BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Remaja adalah masa peralihan antara anak-anak dengan dewasa. Banyak
perubahan yang terjadi selama masa remaja. Salah satu perilaku yang cukup
menonjol yang mencirikannya dengan kelompok lain adalah bahasa yang
digunakannya (Holmes, 1992:10 ). Oleh karena itu, wajar jika terdapat perbedaan
penggunaan bahasa oleh remaja. Perbedaan-perbedaan itu menunjukkan ciri khas
remaja yang berbeda dengan segmen masyarakat lain.
Umumnya, remaja merupakan kelompok masyarakat yang dinamis, segmen
masyarakat yang selalu haus akan tantangan, ingin berbeda, dan dalam pencarian jati
diri. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan pun bersifat dinamis. Banyak kata-kata
yang populer di era tertentu, lalu menjadi awam pada masa berikutnya. Meskipun
demikian, rentetan kata tersebut hanya berlaku dalam interaksi verbal yang bersifat
informal. Maka, bahasa tersebut dapat didefinisikan sebagai bahasa informal atau
bahasa gaul.
Secara umum, manusia berkomunikasi dengan dua cara, yaitu komunikasi
verbal dan komunikasi non verbal (Effendy,1994:53). Dalam komunikasi non verbal,
banyak media yang dapat digunakan untuk memperkenalkan bahasa gaul, antara lain
dalam stiker, film, novel, cerpen, tabloid, majalah, radio, internet, Short Messages
Service (SMS).
1
Komunikasi non-verbal yang paling mutakhir saat ini adalah di temukan
dalam media sosial seperti Facebook yang memungkinkan seorang pemilik akun
Facebook dapat berkomunikasi dengan pemilik akun Facebook lain melalui
komentar-komentar dari status (mises à jour ), unggahan foto, berita acara, dan lain
sebagainya.
Penggunaan bahasa gaul dalam Facebook dapat dilihat di komentar-komentar
yang ditulis oleh para pengguna Facebook. Penulisan kalimat-kalimat tersebut
seringkali tidak sesuai dengan kaidah bahasa Prancis yang benar. Pembuat status
terkadang masih menggunakan ragam bahasa tulis yang baku, namun, para pemberi
komentar seringkali menggunakan bahasa yang tidak sesuai kaidah, yaitu bahasa gaul
atau yang lebih dikenal sebagai bahasa slang.
Ditemukan berbagai pemakaian bahasa gaul pada konten mises à jour di
Facebook, misalnya pemenggalan kata, baik di suku kata awal ataupun suku kata akhir,
seperti pada pemakaian kata pa, ta, tro, vacs, c, bocou, g dan sebagainya. Untuk
memperjelas ragam di atas, maka dapat diperhatikan contoh ragam bahasa gaul di bawah
ini:
Pa besoin, on a piscine a la rentrée !!!(Estelle Mardaye,18 mars, à
23:14)
(1a) On n‟a pas besoin, on va à la piscine à la rentrée !!!
„Tidak perlu, kita akan ke kolam renang di awal tahun ajaran!!!‟
(1)
Kata Pa serta kata a dalam contoh (1) sekilas kurang bisa dipahami
maknanya. Namun setelah diperhatikan lebih lanjut, kedua kata tersebut berasal dari
2
kata Pas dan à. Hal ini atas terjadi karena huruf „s‟ dalam kata „Pas‟ hilang, begitu
pun dengan aksen di huruf à yang juga hilang.
(2)
Il étro canon g son cd et g preske ttes ses chansons sur mon tel!
(Manon Blasco,,31 mars, à 22:34)
(2a) Il est trop canon, J‟ai son cd et j‟ai presque toutes ses chansons sur
mon téléphone!”
„Dia sangat keren, Aku mempunyai (album) CD-nya dan aku
mempunyai hampir semua lagu-lagunya di telepon genggamku.‟
Pada contoh (2), kata é, tro, g, dan preske sekilas terlihat ganjil, karena tidak
diketahui dengan pasti maknanya. Namun, setelah diperhatikan lebih lanjut, kata-kata
tersebut adalah kependekan dari est, trop, j‟ai, dan presque yang ditulis dengan
ringkas, sesuai dengan cara baca kata-kata tersebut.
(3) Ohh ! C gentil !!! Merciii bocou, JTDR ! (Estelle Mardaye, 19 mars, à
15:03)
(3a) Ohh ! C‟est gentil !!! Merci beaucoup, Je t‟adore !
„Oh ! Baiknya, terima kasih banyak, aku mengagumimu!‟
Selain itu, terdapat pula penambahan unsur kata, atau penyingkatan kata /
penggantian kata dengan huruf yang cara pengucapannya sama seperti contoh (3),
kata C, merciii, bocou, dan JTDR merupakan singkatan dari C‟est, merci, beaucoup,
dan Je t‟adore. Semuanya, kecuali mercii adalah pemendekan kata, namun tidak
mengubah cara membaca kata aslinya.
3
2. Permasalahan
Sehubungan
dengan
latar
belakang
yang
dikemukakan, ditemukan
permasalahan pada penggunaan bahasa gaul dalam tuturan tertulis remaja Prancis di
Facebook, yaitu:
1. Bagaimana proses pembentukan bahasa gaul remaja Prancis di Facebook?
2. Apa fungsi penggunaan bahasa gaul dalam komunikasi?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian mengenai bahasa gaul ini
bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan proses pembentukan bahasa gaul remaja Prancis di Facebook.
2. Mendeskripsikan fungsi penggunaan bahasa gaul dalam komunikasi
4
4. Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas bahasa gaul, antara lain
skripsi Herdiana (2004) yang berjudul Bentuk dan Pemakaian Bahasa Gaul Kaum
Remaja Prancis yang membahas bentuk-bentuk penggunaan bahasa gaul remaja
Prancis di artikel “koi de 9?” dalam majalah OKAPI, serta fungsi sosial penggunaan
bahasa tersebut, dengan menggunakan teori sosiolinguistik dan neologi.
Tesis Wanter (1998) berjudul Pemakaian Slang di Kalangan Remaja Jakarta
mendiskripsikan bentuk-bentuk satuan lingual, cara pembentukan bahasa slang,
menjelaskan relasi semantis antara bentuk slang dengan arti asli, menggunakan teori
sosiolinguistik.
Sedangkan Lestari (2005) meneliti bahasa Indonesia jayus di internet dalam
sebuah Studi Kasus di tesisnya yang berjudul Pemakaian Slang Remaja di antara
Kaum Jayus dalam Situs Kejayusan di Internet-Internet, dengan menggunakan teori
sosiolinguistik.
Sifat
penelitian
Lestari
adalah
deskriptif-sinkronis
dengan
menggunakan metode simak, dan cakap dalam pengumpulan data. Data kemudian
diolah dengan metode padan intralangual dan padan ekstralangual.
Untuk penelitian bahasa gaul dalam bahasa Prancis, Widyastuti (2004) pernah
meneliti tentang Penggunaan Kata Ragam Informal dalam Rubrik Surat-surat di
Majalah Mode. Selain itu, Renaningtyas (2001) juga pernah menganalisis ragam
bahasa iklan televisi berbahasa Prancis dan aspek simbol masyarakat Prancis.
Satiti (2002) pernah meneliti konteks-konteks sosial yang mempengaruhi
pemakaian ragam bahasa informal di rubrik On Se Dit Tout dalam skripsinya yang
5
berjudul Ragam Bahasa Informal Rubrik “On Se Dit Tout” dalam Majalah OKAPI
dengan menggunakan teori sosiolinguistik, pragmatik dan komunikasi, serta teori
sintaksis.
Berdasarkan pustaka yang telah ada, telah ada beberapa penelitian mengenai
bahasa gaul, baik bahasa Indonesia, ataupun bahasa Prancis, namun belum pernah ada
penelitian mengenai bahasa Prancis gaul di Facebook, oleh karena itu penulis
memilih topik ini untuk diteliti. Penelitian ini fokus pada penggunaan bahasa gaul
kaum remaja Prancis yang dapat dilihat dalam akun Facebook remaja Prancis, dengan
menggunakan teori Neologi, untuk menganalisis penciptaan bentuk-bentuk kosakata
baru dalam bP.
5. Landasan Teori
5.1 Variasi Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1979:1). Sedangkan menurut
Kridalaksana (1983:17), bahasa adalah sistem lambang yang arbitrer yang
dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan
mengidentifikasi diri.
Keraf (1979:3) menyatakan bahwa terdapat 4 fungsi bahasa, yaitu untuk
menyatakan ekspresi diri, sebagai alat komunikasi, sebagai alat untuk mengadakan
integrasi dan adaptasi sosial, dan yang terakhir adalah alat untuk mengadakan kontrol
sosial.
6
Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan
oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor non linguistik, misalnya
faktor-faktor sosial. Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa
misalnya status sosial, umur, dan jenis kelamin. Di samping itu, pemakaian bahasa
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, misalnya komunikasi berlangsung
dalam bahasa apa, dengan siapa, kapan, dimana, dan mengenai apa.
Holmes (1992:11) menyatakan bahwa setidaknya ada 4 faktor sosial yang
mempengaruhi cara seseorang dalam mengekspresikan tuturannya, yaitu:
1.
Partisipan (pihak yang terlibat dalam tuturan), misalnya: antar dokter dan pasien,
guru dan murid.
2.
Latar atau konteks sosial (waktu, tempat, dan situasi tuturan berlangsung),
misalnya di rumah, di rumah sakit, di kantor, dan lain sebagainya.
3.
Topik (masalah yang dibicarakan), misalnya: politik, ekonomi, masakan.
4.
Fungsi (maksud dan tujuan penuturan), misalnya: untuk memuji, untuk memberi
informasi, memberi perintah, dan lain sebagainya.
Adanya faktor-faktor sosial dan situasional yang mempengaruhi pemakaian
bahasa tersebut menimbulkan variasi-variasi bahasa (Suwito, 1985:3). Menurut
Nababan (1984 :2), perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat dalam bahasa dan
berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan.
Pemakaian bahasa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, yaitu siapa
yang berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana dan mengenai
masalah apa (Suwito, 1985). Kridalaksana (1983: 142) mengemukakan bahwa ragam
7
bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya yang berbeda-beda menurut
topik, hubungan pelaku, dan medium pembicaraan.
Menurut Dubois (1971 :37), cara pemakai bahasa menggunakan bahasanya
(register) berubah menurut apa yang dibicarakan (field of discourse); bagaimana topik
tersebut diperbincangkan (mode of doscourse) ; serta situasi pembicaraan tersebut
berlangsung (style of discourse).
Sedangkan menurut Pateda (1987:52) variasi bahasa dapat dilihat dari enam
segi, yaitu tempat, waktu, pemakai, situasi, dialek yang dihubungkan dengan sapaan,
status, dan pemakaiannya / ragam. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
bahasa sangat bergantung pada penuturnya, hal yang dituturkan, latar belakang serta
pihak yang dituturi.
Wardhaugh (1986:22) menyatakan bahwa variasi bahasa adalah seperangkat
tuturan manusia, yaitu: bunyi, kata dan ciri-ciri gramatikal yang secara unik dapat
dihubungkan dengan faktor eksternal seperti daerah geografi dan faktor sosial.
Selanjutnya, faktor sosial dipengaruhi oleh situasi berbahasa, pemakai bahasa,
keperluan penutur, dan lain sebagainya.
Secara garis besar, variasi bahasa disebabkan oleh 4 faktor (Chaer, 1994:6669):
1.
Interferensi
Interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang
sedang digunakan sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa
yang digunakan itu.
8
2.
Integrasi
Integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah
dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima
atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang
cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya,
ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi antara lain
montir, riset, sopir, dongkrak.
3.
Alih Kode dan Campur Kode
Alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam
bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau ragam bahasa lain).
Campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan
biasanya terjadi dalam situasi santai.
9
4.
Bahasa gaul
Bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama
digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu. Ragam bahasa gaul
merupakan kreativitas dalam bahasa yang dilatarbelakangi oleh faktor sosial
yang terdapat dalam kehidupan masyarakat penggunanya.
Menurut Crystal (1992:59), slang merupakan permainan bunyi dan huruf yang
dapat dibentuk melalui proses penambahan, pemadatan, penggantian, atau
transportasi bunyi seperti pembalikan, peletakan vokal pertama ke depan kata,
menyisipkan suku kata / konsonan, saling menukar posisi konsonan dalam suatu kata,
serta membolak-balik susunan bunyi / huruf.
Menurut Duchazaud (2001:322), penciptaan kata baru (neologi) didapatkan
melalui prefiksasi dan sufiksasi, abreviasi, siglaison (akronim).
5.2
Bahasa Gaul
Bahasa dalam lingkungan sosial masyarakat satu dengan yang lainnya
berbeda. Perbedaan kelompok-kelompok sosial tersebut menyebabkan perbedaan
bahasa yang digunakan. Kebervariasian bahasa ini timbul sebagai akibat dari
kebutuhan penutur yang memilih bahasa yang digunakan agar sesuai dengan situasi
konteks sosialnya. Oleh karena itu, variasi bahasa timbul bukan karena kaidah-kaidah
kebahasaan, melainkan disebabkan oleh kaidah-kaidah sosial yang beraneka ragam.
Dalam variasi bahasa setidaknya terdapat tiga hal, yaitu pola-pola bahasa yang
sama, pola-pola bahasa yang dapat dianalis secara deskriptif, dan pola-pola yang
10
dibatasi oleh makna tersebut dipergunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi. Di
samping itu, variasi bahasa dapat dilihat dari enam segi, yaitu tempat, waktu,
pemakai, situasi, dialek yang dihubungkan dengan sapaan serta status, dan
pemakaiannya (Pateda, 1987:52).
Ditinjau dari aturan kebahasaan yang menjadi ciri bahasa gaul, ragam bahasa
memiliki aturan-aturan kebahasaan tertentu. Melalui aturan-aturan ini suatu ragam
bahasa dapat diteliti secara linguistik. Linguistik memandang pembentukan unit-unit
satuan lingual dalam ragam bahasa sebagai unit yang berkembang dari bahasa baku.
Oleh karena itu, linguistik memiliki cabang yang disebut neologi.
Neologi adalah proses pembentukan unit leksikal baru (Duchazaud,
2001:322). Proses pembentukan unit leksikal baru ini meliputi 3 hal, yakni
pembentukan kata baru, pembentukan kombinasi leksikal, pembentukan frasa dan
kalimat baru. Neologi memiliki dua sub kategori, yaitu: neologi bentuk (la néologie
de forme) dan neologi arti (la néologie de sens). Neologi arti adalah penggunaan kata
dengan makna baru (Robert, 1970 :1146).
Sub kategori selanjutnya dari Neologi adalah Neologi bentuk. Menurut Robert
(1970:1146) Neologi bentuk adalah penggunaan kata baru, bisa dengan penciptaan
kata baru, melalui deformasi, derivasi, komposisi, kata pinjaman, dan lain
sebagainya. Sedangkan menurut Duchazaud (2001 : 322) Neologi bentuk
menghasilkan unit leksikal baru melalui afiksasi (penambahan imbuhan dan akhiran),
abreviasi (penyingkatan), siglaison (akronim), elision, bentuk bentuk pinjaman
11
(emprunts) dari bahasa asing, elipsis (ellipse), dan penggunaan tanda hubung (trait
d‟union) untuk menghasilkan kata baru.
Sedangkan dilihat dari fungsinya, menurut Crystal (1992: 53) Slang
mempunyai banyak fungsi, misalnya untuk menyegarkan suasana, menciptakan
humor, menyindir, mengintimkan / mengakrabkan persahabatan, merahasiakan
sesuatu, memperhalus ungkapan yang dianggap tabu, menyampaikan sikap dan
perasaan hati, menunjukkan keanggotaan seseorang terhadap kelompok sosial
tertentu, memperkaya bahasa, memperjelas makna kalimat, dan sebagainya.
5.3 Facebook
5.3.1
Sejarah Perkembangan FACEBOOK
Facebook adalah website jaringan sosial dimana para pengguna dapat
bergabung dalam komunitas seperti kota, kerja, sekolah, dan daerah untuk melakukan
koneksi dan berinteraksi dengan orang lain. Orang juga dapat menambahkan temanteman mereka, mengirim pesan, dan memperbarui profil pribadi agar orang lain dapat
melihat tentang dirinya.
Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa Harvard
diluncurkan pertama kali pada 4 Februari dan awalnya hanya untuk siswa Harvard
College. Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas ke sekolah lain di
wilayah Boston (Boston College, Boston University, MIT, Tufts), Rochester,
Stanford, NYU, Northwestern, dan semua sekolah yang termasuk dalam Ivy League.
12
Banyak perguruan tinggi lain yang selanjutnya ditambahkan berturut-turut
dalam kurun waktu satu tahun setelah peluncurannya. Akhirnya, orang-orang yang
memiliki alamat email universitas (seperti .edu, .ac, .uk, dll) dari seluruh dunia dapat
juga bergabung dengan situs ini.
Selanjutnya Facebook dikembangkan pula untuk jaringan sekolah-sekolah
tingkat atas dan beberapa perusahaan besar. Sejak 11 September 2006, orang dengan
dengan alamat email apapun dapat mendaftar di Facebook. Pengguna dapat memilih
untuk bergabung dengan satu atau lebih jaringan yang tersedia, seperti berdasarkan
sekolah tingkat atas, tempat kerja, atau wilayah geografis.
5.4.2Layanan di FACEBOOK dan Manfaatnya
Facebook, selaku program Sosial Networking memiliki beberapa layanan
antara lain:
1) Profil : dalam menu ini, pengguna dapat mengaktualisasi dirinya sesuai minatnya.
Dalam menu ini, terdapat minimal 3 sub menu, yaitu Dinding, Info, serta Foto. Di
Dinding, pengguna dapat menuliskan apa yang Ia pikirkan, dan teman-temannya
dapat menyikapi status tersebut, baik dengan memberikan tanda jempol, maupun
mengomentari status tersebut. Di Dinding ini, kiriman dari teman-teman
pengguna ditampilkan, semisal ucapan ulang tahun, ataupun sapaan lain. Selain
itu, aktivitas yang dilakukan pengguna berkenaan dengan facebook juga tercatat
di sini, semisal, „Lisa François-Marie commente le status de Estelle Mardaye‟
dan sebagainya. Akun Facebook yang telah berteman dengan pemilik akun juga
ditampilkan di Dinding. Dalam Sub menu Info, terdapat data pribadi berkenaan
13
pemilik akun. Pemilik akun dapat mengatur informasi apa saja yang ditampilkan
dan siapa saja yang dapat mengakses info tersebut. Lalu dalam sub menu Foto,
terdapat koleksi foto yang diunggah oleh pemilik akun, ataupun yang Foto-foto
yang diunggah orang lain dimana pemilik akun sudah ditandai.
2) Beranda : dalam menu ini, ditampilkan status terbaru teman-teman pemilik akun,
daftar teman yang on line, pemberitahuaan acara / peringatan ulang tahun teman,
teman - teman yang disarankan oleh Facebook (berdasarkan latar belakang
jaringan), dan lain sebagainya.
3) Permintaan Teman : Menu ini berisi permohonan pertemanan dari akun lain yang
belum masuk dalam daftar teman (friend list) pemilkik akun, dan juga
permohonan untuk bergabung dalam suatu grup / acara.
4) Surat : Menu ini berisi surat surat dari dan untuk pemilik akun.
5) Notifikasi : Menu ini berisi pemberitahuan aktivitas terbaru teman – teman
pemilik akun berkenaan kegiatan yang Ia lakukan, misal : „Estelle Mardaye
commente le status de Lisa François-Marie‟ (Estelle Mardaye mengomentari
status Lisa François-Marie), atau „Julie Ferrere Koala a commente une photo de
laquelle vous identifier „Julie Ferrere Koala telah mengomentari sebuah foto
dimana anda ditandai‟, dan sebagainya.
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang
dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada (Sudaryanto, 1986:62)
14
yang terdiri atas 3 tahapan pelaksanaan penelitian yakni pengumpulan data, analisis
data dan pemaparan hasil analisis data atau penyajian hasil penguraian data (ibid,
1986:57). Berikut metode yang digunakan dalam tiap tahapan dalam penelitian ini:
6.1 Pengumpulan Data
Ada tiga hal pokok yang perlu dibahas dalam tahap penyediaan data, yaitu
Sumber data, Metode, serta Alat yang digunakan. (Lestari, 2005:17). Ketiga hal
tersebut dijelaskan dalam penjabaran berikut:
6.1.1
Sumber Data
Djajasudarma (1993:15) menyatakan bahwa data dalam penelitian deskriptif
bukan berupa angka-angka, melainkan berupa kata-kata atau gambaran sesuatu. Data
yang dikumpulkan bisa berasal dari naskah-naskah, wawancara, catatan, lapangan,
foto, video tape, dokumen pribadi dan lain sebagainya.
Data dalam penelitian ini diambil dari tuturan tertulis remaja Prancis, yang
termuat di akun Facebook Lisa François-Marie, dengan waktu unggah antara 18
Maret 2010 hingga 30 Maret 2011. Lisa François-Marie adalah seorang remaja
Prancis yang berusia 16 tahun, lahir pada 28 Oktober 1997, tinggal di Paris, dan
bersekolah di College Maison Blanche. Lisa François-Marie dipilih sebagai sumber
data karena pada saat penelitian berlangsung Lisa François-Marie adalah teman
penulis dan bahasa yang digunakan Lisa François-Marie serta teman-temannya adalah
yang paling variatif, dalam hal ini, unsur bahasa gaul dalam bahasa Prancis.
15
6.1.2
Metode Penyediaan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Metode simak dengan Teknik Simak Bebas Libat Cakap sebagai Teknik Lanjutan.
Teknik
selanjutnya
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
dalam
rangka
mengumpulkan data adalah teknik Rekam dan Teknik Catat (Sudaryanto, 1993:133135)
Metode yang digunakan dalam penyediaan data dalam penelitian ini adalah
metode simak. Pada metode simak, pemerolehan data dilakukan dengan menyimak
penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993 :133), yakni bahasa gaul dalam penelitian ini.
Metode Simak memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap, yaitu
penyadapan penggunaan bahasa (Ibid, 1993 :133) yakni bahasa gaul dalam media
Facebook di Internet. Kegiatan penyadapan dilanjutkan dengan teknik rekam, yaitu
dengan merekam data yang diperlukan dalam sebuah file di dalam computer.
Seteleh merekam data dengan teknik rekam, kegiatan penyadapan dilanjutkan
dengan teknik catat, yaitu dengan mencatat ungkapan-ungkapan yang berupa bahasa
gaul dalam sebuah daftar, dengan memanfaatkan disk komputer sebagai tempat
penyimpanan (Ibid, 1993 :135). Selanjutnya, data yang berupa daftar kosakata
maupun ujaran-ujaran bahasa gaul dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu
seperti berdasarkan jenis kata, proses morfologis yang ada, struktur ujaran-ujaran, dan
lain sebagainya.
16
6.2 Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah
metode padan intralangual. Metode padan intralangual adalah metode analisis dengan
cara menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat
dalam suatu bahasa maupun dalam bahasa yang berbeda (Mahsun, 2000: 82). Dengan
metode ini, bentuk-bentuk bahasa gaul dikelompokkan berdasarkan kategorinya atau
jenis katanya seperti kelompok nomina, verba, adjektiva, pronominal, adverbial,
numeralia, dan kata tugas.
Selanjutnya, untuk menentukan fungsi bahasa gaul dalam Facebook Remaja
Prancis, digunakan metode padan ekstralinguistik. metode padan ekstralinguistik
digunakan untuk menganalisis unsur ekstralingual yang menghubungkan masalah
bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa yang diterapkan. Unsur-unsur
ekstralingual tersebut berupa makna, informasi, konteks tuturan, dan lain sebagainya
(Ibid:81).
6.3 Penyajian hasil Analisis
Penyajian hasil analisis dilakukan secara deskriptif. Penyajian hasil analisis
secara deskriptif adalah penyajian hasil penelitian dengan menggunakan kata-kata
biasa tanpa lambang-lambang.
17
2. Sistematika
Pemahaman terhadap karya ilmiah yang memenuhi syarat-syarat penulisan,
akan mempermudah dalam pemberian data dan apabila menggunakan sistematika
penulisan yang baik, akan mempermudah analisis data. Berikut sistematika
penulisannya:
Bab 1 merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang pemilihan topik
penelitian, rangkuman permasalahan yang diangkat dalam topik penelitian, tujuan
diadakannya penelitian ini, tinjauan pustaka, teori-teori yang digunakan dalam
penelitian ini, serta metode yang digunakan dalam penelitian, dan sistematika
penulisan penelitian ini.
Bab II membahas analisis dari permasalahan pertama penelitian ini yakni
proses pembentukan bahasa gaul berdasarkan teori Neologi bentuk yang terdiri
atasabreviasi (penyingkatan), siglaison (akronim), elision, bentuk bentuk pinjaman
(emprunts) dari bahasa asing, dan elipsis (ellipse).
Bab III membahas fungsi-fungsi penggunaan bahasa gaul dalam komunikasi
sehari-hari yang terdiri atas fungsi menyegarkan suasana, menciptakan humor,
menyindir, mengintimkan / mengakrabkan persahabatan, merahasiakan sesuatu,
menyampaikan sikap dan perasaan hati, menunjukkan keanggotaan seseorang
terhadap kelompok sosial tertentu, memperkaya bahasa, membuat ujaran lebih
konkret, dan sebagainya.
18
.Bab IV berisi kesimpulan yang terdiri atas kesimpulan dan saran yang
dinyatakan secara singkat tepat dari hasil dibuat berdasarkan hasil dan pengamatan
penelitian yang dapat bersifat teoritis atau praktis. Saran tidak merupakan keharusan.
19
Download