1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, dunia perekonomian mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan perekonomian akan menempatkan setiap perusahaan pada persaingan yang sangat ketat. Keadaan ini mendorong perusahaan untuk lebih transparan dalam mengungkapkan informasi tentang perusahaannya. Terutama bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum kepada publik atau go public. Perusahaan yang terdaftar di pasar modal akan diwajibkan untuk mengungkapkan laporan perusahaannya kepada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Laporan perusahaan yang diungkap dapat berupa laporan keuangan (financial statement) dan laporan tahunan (annual report). Laporan tahunan pada dasarnya adalah sumber informasi bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi dalam pasar modal, juga sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Secara umum laporan keuangan merupakan hasil akhir (ouput) dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Proses pembuatan laporan keuangan tidak lepas dari kelengkapan pengungkapan (disclosure). Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena akan memberikan gambaran kondisi 2 suatu perusahaan, serta mampu menunjukkan sifat perbedaan kelengkapan pengungkapan antar perusahaan. Laporan keuangan harus menyajikan pengungkapan (disclosure) yang mudah dipahami oleh pengguna sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan harus memenuhi 4 karakteristik kualitatif pokok yaitu relevan, handal, dapat dipahami, dan dapat diperbandingkan meskipun laporan tersebut disusun atas dasar kebijakan akuntansi yang berbeda-beda antar perusahaan. Agar informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi, maka penyajian laporan keuangan harus disertai dengan pengungkapan yang detail dan memadai. Pengungkapan yang detail dan memadai akan memberikan gambaran kinerja dan operasional perusahaan yang sesungguhnya. Menurut Na’im dan Rakhman, 2000 (dalam Nugraheni, et al., 2002) pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor yang signifikan dalam pencapaian efisiensi pasar modal dan merupakan sarana akuntabilitas publik. Jadi setiap perusahaan yang telah melakukan penawaran umum atau perusahaan publik diwajibkan menyampaikan informasi keuangan maupun non keuangan yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan tersebut harus melalui audit kantor akuntan independen yang menjadi sarana untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan organisasi dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban kepada pemilik. 3 Pengungkapan (disclosure) mengandung arti bahwa, laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit kondisi keuangan kepada para pengguna laporan keuangan. Pengungkapan (disclosure) ini mempunyai tiga konsep, yaitu pengungkapan yang cukup (adequate disclosure), pengungkapan wajar (fair disclosure), dan pengungkapan lengkap (full disclosure) Evans, 2003 (dalam Suwardjono, 2008). Konsep pengungkapan yang umum digunakan adalah pengungkapan yang cukup (adequate) karena pengungkapan ini mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan, agar laporan keuangan tidak menyesatkan. Pengungkapan secara wajar (fair) menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan. Sedangkan pengungkapan yang lengkap (full) mensyaratkan perlunya menyajikan semua informasi yang relevan. Terlalu banyak informasi akan membahayakan karena penyajian rincian yang tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang signifikan dan membuat laporan keuangan tersebut sulit dipahami. Oleh karena itu, Chariri dan Ghozali (2003:235) mengatakan bahwa pengungkapan yang tepat mengenai informasi yang penting bagi para investor dan pihak lainnya hendaknya bersifat cukup, wajar, dan lengkap. Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) merupakan pengungkapan minimum yang 4 disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku dan lembaga yang berwenang (BAPEPAM dan LK). Sedangkan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) adalah pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas. Penelitian tentang pengungkapan laporan keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan hal yang penting dilakukan karena akan memberikan gambaran tentang perbedaan kelengkapan antar perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Di Indonesia yang menjadi otoritas pengungkapan wajib adalah Bapepam. Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik independen sebagai sarana pertanggungjawaban, terutama kepada pemilik modal. Bapepam melalui surat Keputusan Bapepam No. 347/BL/2012 tanggal 25 Juni 2012 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik. Sejumlah penelitian yang berhubungan dengan pengungkapan laporan keuangan, khususnya untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di pasar modal telah banyak dilakukan didalam negeri. Sebagai acuan dari study ini dapat disebutkan penerapan hasil penelitian yang dilakukan oleh, Irawan (2006) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan sampel 45 perusahaan manufaktur periode 2001-2004. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan variabel leverage (DER), likuiditas (CR), profitabilitas (ROA), porsi saham publik (PUB), 5 ukuran perusahaan, umur perusahaan, operating profit margin (OPM), net profit margin (NPM), ROE, dan status perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan. Secara parsial ukuran perusahaan, umur perusahaan, porsi saham publik, dan status perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Almilia dan Retrinasari (2007) meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur. Dengan sampel 50 perusahaan yang terdaftar di BEJ selama tahun 2001-2004. Hasil penelitian menunjukkan secara bersama-sama variabel likuiditas, leverage, ukuran perusahaan, dan status perusahaan mempengaruhi kelengkapan laporan keuangan. Sedangkan secara parsial hanya variabel likuiditas, ukuran perusahaan, dan status perusahaan yang berpengaruh dengan signifikan <10%. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Diantaranya adalah tingkat manajemen laba, likuiditas, leverage, profitabilitas, umur perusahaan, ukuran perusahaan, porsi saham publik, operating morgin margin, return on equity, dan status modal perusahaan (Fitri, 2012). Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai tingkat pengungkapan laporan keuangan. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dan mengambil sampel perusahaan manufaktur. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil empat faktor yaitu manajemen laba, likuiditas, leverage, dan 6 profitabilitas. Keempat faktor ini dipilih karena penelitian terdahulu terhadap keempat faktor tersebut masih menunjukkan hasil yang berbeda. Scott (2009) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk mencapai tujuan khusus. Manajemen laba memiliki hubungan dengan tingkat pengungkapan. Menurut Watt dan Zimmerman, 1986 (dalam Fitri, 2012) dalam batasan General Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan, manajer akan melakukan pengungkapan yang sepenuhnya, hal ini dilakukan agar manajer dapat mempraktekkan manajemen laba untuk mencapai tujuan tertentu. Semakin besar perusahaan melakukan manajemen laba, maka semakin sedikit tingkat kelengkapan pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendeknya (Supriadi, 2010). Tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Disatu sisi, tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel (Belkoui, 2001). Disisi lain, tingkat likuiditas dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan. Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas rendah cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen. 7 Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Kasmir, 2008:151). Tingkat leverage sendiri menggambarkan tingkat kemampuan bertahan hidup perusahaan dilihat dari sisi jangka panjang. Semakin besar tingkat leverage maka perusahaan akan semakin komprehensif dalam mengungkapkan laporan keuangannya, itu dikarenakan timbul biaya pengawasan yang lebih tinggi pula. Hal ini diakibatkan dari tingkat leverage yang tinggi mempunyai arti resiko jangka panjang dari perusahaan cukup tinggi, sehingga akan timbul biaya pengawasan yang lebih besar (Jensen and Meckling, 1976). Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba dengan menggunakan modal yang cukup tersedia (Harahap, 2004:149). Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan melakukan pengungkapan laporan keuangan secara berlebih. Semakin tingginya rasio profitabilitas perusahaan, menunjukkan semakin tingginya kemampuan perusahaan dalam meperoleh laba dan semakin baik kinerjanya. Dengan laba yang tinggi perusahaan memiliki cukup dana untuk mengumpulkan, mengelompokkan, mengolah informasi menjadi lebih bermanfaat, serta dapat menyajikan pengungkapan yang lebih komprehensif. Oleh karena itu, perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan lebih berani mengungkapkan laporan. Dengan demikian semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan semakin luas pengungkapan laporan keuangannya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dengan adanya hasil penelitian yang berbeda terhadap pengungkapan laporan keuangan dan 8 pentingnya penelitian dilakukan, karena kebutuhan informasi yang diperlukan oleh pihak pengguna laporan tahunan. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh manajemen laba, likuiditas, leverage, dan profitabilitas terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan tahunan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka perumusan masalah yang diajukan sebagai berikut: 1. Apakah manajemen laba berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan tahunan? 2. Apakah likuiditas berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan tahunan? 3. Apakah leverage berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan tahunan? 4. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan tahunan? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji pengaruh negatif manajemen laba terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan tahunan. 2. Untuk menguji pengaruh positif likuiditas pengungkapan laporan keuangan tahunan. terhadap tingkat 9 3. Untuk menguji pengaruh positif leverage terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan tahunan. 4. Untuk menguji apakah pengaruh profitabilitas terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan tahunan. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: a. Kontribusi Praktis Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi investor yaitu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi manajemen dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. b. Kontribusi Teoretis Penelitian ini dapat memberi manfaat bagi peneliti untuk mengetahui dan memperoleh hasil bukti mengenai analisis dan dapat memperdalam pengetahuan dan pemahaman penulis. Dan untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konseptual dan menjadi referensi bagi penelitian sejenis dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian ini dapat memberikan gambaran pemahaman yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka dalam penelitian ini diadakan 10 pembatasan lingkup penelitian. Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan pada kajian dan pembahasan mengenai pengaruh manajemen laba, leverage, dan profitabilitas terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012 sampai dengan 2015.