PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR DENGAN DOSIS BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN NUTRISI RUMPUT SIGNAL (Brachiaria decumbens) PADA LAHAN KERING KRITIS Syamsuddin Hasan1, Syamsuddin Nompo1, Sema2, Jihadul Fajri3 1Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar dan Teknologi Peternakan Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. 3 Mahasiswa Strata Satu Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Email : [email protected] 2Ilmu ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of different doses of liquid fertilizer on growth and nutrient content of grass-signal / Bede on dry land critical. The research was conducted from April to June 2016 in the village of Bulo, District Five Chert Sidenreng Rappang. This study was designed using a randomized block design (RAK). The study design comprised 4 treatments with 3 repetitions. Wide swath of each treatment is 10 m2. Spacing 40 cm x 60 cm. The number of signal grass Tillers / Bede consists of 2 puppies were inserted into the holes already prepared the planting depth of 5 cm. The results showed that the treatment S3 real impact is more significant (P <0.01) against grass growth signal on S3 treatment (plant height and number of tillers). But did not show a significant effect (P> 0.05) on the leaf area and the amount of chlorophyll. While on the nutritional content (protein Rough, Dry Materials, Organic Materials and Crude Fiber) showed a significant effect (P <0.05). From the results of this study can be concluded that the administration of different doses of liquid fertilizer on dry land could critically improve grass growth and nutrient content signal. Key words: Growth, Nutrition, dry land-critical, Grass Signal ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair dengan dosis berbeda terhadap pertumbuhan dan kandungan nutrisi rumput signal/bede pada lahan kering kritis. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2016 di Desa Bulo, Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK).Rancangan penelitian terdiri 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Luas petak masing-masing perlakuan adalah 10 m2. Jarak tanam 40 cm x 60 cm. Jumlah Anakan rumput signal/bede terdiri dari 2 anakan yang dimasukan ke dalam lubang yang sudah disiapkan dengan kedalaman tanam 5 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan S3 pengaruhnya nyata lebih signifikan (P<0,01) terhadap pertumbuhan rumput signal pada perlakuan S3 (tinggi tanaman dan jumlah anakan ).Tetapi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan (P>0,05) terhadap pada luas daun dan jumlah klorofil. Sedangkan pada kandungan nutrisi (Protein Kasar , Bahan Kering, Bahan Organik dan Serat Kasar) menunjukkan pengaruh signifikan (P<0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk cair dengan dosis berbeda pada lahan kering kritis dapat meningkatkan pertumbuhan dan kandungan nutrisi rumput signal. Kata kunci : Pertumbuhan, Kandungan Nutrisi, lahan kering-kritis, Rumput Signal 96 Seminar Nasional Peternakan 2, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 25 Agustus 2016 PENDAHULUAN Lahan atau tanah merupakan sumber daya alam fisik yang mempunyai perananan penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah diperlukan manusia sebagai tempat tinggal dan hidup, ,melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan sebagainya. Karena pentingnya peranan lahan atau tanah dalam kehidupan manusia, maka ketersediaannya juga terbatas.Keadaan ini menyebabkan penggunaan tanah yang rangkap (tumpang tindih), misalnya tanah sawah yang sekarang ini digunakan untuk perkebunan, kolam ikan atau penggembalaan ternak atau tanah hutan digunakan untuk perdagangan atau pertanian tanah kering.Bahkan sekarang ini lahan sawah digunakan sebagai tempat pembangunan pemukiman masyarakat. Secara teoritis, lahan kering di Indonesia dibedakan dalam dua kategori, yaitu : (i) Lahan kering beriklim kering yang banyak terdapat di Kawasan Timur Indonesia, dan (ii) Lahan kering beriklim basah, banyak ditemukan di Kawasan Barat Indonesia. Cukup banyak tipologi wilayah pengembangan lahan kering yang terdapat di dua kategori tersebut. Namun wilayah pengembangan lahan kering yang dominan di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan potensi dan dominasi vegetasinya (Bamualim, 2004). Lahan kering kritis adalah lahan yang telah mengalami kemerosotan kesuburannya. Lahan kering kritis ditandai oleh rusaknya struktur tanah, menurunnya kualitas dan kuantitas bahan organik serta defisiensi hara. Kendaladalam penyediaan pakan hijauan yang berkualitas dan berkelanjutan adalah lahan subur dan produktif untuk penanaman pakan hijauan ternak, karena penggunaan lahan produktif biasanya digunakan untuk penanaman bernilai ekonomis tinggi. Salah satu solusi untuk mengatasi maslaah tersebut adalah dengan pemanfaatan lahan-lahan marginal atau kurang produktif dengan pemberian unsur hara yang diperlukan tanaman dengan cara pemupukan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman ( Fanindi dkk, 2005). Penyediaan unsur hara yang cukup berasal dari pupuk anorganik belakang ini terkendala dengan semakin mahalnya harga pupuk dan dapat merusak tanah jika digunakan terus-menerus, oleh karena itu perlu ada upaya untuk mendapatkan unsurhara yang berasal dari sumber daya alam yang tersedia seperti halnya biomassa gulma yang melimpah yang dimanfaatkan sebagai bahan organik sumber unsur hara yang berguna bagi tanaman (Ayu, 2011). Rumput Signal/bede (Brachiaria decumbens) pada lahan kering kritis untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal, maka membutuhkan hara yang cukup selama pertumbuhannya.Oleh karena itu, pemupukan merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya rumput signal. Pemupukan merupakan kendala utama yang dihadapi petani peternak dimana harga pupuk semakin tinggi terutama pupuk kimia berupa N, P dan K. Salah satu alternatif yang dilakukan untuk mengatasi tingginya harga pupuk kimia tanpa menurunkan produksi adalah memanfaatkan pupuk cair berbahan baku gulma Jonga-jonga (Chromolaena odorata) sebagai sumber N bagi hara tanaman. Pupuk cair tersebut sangat efektif dalam meningkatkan produksi hijauan pakan, dimana hasil yang diperoleh pada jenis Rumput Bebe (Brachiaria brizantha) dengan kandungan protein kasar cukup tinggi yaitu 14,2 % dan bahan kering 6,42 % (Sema, Hasan, Nompo, 2015). Pemberian unsur nitrogen dengan dosis yang tepat menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlangsung cepat dan daun menjadi lebih hijau. Kekurangan unsur hara nitrogen dalam tanah akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan aakr terbatas, daun kekuning-kuningan atau menjadi kering, sedangkan kelebihan nitrogen akan memperlambat kematangan tanaman (terlalu banyak pertumbuhan vegetatif), batangnya lemah mudah rebah dan mengurangi daya tahan terhadap penyakit (Supardi, 2011). Pemberian pupuk nitrogen pada tanaman mempunyai peranan dalam merangsang pertumbuhan jaringan tanaman, jumlah anakan (tiller) dan lebar daun ( Setyamdjaja, 1986). 97 Syamsuddin Hasan, dkk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair dengan dosis berbeda terhadap pertumbuhan dan kandungan nutrisi rumput signal/bedepada lahan kering kritis. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2016 di Desa Bulo, Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (Harlyan, 2012) yang terdiri 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Luas petak masing-masing perlakuan adalah 10 m2 . Jarak tanam 40 cm x 60 cm. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanam, jumlah anakan, klorofil daun, luas daun, Kandungan Protein, Bahan Kering, Bahan Organik dan Serat Kasar. Data dianalisis dengan sidik ragam dengan model matematika sebagai berikut: Yijk = µ + αi + βj + ∑ij i = 1, 2, 3, 4 j = 1,2,3, Keterangan: Yijk : Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dalam kelompok ke- j µ : Rataan Umum αi : Pengaruh perlakuan ke-i Bj : Pengaruh perlakuan ke-j ∑ij: Pengaruh galat pada Faktor A taraf ke-i, Faktor B taraf ke-jdan kelompok ke-k HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Signal/Bede (Brachiaria decumbens) Komponen pertumbuhan tanaman rumput signal yang diukur pada penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah anakan,luas daun dan jumlah klorofil daun (Tabel 1). Tabel 1. Rata-rata komponen pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun dan jumlah klorofil daun)rumput signal/bede Tinggi Tanaman (cm) S0 87,10a Perlakuan S1 S2 110,60b 110,43b 126,93c Jumlah Anakan (tanaman) 20,00a 24,00b 26,00b 26,00b Luas Daun (mm2) 38,33a 39,11a 45,41a 46,37a Jumlah Klorofil (unit) 34,40a 34,53a 34,76a 36,30a Variabel S3 Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan nyata lebih signifikan (P<0,01) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair nyata lebih signifikan (P<0,01) terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan. Perbedaan tinggi tanaman rumput signal/bede pada perlakuan S3 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya disebabkan pemberian pupuk cair dengan dosis tinggi yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan memperbaiki struktur tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1992) bahwa pupuk adalah suatu bahan yang diberikan untuk memperbaiki 98 Seminar Nasional Peternakan 2, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 25 Agustus 2016 kesuburan tanah dan mengganti unsur- unsur hara yang hilang dari tanah. Tiap-tiap jenis pupuk mempunyai kandungan unsur hara, kelarutan dan kecepatan kerja yang berbeda sehingga dosis dan jenis pupuk yang diberikan berbeda untuk tiap jenis tanaman dan jenis tanah yang digunakan.Begitu pula jumlah anakan nyata sangat signifikan (P<0,01). Jumlah anakan pada perlakuan yang diberi pupuk cair meningkat dibandingkan tanpa pupuk. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan tanpa pupuk, kebutuhan unsur hara bagi tanaman tidak tercukupi sehingga untuk memperoleh pertumbuhan anakan itu tidak maksimal. Kemudian lahan yang digunakan pada penelitian ini tergolong lahan kering kritis, dimana unsur hara yang tergantung didalamnya sangat miskin.Hal ini dikemukan Anonim (2000) bahwa apabila tanah tidak pernah dipupuk, sedangkan tanah itu ditanami terus-menerus, maka kesuburun tanah akan merosot. Sedangkan luas daun dan jumlah klorofil yang diberi pupuk cair dengan dosis berbeda tidak menunjukkan pengaruh signifikan (P>0,05). Hal ini diduga disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan rumput signal/bede. Faktor lain tersebut dapat meliputi faktor genetik tanaman, faktor lingkungan, dan faktor teknis budidaya signal itu sendiri. Potensi pertumbuhan tanaman diekspresikan secara fenotipik pada seluruh morfologi tanaman dan fungsi fisiologi, sedangkan secara genetik diekspresikan sebagai sebuah karakter kuantitatif kompleks yang berinteraksi dengan lingkungan di mana genotype tanaman itu tumbuh (Poelman dan Slepper, 1995). Salah satu yang menyebabkan daun tanaman menunjukkan gejala kekuningan faktor lingkungan (tanah) dikarenakan didalam tanah kekurangan unsur hara yang tidak tercukupi untuk pertumbuhan daun. Hal ini sesuai dengan pendapat Susetyo (1969) bahwa pemberian nitrogen merupakan faktor penting dalam usaha peningkatan produksi kekurangan unsur hara tersebut menyebabkan tanaman menjadi kerdil atau kecil, warna daun merah dan kekuningan. Menurut Wahid (2003), skala kritis klorofil daun berdasarkan pembacaan alat SPAD meter adalah 35 unit. Efisiensi pemberian nitrogen ditinjau dari sinkronnya pemupukan N dengan kebutuhan N tanaman. Upaya mensinkronkan waktu pemberian dan kesesuaian takaran N yang dibutuhkan tanaman adalah dengan pemantauan kecukupan hara N tanaman menggunakan klorofil meter dengan SPAD (Soil-Plant Analisis Development) 502 KandunganProtein Kasar,Bahan Kering, Bahan Organik dan Serat Kasar Komponen kandungan rumput signal/bede diukur adalah protein kasar, bahan kering, bahan organik dan serat kasar (Tabel 2). Tabel 2. Rata-Rata kandungan Protein, Bahan kering , Bahan Organik, Serat Kasar (%). Perlakuan Parameter S0 S1 S2 S3 a ab ab 4,10 5,19 5,26 Protein Kasar (%) 6,96b Bahan Kering (%) 24,22ab 23,80a 25,39b 27,00c Bahan Organik (%) 83,50a 90,91b 91,78b 93,27b Serat Kasar (%) 32,29a 36,18b 37,40b 38,76b Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan nyata lebih signifikan (P<0,01) dan nyata signifikan (P<0,05). Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh signifikan (P<0,05) terhadap kandungan protein kasar. Sedangkan bahan kering, bahan organik dan serat kasar menunjukkan pengaruh sangat signifikan (P<0,01). Pada Tabel 2 Perlakuan tertinggi pada S3. Hal ini 99 Syamsuddin Hasan, dkk. diduga perbedaan kadar Nitrogen dari pupuk cair yang diberikan. Ini sesuai pendapat dengan Engelstad (1997) bahwa pemberian nitrogen yang optimal dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan meningkatkan sintesis protein. Pendapat ini diperjelas oleh Crespo dan Odurado (1986) bahwa efisiensi konversi nitrogen meningkat seiring meningkatnya taraf nitrogen meningkatnya pemupukan N menyebabkan kandungan protein kasar meningkat pula. Tingginya komponen pada Tabel 2 juga dipengaruhi oleh faktor umur saat pemotongan. Semakin tua umur tanaman produksi bahan keringnya tinggi tetapi kandungan nutriennya menurun (Webster dan Wilson, 1989). Peningkatan jaringan Struktural direflesikan dengan kandungan Serat Kasar yang meningkat/ kg bk pada tanaman tua. Penurunan kecernaan bahan kering dan bahan organik ini mempunyai hubungan yang jelas dengan terjadinya peningkatan kandungan fraksi serat (Wilson, et al., 1991). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk cair dengan dosis berbeda pada lahan kering kritis. Rumput signal nyata lebih signifikan pada tinggi tanaman, protein kasar, bahanorganik, bahan kering. Sedangkan pada luas daun dan klorofil tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Meskipun tidak berpengaruh, perlakuan S3 jauh lebih tinggi hasil yang diperoleh dibandingkan perlakuan lainnya. Disarankan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering kritis perlu menggunakan pupuk cair berbahan baku gulma Jonga-Jonga (Chromolaena odorata). DAFTAR PUSTAKA Anonim . 2002. Pupuk dan Pemupukan. Penerbit. Kanisius Ed, Yogyakarta. Binggeli, P. 1997. Chromolaena Odorata. Woody Plant Ecology. Ecology/docs/web-sp4.htm (diakses 20 November 2014). De Chenon, R. D., A. Sipayung And P. Subharto. 2003. Impact of Cecidochares connexa on Chromolaena odorata in different habitats in Indonesia. Proc. of the 5th International Workshop on Biological Control and Management of Chromolaena odorata. Gardner, R.B., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budaya. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta Gopal, B. dan K. P.Sharma, 1981. Water Hyacinth : The Most Troublesome Weed of The World. Hindasia, Jaipur. Hardjowigeno, 1992. Ilmu Tanah. Penerbit.PT. Mediyatma Sarana Perkasa,, Jakarta. Harliyan, L. I. 2012. Rancangan Acak Kelompok. Fakultas Manajemen Kleautan dan Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang Hasan S, 2012. Hijauan Pakan Tropik, Penerbit. IPB Press : Bogor. Heddy S. 2003. Pemberian Pupuk N dan Interval Defoliasi terhadap Produksi Bahan Kering Rumput Brachiaria brizantha. Bagian Pertama.Penerbit. PT. Rajagraffindo : Jakarta Humperys, L. R. 1974. Pastures Species, Nutritive Value and Manajement. A CourseManual in Tropical Pastures. A.A.U.C.S. Meulbourne, Australia. Little, L.C., 19768.“ Handbook of Utilization of Aquatic Plant”, FAO Fisherie Technical Paper”, No. 187, FAO, Roma. 100 Seminar Nasional Peternakan 2, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 25 Agustus 2016 Luik, P. 2005. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Jonga-Jonga pada Tanaman Jagung. Penerbit Kanisus ed, Jakarta. Marthen. 2007. Ki Rinyuh (Chromolaena odorata (L) R. M. King dan H. Robinson): Gulma padang rumput yang merugikan. Buletin Ilmu Peternakan Indonesia.WARTAZOA, 17(1). Mcfadyen, R.C. 2004. Chromolaena in East Timor: History, extent and control. In: Chromolaena odorata in the Asia Pacific Region. DAY, M.D. and R.E.MC FADYEN (Eds.) ACIAR Technical Minson, D.J. dan Milford. 1981. Nutritional Diffrences Between Tropical and Temperete Pasture In “ Grazing Animal “. Ed by F.W.H. Marley. Elsevier Scintifile Publshing Company, Amsterdam. Nasaruddin, 2010.Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin dan Yayasan Forest Indonesia, Jakarta. Reksohadiprojo, S. 1983. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE, Yogyakarta . Rismunandar. 1986. Mendayagunakan Tanaman Rumput. Penerbit Sinar Baru, Bandung. Sestyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Bharata Karya Aksara, Jakarta. Sipayung, A., R.D. De Chenon And P.S. Sudharto. 1991. Observations on Chromolaena odorata (R.M. King and H. Robinson in Indonesia. Second International Workshop on the Biological Control and Management of Chromolaena odorata, Bogor. (diakses 20 November 2014). Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. PT. Melton Putra, Jakarta. Vanderwoude, C.S., J.C. Davis and B. Funkhouser. 2005. Plan for National Delimiting Survey for Siam weed. Natural Resources and Mines Land Protection Services: Queensland Government. Wilson, C.G. and E.B.Widayanto. 2004. Establishment and spread of Cecidochares connexa in Eastern Indonesia. In: Chromolaena in the Asia-Pacific Region. DAY, M.D. and R.E. MC FADYEN (Eds.) ACIAR Technical Reports No. 55. pp. 39-44. 101