I. Latar Belakang Upaya pencegahan HIV dan AIDS terkait perilaku

advertisement
Nama Dokumen
PIC
TOR
Staf Asistensi dan Konsultan Program
Pengurangan Dampak Buruk Napza Suntik
Juni 2017
Juli s/d Desember 2017
Empat (4) orang
GF NFM Origin 2016
BL. 169. 2016 – Carry Forward 2017
Jumlah Total IDR. 352, 763, 270,Koordinator Harm Reduction
Lampiran
Lembar Pengumuman Proses Rekrutmen Untuk Publik
Waktu Pengajuan
Masa Kontrak
Jumlah Personel
Sumber Pembiayaan
Identitas Anggaran
I.
Latar Belakang
Upaya pencegahan HIV dan AIDS terkait perilaku menyuntikkan zat akibat ketergantungan
Napza, merupakan suatu strategi penting yang berkelanjutan. Menurut data BNN, jumlah estimasi
Orang Dengan Gangguan Penggunaan Zat (ODGPZ) di Indonesia mencapai 5,8 juta pada 2015.
Termasuk di dalam estimasi ini, terdapat 35.574 orang di antaranya mengalami ketergantungan Napza
suntik (KPAN dan Kemenkes RI). Kecendrungan masyarakat di seluruh dunia, khusus negara-negara
dunia ketiga mengalami peningkatan angka estimasi terkait masalah ketergantungan Napza.
Masalah transmisi penyakit infeksi melalui pembuluh darah seperti HIV dan hepatitis merupakan
bagian prevalensi epidemi penting terkait penggunaan Napza suntik. Kebijakan nasional Indonesia
telah mengendalikan prevalensi tersebut melalui Permenkokesra nomor 2 tahun 2007 dan Permenkes
nomor 55 tahun 2015. Integrasi program pencegahan dengan pengendalian/pengobatan adiksi yang
strategis memerlukan upaya sungguh-sungguh yang berkelanjutan guna membangun sistem pelayanan
kesehatan komprehensif bagi pengguna Napza, secara khusus Penasun. Kebijakan di bidang
pengurangan dampak buruk Napza suntik juga melalui proses perkembangan. Mulai dari pola
intervensi pencegahan infeksi terdampak yang bersifat core barrier, meningkat menjadi pola yang
lebih luas dimana partisipasi masyarakat melalui komunitas ditempatkan pada posisi penting yang
menentukan keberhasilan pendekatan Yankes. Pendekatan berbasis Fasyankes yang komprehensif
tersebut dikenal dengan program Layanan Alat Suntik Steril (LASS) dan Program Terapi Rumatan
Metadon (PTRM).
Di sisi lain, pemerintah Indonesia menetapkan suatu strategi yang dimuat di dalam UU Narkotika
nomor 35 tahun 2009
yaitu rahabilitasi sosial dan rehabilitasi medis (lihat pasal 54). Untuk
menterjemahkan pendekatan ini, Pemerintah mengembangkan strategi IPWL (Instansi Penerima
Wajib Lapor), yakni pendekatan untuk menjangkau pengguna dan penyalahguna Napza untuk
TOR BL. 169 GF NFM – PR-NAC CF 2017 1
mengakses secara mandiri pelayanan rehabilitasi sosial dan medis. IPWL sebagai terminologi
dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan IPWL. Untuk
kebutuhan IPWL berbasis rehabilitasi medis, Kementerian Kesehatan menerbitkan Permenkes nomor
1305 tahun 2011 guna memayungi seluruh manifestasi kuratif terkait masalah adiksi di Fasyankes
milik pemerintah maupun swasta.
Pelaksanaan IPWL menghadapi tantangan berat sebab ODGPZ hakikatnya mengalami gangguan
mental sehingga secara alamiah mengalami hendaya sehingga tidak menyadari bahwa dirinya
membutuhkan pertolongan. Oleh sebab itu, sangat sulit bagi seorang Pengguna Napza untuk bertindak
mandiri mengakses layanan rehabilitasi terkait masalah adiksi yang dideritanya (baca: melaporkan
dirinya dengan sadar untuk menerima rehabilitasi). Selain itu, konsep IPWL sulit dilaksanakan
dengan baik sebab adanya stigma yang dilekatkan pada diri seorang pecandu. Masalah lain adalah,
IPWL dipandang sebagai pendekatan bagi aparat penegak hukum / kepolisian untuk menangkap
setiap penyalahguna Narkoba. Pada konsep IPWL belum tercantum manifestasi peran Penjangkauan
dan Pendampingan yang mutlak diperlukan dalam setiap strategi penanganan masalah adiksi.
Penjangkauan dan Pendampingan di banyak negara dilakukan oleh komunitas-komunitas pengguna
sendiri, sehingga sejalan dengan proses pemberdayaan populasi kunci terutama pada Penasun.
KPAN telah lebih dulu melihat perlunya suatu pola pelibatan komunitas dengan pemberdayaan
berbasis organisasi profesional. Pola ini menjamin penempatan komunitas Pengguna Napza sebagai
agen perubahan dalam masyarakat, bukan korban (kapasitas lemah) dan bukan pula beban. Namun
justru memperkuat basis pemberdayaan masyarakat yang mengalami marjinalisasi akibat stigma di
dalam terminologi kebijakan terkait masalah dan dampak penyalahgunaan Narkotika. Oleh sebab itu,
sejak 2009 KPAN mengembangkan pendekatan baru daalam rehabilitasi sosial terutama untuk
Penasun yaitu Pemulihan Adiksi Berbasis Masyarakat (PABM). Sekaligus memperkuat kapasitas
organisasi komunitas untuk terlibat proaktif dalam strategi rehabilitasi sosial yang bersinergi dengan
rehabilitasi medis sebagaimana diisyaratkan dalam kebijakan IPWL.
Selanjutnya KPAN bersama pemangku kepentingan kebijakan terkait, bertanggungjawab
membangun sinergitas di dalam sistem penanggulangan HIV dan Napza sehingga seluruh pendekatan
dalam intervensi pengurangan dampak buruk Napza suntik terjamin keberlanjutan dan
pengembangannya. Dalam upaya mencapai sinergitas sistem penanggulangan antara masalah infeksi
HIV dan penggunaan/penyalahgunaan Napza, diperlukan pendekatan-pendekatan teknis yang
menjembatani gap antara terminologi harm reduction dengan pemberantasan penyalahgunaan
Narkoba sebagaimana diatur dalam UU Narkotika nomor 35 tahun 2009 dan produk-produk kebijakan
TOR BL. 169 GF NFM – PR-NAC CF 2017 2
turunannya. Pendekatan yang dimaksud meliputi upaya penyiapan dukungan kementerian teknis dan
koordinatif untuk melanjutkan pola intervensi PABM dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial, termasuk
posisi patisipatori komunitas untuk mendorong efektifitas penatalaksanaan terapi rahb sosial maupun
medis. Komunitas berbasis organisasi profesional perlu didorong untuk lebih berdaya dan kuat,
sehingga memiliki posisi tawar yang mendapat pertimbangan penting di mata pemerintah.
II. Tujuan
Tujuan Umum :
Mencapai proses penguatan pada pembangunan sinergitas antara sistem penanggulangan HIV dan
Napza dalam implementasi IPWL dengan pendekatan PABM termasuk keberlanjutan partisipasi
komunitas dalam aspek pelayanan kesehatan berbasis harm reduction.
Tujuan Khusus :
1.
Melakukan percepatan proses integrasi strategi penanggulangan HIV dan Napza ke dalam sistem
pemberdayaan yang dikembangkan oleh Pemerintah.
2.
Memperkuat implementasi program LASS berbasis Fasyankes sesuai Permenkes nomor 55 tahun
2015.
3.
Mengintegrasikan strategi PABM dalam pengembangan layanan rehabilitasi sosial dan medis
melalui dukungan bagi pemerintah untuk mengembangkan IPWL berbasis partisipasi
masyarakat.
4.
Menjamin tercapainya capaian LASS dan PABM sesuai manifestasi mutu pelyanan yang dapat
dipertanggung-jawabkan dan jaminan keberlanjutan program di masa depan.
5.
Mendorong kementerian teknis bidang kesehatan dan sosial untuk memiliki standar tepat guna
untuk meningkatkan kapasitas komunitas sebagai penunjang peningkatan mutu pelayanan LASS
dan rehabilitasi sosial terkait upaya perubahan perilaku Penasun dan Pengguna Napza pada
umumnya.
III. Pemetaan Kebutuhan
Dasar pemikiran yang menjelaskan pemetaan kebutuhan terkait yang menjamin tercapainya tujuan
umum dan tujuan khusus, dijelaskan pada tabel di bawah ini :
TOR BL. 169 GF NFM – PR-NAC CF 2017 3
Tujuan
Umum
Khusus
Mencapai proses
penguatan pada
pembangunan
sinergitas antara
sistem
penanggulangan
HIV dan Napza
dalam implementasi
IPWL dengan
pendekatan PABM
termasuk
keberlanjutan
partisipasi
komunitas dalam
aspek pelayanan
kesehatan berbasis
harm reduction.
1. Melakukan
percepatan proses
integrasi strategi
penanggulangan
HIV dan Napza ke
dalam sistem
pemberdayaan
yang
dikembangkan
oleh Pemerintah.
2. Memperkuat
implementasi
program LASS
berbasis Fasyankes
sesuai Permenkes
nomor 55 tahun
2015.
Keluaran
Implementasi
Teknis Berbasis
Pola Intervensi
Dukungan GF
Sistem
NFM
BL. 103
 Koordinasi &
Negosiasi
BL. 105
dengan
Kemensos
BL. 106
BL. 107
BL. 109
BL. 170
BL. 112 CF
BL. 113 CF
BL. 115 CF
BL. 215 CF
BL. 209
3. Mengintegrasikan
strategi PABM
dalam
pengembangan
layanan
rehabilitasi sosial
dan medis melalui
dukungan bagi
pemerintah untuk
mengembangkan
IPWL berbasis
partisipasi
masyarakat.
4. Menjamin
tercapainya
capaian LASS dan
PABM sesuai
manifestasi mutu
pelyanan yang
dapat
dipertanggungjawabkan dan
jaminan
keberlanjutan
BL. 131 CF
Dukungan
pemantauan
pelaporan dan
pencapaian terget:
LASS, PABM,
Pokja Harm
Reduction, dan
Satelit LASS.
 Koordinasi
berkelanjutan
dengan BNN
 Memberi
dukungan
teknis terkait
data dan fungsi
koordinatif ke
Subdit NapzaDit.P2MKN
 Keterlibatan
pro-aktif pada
proses
penyusunan
RUU
Narkotika
(baru)
Kebutuhan
Majamemen &
Pengelolaan Rutin
Set.KPAN :
1. Koordinator
Harm
Reduction
2. Asisten
Koordinator
Ham
Reduction &
Poci Remaja
Rekrutmen
Khusus BL.169:
1.
Technical
Assistance
Officer Harm
Reduction
2.
Konsultan
Modul &
Kurikulum
Pelatihan
SDM Non
Tenaga
Yankes
3.
Konsultan
Modul &
Kurikulum
Pelatihan
Konseling
Perubahan
Perilaku
Penasun
4.
Konsultan
Penyusunan
Draf & Proses
Finalisasi
Revisi
 Membantu
mitra-mitra
pelaksana
PABM non
IPWL menjadi
IPWL
 Drafting Revisi
Pedoman
PABM
 Modul dan
Kurikulum
Pelatihan
Konseling
Perubahan
Perilaku
Penasun (untuk
TOT dan End-
TOR BL. 169 GF NFM – PR-NAC CF 2017 4
program di masa
depan.
5. Mendorong
kementerian teknis
bidang kesehatan
dan sosial untuk
memiliki standar
tepat guna untuk
meningkatkan
kapasitas
komunitas sebagai
penunjang
peningkatan mutu
pelayanan LASS
dan rehabilitasi
sosial terkait
upaya perubahan
perilaku Penasun
dan Pengguna
Napza pada
umumnya.
User)
 Memulai
proses
penempatan
paket
dukungan
pembiayaan
rehabilitasi
sosial dengan
BPJS.
Pedoman
PABM
 Memulai
proses
penempatan
paker
dukungan
pembiayaan
program
individual
pasca rehab
dari Kemensos.
 Memberi
dukungan
asistensi teknis
untuk
pengesahan SK
Pokja Harm
Reduction di
Kemenko
PMK.
IV. Batasan, Durasi, Target Kerja, dan Besaran Nilai Penugasan
4.1. Staf Asistensi Teknis Kegiatan Harm Reduction & Koordinasi Lintas Pelaksana Program
HIV dan Masalah Napza.
Kompetensi :
1. Memiliki standar pendidikan minimal Sekolah Mengengah Umum (SMU) dengan pengalaman
bekerja sekurang-kurangnya tiga (3) tahun di bidang pengelolaan program-program kesehatan
berbasis partisipasi masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat, atau
2. Memiliki standar pendidikan sekurang-kurangnya Diploma (D3) bidang Kesehatan atau
Manajemen atau sederajat bidang administrasi dan umum lainnya
TOR BL. 169 GF NFM – PR-NAC CF 2017 5
3. Mamiliki kemampuan untuk mempersiapkan dan mengelola kegiatan/aktivitas yang melibatkan
banyak partisipan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik.
5. Menyukai aktivitas menulis dan memiliki kemampuan menyusun laporan tertulis, notulensi, TOR,
dan menulis dokumen-dokumen penunjang suatu program
6. Memiliki pengalaman bekerja sekurang-kurangnya satu tahun dalam suatu instansi pemerintah dan
atau non pemerintah di bidang program kesehatan dan atau penanggulangan HIV serta Napza.
7. Dapat bekerja mandiri dengan baik maupun dalam lingkungan kerjasama kelompok atau tim kerja.
8. Memiliki pengatahuan dasar tentang HIV, AIDS, dan masalah penyalahgunaan Napza
Batasan Tupoksi :
1. Membantu Koordinator Harm Reduction untuk melaksanakan persiapan teknis semua kegiatan
bidang terkait dengan dukungan GF NFM.
2. Memantau dan mengelola waktu pengumpulan laporan capaian LASS, PABM, Pokja Harm
Reduction, dan Satelit LASS.
3. Menyiapkan laporan monitoring berbasis check-list untuk persiapan setiap kegiatan / agenda
bidang harm reduction.
4. Melaksanakan fungsi Notulensi untuk setiap kegiatan bidang harm reduction
5. Melaksanakan
penugasan di luar kantor di bawah arahan Koordinator Harm Reduction dan
Tandem terkait bagian program di Subdit AIDS dan Subdit Masalah Napza
6. Membantu proses koordinasi lintas program bidang HIV dan Napza yang melibatkan Subdit
AIDS, Set.KPAN, dan Subdit Masalah Napza.
7. Melaksanakan dukungan proses penyediaan surat-surat koordinasi Ka. Set. KPAN di dalam
lingkungan Kementerian Kesehatan dan provinsi melalui Dinas Kesehatan Provinsi untuk sukses
mengawal penguatan basis layanan kesehatan bidang HIV dan Napza.
Jumlah Personel Dua Orang:
Satu Orang untuk di tempatkan di Set.KPAN Bgn. Program Harm Reduction dan
Satu Orang untuk ditempatkan membantu di Subdit AIDS dan Subdit Masalah Napza
Batas Antara Nilai Gaji :
IDR. 4,000,000,- s/d IDR. 5,000,000,- (bulanan) atau mengacu pada PIM strata Asisten Junior
Durasi kontrak : Juli 2017 s/d Desember 2017
TOR BL. 169 GF NFM – PR-NAC CF 2017 6
4.2. Konsultan Program
Kebutuhan Konsultan Program meliputi :
1.
Konsultan untuk menyusun draf Kurikulum Pelatihan & Modul Perubahan Perilaku dan
Dukungan Psikososial untuk Pengguna Napza Suntik dukungan LASS & PABM
2.
Konsultan untuk menyusun draf Revisi Pedoman Pemulihan Adiksi Berbasis Masyarakat
Durasi Penugasan :
Agustus s/d September 2017 (masing-masing Konsultan bekerja selama 60 hari)
Kompetensi :
1.
Menyandang sekurang-kurangnya pendidikan ijazah SMA dengan pengalaman bekerja sebagai
pegiat program pengurangan dampak buruk Napza suntik minimal 10 (sepuluh). Atau
2.
Menyandang ijazah S1 bidang pendidikan sosial atau kesehatan masyarakat dengan pengalaman
bekerja sebagai pegiat program pengurangan dampak buruk Napza suntik minimal 5 (lima)
tahun. Atau
3.
Menyandang ijjazah S2 bidang kesehatan masyarakat atau psikologi atau bidang sosial yang
relevan dengan pengalaman bekerja sebagai pegiat program dampak buruk Napza suntik minimal
3 (tiga) tahun.
4.
Memiliki pengalaman bertugas sebagai pelaksana penjangkauan dan pendampingan Penasun di
lapangan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
5.
Memiliki sertifikat pelatihan Konseling Adiksi yang diselenggarakan oleh lembaga setingkat
pemerintah nasional atau internasional.
6.
Memiliki kemampuan memberikan layanan Konseling Adiksi dan sudah memberikan pelayanan
konseling kepada Penasun selama berkelanjutan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun terakhir.
7.
Pernah terlibat langsung sebagai anggota penulis dalam kegiatan penelitian, penulisan hasil
penelitian, atau makalah untuk media ilmu pengetahuan atau jurnal.
8.
Pernah terlibat dalam proses penyusunan Pedoman dan atau Petunjuk Teknis / Modul
Implementasi program pelayanan kesehatan yang dikembangkan oleh pemerintah.
9.
Dapat bekerja mandiri dan atau bersama kelompok sebagai bagian tim kerja yang menjamin
terjalinnya komunikasi dan fungsi koordinasi yang baik.
10. Dapat bekerja cepat, efektif, dan profesional untuk mencapai target penugasan dalam kurun
waktu relatif singkat.
11. Sehat jasmani dan rohani. Apabila dalam proses perawatan dan pengobatan berkelanjutan, berada
pada situasi optimal sehingga dimungkinkan untuk beraktivitas kerja dengan baik.
TOR BL. 169 GF NFM – PR-NAC CF 2017 7
Road-map Pekerjaan Konsultan
Tahap I
1.
Penyusunan
Indikator
Konsultan Dukungan
Penilaian Kebutuhan
LASS & PABM
2. Need Asessment
Modul Perubahan
Perilaku & Dukungan
Psikososial Penasun &
Revisi Pedoman
PABM : Medan,
Palembang, DKI
Jakarta, Tangerang,
Bandung, Yogyakarta,
Surabaya, Denpasar,
dan Samarinda.
Konsultan
Revisi
Pedoman PABM
3. Penyusunan Drafting
tahap awal
1.
2.
Tahap II
Pengembangan
Draf
Pertemuan Forum
Konsultasi
(melibatkan
stakeholders)
Tahap III
1. Finalisasi Draf
Kurikulum
Pelatihan
dan
Modul Perubahan
Perilaku
dan
Dukungan
Psikososial
2. Pertemuan Forum
Konsultasi untuk
finalisasi
editorial.
3. Penulisan
dan
editing
tahap
akhir.
1. Finalisasi
Draf
Revisi Pedoman
PABM
1.
Pengembangan
Draf
2.
Pertemuan Forum
Konsultasi
2. Pertemuan Forum
(melibatkan
Konsultasi untuk
stakeholders)
finalisasi editorial
(Revisi) Pedoman
PABM
3. Penulisan
editing
akhir
dan
tahap
Jumlah Personel : Dua Orang Konsultan
Batas Antara Nilai Pendapatan Konsultan :
IDR. 30,000,000 s/d 45,000,000,- per kontrak per orang
V. Pembiayaan
Penyediaan dua (2) orang Staf Asistensi Teknis Harm Reduction dan dua (2) orang Konsultan
Program Harm Reduction dibebankan pada dukungan GF NFM - PR NAC CF 2017 BL. 169 dengan
nilai anggaran total sebesar Rp. 352,763,270,- Beban anggaran untuk pembayaran gaji dan
pendapatan hak profesional konsultan tidak melebihi nilai dana sebesar Rp. 200,000,000,- sehingga
sistem pengadaan dengan berbasis dukungan panitia lelang tidak diperlukan.
TOR BL. 169 GF NFM – PR-NAC CF 2017 8
Pembiayaan fasilitasi perjalanan dinas melakukan need asessment dan pertemuan-pertemuan forum
konsultasi dihitung terpisah dari nilai kontrak masing-masing personel yang akan direkrut.
Garis besar struktur penggunaan anggaran untuk merealisasikan BL. 169 tersebut, terdiri dari :
1.
Gaji (rutin) 6 bulan untuk dua orang Staf Asistensi Teknis
2.
Honor (bersih) untuk dua orang Konsultan Program
3.
Perjalanan dinas melakukan Need Asessment untuk tiga orang ke 9 kota
4.
Paket pertemuan untuk target peserta 20 orang sebanyak empat putaran di kantor dalam kota
Jakarta.
5.
Alokasi anggaran tiket pesawat terbang pp, penginapan untuk tiga hari kerja (3 kali putaran),
transportasi lokal, dan per diem apabila Konsultan berdomisili di luar Dejabotabek.
TOR BL. 169 GF NFM – PR-NAC CF 2017 9
LAMPIRAN TOR BL. 169
SOSIALISASI KEBUTUHAN REKRUTMEN CEPAT SDM PENUNJANG
PROGRAMPENGURANGAN DAMPAK BURUK NAPZA SUNTIK
SEKRETARIAT KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL
Pemerintah Indonesia memiliki komitmen tinggi dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS secara
berkelanjutan termasuk pencegahan prevalensi HIV dan Hepatitis pada Pengguna Napza Suntik
(Penasun). Perhatian difokuskan pada penyediaan sarana dan pra saranan pelayanan kesehatan
berbasis kesehatan masyarakat dari segi pencegahan maupun perawatan, pengobatan, dan dukungan.
Melalui Perpres nomor 124 tahun tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), peran
lintas sektoral dan partisipasi masyarakat dilebur ke dalam fungsi teknis bidang kesehatan yang
dikoordinir secara langsung oleh Kementerian Kesehatan RI. Dengan demikian, upaya pencegahan
menjadi satu pintu dengan upaya perawatan, pengobatan dan dukungan penyakit HIV dan AIDS
secara komprehensif dan berkelanjutan. Langkah strategis ini masih memerlukan penguatan sistemik
yang sesuai dengan kemajuan startegi implementasi, secara khusus bidang HIV dan Napza. Maka
diperlukan percepatan dan efektifitas yang didukung oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)
sesuai dengan kompetensi yang diperlukan, sehingga proses transisi terkait ruang lingkup tanggungjawab KPAN dalam fungsi pelayanan kesehatan, dapat berlangsung sesuai perencanaan.
Kini Kementerian Kesehatan melalui Sekretariat KPAN bertanggung-jawab mengurus program
Pemulihan Adiksi Berbasis Masyarakat (PABM) yang dilaksanakan di rumah-rumah rehabsos milik
organisasi Komunitas Penasun dan Layanan Alat Suntik Steril (LASS) yang tersedia di Puskesmas
dan Satelit milik LSM pelasana program terkait. Sesuai Permenkes nomor 55 tahun 2015 tentang
Program Pengurangan Dampak Buruk Napza Suntik, maka LASS akan diperkuat dengan layanan
konseling Perubahan Perilaku Penasun dan dukungan program psikososial. Sedangkan PABM
membutuhkan penguatan konsep layanan yang komprehensif dan sistem Monev. PABM memberi
perhatian khusus pada strategi rehabilitasi sosial dan medis terkait masalah adiksi, penapisan dampak
buruk pada kualitas kesehatan, perawatan, dan dukungan pengobatan terhadap penyakit komorbiditas.
Saat ini semua program Yankes bidang pengurangan dampak buruk Napza suntik berlangsung di 18
provinsi dan 68 kab/kota di bawah supervisi langsung KPA Provinsi/Kab/Kota dan Dinas Kesehatan
Provinsi/Kab/Kota dengan pelibatan peran pemantauan lintas sektoral.
Saat ini Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Kementerian
Kesehatan melalui Sekretariat KPAN membutuhkan rekrutmen cepat untuk empat posisi di bawah ini:
1. Konsultan Program untuk Kurikulum & Modul Pelatihan Perubahan Perilaku dan Dukungan
Psikososial Penasun (satu orang)
2. Konslultan Program untuk revisi Pedoman PABM (satu orang)
TOR BL. 169 GF NFM – PR-NAC CF 2017 10
3. Staf Asistensi Teknis Program HIV & AIDS untuk ditempatkan di Subdit AIDS (satu orang)
4. Staf Asistensi Teknis Program Harm Reduction untuk ditempatkan di Sekretariat KPAN (satu
orang)
KONSULTAN PROGRAM
Kualifikasi dan Kompetensi :
1.
Menyandang sekurang-kurangnya pendidikan ijazah SMA dengan pengalaman bekerja sebagai
pegiat program pengurangan dampak buruk Napza suntik minimal 10 (sepuluh). Atau
2.
Menyandang ijazah S1 bidang pendidikan sosial atau kesehatan masyarakat dengan pengalaman
bekerja sebagai pegiat program pengurangan dampak buruk Napza suntik minimal 5 (lima)
tahun. Atau
3.
Menyandang ijjazah S2 bidang kesehatan masyarakat atau psikologi atau bidang sosial yang
relevan dengan pengalaman bekerja sebagai pegiat program dampak buruk Napza suntik minimal
3 (tiga) tahun.
4.
Memiliki pengalaman bertugas sebagai pelaksana penjangkauan dan pendampingan Penasun di
lapangan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
5.
Memiliki sertifikat pelatihan Konseling Adiksi yang diselenggarakan oleh lembaga setingkat
pemerintah nasional atau internasional.
6.
Memiliki kemampuan memberikan layanan Konseling Adiksi dan sudah memberikan pelayanan
konseling kepada Penasun selama berkelanjutan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun terakhir.
7.
Pernah terlibat langsung sebagai anggota penulis dalam kegiatan penelitian, penulisan hasil
penelitian, atau makalah untuk media ilmu pengetahuan atau jurnal.
8.
Pernah terlibat dalam proses penyusunan Pedoman dan atau Petunjuk Teknis / Modul
Implementasi program pelayanan kesehatan yang dikembangkan oleh pemerintah.
9.
Dapat bekerja mandiri dan atau bersama kelompok sebagai bagian tim kerja yang menjamin
terjalinnya komunikasi dan fungsi koordinasi yang baik.
10. Dapat bekerja cepat, efektif, dan profesional untuk mencapai target penugasan dalam kurun
waktu relatif singkat.
11. Sehat jasmani dan rohani. Apabila dalam proses perawatan dan pengobatan berkelanjutan, berada
pada situasi optimal sehingga dimungkinkan untuk beraktivitas kerja dengan baik.
Durasi Kontrak : 60 (enam puluh) hari
TOR BL. 169 GF NFM – PR-NAC CF 2017 11
Road-map Tanggungjawab Pekerjaan Konsultan Program
Tahap I
Konsultan
Kurikulum dan
Modul Pelatihan
Perubahan Perilaku
dan Dukungan
Psikososial Penasun.
Konsultan Revisi
Pedoman PABM
1. Penyusunan Indikator
Penilaian Kebutuhan
Tahap II
1. Pengembangan Draf
2. Pertemuan Forum
Konsultasi
(melibatkan
2. Need Asessment Modul
stakeholders)
Perubahan Perilaku &
Dukungan Psikososial
Penasun & Revisi
Pedoman PABM :
Medan, Palembang,
DKI Jakarta,
Tangerang, Bandung,
Yogyakarta, Surabaya,
Denpasar, dan
Samarinda.
1. Pengembangan Draf
3. Penyusunan Drafting
tahap awal
2. Pertemuan Forum
Konsultasi
(melibatkan
stakeholders)
Tahap III
1. Finalisasi Draf
2. Kurikulum
Pelatihan dan
Modul Perubahan
Perilaku dan
Dukungan
Psikososial
3. Pertemuan Forum
Konsultasi untuk
finalisasi
editorial.
4. Penulisan dan
editing tahap
akhir.
1. Finalisasi Draf
Revisi Pedoman
PABM
2. Pertemuan Forum
Konsultasi untuk
finalisasi editorial
(Revisi) Pedoman
PABM
3. Penulisan dan
editing tahap
akhir
STAF ASISTENSI TEKNIS PROGRAM
Kualifikasi dan Kompetensi :
1. Memiliki standar pendidikan minimal Sekolah Mengengah Umum (SMU) dengan pengalaman
bekerja sekurang-kurangnya tiga (3) tahun di bidang pengelolaan program-program kesehatan
berbasis partisipasi masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat, atau
2. Memiliki standar pendidikan sekurang-kurangnya Diploma (D3) bidang Kesehatan atau
Manajemen atau sederajat bidang administrasi dan umum lainnya
TOR BL. 169 GF NFM – PR-NAC CF 2017 12
3. Mamiliki kemampuan untuk mempersiapkan dan mengelola kegiatan/aktivitas yang melibatkan
banyak partisipan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik.
5. Menyukai aktivitas menulis dan memiliki kemampuan menyusun laporan tertulis, notulensi, TOR,
dan menulis dokumen-dokumen penunjang suatu program
6. Memiliki pengalaman bekerja sekurang-kurangnya satu tahun dalam suatu instansi pemerintah dan
atau non pemerintah di bidang program kesehatan dan atau penanggulangan HIV serta Napza.
7. Dapat bekerja mandiri dengan baik maupun dalam lingkungan kerjasama kelompok atau tim kerja.
8. Memiliki pengatahuan dasar tentang HIV, AIDS, dan masalah penyalahgunaan Napza
Batasan Tanggungjawab:
1.
Membantu Koordinator Harm Reduction untuk melaksanakan persiapan teknis semua kegiatan
bidang terkait dengan dukungan GF NFM.
2.
Memantau dan mengelola waktu pengumpulan laporan capaian LASS, PABM, Pokja Harm
Reduction, dan Satelit LASS.
3.
Menyiapkan laporan monitoring berbasis check-list untuk persiapan setiap kegiatan / agenda
bidang harm reduction.
4.
Melaksanakan fungsi Notulensi untuk setiap kegiatan bidang harm reduction
5.
Melaksanakan penugasan di dalam dan di luar kantor sesuai arahan Koordinator Harm
Reduction dan Tandem terkait bagian program di Subdit AIDS dan Subdit Masalah Napza
6.
Membantu proses koordinasi lintas program bidang HIV dan Napza yang melibatkan Subdit
AIDS, Set.KPAN, dan Subdit Masalah Napza.
7.
Melaksanakan dukungan proses penyediaan surat-surat koordinasi Ka. Set. KPAN di dalam
lingkungan Kementerian Kesehatan dan provinsi melalui Dinas Kesehatan Provinsi untuk sukses
mengawal penguatan basis layanan kesehatan bidang HIV dan Napza.
Durasi Kontrak : Mulai Penetapan hasil rekrutmen hingga 31 Desember 2017.
Proses rekrutmen dan penetapan hasilnya akan memberi perhatian khusus pada Kandidat Odha
serta mempertimbangkan aspek keadilan jender. Peminat proses rektrutmen ini dapat
mengirimkan CV singkat disertai surat lamaran sebagaimana mestinya ke alamat e-mail : ......
selambat-lambatnya pada hari Selasa 11 Juli 2017 pukul 00.00 WIB.
TOR BL. 169 GF NFM – PR-NAC CF 2017 13
TOR BL. 169 GF NFM – PR-NAC CF 2017 14
Download