108 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

advertisement
108
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan yang
dapat diambil dalam penelitian ini adalah:
1.
Reformasi Manajemen Keuangan Daerah tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap SiLPA. Artinya, Reformasi Manajemen Keuangan Daerah tidak menyebabkan baik atau buruknya SiLPA pada Pemerintah Kota Tarakan. Hasil
penelitian tidak mendukung hipotesis pertama (H1).
2.
Manajemen Pendapatan Daerah berpengaruh positif terhadap SiLPA. Artinya
semakin baik penerapan Manajemen Pendapatan Daerah, maka SiLPA yang
dihasilkan akan semakin baik. Hal ini dapat dilihat dari koefisien positif pada
variabel MPD (X2) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau t-hitung lebih
besar t-tabel. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis kedua (H2).
3.
Manajemen Belanja Daerah secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap SiLPA. Artinya, semakin baik penerapan Manajemen Belanja Daerah, maka SiLPA yang dihasilkan akan semakin baik. Hal ini dapat dilihat
dari koefisien positif pada variabel MBD (X3) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau t-hitung lebih besar t-tabel. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis ketiga (H3).
4.
Hasil penelitian keempat mendukung hipotesis keempat (H4), yaitu Manajemen Kas Daerah berpengaruh positif terhadap SiLPA. Artinya, semakin baik
penerapan Manajemen Kas Daerah, maka SiLPA yang dihasilkan akan sema-
108
109
kin baik. Hal ini dapat dilihat dari koefisien positif pada variabel MKD (X4)
dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau t-hitung lebih besar t-tabel.
5.
Manajemen Aset Daerah berpengaruh positif terhadap SiLPA. Artinya semakin baik penerapan Manajemen Aset Daerah, maka SiLPA yang dihasilkan
akan semakin baik. Hal ini dapat dilihat dari koefisien positif pada variabel
MAD (X5) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau t-hitung lebih besar ttabel. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis kelima (H5).
6.
Manajemen Utang dan Investasi Daerah berpengaruh positif terhadap SiLPA.
Artinya semakin baik penerapan Manajemen Utang dan Investasi Daerah,
maka SiLPA yang dihasilkan akan semakin baik. Hal ini dapat dilihat dari
koefisien positif pada variabel MUID (X6) dan signifikansi lebih kecil dari
0,05 atau t-hitung lebih besar t-tabel. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis keenam (H6).
7.
Manajemen Kemitraan Pemerintah Daerah berpengaruh positif terhadap
SiLPA. Artinya semakin baik penerapan Manajemen Kemitraan Pemerintah
Daerah, maka SiLPA yang dihasilkan akan semakin baik. Hal ini dapat dilihat dari koefisien positif pada variabel MKmD (X7) dan signifikansi lebih
kecil dari 0,05 atau t-hitung lebih besar t-tabel. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis ketujuh (H7).
5.2 Implikasi Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
baik atau buruknya kualitas SiLPA adalah Manajemen Pendapatan Daerah, Manajemen Belanja Daerah, Manajemen Kas Daerah, Manajemen Aset Daerah, Mana-
110
jemen Utang dan Investasi Daerah, dan Manajemen Kemitraan Pemerintah Daerah yang merupakan elemen-elemen Manajemen Keuangan Daerah, sedangkan
Reformasi Manajemen Keuangan Daerah tidak terbukti berpengaruh terhadap
baik atau buruknya kualitas SiLPA. Hasil ini menjelaskan bahwa semakin baik
penerapan Manajemen Keuangan Daerah yang terdiri atas Manajemen Pendapatan
Daerah, Manajemen Belanja Daerah, Manajemen Kas Daerah, Manajemen Aset
Daerah, Manajemen Utang dan Investasi Daerah, dan Manajemen Kemitraan Pemerintah Daerah maka SiLPA yang tercermin dalam Laporan Realisasi Anggaran
akan semakin baik, sebaliknya semakin buruk penerapan Manajemen Keuangan
Daerah maka SiLPA juga akan semakin buruk.
Penerapan manajemen keuangan daerah dalam mengelola APBD merupakan
suatu keharusan bagi pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Kota Tarakan.
APBD yang dikelola secara ekonomis, efektif dan efisien akan meningkatkan kinerja Pemerintah Kota Tarakan. Mengingat dana yang digunakan adalah dana
publik, maka penggunaan dana tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan,
berupa meningkatnya kesejahteran dan kemakmuran masyarakat, melalui terlaksananya program dan kegiatan pembangunan. SiLPA adalah merupakan hasil akhir
dari proses anggaran tahun yang bersangkutan. Dengan penerapan Manajemen
Keuangan Daerah yang baik, SiLPA yang tercermin dalam Laporan Realisasi
Anggaran Pemerintah Kota Tarakan adalah SiLPA yang dihasilkan karena baiknya kinerja Pemerintah Daerah, khususnya Pemerintah Kota Tarakan.
DPRD Pemerintah Kota Tarakan dan masyarakat Kota Tarakan hendaknya
tidak lagi melihat SiLPA dari besar atau kecilnya nilai SiLPA. Artinya, jika
111
SiLPA besar maka anggapannya adalah kinerja pemerintah daerah buruk karena
banyak anggaran tidak terserap. Sebaliknya, jika SiLPA kecil maka anggapannya
adalah kinerja pemerintah baik karena mayoritas anggaran telah terserap atau terlaksana. Penilaian terhadap SiLPA tidak bisa hanya dilihat dari besar atau kecilnya nilai SiLPA, melainkan masih diperlukan suatu kajian lebih lanjut untuk menilai baik atau buruknya SiLPA, yaitu dengan mengkaji penerapan Manajemen
Keuangan Daerah pemerintah daerah yang bersangkutan.
Pengambil kebijakan, khususnya di Pemerintah Kota Tarakan, hendaknya
memperhatikan, mempertimbangkan dan menyusun kebijakan yang lebih komprehensif, terutama tentang pengelolaan keuangan daerah. Kebijkan ini penting dirumuskan dengan baik, karena kebijakan merupakan dasar atau acuan dalam melakukan tindakan khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah
bagi pemerintah dan unsur-unsur didalamnya.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan. Adapun beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya melibatkan satu pemerintah daerah yaitu Pemerintah Kota
Tarakan sehingga kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini masih terbatas
pada Pemerintah Kota Tarakan dan tidak dapat digeneralisasi pada pemerintah
daerah se-Indonesia.
2. Lingkup sample dalam penelitian ini masih terbatas pada pengelola keuangan
daerah Pemerintah Kota Tarakan sehingga hasil penelitian ini mungkin saja
berbeda dengan pengelola keuangan daerah pada pemerintah daerah lain.
112
3. Responden tidak dapat mengisi kuesioner secara langsung karena kesibukan
mayoritas responden menjelang akhir tahun anggaran. Oleh karena itu, responden meminta tenggat waktu beberapa hari untuk mengisi kuesioner. Kondisi
tersebut membuat peneliti tidak dapat mendampingi responden dalam mengisi
kuesioner sehingga peneliti tidak dapat mengendalikan keseriusan responden
dalam mengisi kuesioner, baik yang disebabkan karena responden tidak
memahami pertanyaan ataupun karena kondisi lain.
5.4 Saran
Saran bagi penelitian tentang Manajemen Keuangan Daerah dan SiLPA
selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya menambah jumlah sample dan memperluas penelitiannya sehingga
analisis dan kesimpulan yang diambil dapat digeneralisasi.
2. Sebaiknya menambah sumber data dengan menambahkan data sekunder sehingga kesimpulan yang diambil lebih tepat dan akurat, karena data berasal dari data primer (kuesioner) dan data sekunder (Laporan Realisasi Anggaran).
Download