,570 g
45,717 g
Perhitungan Susut Pengeringan Ekstrak
a. Replikasi I
30’ =
1,023− 0,993 𝑔
60’ =
1,023− 0,986 𝑔
90’ =
1,023− 0,984 𝑔
120’ =
1,023− 0,979 𝑔
150’ =
1,023− 0,975 𝑔
180’ =
1,023− 0,974 𝑔
1,023 𝑔
1,023𝑔
1,023𝑔
1,023𝑔
1,023𝑔
1,023𝑔
π‘₯ 100% = 2,93%
π‘₯ 100% = 3,62%
π‘₯ 100% = 3,81%
π‘₯ 100% = 4,30%
π‘₯ 100% = 4,69%
π‘₯ 100% = 4,79%
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
210’ =
1,023− 0,967 𝑔
240’ =
1,023− 0,965 𝑔
1,023𝑔
1,023𝑔
π‘₯ 100% = 5,47%
π‘₯ 100% = 5,67%
b. Replikasi II
30’ =
1,020− 0,989 𝑔
60’ =
1,020− 0,982 𝑔
90’ =
1,020− 0,975 𝑔
1,020𝑔
1,020𝑔
1,020𝑔
π‘₯ 100% = 3,04%
π‘₯ 100% = 3,73%
π‘₯ 100% = 4,41%
120’ =
1,020− 0,973 𝑔
150’ =
1,020− 0,967 𝑔
180’ =
1,020− 0,963 𝑔
210’ =
1,020− 0,959 𝑔
240’ =
1,020− 0,957 𝑔
1,020𝑔
1,020𝑔
1,020𝑔
1,020𝑔
1,020𝑔
π‘₯ 100% = 4,61%
π‘₯ 100% = 5,20%
π‘₯ 100% = 5,59%
π‘₯ 100% = 5,98%
π‘₯ 100% = 6,18%
c. Replikasi III
30’ =
1,022− 0,994 𝑔
60’ =
1,022− 0,987 𝑔
90’ =
1,022− 0,983 𝑔
1,022𝑔
1,022𝑔
1,022𝑔
π‘₯ 100% = 2,74%
π‘₯ 100% = 3,42%
π‘₯ 100% = 3,82%
120’ =
1,022− 0,979 𝑔
150’ =
1,022− 0,975 𝑔
180’ =
1,022− 0,972 𝑔
210’ =
1,022− 0,969 𝑔
240’ =
1,022− 0,968 𝑔
1,022𝑔
1,022𝑔
1,022𝑔
1,022𝑔
1,022𝑔
π‘₯ 100% = 4,21%
π‘₯ 100% = 4,60%
π‘₯ 100% = 4,89%
π‘₯ 100% = 5,19%
π‘₯ 100% = 5,28%
d. Kandungan air
5,67 % + 6,18 % + 5,28 %
= 5,71%
3
83
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 7. Sertifikat hasil uji bakteri Staphylococcus aureus ATCC25923
84
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 8. Sertifikat hasil uji bakteri Eschericia coli ATCC 25922
85
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 9. Rangkaian alat lampu UV pada pengujian aktivitas UV
protection
86
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 10. Alat pengukur intensitas cahaya lampu UV
87
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88
Lampiran 11. Indikator warna untuk pembanding warna pada uji aktivitas
UV protection
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89
Lampiran 12. Optimasi intensitas cahaya lampu UV
t (menit)
Ketinggian = 100 cm daritanah
Max = 5,97 Lx
Min = 5,82 Lx
π‘₯ = 5,895 Lx
Intensitasrendah
Ketinggian = 50 cm daritanah
Max = 15,14 Lx
Min = 14,88 Lx
π‘₯ = 15,01 Lx
Intensitassedang
Ketinggian = 35 cm daritanah
Max = 30,96 Lx
Min = 30,00 Lx
π‘₯ = 30,48 Lx
Intensitastinggi
0
1
3
6
9
12
15
0
1
3
6
9
12
15
0
1
3
6
9
12
15
R1
7
5
3
3
2
2
2
6
3
2
2
2
1
1
6
2
1
0
0
0
0
R2
6
3
3
2
2
2
2
6
2
2
1
1
1
1
6
2
1
0
0
0
0
R3
6
3
2
2
2
2
2
6
2
2
2
1
1
1
6
1
1
0
0
0
0
WARNA
R4 R5
6
6
3
2
2
3
2
2
2
2
2
1
1
1
6
6
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
6
6
2
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
π‘₯
6,2
3,2
2,6
2,2
2
1,8
1,6
6
2,2
2
1,8
1,2
1
1
6
1,6
1
0
0
0
0
SD
0,45
1,10
0,55
0,45
0
0,45
0,55
0
0,45
0
0,45
0,45
0
0
0
0,55
0
0
0
0
0
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90
Lampiran 13. Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanolik daun
pegagan terhadap bakteri Eschericia coli metode bioautografi
1
2
3
4
A = kontrol media
B = kontrol pertumbuhan bakteri
C = kontrol positif amoxicillin
D = hasil pengujian metode antibakteri (1=75μg,2=100 μg ,3=150 μg )
E = hasil pengujian metode antibakteri konsentrasi 200 μg
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91
Lampiran 14. Hasil pengujian antibakteri ekstrak etanolik daun pegagan
terhadap bakteri Staphyloccocus aureus metode bioautografi
A = kontrol media
B = kontrol pertumbuhan bakteri S.aureus
C = kontrol positif amoxicillin
D = hasil pengujian ekstrak etanolik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 15. Hasil fraksinasi yang didapat dengan cara triturasi
A = fraksi kloroform:metanol (95:5 v/v)
B = fraksi n-heksana
C = fraksi kloroform:metanol (9:1 v/v)
92
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 16. Hasil pemisahan fraksi dengan kromatografi lapis tipis
Keterangan : dari kiri – kanan (ekstrak etanolik, fraksi n-heksana, fraksi
kloroform:metanol (95:5 v/v), fraksi kloroform:metanol (9:1 v/v))
A = tampak visual
B = UV 254nm
C = UV 366 nm
93
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 17. Proses dan Hasil kromatografi kolom
94
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 18. Hasil KLT isolat
95
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96
Lampiran 19. Hasil pengujian antibakteri isolat 1 terhadap bakteri S. aureus
Keterangan :
A = kontrol media
B = kontrol
pertumbuhan
bakteri
C = kontrol positif
Amoxicilin 5μg
D = kontrol positif
Amoxicillin 7,5 μg
E = kontrol positif
Amoxicillin 10 μg
F = isolat 1 50 μg
G = isolat 1 100
μg
H = isolat 1 200
μg
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97
Lampiran 20. Hasil pengujian antibakteri isolat 2 terhadap bakteri S. aureus
Keterangan :
A = kontrol media
B = kontrol
pertumbuhan
bakteri
C = kontrol positif
Amoxicilin 5μg
D = kontrol positif
Amoxicillin 7,5 μg
E = kontrol positif
Amoxicillin 10 μg
F = isolat 2 50 μg
G = isolat 2 100 μg
H = isolat 2 200 μg
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 21. Hasil pengujian aktivitas UV protection isolat 1
98
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 22. Hasil pengujian aktivitas UV protection isolat 2
99
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 23. Hasil uji identifikasi golongan senyawa pada ekstrak etanolik daun pegagan
Reagen
Rf
AlCl3
Vis
ual
254
nm
Aktivitas
FeCl3
Dra
366
nm
Golongan
Vanilli
254
366
254
366
gen
nm
nm
nm
nm
drof
H2SO4
sitrob
DP
UV
Antiba
orat
PH
Protection
kteri
n–
Senyawa
0,15
-
-
+
-
-
-
-
-
+
-
+
+
+
Terpenoid
0,22
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
+
-
+
Terpenoid
0,30
+
-
+
-
+
-
-
-
+
-
+
-
+
Terpenoid
0,54
+
+
+
+
-
-
-
-
+
-
+
-
+
Terpenoid
0,75
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
-
Terpenoid
0,79
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
--
-
Terpenoid
Keterangan : - (tidak ada) +(ada)
100
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “ISOLASI DAN
IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA AKTIF
PENANGKAP RADIKAL BEBAS, ULTRAVIOLET
PROTECTION, DAN ANTIBAKTERI EKSTRAK
ETANOLIK DAUN PEGAGAN (Centella asiatica (L.)
Urban.)” ini memiliki nama lengkap Setio Agustin.
Penulis lahir di Purwokerto pada tanggal 19 Agustus
1993 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan
formal yang pernah ditempuh penulis adalah TK YPPPK
Klampok (1998-1999), SD YPPPK Klampok (19992005), SMP Susteran Purwokerto (2005-2008), SMA Bruderan Purwokerto
(2008-2011), kemudian tahun 2011 penulis melanjutkan kuliah di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah penulis aktif
dalam beberapa kegiatan dan organisasi antara lain sebagai koordinator Divisi
Pengembangan Pengkaderan Organisasi Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia
periode 2013-2014, koordinator seksi acara Seminar Nasional “Young Generation
with No More HIV Infections, Discriminations, dan AIDS Related Deaths”,
asisten praktikum Kimia Dasar periode 2012-2013, dan asisten praktikum
Farmakognosi-Fitokimia periode 2013-2014 dan 2014-2015.
101
Download