I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling utama, makanan digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan aktifitas. Makanan yang dikonsumsi tersebut akan dimanfaatkan dalam proses metabolisme tubuh baik dalam proses anabolisme maupun katabolisme (Fardiaz, 2003). Selain bergizi, makanan tersebut harus terbebas dari mikroba dan zat kimia berbahaya yang dapat merugikan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya (Surtiretna, 2006). Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI Nomor HK. 00. 06. 1. 52. 4011 tahun 2009 menyebutkan, yang dijadikan sebagai indikator untuk kualitas makanan sehat adalah batas maksimum cemaran mikroba pada makanan seperti total mikroba, Coliform, dan keberadaan bakteri pathogen seperti Escherichia coli, Shigella, Bacillus, Salmonella, dan Staphylococcus. Bakteri indikator adalah bakteri yang digunakan sebagai penduga akan adanya bakteri pathogen yang berbahaya bagi manusia (Suriawiria, 2008). Menurut National Academy of Science USA dalam Purwati (2005), kriteria bakteri indikator tersebut antara lain: selalu ditemukan dalam suatu makanan yang tercemar bakteri pathogen, jumlahnya selalu lebih banyak dari bakteri pathogen, mempunyai ciri-ciri yang tetap, dan relatif mudah dideteksi di laboratorium. Salah satu bakteri yang termasuk bakteri indikator adalah golongan Coliform. Bakteri Coliform merupakan bakteri bentuk batang, tidak berspora, mampu memfermentasikan laktosa, dan penyebarannya secara berkelompok dalam jumlah yang besar. Menurut Bonang dan Koeswardono (1982), bakteri Coliform terdiri atas 4 genus yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, meliputi genus Escherichia, Citrobacter, Enterobacter/ Aerobacter, dan Klebsiella. Bakteri Escherichia coli dari genus Escherichia merupakan bakteri yang paling umum dipakai sebagai indikator makanan yang tercemar. Escherichia coli adalah flora normal pada usus mamalia dan hewan berdarah panas seperti burung, bersifat aerob fakultatif, gram negatif, bentuk batang dengan ukuran 2,4 µm dan tidak berspora (Soemarno, 2000). Menurut Brooks dkk, (2005), bakteri Escherichia coli 1 dapat dikenal sebagai coli tinja karena berasal dari saluran pencernaan manusia dan hewan. Bakteri Escherichia coli, dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti diare, infeksi kandung empedu, meningitis, serta mampu menghasilkan toksin seperti verotoksin yang dapat mengakibatkan diare akut pada manusia. Mikroba yang terdapat pada makanan dapat berasal dari berbagai sumber seperti tanah, air, debu, saluran pencernaan manusia, saluran pernafasan manusia, lingkungan tempat persiapan, penyimpanan, dan pengolahan makanan (Fardiaz, 1992). Faktor yang mempengaruhi kehidupan mikroba yaitu faktor temperatur, pH, kandungan logam berat, kelembaban udara, asosiasi, dan pengaruh penghancuran secara mekanik (Waluyo, 2007). Perhatian dunia terhadap pentingnya makanan telah dimulai pada saat FAO/WHO dalam International Conference on Nutrition tahun 1992 yang merasa prihatin karena ratusan juta manusia menderita penyakit menular maupun tidak menular karena makanan yang tercemar (Fardiaz, 2003). Peristiwa pencemaran Escherichia coli seperti yang diberitakan oleh Bali Post (11/6/2011) menyatakan, hasil penyelidikan ilmuwan Berlin menemukan bahwa sayuran jenis kecambah pada lahan organik berperan sebagai media penyebaran Escherichia coli. Peristiwa tersebut telah menyebabkan 29 orang tewas dan hampir 3000 orang sakit. Hal tersebut dimungkinkan oleh biji muda kecambah atau air ladang kecambah yang terkontaminasi oleh Escherichia coli. Hasil penelitian oleh Yunita dan Dwipayanti (2010) menyatakan, sampel nasi jinggo yang diperiksa dalam penelitian masih banyak melebihi batas maksimum cemaran mikroba peraturan SK Dirjen POM NOMOR:03726/B/SK/VII/89. Sebanyak 78,3% sampel telah melebihi batas maksimum cemaran total mikroba yang diperbolehkan, 91,3% sampel telah melebihi batas maksimum cemaran Coliform yang diperbolehkan, dan 47,8% sampel telah melebihi batas maksimum cemaran Escherichia coli yang diperbolehkan. Bali sebagai daerah tujuan wisata mempunyai berbagai jenis makanan tradisional. Makanan tradisional Bali seperti nasi campur, memiliki citarasa yang enak dan bergizi tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai aset budaya (Agustini dan 2 Mataram, 2008). Salah satu makanan yang digemari oleh masyarakat adalah nasi bungkus. Menurut Anonim (2010), nasi bungkus bukan merupakan nama jenis makanan melainkan cara mengemas makanan. Nasi bungkus umumnya berisi nasi putih dengan bermacam lauk pauk, sehingga dikenal juga dengan sebutan nasi campur. Nasi bungkus sering juga dijual dengan memakai pembungkus kertas atau pembungkus dari bahan daun pisang. Nasi bungkus ini banyak digemari oleh berbagai kalangan, termasuk mahasiswa, karena citarasa dan harganya yang relatif murah. Salah satu wilayah yang menjadi tempat penjualan nasi bungkus ini adalah area sekitar kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan, nasi bungkus yang di jual di wilayah kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran terdiri atas nasi putih dan lauk pauk seperti daging ayam, sayuran, sambal, tahu, dan tempe goreng. Mengingat pentingnya informasi tentang kualitas mikrobiologis makanan, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui kualitas mikrobiologis nasi bungkus yang dijual disekitar wilayah kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kualitas mikrobiologis nasi bungkus dengan berpedoman kepada peraturan BPOM RI Nomor HK.00.06.1.52. 4011 tahun 2009 yang meliputi total mikroba, Coliform dan Escherichia coli. 1.2. Rumusan masalah Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimanakah kualitas mikrobiologis nasi bungkus yang ditinjau dari jumlah total mikroba, Coliform, dan Escherichia coli pada nasi bungkus yang dijual di wilayah kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran? 1.3. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas Mikrobiologis nasi bungkus yang dijual di wilayah kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran yang dianalisis berdasarkan jumlah total mikroba, Coliform, dan Escherichia coli, dengan berpedoman kepada peraturan BPOM RI Nomor HK. 00. 06. 1. 52. 4011 tahun 2009. 3 1.4. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kualitas mikrobiologis nasi bungkus yang dijual di wilayah kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran berdasarkan peraturan BPOM RI Nomor HK. 00. 06. 1. 52. 4011 tahun 2009, yang meliputi jumlah total mikroba, Coliform, dan Escherichia coli. 4