BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Laporan keuangan pemerintah daerah tidak dimanfaatkan secara optimal sebagai dasar mengambil keputusan ekonomi pada tahap penganggaran. Berdasarkan wawancara, tingkat pemanfaatan LKPD sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam penganggaran ialah sebagai berikut: LRA sebesar 100%, neraca 22,2% , CaLK 44,4%, dan LAK 0%. Sementara itu, berdasarkan kuesioner, tingkat pemanfaatan LKPD sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan ekonomi dalam penganggaran ialah sebagai berikut: LRA sebesar 100%, neraca 19%, CaLK 57%, dan LAK 10%. 2. Laporan realisasi anggaran (LRA) LKPD merupakan jenis laporan keuangan yang paling sering dimanfaatkan oleh anggota Banggar DPRD, sedangkan TAPD menggunakan LRA LKPD dan LRA SKPD sebagai dasar pengambilan keputusan pada saat proses penyusunan dan penetapan APBD. Meskipun demikian, tidak semua informasi dalam LRA digunakan pengguna untuk menyusun anggaran. Temuan menunjukkan bahwa penggunaan informasi keuangan dalam LRA rata-rata sebesar 38,9%. Pemanfaatan informasi keuangan LRA dengan kuesioner rata-rata sebesar 78,8%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa informasi keuangan yang dihasilkan dari laporan pelaksanaan anggaran yang berbasis kas memiliki tingkat penggunaan yang lebih tinggi daripada informasi keuangan dari laporan keuangan berbasis sistem akuntansi. 3. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa LRA paling sering digunakan karena mudah dipahami. Informasi keuangan yang terdapat dalam LRA sesuai dengan kebutuhan pengguna untuk menyusun dan menetapkan APBD, serta melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program kegiatan pemerintah. Temuan menunjukkan bahwa informasi aset dalam neraca tidak digunakan untuk menetapkan pagu belanja barang jasa (persediaan), belanja pemeliharaan, dan belanja modal. Pagu untuk itu, ditetapkan berdasarkan kebutuhan barang unit. Keputusan untuk melakukan investasi jangka panjang (penyertaan modal) juga tidak memanfaatkan neraca, tetapi menggunakan informasi SILPA dalam LRA dengan berpedoman pada Permendagri 13/2006 dan Permendagri 52/2015. Sementara itu, jenis laporan keuangan yang paling jarang digunakan TAPD dan Banggar ialah LAK, karena informasinya yang sama dengan penerimaan dan pengeluaran dalam LRA. Selain itu, LAK dibuat oleh unit yang memegang fungsi perbendaharaan, yaitu Bendahara Umum Daerah sehingga lebih sering digunakan oleh BUD untuk memperkirakan arus kas yang akan datang. 4. Laporan keuangan pemerintah daerah merupakan sumber informasi penting dalam pengambilan keputusan anggaran dan investasi. Selain itu, ada sumber informasi keuangan dan nonkeuangan lainnya yang juga digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan saat penetapan APBD. Sumber informasi keuangan lain itu di antaranya regulasi pemerintah pusat/propinsi, LHP BPK RI, temuan Inspektorat, LAKIP, dan data statistik BPS. Sumber informasi nonkeuangan yang dijadikan dasar pertimbangan pengambilan keputusan ialah kebijakan dan aspirasi masyarakat. 5. Penelitian menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan, jumlah SDM yang paham akuntansi, dan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan berpengaruh terhadap pemanfaatan laporan keuangan untuk menetapkan pagu anggaran dan investasi. Faktor-faktor yang mendorong digunakannya laporan keuangan pada proses penyusunan dan penetapan APBD ialah ketentuan peraturan, dapat digunakan untuk bahan evaluasi, dan data dalam laporan keuangan yang relevan. 5.2 Implikasi 1 Hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan pemanfaatan laporan keuangan yang tertuang dalam pernyataan standar akuntansi, peraturan pemerintah, dan pendapat para ahli akuntansi bahwa informasi keuangan dalam laporan keuangan pemerintah berguna untuk pengambilan keputusan keuangan dan alat evaluasi kinerja keuangan. 2 Laporan keuangan akan bermanfaat secara optimal apabila dimanfaatkan pengguna. Namun, berdasarkan penelitian ini informasi keuangan dalam laporan keuangan tidak dimanfaatkan secara optimal oleh anggota Banggar DPRD dan TAPD. Berkaitan dengan itu, DPPKAD selaku leading sector pengelolaan keuangan daerah hendaknya menerbitkan pedoman tentang analisis dan pemanfaatan laporan keuangan, serta melakukan sosialisasi kepada anggota Banggar DPRD dan TAPD. Penyusunan pedoman harus bekerja sama dengan pihak terkait (misal: Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah selaku penyusun kebijakan penganggaran), agar pedoman dapat diimplementasikan untuk kebutuhan perencanaan dan pelaksanaan anggaran. 3 Kementerian Dalam Negeri, hendaknya menyempurnakan pedoman penyusunan APBD mulai dari konsep, teori, dan teknis praktik penyusunannya, dengan memperhatikan dan menggunakan LKPD, sehingga manfaat laporan keuangan yang disusun lebih besar daripada biaya yang telah dikeluarkan. 4 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dalam menyusun SAP hendaknya menerbitkan pedoman tentang analisis dan pemanfaatan laporan keuangan pemerintah, serta melakukan sosialisasi kepada pemerintah daerah, sehingga LKPD dapat digunakan secara optimal oleh pengguna untuk mengambil keputusan. 5.3 Keterbatasan Penelitian ini terkendala oleh beberapa keterbatasan. 1. Partisipan penelitian terbatas pada anggota Banggar DPRD dan TAPD, yang tugas dan fungsinya harus mengikuti ketentuan peraturan untuk menggunakan LK sebagai dasar penyusunan APBD. Meskipun demikian, partisipan sebenarnya berwenang mengambil keputusan ekonomi. Namun, hal itu terkendala oleh partisipan yang tidak semuanya memahami akuntansi. 2. Penelitian ini masih sebatas pengambilan keputusan ekonomi pada tahap penyusunan dan penetapan APBD. 3. Penelitian ini terbatas untuk mengetahui pemanfaatan informasi laporan keuangan dalam laporan keuangan yang masih menggunakan basis kas menuju akrual. Basis akrual sendiri baru diterapkan oleh Pemda Kabupaten Klaten pada tahun 2015. 4. Penelitian ini sebatas mengeksplorasi pemanfaatan informasi persediaan, aset tetap, dan investasi dalam neraca untuk menetapkan pagu anggaran. 1.4 Rekomendasi Berdasarkan simpulan, peneliti memberikan beberapa rekomendasi kepada TAPD, Banggar DPRD, Kementerian Dalam Negeri, dan peneliti lain yang tertarik dengan kajian sejenis. 1. Rekomendasi kepada TAPD dan Banggar DPRD a) Meningkatkan pemahaman SDM terhadap akuntansi melalui sosialisasi dan pelatihan dengan bekerja sama dengan universitas, Kemendagri, dan BPKP. b) Memerhatikan LKPD dan LK SKPD, khususnya informasi aset tetap dalam neraca pada saat menetapkan pagu anggaran belanja pemeliharaan dan belanja modal. Selama ini belanja tersebut ditetapkan berdasarkan usulan SKPD. 2. Rekomendasi kepada pemerintah pusat a) Kemendagri hendaknya menyempurnakan pedoman penyusunan APBD mulai dari konsep, teori, dan teknis praktik penyusunannya serta cara menggunakan laporan keuangan pemerintah. b) Komite Standar Akuntansi Pemerintah hendaknya tidak hanya membuat pedoman penyusunan laporan keuangan, tetapi juga pedoman penggunaan informasi keuangan dalam LKPD. 3. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya a) Objek penelitian ini dapat diperluas dengan melibatkan seluruh anggota DPRD dan Kepala SKPD sehingga ruang lingkupnya lebih luas dengan harapan dapat diperoleh hasil yang lebih baik. b) Penelitian selanjutnya dapat meneliti pengambilan keputusan pada tahap pelaksanaan dan penatausahaan APBD; serta pelaporan dan pertanggungjawaban APBD dengan partisipan dari SKPD sebagai unsur pelaksana anggaran. c) Penelitian selanjutnya dapat dilakukan atas pemanfaatan informasi keuangan yang sudah disusun berdasar basis akrual, mengingat secara umum laporan keuangan berbasis akrual dianggap lebih baik jika dibandingkan dengan basis kas menuju akrual. d) Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan mengeksplorasi seluruh informasi keuangan dalam neraca untuk pengambilan keputusan anggaran dan investasi.