PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN SEKTOR PROPERTI PADA BEI PERIODE TAHUN 2011 – 2014 SKRIPSI Oleh : ARLINDA ARNOK SANDARI NPM : 11132175 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA 2015 PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN SEKTOR PROPERTI PADA BEI PERIODE TAHUN 2011 – 2014 SKRIPSI DiajukansebagaisalahsatusyaratmemperolehGelar SarjanaEkonomiPadaFakultasEkonomiUniversitas Wijaya Putra Surabaya Oleh : ARLINDA ARNOK SANDARI NPM : 11132175 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA 2015 HALAMAN MOTTO Ø Denganilmu, kehidupan menjadi lebih mudah. Dengan seni, kehidupan menjadi halus. Dan dengan agama, kehidupan lebih terarah dan bermakna. ( HR. Bukhori Muslim ) Ø I Never Dreamed About Success. I Worked For It ( Estee Lauder ) Ø The greates pleasure in life is doing what people say you can not do ( Anonymous ) iv HALAMAN PERSEMBAHAN Puji syukur kepada Allah subhanahu wata’ala, atas segala nikmat hidup dan kesempatan mengenggam ilmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga Indeks Harga Saham Gabungan Sektor Properti Pada BEI PeriodeTahun 2011 – 2014”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana Ekonomi.Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak dibantu, dibimbing, dan didukung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sangat ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Sunardi ayahku tercinta dan Ibunku Yulistin, serta adikku Rossi Steva Archorni dan suamiku tercinta Moch. Ali Musyafak atas semua kasih saying dan dukungan kalian yang super besar untuk saya. 2. Untuk baby kesayanganku yang di dalam perut, terima kasih sudah menjadi partner yang sangat amazing, yang tidak rewel dan sangat pintar. 3. Dosen Pembimbing yang super sabar untuk membantu saya yang terkadang lupa arah finish untuk skripsi. 4. UniversitasWijaya Putra Surabaya tercinta. 5. Terakhir buat Larry Page dan Sergey Brin yang telah menciptakan Google. Good Job Menn.. v Pengaruh NilaiTukar, Inflasi dan Suku Bunga Indeks Harga Saham Gabungan Sektor Properti Pada BEI PeriodeTahun 2011 – 2014 Arlinda Arnok Sandari NPM : 11132175 ABSTRAK Tidak stabilnya situasi moneter yang tercermin dari nilai tukar rupiah, suku bunga, inflasi mengakibatkan kekacauan dalam perekonomian. Hal tersebut menunjukkan eratnya pengaruh makro ekonomi terhadap indeks harga saham gabungan di pasar saham.Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji mengenai pengaruh indicator ekonomi makro, tingkat inflasi, suku bunga, kurs, terhadap indeks harga saham gabungan sektor property selama periode tahun 2011-2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi linier berganda. Data diperoleh dari Monthly Statictic, Indonesia Stock Exchange, Indikator ekonomi dari Badan Pusat Statistik, Indonesian Capital Market Directory. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan data dikumpulkan dengan teknik mencatat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel nilai tukar, inflasi dan suku bunga memiliki pengaruh secara simultan terhadap variable indeks harga saham gabungan. Sedangkan bila di uji secara parsial hanya variable inflasi dan suku bunga yang berpengaruh sedangkan variable nilai tukar tidak berpengaruh. Kata kunci : Nilai tukar, Suku bunga, Laju Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan vi KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN SEKTOR PROPERTI PADA BEI PERIODE TAHUN 2011 – 2014” . Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra Surabaya. Penulis menyadari bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian dan pemilihan kata-kata maupun pembahasan materi skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan saran, kritik, dan segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk perbaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, khususnya kepada: 1. Budi Endarto, SH., M.Hum. selaku rector Universitas Wijaya Putra Surabaya. 2. Dr. Hj. Soenarmi, SE., MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra Surabaya. 3. Dwi Lesno Panglipursari, SE., MM selaku Ketua Prodi Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Wijaya Putra Surabaya. 4. Trisa Indrawati, SE , MM, selaku Dosen Pembimbing penulisan penelitian ini. 5. Seluruh staf Dosen dan Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra Surabaya. vii 6. Babeh Sunardi dan IbunYulistin, kedua orang tua saya, yang telah membimbing, membesarkan serta memberikan pendidikan yang layak kepada saya, serta adik Rossi Steva Archorni you’re my beloved sister dan keluarga besarku tercinta yang senantiasa selalu mencurahkan segalakasihsayang, doa serta dukungan dari kalian, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Seluruh teman-teman Fakultas Ekonomi Manajemen B yang selalu mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini serta bersamasama terus berjuang untuk menyelesaikan pendidikan ini. 8. Kepada suami saya Moh Ali Musyafa yang selalu menemaniku saat senang maupun susah dan selalu menyemangati dan mendoakanku untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman – teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini yang tiap malam selalu berkumpul mengerjakan skripsi dikampus. 10. Dan kepada buku-buku, artikel dan internet yang selalu menjadi nutrisi otakku untuk menyelesaikan skripsi ini. Surabaya, Juli 2015 Penulis, ( Arlinda Arnok Sandari ) viii DAFTAR ISI Halaman Judul ...................................................................................................... i Halaman Persetujuan Pembimbing....................................................................... ii Halaman Pengesahan ............................................................................................ iii Halaman Motto .................................................................................................... iv Halaman Persembahan.......................................................................................... v Abstraksi Skripsi................................................................................................... vi Kata Pengantar ...................................................................................................... vii Daftar Isi ............................................................................................................. ix Daftar Tabel .......................................................................................................... xi Daftar Gambar ...................................................................................................... xii Daftar Lampiran.................................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang..................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6 1.4 Manfaat penelitian .............................................................................. 6 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori.................................................................................... 7 2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 21 2.3 Kerangka Konseptual.......................................................................... 23 2.4 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 24 ix BAB III METODE PENELITIAN 3.1 JenisPenelitian..................................................................................... 25 3.2 Deskripsi Poppulasi dan Penentuan Sampel....................................... 25 3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel....................................... 26 3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 28 3.5 Teknik Analisis Data .......................................................................... 28 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data ................................................................................... 31 4.2 Analisis Data ...................................................................................... 45 4.3 Intrepetasi............................................................................................ 51 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 53 5.2 Saran ................................................................................................... 54 Daftar Pustaka x DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Matriks Hubungan Profitabilitas .................................................... 13 Tabel 2.2 Pengaruh Faktor Ekonomi.............................................................. 14 Tabel 2.3 PenelitianTerdahulu........................................................................ 22 Tabel 4.1 Daftar Emiten Sektor Properti........................................................ 37 Tabel 4.2 Data Kurs Rupiah Tahun 2011-2014.............................................. 41 Tabel 4.3 Data Suku Bunga Tahun 2011-2014 .............................................. 42 Tabel 4.4 Data InflasiTahun 2011-2014......................................................... 43 Tabel 4.5 Data Indeks Harga Saham Gabungan Tahun 2011-2014 ............... 44 Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian.......................................... 45 Tabel 4.7 HasilUjiKorelasi............................................................................. 46 Tabel 4.8 HasilUji F ....................................................................................... 47 Tabel 4.9 PersamaanRegresi .......................................................................... 48 Tabel 4.10 HasilUji T ....................................................................................... 49 Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinan..................................................... 50 xi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.4 Kerangka Konseptual..................................................................... 23 xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Data Penelitian Lampiran 2 Statistik Deskriptif Lampiran 3 Regresi Linier Berganda Lampiran 4 Kartu Bimbingan Skripsi xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada awal tahun 2013 kondisi perekonomian Indonesia ditargetkan bisa tumbuh mencapai enam persen, mengacu pertumbuhan tahun 2012 lalu yang mencapai diatas angka tersebut. Namun di luar ekspektasi , tahun ini ekonomi Indonesia banyak mengalami “serangan” dari global. Pertumbuhan Indonesia pun melambat, diperkirakan hanya mencapai 5,5 – 5,8 %. Serangan global ini lebih kepada perbaikan ekonomi AS, penutupan (shut down) Pemerintah As, seta rencana tapering off yang dilakukan Bank Sentral Amerika Serikat (AS),the fed. Imbas dari serangan ekonomi global pun berdampak pada laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pada awal 2013, mata uang Garuda dibuka pada level Rp.9.600-an per USD dan diakhir Desember 2013 naik menjadi Rp.12.200 per USD. Tidak hanya rupiah yang terus melemah, pasar saham di Indonesia pun terguncang.Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) memasuki masa suram, dibawah level 4.500 bahkan berkutat di level 4.100 – 4.200 meskipun pernah menembus rekor di level 5.200. Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik untuk selalu diperbincangkan dalam dunia keuangan di seluruh dunia.Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat terjadi akibat macetnya kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia. Efek beruntun dari kredit perumahan itu membuat beberapa perusahaan keuangan besar di Amerika dan juga perusahaan lain di seluruh dunia bangkrut (Adiwarman, 1 2 2008). Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan sektor properti dan kredit perbankan sangat mempengaruhi perekonomian di Amerika Serikat.Sebagai negara yang merupakan pusat ekonomi dunia, efek beruntun perlambatan ekonomi Amerika Serikat tadi sangat mempengaruhi kinerja pasar dunia. Pengaruh dari krisis finansial akan lebih besar jika terjadi di pasar bebas seperti saat ini. Kesimpulannya krisis ekonomi Amerika Serikat sangat menentukan kondisi dan stabilitas ekonomi global, termasuk di negara Indonesia yang masih tergantung dari kondisi perekonomian Amerika Serikat. Pengaruh lain krisis finansial global terhadap ekonomi makro adalah dari sisi tingkat suku bunga. Dengan naik turunnya kurs dollar, suku bunga akan naik karena Bank Indonesia akan menahan rupiah sehingga akibatnya inflasi akan meningkat. Kedua, gabungkan antara pengaruh kurs dollar tinggi dan suku bunga yang tinggi akan berdampak pada sektor investasi dan sektor riil, dimana investasi di sektor riil seperti properti dan usaha kecil dan menengah (UKM) dalam hitungan semesteran akan sangat terganggu. Pengaruhnya pada investai di pasar modal, krisis global ini akan membuat orang tidak lagi memilih pasar modal sebagai tempat yang menarik utnuk berinvestai karena kondisi makro yang kurang mendukung. Secara umum, pasar modal merupakan tempat kegiatan perushaaan mencari dana untk membiayai kegiatan usahanya. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha penghimpunan masyarakat secara langsung dengan cara menanamkan dana ke dalam perusahaan yang sehat dan baik pengelolaanya. Fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana pembentukan modal dan akumulasi dana bagi pembiayaan suatu perusahaan atau emiten. Dengan demikian pasar modal merupakan salah satu sumber dana bagi pembiayaan pembangunan nasional pada umumnya dan emiten pada khususnya di luar sumber-sumber 3 yang umum dikenal, seperti tabungan pemerintah, tabungan masyarakat, kredit perbankan dan bantuan luar negeri. Bagi kalangan masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan berminat untuk melakukan investasi, hadirnya lembaga pasar modal di Indonesia menambah deretan alternatif untuk menanamkan dananya. Banyak jenis surat berharga (securities) yang dijial dipasar tersebut, salah satunya adalah saham. Saham perusahaan go public sebagai komoditi investasi tergolong berisiko tinggi karena sifatnya yang peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik oleh pengaruh bersumber dari luar ataupun dari dalam negeri. Perubahan tersebut antara lain dibidang politik, ekonomi, moneter, undang-undang atau peraturan maupun perubahan yang terjadi dalam industri dan perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) itu sendiri. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi investor. Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mnempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh enghasilan dan atau peningkatan nilai investasi. Investasi pada saham dianggap mempunyai tingkat resiko yang lebih besar dibandingkan dengan alternatif investasi lain, seperti obligasi, deposito, dan tabungan. Setiap investor di pasar saham sangat membutuhkan informasi yang relevan dengan perkembangan transaksi di bursa, hal ini sangat penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dan menyusun strategi dan pengembalian keputusan investasi di pasar modal. Investor dapat memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk menyalurkan dana yang menganggur atau berinvestasi guna memperoleh keuntungan atau return yang didapat berupa peningkatan 4 modal (capital gain) dan laba hasil usaha yang dibagikan (dividen) untuk investasi dipasar saham, serta bunga (coupon) untuk invastasi di pasar obligasi. Pemodal atau investor hanya dapat memperkirakan berapa tingkat keuntungan yang diharapakan (expected return) dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan. Apabila kesempatan investasi mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi, maka investor akan mngisyaratkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi pula. Dengan kata lain, semakin tinggi risiko suatu kesempatan investasi maka akan semakin tinggi pula tingkat keuntungan (return) yang diisyaratkan oleh investor. Saham perusahaan yang go public sebagai komoditi investasi tergolong berisiko tinggi karena sifat komoditinya sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik perubahan di luar negeri maupun dalam negeri. Perubahan tersebut dapat berdampak positif maupun negatif terhadap nilai saham tersebut yang berada di pasar saham. Faktor utama yang menyebabkan harga pasar saham berubah adalah adanya persepsi yang berbeda dari amsing-masing investor sesuai informasi yang dimiliki. Menurut Cheng ( 2008 ), dalam melakukan pemilihan investasi di pasar modal dipengaruhi oleh informasi fundamental dan teknikal. Informasi fundamental adalah informasi kinerja dan kondisi internal perusahaan yang cenderung dapat dikontrol.Sedangkan informasi teknikal adalah informasi kondisi makro seperti tingkat pergerakan suku bunga, nilai tukar mata uang, inflasi, indeks saham di pasar dunia, kondisi keamanan dan politik.Informasi teknikal sering digunakan sebagai dasar analisis pasar modal. Jika kondisi atau indikator makro ekonomi mendatang diperkirakan jelek, maka kemungkinan besar refleksi indeks harga saham menurun, demikian sebaliknya ( Robbert Ang ) 5 Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan , kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa, juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang diperlukan tersebut adalah indeks harga saham sebagai cerminan dari pergerakan harga saham.Indeks saham tersebut secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal. Dampak merosotnya nilai tukar rupiah terhadap pasar modal memang dimungkinkan, mengingat sebagian besar perusahaan yang go public di BEI mempunyai hutang luar negeri dalam bentuk valuta asing.Di samping itu produk produk yang dihasilkan oleh perusahaan publik tersebut banyak menggunakan bahan yang memiliki kandungan impor tinggi.Merosotnya rupiah dimungkinkan menyebabkan jumlah hutang perusahaan dan biaya produksi menjadi bertambah besar jika dinilai dengan rupiah. 1.2 PERUMUSAN MASALAH 1. Apakah nilai tukar, suku bunga dan inflasi berpengaruh secara parsial terhadap indeks harga saham gabungan sektor properti pada BEI periode Tahun 2011 – 2014 ? 2. Apakah nilai tukar, suku bunga dan inflasi berpengaruh secara simultan terhadap indeks harga saham gabungan sektor properti pada BEI periode Tahun 2011 – 2014 ? 6 1.3 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui dan menganalisa secara parsial nilai tukar, suku bunga dan inflasi terhadap indeks harga saham gabungan sektor properti pada BEI periode Tahun 2011 – 2014 2. Untuk mengetahui dan menganalisa secara simultan nilai tukar, suku bunga dan inflasi terhadap indeks harga saham gabungan sektor properti pada BEI periode Tahun 2011 – 2014 ? 1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 MANFAAT SECARA TEORI Manfaat secara teori dalam penelitian ini agar para akademisi dan peneliti dibidang keuangan di Indonesia dapat menjadikan salah satu masukan seputar pengaruh variable makro ekonomi terhadap indeks harga saham gabungan dan sector property 1.4.2 MANFAAT SECARA PRAKTIS Manfaat secara praktis dalam penelitian ini agar penulis dapat mengetahui bagaimana faktor-faktor makro ekonomi berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan. Dan bagi pelaku bisnis dan praktisi keuangan dapat menjadi informasi yang menarik dan menjadi salah satu masukan dalam mempertimbangkan keputusan investasi BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan disajikan model beserta telaah pustaka yang melandas pengembangan kerangka pikir dan pengajuan hipotesis. Penulisan dari bab ini akan disajikan sebagai berikut, pertama adalah telaah pustaka untuk memaparkan beberapa konsep konsep dasar variabel yang diteliti. Selanjutnya adalah mengenai penelitian penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang terangkum dalam sub bab penelitian terdahulu. Kemudian pembahasan lebih lanjut mengenai kerangka pemikiran teoritis yang menjelaskan model serta hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat dan diikuti dengan pernyataan hipotesis yang diajukan. Terakhir pada bab ini adalah definisi operasional variabel yang menjelaskan bagaimana variabel diukur dan cara perhitungan yang diperlukan. 2.1.1 PASAR MODAL Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Menurut Suad Husnan (1994), pasar modal adalah pasar dari berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan pemerintah dan perusahaan swasta. Sedangkan undang undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal memberikan pengertian pasar modal sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek (Bapepam.go.id, 2006). Pengertian 7 8 lainnya, pasar modal adalah salah satu sumber pembiayaan eksternal jangka panjangbagi dunia usaha khususnya perusahaan yang go public dan sebagai wahana investasi bagi masyarakat (Farid Harianto dan Siswanto Sudomo, 1998). Kepemilikan saham oleh masyarakat melalui pasar modal, dapat menjadikan masyarakat bisa menikmati keberhasilan perusahaan melalui pembagian dividen dan peningkatan harga saham yang diharapkan.Kepemilikan saham oleh masyarakat juga dapat memberikan pengaruh positif terhadap pengelolaan perusahaan melalui pengawasan langsung oleh masyarakat. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memilki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Darmadji dan Fakhruddin, 2001). 2.1.2 INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa juga 9 semakin meningkat.Salah satu informasi yang diperlukan tersebut adalah harga saham sebagai cerminan dari pergerakan harga saham. Indeks Harga Saham Gabungan merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham di pasar modal.Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite) di berbagai negara menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Indonesia.Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, BEI berwenang untuk mengeluarkan atau tidak memasukkan satu atau beberapa perusahaan tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain adalah bila jumlah saham perusahaan tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik relatif kecil padahal kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga sahamnya berpotensi memengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. Indeks Harga Saham Gabungan (composite) mempunyai beberapa fungsi atau gambaran kinerja suatu bursa diantaranya, yaitu: • Sebagai indikator trend pasar. • Sebagai indikator tingkat keuntungan. • Sebagai Benchmark kinerja suatu portofolio. • Memfasilitasi pembentukan portopolio dengan strategi pasif. Ada beberapa macam pendekatan atau metode perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks, yaitu: (1) menghitung rata rata (arithmetic mean) harga saham yang masuk dalam anggota indeks, (2) menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks, (3) menghitung rata rata tertimbang nilai pasar. Umumnya 10 semua indeks harga saham gabungan (composite) menggunakan metode rata rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Indonesia (BEI, 2008).Sekarang ini PT. Bursa Efek Indonesia memiliki 8 macam harga saham yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik, sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal (BEI, 2008). Ke delapan macam indeks tersebut adalah: a. Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. b. Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang termasuk dalam masing-masing sektor. c. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. d. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria syariah dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi. e. Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham yang dipilih berdasarkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. f. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama. g. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan h. Indeks Individual, yaitu harga saham masing-masing emiten. 11 Cara untuk menghitung Indeks Harga Saham Gabungan : Rumus: IHSG = (Ht / H0) X 100% Dimana : Ht : Total harga semua saham pada waktu yang berlaku H0 : Total harga semua saham pada waktu dasar Seluruh indeks yang ada di BEI menggunakan metode perhitungan yang sama, yaitu metode rata rata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat. Perbedaan utama yang terdapat pada masing masing indeks adalah jumlah emiten dan nilai dasar yang digunakan untuk penghitungan indeks. Misalnya untuk Indeks LQ45 menggunakan 45 saham untuk perhitungan indeks sedangkan Jakarta Islamic Index (JII) menggunakan 30 saham untuk perhitungan indeks. Indeks indeks tersebut ditampilkan terus menerus melalui display wall di lantai bursa dan disebarkan ke masyarakat luas oleh data vendor melalui data feed. Dewasa ini Indeks Harga Saham dijadikan barometer kesehatan ekonomi di suatu negara dan juga sebagai landasan analisis statistik atas pasar terakhir.Fenomena ekonomi tersebut meliputi mikro dan makro ekonomi.Fenomena makro diantaranya perubahan nilai tukar, suku bunga, tingkat inflasi. Perubahan harga saham setiap hari perdagangan akan membentuk IHS. Angka indeks dibuat sedemikian rupa hingga dapat digunakan untuk mengukur kinerja saham yang dicatat di bursa efek, dimana return dan risiko pasar tersebut dihitung. Return portofolio diharapkan meningkat jika IHS cenderung meningkat, demikian sebaliknya return tersebut menurun jika IHS cenderung menurun. Bahkan saat ini IHS dapat dijadikan barometer yang menunjukkan kesehatan ekonomi suatu negara dan dapat sebagai dasar dalam menganalisis kondisi pasar (BEI, 2008).Apabila terjadi peningkatan IHS maka kondisi 12 pasar bagus. IHS digunakan oleh investor dalam melihat kondisi bursa yang akan digunakan untuk mengambil suatu keputusan saat melakukan transaksi saham. IHS berlaku untuk saham individu/kelompok sedangkan harga saham gabungan (IHSG) menggunakan data semua saham yang tercatat di suatu bursa efek. Metodologi perhitungan indeks menggunakan rata rata tertimbang nilai pasar (market valueweighted average index) dengan rumus dasar perhitungan : Nilai Pasar Nilai Pasar = Nilai Dasar 0% Nilai pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar hari ini (kapitalisasi pasar), sedangkan nilai dasar adalah kumulatif jumlah saham pada hari dasar di kali harga dasar pada hari dasar. Hari dasar di Bursa Efek Jakarta adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Indeks Harga Saham Gabungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan sektor properti yang nilainya diambil dari Monthly Statistic Bursa Efek Indonesia dari Tahun 2011 - 2014.Nilai yang dipakai adalah nilai harga penutupan (closing price) setiap bulan. 2.1.2.1 Faktor faktor Ekonomi yang Diperkirakan Mempengaruhi Nilai Saham Para pemodal dalam proses penilaian investasi harus memahami kondisi ekonomi nasional suatu negara dimana mereka akan berinvestasi. Kondisi ekonomi ini merupakan 13 faktor faktor yang mempengaruhi atau memberi dampak pada pendapatan dan biaya perusahaan, serta mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan (Harianto,2008). Berikut ini tabel yang menggambarkan secara sederhana hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan kondisi tingkat inflasi, tingkat bunga, dan kurs Rupiah terhadap mata uang asing serta kondisi ekonomi lainnya (Harianto, 2008). Tabel 2.1 Matriks Hubungan Profitabilitas Perusahaan dengan kondisi ekonomi Indikator Ekonomi Dampak Penjelasan Inflasi Meningkatnya inflasi secara Inflasi relatif adalah sinyal negatif perusahaan. Jika peningkatan biaya faktor produksi bagi pemodal di pasar modal lebih meningkatkan tinggi dapatdinikmati dari pendapatan peningkatan oleh dan harga biaya yang perusahaan,profitabilitas perusahaan akanmenurun Tingkat Bunga Tingkat bunga yang tinggi Meningkatnya tingkat bunga adalah sinyal negatif bagi harga harga saham perusahaan sehingga terjadi perpindahaninvestasi kapital akanmeningkatkan sehinggamemperbesar biaya dari saham ke deposito atau fixed. Kurs Rupiah Menurunnya kurs Rupiah Menurunnya kurs dapat mening terhadap mata uang asing katkan biaya impor bahan baku dan meningkatkan memiliki pengaruh negatif suku bunga walaupun dapat meningkatkan ekspor terhadap ekonomi dan pasar modal. 14 Variabel ekonomi yang mempengaruhi indeks harga saham adalah keuntungan perusahaan, pertumbuhan produksi industri, inflasi, tingkat bunga, kurs mata uang rupiah, pengangguran dan jumlah uang beredar.Tandelilin (2000) menyatakan bahwa factor-faktor ekonomi makro secara empirik telah terbukti mempunyai pengaruh terhadap kondisi pasar modal di beberapa negara.Faktor faktor tersebut yaitu laju pertumbuhan inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang (exchange rate).Pengaruh masing masing faktor tersebut dapat digambarkan di tabel sebagai berikut: Tabel 2.2 Pengaruh Faktor faktor Ekonomi Terhadap investasi Indikator Ekonomi Pengaruh Inflasi Menurunnya inflasi secara relatif merupakan sinyal positif bagi investor di pasar modal. Tingkat suku bunga Menurunnnya tingkat suku bunga merupakan sinyal positif terhadap harga saham. Kurs Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi ekonomi yang mengalami inflasi. 15 2.1.3 Nilai Tukar Uang Banyak hal mempengaruhi naik turunnya kinerja saham, di antaranya factor makro ekonomi seperti inflasi, nilai tukar uang, dan suku bunga sebagaimana yang ditemukan oleh Tirapat dan Nitayagasetwat (1999). Nilai tukar suatu mata uang adalah harga mata uang suatu negara terhadap negara asing lainya, misalnya harga dari satu dollar Amerika saat ini Rp9.600,00 atau harga satu dollar Hongkong (HKD) adalah Rp1.500,00 dan seterusnya. Harga pada umumnya terkait dengan sejumlah uang, dan nilai tukar mata uang ini bersifat stabil dan bisa labil atau terlalu bergerak naik atau turun. Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis yakni (Dornbusch dan Fischer, 1992): a. Selling Rate (kurs jual), yakni kurs yang ditentukan oleh suatu Bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu b. Middle Rate (kurs tengah), adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central pada suatu saat tertentu. c. Buying Rate (kurs beli), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu. d. Flat Rate (kurs flat), adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveller chaque, di mana dalam kurs tersebut sudah diperhitungkanpromosi dan biaya biaya lainya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel variabel makro ekonomi yang lain. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar.Dalam 16 pendekatan moneter, nilai tukar mata uang di definisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjual belikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang. Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate, atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan kekuatan penawaran dan permintaan di dalam pasar (marketmechanism) dan lazimnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal, yaitu: a. Depresiasi (depreciation), adalah penurunan harga mata uang nasional berbagai terhadap mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan kekuatan supply and demand di dalam pasar (market mechanism). b. Appresiasi (appreciation), adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan kekuatan supply dan demand di dalam pasar (marketmechanism). c. Devaluasi (devaluation), adalah penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara. d. Revaluasi (revaluation), adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar yaitu faktor fundamental, faktor teknis dan sentimen pasar (Madura 1993 dalam Maski dan Widyastuti 2003).Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relative pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan interfensi bank sentral. Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa pada saat- 17 saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan begitu pula sebaliknya. Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal (Arifin 1998 dalam Maski dan Widyastuti 2003). Secara teori ada dua sudut pandang tentang keterkaitan antara harga saham dan nilai tukar. Di satu sisi, para pendukung model “portfolio balance" meyakini bahwa harga saham mempengaruhi nilai tukar uang secara negatif (Saini dkk., 2002). Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan (wealth) perusahaan dapat mempengaruhi nilai tukar uang melalui permintaan uang. Sebagai contoh semakin tinggi harga saham akan menyebabkan semakin tinggi permintaan uang dengan tingkat bunga yang semakin tinggi pula, sehingga hal ini akan menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya dan hasilnya terjadi apresiasi terhadap mata uang domestik. Kondisi sosial, politik, dan keamanan sangat berpengaruh terhadap penguatan nilai tukar.Walaupun tingkat bunga dipertahankan tinggi, tetapi kondisi sosial, politik, dan keamanan belum stabil, maka nilai tukar masih terdepresiasi karena para investor asing tidak berani berinvestasi karena tidak adanya jaminan keamanan.Kestabilan nilai rupiah dapat diukur dari nilai rupiah terhadap barang-barang dalam negeri dan luar negeri.Kestabilan nilai rupiah terhadap barang-barang dalam negeri tercermin dari tingkat inflasi, sementara kestabilan nilai rupiah luar negeri tercermin dari nilai tukar rupiah (kurs) terhadap uang negara lain (Iljas 2000 dalam Tauhid Ahmad 2002). 18 2.1.4 Suku bunga Suku bunga merupakan harga atas dana yang dipinjam (Reilly and Brown, 1997). Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku saat itu. Apakah akan menerbitkan sekuritas ekuitas atau hutang. Karena penerbitan obligasi atau penambahan hutang hanya dibenarkan jika tingkat bunganya lebih rendah dari earning power dari penambahan modal tersebut (Riyanto,1990). Suku bunga yang rendah akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah. Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat. Dalam dunia properti, suku bunga berperan dalam meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga berdampak kuat pada kinerja perusahaan properti yang berakibat langsung pada meningkatnya return saham.Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sering diidentikan dengan aktiva yang bebas risiko artinya aktiva yang risikonya nol atau paling kecil.Hasil penelitian Haryanto (2007) membuktikan bahwa besarnya suku bunga SBI mempengaruhi risiko sistematik perusahaan.Semakin kecil suku bunga Bank Indonesia maka semakin besar risiko sistematik saham. Suku bunga bank Indonesia merupakan patokan dalam menentukan besarnya bunga kredit dan tabungan. Suku bunga SBI yang tinggi tidak menggairahkan perkembangan usaha usaha karena mengakibatkan suku bunga bank yang lain juga tinggi. Sehingga rendahnya suku bunga SBI mengandung risiko lesunya ekonomi.Hal ini mengakibatkan tingginya risiko berinvestasi di pasar modal.Dalam penelitian ini suku bunga yang digunakan adalah nilai tengah suku bunga deposito SBI 1 perbulan dari Januari – Desember 2013. 19 2.1.5 Laju Inflasi Inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli, baik individu maupun perusahaan. Salah satu peristiwa yang sangat penting dan dijumpai di hamper semua negara di dunia adalah inflasi. Didalam perekonomian ada kekuatan tertentu yang menyebabakan tingkat harga melonjak sekaligus, tetapi ada kekuatan lain yang menyebabkan kenaikan tingkat harga berlangsung terus menerus secara perlahan. Peristiwa yang cenderung mendorong naiknya tingkat harga disebut gejolak Inflasi (Lipsey, 1992). Cara menghitung Laju Inflasi : Laju Inflasi = IHK periode n – IHK tahun sebelumnya Dimana : IHK : Indeks harga Konsumen n : Periode sekarang. 2.1.5.1 Jenis Inflasi 1. Inflasi merayap (creeping inflation) Ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun).Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama. 2. Inflasi menengah (galloping inflation) Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar, (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi.Artinya, harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.Efeknya terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang merayap (creeping inflation). 20 3. Inflasi tinggi (hyper inflation) Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai lima atau enam kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang.Nilai uang merosot dengan tajam, sehingga ingin ditukarkan dengan barang.Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi.Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (misalnya ditimbulkan oleh adanya perang) yang dibelanjai/ditutup dengan mencetak uang. Secara keseluruhan, laju inflasi yang sedang berlangsung tergantung pada (i) permintaan, seperti yang ditunjukan oleh senjang inflasi atau senjang resesi ,(ii) kenaikan biaya yang diharapkan, (iii) serangkaian kekuatan luar yang datang terutama dari sisi penawaran. Laju inflasi dapat dipisahkan menjadi tiga komponen yaitu inflasi inti, inflasi permintaan dan inflasi gejolak (Nopirin, 1990).Inflasi inti adalah inflasi yang komponen harganya dipengaruhi oleh faktor fundamental.Inflasi permintaan yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah seperti kebijakan harga BBM, listrik, air minum, dan lainnya, sedangkan inflasi bergejolak adalah inflasi yang dipengaruhi oleh kelancaran produksi dan distribusi barang dan jasa.Kenaikan inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga konsumen (Customer Price index).Inflasi dapat dipilah berdasarkan sifat temporer atau permanen.Inflasi yang bersifat permanen adalah laju inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan permintaan barang dan jasa.Sedangkan inflasi yang bersifat temporer adalah inflasi yang diakibatkan gangguan sementara (misalnya kenaikan biaya energi, transportasi, dan bencana alam). Adapun cara yang digunakan untuk mengukur inflasi (Nopirin, 1990). 21 a. Dengan menggunakan harga umum. b. Dengan menggunakan angka deflator. c. Dengan menggunakan indeks harga umum (IHK). d. Dengan menggunakan harga pengharapan. e. Dengan menggunakan indeks dalam dan luar negeri 2.2 PENELITIAN TERDAHULU Beberapa penelitian terdahulu tentang pengaruh variabel makro ekonomi terhadap kinerja indeks harga saham menunjukkan hasil yang berbeda sebagaimana yang ditemukan oleh Tirapat dan Nitayagasetwat (2008) bahwa terdapat sensitivitas perusahaan terhadap variabel makro ekonomi yang disebut resiko sitematik perusahaan yang diperoleh dari hasil regresi return saham perusahaan dengan variabel makro ekonomi tersebut. 22 Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu No Peneliti Penelitian Variabel 1. Heru Analisis Pengaruh Suku Nugroh inflasi, o bunga, kurs dan kurs (2008) Model Hasil Regresi Regresi, suku Bunga dan Linier Berganda suku bunga, jumlah uang yang beredar kurs yang jumlah uang yang mempengaruhi variable beredar dependen, sedangkan satu terhadap Indeks LQ45 dan variable inflasi tidak mempengaruhi 2. 3. Ratna Analisis pengaruh Inflasi, Regresi Prihanti inflasi, nilai tukar Nilai tukar, pengaruh yang signifikan ni terhadap terhadap return saham (2009) saham saham Yogi Pengaruh Tingkat Perman fundamental bunga, a keuangan, tingkat inflasi pengaruh yang signifikan (2009) bunga dan inflasi terhadap harga saham return return Regresi Semua variable memiliki Bersama-sama variable semua memiliki terhadap pergerakan harga saham Pada penelitian yang dilakukan oleh Heru Nugroho pada tahun 2008 variabel suku bunga dan kurs mempengaruhi variable dependen, sedangkan variable inflasi tidak 23 mempengaruhi terhadap indeks harga saham LQ 45. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ratna Prihantini pada tahun 2009 variabel inflasi dan nilai tukar berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Dan yang terakhir yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yogi Permana pada tahun 2009, variable tingakt bunga dan inflasi sama-sama berpengaruh terhadap pergerakan harga saham. Semua penelitian ini memiliki persamaan yaitu variable dependen memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variable independen. 2.3 KERANGKA KONSEPTUAL Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Nilai Tukar (X1) Suku Bunga (X2) Indeks Harga Saham Gabungan Sektor Properti (Y) Laju Inflasi (X3) Keterangan : - - - - - - - - - = Parsial = Simultan Gambar 2.4 Kerangka Konseptual 24 2.4 HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan penelitian terdahulu dan landasan teori diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah : 1. Nilai tukar, suku bunga dan laju inflasi berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan sektor properti pada BEI periode Tahun 2011 – 2014 2. Nilai tukar, suku bunga dan laju inflasi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan sektor properti pada BEI periode Tahun 2011 – 2014 BAB III METODE PENELITIAN Sebelum suatu penelitian dilaksanakan, maka terlebih dahulu perlu ditentukan metode yang akan digunakan. Hal ini akan membantu di dalam pelaksanaan penelitian. Pada bab ini terbagi menjadi 5 sub bab yaitu 3.1 mengenai jenis penelitian. Sub bab 3.2 mengenai diskripsi populasi dan penentuan sampel. Variable dan definisi operasional variable pada sub bab 3.3 dan teknik pengumpulan data dan instrument penelitian pada sub bab 3.4. Teknik keabsahan data pada sub bab 3.5. Dan yang terakhir teknik analisis data pada sub bab 3.6 3.1 JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan validitas.Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka.Hal ini sesuai dengan pendapat (Arikunto 2006) yang mengemukakan penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menguakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya. 3.2 DESKRIPSI POPULASI DAN PENENTUAN SAMPEL Menurut Arikunto (2006: 130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.Populasi dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan perusahaan properti yang berjumlah 7 perusahaan yang terdaftar pada BEI untuk periode 25 26 taun 2011 - 2014. Dari 43 jumlah perusahaan yang terdaftar di sector property pada BEI tahun 2011-2014 Penentuan pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011). Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probabilitas.Metode penelitian sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel penelitian diambil secara purposive sampling, dimana sampel harus memenuhi kriteria: 1. Indeks harga saham gabungan sektor properti di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011 - 2014 2. Data yang diambil untuk perusahaan yang terdaftar mulai tahun 2000-2010 3. Perusahaan tersebut memilki dividen di atas 100 Milyar 4. Perusahaan tersebut memiliki akumulasi nilai saham di atas 1 M 3.3 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono: 2009:). Jadi yang dimaksud dengan variabel penelitian dalam penelitian ini adalah segala sesuatu sebagai objek penelitian yang ditetapkan dan dipelajari sehingga memperoleh informasi untuk menarik kesimpulan. Sugiyono (2009) menyampaikan bahwa variabel penelitian dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 27 1. Variabel bebas (independen variable) Variabel bebas, merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). 2. Variabel terikat (dependent variable) Variabel terikat, merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Definisi Operasional Variabel adalah definisi dari variabel variabel yang digunakan dalam penelitian ini, dan menunjukkan cara pengukuran dari masing masing variable tersebut, pada setiap indikator dihasilkan dari data sekunder dan dari suatu perhitungan terhadap formulasi yang mendasarkan pada konsep teori. Pengertian dari masing masing penelitian ini adalah : 1. Yang dimaksud dengan variabel nilai tukar adalah harga mata uang dollar Amerika Serikat dalam mata uang domestik yaitu Rupiah. Variabel ini diukur dengan menggunakan kurs tengah Dollar US terhadap Rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia setiap bulannya. 2. Yang dimaksud dengan suku bunga adalah suku Bunga Bank Indonesia yang menggambarkan tentang suku bunga yang diambil dalam jangka waktu 1 bulan. 3. Yang dimaksud dengan variabel inflasi adalah ukuran aktivitas ekonomi yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional (tentang peningkatan harga rata rata barang dan jasa yang diproduksi system perekonomian). Variabel ini diukur dengan mencatat data laju inflasi indeks harga konsumen nasional yang diterbitkan BPS tiap bulan. 28 4. Indeks Harga saham gabungan merupakan suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham secara bulanan. Sektor yang diambil adalah sektor properti yang merupakan salah satu dari sepuluh indeks saham sektoral yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. 3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mendokumentasikan yaitu mencatat data bulanan yang tercantum pada Monthly Statistic untuk data indeks harga saham gabungan sektor properti bulanan.Untuk data kurs dan suku bunga bulanan diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id), serta situs (www.bi.go.id) untuk data laju inflasi bulanan.Dan dilakukan dengan pendekatan kepustakaan (Library Research) dengan mengumpulkan data secara tidak langsung dengan membaca buku dan literatur.Seta dengan pendekatan dokumentasi dengan mencari sumber dokumen perusahaan untuk membahas masalah atau objek yang diteliti. 3.5 TEKNIK ANALISIS DATA Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis data kuantitatif, untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variable Independen secara bersama sama maupun secara sendiri sendiri terhadap variable dependen. Hubungan fungsional antara satu variabel dependen dengan variable independen dapat dilakukan dengan regresi berganda dan menggunakan data gabungan antara cross section dan time series. 29 Metode analisis yang digunakan adalah regresi Model Linier dengan model sebagai berikut : Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4+e dimana : Y = Indeks harga saham sektor properti a = konstanta b1, b2, b3 = koefisien regresi X1 = Nilai tukar US$ X2 = Tingkat bunga SBI X3 = Inflasi e = error 2. UJI F Uji F digunakan untuk menguji hubungan linier dari seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen.Untuk menentukan uji Ftabel tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5%.Nilai Ftabel ini kemudina dibandingkan dengan nilai Fhitung. Apabila nilai Fhitung<Ftabel, maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.Langkah selanjutnya yaitu menentukan nilai dari koefisien determinasi yang menunjukkan seberapa besar variabel independen pada model yang digunakan mampu menjelaskan variabel dependennya. 30 3. UJI T Uji T digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.Untuk menentukan nilai Ftabel tingkat signifikan ( ) yang digunakan sebesar 5%.Nilai t-tabel ini kemudian dibandingkan dengan nilai thitung.Apabila nilai thitung<ttabel, maka variable independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya, nilai thitung>ttabel,maka variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Bursa efek atau bursasaham adalah sebuah pasar yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek perusahaan yang sudah terdaftar di bursa itu.Bursa efek tersebut, bersamasama dengan pasar uang merupakan sumber utama permodalan eksternal bagi perusahaan dan pemerintah.Biasanya terdapat suatu lokasi pusat, setidaknya untuk catatan, namun perdagangan kini semakin sedikit dikaitkan dengan tempat seperti itu, karena bursa saham modern kini adalah jaringan elektronik, yang memberikan keuntungan dari segi kecepatan dan biaya transaksi. Karena pihak pihak yang bertransaksi tidak perlu saling tahu lawan transaksinya, perdagangan dalam bursa hanya dapat dilakukan oleh seorang anggota, sang pialang saham. Permintaan dan penawaran dalam pasar-pasar saham didukung faktor-faktor yang, seperti halnya dalam setiap pasar bebas, memengaruhi harga saham (lihat penilaian saham). Sebuah bursa saham sering kali menjadi komponen terpenting dari sebuah pasar saham. Tidak ada keharusan untuk menerbitkan saham melalui bursa saham itu sendiri dan saham juga tidak mesti diperdagangkan di bursa tersebut: hal semacam ini dinamakan "off exchange". Untuk saham yang sudah terdaftar perdagangannya harus dilapor ke bursa ybs. Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). 31 32 BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah digantikan dengan sistem baru bernama JATS-NextG yang disediakan OMX. 4.1.1 Indeks harga Saham Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang perkembangan bursa kepada publik, BEI menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik.Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham.Saat ini, BEI mempunyai beberapa jenis indeks, ditambah dengan sepuluh jenis indeks sektoral.[5] Indeks-indeks tersebut adalah : 1. IHSG, menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen kalkulasi Indeks. 2. Indeks Individual, yang merupakan Indeks untuk masing-masing saham didasarkan harga dasar. 3. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa tahapan seleksi. 4. Indeks IDX30, menggunakan 30 saham terpilih setelah melalui beberapa tahapan seleksi. 5. Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham pilihan harian Kompas. 6. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam sektor yang sama. 7. Jakarta Islamic Index, menggunakan 30 saham terpilih yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK (Kini OJK). 8. Indeks Bursa Syariah Indonesia (Indonesia Sharia Stock Index (ISSI)), yang menggunakan semua saham yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK (kini OJK). 33 9. Indeks Bisnis-27, menggunakan 27 saham terpilih bekerja sama dengan Harian Bisnis Indonesia. 10.Indeks Pefindo25, menggunakan 25 saham terpilih bekerja sama dengan Pefindo. 11.Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 saham terpilih yang menerapkan prinsip tata kelola yang baik dan kepedulian terhadap lingkungan, bekerjasama dengan Yayasan KEHATI. 12.Indeks SMinfra18, menggunakan 18 saham terpilih yang bergerak dalam bidang infrastruktur dan penunjangnya, bekerja sama dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). 13.Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, indeks yang didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan. 4.2 Daftar Emiten Sektor Property Per Juni 2015 ada 518 emiten saham yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI).Ada 10 sektor didalamnya dan termasuk salah satunya adalah sector property.Pada sector property ada 48 emiten yang tercatat, dan pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan 7 emiten saham yang tercatat pada BEI sesuai dengan kriteria yang telah disebutkan. Berikut adalaha datanya : 34 Tabel 4.1 Daftar Emiten dan Kode Sektor Property Sumber: Data IDX.co.id KODE Nama Perusahaan Tanggal Pencatatan IDX: APLN Agung Podomoro Land Tbk 11-November-2010 IDX: ASRI Alam Sutera Reality Tbk 18-Desember-2007 IDX: BSDE Bumi Serpong Damai Tbk 6-Juni-2008 IDX: CTRP Ciputra Property Tbk 7-Juli-2007 IDX: MKPI Metropolitan Kentjana Tbk 10-Juli-2009 IDX: ADHI Adhi Karya Tbk 18-Maret-2004 IDX: LCGP Laguna Cipta Griya Tbk 13-Juli-2007 Berdasarkan table di atas ada 7 perusahaan yang tergolong dalam kriteria yang telah ditentukan oleh penulis, yaitu : 1. Agung Podomoro Land Tbk (APLN) Agung Podomoro Land Tbk (APLN) didirikan tanggal 30 Juli 2004 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2004.Kantor pusat APLN beralamat di APL Tower, Jl. Letjen S. Parman Kav.28, Jakarta Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan APLN meliputi usaha dalam bidang real estat, termasuk pembebasan tanah, pengembang, dan penjualan tanah, baik tanah untuk perumahan, maupun tanah untuk industri, serta penjualan tanah berikut bangunannya. Saat ini kegiatan usaha yang dijalankan APLN meliputi pembebasan tanah, pengembang real estat, persewaan dan penjualan tanah berikut bangunannya atas apartemen, pusat perbelanjaan dan perkantoran dengan proyek Mediterania Garden Residence 2, Central Park, Royal Mediterania Garden, Garden 35 Shopping Arcade, Gading Nias Emerald, Gading Nias Residence, Grand Emerald, Gading Nias Shopping Arcade, Madison Park dan Garden Shopping Arcade 2 serta melakukan investasi pada entitas anak dan asosiasi. Pada tanggal 1 Nopember 2010, APLN memperoleh pernyataan efektif Bapepam LK untuk melakukanPenawaran Umum Perdana Saham APLN (IPO) kepada masyarakat sebanyak 6.150.000.000 saham dengan nilai nominal Rp100,- per saham serta harga penawaran Rp365,- per saham. Pada tanggal 11 Nopember 2010, saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. 2. Alam Sutera Reality Tbk (ASRI) Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) didirikan dengan nama PT Adhihutama Manunggal tanggal 3 November 1993 dan mulai melakukan kegiatan operasional dengan pembelian tanah dalam tahun 1999. Kantor pusat ASRI terletak di Wisma Argo Manunggal, Lt. 18, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 22, Jakarta 12930. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Alam Sutera Realty Tbk, antara lain: PT Manunggal Prime Development (pengendali) (26,27%) dan PT Tangerang Fajar Industrial Estate (pengendali) (25,21%). Adapun pengendali utama Alam Sutera Realty Tbk adalah keluarga Tuan The Ning King. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ASRI dalam bidang pembangunan dan pengelolaan perumahanperumahan, kawasan komersial, kawasan industri, dan pengelolaan pusat perbelanjaan, pusat rekreasi serta perhotelan (pengembangan kawasan terpadu). Saat ini proyek real estat utama yang dimiliki oleh ASRI dan anak usahanya, antara lain: berlokasi di Tanggerang (proyek Kota Mandiri Alam Sutera di Serpong; Kota Mandiri Suvarna Sutera di Pasar Kemis dan Kota 36 Ayodhya di pusat kota), Jakarta (proyek gedung perkantoran The Tower serta Wisma Argo Manunggal) dan Bali (Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana). Pada tanggal 7 Desember 2007, ASRI memperoleh pernyataan efektif dari BapepamLK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ASRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.142.000.000 saham dengan nilai nominal Rp100,- per saham dan harga penawaran sebesar Rp105,- per saham. Pada tanggal 18 Desember 2007, saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. 3. Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) didirikan 16 Januari 1984 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1989.Kantor BSDE terletak di Sinar Mas Land Plaza, BSD Green Office Park, Tangerang.Proyek real estat BSDE berupa Perumahan Bumi Serpong Damai yang berlokasi di Kecamatan Serpong, Kecamatan Legok, Kecamatan Cisauk dan Kecamatan Pagedangan, Propinsi Banten. BSDE dan anak usaha (grup) termasuk dalam kelompok usaha PT Paraga Artamida, sedangkan pemegang saham akhir Grup adalah Sinarmas Land Limited yang berkedudukan di Singapura. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bumi Serpong Damai Tbk, antara lain: PT Paraga Artamida (26,57%) dan PT Ekacentra Usahamaju (26,47%).Saat ini, BSDE memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni Duta Pertiwi Tbk (DUTI). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BSDE adalah berusaha dalam bidang pembangunan real estat. Saat ini BSDE melaksanakan pembangunan kota baru sebagai wilayah pemukiman yang terencana dan terpadu yang 37 dilengkapi dengan prasarana-prasarana, fasilitas lingkungan dan penghijauan dengan nama BSD City. Pada tanggal 28 Mei 2008, BSDE memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAMLK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BSDE (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.093.562.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp550,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 06 Juni 2008. 4. Ciputra Property Tbk (CTRP) Ciputra Property Tbk (CTRP) didirikan dengan nama PT Citraland Property tanggal 22 Desember 1994 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1984. Kantor pusat CTRP berlokasi di Jalan Prof. Dr. Satrio Kav.34, Jakarta. Induk usaha dari Ciputra Property Tbk adalah Ciputra Development Tbk (CTRA) (miliki 56,25% saham CTRP), sedangkan induk usaha terakhir dari Ciputra Property Tbk adalah PT Sang Pelopor. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CTRP meliputi mendirikan dan menjalankan usaha-usaha pembangunan, pengelolaan, dan penyewaan di bidang perhotelan, rumah susun (apartemen), perkantoran, pertokoan, pusat niaga, dan pusat rekreasi beserta fasilitasnya. Proyek-proyek yang didirikan dan dijalankan oleh CTRP, antara lain: Ciputra World I Jakarta, Ciputra World II Jakarta, Ciputra World II Extention Jakarta, Hotel & Mal Ciputra Jakarta, Hotel & Mal Ciputra Semarang, Somerset Grand Citra Service Residence Jakarta, Dipo Business Center, Ciputra International dan Citradream Budget Hotel, Ciputra Beach Resort Bali. 38 Pada tanggal 30 Oktober 2007, CTRP memperoleh pernyataan efektif dari BapepamLK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham CTRP (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.010.000.000 dengan nilai nominal Rp250,- per saham dengan harga penawaran Rp700,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 07 Nopember 2007. 5. Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI) Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI) didirikan 29 Maret 1972 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1975.Kantor pusat MKPI berlokasi di Jalan Metro Duta Niaga Blok B5 Pondok Indah, Jakarta Selatan. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham MKPI, antara lain: PT Karuna Paramita propertindo (47,44%), PT Penta Cosmoploitan (7,49%), PT Buditama Nirwana (7,15%), PT Dwitunggal Permata (7,09%) dan PT Apratima Sejahtera (7,09%). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MKPI terutama meliputi bidang real estat, pembangunan, penyewaan dan pengelolaan pusat perbelanjaan, apartemen, perkantoran, perumahan serta jasa pemeliharaan, pembersihan dan pengelolaan. Saat ini, kegiatan utama MKPI adalah penyewaan ruang pusat perbelanjaan, perkantoran dan apartemen dan penjualan tanah dan bangunan. MKPI dan Anak Usaha memiliki dan mengelola pusat perbelanjaan (Mal) Pondok Indah I, II dan Street Gallery, Pondok Indah Office Tower I, II dan III, Pondok Indah Office Park dan Apartemen Golf Pondok Indah I, II dan III serta proyek Real Estat perumahan Pondok Indah, Taman Shangril La di Batam dan Pondok Indah Hotel. Pada tanggal 29 Juni 2009, MKPI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MKPI (IPO) kepada masyarakat 39 sebanyak 95.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp2.100,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Juli 2009. 6. Adhi Karya Tbk (ADHI) Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) didirikan tanggal 1 Juni 1974 dan memulai usaha secara komersial pada tahun 1960.Kantor pusat ADHI berkedudukan di Jl. Raya Pasar Minggu KM.18, Jakarta.Nama Adhi Karya untuk pertama kalinya tercantum dalam SK Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja tanggal 11 Maret 1960.Kemudian berdasarkan PP No. 65 tahun 1961 Adhi Karya ditetapkan menjadi Perusahaan Negara Adhi Karya. Pada tahun itu juga, berdasarkan PP yang sama Perusahaan Bangunan bekas milik Belanda yang telah dinasionalisasikan, yaitu Associate NV, dilebur ke dalam Perusahaan.Pemegang saham pengendali Adhi Karya adalah Negara Republik Indonesia, dengan persentase kepemilikan sebesar 51%. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, Ruang lingkup bidang usaha ADHI meliputi: 1. Konstruksi, 2. Konsultasi manajemen dan rekayasa industri (Engineering Procurement and Construction/EPC), 3. Perdagangan umum, jasa pengadaan barang, industri pabrikasi, jasa dalam bidang teknologi informasi, real estat dan agro industri. Saat ini kegiatan utama ADHI dalam bidang konstruksi, EPC, real estat dan jasa pengadaan barang.Adhi Karya memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1960. 40 Pada tanggal 8 Maret 2004, ADHI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum kepada masyarakat atas 441.320.000 saham biasa dengan nilai nominal Rp100,- per saham dan harga penawaran Rp150,- per saham. Dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum kepada masyarakat tersebut sebesar 10% atau sebanyak 44.132.000 saham biasa atas nama baru dijatahkan secara khusus kepada manajemen (Employee Management Buy Out / EMBO) dan karyawan Perusahaan melalui program penjatahan saham untuk pegawai Perusahaan (Employee Stock Allocation/ESA). Kemudian pada tanggal 18 Maret 2004 seluruh saham ADHI telah tercatat pada Bursa Efek Jakarta (sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia). 7. Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP) Eureka Prima Jakarta Tbk (sebelumnya PT Laguna Cipta Griya Tbk) (LCGP) didirikan tanggal 17 Mei 2004 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2004.Kantor pusat LCGP berdomisili di Equity Tower 19th Floor, suite 19B SCBD Lot.9, Jl Jendral Sudirman Kavling 52-53, Jakarta 12190. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham LCGP adalah PT GenerasiPrima Sakti (51,91%) dan PT ASABRI (Persero) (5,90%).Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan LCGP bergerak dalam bidang realestat/pembangunan. Saat ini kegiatan utama LCGP adalah pembangunan perumahan Puri Krakatau Hijau dan Puri Cilegon Hijau yang berlokasi di Cilegon, Banten. Pada tanggal 29 Juni 2007, LCGP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham LCGP (IPO) kepada masyarakat sebanyak 300.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran 41 Rp125,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Juli 2007. Pada tanggal 30 Juni 2008, LCGP memperoleh pernyataan Efektif BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas (Right Issue I) sejumlah 703.750.000 saham atau dengan rasio setiap pemegang 10 saham biasa lama mempunyai 10 Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), dimana setiap pemegang 1 HMETD berhak membeli 1 saham baru dengan nilai nominal Rp100,- per saham pada harga penawaran Rp127,- per saham. Kemudian setiap pembeli 10 saham baru memperoleh 3 Waran untuk membeli saham biasa dengan harga pelaksanaan sebesar Rp135,-. 4.1.3 Nilai Tukar Data kurs rupiah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs tengah yang diambil dari www.bi.go.id per tanggal 30 atau 31 setiap bulan sepanjang tahun 20112014. Dapat digambarkan sebagai berikut: 4.2 Tabel Kurs Rupiah Tahun 2011-2014 Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tahun 2011 Rp. 9,057 Rp. 8,823 Rp. 8,709 Rp. 8,574 Rp. 8,537 Rp. 8,597 Rp. 8,508 Rp. 8,578 Rp. 8,823 Rp. 8,835 Rp. 9,170 Rp. 9,068 Tahun 2012 Rp. 9,000 Rp. 9,085 Rp. 9,180 Rp. 9,190 Rp. 9,565 Rp. 9,480 Rp. 9,485 Rp. 9,560 Rp. 9,588 Rp. 9,615 Rp. 9,605 Rp. 9,670 Tahun 2013 Rp. 9,698 Rp. 9,667 Rp. 9,719 Rp. 9,722 Rp. 9,802 Rp. 9,929 Rp. 10,278 Rp. 10,924 Rp. 11,613 Rp. 11,234 Rp. 11,977 Rp. 12,189 Sumber:www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs Tahun 2014 Rp. 12,226 Rp. 11,634 Rp. 11,404 Rp. 11,532 Rp. 11,611 Rp. 11,969 Rp. 11,591 Rp. 11,717 Rp. 12,212 Rp. 12,082 Rp. 12,196 Rp. 12,440 42 4.1.4 Suku Bunga Data suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini diambil suku bunga per tanggal 30 atau 31 setiap bulannya sepanjang tahun 2011-2014. Seperti yang terlihat dalam daftar berikut ini: 4.3 Tabel suku bunga Tahun 2011 - 2014 Bulan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Januari 6.5 % 6% 4.84 % 7.5 % Pebruari 6.75 % 5.75 % 4.86 % 7.5 % Maret 6.75 % 5.75 % 4.87 % 7.5 % April 6.75 % 5.75 % 4.9 % 7.5 % Mei 6.75 % 5.75 % 5.02 % 7.5 % Juni 6.75 % 5.75 % 5.28 % 7.5 % Juli 6.75 % 5.75 % 5.52 % 7.5 % Agustus 6.75 % 5.75 % 5.86 % 7.5 % September 6.75 % 5.75 % 6.96 % 7.5 % Oktober 6.5 % 5.75 % 6.97 % 7.5 % November 6% 5.75 % 7.22 % 7.75 % Desember 6% 5.75 % 7.22 % 7.75 % Sumber : www.bi.go.id/id/moneter/sukubunga 4.1.5 Inflasi Data laju inflasi yang digunakan dalam penelitian ini diambil laju inflasi per tanggal 30 atau 31 setiap bulannya sepanjang tahun 2011 - 2014. Seperti yang terlihat dalam daftar berikut ini: 43 Tabel 4.4 Inflasi Tahun 2011 – 2014 Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 7.02 % 3.65 % 4.57 % 6.84 % 3.56 % 5.31 % 6.65 % 3.97 % 5.9 % 6.16 % 4.5 % 5.57 % 5.98 % 4.45 % 5.47 % 5.54 % 4.53 % 5.9 % 4.61 % 4.56 % 8.61 % 4.79 % 4.58 % 8.79 % 4.61 % 4.31 % 8.4 % 4.42 % 4.61 % 8.32 % 4.15 % 4.32 % 8.37 % 3.79 % 4.3 % 8.38 % Sumber : www.bi.go.id/id/moneter/tingkatinflasi Tahun 2014 8.22 % 7.75 % 7.32 % 7.25 % 7.32 % 6.7 % 4.53 % 3.99 % 4.53 % 4.83 % 6.23 % 8.36 % 4.1.6 Indeks Harga Saham Gabungan Indeks harga saham gabungan yang diambil adalah indeks harga saham gabungan tiap bulanannya yang diambil setiap tanggal 30 atau 31 setiap akhir bulan. Seperti terlihat dalam table berkut ini : Tabel 4.5Indeks harga Saham Gabungan Tahun 2011 – 2014 Bulan Tahun 2011 Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 3,409.17 3,470.35 3,678.67 3,819.62 3,836.97 3,888.57 4,130.80 3,841.73 3,549.03 3,790.85 3,715.08 3,821.99 Tahun 2012 3,941.69 3,985.21 4,121.55 4,180.73 3,832.82 3,955.58 4,142.34 4,060.33 4,262.56 4,350.29 4,276.14 4,316.69 www.idx.co.id Tahun 2013 Tahun 2014 4,453.70 4,795.79 4,940.99 5,034.07 5,068.63 4,818.90 4,610.38 4,195.09 4,316.18 4,510.63 4,256.44 4,212.22 4,418.76 4,620.22 4,768.28 4,840.15 4,893.91 4,878.58 5,088.80 5,136.86 5,137.58 5,089.55 5,149.89 5,160.43 44 4.2 Analisis Data Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah Uji Analisis Regresi Linier Berganda. Hal tersebut dikarenakan variabel X lebih dari satu variabel. 4.2.1 Statistik Deskriptif Berdasarkan dengan pengolahan berbagai macam data dalam peneitian ini dapat dihasilkan sesuai tabel berikut : 4.6 Tabel DescriptiveStatistics Mean IHSG NilaiTukar Inflasi SukuBunga Std.Deviation N 4349,4748 512,83387 48 10159,7500 1305,72285 48 5,7608 1,60916 48 6,4223 ,89268 48 Sumber : data sekunder diolah Berdasarkan tabel diatas menunjukkan terdapat 4 variabel dan menggunakan data yang berjumlah 48 yang diperoleh dari tahun 2011 - 2014. Berdasarkan hasil dari analisis data diatas dapat disimpulkan : - Dengan jumlah data sebanyak 48, rata – rata nilai tukar adalah 10159,75 dengan standart deviasi 1305,72 - Dengan jumlah data sebanyak 48, rata – rata laju inflasi adalah 5,76 dengan standart deviasi 1,60 45 - Dengan jumlah data sebanyak 48, rata – rata suku bunga adalah 10570,67 dengan standart deviasi 943,68 - Denagn jumlah data sebanyak 12, rata – rata Indeks Harga Saham adalah 6,42 dengan standart deviasi 0,89 4.7 Tabel Correlations Statistic IHSG PearsonCorrelation IHSG NilaiTukar 1,000 ,721 NilaiTukar ,721 Inflasi ,188 ,183 SukuBunga Sig.(1-tailed) IHSG . ,183 1,000 ,545 ,608 ,545 1,000 ,408 ,608 ,408 1,000 ,000 . ,000 Inflasi ,101 ,000 ,107 ,000 N Suku Bunga ,188 NilaiTukar SukuBunga IHSG Inflasi ,101 ,107 ,000 ,000 . ,002 . ,002 48 48 48 48 NilaiTukar 48 48 48 48 Inflasi 48 48 48 48 48 48 48 48 SukuBunga Sumber : data sekunder diolah Besar hubungan antar variabel Indeks Harga Saham Gabungan dengan Nilai Tukar yang dhitung dengan koefisien korelasi adalah 0,721, sedangkan variabel Indeks Harga Saham Gabungan dengan Inflasi adalah 0,188, dan untuk variabel Indeks Harga Saham Gabungan dengan Suku Bunga adalah 0,183. Secara teoritis, karena korelasi antara Indeks Harga Saham Gabungan dan Nilai Tukar lebih besar, maka variabel Nilai Tukar lebih berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham dibanding dengan Inflasi dan Suku Bunga. Terjadi korelasi yang cukup kuat antara variabel Suku Bunga dengan Inflasi yaitu 0,408. Hal ini menandakan adanya multikolinierita atau korelasi diantara variabel bebas. Sedangjan variabel bebas yang lain tidak menunjukkan korelasi terhadap variabel bebas yang lain. 46 Tabel 4.8 Tabel Uji F Sumof Squares Model 1 df MeanSquare F 29,300 Regression 8237464,549 3 2745821,516 Residual 4123468,643 44 93715,196 Total 12360933,19 47 Sig. b ,000 Sumber : data sekunder diolah Dari Uji ANOVA atau F test, didapat F hitung adalah 29,300 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas (0,000) lebih kecil dari 0,05 maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi Indeks Harga Saham. Atau bisa dikatakan Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga secara bersama sama tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Sehingga secara hipotesis yang menyatakan “ Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga berpengaruh secara simultan terhadap Indeks Harga Saham GabunganSektor Property Pada BEI periode Tahun 2011 - 2014.”Dapat diterima karena dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas sebesar 0,000< 0,05 nilai signifikan Tabel 4.9 Tabel Persamaan Regresi a Coefficients Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B (Constant) NilaiTukar 1 Inflasi Std. Error 1861,589 380,151 ,426 ,047 -79,853 -215,030 t Sig. Beta Correlations Zero-order Partial Part 4,897 ,000 1,085 9,026 ,000 ,721 ,806 ,786 33,313 -,251 -2,397 ,021 ,188 -,340 -,209 63,429 -,374 -3,390 ,001 ,183 -,455 -,295 SukuBunga a. Dependent Variable: Y_IHSG Sumber : data sekunder diolah 47 Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan persamaan regresi : Y = 1861,59 + 0,426X1 – 79,85X2 –215,03 X3 Dimana : Y = Indeks Harga Saham Gabungan X1 = Nilai Tukar X2 = Inflasi X3 = Suku Bunga Dari hasil persamaan regresi diatas maka dapat dianalisis sebagai berikut : a. Konstanta sebesar 1861,59 menyatakan bahwa jika tidak ada perubahan baik penurunan atau kenaikan Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga maka, Indeks Harga Saham Gabungan adalah Rp. 1861,59 b. Koefisien regresi Nilai Tukar sebesar 0,426 menyatakan bahwa setiap perubahan baik penurunan atau kenaikan Nilai Tukar Rp. 1,- maka akan meningkatkan Indeks Harga Saham Gabungan sebesar Rp. 0,426 c. Koefisien Regresi Inflasi sebesar -79,85 menyataan bahwa setiap perubahan baik penurunan atau kenaikan Inflasi 1 % , maka akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan sebesar -79,85 % d. Koefisien regresi suku bunga sebesar -215,03 menyatakan bahwa setiap perubahan baik penurunan atau kenaikan suku bunga 1% , maka akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan sebesar -215,03% 48 Tabel 4.10 Tabel Uji T Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B (Constant) NilaiTukar 1 Inflasi Std. Error 1861,589 380,151 ,426 ,047 -79,853 -215,030 t Sig. Correlations Beta Zero-order Partial Part 4,897 ,000 1,085 9,026 ,000 ,721 ,806 ,786 33,313 -,251 -2,397 ,021 ,188 -,340 -,209 63,429 -,374 -3,390 ,001 ,183 -,455 -,295 SukuBunga a. Dependent Variable: Y_IHSG Sumber : data sekunder diolah Pengaruh dari masing-masing variabel Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga dapat dilihat sesuai tabel diatas. Variabel Nilai Tukar mempunyai arah positif dengan nilai 9,026, akan tetapipada variabel Inflasi dan Suku Bunga mempunyai arah negatif dengan nilai -2,397 dan 3,390. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Nilai Tukar tidak berpengaruh secara parsial, sedangkan Inflasi dan Suku Bunga berpengaruh secara parsial terhadap Indeks Harga Saham. Sehingga hipotesis yang menyatakan “Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga berpengaruh secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan sektor property pada BEI periode Tahun 2011 - 2014.”Dapat diterima karena dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas sebesar kurang dari atau <0,05 nilai signifikan. Tabel 4.11 Tabel Uji Koefisien Determinan ChangeStatistics Model 1 R R Square a ,816 ,666 AdjustedR Square ,644 Std.Errorof theEstimate 306,12938 R Square Change ,666 F Change 29,300 df1 3 49 Sumber : data sekunder diolah Menunjukkan koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (Rsquare). Nilai R menerangkan tingkat hubungan antar variabel – variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Dari hasil olahan data diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 81,6% artinya hubungan antara variabel X (Suku Bunga, Inflasi, dan Nilai Tukar) terhadap variabel Y (Indeks Harga Saham Gabungan). R square menjelaskan seberapa besar variasi Y yang disebabkan oleh X , dari hasil perhitungan diperoleh nilai R2 sebesar 0,666 atau 66,6% artinya Indeks Harga Saham Gabungan dipengaruhi oleh variabel Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga. Sedangkan 33,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. 4.3 Interpretasi / Pembahasan Dari hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara parsial variabel Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan sektor properti. Hasil pengujian hipotesis 1 sampai 3 dapat diuraikan sebagai berikut : 4.3.1 Nilai Tukar (X1) berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Y) Adanya kenaikan atau penurunan setiap poin pada Nilai Tukarmempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil analisis regresi untuk menguji pengaruh langsung variabel Nilai Tukar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan sebesar 0,426 dan memiliki Sig. t sebesar 0,000 (0,000< 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel Nilai Tukar memberikan pengaruh yang positif signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratna Prihantini (2009). 50 4.3.2 Inflasi (X2) berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Y) Adanya kenaikan atau penurunan setiap poin pada Inflasi mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan . Hasil analisis regresi untuk menguji pengaruh langsung variabel Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan sebesar -79,85 dan memiliki Sig. t sebesar 0,021 (0,021 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi memberikan pengaruh yang positif relatif besar dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ratna Prihantini (2009). 4.3.3. Suku Bunga (X3) berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Adanya kenaikan atau penurunan setiap poin pada Suku Bunga tmempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham . Hasil analisis regresi untuk menguji pengaruh langsung variabel Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gbaungan sebesar -215,03 dan memiliki Sig. t sebesar 0,001 (0,001 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel kurs rupiah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Heru Nugroho (2009). BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar, inflasi, suku bunga dengan dimensi kenaikan atau penuruan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan sektor propertipada Bursa Efek Indonesia untuk (Periode Tahun 2011 - 2014) dan untuk mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh. Dari rumusan masalah yang diajukan, maka analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengujian regresi linear berganda maka diketahui bahwa variabel nilai tukar rupiah, inflasi, dan suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada sektor properti di Bursa Efek Indonesia. 2. Dari hasil pengujian secara serempak dan secara parsial (uji T dan uji F) ternyata hasil penelitian membuktikan bahwa semua variabel nilai tukar, inflasi, dan suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham sektor properti di Bursa Efek Indonesia. Dimungkinkan variabel variabel lain diluar model tersebut dari sektor properti yang mempengaruhi secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan tahun 2011 – 2014. 51 52 5.2 Saran Salah satu indikator baik atau buruknya perekonomian nasional adalah indeks saham .Investor di sektor properti yang merupakan salah satu sektor penting di Indonesia sebaiknya mengkaji dan mempertimbangkan terlebih dahulu pergerakan variabel makro yaitu nilai tukar dan inflasi yang mempengaruhi harga saham di sektor ini.Diharapkan dengan mempertimbangkan kedua hal ini dapat menentukan aksi jual atau beli saham di sektor properti ini. Jika nilai mata uang dollar mulai menguat terhadap rupiah maka sebaiknya pemain saham membeli saham sektor properti karena menurut hasil penelitian ini saham properti diprediksikan akan naik. Sebaliknya jika nilai mata uang dollar mulai melemah terhadap rupiah maka disarankan untuk menjual saham sektor properti dikarenakan harga saham di sektor ini akan mulai naik. Dalam hal laju inflasi, jika kondisi makro ekonomi mulai menunjukkan peningkatan laju inflasi sebaiknya pemain saham menjual saham sector propertinya karena hasil penelitian ini memprediksikan bahwa harga saham akan turun apabila terjadi laju inflasi. Sebaliknya, jika makro ekonomi menunjukkan laju inflasi yang menurun diharapkan pemain saham membeli saham sektor property karena diprediksikan harga saham sektor properti akan meningkat. Bagi dunia akademis, dengan penelitian ini akan diketahui variabel yang mampu mempengaruhi indeks saham properti dan mampu menilai faktor mana saja yang signifikan mempengaruhi harga saham sektor properti. DAFTAR PUSTAKA Ang, Robbert.2007, Pasar Modal Indonesai . Mediasoft Jakarta. Bank Indonesia, 2008, Indonesia Financial Statistic, BI, Jakarta. Bapepam LK, 2006, UU Pasar Modal, Bapepam LK RI, Jakarta Chen, Nai Fu, 2008, Financial Investment Opportunities and the Macroeconomy. The Journal of Finance , vol. XLVI no.2, June Haryanto, Riyatno, 2007. “Pengaruh Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan nilai kurs terhadap resiko sistematik saham perusahaan di BEJ”. Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol. 5, No.1 Maret 2007, Hal 24 40. Lana Sularto, 2008, “Jurnal Keuangan Analisis Pengaruh Fundamental Keuangan Tingkat Bunga SBI dan Inflasi Terhadap Pergerakan Harga Saham” , Gunadarma, Jakarta Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu, 2003, Peranan Profitabiliatas, Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol.5 no.2 September 2003 : 123 131 Nopirin, 1990, Ekonomi Moneter. BPFE, Yogyakarta Riyanto, B., 1990. Dasar dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta Singgih Santoso, 2010, Mastering SPSS 18 , Jakarta Sunariyah, 2010, Pengantar Pasar Modal, Cetakan Kedua, UPP AMK, Yogyakarta. Tirapat, Sunti., dan Aekkachai Nittayagasetwat., 2008, “An Investigation of Thai listed Firm’s Financial Distress Using Macro and Micro Variables”, Multi National Finance Journal. Jun 2008;3,2, Hal.103 118 www.googleschoolar.com www.bps.go.id www.google.com www.bi.go.id www.idx.co.id Yoda Ditria, Jenni Vivian, 2008, “Jurnal Keuangan Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar dan Jumlah Ekspor Terhadap Perbankan “ , Binus, Jakarta Regression [DataSet0] Descriptive Statistics Mean Y_IHSG Std. Deviation N 4349,4748 512,83387 48 10159,7500 1305,72285 48 X2_Inflasi 5,7608 1,60916 48 X3_SukuBunga 6,4223 ,89268 48 X1_NilaiTukar Correlations Y_IHSG Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Y_IHSG X2_Inflasi X3_SukuBung a 1,000 ,721 ,188 ,183 X1_NilaiTukar ,721 1,000 ,545 ,608 X2_Inflasi ,188 ,545 1,000 ,408 X3_SukuBunga ,183 ,608 ,408 1,000 Y_IHSG N X1_NilaiTukar . ,000 ,101 ,107 X1_NilaiTukar ,000 . ,000 ,000 X2_Inflasi ,101 ,000 . ,002 X3_SukuBunga ,107 ,000 ,002 . Y_IHSG 48 48 48 48 X1_NilaiTukar 48 48 48 48 X2_Inflasi 48 48 48 48 X3_SukuBunga 48 48 48 48 Variables Entered/Removeda Model 1 Variables Entered Variables Removed X3_SukuBung a, X2_Inflasi, X1_NilaiTukar b Method . Enter a. Dependent Variable: Y_IHSG b. All requested variables entered. b Model Summary Change Statistics Model 1 R Adjusted R Square R Square ,816a ,666 ,644 Std. Error of the Estimate 306,12938 R Square Change ,666 F Change 29,300 df1 3 b Model Summary Change Statistics Model 1 df2 Sig. F Change 44 ,000 a. Predictors: (Constant), X3_SukuBunga, X2_Inflasi, X1_NilaiTukar b. Dependent Variable: Y_IHSG Page 1 ANOVAa Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 8237464,549 3 2745821,516 Residual 4123468,643 44 93715,196 Total 12360933,19 47 F Sig. b 29,300 ,000 a. Dependent Variable: Y_IHSG b. Predictors: (Constant), X3_SukuBunga, X2_Inflasi, X1_NilaiTukar Coefficients Standardized Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error X3_SukuBunga t Beta Sig. 1861,589 380,151 4,897 ,000 ,426 ,047 1,085 9,026 ,000 -79,853 33,313 -,251 -2,397 ,021 -215,030 63,429 -,374 -3,390 ,001 X1_NilaiTukar X2_Inflasi a Coefficientsa Correlations Model 1 Zero-order Partial Part (Constant) X1_NilaiTukar ,721 ,806 ,786 X2_Inflasi ,188 -,340 -,209 X3_SukuBunga ,183 -,455 -,295 a. Dependent Variable: Y_IHSG Residuals Statistics a Minimum Maximum Mean 3570,0811 5090,4487 4349,4748 418,64687 48 -621,20300 546,82739 ,00000 296,19820 48 Std. Predicted Value -1,862 1,770 ,000 1,000 48 Std. Residual -2,029 1,786 ,000 ,968 48 Predicted Value Residual Std. Deviation N a. Dependent Variable: Y_IHSG Charts Page 2 Histogram Dependent Variable: Y_IHSG Mean = 1,44E-15 Std. Dev. = 0,968 N = 48 12 8 6 4 2 0 -3 -2 -1 0 1 2 Regression Standardized Residual Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Y_IHSG 1,0 0,8 Expected Cum Prob Frequency 10 0,6 0,4 0,2 0,0 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 Observed Cum Prob Page 3