Tropical Animal Husbandry Vol. 2 (1), Januari 2013: 58-64 ISSN 2301-9921 Pengaruh Pemanfaatan Kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap Kualitas Mikrobia dan Fisiko-kimia Daging Sapi I. Puspitasari, A. M. P. Nuhriawangsa danW. Swastike Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36A, Surakarta 57126 Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pelumuran pasta kunyit (Curcuma domestica Val.) dan waktu penyimpanan serta interaksi kedua faktor tersebut terhadap kualitas mikrobia dan fisikokimia daging sapi. Bahan yang digunakan adalah daging sapi bagian paha dan kunyit segar. Rancangan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial 4x3. Faktor pertama aras konsentrasi pelumuran pasta kunyit (0; 10; 20; 30%) dan faktor kedua aras waktu penyimpanan (0; 2,5; 5 jam). Total bakteri proteolitik menggunakan metode hitungan cawan, pH dengan pH meter, aktivitas air (aw) dengan aw meter, kadar air secara Gravimetri dan kadar protein terlarut secara LowryFollin. Waktu penyimpanan berpengaruh terhadap total bakteri proteolitik (P<0,05), pH (P<0,01), kadar air (P<0,01) dan protein terlarut (P<0,01). Konsentrasi pelumuran pasta kunyit berpengaruh terhadap kadar air (P<0,01), aw (P<0,05) dan protein terlarut (P<0,01). Interaksi antara kedua faktor menunjukkan pengaruh terhadap kadar air (P<0,05), aw (P<0,05) dan protein terlarut (P<0,01). Kombinasi perlakuan terbaik pada aras konsentrasi pelumuran pasta kunyit 30% dengan waktu penyimpanan 5 jam. Kata kunci: daging sapi, kunyit, kualitas mikrobia, kualitas fisiko-kimia The Effect of Turmeric (Curcuma domestica Val.) to Microbial and Physico-chemical Quality of Beef ABSTRACT The objective of the study was to determine the effect of application turmeric paste (Curcuma domestica Val.), storage time and interaction of those two factors on microbial and physico-chemical qualities of beef. The materials were thigh muscle and fresh turmeric. The design used in experiment was a Completely Randomized Design (CRD) with Factorial Pattern 4x3. The first factor was concentration of turmeric paste (0, 10, 20, 30%) and the second factor was storing time (0; 2,5; 5 hours). Total proteolitic bacteria was tested by plate count method, pH value was measured by pH meter, water content was measured by Gravimetri, water activity (aw) was tested by aw meter and soluble protein content was calculated by Lawry-Follin method. Total proteolitic bacteria (P<0,05) pH (P<0,01), water content (P<0,01) and soluble protein (P<0,01) were affected by storage time. Water content (P<0,01), aw (P<0,05) and soluble protein (P<0,01) were affected by concentration of turmeric paste. Water content (P<0,05), aw (P<0,05) and soluble protein (P<0,01) were affected by interaction of both factors. The application of turmeric paste concentration 30% with storege time during 5 hours was the optimal condition to increase microbial and physico-chemical qualities of beef. Keywords: beef, turmeric, microbial quality, physico-chemical quality PENDAHULUAN Daging sapi yang dijual di pasar seringkali terkontaminasi oleh bakteri mesofilik (bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 25-40˚C), karena proses penyiapan daging di pasar kurang memperhatikan aspek sanitasi dan hygiene, misalnya daging tidak ditutup dan penyimpanan hanya dalam suhu kamar, sehingga bakteri tumbuh dengan cepat (Suardana et al., 2007). Dijelaskan oleh Gustiani (2009), bakteri yang dapat mencemari daging antara lain Salmonella sp., E. coli, Coliform, Staphylococcus sp., dan Pseudomonas. Bakteri dalam daging segar dapat menyebabkan umur simpan daging menjadi lebih singkat (Takasari, 2008). Aktivitas bakteri pada daging dapat mengakibatkan perubahan fisik maupun kimia yang tidak diinginkan, sehingga daging rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi. Sifat fisik daging merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas daging, selain sifat mikrobiologisnya. Kualitas fisik daging antara lain pH dan aktivitas air, sedangkan kualitas kimia daging meliputi kadar air dan kadar protein (Natasasmita et al., 1987; Sumarta, 2007; Matulessy et al., 2010). Pertumbuhan bakteri pada daging dapat dihambat dengan penambahan agen antibakteri seperti fenol. Rimpang kunyit secara alami mengandung zat-zat antibakteri seperti kurkumin dan minyak atsiri yang merupakan senyawa turunan fenol. Senyawa fenol dapat masuk ke sitoplasma sel bakteri dan merusak sistem kerja sel serta berakibat lisisnya sel, sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi manusia adalah 100 mg/hari (Rusli, 2009). Kunyit memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi dan senyawa kurkumin merupakan komponen utama yang menyebabkan aktivitas antioksidan tersebut (Chattophadyay et al., 2004). Penambahan kunyit dalam bahan makanan dapat mempertahankan kesegaran dan nilai gizinya, meningkatkan palatabilitas Pengaruh Pemanfaatan Kunyit … (Puspitasari et al) dan untuk memperpanjang masa simpan (Ali et al., 2006). Berdasarkan uraian di atas dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pelumuran pasta kunyit pada permukaan daging sapi terhadap total bakteri proteolitik, pH, kadar air, aktivitas air dan protein terlarut dengan aras konsentrasi kunyit dan waktu penyimpanan yang berbeda. MATERI DAN METODE Materi Penelitian menggunakan daging sapi bagian paha dari Rumah Pemotongan Hewan Jagalan, Surakarta dan kunyit segar dari Los Jamu Racik Pasar Gede, Surakarta. Desain Penelitian Rancangan Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial 4x3. Faktor pertama aras konsentrasi pelumuran pasta kunyit (0, 10, 20 dan 30%), faktor kedua aras waktu penyimpanan (0, 2,5 dan 5 jam). Pembuatan Pasta Kunyit Rimpang kunyit dibersihkan, dikupas kulitnya dan dicuci, setelah itu ditimbang sebanyak 100 g. Rimpang yang sudah bersih lalu dipotong kecil-kecil ditambahkan 50 ml aquades dihaluskan menggunakan blender sampai menjadi pasta. Pasta inilah yang akan digunakan sebagai bahan lumuran pada daging. Proses penghalusan rimpang kunyit dilakukan dengan kondisi steril dalam laminer (Komariah dan Wiguna, 2004). Penyiapan Sampel Daging Daging sapi yang dibeli dari RPH dimasukkan ke dalam plastik dan ditempatkan dalam cool box yang digunakan untuk mengangkut daging dari RPH sampai ke laboratorium. Daging kemudian dibersihkan bagian permukaannya lalu dibagi menjadi 12 bagian masing-masing seberat 60 g. Sampel selanjutnya dikelompokkan sesuai pemberian perlakuan (Komariah dan Wiguna, 2004). 59 Pelumuran Pasta Kunyit Perlakuan pertama yaitu pelumuran pasta kunyit pada permukaan daging sebanyak 0, 10, 20 dan 30% dari bobot sampel dan didiamkan selama 30 menit. Setelah itu sampel daging dibersihkan dari lumuran pasta kunyit. Proses dilakukan dengan kondisi steril dalam laminer. Sampel daging yang telah bersih dari pasta selanjutnya diberikan perlakuan kedua yaitu disimpan pada suhu ruang dengan waktu 0, 2,5 dan 5 jam (Komariah dan Wiguna, 2004). Uji Total Bakteri Proteolitik Penghitungan total bakteri proteolitik dengan metode hitungan cawan menggunakan media skim milk agar (SMA). Sebelum ditanamkan dalam media dilakukan pengenceran sampel daging terlebih dahulu menggunakan Buffering Pepton Water 0,1 % sampai tingkat pengenceran 10-6. Pemupukan media dalam cawan petri dilakukan dengan cara tuang (pour plate). Cawan petri berisi media yang telah padat dimasukkan dalam inkubator dengan posisi terbalik pada suhu 37˚C, setelah 5 jam posisi cawan petri dibalik seperti semula lalu disimpan kembali. Setelah 24-72 jam, apabila koloni bakteri sudah terlihat, total bakteri dihitung menggunakan colony counter (Fardiaz, 1993). Uji Fisiko-kimia Pengujian Fisiko-kimia meliputi nilai pH, kadar air, aktivitas air dan protein terlarut. Pengukuran nilai pH menggunakan pH meter sesuai prosedur Bouton et al. (1971). Pengukuran kadar air menggunakan metode Gravimetri yaitu dengan penguapan dalam oven pada suhu 105°C sesuai prosedur AOAC (1995). Pengukuran nilai aktivitas air menggunakan aw meter sesuai prosedur Syarief dan Halid (1993). Pengujian kadar protein terlarut menggunakan metode Lowry-Follin, larutan sampel diukur nilai penyerapan cahaya atau optical density (OD) pada panjang gelombang 590 nm dengan UV-VIS spektrofotometer. Nilai OD590 dikonversi ke 60 kadar protein terlarut berdasarkan kurva standar protein Bovine Serum Albumin (BSA) sesuai dengan prosedur Apriyantono et al. (1989). Analisis Statistik Data dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial 4x3. Analisis variansi yang menunjukkan hasil berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test untuk mengetahui perbedaan antar mean perlakuan (Steel dan Torrie, 1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Rerata jumlah bakteri proteolitik, nilai pH, kadar air, aktivitas air, protein terlarut daging sapi dengan pelumuran pasta kunyit pada aras 0, 10, 20 dan 30% selama penyimpanan 0, 2,5 dan 5 jam tampak pada Tabel 1. Total Bakteri Proteolitik Peningkatan waktu penyimpanan menyebabkan kenaikan total bakteri proteolitik dalam daging. Selama penyimpanan 5 jam bakteri mengalami peningkatan (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bakteri mulai mengalami pertumbuhan secara normal pada fase lag menuju fase logaritmik. Soeparno (2005) pada fase logaritmik ukuran sel, material inti dan jumlah sistem enzim tertentu meningkat sehingga terjadi pertambahan jumlah bakteri. Pelumuran pasta kunyit sampai aras 30% tidak mempengaruhi total bakteri proteolitik dalam daging. Dimungkinkan pelumuran pasta kunyit sampai 30% senyawa fenolnya belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Proses pembuatan pasta kunyit dengan menambahkan aquades sebagai pengencer mengakibatkan konsentrasi senyawa fenol semakin sedikit sehingga belum mampu berfungsi sebagai antibakteri. Menurut Hugo dan Russel (1981) senyawa fenol keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran. Pelumuran pasta kunyit hingga 30% belum mampu menghambat Tropical Animal Husbandry Vol. 2 (1) 2013 Tabel 1. Rerata jumlah bakteri proteolitik (CFU/gram), nilai pH, kadar air (%), aktivitas air, protein terlarut (mg/g) daging sapi dengan pelumuran pasta kunyit pada aras yang berbeda selama penyimpanan 0, 2,5 dan 5 jam Variabel yang Diamati Pelumuran Pasta Kunyit (%) Waktu Penyimpanan (Jam) 0 2,5 5 Rerata 0 2,9x103 1,8x103 1,0x105 3,5x104 3 4 4 10 3,2x10 6,0x10 3,0x10 3,2x104 Total bakteri 20 2,7x103 1,2x104 1,4x105 5,2x104 proteolitik 3 4 5 30 1,7x10 2,1x10 1,2x10 4,8x104 Rerata 2,6x103w 1,7x104w 1,1x105v 0 6,387 6,623 6,750 6,587 10 6,307 6,700 6,750 6,586 Nilai pH 20 6,463 6,687 6,707 6,619 30 6,600 6,703 6,680 6,661 Rerata 6,678a 6,722a 6,439b 0 76,856v 73,988w 73,574w 74,806b xy v xyz 10 79,899 76,498 78,908 78,435a Kadar air 20 78,362xyz 76,121v 78,805yz 77,763a 30 78,831yz 77,727vz 76,618v 77,725a a c b Rerata 78,487 76,083 76,976 0 0,953v 0,927wx 0,913w 0,931b 10 0,947vx 0,960vx 0,947vx 0,951a Aktivitas air 20 0,937vxy 0,957vy 0,943vxy 0,946a vy vy vxy 30 0,950 0,950 0,940 0,947a Rerata 0,95 0,95 0,94 a b 0 38,963 39,720 39,720b 39,468a c a d 10 40,664 38,858 33,435 37,652c e f g Protein terlarut 20 37,242 35,981 42,208 38,477b 30 37,675e 44,757h 36,925e 39,786a Rerata 38,636b 39,829a 38,072c Keterangan: superskrip v-z pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), superskrip a-h pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). pertumbuhan bakteri pada daging dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Hal ini dimungkinkan belum efektifnya senyawa antibakteri dalam kunyit untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Irianto (2006) pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh jumlah senyawa penghambat dengan jasad bakteri yang akan dihambat. Kualitas Fisiko-kimia Nilai pH Peningkatan waktu penyimpanan menyebabkan kenaikan nilai pH daging. Pengaruh Pemanfaatan Kunyit … (Puspitasari et al) Selama penyimpanan 2,5 dan 5 jam pH mengalami peningkatan karena pertumbuhan bakteri mulai menuju ke fase logaritmik (Tabel 1). Arizona et al. (2011) nilai pH daging yang semakin tinggi karena bakteri mendeaminasi asam amino sehingga menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat basa. Hal tersebut yang menyebabkan kenaikkan pH. Pelumuran pasta kunyit dengan aras konsentrasi 0, 10, 20 dan 30% tidak berpengaruh nyata terhadap pH (Tabel 1). Nilai pH daging yang tinggi (6,2-7,2) mengakibatkan struktur 61 daging tertutup (Buckle et al., 1987), sehingga mengurangi cairan yang meresap ke daging. Hal ini menyebabkan pH tetap stabil karena tidak ada perubahan keseimbangan ion hidrogen. Peningkatan konsentrasi pelumuran pasta kunyit seiring dengan penambahan waktu penyimpanan belum dapat mempertahankan pH daging, karena senyawa antibakteri dalam kunyit belum efektif menghambat bakteri dan aktivitas bakteri tetap berlangsung. Kadar Air Peningkatan waktu penyimpanan menyebabkan perbedaan nilai kadar air daging. Kadar air pada penyimpanan 2,5 mengalami penurunan, pada penyimpanan 5 jam mengalami peningkatan (Tabel 1). Penurunan ini disebabkan kadar air digunakan bakteri untuk pertumbuhannya. Prasetyo (2009) selama fase logaritmik nutrisi dicerna pada kecepatan maksimal. Peningkatan kadar air pada penyimpanan 5 jam karena bakteri mulai mengalami laju pertumbuhan konstan dan menghasilkan senyawa bermolekul kecil yang mengandung air. Kasmadiharja (2008) kadar air yang meningkat dipengaruhi oleh jumlah air bebas yang terbentuk sebagai hasil samping dari aktivitas bakteri. Peningkatan kadar air terjadi pada daging dengan pelumuran pasta kunyit 10%. Daging sapi mengandung asam amino lisin, leusin dan valin yang lebih tinggi dari asam amino lainnya (Kinsman et al., 1992). Lisin merupakan asam amino yang bersifat hidrofilik. Kilara (1994) sifat protein yang hidrofilik (mampu menyerap air) dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air. Hal ini yang menyebabkan peningkatan kadar air. Kadar air dengan pelumuran 10, 20 dan 30% relatif sama (Tabel 1) karena sampel daging pada penelitian ini memiliki struktur daging tertutup yang memungkinkan terjadinya penyerapan air secara terbatas. Interaksi mulai tampak nyata pada penyimpanan selama 5 jam dengan konsentrasi 30%. Selama penyimpanan 5 jam dimungkinkan minyak atsiri dalam aras 30% sudah mengalami kejenuhan sehingga minyak 62 atsiri tidak mampu lagi mengikat air dari daging. Aktivitas Air (aw) Peningkatan waktu penyimpanan tidak mempengaruhi aktivitas air. Sanger (2010) aktivitas air (aw) menunjukkan ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas bakteri. Aktivitas bakteri pada penyimpanan 0, 2,5 dan 5 jam dalam fase lag menuju fase logaritmik, sehingga kebutuhan air untuk aktivitas pertumbuhan bakteri masih sedikit (Tabel 1). Kemungkinan kandungan air bebas di dalam daging masih banyak, sehingga aktivitas bakteri yang terjadi belum berpengaruh terhadap aktivitas air selama waktu penyimpanan. Pelumuran pasta kunyit menurunkan nilai aktivitas air. Winarno dan Tim Lentera (2009) minyak atsiri pada kunyit dapat mengikat air melalui pemecahan ikatan ester. Hal ini menyebabkan aktivitas air daging dengan pelumuran pasta kunyit menurun. Peningkatan waktu penyimpanan dan konsentrasi pelumuran pasta kunyit menyebabkan kenaikan nilai aktivitas air daging. Interaksi terbaik pada konsentrasi 30% selama penyimpanan 5 jam. Selama penyimpanan 5 jam dimungkinkan daging mencapai titik kejenuhan mengikat air karena mencapai titik isoelektriknya sehingga menyebabkan penurunan nilai aktivitas air. Eskin (1971) titik minimal daya mengikat air daging bersamaan dengan pencapaian titik isoelektrik protein otot yang mengakibatkan lebih sedikit air yang terperangkap dalam jaringan protein miofibrilar, sehingga menyebabkan penurunan aktivitas air. Kadar Protein Terlarut Penyimpanan pada waktu tertentu menyebabkan perbedaan kadar protein terlarut pada daging sapi. Protein terlarut pada penyimpanan 2,5 jam mengalami peningkatan (Tabel 1). Proses penyimpanan mengakibatkan pengeluaran cairan yang terikat dalam miofibril disertai protein hidrofilik yang terkandung didalamnya karena efek kerja enzim katepsin. Hal ini Tropical Animal Husbandry Vol. 2 (1) 2013 menyebabkan kadar protein terlarut meningkat. Toldra (1998) menyebutkan bahwa di dalam daging secara alami mempunyai enzim proteolitik yang mampu mendegradasi protein yang lebih sederhana. Selama penyimpanan 5 jam kadar protein terlarut mengalami penurunan, disebabkan karena bakteri mulai memasuki fase logaritmik sehingga bakteri mulai menggunakan protein yang tersedia dalam daging untuk pertumbuhannya terutama protein terlarut yang langsung mudah digunakan. Pramono et al. (2007) menyatakan seiring bertambah waktu fermentasi jumlah protein akan menurun karena digunakan oleh mikrobia untuk metabolisme. Pelumuran pasta kunyit 10 dan 30% mampu menurunkan protein terlarut. Penurunan ini dimungkinkan karena kurkumin mengikat protein terlarut daging. Goel et al. (2008) kurkumin dapat mengikat berbagai jenis protein sel. Protein terlarut pada pelumuran 20% mengalami peningkatan, dimungkinkan karena penurunan kecepatan reaksi kurkumin dalam mengikat protein daging. Sukarjo (1993) reaksi berjalan cepat pada awal reaksi, akan semakin lambat setelah waktu tertentu dan akan berhenti pada waktu mengalami kejenuhan. Selama penyimpanan 2,5 jam dimungkinkan kurkumin dalam aras 10% sudah mengalami titik kejenuhan dalam mengikat protein daging. Hal ini menyebabkan penurunan protein terlarut. SIMPULAN Waktu penyimpanan selama 5 jam meningkatkan jumlah total bakteri proteolitik, pH dan protein terlarut serta menurunkan kadar air daging. Pelumuran pasta kunyit sampai aras konsentrasi 30% meningkatkan kadar air, menurunkan aktivitas air dan protein terlarut. Pada penyimpanan 5 jam dengan aras konsentrasi 30% dapat menurunkan kadar air dan aktivitas air dalam daging. DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Pemanfaatan Kunyit … (Puspitasari et al) Ali, B. H., H. Marrif, S. A. Noureldayem, A. O. Bakheit and G. Blunden. 2006. Some biological properties of curcumin: a review. Natural Product Communications.1:509-521. Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. L. Puspitasari, Y. Sedarnawati dan S. Budijanto. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Penerbit Institut Pertanian Bogor, Bogor. Arizona, R., E. Suryanto dan Y. Erwanto. 2011. Pengaruh Konsentrasi Asap Cair Tempurung Kenari dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Kimia dan Fisik Daging. Buletin Peternakan. 35:50-56. Association of Official Analytical Chemists (AOAC). 1995. Offical Methods of Ed. AOAC Analysis. 16th Int,Washington D. C. Bouton, P. E., P. V. Harris and W. R. Shorthose. 1971. Effect of ultimate pH upon the waterholding capacity and tenderness of mutton. Journal of Food Science. 36:435-439. Buckle, K. A., R. A. Edward, G. H. Fleet and M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta. (Diterjemah oleh: N. Adiono dan H. Purnomo). Chattopadhyay, I., K. Biswas, U. Bandyopadhyay and R. K. Banerjee. 2006. Turmeric and curcumin: biological actions and medicinal applications. Current Science. 87:45-53. Eskin, N. A. 1971. Biochemistry of Food. Elvasier Science and Technology Books, England. Fardiaz, S.1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Goel, A., A. B. Kunnumakkara and B. B. Aggarwa. 2008. Curcumin as “curecumin”: from kitchen to clinic. Biochemical Pharmacology. 75:787 (Abstr.). Gustiani, E. 2009. Pengendalian Cemaran Mikroba pada Bahan Pangan Asal Ternak (Daging dan Susu) Mulai dari Peternakan Sampai Dihidangkan. Jurnal Litbang Pertanian. 28:96-100. Hugo, W. B. and A. D. Russel. 1981. Pharmaceutical Microbiology. Blackwell Scientific Pub, Oxford. Irianto, K. 2006. Mikrobiologi; Menguak Dunia Mikroorganisme. Penerbit Yrama Widya, Bandung. 63 Kasmadiharja, H. 2008. Kajian Penyimpanan Sosis, Naget Ayam dan Daging Ayam Berbumbu dalam Kemasan Polipropilen Rigid. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kilara, A. 1994. Whey Protein Functionally. In: Protein Functionality in Food System (Ed. N. S. Hettiarachchy and G. R. Ziegler). Marcel Dekker Inc, New York.pp:325-356. Kinsman, D. M., A. W. Kotula and B. C. Breidenstein. 1994. Muscle Foods. Chapman and Hall, New York. Komariah, I., I. Arief dan Y. Wiguna. 2004. Kualitas Fisik dan Mikroba Daging Sapi yang Ditambah Jahe (Zingiber officinale Roscoe) pada Konsentrasi dan Lama Penyimpanan yang Berbeda. Media Peternakan. 27:46-54. Matulessy, D. N., E. Suryanto dan Rusman. 2010. Evaluasi Karakteristik Fisik, Komposisi Kimia dan Kualitas Mikrobia Karkas Broiler Beku yang Beredar di Pasar Tradisional Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara. Buletin Peternakan. 34:178-185. Natasasmita, S., R. Priyanto dan D. M. Tauchid. 1987. Pengantar Evaluasi Karkas. Diktat. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pramono, Y. B., E. S. Rahayu, Suparmo dan T. Utami. 2007. Perubahan Mikrobiologis, Fisik dan Kimiawi Cairan Bakal Petis Daging selama Fermentasi Kering Spontan. Journal Indonesian Tropical Animal Agriculture. 32:213-221. Praseyto, T. 2009. Pola Resistensi Bakteri dalam Darah terhadap Kloramfenikol, Trimethoprim/Sulfametoksazol dan Tetrasiklin di Laboratorium Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (LMK FKUI). Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta. 64 Rusli, R. 2009. Penetapan Kadar Boraks pada Mie basah yang Beredar di Pasar Ciputat dengan Metode Spektrofotometer UVVIS Menggunakan Pereaksi Kurkumin. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Sanger, G. 2010. Oksidasi Lemak Ikan Tongkol (Auxis thazard) Asap yang Direndam dalam Larutan Ekstrak Daun Sirih. Jurnal Pacific. 2:870-873. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. (Diterjemahkan oleh: B. Sumantri). Suardana, I. W., S. Bambang dan W. L. Denny. 2007. Isolasi dan Identifikasi Escherchia coli O157:H7 pada Daging Sapi di Kabupaten Badung Provinsi Bali. Jurnal Veteriner. 8:16-23. Sukarjo. 1993. Kimia Fisika. Penerbit Rineka Cipta, Yogyakarta. Sumarta, A. 2007. Sifat Fisik dan Organoleptik Dendeng Fermentasi Daging Sapi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Syarif, R. dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcan, Jakarta. Takasari, C. 2008. Kualitas Mikrobiologis Daging Sapi Segar dengan Penambahan Bakteriosin dari Lactobacillus sp. Galur SCG 1223 yang Diisolasi dari Susu Sapi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Toldra, Fidel. 1998. Proteolysis and lipolysis in flavour development of dry-cured meat products. Meat Science. 49:S101 (Abstr.). Winarno, W. P. dan Tim Lentera. 2004. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia Pustaka, Jakarta. Tropical Animal Husbandry Vol. 2 (1) 2013