Upaya Pengembangan Prestasi Pendidikan Jasmani Materi Permainan Bulu Tangkis Melalui Metode Teknik Ketrampilan Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Paron Tahun Pelajaran 2014/2015 Oleh : Suhardi Guru SMPN 1 Paron ABSTRAK Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Permasalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar pendidikan jasmani bagi siswa dengan diterapkannya metode teknik ketrampilan? (b) bagaimanakah pengaruh metode teknik ketrampilan terhadap motivasi belajar siswa? Tujuan dari penelitian ini adalah (a) bagaimanakah peningkatan prestasi belajar pendidikan jasmani pada siswa setelah diterapkannya metode teknik ketrampilan, (b) Mengetahui motivasi belajar pendidikan jasmani setelah diterapkannya metode teknik ketrampilan. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari dua tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan pengamatan. Refleksi dan refisi Sasaran penelitian ini adalah Siswa SMPN 1 Paron Tahun Pelajaran 2014/2015 dari data diperoleh berupa hasil tes praktik , lembar observasi. Dari hasil analisa didapat bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatakan dari siklus I sampai II yaitu, siklus I (48,72%), siklus II (87,18%) untuk ranah psikomotro, siklus I (69,23%). Siklus II (94,87%) untuk ranah afktif Simpulan dari penelitian ini adalah metode teknik ketrampilan dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa SMPN 1 Paron Tahun Pelajaran 2014/2015 serta model pembejalaran dapat digunakan sebagai salah satu alternative penjas Kata kunci: pendidikan jasmani, badminton, metode teknik ketrampilan A. PENDAHULUAN Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Seiring dengan semangat untuk memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan jasmani memiliki peran nyata dalam mendidik kader – kader bangsa yang sehat jasmani dan rohani. Kesehatan jasmani maupun rohani merupakan modal awal yang sangat menentukan dalam persaingan global yang ketat. Kemajuan suatu bangsa diukur dengan seberapa besar angka harapan hidup masyarakatnya, angka harapan JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 174 hidup sangat dipengaruhi kualitas kesehatan yang dimiliki bangsa tersebut. Pendidikan yang cenderung mengutamakan prestasi akademis semata tidak akan memberikan hasil maksimal pada perkembangan suatu bangsa. Selebihnya antara bidang akademis dan jasmani harus seimbang supaya memberikan kontribusi yang maksimal bagi bangsa dan negara. Jika dunia pendidikan masih mengabaikan akan pentingnya pendidikan jasmani tidak menutup kemungkinan kader – kader penerus bangsa akan menjadi generasi yang sangat rapuh. Generasi unggul adalah generasi yang tahan uji dalam menghadapi setiap problematika yang dihadapi, baik secara fisik dan mental. Prestasi di sekolah juga dapat dipacu melalui prestasi dibidang jasmani. Melalui kegiatan olah raga siswa dapat menyalurkan bakat dan emosinya secara terarah. Dalam kegiatan ini siswa akan belajar bagaimana bekerjasama pada sebuah tim, bagaimana harus memenangkan persaingan secara seportif, bagaimana mengahargai sebuah kemenangan dan kegagalan. Guru dapat membantu siswa menyalurkan minat dan bakatnya supaya mencapai suatu prestasi tertentu. Dalam kegiatan olah raga semacam ini akan membantu proses berpikir siswa secara aktif dan sehat jika dibandingkan dengan kegiatan yang hanya diam dikelas mendengarkan materi. Cabang olahraga sangat banyak jumlahnya namun salah satunya yang paling populer di Indonesia adalah permainan badminton. Permainan ini tidaklah asing bagi kalangan tua maupun muda di seluruh pelosok Indonesia. Apalagi di daerah permainan ini tidak sekedar ajang olah raga prestasi namun juga menjadi suatu hiburan yang bersifat murah meriah dan menyehatkan. Maka tidak heran apabila olah raga ini sangat dicintai dan mendapat tempat tersendiri di masyarakat. Sejak pertama kali dilombakan di ajang Olimpiade 1992 di Bracelona altlet – atlet badminton Indonesia berhasil menyabet mendali emas di semua nomor yang dilombakan. Hingga saat ini prestasi badminton atlet – atlet Indonesia masih yang terbaik meskipun atlet – atlet berbakat dari negara lain mulai bermunculan. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa ini memiliki potensi di cabang olah raga ini. Akan sangat sayang sekali apabila prestasi yang telah dicapai dengan susah payah ini tidak dipertahankan dan di kembangkan lebih lanjut. Berdasarkan uraian diatas, perlu sekali adanya kaderisasi dalam cabang olahraga badminton melalui peningkatan minat siswa dalam olahraga badminton supaya prestasi olahraga nasional dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Oleh sebab itu penulis ingin memilih judul penelitian, “ Upaya Pengembangan Prestasi Pendidikan Jasmani Materi Permainan Bulu Tangkis Melalui Metode Teknik Ketrampilan Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Paron Tahun Pelajaran 2014/2015”. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan suatu maslaah sebagai berikut: 1. Bagaimana peningkatan prestasi belajar pendidikan jasmani bagi siswa dengan diterapkannya metode teknik ketrampilan ? JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 175 2. Bagaimanakah pengaruh metode teknik ketrampilan terhadap motivasi belajar pendidikan jasmani pada siswa ? Tujuan Penelitian 1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar pendidikan jasmani pada siswa setelah diterapkan metode teknik ketrampilan 2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar pendidikan jasmani berenang pada siswa setelah diterapkan metode teknik ketrampilan B. KAJIAN PUSTAKA Sejarah Badminton Badminton sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu di Asia. Kemudian dikembangkan dan dipopulerkan di Inggris. Pertama kali ada di Cina pada 5 abad sebelum masehi, dinamakan ti jian zi yang berarti memukul kumparan. Di Yunani dan India juga mengenal permainan, waktu itu permainan ini telah dimainkan menggunakan raket. Di eropa permainan ini mulai masuk pada tahun 1600-an disebut shuttlecock atau jeu de volant. Tentara inggris memperkenalkan permainan ini ke Inggris pada awal abad 19. Pada tahun 1873 bangsawan Inggris (Duke Of Beaufort) memperkenalkan permainan ini pada keluarga kerajaan yang ada di wilayahnya di sebuah gedung yang bernama Badminton, dan selanjutnya permainan ini dinamakan badminton hingga sekarang. Di Indonesia badminton diperkenalkan oleh para kolonis Eropa ketika menjajah negeri ini. Ketika diperkenalkan permainan ini telah sangat populer di eropa. Pada tahun 1950an Indonesia mampu merajai kejuaraan badminton di dunia. Badminton menjadi olah raga resmi Olimpiade pada tahun 1992, dan Indonesia menjadi tim yang menjuarainya. Prestasi Belajar Penjaskes Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan bahwa prestasi belajar Penjaskes adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 176 dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar Penjaskes. Teknik Dasar Badminton / Bulutangkis Untuk dapat bermain bulutangkis secara benar harus menguasai dasar – dasar bulu tangkis dengan baik. Teknik – teknik dasar dalam bermain bulutangkis antara lain, seorang pemain harus bisa memukul kok, baik dari atas maupun dari bawah. Jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai adalah servis, lob, dropshot, smes, netting, underhand, dan drive. Kesemua jenis pukulan tersebut harus dilakukan dengan menggunakan grip dan footwork yang benar. 1. Pegangan Raket (Grip) Pegangan raket yang benar adalah dasar untuk mengembangkan dan meningkatkan semua jenis pukulan dalam permainan bulutangkis. Cara pegangan raket yang benar adalah raket harus dipegang dengan menggunakan jarijari tangan (ruas jari tangan) dengan luwes, rileks, namun harus tetap bertenaga pada saat memukul kok. Hindari memegang raket dengan cara menggunakan telapak tangan (seperti memegang golok). 2. Footwork Footwork merupakan dasar untuk bisa menghasilkan pukulan berkualitas, yaitu apabila dilakukan dalam posisi baik. Untuk bisa memukul dengan posisi balk, seorang atlet harus memiliki kecepatan gerak. Kecepatan gerak kaki tidak bisa dicapai kalau footwork-nya tidak teratur. 3. Sikap dan Posisi Berdiri di Lapangan Sikap dan posisi berdiri di lapangan harus sedemikian rupa, sehingga dengan sikap yang baik dan sempurna itu, dapat secara cepat bergerak ke segala penjuru lapangan permainan 4. Hitting Position Posisi memukul bola atau kerap disebut preparation. Waktu sekian detik yang ada pada masa persiapan ini juga dipakai untuk menentukan pukulan apa yang akan dilakukan. Karena itu posisi persiapan ini sangat penting dilakukan dengan balk dalam upaya menghasilkan pukulan berkualitas. 5. Service (Service) Dalam aturan permainan bulutangkis, servis merupakan modal awal untuk bisa memenangkan pertandingan. Dalam permainan bulutangkis, ada tiga jenis servis, yaitu servis pendek, servis tinggi, dan flick atau servis setengah tinggi. Namun, biasanya servis digabungkan ke dalam jenis atau bentuk yaitu servis forehand dan backhand. Masing-masing jenis ini bervariasi pelaksanaanya sesuai dengan situasi permainan di lapangan. 6. Pengembalian Service Teknik pengembalian servis, sangat penting dikuasai dengan benar oleh setiap pemain bulutangkis. Arahkan kok ke daerah sisi kanan dan kiri lapangan lawan atau ke sudut depan atau belakang lapangan lawan. Prinsipnya, dengan penempatan kok yang tepat, lawan akan bergerak untuk memukul kok itu, sehingga is terpaksa meninggalkan posisi JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 177 strategisnya di titik tengah lapangannya. 7. Underhand (Pukulan dari Bawah) Jenis pukulan ini dominant digunakan dalam permainan bulutangkis. Seperti halnya teknik dasar "pukulan dari atas kepala", untuk menguasai teknik dasar ini, pertama-tama, harus trampil berlari sambil melakukan langkah lebar, dengan kaki kanan berada di depan kaki kiri untuk menjangkau jatuhnya kok. 8. Overhead Clear/Lob Pusatkan perhatian lebih untuk menguasai pukulan overhead lob ini, karena teknik pukulan lob ini banyak kesamaannya dengan teknik smes dan dropshort. Pukulan overhead lob adalah bola yang dipukul dari atas kepala, posisinya biasanya dari belakang lapangan dan diarahkan keatas pada bagian belakang lapangan. 9. Round The Head Clear/Lob/Drop/Smash Adalah bola overhead (di atas) yang dipukul di bagian belakang kepala (samping telinga sebelah kih). Dibanding dengan overhead yang biasa, pukulan di belakang kepala ini relatif lebih sulit. Karena untuk bisa melakukan pukulan (teknik) ini diperlukan ekstra kekuatan kaki, kelenturan, footwork yang balk, dan koordinasi. Biasanya pukulan ini dilakukan secara terpaksa karena untuk melakukannya harus dengan pukulan backhand. 10. Smash Yaitu pukulan overhead (atas) yang diarahkan ke bawah dan dilakukan dengan tenaga penuh. Pukulan ini identik sebagai pukulan menyerang. Karena itu tujuan utamanya untuk mematikan lawan. Pukulan smes adalah bentuk pukulan keras yang sering digunakan dalam permainan bulutangkis. Karakteristik pukulan ini adalah; keras, laju jalannya kok cepat menuju Iantai Iapangan, sehingga pukulan ini membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai, bahu, lengan, dan fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis. 11. Dropshot (Pukulan Potong) Adalah pukulan yang dilakukan seperti smes. Perbedaannya pada posisi raket saat perkenaan dengan kok. Bola dipukul dengan dorongan dan sentuhan yang halus. Dropshot (pukulan potong) yang balk adalah apabila jatuhnya bola dekat dengan net dan tidak melewati garis ganda. Karakteristik pukulan potong ini adalah, kok sentiasa jatuh dekat jaring di daerah lapangan lawan. Oleh karena itu harus mampu melakukan pukulan yang sempurna dengan berbagai sikap dan posisi badan dari sudut-sudut lapangan permainan. Faktor pegangan raket, gerak kaki yang cepat, posisi badan dan proses perpindahan berat badan yang harmonis pada saat memukul merupakan faktor penentu keberhasilan pukulan ini. Sikap persiapan awal dan gerak memukul tidak berbeda dengan JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 178 pukulan smes. Dalam pelaksanaan pukulan potong ini, adalah menempatkan kok pada sudut-sudut lapangan lawan sedekat mungkin jaring/net, dengan variasi gerak tipu badan dan raket sebelum perkenaan raket dan kok, yang menyebabkan lawan terlambat mengatisipasi dan bereaksi atas datangnya kok secara mendadak. 12. Netting Adalah pukulan yang dilakukan dekat net, diarahkan sedekat mungkin ke net, dipukul dengan sentuhan tenaga halus sekali. Pukulan netting yang baik yaitu apabila bolanya dipukul halus dan melintir tipis dekat sekali dengan net. Karakteristik teknik dasar ini adalah kok senantiasa jatuh bergulir sedekat mungkin dengan jaring/net di daerah lapangan lawan. Koordinasi gerak kaki, lengan, keseimbangan tubuh, posisi raket dan kok saat perkenaan, serta daya konsentrasi adalah faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pukulan ini. 13. Return Smash Adalah pukulan yang lebih identik dengan pola pertahanan. Namun demikian pengembalian smash yang baik bisa menjadi serangan balik. 14. Backhand Overhead Pukulan ini bisa dlkategorikan paling sulit, terutama bagi pemain pemula. Karena secara biomekanik teknik pukulan ini selain menuntut koordinasi anggota badan yang sempurna, juga penguasaan grip dan timing yang tepat. 15. Drive Adalah pukulan cepat dan mendatar banyak digunakan dalam permaianan ganda. Tujuannya untuk menghindari lawan menyerang atau sebaliknya memaksa lawan mengangkat bola dan berada pada posisi bertahan. Pukulan ini menuntut ketrampilan grip, reflek yang sepat dan kekuatan pergelangan tangan. Pukulan ini akan diajarkan lebih jauh pada tahap selanjutnya. 16. Variasi Stroke/Taktik Permainan Setelah seorang atlit berhasil menguasai cara memegang raket, menguasai footwork, dan seluruh tekni dasar (basic stroke) dengan baik, maka selanjutnya dapat membuat variasi pukulan. Dengan kata lain, pada satu jenis posisi yang baik dapat melakukan beberapa pilihan pukulan. Misalnya pukulan overhead, selain lob dengan sedikit mengubah grip dan arah raket/putaran raket, bisa melakukan pada posisi underhand yang baik, selain melalukan netting bisa juga melakukan flick. Metode Latihan Ketrampilan (Drill Method) Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik. Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut : JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 179 a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat. b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya. c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut : a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian. b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan. d. Dapat menimbulkan verbalisme. C. METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk penelitian kolaboratif dengan guru mata diklat dan di dalam proses belajar mengajar dikelas yang bertinak sebagai pengajar adalah guru mata diklat sedangkan peneiti bertindak sebagai pengamat, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah pengamat (peneliti). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana peneliti secara penuh terlibat dala penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dengan guru mata diklat, kehadiran peneliti sebagai guru di tengahtengah proses belajar mengajar sebagai pengamat diberitahukan kepada siswa. Dengan cara ini diharapkan adanya kerja sama dari seluruh siswa dan bisa mendapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan. Tempat, waktu dan Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMPN 1 Paron Tahun Pelajaran 2014/2015 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 3. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah siswa-siswa SMPN 1 Paron Tahun Pelajaran 2014/2015 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK terdiri atas empat tahap, yaitu planning (Rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi). Siklus spiral dari tahap-tahap PTK dapat dilihat pada gambar berikut: 1. Rangangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 180 menyusun rumusan maslaah, tujuan dan membuat rencana tindkan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran 2. Kegiatan dan pengamatan, melipouti tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari ditetapkannya metode demonstrasai. 3. Refleksi, peneliti mengkaji melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat 4. Rancangan/rencana yagn direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rangangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya Instrumen Penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar. 2. Rencana Pembelajaran (RP) Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masingmasig RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajran khusus dan kegiatanb belajar mengajar. 3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar a. Lembar observasi pengelolahan metode teknik ketrampilan, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. 4. Tes praktek Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman materi yang diajarkan. Tes praktek ini diberika setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Metode Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan metode teknik ketrampilan , observasi aktivitas siswa dan guru angket motivasi siswa dan tes praktek. Teknik Analisa Data Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai sisw juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 181 pembelajaran serta aktivitas siswa selama Analisa ini dihitung dengan menggunakan proses pembelajran. statistic sederhana yaitu: Untuk menganalisis tingkat 1. Untuk menilai tes praktek keberhasilan atau persentase keberhasilan Peneliti melakukan penjumlahan nilai siswa setelah proses belajar mengajar yang diperoleh siswa yang setiap putarannya dilakukan dengan cara selanjutnya dibagi dengan jumlah memberikan evaluasi berupa tes praktek siswa yang ada di kelas tersebut pada setiap akhir putaran, sehingga diperlukan rata-rata tes X praktek dapat dirumuskan : X N Dengan X = Nilai rata-rata X = Jumlah semua nilai siswa N = Jumlah siswa 2. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994) yaitu siswa telah Siswayangtuntasbelajar x100% P siswa 3. Untuk lembar observasi a. Lembar observasi pengolahan metode teknik ketrampilan dan eksperimen untuk menghitung lembar observasi pengolahan P _ P2 X 1 2 Dimana : P1 b. Lembar tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: metode teknik ketrampilan dan eksperimen digunakan rumus sebagai berikut: = pengamatan 1 dan P2 = pengamat 2 observasi aktivitas guru dan siswa Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut: %= X x100% dengan X JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 182 X jumlahhasilpengamatan P1 P2 jumlahpengamat 2 Dimana: % = persentase angket = X Rata-rata X = Jumlah Rata-rata P1 = Pengamat 1 P2 = Pengamat 2 Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan PEMBAHASAN pada tanggal 5 Maret 2015 di kelas Analisis data Penelitian Persklus IX dengan jumlah siswa 39 siswa. Siklus I Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang a. Tahap Perencanaan telah dipersiapkan. Pada tahap ini peneliti Pengamatan (observasi) dilaksanakan mempersiapkan pembelajaran yang bersamaan dengan pelaksanaan terdiri dari rencana pelajaran 1, soal belajar mengajar. Sebagai pengamat tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran adalah peneliti dibantu oleh seorang yang mendukung. Selain itu juga guru. dipersiapkan lembar observasi Pada akhir proses belajar mengajar pengelolahan pembelajaran metode siswa diberi tes formatif I dengan teknik ketrampilan dan lembar tujuan untuk mengetahui keberhasln observasi aktivitas siswa. siswa dalam proses belajar mengajar b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 1. Pengelolaan Pembelajaran pada siklus I D. HASIL PENELITIAN DAN No I Aspek yang diamati Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 Penilaian P1 P2 Ratarata 2 2 2 2,5 2 3 183 B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa. 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar 5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi Pengelolaan Waktu Antusiasme Kelas 1. Siswa Antusias 2. Guru Antusias Jumlah II III Keterangan : Nilai a b c d 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 33 2 3 33 2,5 3 33 : Kriteria : Tidak Baik : Kurang Baik : Cukup Baik : Baik Berdasarkan tabel diatas aspek- akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi aspek yang mendapatkan criteria kurang dan revisi yang akan dilakukan pada baik adalah memotivasi siswa, siklus II menyampaikan tujuan pembelajaran, Hasil observasi berikutnya adalah pengelolaan waktu dan siswa antusias. aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel Keempat aspek yang mendapat penilaian berikut kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I. dan Tabel 2 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I No Aktivitas No guru yang diamati 1 Menyampaikan tujuan 5,0 2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah 8,3 3 Mengkaitkan dengna pelajaran berikutnya 8,3 4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 6,7 5 Menjelaskan materi yang sulit 13,3 6 Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep 21,7 7 Meminta siswa kegiatan 10,0 8 Memberikan umpan balik 9 Membimbing siswa merangkum pelajaran No Aktivitas siswa yang diamati 1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 22,5 2 Membaca buku siswa 11,5 menyajikan dan mendiskusikan hasil JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 Persentase 18,.3 8,3 184 3 Bekerja dengan sesame anggota kelompok 18,8 4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru 14,4 5 Menyajikan hasil pembelajaran 2,9 6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 5,2 7 Menulis yang relevan dengan KBM 8,9 8 Merangkum pembelajaran 6,9 9 Mengerjakan tes evaluasi 8,9 Berdasarkan tabel di atas tampak lain yang persentasenya cukup besar bahwa aktivitas guru yang paling dominan adalah bekerja dengan sesama anggota pada siklus I adalah menjelaskan materi kelompok, diskusi antar siswa dengan yang sulit, membimbing dan mengamati guru, dan membaca bukup yaitu masingsiswa dalam menemukan konsep yaitu masing 18,8 % dan 11,5 % 21,7 %. Pada siklus I, secara garis besar Aktivitas lain yang persentasenya kegiatan belajar mengajar dengan metode cukup besar adalah memberi umpan teknik ketrampilan sudah dilaksanakan balik/evaluasi/Tanya jawab, menjelaskan dengan baik, walaupun peran guru masih materi yang sulit dan membimbing siswa cukup dominant untuk memberikan merangkum pelajaran yitu masing-masing penjelasan dan arahan karena model sebesar18,3 % dan13,3 %. Sedangkan tersebut masih dirasakan baru oleh siswa. aktivitas siswa yang paling dominant Hasil berikutnya adalah tes praktik adalah mengerjakan /memperhatikan siswa seperti terlihat pada tabel berikut penjelasan guru yaitu 22,5 %. Aktivitas Tabel 3 Hasil Tes Praktik Siswa Pada Siklus I No Uraian 1 Nilai rata-rata tes formatif 2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 3 Per sentase ketuntasan belajar Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode Demonstasi diperoleh nilai rata-rata presentasi belajar siswa adalah 72,31 dan ketuntasan belajar mencapai 48,72 % atau ada 19 siswa dari 39 siswa sudah tuntas belajar. Hasl tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 70 hanya sebesar 48,72 % lebih kecil dari persentase Hasil Siklus I 72,31 19 48,725 ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksud dan digunakan guru dengan menerapkan model pembelajaran metode teknik ketrampilan c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikt JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 185 1. Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu 3. Siswa kurang bisa antusias selama pembelajaran berlangsung formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran metode teknik ketrampilan dan lembar observasi siswa. b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar d. Refisi mengajar untuk siklus II Pelaksanaan kegiatan belajar dilaksanakan pada tanggal 19 Maret mengajar pada siklus I ini masih terdapat 2015 di kelas IX dengan jumlah kekurangan, sehingga perlu adanya revisi siswa 39 siswa. Dalam hal ini peneliti untuk dilakukan pada siklus berikutnya. bertindak sebagai pengajar. Adapun 1. Guru perlu lebih terampil dalam proses belajar mengajar mengacu memotivasi siswa an lebih jelas pada rencana pelajaran dengan dalam menyampaikan tujuan memperhatikan revisi pada siklus I, pembelajaran. Dimana siswa diajak sehingga kesalahan atau kekuarangan untuk terlibat langsung dalam setiap pada siklus I tidak terulang lagi pada kegiatan yang akan dilakukan. siklus II. Pengamatan (observasi) 2. Guru perlu mendistribusikan waktu dilaksanakan bersamaan dengan secara baik dengan menambahkan pelaksanaan belajar mengajar. informasi-informasi yang dirasa perlu Sebagai pengamat adalah peneliti dan memberi catatan. dibantu oleh seorang guru 3. Guru harus lebih terampil dan Pada akhir proses belajar mengajar bersemangat dalam memotivasi siswa siswa diberi tes formatif II dengan sehingga siswa bias lebih antusias. tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Siklus II a. Tahap perencanaan Instrument yang digunakan adalah tes Pada tahap in peneliti mempersiapkan praktek II. Adapun data hasil perangkat pembelajaran yang terdiri penelitian pada siklus II adalah dari rencana pelajaran 2, soal tes sebagai berikut: Tabel 4. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II Aspek yang No diamati I Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 Penilaian P1 P2 Ratarata 3 3 3 3,5 3 4 186 B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa. 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar 5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi Pengelolaan Waktu Antusiasme Kelas 1. Siswa Antusias 2. Guru Antusias Jumlah II III Keterangan : Nilai 3 4 3,5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3,5 4 2 4 4 41 3 4 43 3,5 4 42 : Kriteria a : Tidak Baik b : Kurang Baik c : Cukup Baik d : Baik Dari tabel diatas tampak aspek- memotivasi siswa, membimbing siswa aspek yang diamati pada kegiatan belajar merumuskan kesimpulan/menemukan mengajar (siklus II) yang dilaksanakan konsep dan pengelolaan waktu. oleh guru dengan menerapkan metode Dengan penyempurnaan aspekpembelajaran metode teknik ketrampilan aspek di atas daam penerapan metode mendapatkan penilaian yang cukup baik teknik ketrampilan diharapkan siswa dari pengamat. Maksudnya dari seluruh dapat menyimpulkan apa yang telah penilaian tidak terdapat nilai kurang. mereka pelajari dan mengemukakan Namun demikian penilaian tersebut belum pendapatnya sehingga mereka akan lebih merupakan hasil yang optimal, untuk itu memahami tentang apa yang telah mereka ada beberapa aspek yang perlu lakukan. mendapatkan perhatian untuk Berikut disajikan hasil observasi aktivitas penyempurnaan penerapan pembelajaran guru dan siswa selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah Tabel 5 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II No Aktivitas No guru yang diamati 1 Menyampaikan tujuan 6,7 2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah 6,7 3 Mengkaitkan dengna pelajaran berikutnya 6,7 4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 10,7 5 Menjelaskan materi yang sulit 11,7 6 Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep 25,0 JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 Persentase 187 7 Meminta siswa kegiatan menyajikan dan mendiskusikan hasil 8,2 8 Memberikan umpan balik 16,6 9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 6,7 No Aktivitas siswa yang diamati 1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 17,9 2 Membaca buku siswa 12,1 3 Bekerja dengan sesame anggota kelompok 21,8 4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru 13,8 5 Menyajikan hasil pembelajaran 4,6 6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 5,4 7 Menulis yang relevan dengan KBM 7,7 8 Merangkum pembelajaran 6,7 9 Mengerjakan tes evaluasi 10,8 Persentase Berdasarkan tabel diatas tampak Jika dibandingkan dengan siklus I, bahwa aktivitas guru yuang paling aktivitas ini mengalami peningkatan . dominant pada siklus II adalah aktivitas siswa yang mengalami membimbing dan mengamati siswa penurunan adalah melakukan latihan yaitu 25%. Jika mendengarkan/memperhatikan penjelasan dibandingkan dengan siklus I aktivitas ini guru (17,9%). Diskusi antar siswa / antara mengalami peningkatan. Aktivitas guru siswa dengan guru (13,8%), yang mengalami penurunan adalah mempraktekkan yang relavan dengan memberi umpan balik (16,6%), KBM (7,7%) dan merangkum menjelaskan/melatih menggunakan alat pembelajaran (6,7%). Adapun aktivitas (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan siswa yang mengalami peningkatan aalah menyajikan hasil kegiatan (8,2%) dan memperhatikan peragaan (12,1%) membimbing siswa memperbaiki menyajikan hasil pembelajaran (4,6%), kesalahan (6,7%) menanggapi/mengajukan pertanyaan/ide Sedangkan untuk aktivitas siswa (5,4%) dan berlatih bersama siswa lain yang paling diminan pada siklus II adalah (10,8%) praktik menggunakan alat yaitu (21%). Hasil tes praktik siswa terlihat pada tabel berikut Tabel 6 Hasil Tes Praktik Siswa Pada Siklus II No 1 2 3 Uraian Hasil Siklus I Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Per sentase ketuntasan belajar Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes praktek sebesar 79m48 dan dari 39 siswa yang telah tuntas 79,48 34 87,18 sebanyak 34 siswa an 5 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 188 tercapai sebesar87,18 % (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran metode teknik ketrampilan sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dala memahami materi yang telah diberikan. c. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dngan penerapan pembelajaran metode teknik ketrampilan . Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentasae pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2. Berdasarkan data hasiul pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung 3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik 4. Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan. d. Refisi Pelaksanaan Pada siklus II guru telah menerapkan pembelajaran metode teknik ketrampilan dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yuang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran metode teknik ketrampilan dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembahasan 1. Ketuntasan Hasil belajar siswa Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran pertemuan terbimbing memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan II) untuk ranah psikomotor yaitu 48,72 %,87,18 % sedangkan untuk ranah afektif yaitu 69,23% dan 94,87%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan metode teknik ketrampilan dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 189 berdampak positif terhadap prestasi bahwa siswa memberikan respopn belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan positif terhadap model pembelajaran dengan meningkatnya nilai rata—rata metode teknik ketrampilan, sehingga siswa pada setiap siklus yang terus siswa menjadi termotivasi untuk mengalami peningkatan. belajar lebih giat. Jadi dapat 3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran disimpulkan bahwa dengan Berdasarkan analisis data, diterapkannya metode teknik diperoleh aktivitas siswa dalam ketrampilan dapat meningkatkan proses pembelajaran dengan model motivasi belajar siswa. pembelajaran metode teknik ketrampilan paling dominan adalah E. SIMPULAN DAN SARAN belajar dengan sesama anggota Simpulan kelompok, Dari hasil kegiatan pembelajaran mendengarkan/memperhatikan yang telah dilakukan selama tiga siklus penjelasan guru dan diskusi antara dan berdasarkan seluruh pembahaan serta siswa/antara siswa dengan guru. Jadi analisis yang telah dilakukan dapa dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa disimpulkan sebagai berikut dapat dikategorikan aktif. 1. Pembelajaran dengan metode Sedangkan untuk aktivitas pembelajaran metode teknik guru selama pembelajaran telah ketrampilan memiliki dampak melaksanakan langkah-langkah positif dalam meningkatkan prestasi metode teknik ketrampilan dengan belajar siswa yang ditandai dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas peningkatan ketuntasan belajar siswa guru yang muncul di antaranya dalam setiap siklus, yaitu siklus I aktivitas membimbing dan (48,72%), siklus II (87,18%), mengamati siswa dalam sedangkan untuk ranah afektif yaitu mempraktikkan hasil pembelajaran siklus I (69,23%), siklus II (94,87%) ,menjelaskan/melatih menggunakan 2. Penerapan metode pembelajaran alat, memberi umpan balik dalam metode teknik ketrampilan prosentase untuk aktivitas di atas mempunyai pengaruh positif, yaitu cukup besar. dapat meningkatkan motivasi belajar 4. Tanggapan siswa terhadap model siswa yang ditunjukkan dengna ratapembelajaran metode teknik rata jawaban siswa yang menyatakan ketrampilan bahwa siswa tertarik dan berminat Berdasarkan analisis angket dengan metode pembelajaran metode siswa dapat diketahui bahwa teknik ketrampilan sehingga mereka tanggapan siswa termasuk positif. Ini menjati termotivasi untuk belajar. ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa Saran tertarik dan berminat dengan model Dari hasil penelitian yang diperoleh pembelajaran metode teknik dari uraian sebelumnya agar proses ketrampilan . Hal ini menunjukkan JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 190 belajar mengajar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan metode teknik ketrampilan memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode teknik ketrampilan dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di Kelas IX SMPN 1 Paron Tahun Pelajaran 2014/2015 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikanperbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. Husni, Agusta, dkk. 1987. Buku pintar Olahraga . Jakarta; CV Mawar Gempita Muhajir, 1998, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Untuk SMU Kelas 2, Jakarta; Erlangga Slamet, S.R. 1994.Penjaskes 3. Jakarta; Tiga Serangkai Suharno. 1986, Ilmu Kepelatihan Olah Raga Yogyakarta; IKIP Yogyakarta. Syarifuddin, Aib. 1997, Penjaskes 1,2,3, Jakarta; PT. Gramedia Widiasmara Indonesia DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi , 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta PT. Rineksa Cipta Engkos S.R. 1994. Penjaskes. Jakarta; Erlangga JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 191