BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah salah satu bagian perkembangan disetiap manusia. masa remaja dimulai saat seorang individu berumur 11-22 tahun (Santrock, 2003). Remaja merupakan bagian perkembangan yang penting dan unik, karena remaja terletak di dalam rangkaian proses perkembangan seseorang, yang tidak termasuk masa perkembangan dewasa maupun termasuk anakanak. Dengan kata lain remaja adalah masa transisi seseorang dimasa anakanak dan masa dewasa. Remaja masa kini menghadapi tuntutan dan harapan, demikian juga dengan bahaya dan godaan, yang lebih banyak dan kompleks, berbeda dengan remaja generasi yang lalu (Feldman dalam Santrock, 2003). Pada masa remaja, individu mulai menghadapi tugas perkembangan dalam hidupnya, salah satunya adalah menjalin hubungan sosial dengan lingkungan, sesama jenis maupun lawan jenis untuk mencapai perilaku sosial (Papalia & Olds 2007). Remaja belajar mengenal orang lain, tetangga, teman sebaya, dan lingkungan fisik sekitar remaja. Melalui hubungan sosial dan pergaulan, remaja belajar dan mengetahui banyak hal termasuk perilaku merokok. Studi Mirnet dan Smet (dalam Kemala, 2007) menyatakan hal serupa, bahwa perilaku merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial. 1 Merokok tidak lepas dari pergaulan remaja masa kini (Prajuditia, 2009). Hal ini dipertegas data WHO yang mengatakan hampir 50% remaja di dunia merokok. Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangan yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok yang akhirnya membuat kecanduan nikotin. Keinginan merokok diindikasi meningkat diusia muda terutama pada usia 919 tahun dan kecenderungan tinggi merokok diantara 15-29 tahun (Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jendral Kesehatan RI, 2008). Hal serupa didukung oleh pernyataan Smet (dalam Hasnida, 2005) yang menyatakan bahwa usia pertama kali merokok dimulai saat berusia 11-13 tahun. Dari kondisi ini dapat dikatakan bahwa perilaku merokok yang dimulai sejak usia dini akan menyebabkan kecanduan rokok pada akhirnya. Di Jakarta menunjukkan bahwa terdapat 64,8% pria dengan usia diatas 13 tahun adalah perokok. Jumlah perokok laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (profil tembakau Indonesia, 2008). Kecenderungan merokok pada laki-laki paling tinggi terjadi pada usia 15-19 tahun, dimana ada sebanyak 49,8% remaja laki-laki di Indonesia umumnya mengkonsumsi 11-20 batang/hari dan 5,6% remaja laki-laki yang mengkonsumsi lebih dari 20 batang perhari (Tandar dalam Hasnida, 2005). Hasil survei yang peneliti lakukan terhadap 60 responden anak remaja yang merokok, didapatkan hasil 95% anak remaja memiliki teman yang merokok, sedangkan 5% sisanya mengaku tidak memiliki teman yang merokok. Data diatas menyatakan terdapat lebih dari setengah responden mememiliki teman sebaya yang merokok dan teman sebaya mempengaruhi remaja untuk merokok. 60% dari responden menyatakan bahwa mereka 2 merokok dikarenakan oleh teman sebayanya yang merokok. Namun pada survey juga ditemukan bahwa remaja yang merokok tidak hanya dilakukan bersama teman-temannya. Sebanyak 71,7% remaja melakukan perilaku merokok ketika tidak bersama teman sebaya, dan 28,3% hanya merokok ketika bersama teman sebaya. Setiap individu mengalami perkembangan dan salah satu hal yang mempengaruhi masa perkembangan adalah keluarga dimana individu bertumbuh dan berkembang. Bagaimana anak berperilaku tidak lepas dari bagaimana orangtua memperlakukan mereka. Keluarga merupakan masyarakat terkecil tetapi justru memiliki kompleksitas dari kehidupan. Keluarga merupakan lembaga sosial pertama dan utama bagi anak dan remaja, artinya untuk pertama kalinya anak melakukan sosialisasi nilai dalam hidup, sehingga keluarga terutama orangtua sangat berpengaruh pada pembentukan perilaku anak (Helmi, 2001). Keluarga, terutama orangtua, memberikan pengaruh dan menentukan keberhasilan remaja untuk beradaptasi di dunia (Santrock, 2003). Pola asuh dan cara orangtua memperlakukan individu sejak kecil mempengaruhi individu berperilaku saat remaja, dan remaja secara tidak langsung terbentuk dan mengikuti apa yang telah orangtua mereka lakukan dan ajarkan (Santrock, 2003). Hal tersebut ikut menentukan bagaimana remaja menentukan perilaku dan hubungan sosial dengan lingkungan. Tidak hanya lingkungan sosial dan pergaulan yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja, akan tetapi orangtua juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan remaja berperilaku merokok. Mirnet (dalam Kemala, 2003) menyatakan bahwa saudara dan orangtua sangat 3 berpengaruh pada perilaku merokok remaja dan menyebabkan faktor keterlanjutan pada perilaku merokok. Remaja ingin mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewasa dan orangtua termasuk perilaku merokok (modelling), sehingga remaja cenderung merokok karena mempunyai keluarga dan saudara yang merokok. Orangtua yang merokok merupakan agen yang baik bagi anak untuk melakukan imitasi perilaku merokok (Steinberg, 2010). Orangtua yang merokok akan memberi pengaruh terhadap anak remaja untuk merokok lebih besar daripada orangtua yang tidak merokok. Suatu riset nasional dari amerika (Tempo, 2011), diketahui bahwa 14% anak-anak yang orangtuanya merokok akan menjadi perokok, sedangkan anak-anak perokok dari orangtua tidak merokok hanya sebesar 6%. Hal tersebut juga disebutkan dalam Sebuah penelitian yang dilakukan Universidad de Santiago de Compostela (USC) di Spanyol menemukan bahwa anak perempuan yang punya kebiasaan merokok diturunkan dari ibunya, dan anak laki-laki dari sang ayah. Loureiro (dalam Tempo, 2011) mengatakan “kebiasaan merokok seorang ayah akan diturunkan dan diikuti anak laki-lakinya, begitu juga seorang ibu yang merokok akan diikuti oleh putrinya ”. Loureiro menambahkan, ibu merokok ternyata tidak berpengaruh kepada anak laki-lakinya. Begitu juga sebaliknya, bila hanya si ayah yang merokok maka putrinya tidak terpengaruh untuk memiliki kebiasaan merokok. Data tersebut disimpulkan dari hasil penelitian dalam rumah tangga dimana didapatkan angka kemungkinan anak laki-laki merokok adalah 24 %. Akan tetapi ketika kedua orang tua tidak merokok, angkanya jauh menurun menjadi 12 %. Dan kemungkinan pada anak perempuan adalah 23 %. Jika tak ada yang merokok di rumah, maka persentasenya menurun menjadi 12 4 %. Dari data tersebut dapat kita katakan bahwa, orangtua merupakan model utama bagi anak-anak mereka, meskipun hal tersebut memang bukan satusatunya hal yang menyebabkan anak merokok.. Ketua Pusat Studi Gender dan Perlindungan Anak Universitas Negeri Medan Meuthia Fadila Fachruddin (dalam Tempo, 2011) mengatakan, kebiasaan orang tua merokok di lingkungan rumah sangat mempengaruhi keinginan anak untuk turut mencoba melakukan hal yang sama seperti orangtuanya. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian Geckova (2005), yang menyebutkan bahwa remaja yang memiliki orangtua merokok mempunyai kemungkinan sangat tinggi untuk berperilaku merokok, karena remaja mentoleransi resiko dari merokok dan didukung oleh keadaan lingkungan yang memperlihatkan bahwa perilaku merokok adalah hal yang wajar dan sering dilihat di lingkungan keluarga maupun teman sebaya yang berperilaku merokok. Hasil studi menunjukkan adanya pengaruh orangtua merokok terhadap perilaku merokok pada remaja, begitu juga dengan remaja yang tidak memiliki orangtua merokok (dengan persentase kemungkinan merokok lebih kecil) yang dapat mengenal rokok diluar lingkungan keluarga. Dari hasil survey yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil yang tak jauh berbeda dengan pernyataan diatas, pada 60 anak remaja, didapatkan sebanyak 61,7% remaja yang merokok, memiliki orangtua yang juga merokok dalam keluarganya, itu artinya lebih dari setengah jumlah responden memiliki orangtua yang merokok dan hanya 38,3% responden yang tidak memiliki orangtua merokok. Selain itu 75% responden remaja yang merokok pernah melihat anggota keluarga mereka merokok saat kecil. Dari 60 responden survey 66,7% orangtua mengetahui anak remajanya 5 merokok. Hal ini menyatakan sebagian besar orangtua responden mengetahui dan memberikan keleluasaan kepada anaknya untuk merokok. 60% dari remaja juga telah merokok sejak SMP dan 56,7% merupakan perokok berat (merokok lebih dari 15 batang perhari). Perilaku individu tidak terjadi begitu saja, terjadi suatu proses sadar untuk memilih suatu hal yang disebut pengambilan keputusan (Siagian, 1990). Setiap perilaku yang keluar untuk mencapai sasaran merupakan hasil dari sebuah pengambilan keputusan (Siagian,1990). Pengambilan keputusan merupakan bagian penting individu dalam berperilaku. Begitu pula dengan perilaku merokok pada remaja. Pengambilan keputusan adalah hal yang dilakukan oleh semua orang dalam berbagai keadaan dan situasi, sehingga pada akhirnya seseorang mengeluarkan perilaku sesuai dengan apa yang telah diputuskan dalam pengambilan keputusan. Perilaku merokok yang dikeluarkan adalah hasil dari pengambilan keputusan seseorang terhadap rokok itu sendiri. Akan tetapi tidak setiap kelompok memiliki alasan yang sama meskipun perilaku yang dikeluarkan adalah perilaku merokok (Kemala, 2003). Begitu juga remaja yang berperilaku merokok, rokok sangat mudah ditemukan dilingkungan remaja, dan setiap tahunnya terjadi peningkatan pada remaja yang merokok. Perilaku merokok pada remaja terjadi karena suatu proses pengambilan keputusan dalam dirinya, meskipun banyak hal yang mempengaruhi pengambilan keputusan remaja. Dalam survey yang peneliti lakukan pada 60 responden remaja yang merokok terlihat lebih dari setengah jumlah responden memiliki orangtua yang merokok, dan memiliki teman sebaya yang merokok. Hal tersebut ikut mempengaruhi bagaimana remaja dalam 6 melakukan pengambilan keputusan untuk merokok atau tidak merokok. Tetapi ada perbedaan ketika seorang remaja mengambil keputusan, pengambilan keputusan yang terjadi pada remaja berbeda dengan individu yang telah dewasa. Dimana individu yang telah dewasa mengambil keputusan dengan melewati tahap-tahap pengambilan keputusan (dari identifikasi masalah hingga mempertahankan keputusan). Oleh karena itu peneliti tertarik melihat gambaran dalam pengambilan keputusan pada remaja merokok yang memiliki orangtua merokok. 1.2 Rumusan Masalah Remaja masa transisi yang di lewati oleh setiap individu. Remaja belajar mengenal banyak hal pada masanya termasuk rokok dan mencoba untuk merokok. Rokok tidak lepas dari pergaulan masa remaja (Prajuditia, 2009) dan jumlah perokok usia remaja terus meningkat. Keluarga dan lingkungan sosial merupakan tempat dimana remaja belajar dan menyerap nilai-nilai yang kemudian mempengaruhi perilakunya. Orangtua yang merokok menjadi faktor pendorong anak dan remaja untuk mengimitasi perilaku merokok pada orangtua (Kemala, 2003). Orangtua yang merokok bukanlah faktor satu-satunya yang mempengaruhi remaja untuk merokok. Banyak faktor penyebab remaja untuk merokok, salah satunya lingkungan dan teman sebaya. Setiap perilaku yang dikeluarkan individu merupakan hasil dari pengambilan keputusan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat gambaran pengambilan keputusan pada remaja merokok yang memiliki orangtua merokok. 7 1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat gambaran pengambilan keputusan pada remaja merokok yang memiliki orangtua merokok.. 1.3.2 Manfaat 1.3.2.1 Manfaat teoritis Manfaat dari penelitian ini, diharapkan penelitian ini dapat memberikan data informatif mengenai hal terkait dengan remaja, rokok, sikap terhadap resiko merokok dan akibat daripada merokok. Harapan lain penelitian ini secara teoristis dapat menjadi masukan dan menjadi sumber informasi yang bernilai ilmiah pada ilmu Psikologi. Dan dapat diadikan acuan untuk pengembangan penelitian selanjutnya mengenai topik yang berhubungan. 1.3.2.2 Manfaat praktis. 1. Dapat memberikan saran pencegahan pada orangtua terhadap anak remaja mereka yang merokok. 2. Penelitian dapat digunakan sebagai bahan introspeksi diri pada remaja dalam pengambilan keputusan khususnya pada perilaku merokok. 8 1.4 Sistematika Penulisan Bab I: Pendahuluan. Berisi tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan dalam penelitian. Bab II: Landasan teori. Berisi tentang landasan teoritik yang digunakan dalam penelitian Bab III: Metode penelitian. Berisi tentang metode yang akan dipakai dalam penelitian. Bab ini membahas tentang pengambilan sampel, metode pengambilan data dan pengumpulan data. Bab IV: Analisa. Berisi tentang temuan dan analisa dalam penelitian, dan menguraikan hasil penelitian. Bab V: kesimpulan dan saran. Berisi tentang diskusi, kesimpulan dan saran pada penelitian. 9