1 Laporan Skripsi Pendahuluan kabeh

advertisement
PENDETEKSI SADAPAN PADA PESAWAT TELEPON
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun oleh :
HENDRIEYANTO
NIM 0210632049-63
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2005
i
PENDETEKSI SADAPAN PADA PESAWAT TELEPON
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun oleh :
HENDRIEYANTO
NIM 0210632049-63
Telah diperiksa dan setujui oleh
Dosen pembimbing
Moch. Rif’an, ST. MT
NIP. 132 283 659
Panca Mudjirahardjo, ST. MT
NIP. 132 288 163
ii
PENDETEKSI SADAPAN PADA PESAWAT TELEPON
Disusun oleh :
HENDRIEYANTO
NIM 0210632049-63
Skripsi ini telah diuji dan dinyatakan lulus pada
tanggal 17 Februari 2005
DOSEN PENGUJI
Ir. M. Julius St, MS
NIP. 131 124 655
Ir. Ponco Siwindarto, MS
NIP. 131 837 966
Nurussa’adah, Ir
NIP. 131 994 339
Bambang Siswojo, Ir
NIP. 131 759 588
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Elektro
Ir. Purwanto, MT
NIP. 131 574 847
iii
ABSTRAK
HENDRIEYANTO, NIM : 0210632049-63, Konsentrasi Teknik Elektronika, Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Desember 2004, Skripsi, Pendeteksi
Sadapan Pada Pesawat Telepon, Dosen Pembimbing : Moch. Rif’an, ST, MT dan Panca M,
ST. MT
Dalam skripsi ini penulis memberikan alternatif sistem yang lebih aplikatif dan dapat
mengurangi pencurian pulsa telepon dan juga dapat menjaga informasi ataupun pembicaraan
yang bersifat rahasia Sistem ini diharapkan dapat memberikan rasa aman terhadap pengguna
jasa telepon baik itu dirumah ataupun diperkantoran, sehingga dpat menghindari hal- hal
yang tidak diinginkan yang berakibat membengkaknya tagihan telepon.
Dari pengujian sistem secara per bagian dan keseluruhan, masukan sistem pertama
sistem dipasang antara pesawat telepon dengan line telepon. Pada saat telepon diangkat
rangakaian detector hook akan mendeteksi bahwa telepon dalam keadaan off hook. Setelah
itu mikro akan menyambungkan line dengan rangkaian logika menggunakan relay,
rangakaian logika akan mengambil tegangan awal pada saat saat telepon pertama kali
diangkat setelah masuk ke ADC dan disimpan pada register mikro sebagai tegangan
awal,setelah itu rangkaian logika dan ADC akan mendeteksi tegangan pada line selanjutnya
jika terjadi perubahan tegangan pada line sebesar minimal 1 Volt akan dideteksi oleh mikro
bahwa kondisi sedang terjadi penyadapan lalu LCD menampilkan informasi bahwa sedang
terjadinya penyadapan dan buzzer aktif
iv
PENGANTAR
Dengan penuh rasa syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT, karena dengan
limpahan nikmat, karunia dan rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pendeteksi Sadapan Pada Pesawat Telepon.
Segala kesulitan, hambatan dan gangguan telah berhasil penulis lalui. Pengajuan skripsi ini
merupakan persyaratan yang wajib ditempuh untuk meraih gelar Sarjana Teknik.
Kelancaran penulisan skripsi ini mulai dari awal hingga selesai tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan dari semua pihak baik moril maupun materil. Dalam kesempatan ini
penulis dengan penuh rasa hormat menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak H. Gumisanto, SE dan Ibu Hj. Hindun. BBA, tercinta selaku Orang Tua penulis
yang telah memberikan do’a, nasehat, serta memberikan dorongan materil hingga
terselesainya skripsi dan kuliah jenjang S1 ini.
2. Adik- Adikku yang teristimewa, Heni, wisnu dan juga Uah. Semoga kalian semua dapat
mengikuti jejak langkahku dan sukses dalam studinya
3. Bapak Ir. Purwanto, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya
Malang.
4. Bapak Moch. Rif’an, ST, MT dan Bapak Panca M, ST. MT selaku dosen pembimbing
yang telah rela memberikan dan meluangkan waktunya serta perhatian atas
terselesainya skripsi ini.
5. Bapak Ir. Ponco Siswindarto, MS selaku KKDK Teknik Elektronika Jurusan Teknik
Elektro Universitas Brawijaya Malang.
6. Staf Recording Jurusan Teknik Elektro (mba’ mien, mba’ ika, bu kamil n mas wandi)
yang telah membantu kelancaran Administrasi Akademik.
7. Sahabat- sohip Kentalku. Romadlon, Nanang, Ipunk. Jasa kalian tak mungkin kulupa
semoga persahabatan kita tak lekang oleh waktu.
8. Semua rekan-rekan Jurusan Elektro khususnya angkatan 2002 alih jenjang atas segala
dorongannya.
9. PT CENDANA TEKNIKA 2000 yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
kerja freelance.
v
10. Semua pihak yang telah membantu secara moril maupun materil selama perancangan
dan realisasi skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, dan penulis
sendiri. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dinanti oleh penulis
demi perbaikan penulisan dan alat selanjutnya dapat bekerja lebih ideal lagi.
Malang, 05 Februari 2005
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................................iv
PENGANTAR ........................................................................................................... v
DAFTAR ISI.............................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3
Tujuan ................................................................................................... 2
1.4
Batasan Masalah ................................................................................... 2
1.5
Sistematika Penulisan ........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Telepon....................................................................................... 4
2.1.1 Dasar Pesawat Telepon ............................................................... 5
2.1.2 Proses Terjadinya Hubungan Telepon ........................................ 6
2.1.3 Tone Dialing ............................................................................... 8
2.1.4 Sinyal Telepon ............................................................................ 9
2.2 Pesawat Telepon Dalam Keadaan Sesungguhnya .................................. 10
2.2.1 Akibat Kedua .............................................................................. 11
2.2.2 Akibat Ketiga .............................................................................. 11
2.3 Mikrokontroller AT89C51 ...................................................................... 12
2.3.1 Penjelasan Pungsi Pin AT89C51……………………………….. 14
2.3.2 Masukkan Dan Keluaran……………………………………….. 15
2.4 LCD (Liquid Crystal Display) ................................................................. 16
vii
2.5 Pengubah Analog Ke Digital .................................................................. 19
2.6 DTMF (Dual Tone Multi Frequency) ..................................................... 22
2.6.1 DTMF Transmitter (IC TP5088) ................................................ 22
BAB III METODOLOGI
3.1 Studi Literatur ......................................................................................... 25
3.2 Perancangan Peralatan ............................................................................ 25
3.3 Pembuatan alat ........................................................................................ 25
3.4 Pengujian Alat ......................................................................................... 26
BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI
4.1 Spesifikasi Sistem ................................................................................... 27
4.2 Blok Diagram .......................................................................................... 27
4.3 Prinsip Kerja ............................................................................................ 28
4.4 Perencanaan Perangkat Keras .................................................................. 28
4.4.1 Rangkaian Kontrol AT89C51 ...................................................... 29
4.4.2 LCD.............................................................................................. 29
4.4.3 Rangkaian Detektor Hook............................................................ 30
4.4.4 Rangkaian encoder DTMF........................................................... 32
4.5 Rangkaian Penguat................................................................................... 33
4.6 Rangkaian Driver Buzzer ......................................................................... 35
4.7 Perancangan perangkat lunak .................................................................. 36
BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA
5.1 Pengujian Detektor On- Off Hook............................................................ 38
5.2 Pengujian rangkaian Enkoder DTMF…………………………………... 39
5.3 Pengujian Hubungan antara Mikrokontroller dengan buzzer .................. 40
5.4 Pengujian Rangkaian ADC (Analog To Digital Converter) .................. 41
5.5 Pengujian Rangkaian LCD…………………………………………….. 43
5.6 Pengujian Rangkaian dengan Pesawat Telepon………………………... 45
5.7 Pengujian Keseluruhan Sistem………………………………………… 46
viii
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 48
6.2 Saran ........................................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 49
ix
DAFTAR TABEL
No
Judul
Halaman
Tabel 2.1 Tabel Alokasi Frekuensi DTMF .............................................................. 7
Tabel 2.2 Tabel Fungsi Pengganti Port 3 ................................................................. 16
Tabel 2.3 Fungsi Pin LCD ....................................................................................... 17
Tabel 2.4 Tabel Instruksi- Instruksi Pada LCD ....................................................... 18
Tabel 2.5 Tabel Kebenaran TP 5088 ...................................................................... 30
Tabel 2.6 Tabel Standar Telepon Untuk Pelanggan……………………………….. 30
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Detektor Hook……………………………………….39
Tabel 5.2 Hasil Pengujian Rangkaian Buzzer.......................................................... 40
Tabel 5.3 Hasil pengujian dan analisis data ADC ................................................... 42
Tabel 5.4 Kondisi Awal sebelum Terjadi Penyadapan ............................................ 54
Tabel 5.5 Kondisi setelah Terjadinya Penyadapan .................................................. 55
x
DAFTAR GAMBAR
No
Judul
Halaman
Gambar 2.1 Blok Diagram Pesawat Telepon ........................................................... 5
Gambar 2.2 Rangkaian Telepon Standar ................................................................. 7
Gambar 2.3 Blok Diagram AT89C51 ...................................................................... 13
Gambar 2.4 Susunan Pin AT89C51 ......................................................................... 13
Gambar 2.5 Diagram Blok LCD .............................................................................. 16
Gambar 2.6 ADC Metode Pendekatan Berturut- Turut ........................................... 19
Gambar 2.7 Blok Diagram TP 5088 ........................................................................ 21
Gambar 2.8 Konfigurasi Penyemat IC TP 5088 ..................................................... 21
Gambar 4.1 Blok Diagram Keseluruhan Sistem ...................................................... 27
Gambar 4.2 Perancangan Minimum Sistem AT89C51 ........................................... 29
Gambar 4.3 Perancangan Rangkaian LCD .............................................................. 30
Gambar 4.4 Rangkaian Detektor Hook .................................................................... 30
Gambar 4.5 Rangkaian DTMF Transmitter ............................................................. 32
Gambar 4.6 Rangkaian Penguat ............................................................................... 33
Gambar 4.7 Rangkaian ADC ................................................................................... 34
Gambar 4.8 Rangkaian Buzzer ................................................................................ 35
Gambar 4.9 Perangkat lunak keseluruhan sistem .................................................... 37
Gambar 5.1 Blok Diagram Pengujian Detektor On-Off Hook………………………… 38
Gambar 5.2. Blok Diagram Pengujian Encoder DTMF ……………………………. 39
Gambar 5.3 Gambar Tampilan Encoder DTMF ........................................................ 40
Gambar 5.4 Pengujian Driver Buzzer ........................................................................ 40
Gambar 5.5 Blok Diagram Pengujian ADC .............................................................. 41
Gambar 5.6 Pengujian LCD....................................................................................... 43
Gambar 5.8 Pengujian Keseluruhan Rangkaian…………………………………….. 46
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Rangkaian ................................................................................. L-1
Lampiran 2 Listing Program Assembly ..................................................................... L-2
Lampiran 3 Foto Alat ................................................................................................. L-3
Lampiran 4 Data Sheet AT 89C51 ............................................................................ L-4
Lampiran 5 Data Sheet ADC 0804 ............................................................................ L-5
Lampiran 6 Data Sheet LM 386 ................................................................................ L-6
Lampiran 7 Data Sheet IC Decoder 74HC574 .......................................................... L-7
Lampiran 8 Data Sheet DTMF TRANSMITTER 5088............................................... L-8
Lampiran 9 Data Sheet OPTOCOUPLER 4N25 ....................................................... L-9
Lampiran 10 Data Sheet ATMEL 89C51 ................................................................... L-10
Lampiran 11 Petunjuk Pengoperasian Alat................................................................ L-12
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Dunia telekomunikasi saat ini berkembang dengan pesat hal ini tidak dapat
dielakkan karena era globalisasi, manusia ingin segalanya berjalan dengan sangat cepat dan
efisien serta efektif. Untuk mewujudkannya maka teknologi dibidang telekomunikasi pun
terus dikembangkan dan jangkauan jaringan terus diperluas. Telepon merupakan salah satu
alat
yang
digunakan
oleh
manusia
untuk
berkomuinikasi
dengan
manusia
lainnya.walaupun dengan jarak yang sangat berjauhan.
Pesawat telepon merupakan suatu hasil dari kemajuan teknologi, khususnya
dibidang elektronika dan telekomunikasi. Pada dasarnya telepon merupakan media
komunikasi jarak jauh secara full duplex, yaitu alat yang bisa digunakan sebagai
komunikasi dua arah baik itu mengirim maupun menerima. Sebagai salah satu hasil
teknologi, pesawat telepon baik untuk rumah tangga, kantor, maupun lainnya masih
memiliki kekeurangan, adapun salah satu kekurangan-kekurangannya adalah sering terjadi
penyadapan serta pencurian pulsa yang mengakibatkan membengkaknya biaya rekening
bulanan sehingga kenyamanan pelanggan berkurang. Dengan demikian semakin banyak
pengguna telepon maka semakin banyak pula kerusakan yang mungkin timbul, sehingga
untuk mengantisipasi kerusakan atau keluhan masyarakat pada pesawat telepon, maka
diperlukan suatu penanganan yang lebih cepat dan tepat. Untuk meningkatkan pelayanan
tersebut juga diperlukan suatu peningkatan system atau alat untuk perbaikan telepon dan
untuk jaringan telepon.
Berdasarkan fakta yang ada, keluhan pengguna telepon terhadap PT.TELKOM
sebagai perusahaan Telekomunikasi Indonesia adalah sering terjadinya kerusakan atau
gangguan pada pesawat telepon. Adapun gangguan yang sering terjadi adalah sering
adanya penyadapan yang menyebabkan terjadinya pencurian pulsa telepon sehingga dapat
merugikan konsumen pengguna telepon, dan juga ketidak nyamanan sehingga timbul
kekhawatiran akan adanya yang mengetahui pembicaraan yang bersifat rahasia. Dengan
adanya beberapa gangguan diatas maka alat system anti sadap ini dapat mengurangi
permasalahan yang ada dan dapat mendeteksi sedini mungkin.
1
2
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana mengaplikasikan Mikrokontroller AT89C51 sebagai pengendali utama
sekaligus unit kontrol yang dihubungkan dengan rangkaian logika pada system anti
sadap pada pesawat telepon dengan menggunakan tampilan LCD.
2. Bagaimana merancang suatu system anti sadap pada pesawat telepon.
3. Bagaimana merancang dan mengaplikasikan DTMF sebagai DTMF Encoder
4. Bagaimana merancang dan mengaplikasikan LCD sebagai penampil
1.3 Tujuan
Tujuan dari perancangan dan pembuatan alat ini adalah membuat alat Pendeteksi
Sadapan pada pesawat telepon.
1.4 Batasan masalah
Dalam ruang lingkup pembahasan pada perancangan dan pembuatan alat system
Pendeteksi sadap pada pesawat telepon. Permasalahan yang akan dibahas meliputi:
1. Perancangan dan pembuatan alat Pendeteksi sadap pada pesawat telepon.
2. Penggunaan alat hanya digunakan pada pesawat telepon rumah atau pribadi,kantor
atau instansi.dari line mulai dari rumah kabel sampai ke pelanggan.
3. Pembuatan dan perancangan program dengan menggunakan mikrokontroller
AT89C51 sebagai pengolah pada rangaian logika.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Bab I, PENDAHULUAN, menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,
ruang lingkup, dan sistematika penulisan.
2. Bab II, TINJAUAN PUSTAKA, Menjelaskan tentang teori dasar mikrokontroller
AT89C51 serta komponen yang mendukung perancangan dan pembuatan alat
3. Bab III, METODOLOGI PENELITIAN, menjelaskan tahap demi tahap penelitian
skripsi.
4. Bab IV, PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT, menjelaskan tentang
perangkat keras maupun perangkat lunak yang akan direncanakan dan
direalisasikan.
3
5. Bab V, PENGUJIAN DAN ANALISA, berisi pengujian yang dilakukan dalam
perencanaan alat, dan hasil pengujian dan analisis.
6. Bab VI, PENUTUP, Menjelaskan tentang kesimpulan akhir dari perancangan alat
dan saran-saran yang memungkinkan pengembangan alat di masa mendatang.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Telepon
Telepon berasal dari bahasa yunani yaitu ‘Tele’ yang berarti ‘jauh’ dan ‘phone’
yang berarti ‘suara’. Dari sini, secara sederhana telepon berarti alat yang digunakan untuk
percakapan jarak jauh. Sedangkan secara teknik adalah alat yang berfungsi untuk
mengkonfersikan sinyal suara menjadi sinyal listrik untuk dikirimkan kejarak yang relative
jauh dan kemudian dikonfersikan kembali sinyal listrik tersebut kesinyal suara pada
penerima .
System telepon harus mampu mengirimkan sinyal- sinyal kedua arah dimana kedua
komunikasi sedang berlangsung, disamping itu juga harus menyediakan suatu cara untuk
memberi sinyal atau tanda dari masing-masing terminal keterminal yang lain (Roody
Coolen, 1990,587).
Sentral yang akan memberitahu tentang adanya panggilan atau tentang bagaimana
keadaan terminal yang lain yang sedang dipanggil. Pada system telepon otomatis sinyal
yang dikirim akan langsung mengoperasikan alat-alat penghubung saluran (line Swiching)
pada lokasi sentral, sehingga tidak diperlukan lagi operator perantara.sistem telepon
otomatis bekerja atas dasar loop dan hanya menggunakan system batere sentral. Loop
pelanggan telepon terdiri dari sepasang kabel diantara tempat pelanggan dan sentral
penghubung telepon, sebuah pesawat telepon dan sebuah rangakian disentral penghubung
untuk mencatu batere, arus pemberi sinyal dan alat penghubung kemesin-mesin switching.
Untuk mengadakan pembicaraan antara kedua pelanggan harus mengirimkan suatu nomor
kode kesentral melalui nada pilih atau tombol tekan yang ada pada pesawat telepon.
Pelanggan yang mengirimkan informasi yang berupa nomor telepon kesentral untuk
memanggil pelannggan lain disebut dialing.
Bila telah terjadi hubungan percakapan dua arah, maka semua pembicaraan tadi
bersifat rahasia sehingga apabila ada penyalahgunaan diantaranya akan menyebabkan
ketidaknyamanan ataupun pengambilan berita dari percakapan tersebut yang bersifat
penting dan rahasia maka untuk menghindarinya diperlukan suatu langkah pencegahan
dengan pendeteksian sadapan secara dini.
5
2.1.1 Dasar Pesawat Telepon
Telepon merupakan media komuinikasi jarak jauh secara full duplex, yaitu suatu
alat yang bias digunakan sebagai alat komunikasi dua arah baik mengirim ataupun
menerima.
Diagram blok pesawat telepon :
Speech
Network
Bridge
saklar buka
tutup
pemilihan
nomor
tom bol
nada
Gambar 2.1 blok diagram pesawat telepon
------Sumber: Schweber, 1996:473
Pengaturan system komunikasi telepon dilakukan oleh sentral. Diagram bloknya
dapat dilihat pada gambar 2.l yang mana terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
•
Transmitter (Pengirim)
•
Receiver (penerima)
•
Switch hook (saklar buka tutup)
•
Dialer (pemilihan nomor)
•
Ringer
•
Speech network (rangakaian bicara)
Rangkaian transmitter dan receiver berada pada handset. Hendset ini terdiri dari
mikropon sebagai peralatan transmitter dan speker sebagai peralatan receivernya. Selain itu
handset juga berfungsi sebagai penahan saklar hook telepon agar tetap dalam keadaan on
hook.
Saklar hook adalah sakalar yang menentukan keadaan telpon pada loop tertutup
ataupun pada loop terbuka. Saat handset ditutup maka sakalar akan membuka sehingga
arus DC dari sentral tidak dapat masuk ketelepon. Kondisi inilah yang dinamakan telepon
dalam kondisi on hook. Sebaliknya, jika handset diangkat maka saklar akan menutup,
sehingga arus Dc dapat masuk ketelepon, kondisi ini disebut telepon dalam keadaan off
hook. Pada kondisi on hook, tegangan saluran lebih kurang 48Volt sedangkan pada kondisi
off hook, tegangan saluran hanya lebih kurang 10Volt.
6
Dialer merupakan peralatan yang berfungsi untuk mengirimkan nomor telepon
yang dituju kepada sentral. Pada mulanya hubungan telepon dilakukan dengan cara manual
operator yang membuat suatu hubungan berlangsung sesuai dengan keinginan pelanggan.
Kemudian berkembang tugas operator dimana digantikan dengan swiching.
Saat ini dikenal dua system pengkodean nomor dial telepon yaitu:
•
Pengkodean dengan menggunakan pulsa- pulsa listrik yang biasanya terdapat pada
pesawat telepon nomor putar. Dengan memutar piringan pemilih nomor maka akan
menghasilkan pulsa pada saluran telepon. Pulsa ini akan membuka pada saat proses
dialing disambungkan dan menutup rangaian saat proses dialing diputus. Sejumlah
pulsa ditentukan oleh seberapa banyak dial dilakukan. Pulsa- pulsa yang dihasilkan
memiliki kecepatan 10 pulsa per detik.
•
Pengkodean dengan menggunakan sinyal DTMF yang biasanya terdapat dalam
pesawat telepon tombol tekan.
Saat ini pesawat telepon banyak menggunakan dial tekan karena memiliki
kecepatan yang lebih tinggi dati pda dial putar.prosentasi salah sambung dari dial
tekan juga lebih kecil dari dial putar. Bahkan pada saat hubungan dapat dilakukan
oleh rangakian digital.dimana pelanggan hanya tinggal menekan nomor yang dituju
dan sentral telepon akan secara otomatis melakukan route membangun hubungan
melalui kode- kode penomoran tiap pelanggan. Jadi penomoran ini dapat diartikan
pemberian indentitas yang unik untuk setiap terminasi pada jaringan terminasi yang
terkait.
2.1.2 Proses Terjadinya Hubungan Telepon
Rangkaian dasar sistem telepon standar dapat dilihat pada gambar 2.1. Saat handset
terpasang pada kedudukannya, menyebabkan swich hook dalam keadaan terbuka (on
hook), hal ini menyebabkan rangkaian telepon terpisah dengan sentral, tetapi rangkaian
bell masih terhubung dengan rangkaian sentral. Tegangan saluran telepon pada saat ini
sebesar 48 Volt DC dan tidak ada arus yang mengalir pada pesawat6 telepon, karena loop
pelanggan terbuka.
Bila handset diangkat, mengakibatkan switch hook dalam keadaan tertutup ( off
hook) sehingga rangkaian pesawat telepon terhubung ke sentral, arus sebesar 20 mA-80
mA mengalir dari baterai sentral. Aliran arus ini sekaligus memberitahukan pada sentral
bahwa pelanggan berusaha membuat suatu hubungan. Sentral akan mengirimkan dial tone
kepada pelanggan bahwa nomor telepon tersebut dapat didial. Pendialan dengan pulse
7
dialling akan menutup dan membuka dial switch untuk membangkitkan pulsa. Sentral
akan menghubungkan pelanggan dengan nomor telepon yang dipanggil melalui rangkaian
switching. Sinyal bel akan dikirimkan ke pelanggan yang dipanggil bila telepon pelanggan
tersebut dalam keadaan on hook. Hubungan terjadi setelah pelanggan tersebut mengangkat
telponnya, sedangkan hubungan akan terputus bila salah satu pihak memutuskan
pembicaraan. Nada akhir sebesar 425 ± 25 Hz akan dikirimkan sentral bila yang
memutuskan adalah pihak penghubung (FTP TELKOM, 1992:141).
On-off
hook switch
Earphone
speaker
Dial
switch
A
B
Local loop
A
Bell
coil
Microphone
B
Dialing
tones
Hybrid inside
phone
Gambar 2.2 Rangkaian telepon standar
------Sumber: Schweber, 1996:473
Rangkaian bel dalam pesawat telepon dihubungkan dengan switch hook sedemikian
rupa sehingga hanya terhubung kesentral saat switch hook dalam keadaan on-hook.
Tegangan bel menuju kelilitan bel melewati sebuah kapasitor yang dihubungkan secara
seri dengan rangkaian bel. Kapasitor ini menghalangi arus DC dan hanya melewatkan arus
AC sinyal bel (ringing signal). Sinyal bel dikirimkan dengan frekwensi 20 Hz, tegangan
sebesar 90 Vrms dengan periode 2 s berbunyi dan 4s mati.
Transformator internal yang digunakan didalam pesawat telepon membatasi suara
pelanggan yang masuk ke pengiriman agar dapat sampai ke penerima ( yang ada pada
pesawat telepon pengirim) dalam tingkat yang mungkin diterima.
Dengan adanya
transformator ini maka pada saat pelanggan berbicara dia juga dapat mendengar suaranya
sendiri dengan tidak terlalu keras.
8
2.1.3 Tone Dialing ( pemanggilan dengan nada)
Sistim dialing dengan nada merupakan kombinasi dua frekuensi yang
menghasilkan suatu nada untuk memilih nomer, dimana sistem ini biasa disebut dengan
DTMF (Dual Tone Multi Frequency). Karena lebar pita dalam saluran telepon antara 3003400 Hz, maka frekuensi yang dipakai untuk DTMF terletak pada kawasan tersebut.
Sistem ini terdiri dari dua kelompok, kelompok frekwensi rendah yang terdiri dari
empat frekuensi dan kelompok frekuensi tinggi yang terdiri dari empat frekuensi. Untuk
mengirimkan informasi nomor, dipilih satu frekuensi dari kelompok frekuensi rendah dan
satu frekuensi dari kelompok frekuensi tinggi. Kombinasi kedua kelompok frekuensi
untuk mewakili masing-masing nomor dap[at dilihat dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Alokasi Frekuensi DTMF
Kelompok frekuensi
Kelompok frekuensi tinggi (Hz)
rendah (Hz)
1209
1336
1447
1633
697
1
2
3
A
770
4
5
6
B
852
7
8
9
C
941
*
0
#
D
--------Sumber : Hioki, 1998: 250
Adapun beberapa keuntungan-keuntungan penggunaan sistem DTMF adalah :
Waktu untuk pengiriman nomor sangat cepat. Tiga digit nomor dapat dikirim dalam
waktu 1,25 s dengan menggunakan waktu untuk jarak antar tiap digit. Sedangkan
untuk 7 digit hanya membutuhkan waktu 3,25 detik.
Waktu yang digunakan untuk mengirimkan nomor sama tanpa memperhatikan
nmor digit. Tidak seperti halnya pada dial pulsa, pengiriman nomor 9 lebih lama
daripada nomor 1.
Rangkaian untuk membangkitkan nada ( dial tone ) lebih mudah digabungkan
dengan IC modern.
Nada dapat digunakan untuk tujuan pensinyalan sistem telepon yang didesain untuk
mengabaikan semua frekuensi selain band frekuensi yang telah ditentukan
[ Schweber, 1988:345 ].
9
2.1.4 Sinyal Telepon
Pada sistem telepon juga dikenal signaling atau sinyal-sinyal lewat telepon yang
mengidentifikasikan suatu keadaan tertentu agar pelanggan mengetahui keadaan peralatan
di sentral atau kondisi pelanggan yang dipanggil. Signaling ini disebut audible tone dan
current signaling yang terdiri dari :
Ringing current
Setelah saluran pelanggan yang dipanggil berhubungan, maka akan dikirim arus
pengebelan ke pelanggan yang kita hubungi. Arus pengebelan ini berupa sinyal 25
Hz ± 8% dengan periode 2 detik ON dan 4 detik OFF.
Dial tone ( nada pilih )
Saat pelanggan mengangkat hook untuk melakukan panggilan, dial tone akan
segera dikirimkan oleh sentral ke pelanggan segera setelah receiver di sentral siap
menerima nomor. Nada pilih berbunyi “tuut” panjang tanpa terputus-putus.
Frekuensi dial tone adalah 425 ±2,5% akan dikirin secara kontinyu. Apabila terlalu
lama menunggu sebelum pemanggil memutar atau menekan tombol nomor yang
dihubungi maka nada pilih akan putus.
Ringing tone ( nada panggil )
Apabila hubungan terjadi, ringing tone akan dikirim oleh sentral kepelanggan
pemanggil, bersamaan dengan pengiriman ringing current ke pelanggan yang
dipanggil. Ringing tone akan putus apabila pelanggan yang dipanggil menjawab,
pelanggan pemanggil membatalkan hubungan atau meletakkan hook ( putus
hubungan ). Frekuensi ringing tone yang dikirim adalah 425 ±2,5%, lama
pengiriman dengan periode 2 detik ON dan 4 detik OFF.
Bussy tone ( nada sibuk )
Sinyal dikirim apabila :
Pelanggan yang dipanggil sedang sibuk.
Pelanggan tidak melakukan panggilan setelah batas waktu 15 – 20 detik setelah
dial tone diterima.
Melampaui batas waktu 15 – 20 detik setelah memutar nomor yang salah.
30 – 60 detik setelah pelanggan yang dipanggil memutuskan hubungan.
Bila seluruh rangkaian switch di sentral sibuk ( intercongestion ).
Sinyal bussy tone adalah 425 ±2,5%, dengan periode 0,5 detik ON dan 0,5 OFF.
10
2.2 Pesawat telepon dalam keadaan sesungguhnya
Sistem signaling dari pesawat telepon sentral telepon adalah menggunakan sistem
arus/ tegangan listrik. Pada saat On- hook (gagang diletakkan tegangan kawat a-b (2 kawat
penghuibung telepon dari sentralnya) adalah sama dengan tegangan satu sentral pada
sistem sentral baru tegangan ini adalah = 48 Volt dc
Pada saat Off- hook(gagang diangkat, maka switch yang ditekan gagang) akan
menyambungkan rangkaian telepon yang memiliki tahanan tertentu dengan sentral (semula
switch tersebut off). Dengan demikian tegangan pada kawat a-b akan menurun menjadi 10
Volt. Dengan demikian ada beberapa hal berkaitan dengan tindakan mempararel pesawat
telepon.
Bila salah satu pesawat telepon off hook (yang lainnya tetap on hook) tegangan
kawat a-b turun menjadi sekitar 10 Volt. Jadi kita boleh yakin adanya orang yang diamdiam memparalel dengan telepon kita (tanpa kita ketahui), bila dalam keadaan on- hook,
tegangan kawat a-b pada telepon kita sering kali turun menjadi 10 Volt. Tetapi ini bisa juga
terjadi bila kabel penghubung kita short dengan kabel telepon lain.
Adanya pembicaraan orang lain yang sering kali terdengar saat kita menggunakan
telepon (samara- samara maupun keras ) mungkin saja karena adanya cakap silang
(crosstalk), tetapi cakap silang tak akan mungkin menyebabkan situasi seperti halnya
parallel pada pesawat telepon (penurunan tegangan kawat a-b menjadi 10 Volt).saat
telepon kita on hook.
Off- Hook
a
b
A
On- Hook
B
Gambar 2.21 pesawat telepon pararel, salah satu off hook
------Sumber : Schweber, 1996:473
2.2.1
Akibat kedua
Telepon A dan B keduanya diangkat, tegangan kawat a-b turun menjadi sekitar 5
Volt. Sentral telepon menilai sebagai keadaan Off- hook normal, arus catu bicara menjadi
setengah dari normal untuk masing- masing telepon. Jadi, telepon C yang sedang bicara
11
degna A (yang pararel dengan B) maupun telepon A sendiri akan merasakan penurunan
sinyal bicara bila semula telepon B yang on hook, tiba tiba off hook. Jika bila sedang
bicara dengan orang lain, tiba- tiba sinyal bicara mengecil, maka ada kemungkinan bahwa
salah satu dari telepon yang bicara diparalel dengannya dan saat tersebut telepon parallel
semula on hook menjadi Off hook (gagangnya diangkat).
Off- Hook
a
b
A
Off- Hook
B
Gambar 2.22 Pesawat telepon diparalel, keduanya Off hook.
------Sumber : Schweber, 1996:473
2.2.2 Akibat Ketiga
Telepon A dan B, kedua On- hook, maka dalam keadaan normal, tahanan dc dari
bell adalah tidak terhingga dengan demikian tegangan kawat a-b akan sama dengan
tegangan dari catu sentralnya (pada sentral baru = 48 Volt) pada situasi seperti ini bila
pesawat telepon paralel (yang mempunyai nomor panggil sama0, bila dipanggil oleh
pesawat telepon lain ada kemungkinan salah satu atau kedua bell tidak bisa bunyi
karenanya bell yang diberikan sentral, diterima setengah dari semestinya pada masingmasing bell tersebut. Bila bell mesin sensitif daro semestinya pada penerima struss bell
yang kecil sekali, maka bell masih bisa bunyi.
On- hook
a
b
A
On- Hook
B
Gambar 2.23 pesawat telepon dipararel keduanya On hook
------Sumber : Schweber, 1996:473
12
2.3 Mikrokontroler AT89C51
Mikrokontroler AT89C51 merupakan mikrokontroler 8 bit kompatibel dengan
standar industri MCS-51TM baik atas segi pemrograman maupun kaki tiap
pin.Mikrokontroler AT89C51 mempunyai 4 kbyte PROM (Flash Programmable and
Erasable Read Only Memory).
Pada dasarnya mikrokontroler adalah terdiri atas mikroprosesor, timer, dan counter,
perangkat I/O dan internal memori. Mikrokontroler termasuk perangkat yang sudah
didisain dalam bentuk chip tunggal. Pada dasarnya mikrokontroler mempunyai fungsi yang
sama dengan mikroprosesor yaitu untuk mengontrol suatu kerja sistem.
Selain itu
mikrokontroler juga dikemas dalam satu chip (single chip). Didalam mikrokontroler juga
terdapat CPU, ALU, PC, SP, dan register seperti dalam mikroprosesor, tetapi juga
ditambah dengan perangkat-perangkat lain seperti ROM, RAM, PIO, SIO, counter dan
sebuah rangkaian clock. Mikrokontroler didisain dengan instruksi-instruksi lebih luas dan 8
bit instruksi yang digunakan membaca data instruksi dari internal memori ke ALU.
Sebagai suatu sistem kontrol mikrokontroler AT89C51 bila dibandingkan dengan
mikroprosesor memiliki kemampuan dan segi ekonomis yang bisa diandalkan karena
dalam mikrokontroler sudah terdapat RAM dan ROM sedangkan mikroprosesor
didalamnya tidak terdapat keduanya. Secara umum konfigurasi yang dimiliki
mikrokontroler AT89C51 adalah sebagai berikut : (Atmel, 1997: 4-29)
•
Sebuah CPU 8 bit dengan menggunakan teknologi dari Atmel
•
Memiliki memori baca-tulis (RAM) sebesar 128 byte
•
Jalur dua arah (bidirectional) yang digunakan sebagai saluran masukan atau
keluaran
•
Sebuah port serial dengan kontrol full duplex UART (Universal Asynchronous
Receiver Transmitter)
•
Dua buah timer/counter 16 bit.
•
Osilator internal dan rangkaian pewaktu
•
EEPROM yang besarnya 4 kbyte untuk memori program
•
Kemampuan melaksanakan operasi perkalian, pembagian, dan operasi Boolean(bit)
•
Mampu beroperasi sampai 24 MHz.
13
Sedangkan untuk blok diagram AT89C51 diperlihatkan dalam Gambar 2.3
Gambar 2.3 Blok Diagram AT89C51
------Sumber : Atmel, 1997 : 4-30
2.3.1 Penjelasan Fungsi Pin AT89C51
Mikrokontroler AT89C51 mempunyai 40 pin seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 2.4 Fungsi-fungsi pin dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 2.4 Susunan Pin AT89C51
------Sumber : Atmel, 1997: 4-29
14
Pin 1 sampai 8
Port 1 yang terdiri atas pin 1 sampai 8 merupakan saluran masukan/keluaran dua arah.
Pin 9
RST merupakan saluran dua masukan untuk mereset mikrokontroler dengan cara
memberi masukan logika tinggi.
Pin 10 sampai 17
Port 3 yang terdiri atas pin 10 sampai pin 17 merupakan saluran masukan/keluaran dua
arah dan mempunyai fungsi khusus seperti yang terlihat dalam Tabel 2.1
Pin 18 dan 19
XTAL1 dan XTAL2 merupakan saluran untuk mengatur pewaktuan sistem. Untuk
pewaktuan dapat dapat menggunakan pewaktuan internal maupun eksternal.
Pin 20
VSS merupakan hubungan ke ground dari rangkaian.
Pin 21 sampai 28
Port 2 yang terdiri atas pin 21 sampai 28 merupakan saluran masukan/keluaran dua
arah. Port ini mengeluarkan 8 bit bagian alamat tinggi (A8-A15) selama pengambilan
instruksi dari memori program eksternal dan pengambilan data memori eksternal yang
menggunakan mode pengalamatan 16 bit.
Pin 29
PSEN (Program Store Enable) merupakan sinyal baca untuk mengaktifkan memori
program eksternal.
Pin 30
ALE/PROG (Address Latch Enable) merupakan pulsa yang berfungsi untuk menahan
alamat rendah (A0-A7) dalam port 0, selama proses baca/tulis memori eksternal.
Frekuensi ALE adalah 1/6 kali frekuensi osilator, dan dapat digunakan sebagai
pewaktu. Pin ini juga berfungsi sebagai saluran program selama dilakukan
pemrograman jika menggunakan memori program internal.
Pin 31
EA/VPP (External Access Enable) untuk mengatur penggunaan memori program
eksternal dan internal. Pin ini harus dihubungkan dengan ground bila menggunakan
memori program eksternal dan dihubungkan dengan VPP sebesar 12 volt jika
menggunakan memori program eksternal.
Pin 32 sampai 39
Port 0 yang terdiri atas pin 32 sampai 39 merupakan saluran masukan/keluaran.
15
Port 0 merupakan saluran alamat rendah (A0-A7) yang dimultipleks dengan saluran
bus data (D0-D7)
Pin 40
VCC merupakan saluran masukan untuk catu daya positif sebesar 5 volt DC dengan
toleransi kurang lebih 10%.
2.3.2 Masukan dan Keluaran
Untuk saluran dan keluaran terdapat 4 buah port yang masing-masing 8 bit.Saluran
ini bersifat dua arah (bidirectional) yang berarti dapat difungsikan sebagai masukan atau
keluaran, serta dapat dialamati per bit.
Port 3 selain digunakan sebagai port masukan dan keluaran juga dapat digunakan
sebagai fungsi pengganti sebagaimana yang terdapat dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Fungsi Pengganti Port 3
-----Sumber : Atmel, 1997: 4-31
2.4 LCD ( Liquid Cristal Display )
LCD adalah media penampil dalam bentuk mayrik. LCD yang akan digunakan
adalah LCD modul M1632 produksi Seiko Instrument Inc. Adapun blok diagram modul
M1632 ditunjukkan dalam gambar 2.6.
LCD modul M1632 adalah sebuah modul Dot-matrik Liquid Cristal Display yang
membutuhkan daya kecil. LCD modul M1632 dilengkapi dengan panel LCD dengan
tingkat kontras yang cukup tinggi serta pengendali LCD CMOS yang telah terpasang
dalam modul tersebut.
Adapun LCD modul M1632 mempunyai spesifikasi perangkat keras sebagai
berikut :
16 karakter dan 2 baris tampilan yang terdiri dari 5 X 7 dot matrik ditambah dengan
kursor.
16
Pembangkit karakter ROM untuk 192 jenis karakter.
Pembangkit karakter RAM untuk 8 jenis karakter.
80 X 8 display data RAM ( maksimumn 80 karakter ).
Oscilator dalam modul.
Catu daya 5 Volt.
Otomatis reset saat catu daya dinyalakan.
DB0 – DB7
Common signal
Liquid Cristal
Display
Segment signal
RS
Controller
Serial data
SEGMENT
RIVER
R/W
Timing signal
E
Gambar 2.5 Diagram Blok LCD
------Sumber : Seiko Instrument Inc., 1987: 3.
LCD modul M1632 mempunyai 16 pin atau penyemat yang fungsi-fungsinya
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 2.4.
Tabel 2.3 Fungsi Pin LCD
Nama Pin
Fungsi
DB0 –
Merupakan saluran data , berisi perintah dan data yang akan
DB7
E
ditampilkan
Sinyal operasi awal. Sinyal ini mengaktifkan data tulis atau data
baca
R/W
Sinyal seleksi tulis atau baca
0 : tulis, 1 : baca
17
Rs
Sinyal pemilih register
0 : instruksi register (tulis)
1 : data register (tulis atau baca)
Vlc
Untuk mengendalikan kecerahan LCD dengan mengubah Vlc
Vcc
Tegangan catu +5 volt.
Vss
Terminal ground.
-----Sumber: Seiko Instrument Inc., 1987: 7
Tabel 2.4 Instruksi-Instruksi pada LCD
NO
INSTRUKSI
RS R/W D7 D6 D5 D4
D3
D2
D1 D0
1
Display clear
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
Cursor home
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
3
Entry mode set
0
0
0
0
0
0
0
1
I/O
S
4
Display on/off control
0
0
0
0
0
0
1
D
C
B
5
Cursor/ display shift
0
0
0
0
0
1
S/C
R/L
0
0
6
Function set
0
0
0
0
1
DL
N
F
0
0
7
CG RAM addres set
0
0
0
1
Alamt karakter
8
DD RAM addres set
0
0
1
Tampilan data alamat
9
BF/ address set
0
0
BF
Alamat arus
10
Data write to CG RAM or 1
0
Byte karakter
1
Byte karakter
DD RAM
11
Data read from CG RAM or 1
DD RAM
-------Sumber : Seiko Instrument Inc., 1987: 16
Fungsi masing-masing instruksi adalah sebagai berikut :
1. Display clear
: membersihkan tampilan yang ada pada LCD serta menyimpan,
sedangkan kursor ke posisi semula.
2. Cursor home
: hanya membersihkan semua tampilan dan kursor kembali ke
semula.
3. Entry mode set
: layer beraksi sebagai tampilan tulis.
S = 1/0 : menggeser layer
I/O = 1 : kursor bergerak ke kanan dan layer bergerak ke kiri.
I/O = 0 : kursor bergerak ke kiri dan layer bergerak ke kanan.
4. Display On/Off control
18
D = 1 : Layar On.
D = 0 : Layar Off.
C = 1 : kursor On.
C = 0 : kursor Off.
B = 1 : kursor berkedip-kedip.
B = 0 : kursor tidak berkedip-kedip.
5. Cursor display shift
S/C = 1 : LCD diidentifikasikan sebagai layer.
S/C = 0 : LCD diidentifikasikan sebagai kursor.
R/L = 1 : menggeser satu spasi ke kanan.
R/L = 0 : menggeser satu spasi ke kiri.
6. Function set
DL = 1 : panjang data LCD pada 8 bit ( DB7 – DB0 )
DL = 0 : panjang data LCD pada 4 bit ( DB7 – DB0 )
bit upper ditransfer terlebih dahulu kamudian diikuti dengan 4 bit lower.
N = 1/0 : LCD menggunakan 2 atau 1 baris karakter.
P = 1/0 : LCD menggunakan 5 X 10 atau 5 X 7 dot matrik.
7. CG RAM address set : menulis alamat RAM ke karakter.
8. DD RAM addres set : menulis alamat RAM ke tampilan.
9. BF/ address set : BF = 1/0, LCD dalam keadaan sibuk atau tidak sibuk.
10.Data write to CG RAM ao DD RAM : menulis byte ke alamat terakhir RAM yang
dipilih.
11. Data read from CG RAM or DD RAM : membaca byte dari alamat terakhir yang
dipilih.
2.5
Pengubah Analog Ke Digital
Pengubah analog ke digital (Analog to digital converter/ADC) mengubah
sinyal analog (kontinyu) ke bentuk sinyal digital dengan pendekatan sesuai jumlah
digit yang digunakan. Pada prinsipnya ADC adalah mengukur sinyal analog dan
mengubahnya menjadi bilangan biner.
Metode pengubah sinyal analog ke sinyal digital yang banyak digunakan
adalah dengan menggunakan metode pendekatan berturut-turut (Successive
Approximation). ADC yang bekerja berdasarkan metode pendekatan berturut-turut
ditunjukkan pada Gambar 2.6. Pada gambar ini, Vin adalah tegangan masukan
19
analog dan D0 sampai D3 adalah keluaran digital. Register SAR (Successive
Approximation Register) adalah register pendekatan berturut-turut. Register buffer
adalah register tempat menyimpan data digital hasil konversi.
Pembanding
Vin
Masukan Analog
+
-
Mulai Konversi
CLK
Selesai Konversi
Kendali
Ref +
MSB
Register
SAR
Konverter
D/A
Ref -
LSB
Register
BUFER
D3 D2 D1 D0
Keluaran Digital
Gambar 2.6 ADC metode pendekatan berturut-turut.
Sumber: Nurwarsito, 1997: 64
Konversi ADC metode pendekatan berturut-turut mengikuti langkahlangkah sebagai berikut:
Proses konversi dimulai dengan menberikan pulsa start, akibat pulsa start
ini, logika kendali akan me-reset semua bit dalam register kontrol sehingga
keluaran register semuanya sama dengan 0 dan Vout bernilai nol, karena itu
Vout < Vin, sehingga keluaran penbanding akan tinggi.
D7 D6
0
D5
0
D4
0
D3
0
D2 D1
0
0
D0
0
0
Karena sinyal logika 1 ini, logika kendali akan men-set MSB dalam register
kontrol menjadi logika 1.
D7
D6
1
D5
0
D4
0
0
D3
0
D2 D1
0
D0
0
0
Setelah keluaran digital ini muncul, mulai Vout dari keluaran D/A akan
dibandingkan. Bila nilai Vout > Vin, keluaran pembanding akan diubah
menjadi logika 0, karena sinyal logika 0 ini, logika kendali akan men -reset
MSB tadi kembali menjadi logika 0. Kemudian logika kendali akan menset bit berikutnya (MSB kedua) menjadi logika 1.
20
D7
D6
0
D5
1
D4
0
D3
0
D2
0
D1
0
D0
0
0
Sebaliknya kalau ternyata tadi Vout ≤ Vin, keluaran pembanding akan tetap
tinggi. Karena sinyal tinggi ini, logika kendali akan membiarkan MSB tetap
tinggi. Logika kendali kemudian men-set bit berikutnya (MSB kedua)
menjadi tinggi.
D7
D6
1
D5
1
D4
0
D3
0
D2
0
D1
0
D0
0
0
Pada pulsa-pulsa detak berikutnya secara berturut-turut, bit MSB yang lebih
rendah pada register SAR akan di-set dan diuji. Bila suatu bit menyebabkan
nilai Vout melebihi Vin, maka bit yang bersangkutan akan di-reset, tetapi
bila nilai Vout kurang dari Vin, maka bit yang bersangkutan akan di-set
menjadi logika 1. Langkah ini dilakukan sampai bit MSB terakhir (LSB).
Apabila konversi telah selesai dilakukan, rangkaian kendali membangkitkan
sinyal selesai konversi register buffer dengan nilai digital akhir hasil
konversi.
Beberapa parameter yang perlu diperhatikan didalam konverter analog ke digital,
antara lain:
Resolusi
Resolusi
merupakan
spesifikasi
terpenting
untuk
konverter,
yang
merupakan perbandingan antara penambahan LSB dengan keluaran
maksimum dan juga ukuran dari tingkat-tingkat penambahan LSB. Dapat
juga dinyatakan dalam jumlah bit yang ada dalam setiap satu data digital.
Misalnya sebuah konveter 8 bit mempunyai resolusi 8 bit. Resolusi
konverter menjadi baik bila jumlah bit semakin besar.
Akurasi
Akurasi adalah jumlah dari semua kesalahan, misalnya kesalahan non
linieritas skala penuh, skala nol dan lain-lain. Dapat juga dinyatakan
perbedaan antara tegangan input analog secara teoritis yang dibutuhkan
untuk menghasilkan suatu kode biner tertentu terhadap tegangan input nyata
yang menghasilkan tegangan kode biner tertentu.
21
Waktu Konversi
Waktu konversi merupakan parameter yang cukup penting dalam konverter
analog ke digital, karena waktu konversi merupakan waktu yang dibutuhkan
untuk mengkonversi setiap sample sinyal analog menjadi digital, sehingga
waktu konversi ini akan mempengaruhi kecepatan konverter didalam
mengkonversi sinyal analog menjadi sinyal digital.
2.6
DTMF Transmitter ( IC TP5088)
IC TP 5088 merupakan jenis IC DTMF transmitter yang dapat menghasilkan tone-
dialling yang dalam aplikasinya dapat digunakan dalam hubungan telepon . Data masukan
yang merupakan 4 data biner akan dikodekan secara langsung tanpa memerlukan konversi
untuk mensimulasikan masukan yang dibutuhkan oleh pembangkit DTMF standar.
Saatmasukan Tone Enable rendah, osilator dihalangi dan devais pada mode low power.
Pada saat transisi Tone Enable dari rendah ke tinggi, data di-latch ke devais, dan pasangan
sinyal dari frekuensi DTMF standar dibangkitkan. Gambar 2.7 menunjukkan blok diagram
dari TP5088, sedangkan Gambar 2.8 menunjukkan konfigurasi penyemat ICTP5088.
Gambar 2.7 Blok Diagram TP5088
-----Sumber : National Semiconductor Co., 1991: 1
22
Gambar 2.8 Konfigurasi Penyemat IC TP5088
------Sumber: National Semiconductor Co., 1991: 3
IC TP5088 terdiri dari 14 penyemat dengan konfigurasi penyemat dapat dilihat dalam
gambar berikut :
VDD dan VSS
Merupakan penyemat catu daya dimana VDD dihubungkan dengna catu daya positif
dan VSS dihubungkan dengan catu daya negative.
OSC IN dan OSC OUT
Kaki ini dihubungkan dengan kristal atau sumber oscillator dari luar. Nilai kristal yang
digunakan biasanya sebesar 3.579545 MHz.
Tone Enable
Masukan ini mempunyai resistor pull-up internal. Saat masukan tone enable rendah
oscilaator dihalangi, sehingga pembangkit sinya dan transistor output mati. Transisi
dari rendah ke tinggi pada tone enable me-latch data (D0-D3. Oscilator start dan
pembangkitan sinyal berlanjut.
Mute
Kaki keluaran ini akan berogika rendah jika tone enable rendah.
D0 – D3
Merupakan masukan data biner.
Tone Out
Merupakan keluaran dari devais dimana sinyal keluaran ini merupakan penjumlahan
dari group sinyal rendah dan sinyal tinggi.
Single Tone Enable
Bersifat aktif rendah. Ketika diberi logika rendah devais pada mode sinyal tunggal dan
hanya satu sinyal yang akan dibangkitkan. Kaki masukan ini mempunyai resistor pullup internal.
Group Select
Digunakan untuk memilih group tinggi atau group rendah yang akan dibangkitkan
sinyalnya pada mode sinyal tunggal.
Kaki ini memiliki resistor pull-up internal.
Memberi logika tinggi atau membiarkannya terbuka yang akan menghasilkan group
tinggi..
23
Tabel kebenaran dari IC TP5088 dapat ditunjukkan pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Tabel Kebenaran TP5088
Keyboard
Equivalent
Data Inputs
D3 D2 D1 D0
X
X
X
X
X
1
0
0
0
2
0
0
3
0
4
Tone
Enable
0
Tone Output
Fl (Hz)
Fh (Hz)
0
0
1
697
1209
1
0
697
1336
0
1
1
697
1477
0
1
0
0
770
1209
5
0
1
0
1
770
1336
6
0
1
1
0
770
1477
7
0
1
1
1
852
1209
8
1
0
0
0
852
1336
9
1
0
0
1
852
1477
0
1
0
1
0
941
1336
*
1
0
1
1
941
1209
#
1
1
0
0
941
1477
A
1
1
0
1
697
1633
B
1
1
1
0
770
1633
C
1
1
1
1
852
1633
D
0
0
0
0
941
1633
------Sumber: National Semiconductor Co., 1991: 4
Tabel 2.6. Standar Telepon untuk Pelanggan
Bagian
On-hook (idle status)
Off-hook (busy status)
Battery Voltage
Operating current
Subscriber loop resistance
Loop loss
Ringing voltage
Pulse dialing
Pulsing rate
Duty cycle
Time between digits
Pusle code
Touch tone dialing
Keterangan
Line open circuit minimum DC resistance 30 kΩ
Line close circuit, maximum DC resistance 200Ω
48V
20-80mA, 40mA typical
0-1300Ω, 3600Ω (max)
8dB (typical), 17 dB (max)
90Vrms, 20Hz (typical) (usually pulsed on 2 sec,
off 4 sec)
Momentary open circuit loop
10 pulses/sec ±10%
58-64% break (open)
600 msec minimum
1 pulse = 1, 2 pulses = 2,…,10 pulses = 0
Uses two tones, a low frequency tone and a high
frequency tone to specify each digit
24
Level each tone
-6 to -4 dBm
Maximum difference in
4 dB
levels
Maximum level (pair)
+2 dBm
Frequency tolerance
±1.5%
Pulse width
50 msec
Time between digits
40 msec minimum
Dial tone
350-440 Hz
Busy signal
480-620 Hz, with 60 interruptions per minute
Ringing signal tone
440-480 Hz, 2 sec on, 4 sec off
Sumber: Leon W. Couch, 1995:401
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam metodologi ini akan diuraikan cara-cara yang dilakukan dalam perencanaan
dan pembuatan alat Pendeteksi Sadapan Pada Pesawat Telepon. Adapun metodologi
penelitian skripsi yang digunakan adalah sebagai berikut:
3.1 Studi Literatur
Dalam tahap ini, dilakukan pengumpulan data sekunder serta teori-teori yang
menunjang dalam perencanaan dan pembuatan alat. Beberapa teori yang akan dipelajari
adalah
1. Mikrokontroller AT89C51 sebagai control untuk LCD dan Buzzer
2. Mengetahui karakteristik dari DTMF baik receiver maupun transmitter.
3. Memahami karakteristik dari tone detector dan detector dering.
4. Pemrograman dan pembuatan alat dengan menggunakan mikrokontroller
AT89C51.
5. bagaimana merancang suatu Alat Pendeteksi sadapan pada pesawat telepon
3.2 Perancangan Peralatan
Berdasarkan studi literatur, tahap selanjutnya adalah perencanaan alat. Adapun halhal yang dilakukan dalam perencanaan yaitu penentuan spesifikasi sistem yang dirancang,
penyusunan blok diagram sistem untuk mempermudah pemahaman mengenai alur kerja
alat yang akan dibuat serta pembuatan skema rangkaian. Pemilihan komponen perangkat
keras berdasarkan dalam komponen yang umum dan mudah didapatkan dipasaran lokal,
sedangkan untuk perancangan perangkat lunak dimulai dengan membuat diagram alir.
Perencanaan perangkat lunak meliputi pembuatan program atau software.
3.3 Pembuatan Alat
Dalam pembuatan alat dilakukan sesuai dengan perencanaan. Adapun tahap
pembuatan alat dimulai dengan pembuatan unit rangkaian per blok pada PCB. Selanjutnya
tiap blok rangkaian dilakukan pengujian awal. Kemudian dilakukan penggabungan tiap
blok menjadi suatu blok rangkaian sesuai dengan perencanaan. Untuk proses pembuatan
PCB dibantu dengan menggunakan perangkat lunak Protel PCB. Selanjutnya menyablon
layout rangkaian pada PCB dan dilanjutkan dengan proses pengetsaan dengan tujuan untuk
26
melarutkan tembaga yang tidak digunakan pada permukaan PCB. Setelah proses
pengetsaan selesai maka jalur pada PCB yang sudah jadi dilapisi dengan larutan perak
untuk memudahkan dalam penyolderan sekaligus sebagai pengaman pada jalur PCB. Dan
diakhiri dengan melakukan pengeboran lubang tempat kaki-kaki komponen.
Sebagai tahap terakhir dari pembuatan alat adalah perakitan komponen elektronika
pada PCB yang telah jadi. Untuk pemasangan komponen diawali dengan memasang
komponen pasif seperti jumper, resistor, kapasitor, dan soket IC. Kemudian dilanjutkan
dengan pemasangan komponen aktif seperti IC. Setelah pemasangan komponen tiap blok
selesai, dilakukan penggabungan antara blok rangkaian PCB. Sedangkan pembuatan
perangkat lunak dengan mengimplementasikan alur program yang telah direncanakan yaitu
dengan menggunakan bahasa assembler yang dihubungkan pada MC writter.
3.4 Pengujian Alat
Adapun tujuan pengujian alat adalah untuk memastikan bahwa sistem yang dibuat
telah berjalan, yaitu dengan menguji rangkaian per blok dan keseluruhan rangkaian.
Metode pengujian alat adalah sebagai berikut:
Pengujian hubungan antara mikrokontroler dengan rangkaian DTMF, tone detector
dan detector dering.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rangkaian DTMF, rangkaian tone
detector, dan rangkaian detector dering bisa bekerja sesuai dengan perencanaan
Pengujian hubungan antara mikrokontroler AT89C51 dengan LCD.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang ditampilkan sudah benar
Pengujian perangkat lunak mikrokontroller.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah program dapat berjalan sesuai
dengan perencanaan
Pengujian keseluruhan sistem
Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui apakah sistem dapat bekerja sesuai dengan
perencanaan, yaitu dapat merespon perintah komputer berupa data yang dikirim ke
mikrokontroler untuk ditampilkan dalam tampilan dot matriks, dan sebaliknya dapat
merespon masukan dari mikrokontroler ke komputer.
27
BAB IV
PERENCANAAN ALAT
Dalam perencanaan alat dilakukan bertahap blok demi blok untuk memudahkan
penganalisaan sistem setiap bagian maupun sistem secara keseluruhan. Perencanaan
dan pembuatan sistem ini terdiri atas empat bagian yaitu : spesifikasi alat, blok diagram,
perencanaan perangkat keras dan perencanaan perangkat lunak.
4.1 Spesifikasi Sistem :
Setelah literature kita pelajari kemudian dari permasalahan yang ada kita membuat
spesifikasi dari alat yang kita buat. Adapun spesifikasi alat tersebut antara lain:
DTMF yang digunakan bertype IC TP5088 yang merupakan IC DTMF transmitter
Menggunakan MCU AT89C51 sebagai pengolah data.
LCD 16 Karakter 2 Baris dan Buzzer 2 nada
4.2 Blok diagram
Detector Hook
Line
Telepon
Pembanding
Tegangan (ADC)
LCD
MCU
BUZZER
Encoder
Gambar 4.1 Blok Diagram Keseluruhan Sistem
Keterangan Blok Diagram :
Line Telepon : Saluran telephon dari sentral (rumah kabel) menuju ke pesawat
telepon konsumen (Rumah)
Rangkaian Logika : Terdiri dari rangkaian penguat dan ADC. Rangkaian penguat
sebagai masukkan ADC agar nilai tegangan masukkan ADC tidak
melebihi tegangan maksimum ADC.
Detektor Hook : Mendeteksi kondisi line telepon dalam keadaan On Hook/ Off
Hook yang kemudian memberikan sinyal kepada mikrokontroller
tentang kondisi tersebut
28
DTMF Encoder : DTMF ini merupakan perangkat yang menghasilkan tone dialing
melalui suatu masukan data biner yang akan dikodekan secara langsung
tanpa memerlukan konversi untuk mensimulasikan masukan yang
dibutuhkan.
MCU (Mikrokontroller unit) : mikrokontroller ini merupakan otak dan pusat
pengolah data sistem. Dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada
pada mikrokontroller AT89C51 dapat digunakan untuk mengolah dan
mengontrol data pada DTMF, display LCD, dan rangkaian logika
Display : Sebagai penampil informasi dari hasil kerja sistem.
Buzzer : Sebagai informasi suara ketika terjadi perubahan-perubahan informasi
pada sistem yang ditampilkan pada LCD.
4.3 Prinsip Kerja Sistem :
Sistem dipasang antara pesawat telepon pengguna dan line telepon dari sentral.
Pertama tegangan (V) pada line telepon dari sentral dideteksi dengan rangkaian logika
yaitu pada kondisi normal tegangan (V) sebesar 48 Volt, kemudian LCD menampilkan
tulisan (Line Aman Dari Sadapan) dan buzzer aktif, sedangkan pada kondisi telepon
pelanggan diangkat maka tegangan akan turun sebesar 10Volt kemudian LCD
menampilkan tulisan (Telepon Siap Digunakan) dan buzzer aktif. Perubahan tegangan
akan dibuat sebagai referensi acuan. Dan ketika ada terminal telepon ingin menyadap
melalui jalur kita akan diketahui tegangan kurang dari 10 volt misalkan 9 volt. Ketika
tegangan turun, control memberikan indicator tentang adanya penyadapan. kemudian
LCD menampilkan tulisan (Line Anda Sedang Disadap) dan buzzer aktif. Untuk
memberikan anti sadap, terminal kita ubah menjadi kondisi on hook sehingga control
akan mengirimkan sinyal TONE DTMF sehingga menyebabkan penyadap tidak bisa
mendengarkan atau menggunakan jalur telepon untuk berkomunikasi ataupun
mendengarkan pembicaraan.
29
4.4
Perencanaan Perangkat Keras
4.4.1
Rangkaian Kontrol AT89C51
Pada rangkaian ini komponen utamanya adalah unit mikrokontroler tipe AT89C51
yang kompatibel dengan keluarga MCS-51. Sebagai otak dari pengolahan data dan
pengontrolan alat, pin-pin AT89C51 dihubungkan pada rangkaian pendukung membentuk
suatu sistem minimum seperti pada Gambar 4.2.
DB0-DB7 ADC
WR ADC
TOE ADC
D0-D3 TP5088
1
P1.0
VCC
40
2
P1.1
P0.0
39
3
P1.2
P0.1
38
4
P1.3
P0.2
37
5
P1.4
P0.3
36
6
P1.5
P0.4
35
7
P1.6
P0.5
34
8
P1.7
P0.6
33
9
RESET
P0.7
32
10
P3.0 / RXD
EA
31
11
P3.1 / TXD
ALE
30
12
P3.2
PSEN
29
13
P3.3
P2.7
28
14
P3.4
P2.6
27
15
P3.5
P2.5
26
16
P3.6
P2.4
25
17
P3.7
P2.3
24
18
XTAL 1
P2.2
23
19
XTAL2
P2.1
22
20
GND
P2.0
21
D0-D7 LCD
E LCD
RS LCD
HOOK
BUZZER
SWITCH
U?
C1
30 pF
CRYSTAL
C2
30 pF
Gambar 4.2
minimum system AT89C51
Untuk mempermudah perancangan port-port yang digunakan pada mikrokontroler
khususnya untuk mempermudah pembuatan program maka penggunaan pin-pin
mikrokontroler terbagi atas penggunaan port sebagai masukan dan sebagai keluaran.
Untuk penggunaan port sebagai fungsi masukan adalah port 1, yaitu masukan ADC 0804
(port 1.0-1.7). Untuk port yang digunakan sebagai fungsi keluaran adalah port 0, yaitu,
tone enable DTMF transmitter (port 3.2-3.7),. Sedangkan penggunaan port untuk LCD
yaitu untuk saluran data menggunakan port 0.0-0.7, dan untuk RS dan E menggunakan port
2.6 dan port 2.7. Sedangkan untuk pin 18 dan 19 digunakan sebagai masukan dari
rangkaian osilator kristal. Rangkaian osilator kristal terdiri atas kristal osilator 12 MHz,
30
kapasitor C1 dan C2 masing-masing 30pF akan membangkitkan pulsa clock yang akan
menjadi penggerak bagi seluruh operasi internal MCU.
4.4.2 LCD
LCD yang digunakan adalah LCD karakter dengan ukuran 16 X 2 tipe M1632
produksi Seiko Instruments Inc.
LCD digunakan sebagai alat komunikasi antara alat
dengan pemakai, dimana pada alat ini LCD berfungsi sebagai penampil informasi data
nomor telepon dalam bentuk angka. Adapun keuntungannya adalah tingkat kesederhanaan
dalam rangkaian dan perangkat lunak, serta kemudahana dalam pengoperasian dan
tersedianya register-register dalam modul. Rangkaian unit LCD dapat dilihat pada gambar,
dimana LCD ini mempunyai 16 pin masukan uuntuk mengendalikan modul dalam bentuk
bus data dan sinyal control. Gambar 4.3 menunjukkannrangkaian LCD yang dihubungkan
dengan port mikrokontroller. Adapun konfigurasi pin LCD dengan komponen lain dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Pin 1 (Vss), pin 5 (R/W), dan pin 3(Vee) dihubungkan dengan rersistor variable 1
k Ω , resistor variable ini diperlukan untuk mengatur kecerahan LCD.
Pin 2 dihubungkan dengan Vcc.
Pin 4 (RS) dihubungkan dengan P2.6 sebagai sinyal pemilioh register.
Pin 6 (E) dihubungkan dengan P2.7 sebagai sinyal untuk seleksi baca atau tulis.
Pin 7-14 (D)-D7) dihubungkan dengan port 0 mikrokontroller sebagai saluaran data.
15
16
VCC
1
2
4
VCC
GND
CTRS
D7
D6
D5
D4
D3
D2
D1
D0
14
13
12
11
10
9
8
7
4
5
6
RS
R/W
E
10 K
VCC
GND
Port 0
Port 2.7
Gambar 4.3 Rangkaian LCD
4.4.3
Port 2.6
Rangkaian Detektor Hook
Rangkaian detektor hook yang gambar lengkapnya dapat dilihat dalam gambar 4.4
berfungsi untuk mendeteksi posisi handset telepon apakah dalam kondisi tertutup atau
dalam kondisi terbuka ( terangkat ). Pendeteksi mengacu pada besarnya tegangan pada
saluran telepon.
31
Saat handset terangkat maka tegangan pada saluran telepon adalah 8-10 V tegangan
searah (DC) dan arus mengalir sebesar 16 -20 mA. Saat posisi handset tertutup maka
tegangan pada saluran telepon sebesar 48V tegangan searah.
+5V
R2
380
IN4001
LINE
TELEPO N
R1
IN +
B
IN -
C
PORT 2. 5
E
4N25
Gambar 4.4 Rangkaian Detektor hook
Rangkaian ini terdiri dari rangkaian penyearah dan optokopler. Rangkaian
penyearah terdiri atas jembatan dioda yang digunakan untuk menyearahkan gelombang
penuh dari line sentral. Keluaran dari penyearah digunakan untuk menggerakkan
optokopler. Optokopler berfungsi untuk mendeteksi ada tidaknya arus pada loop tertutup
serta mengkopling antara saluran telepon dengan sistem agar tidak merusak rangkaian.
Optokopler terdiri atas LED dan Phototransistor yang digandeng secara optik.
Gambar 4.5 Grafik VCE terhadap Ic
Pada Gambar 4.5 di atas, diketahui VCC = 5 V dan Rc = 380 Ω, nilai Ic(sat ) =
Vcc
Rc
= 13 mA dan VCE(cut off) = VCC = 5 V. Diketahui nilai tegangan pada saat kondisi handset
terangkat sebesar 9 V, serta nilai tegangan dioda sebesar 0,7 volt. Sedangkan untuk
memperoleh nilai R1 diperoleh melalui Persamaan dibawah ini:
R1 =
VOFFHOOK − 2VD − VF
IF
Dari garis beban pada Gambar 4.5, maka ditentukan nilai IF sebesar 10 mA.
Dengan menentukan nilai IF diperoleh nilai VCE sebesar 1,2 volt dan nilai IC sebesar 10 mA.
32
Gambar 4.6 Grafik VCE terhadap IC
Gambar 4.6 menunjukkan suatu grafik nilai VCE terhadap nilai Ic. Dari Gambar 4.6,
berdasarkan nilai IF yang diperoleh sebesar 10 mA, maka didapatkan nilai VF sebesar 1,15
volt. Dengan mengetahui nilai-nilai tersebut, maka diperoleh suatu nilai R1 berdasarkan
Persamaan diatas yaitu:
R1 =
VOFFHOOK − 2VD − VF
IF
R1 =
9 − (2 x0,7) − 1,15
1.10 −3
= 6450 Ω
Dari perhitungan diatas diperoleh nilai R1 sebesar 6450 Ω , sedangkan untuk
menyesuaikan nilai tersebut dengan nilai yang ada maka diperoleh nilai resistor sebesar
6800 Ω .
4. 4. 4 Rangkaian Enkoder DTMF
Rangkaian ini berfungsi untuk mengkodekan nilai biner 4 bit yng merupakan
keluaran dari mikrokontroller dalam bentuk tone-tone DTMF yang dapat langsung
diumpankan ke saluran telepon, sehingga proses pengiriman data atau nomor telepon
sesuai dengan yang diharapkan.
Pada perencanaan DTMF transmitter ini digunakan IC TP5088 yang akan
menghasilkan tone dialing sehingga dapat digunkan pada hubungan telepon.
Data
masukan berupa 4 data biner (D0 – D3) yang akan langsung dikodekan secara langsung
menjadi tone yang sesuai dengan kode masukan.
Dalam perancangan ini digunakan osilator sebesar 3,579545 MHz sesuai dengan
data sheet (National semiconductor, 1991: 1). Adapun komponen pendukung dari
rangkaian DTMF transmitter antara lain capasitor, transistor, dan transformator. Kapasitor
dengan nilai 10 uF pada masukan IC berfungsi sebagai kopling dan penahan sinyal DC
agar tidak masuk kedalam rangkaian .
33
VCC
IT191
1
VDD
LINE
TELEPON
14 TO
13 NC
TE 2
3 STE
D3 12
4 GS
D2 11
5 VSS
D1 10
PORT 3.2
9013
PORT 3.3-3.6
D0 9
6 OSC IN
C1
Re
7 OSC OUT
10 uF
3,579545MHz
MUTE 8
IC TP5088
Gambar 4.7 Rangkaian DTMF Transmitter
Sedangkan pada keluaran IC ( Tone Out ) merupakan open emitor sehingga
digunakan transistor tipe PNP. Adapun jenis transistor yang digunakan tipe 9013 dengan
memberikan nilai RE menggunakan variabel resistor sebesar 1 k Ω . Transformator
digunakan untuk menghubungkan DTMF transmitter dengan saluran telepon, diman
transformator ini memiliki perbandingan 1 :1.
4.4.5 Rangkaian Penguat
Rangkaian penguat tegangan selain berfungsi sebagai buffer rangkaian ini juga
berfungsi untuk menyesuaikan tegangan pada ADC keluaran sehingga sinyal tersebut
sesuai dengan tegangan masukan minimum rangkaian pengirim
.
Rf
Rf
R1
5K
5K
R2
LINE TELEPON
5
10 K
10 K
ADC
7
6
Gambar 4.8 Rangkaian Penguat
Dalam perancangan ini, komponen penguat yang digunakan adalah IC LM 741
dengan RF = 5 k Ω , sedangkan untuk R1 dan R2 ditentukan sebesar 10 k Ω . Dari
perencanaan ini diperoleh penguatan sebesar :
A1 = −
RF
R1
=−
5k
1
= − kali
10k
2
34
A2 = −
=−
RF
R2
5k
1
= − kali
10k
2
Dari kedua penguatan tersebut (A1 dan A2), maka diperoleh nilai penguatan sebesar :
A = A1 x A2
= −
1
1
1
x−
= kali
2
2
4
dari perhitungan diatas, maka diperoleh penguatan total sebesar
4.4.6
1
kali.
4
Rangkaian ADC (Analog to Digital Converter)
Rangkaian ADC ini berfungsi untuk mengkonversi besaran analog menjadi besaran
digital agar nantinya dapat diproses oleh Mikrokontroler sebagai data masukan, selain itu
sebagai pembanding tegangan apabila terjadi perbedaan tegangan keluaran dari keluaran
line yang ada selanjutnya sinyal yang masih berupa sinyal analog dapat diubah terlebih
dahulu oleh ADC menjadi sinyal digital agar dapat diantarmukakan dengan mikrokontroler
dan dibaca oleh program komputer.
Untuk rangkaian pengkonversi data analog ke digital tersebut digunakan IC ADC
0804 yang mempunyai satu jalur masukan sinyal analog yaitu Vin(+) pada pin 6 dan
delapan buah keluaran yaitu DB0-DB7 pada pin 11 – pin 19 dihubungkan pada port 1.
Tegangan catu dari ADC adalah sebesar 5V dan rangkaian ADC ini bekerja pada tegangan
referensi sebesar 2,5 Volt pada Vref/2 atau pin 9 yang didapat dari resistor pembagi
tegangan (berdasarkan data sheet). Fungsi dari rangkaian referensi tersebut adalah untuk
mendapatkan nilai resolusi satu bit yang diinginkan.
Kerja ADC 0804 akan optimum bila frekuensi clock yang digunakan sebesar 640
KHz (data sheet). Berdasarkan persamaan (3-1) dengan menentukan R sebesar 10 KΩ
maka akan diperoleh nilai C sebesar:
F clock =
C
=
1
1,1xRC
1
1,1 x 640.103 Hz x 10. 103Ω
= 142. 10-12 F ≡150 pF
35
Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa harga kapasitor sebesar 150 pF,
berdasarkan persamaan diatas, maka frekuensi clocknya 606 kH, frekuensi clock yang
didapatkan masih dalam batas frekuensi yang diijinkan ADC 0804.
ADC ini dirancang dapat menerima masukan 0 sampai 5 volt sehingga satu bit
bernilai
5
Vref
= 19,6 mV, dengan tegangan referensi
diseting 2,5 Volt sesuai data
255
2
sheet, maka untuk menghitung resolusi setiap bit berbobot:
Resolusi 1bit =
=
Vref
(Banyak data perbit 28 -1 = 255)
255
5
= 9,8 mV ≈ 19,6 mV.
255
Perancangan rangkaian ADC (Analog to Digital Converter) ADC 0804 dapat
7
6
8
9
Vin(-)
Vin(+)
Vc cREF
dilihat dalam Gambar 4.7 berikut:
A-GND
lsbDB0
DB1
DB2
DB3
DB4
DB5
DB6
m sbDB7
Vre f/2
INTR
19
10K
4
CLK-R
CS
RD
WR
CLK-IN
18
17
16
15
14
13
12
11
Port P1.0-1.7
5
1
2
3
Port P3.0
150 pF
ADC0804
Gambar 4.9 Rangkaian ADC (Analog to Digital Converter)
4.4.7
Rangkaian Buzzer
Rangkaian buzzer berfungsi untuk membangkitkan nada panggil yang memberikan
tanda kepada pasien agar segera masuk ke ruang klinik. Dalam perencanaan, suara tersebut
dihasilkan dari sebuah buzzer yang memerlukan tegangan DC 5V. Untuk rangkaian buzzer
ditunjukkan dalam Gambar 4.10.
Port 2 . 3
VCC
Rb
9 01 2
PNP
8 20 0
5 Vlt
BUZZER
Gambar 4. 10 Rangkaian Buzzer
36
Pengontrol aktif/non aktif ini adalah keluaran mikrokontroler P2.0 dengan aktif
rendah. Untuk membunyikan buzzer diperlukan driver buzzer dikarenakan keluaran
Mikrokontroler kecil. Rangkaian buzzer terdiri atas sebuah transistor dan RBasis
(RB).Transistor yang dipakai adalah transistor tipe 9012 jenis PNP. Dalam perencanaan
transistor menggunakan nilai β dc = 64. Buzzer yang dipakai memiliki resistansi RC =166,67
( Hasil Pengukuran)
_ _ __ _ _ _ _
__ ___ __
Karena transistor digunakan sebagai saklar maka transistor dioperasikan dalam
daerah saturasi (jenuh), maka VCE(Sat) ≅ 0,18V. Sehingga IC(sat) dapat diketahui dengan
persamaan sebagai berikut:
I c ( Sat ) =
VEE − VCE ( Sat )
I c ( Sat ) =
I B ( Sat ) =
RB ( Sat ) =
Maka
4.4.8
Rc
(5 − 0,18)V
= 28,91 mA
166,7Ω
Ic( Sat )
β
=
28,91mA
= 0,45 mA
64
VEE − (VBE + VOl )
I B ( Sat )
RB ( Sat ) =
5 − (0,7 + 0,45)V
= 8555.555556Ω = 8700Ω
0,48mA
Rangkaian Pengangkat Telepon.
Rangkaian pengangkat telepon ini pada dasarnya digunakan untuk mengangkat (off
hook) dan menutup (on hook) saluran telepon. Rangkaian ini juga digunakan untuk
menghubungkan dan memutuskan hubungan sentral dengan rangkaian detektor dial tone,
rangkaian DTMF. Pada rangkaian ini digunakan relay dan transistor sebagai komponen
pendukung. Gambar 4.11 menunjukkan rangkaian pengangkat telepon yang dihubungkan
dengan mikrokontroller.
R
LINE TELEPON
S
RANG K. PENG UAT
Re lay
R1
PORT 2.0
11000
RELAY-DPDT
+5V
PNP
Gambar 4.11 Rangkaian Pengangkat dan Penutup Telepon
37
Relay yang digunakan dengan tipe 46D005-P, yang memiliki karakteristik tegangan
5 V dan resistansi dalam sebesar 180 Ω ( hasil pengukuran ), sedangkan transistor yang
digunakan jenis PNP tipe 9012 yang memiliki nilai βdc minimal = 64, VCE(sat) = 0.18 V, dan
VBE(on) = 0,7 V (Fairchild Semiconductor, 2000:1). Dari data-data tersebut, maka dapat
dicari nilai Ib sebesar :
I relay =
Vcc − VCE ( sat )
Rrelay
= 26,7 mA…………………………………….(4-6)
I relay = Ic sat
Ib
=
Ic sat
β
= 0,42 mA
Dalam perencanaan rangkaian pengangkat dan penutup telepon diperlukan
rangkaian driver yang dihubungkan ke port 3.5, sedangkan arus yang keluar dari port
mikrokontroller kecil yaitu 1,6 mA saat logika rendah dan VOL sebesar 0,45 V. Maka dapat
dicari nilai Rb sebesar :
VEE - VBE – VOL – IB.RB = 0………………….………………………(4-7)
RB =
V EE − VBE − VOL
= 10234 Ω
IB
Dalam perhitungan diatas diperoleh nilai RB sebesar 10234 Ω , karena nilai tersebut
tidak ada dipasaran maka digunkan nilai RB sebesar 11000 Ω .
Nilai RB yang digunakan dalam perancangan adalah 11000 Ω , maka dengan
persamaan (4-7) nilai arus basis dapat dihitung kembali.
IB =
Vcc − VBE − VOL
= 0,35 mA
RB
Harga IB = 0,35 mA ini tidak melebihi dari arus maksimum yang dapat diterima oleh port 1
mikrokontroller saat aktif rendah yaitu sebesar 1,6 mA.
4.5
Perencanaan Perangkat Lunak
Untuk pemakaian mikrokontroler di dalam suatu sistem perlu direncanakan
perangkat lunak mikrokontroler yang dapat mengatur sistem tersebut. Perangkat lunak di
sini adalah susunan perintah – perintah (progam) di dalam memori yang harus
dilaksanakan mikrokontroler. Perangkat lunak yang akan digunakan menggunakan bahasa
Assembler MCS-51, karena sistem yang digunakan adalah sistem mikrokontroler
38
AT89C51 yang juga merupakan salah satu keluarga dari MCS-51. Penggunaan kompiler
ASM51 yang dikeluarkan oleh Intel, akan mengubah listing program yang kita buat
menjadi kode-kode mesin yang siap untuk ditulis di EEPROM-nya mikrokontroler.
Diagram alir program dari pendeteksi sadapan pada pesawat telepon ditunjukkan pada
Gambar 4.9
START
INISIALISASI
Y
DETEKSI DETEKTOR HOOK
TEGANGAN AWAL
DIKETAHUI
T
AMBIL DATA DARI ADC
MENGHIDUPKAN
LCD
AMBIL LAGI DATA DARI ADC
MEMBANDINGKAN
DATA ADC AWAL DENGAN
SELANJUTNYA
Y
SEDANG
TERJADI
PENYADAPAN
HARAP
MATIKAN
TELEPON
MENGAKTIF
KAN TONE
DIALLING DAN
BUZZER
T
T
MENDETEKSI
DETEKTOR HOOK
MENDETEKSI
DETEKTOR HOOK
Y
T
Gambar 4.9 Diagram alir program
Y
39
BAB V
PENGUJIAN ALAT
Untuk mengetahui sistem dapat bekerja dengan baik sesuai dengan perencanaan,
maka diperlukan serangkaian pengujian. Pengujian ini dilakukan untuk masing-masing
rangkaian blok diagram perancangan alat dan juga pengujian keseluruhan blok diagram
dengan menggunakan alat-alat ukur yang tersedia. Pada bab ini juga akan dilakukan juga
pembahasan setiap pengujian dan pengamatan yang dilakukan.
5.1
Pengujian Detektor On-Off Hook
Rangkaian ini merupakan detektor atas diangkatnya handset atau tidak.
Pengujian dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1. Buat rangkaian seperti gambar seperti pada gambar blok dibawah ini:
DETEKTOR
HOOK
Line Telpon
Gambar 5.1 Blok Diagram Pengujian Detektor On-Off Hook
2. Angkat Handset untuk mengetahui adanya dial tone, yang menandakan bahwa
arus telah mengalir.
3. Tes keluaran dengan menggunakan Logic Probe apakah aktif tinggi atau rendah
pada saat Handset diangkat (off hook). Ukur level tegangan keluaran.
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pengetesan pada saat handset diangkat adalah:
40
Tabel 5.1. Hasil Pengukuran Detektor Hook
Arus input
Keluaran
Level
Opto Coupler
Logic Probe
Tegangan
On Hook
0 Volt
Low
0 Volt
Off Hook
10mA
High
4,8 Volt
Sehingga optocoupler menghasilkan keluaran 4,8 volt pada saat ‘off hook’ dan 0
volt saat ‘on hook’. Dengan level tagangan tersebut sudah memenuhi untuk dikatakan
kondisi High dan Low.
5.2 Pengujian Rangkaian Encoder DTMF
Untuk menguji rangkaian EnCoder DTMF dengan membuat rangkaian sebagai
berikut:
Input BINER
(4 Bit)
DTMF
ENCODER
Oscilloscope
TONE ENABLE
Gambar 5.2. Blok Diagram Pengujian Encoder DTMF
Dari rangkaian seperti diatas diketahui bahwa pada saat pin TOE “low”
Encoder tidak menghasilkan gelombang / sinyal DTMF dam pada saat pin TOE
“high” Encoder menghasilkan Gelombang / sinyal DTMF.
Berikut ini gambar tampilan
(Gambar 5.3) :
dari sinyal DTMF keluaran TP 5088
41
Gambar 5.3 Gambar tampilan Enkoder DTMF
5.3
Pengujian Hubungan Antara Mikrokontroler dengan Rangkaian Buzzer
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kerja rangkaian transistor sebagai saklar.
Dalam pengujian ini akan diukur arus yang mengalir pada basis (IB) dan (IC) saat masukan
diberi logika 1 dan logika 0. Pengujian rangkaian buzzer seperti ditunjukkan dalam
Gambar 5.4.Hasil pengujian ditunjukkan dalam Tabel 5.2.
Gambar 5.4 Pengujian Rangkaian Buzzer
Tabel 5.2 Hasil Pengujian Rangkaian Buzzer
Saat masukan berlogika rendah, maka ada arus yang mengalir melalui kolektor
sehingga buzzer berbunyi. Saat masukan tinggi, tidak ada arus yang melalui kolektor
sehingga buzzer tidak berbunyi. Prosentase kesalahan arus basis dari perencanaan dan
perhitungan adalah 2,083 % dan prosentase kesalahan arus kolektor adalah 1,418 %. Hal
ini disebabkan karena pengaruh penggunaan komponen Rbyang mempunyai toleransi 5%,
sehingga adanya sedikit perbedaan antara perhitungan dan pengukuran.
42
5.4
Pengujian Rangkaian ADC (Analog to Digital Converter)
5.4.1 Tujuan
Pengujian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
kemampuan
ADC
dalam
mengkonversikan tegangan analog menjadi data digital.
5.4.2
Langkah – langkah Pengujian
Langkah – langkah pengujian rangkaian ADC adalah :
1. Rangkaian disusun seperti dalam Gambar 5.5.
D7
Tegangan Analog
ADC 0804
(sebagai masukan)
D0
Gambar 5.5 Blok rangkaian pengujian ADC .
2. Tegangan masukan analog diset pada tegangan 0 Volt DC.
3. Mencatat hasil konversi yang ditunjukkan oleh indikator LED (Light Emiting Diode).
4. Mengulangi langkah 3 dan 4 untuk tegangan masukan yang berbeda – beda.
5.4.3
Hasil Pengujian dan Analisi Data
Hasil pengujian dan analisa rangkaian ADC ditunjukkan dalam Tabel 5.3. Analisa
data dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian dan hasil perhitungan untuk
dicari persentase kesalahannya.
43
Tabel 5.3 Hasil pengujian dan analisis data ADC
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Tegangan
Masukan(Volt)
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
Keluaran Perhitungan
(Biner)
(Desimal)
0000 0000
0
0001 1001
25
0011 0011
51
0100 1100
76
0110 0110
102
1000 0000
128
1001 1001
153
1011 0011
179
1100 1100
204
1110 0110
230
1111 1111
255
Keluaran Pengujian
(Desimal)
(Desimal)
0000 0000
0
0001 1001
25
0011 0011
51
0100 1101
77
0110 0110
102
1000 0001
129
1001 1001
153
0100 0010
178
11001101
205
1110 0110
230
1111 1111
255
Kesalahan
%
Kesalahan
0
0
0
1,316
0
0,781
0
0,559
0,490
0
0
Rata - rata
0,286
Presentase kesalahan antara hasil pengujian dengan hasil perhitungan dapat dicari
dengan persamaan:
Presentase Kesalahan =
Perhitungan - Pengujian
x 100 %
Perhitungan
(5.1)
Presentase kesalahan rata – rata = ∑ Kesalahan
n
(5.2)
Dimana n : banyaknya percobaan yang dilakukan.
Sebagai contoh percobaan nomor 4 :
Prosentase Kesalahan =
76 - 77
76
=
1/76 x 100 %
=
1,316 %
x 100 %
Prosentase kesalahan rata –rata = (1,316 + 0,781 + 0,559 + 0,490)
11
=
=
3,146
11
0,286 %
44
Dari hasil pengujian seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 5.3 dan perhitungan
prosentase kesalahan tersebut didapatkan prosentase kesalahan rata – rata dari rangkaian
pengujian ADC sebesar 0,268%
5.5
Pengujian Rangkaian LCD
Untuk pengujian LCD, sistim mikrokontroler yang sudah diuji dihubungkan dengan
led melalui port yang sudah tersedia.
Kemudian pada minimum sistem AT89C51
diberikan program dengan listing program dalam bentuk bahasa assembler agar dapat
menampilkan beberapa karakter.
Selain untuk mengetahui bahwa LCD mampu
menampilkan tulisan, pengujian juga berfungsi untuk mengetahui bahwa mikrokontroler
telah mampu mengirim data ke LCD melalui bus data. Gambar 5.3 menunjukkan blok
diagram rangkaian pengujian pada LCD yang terdiri dari minimum sistem, mikrokontroler
AT89C51, dan juga display LCD.
LCD
PROGRAM UJI
MINIMUM SISTEM
MIKROKONTROLLER
Gambar 5.6 Rangkaian Pengujian LCD
Dari hasil pengujian LCD diatas dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa dengan
menggunakan mikrokontroler AT89C51 melalui bahasa assembler maka kita dapat
memperoleh suatu hasil tampilan tulisan pada LCD.
5.6
Pengujian Rangkaian dengan Pesawat Telepon
Pesawat telepon yang ada dipasaran dan dipakai dirumah ataupun perkantoran
memiliki karakteristik yang berbeda- beda. Seperti pada Tabel 5.4 berikut ini.kondisi ini
sebelum terjadi penyadapan pada line aman.
45
Tabel 5.4 kondisi awal sebelum terjadi penyadapan
Lokasi
Jenis Telepon
Kondisi V Awal
sebelum disadap
Model: Sahitel
tipe:
S71W
V On: 48 Volt
V Off: 7 Volt
Perum GriyaSanta F120
Model:Goldstart
tipe:
80S6
V On: 48 Volt
V Off: 6 Volt
Perum GriyaSanta F120
Model:Siemens
tipe:
805 S
V On: 48 Volt
V Off: 5 Volt
Perum GriyaSanta F120
V On: 48 Volt
V Off: 7.5 Volt
Perum GriyaSanta F120
Model:Panaphone
tipe:
KX-T6906
V On: 48 Volt
V Off: 9 Volt
Perum GriyaSanta F120
Model:Goldstart
tipe:
80S6
V On: 50 Volt
V Off: 7.6 Volt
Perum Permata Hijau B-29
V On: 50 Volt
V Off: 8.5 Volt
Jl Mangga No 11
V On: 52 Volt
V Off: 13 Volt
Perum Bukit cemara tidar B6
Model: Panasonic
tipe: KXTS3MBX
Model:Panaphone
tipe: KXT-2229D
Model:Panasonic
tipe: KX-TS3MB
Nomor Telp
496497
496497
496497
496497
496497
553750
570724
569907
berikut ini adalah tabel kebenaran Tabel 5.4 untuk melihat bahwa setiap telepon
memiliki karakteristik yang berbeda.beda tegangan yang berpengaruh pada alat pendeteksi
sadapan pada pesawat telepon ini.Untuk telepon type I sebagai telepon utama sedangkan
telepon type II sebagai contoh telepon si penyadap, sehingga dapat diketahui :
Tabel 5.5 kondisi setelah terjadi penyadapan
Telepon
Pelanggan Penyadap
Model: Sahitel
tipe:
S71W
-
V keluaran
pengkondisi
sinyal
DB7
DB6
DB5
DB4
DB3
DB2
DB1
DB0
V On: 48 Volt
V Off: 7 Volt
87
0
1
0
1
0
1
1
1
Model: Sahitel Model:Goldstart V On: 48 Volt
80S6 V Off: 4 Volt
tipe:
S71W tipe:
Model: Sahitel Model:Siemens V On: 48 Volt
805 S V Off: 4.5 Volt
tipe:
S71W tipe:
Model: Sahitel
tipe:
S71W
Model: Sahitel
tipe:
S71W
Model: Sahitel
tipe:
S71W
Model: Sahitel
tipe:
S71W
Model: Sahitel
tipe:
S71W
Model: Panasonic
tipe: KXTS3MBX
Model:Panaphone
tipe: KX-T6906
V On: 48 Volt
V Off: 5 Volt
V On: 48 Volt
V Off: 6.2 Volt
Model:Goldstart V On: 50 Volt
tipe:
80S6 V Off: 5 Volt
Model:Panaphone
tipe: KXT-2229D
Model:Panasonic
tipe: KX-TS3MB
Keluaran ADC 0804
V on hook
V off hook
V On: 50 Volt
V Off: 6.6 Volt
V On: 53 Volt
V Off: 12 Volt
50
56
62
77
62
82
75
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
Lokasi
No Telp
Perum GriyaSanta
F120
496497
Perum GriyaSanta
F120
496497
Perum GriyaSanta
F120
496497
Perum GriyaSanta
F120
496497
Perum GriyaSanta
F120
496497
Perum Permata
Hijau B-29
553750
Jl Mangga No 11
570724
Perum Bukit cemara
tidar B6
569907
46
5.7
Pengujian Keseluruhan Sistim
Pengujian sistem secara keseluruhan bertujuan untuk mengetahui kinerja sistem
setelah seluruh rangkaian per blok diagram diintegrasikan bersama-sama. Pengujian ini
dilakukan dengan cara menghubungkan line telepon sentral dengan line masukan alat
sesuai dengan gambar rangkaian sistem keseluruhan yang ditunjukkan pada Gambar 5.7.
Untuk dapat mengetahui kondisi line telepon apakah sedang disadap atau aman dari
sadapan maka deteksi pertama yang dilakukan adalah membandingkan tegangan
selanjutnya dapat dilihat perbedaan tegangannya.
line
Telepon
Detektor
Hook
ADC 0804
rangkaian LCD
Mikrokontroller
AT89C51
rangkaian
Buzzer sebagai
tanda
Rangkaian
DTMF
TP5088
Gambar 5.8 Pengujian Keseluruhan Rangkaian
Untuk pengujian pertama, dilakukan dengan mengaktifkan alat yang sekaligus
melakukan pengujian untuk tampilan awal pada LCD dengan menampilkan tulisan judul
alat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.7.1.
PENDETEKSI
SADAPAN TELEPON
Gambar 5.7.1 Tampilan Awal pada LCD
Dilakukan pengujian berikutnya dengan mengangkat gagang telepon atau dalam
kondisi off hook, tujuannya untuk menentukan kondisi awal sebelum terjadi penyadapan.
Dalam hal ini line telepon dalam keadaan bebas dan dapat digunakan untuk melakukan
panggilan, lalu LCD akan menampilkan informasi bahwa line telepon anda aman dipakai.
seperti ditunjukkan pada gambar 5. 7.2
47
TELEPON ANDA
AMAN DIPAKAI
Gambar 5.7.2 Tampilan LCD Untuk kondisi awal
Jika line telepon pada saat tidak dipakai, tiba- tiba ada yang memakai line kita
ataupun dicuri maka LCD akan mengirimkan informasi bahwa telepon anda dipakai orang
dan akan mengaktifkan Buzzer juga mengirimkan sinyal nada tone.seperti ditunjukkan
pada gambar 5.7.3
TELEPON ANDA
AMAN DIPAKAI
Gambar 5.7.3 Tampilan LCD pada saat telepon dicuri
Jika terjadi penyadapan maka alat ini akan membandingkan tegangan selanjutnya
alat ini akan memberikan informasi bahwa sedang terjadi penyadapan harap matikan
telepon, lalu mikrokontroller mengaktifkan buzzer sebagai tanda bunyi, untuk mengacau
agar suara yang ada tidak dapat didengar maka akan terdengar nada tone yang dikirmkan
oleh TP 5088. Gambar 5.7.3 menunjukkan tampilan tulisan pada LCD yang
menginformasikan kondisi telepon anda disadap orang.
TELEOPON ANDA
DISADAP ORANG
Gambar 5.7.4 Tampilan LCD pada saat terjadi penyadapan
Dari hasil di atas maka didapat bahwa rangkaian masing-masing blok telah bekerja
sesuai dengan perencanaan. Kemudian setelah penggabungan keseluruhan blok,
keseluruhan sistem dapat bekerja dengan baik dan sesuai dengan spesifikasi alat yang
telah ditentukan.
48
BAB VI
PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari perencanaan dan realisasi alat pendeteksi
sadapan pada pesawat telepon dilengkapi dengan tampilan LCD.
6.1.
Kesimpulan
Dari hasil perancangan dan pengujian alat pendeteksi sadapan pada pesawat telepon
dilengkapi dengan tampilan LCD, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
•
Dari hasil pengujian yang meliputi pengujian perangkat keras dan perangkat
lunak diketahui bahwa alat dapat beroperasi sesuai dengan perencanaan.
•
Dapat mengetahui kondisi awal pada saat telepon belum digunakan sampai
terjadinya penyadapan.
•
Dari hasil pengujian alat pada line telepon kita dapat mengetahui bahwa line
kita sedang disadap ataupun aman dari sadapan.
•
Dapat mengetahui beda tegangan minimal yang dapat dideteksi oleh alat ini
adalah 1 Volt
.
6.2.
Saran
•
Untuk pengembangan alat, agar dapat mencegah terjadinya penyadapan selain
itu dapat juga diberikan solusi agar line telepon tidak dapat disadap
49
FOTO ALAT
FOTO ALAT
FOTO ALAT
GAMBAR PENGUJIAN ALAT
TAMPILAN PADA SAAT ALAT DIHIDUPKAN
KONDISI PADA SAAT TELEPON AKAN DIPAKAI PEMILIK
GAMBAR PENGUJIAN ALAT
TAMPILAN PADA SAAT LINE TELEPON KITA DIPAKAI ORANG
LAIN (DICURI).
TAMPILAN PADA SAAT LINE TELEPON DISADAP
Download