bab ii tinjauan pustaka

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pemasaran
Pemasaran merupakan faktor penting dalam suatu perusahaan untuk
meningkatkan kegiatan usahanya secara berkesinambungan. Pemasaran mencakup
semua kegiatan perusahaan untuk beradaptasi dengan lingkungannya secara
kreatif dan menguntungkan.
Pemasaran adalah hal yang begitu mendasar sehingga tidak dapat
dipandang sebagai fungsi yang terpisah. Pemasaran merupakan keseluruhan bisnis
yang dilihat dari hasil akhirnya, yaitu dari sudut pandang pelanggan. Oleh karena
itu, keberhasilan usaha tidak ditentukan oleh produsen melainkan oleh pelanggan.
Pemasaran tidak hanya menyampaikan produk dari perusahaan ke
konsumen. Proses pemasaran mencakup segmentasi pasar, memilih, dan
menetapkan posisi pasar pada pasar sasaran yang dapat secara unggul dipuaskan
oleh perusahaan. Hal penting dari proses pemasaran tidak dimulai dengan suatu
produk atau penawaran tapi dengan suatu pencarian peluang pasar.
2.1.1
Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu faktor penting dalam suatu siklus yang
bermula dan berakhir dengan kebutuhan. Pemasar harus dapat menafsirkan
kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga
produk, mendistribusikan produk, mempromosikan produk secara efektif, serta
mengkombinasikannya dengan data pasar seperti lokasi konsumen, jumlah dan
keseluruhan konsumen.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pemasaran, maka
penulis memberikan pengertian pemasaran menurut Kotler dan Armstrong
(2008;6) sebagai berikut :
Proses sosial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi
memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemasaran
mencakup segala proses untuk memperoleh apa yang diinginkan individu dan
organisasi melalui pertukaran dan penciptaan produk baik barang atau jasa yang
dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan individu dan organisasi.
2.1.2
Pengertian Manajemen Pemasaran
Di dalam suatu perusahaan manajemen mempunyai peranan penting untuk
mencapai tujuan perusahaan. Tugas manajemen pemasaran adalah untuk
melakukan perencanaan mengenai bagaimana mencari peluang pasar untuk
melakukan pertukaran barang dan jasa dengan konsumen. Setelah itu, manajemen
pemasaran mengimplementasikan rencana tersebut dengan cara melaksanakan
strategi-strategi pemasaran untuk menciptakan dan mempertahankan pertukaran
yang menguntungkan dengan konsumen demi tercapainya tujuan perusahaan.
Untuk dapat mengetahui lebih jauh mengenai manajemen pemasaran,
berikut ini adalah pendapat dari ahli tentang manajemen pemasaran :
Pengertian manajemen pemasaran menurut Alma (2007;130)
Kegiatan menganalisa, merencanakan, mengimplementasi, dan
mengawasi segala kegiatan, guna memperoleh tingkat pertukaran
yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dalam rangka
mencapai tujuan organisasi
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen
pemasaran merupakan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
program yang dirancang untuk menciptakan pertukaran yang menguntungkan
dengan pembeli demi memenuhi dan mencapai tujuan individu dan organisasi.
2.2
Pengertian Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran.
Bauran
pemasaran
mencakup
sistem
atau
alat-alat
yang
membantu
mengaplikasikan konsep pemasaran itu sendiri. Oleh karena itu, setiap perusahaan
setelah memutuskan strategi pemasaran kompetitifnya secara keseluruhan,
perusahaan harus mulai menyiapkan perencanaan bauran pemasaran yang rinci.
Berikut ini pengertian bauran pemasaran menurut ahli pemasaran
Pengertian bauran pemasaran menurut Lupiyoadi (2006;70) adalah :
Bauran Pemasaran adalah alat bagi pemasar yang terdiri atas
berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu
dipertimbangkan agar implementasi pemasaran dan implementasi
positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bauran pemasaran
merupakan alat pemasaran yang terdiri dari unsur-unsur dalam pemasaran untuk
mendapatkan respon dan dapat memuaskan pasar sasaran.
Bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan
perusahaan
untuk
mempengaruhi
permintaan
produknya.
Kemungkinan
kemungkinan itu dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok variable yang
dikenal dengan Empat P , yaitu : Product, Price, Place, Promotion.
Sedangkan untuk jasa keempat hal tersebut dirasakan kurang mencukupi.
Para pakar pemasaran menambah tiga unsur lagi : people, process, customer
service. Ketiga hal ini terkait dengan sifat jasa di mana tahapan operasi hingga
konsumsi merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan serta
mengikutsertakan konsumen dan pemberi jasa secara langsung, dengan kata lain
terjadi interaksi langsung antara keduanya ( meski tidak untuk semua jenis jasa ).
Sebagai suatu bauran, unsur-unsur tersebut saling mempengaruhi satu sama lain
sehingga bila salah satu tidak tepat pengorganisasiannya akan mempengaruhi
strategi pemasaran secara keseluruhan.
Dengan demikian, unsur bauran pemasaran jasa terdiri atas tujuh hal yaitu
: product, price, place, promotion, people, process, customer service.
2.2.1
Product (Produk)
Setiap orang memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk.
Produk yang dibutuhkan oleh konsumen berbagai macam jenisnya. Oleh karena
itu, tugas pemasar adalah mencari dan mengetahui kebutuhan dan keinginan
konsumen.
Untuk dapat mendalami lebih jauh mengenai produk, berikut ini pendapat
ahli mengenai produk :
Pengertian produk menurut Kotler dan Armstrong (2008,266) :
Produk adalah semua hal yang dapat ditawarkan kepada pasar
untuk dapat menarik minat perhatian, akuisisi, penggunaan, atau
konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan .
Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa produk merupakan segala
sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan dan
kebutuhan konsumen.
2.2.1.1 Tingkatan Produk
Sekarang ini perusahaan tidak lagi bersaing dalam produk yang
dihasilkannya saja, tetapi lebih banyak bersaing dalam aspek tambahan pada
produknya seperti aspek pembungkus, iklan, dan faktor-faktor lainnya yang dapat
menguntungkan konsumen.
Dari segi ini dapat dilihat ada beberapa tingkatan produk, seperti yang
diungkapkan oleh Alma (2007,141) :
1. Core Benefit
Yaitu keuntungan yang mendasar dari sesuatu yang dibeli oleh konsumen.
Contoh: seorang konsumen membeli air mineral untuk menghilangkan rasa
haus.
2. Basic Product
Yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk yang paling dasar.
Contoh: air mineral dikemas dalam botol transparan dengan berbagai varian
ukuran.
3. Expected Product
Yaitu konsumen mempunyai suatu harapan terhadap barang dan jasa yang
dibelinya. Contoh: botol kemasan tersebut disesuaikan dengan besar kepalan
tangan orang indonesia pada umumnya, sehingga mudah digenggam, selain itu
label dan tutup botol berwarna biru dengan maksud untuk menggugah rasa
nikmat dan nuansa segar saat menikmati air mineral.
4. Augmented Product
Yaitu ada sesuatu nilai tambah yang di luar dari apa yang dibayangkan
sebelumnya oleh konsumen. Contoh: air mineral AQUA saat ini hadir tidak
hanya air mineral tawar saja tapi juga air mineral dengan aroma dan rasa jeruk
dan stroberi.
5. Potential Product
Yaitu mencari nilai tambah produk yang lain untuk masa depan. Contoh: air
mineral AQUA tidak hanya air mineral biasa tapi juga diharapkan dimasa
depan memiliki kandungan oksigen, dan vitamin.
2.2.1.2 Klasifikasi Produk
Pemasar biasanya mengklarifikasikan produk berdasarkan karakteristik
produk yaitu daya tahan dan keberwujudan, dan penggunaan (konsumen dan
industri). Menurut Kotler dan Armstrong (2002;451) ada dua kelompok :
I. Berdasarkan Daya Tahan Dan Keberwujudan
Produk dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok menurut daya tahan
dan wujudnya, yaitu :
a. Barang tidak tahan lama ( non durable goods )
Adalah barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau
beberapa kali penggunaan.Contoh : shampo, dan pasta gigi.
b. Barang tahan lama ( durable goods )
Adalah barang berwujud yang biasanya digunakan berkali-kali.
Contoh : kulkas dan tv.
c. Jasa ( service )
Adalah bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan dan mudah habis.
Contoh : reparasi mobil, dan salon kecantikkan.
II Berdasarkan Penggunaan
A. Barang Konsumen ( Consumer Good )
Adalah produk yang dibeli konsumen akhir untuk konsumsi pribadi. Ada
tiga tipe produk yang masuk dalam kategori produk konsumen :
1. Produk kebutuhan sehari-hari (convenience goods)
Adalah produk
barang dan jasa konsumen yang biasanya sering dan
segera dibeli pelanggan, dengan usaha pembandingan dan pembelian yang
minimum. Contoh : produk tembakau dan sabun.
a. Staples goods, barang yang dibeli konsumen secara teratur.
Contoh : pasta gigi
b. Impulse goods, yaitu barang yang dibeli konsumen berdasarkan
keinginan seketika, tanpa perencanaan atau usaha pencarian.
Contoh : permen
c. Emergency goods, yaitu barang yang dibeli konsumen saat kebutuhan
yang mendesak.
Contoh : jas hujan
2. Produk belanja (shopping product)
Adalah produk dan jasa konsumen yang lebih jarang dibeli dan pelanggan
membandingkan kecocokkan, kualitas, harga, dan gaya produk secara
cermat.
a. Homogen shopping goods, yaitu barang-barang yang memiliki mutu
yang serupa tetapi mempunyai harga yang cukup berbeda. Contoh : TV
b. Heterogen shopping goods, yaitu barang yang berbeda dalam hal
keistimewaan dan jasa produk yang mungkin lebih penting daripada
hargannya. Contoh : Telepon selular
3. Produk khusus (specialty product)
Adalah produk dan jasa konsumen dengan karakteristik unik atau
identifikasi merek di mana kelompok pembeli signifikan bersedia
melakukan pembelian secara khusus.
4. Unsought goods
Adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau diketahui
namun secara normal konsumen tidak berpikir untuk membelinya. Contoh
: kuburan, batu nisan
II. Produk Industri (Industrial Product)
Adalah produk yang dibeli untuk pemrosesan lebih lanjut atau untuk
digunakan dalam menjalankan suatu bisnis. Terdapat tiga tipe produk yang masuk
dalam kategori produk industri :
1. Bahan baku dan suku cadang :
Barang-barang yang sepenuhnya memasuki produk yang dihasilkan.
Barang-barang itu terbagi menjadi dua kelas : bahan mentah serta bahan
baku dan suku cadang hasil manufaktur.
a. Bahan mentah
Bahan mentah terdiri dari produk pertanian (tepung, kapas, ternak,
buah-buahan, sayur-mayur) dan produk alami (ikan, kayu, minyak
mentah, bijih besi)
b. Bahan dan suku cadang manufaktur
Bahan dan suku cadang manufaktur terdiri dari bahan komponen (besi,
benang, semen, kabel baja) dan suku cadang komponen (motor kecil,
ban, cetakan). Kebanyakan bahan dan komponen manufaktur dijual
langsung kepada pengguna industri.
2. Barang-barang modal
Adalah barang-barang tahan lama yang memudahkan pengembangan
dan/atau pengelolaan produk akhir. Barang modal meliputi dua kelompok :
instalasi dan peralatan.
a. Instalasi terdiri dari bangunan (misalnya pabrik dan kantor) dan
peralatan (misalnya generator, bor, komputer, lift).
b. Peralatan meliputi peralatan dan perkakas pabrik yang bisa dibawabawa (misalnya perkakas pertukangan, truk pengangkut) serta
peralatan kantor (misalnya komputer personal, meja).
3. Perlengkapan dan jasa bisnis
Adalah barang dan jasa tidak tahan lama yang membantu pengembangan
dan/atau pengelolaan produk akhir.
a. Perlengkapan ada dua jenis : perlengkapan operasi (misalnya pelumas,
batu bara, kertas tulis, pensil) serta barang untuk pemeliharaan dan
perbaikkan (cat, paku, sapu).
b. Jasa bisnis meliputi jasa pemeliharaan dan perbaikkan (misalnya
pembersihan jendela, reparasi mesin ketik) dan jasa konsultasi bisnis
(misalnya konsultasi manajemen, hukum, periklanan).
III. Organisasi, Orang, Tempat, dan Ide.
Selain melengkapi produk dan jasa yang berwujud, dalam tahun-tahun
terakhir pemasar telah memperluas konsep produk untuk mencakup penawaran
pasar yang lain-organisasi, orang, tempat, dan ide.
1. Oganisasi
Organisasi sering melaksanakan kegiatan untuk
menjual
organisasi itu
sendiri.
Pemasaran organisasi terdiri dari kegiatan yang dilaksanakan untuk
menciptakan, memelihara atau mengubah sikap dan perilaku pelanggan
sasaran
terhadap
organisasi.
Baik
organisasi
laba
maupun
nirlaba
mempraktekkan pemasaran organisasi.
2. Orang
Orang juga bisa dianggap sebagai produk. Pemasaran orang terdiri dari
kegiatan yang dilaksanakan untuk menciptakan memelihara atau mengubah
sikap atau perilaku orang-orang tertentu. Orang-orang mulai dari presiden,
penghibur, dan atlet olahraga sampai para profesional seperti dokter,
pengacara, dan arsitek menggunakan pemasaran orang untuk membangun
reputasi mereka. Dan bisnis, badan amal, organisasi lain menggunakan orang
terkenal untuk membantu menjual produk atau tujuan organisasi/bisnis.
3. Tempat
Pemasaran tempat melibatkan kegiatan yang dilaksanakan untuk menciptakan,
memelihara, atau mengubah sikap atau perilaku terhadap tempat tertentu.
Kota-kota, negara bagian, wilayah, dan bahkan seluruh negara bersaing untuk
menarik turis,warga negara baru, konvensi, dan kantor serta pabrik
perusahaan.
4. Ide
Ide juga bisa dipasarkan. Dalam salah satu arti, semua pemasaran adalah
pemasaran sebuah ide, baik itu ide umum atau ide khusus.
2.2.2
Price (Harga)
Harga berarti sesuatu bagi konsumen dan sesuatu yang lain bagi penjual.
Bagi konsumen, ini merupakan biaya atas sesuatu. Bagi penjual, harga adalah
pendapatan sumber utama dari keuntungan. Dalam pengertian yang lebih luas,
harga mengalokasikan sejumlah sumber daya dalam ekonomi pasar bebas.
Dengan berbagai cara dalam melihat harga, tidak mengherankan bahwa para
manajer pemasaran merasa tugas dari menetapkan harga sebagai suatu tantangan.
Pengertian harga menurut Fandy Tjiptono, Chandra, dan Adriana
(2008,465) :
Harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter)
dan/atau
aspek
lain
(non-moneter)
yang
mengandung
utilitas/kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu
produk .
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa harga merupakan
sejumlah nilai atas barang dan jasa yang konsumen tukarkan untuk dapat memiliki
dan menggunakan barang dan jasa.
2.2.3
Place (Saluran Distribusi)
Suatu saluran distribusi dapat dilihat sebagai suatu sistem yang besar yang
di dalamnya mengalir sejumlah produk. Kepemilikan, komunikasi, pembiayaan
dan pembayaran, dan resiko yang menyertai mengalir ke pelanggan.
Pengertian saluran distribusi menurut Mursid (2003;85) :
Saluran
distribusi
adalah
lembaga-lembaga
penyalur
yang
mempunyai kegiatan untuk menyalurkan atau menyampaikan
barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen .
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa saluran distribusi
adalah seperangkat organisasi yang saling bergantung untuk proses penyediaan
barang dan jasa yang dapat dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis.
2.2.4
Promotion (Promosi)
Sedikit barang atau jasa tidak peduli seberapa baik dikembangkan,
ditetapkan harganya dan didistribusikan, dapat bertahan di pasar tanpa promosi
yang efektif. Untuk dapat mempelajari lebih dalam mengenai promosi, berikut ini
pendapat ahli pemasaran tentang promosi :
Menurut Buchari Alma (2007;179) :
Promosi itu adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan
yang meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa .
Alat-alat promosi yang digunakan oleh perusahaan antara lain sebagai
berikut:
1. Periklanan (Advertising)
Adalah segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan
presentasi dan promosi non pribadi dalam bentuk gagasan, barang, atau
jasa.
Contoh : iklan di TV, koran, majalah.
2. Penjualan personal (Personal selling)
Adalah presentase pribadi oleh para wiraniaga perusahaan dalam rangka
mensukseskan penjualan dan membangun hubungan baik dengan
pelanggan.
3. Promosi penjualan (Sales Promotion)
Adalah insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan
suatu produk atau jasa.
4. Hubungan masyarakat (Public Relation)
Adalah membangun hubungan baik dengan publik terkait untuk
memperoleh dukungan, membangun citra perusahaan yang baik, dan
menangani atau menyingkirkan gosip, cerita, dan peristiwa yang dapat
merugikak perusahaan.
5. Pemasaran langsung (Direct Marketing)
Adalah komunikasi langsung dengan sejumlah konsumen sasaran untuk
memperoleh tanggapan langsung serta untuk berkomunikasi langsung
dengan konsumen tertentu atau usaha untuk mendapatkan tanggapan
langsung.
2.2.5
People
Dalam hubungannya dengan pemasaran jasa, maka
people
yang
berfungsi sebagai penerima jasa sangat mempengaruhi kualitas jasa yang
diberikan. Keputusan dalam people ini berarti berhubungan dengan seleksi,
pelatihan, motivasi, dan manajemen sumber daya manusia.
Untuk mencapai kualitas terbaik maka pegawai harus dilatih untuk
menyadari pentingnya pekerjaan mereka, yaitu memberikan konsumen kepuasan
dalam memenuhi kebutuhannya. Pentingnya people dalam pemasaran jasa
berkaitan erat dengan pemasaran internal. Pemasaran internal adalah interaksi atau
hubungan antara setiap karyawan dan departemen dalam suatu perusahaan yang
dalam hal ini dapat diposisikan sebagai konsumen konsumen internal dan
pemasok internal. Tujuan dari adanya hubungan tersebut adalah untuk mendorong
people dalam kinerja memberikan kepuasan kepada konsumen.
Menurut Lupitoadi dan hamdani (2006;75) terdapat empat kriteria
peranan atau pengaruh dari aspek people yang mempengaruhi konsumen adalah:
Contactors: people di sini berinteraksi langsung dengan konsumen dalam
frekuensi yang cukup sering dan sangat mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli.
Modifiers: people di sini tidak secara langsung mempengaruhi konsumen
tetapi cukup sering berhubungan dengan konsumen, contoh: reseptionis.
Influencers: people di sini mempengaruhi konsumen dalam keputusan
untuk membeli tetapi tidak secara langsung kontak dengan konsumen.
Isolateds: people di sini tidak secara langsung ikut serta dalam bauran
pemasaran dan juga tidak sering bertemu dengan konsumen. Contoh:
karyawan bagian administrasi penjualan, sdm, dan pemrosesan data.
2.2.6
Proses
Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2006;76) :
proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri atas
prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin,
di mana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.
Proses dapat dibedakan dalam dua cara yaitu:
Kompleksitas (complexity), berhubungan dengan langkah-langkah dan
tahapan proses.
Keragaman (divergence), berhubungan dengan adanya perubahan dalam
langkah-langkah atau tahapan proses.
Sehubungan dengan dua cara tersebut, terdapat empat alternatif mengubah
proses yang dapat dipilih oleh pemasar yaitu:
1. Mengurangi keragaman, berarti terjadi pengurangan biaya, peningkatan
produktivitas, dan kemudahan distribusi.
2. Menambah keragaman, berarti memperbanyak customisasi dan flexibilitas
dalam produksi yang dapat mengakibatkan naiknya harga.
3. Mengurangi kompleksitas, berarti cenderung lebih terspesialisasi.
4. Menambah kompleksitas, berarti lebih cenderung ke penetrasi pasar
dengan cara menambah jasa yang diberikan.
2.2.7
Layanan Konsumen
Layanan konsumen (customer service) pada pemasaran jasa lebih dilihat
sebagai hasil dari kegiatan distribusi dan logistik, di mana pelayanan diberikan
kepada konsumen untuk mencapai kepuasan. Layanan konsumen meliputi
aktivitas untuk memberikan kegunaan waktu dan tempat termasuk pelayanan pra
transaksi, saat transaksi, dan pasca transaksi. Kegiatan sebelum transaksi (pra
transaksi) akan turut mempengaruhi kegiatan transaksi dan selelah transaksi,
karena itu kegiatan pendahuluannya harus sebaik mungkin sehingga konsumen
memberikan respon yang positif dan menunjukan loyalitas yang tinggi.
Strategi layanan konsumen menurut Christopher Lovelock yang dikutip
oleh Lupiyoadi dan Hamdani (2006;76) mencakup hal-hal sebagai berikut:
Identifikasi misi jasa.
Penentuan sasaran dan layanan konsumen.
Perumusan strategi layanan konsumen.
Implementasi.
Dari semua unsur-unsur bauran pemasaran di atas, maka yang harus lebih
diperhatikan dalam pengembangannya adalah:
1. Konsistensi, berhubungan dengan keserasian/ kecocokan secara logis dan
penggunaannya antara unsur satu dengan unsur lainnya dalam bauran
pemasaran.
2. Integrasi, terdapat hubungan yang harmonis diantara unsur-unsur dalam
bauran pemasaran.
3. Leverage (pengungkit), hal ini berhubungan dengan pengoptimalan kinerja
tiap unsur bauran pemasaran secara lebih profesional sehingga lebih
mendukung bauran pemasaran untuk mendapatkan daya saing.
2.3
Brand (Merek)
Brand adalah salah satu atribut yang penting dari sebuah produk yang
penggunaannya pada saat ini sudah sangat meluas. Selain itu, brand merupakan
identitas untuk membedakan produk perusahaan dengan produk yang dihasilkan
pesaing.
Keahlian paling unik dari pemasar adalah kemampuannya untuk
menciptakan, memelihara, melindungi, dan meningkatkan brand. Para pemasar
mengatakan bahwa pemberian brand adalah seni dan bagian paling penting dalam
pemasaran.
Brand juga dapat membantu perusahaan untuk memperluas lini produk
serta mengembangkan posisi pasar yang spesifik bagi suatu produk. Gagasangagasan mengenai brand yang paling tahan lama adalah nilai, budaya, dan
kepribadian yang tercermin dari brand tersebut. Hal-hal tersebut menentukan inti
dari sebuah brand.
2.3.1
Pengertian Brand
Brand merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan
keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik
memberikan jaminan mutu. Agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
mengenai pengertian brand, berikut ini pengertian brand menurut ahli dalam
bidang pemasaran :
Pengertian brand menurut Ismail Solihin (2004;17) :
Brand (merek) adalah nama, istilah, tanda, lambang, desain, atau
kombinasi dari berbagai unsur tersebut yang bertujuan untuk
mencirikan produk yang dijual oleh penjual (produsen, pengguna
lisensi, distributor) supaya produk yang dijual tersebut dapat
dibedakan dari produk pesaing .
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa brand fungsinya
adalah untuk mengidentifikasikan produk dan membedakan produk perusahaan
dengan pesaing.
2.3.2
Tingkatan Brand
Pada hakikatnya, brand mengidentifikasikan penjual dan pembeli. Brand
dapat berupa nama, merek dagang, logo, atau simbol lain, brand memiliki enam
level pengertian menurut Kotler (2002;460) :
1. Atribut
Yaitu merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.
Contoh : Mercedes memberi kesan sebagai mobil yang mahal, dibuat dengan
baik, dirancang dengan baik, tahan lama, bergengsi tinggi.
2. Manfaat
Yaitu atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.
3. Nilai
Yaitu merek yang menyatakan seesuatu tentang nilai produsen.
Contoh : Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi,dan lain-lain.
4. Budaya
Yaitu merek dapat mewakili budaya tertentu.
Contoh : Mercedes mewakili budaya Jerman, terorganisasi, efisien, bermutu
tinggi.
5. Kepribadian
Yaitu merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.
Contoh : Mercedes mencerminkan pemimpin yang masuk akal (orang), singa
yang memerintah (binatang), atau istana yang agung (obyek).
6. Pemakai
Yaitu merek yang menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau
menggunakan produk tersebut.
Contoh : kita akan terkejut melihat seorang sekertaris berumur 20 tahun
mengendarai Mercedes. Yang kita harapkan adalah seorang manajer puncak
berumur 55 tahun di belakang kemudi.
Jika suatu perusahaan memperlakukan brand hanya sebagai nama, maka
perusahaan tersebut tidak melihat tujuan brand yang sebenarnya. Tantangan
dalam pemberian brand adalah mengembangkan satu kumpulan makna yang
mendalam untuk brand tersebut.
2.3.3
Karakteristik Brand
Setelah diputuskan untuk memberikan suatu brand pada produk,
selanjutnya perlu diputuskan merek apa yang akan digunakan untuk produk
tersebut, brand apapun yang akan digunakan semestinya mengandung sifat-sifat
seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2003;351) :
1. Nama merek harus menunjukkan mutu dan manfaat produk tersebut.
2. Nama merek harus mudah diucapkan, dikenal dan diingat.
3. Nama merek harus mudah dibedakan, artinya harus spesifik dan khas.
4. Nama merek harus mudah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa asing.
5. Nama merek harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan dan mendapat
perlindungan hukum.
Suatu brand harus memiliki kriteria di atas, meskipun pada kenyataannya
tidak semua karakteristik merek tersebut bisa dipenuhi oleh suatu merek.
Tetapi perusahaan agar tetap berusaha untuk dapat memenuhi kriteria
tersebut bagi produk yang dihasilkannya, agar perusahaan dapat memenuhi tujuan
dari pemberian merek terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
2.3.4
Manfaat Brand
Belakangan ini, hampir semua produk diberi merek. Bahkan produk-
produk yang sebelumnya tidak memerlukan sebuah merek. Brand sangat
diperlukan oleh suatu produk, karena selain brand memiliki nilai yang kuat brand
juga bermanfaat bagi konsumen, produsen, maupun publik, seperti yang
dikemukakan oleh Kotler (2002;464) :
Merek memudahkan penjual memproses pesanan dan menelusuri masalah.
Nama merek dan tanda merek penjualan memberikan perlindungan hukum
atas ciri-ciri produk yang unik.
Merek memberikan kesempatan kepada penjual untuk menarik pelanggan
yang setia dan menguntungkan. Kesetiaan merek memberikan penjual
perlindungan dari persaingan serta pengendalian yang lebih besar dalam
perencanaan program pemasarannya.
Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar. Contoh: daripada
hanya menjual satu deterjen saja, P&G dapat menawarkan 8 merek deterjen,
masing-masing memiliki formula yang berbeda dan ditujukan ke segmen pasar
yang berbeda.
Merek yang kuat membantu membangun citra perusahaan, memudahkan
perusahaan meluncurkan merek-merek baru yang mudah diterima oleh para
distributor dan pelanggan.
2.4
Ekuitas Merek (Brand Equity)
Munculnya konsep ekuitas merek dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa
brand yang kuat adalah suatu aset yang dapat dikalkulasi nilainya. Artinya, brand
tersebut dapat diperjualbelikan sebagaimana aset lainnya dalam perusahaan.
Pengertian brand equity menurut Kotler, Lane (2009;334) :
Brand Equity adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan
jasa .
Nilai ini bisa dicerminkan dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan
bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang dimiliki
oleh perusahaan. Ekuitas merek merupakan aset tak berwujud yang penting, yang
memiliki nilai psikologis dan keuangan bagi perusahaan. Suatu nama merek perlu
dikelola dengan cermat agar ekuitas merek tidak mengalami penyusutan. Hal itu
membutuhkan pemeliharaan atau peningkatan kesadaran merek, mutu, dan fungsi
yang diyakini dari merek itu. Ekuitas merek juga mempengaruhi rasa percaya diri
konsumen dalam mengambil keputusan pembelian.
2..5
Keputusan-Keputusan dalam Branding
Keputusan dalam pemberian brand untuk suatu produk adalah langkah
pertama yang harus diambil perusahaan tentang apakah perusahaan akan memberi
brand pada produknya atau akan memasarkan produknya tanpa menggunakan
suatu brand.
2.5.1
Sponsor Merek (Branding Sponsor Decisions)
Menurut Kotler dan Amstrong (2003;351) perusahaan memilliki empat
pilihan sponsor merek, yaitu :
1. Merek Perusahaan Pembuatan (Manufactured Brand)
Adalah produk yang diberi nama merek sesuai dengan nama perusahaannya.
Contoh: semua produk yang dihasilkan perusahaan Sony memakai merek
Sony.
2. Merek Pribadi atau Merek Toko (Private Brand or Store Brand)
Adalah merek yang diciptakan dan dimiliki pengecer produk atau jasa.
Contoh: gula pasir, kapas, kertas tissue yang memakai merek Yogya Dept.
Store.
3. Pelisensian (lisencing)
Adalah perusahaan menggunakan lisensi nama atau simbol yang telah
diciptakan sebelumnya untuk perusahaan lain, dengan membayar sejumlah
uang.
Contoh: kentucky, Mc.Donald, Alfamart, Indomart, Yomart, Cafe wien,
Warung Pojok, Bread Talk.
4. Pemerkan Bersama (Co-Branding)
Adalah praktek penggunaan nama merek yang mapan oleh dua perusahaan
yang berbeda pada produk yang sama.
Contoh: Sony Erricson, Sony-BMG, Chitato (Indofood-Fritolay).
2.5.2
Keputusan Nama Merek (Brand name Decisions)
Produsen yang memutuskan untuk memberikan merek pada produknya
harus memilih nama merek yang akan digunakan. Menurut Kotler, Lane
(2002;469) terdapat empat strategi dalam pemberia nama merek, yaitu :
1. Nama merek (Individual Brand Name)
Adalah perusahaan mencari nama terbaik untuk masing-masing produk baru.
Contoh : Indofood (Indomie, Supermie, Sarimie)
2. Nama merek yang sama untuk kelompok produk yang berbeda (A Blanket
Family Brand)
Adalah perusahaan memberikan merek pada semua produk dengan
menggunakan nama kelompok.
Contoh : Sanyo dan Philips
3. Nama kelompok yang berbeda untuk semua produk (Seperate Family Brand)
Adalah perusahaan memproduksi produk-produk yang agak berbeda, tidak
dianjurkan untuk menggunakan nama kelompok keseluruhan untuk semua
produk.
Contoh : Ultra Jaya (Ultra untuk minuman susu, Buavita untuk minuman sari
buah, Teh Kotak untuk minuman teh)
4. Nama dagang perusahaan dikombinasikan dengan nama perusahaan
(Company Family Brand)
Adalah produsen mengikat nama-nama perusahaan mereka pada satu nama
merek individual untuk masing-masing produk.
Contoh : Lippo(Bank Lippo, Asuransi Lippo, Lippo Karawaci)
2.5.3
Keputusan Strategi Merek (Brand Strategy Decisions)
Menurut Kotler, Armstrong (2003;357) perusahaan mempunyai empat
pilihan ketika harus memilih strategi merek yaitu :
1. Perluasan Lini (Line Extension)
Adalah penggunaan nama merek yang sukses untuk memperkenalkan hal-hal
baru ke kategori produk tertentu dengan mempergunakan merek yang sama.
Contoh : Coke (Reguler, Diet)
2. Perluasan Merek (Brand Extension)
Adalah penggunaan merek yang telah berhasil untuk meluncurkan produk
baru atau hasil modifikasi ke kategori baru.
Contoh : Suzuki menggunakan nama perusahaannya untuk mencakup produk
yang berbeda, seperti : mobil, sepeda motor, mesin kapal.
3.
Aneka merek (Multi Brands)
Adalah menawarkan cara untuk membangun
fitur dan daya tarik yang
berbeda untuk memuaskan motivasi pembelian yang berbeda-beda.Contoh :
Unilever setelah mengeluarkan shampo dengan merek Sunsilk juga
mengeluarkan shampo dengan merek Lifebuoy.
4. Merek Baru (New Brand)
Adalah perusahaan menciptakan merek baru ketika memasuki kategori produk
baru.
Contoh : Matshushita (Panasonics, National, Technics)
2.5.4
Keputusan Penentuan Ulang Posisi Merek (Brand Repositioning
Decisions)
Sebaik apapun suatu merek diposisikan pada pasar, perusahaan mungkin
harus menentukan kembali posisinya nanti bila menghadapi pesaing baru atau bila
terjadi perubahan reaksi pelanggan. Di dalam mekanisme pasar akan banyak
terjadi perubahan. Untuk itu, perusahaan harus dapat mengambil tindakan yang
tepat untuk mengantiaipasi adanya perubahan tersebut, termasuk keputusan untuk
memposisikan ulang mereknya di pasaran.
Brand repositioning
decisions
adalah keputusan yang dilakukan
perusahaan untuk menentukan kembali posisi suatu merek. Betapa pun baiknya
posisi suatu merek dalam pasar, nantinya perusahaan mungkin harus
memposisikan ulang. Pesaing mungkin meluncurkan merek yang diposisikan
berdekatan dengan merek perusahaan dan mengambil alih pangsa pasar. Atau
keinginan pelanggan mungkin bergeser, sehingga merek perusahaan kurang
disukai lagi. Pemasar harus mempertimbangakan pemosisian ulang merek yang
sudah ada sebelum memperkenalkan yang baru. Dengan cara ini, mereka dapat
memantapkan pengenalan merek dan loyalitas konsumen. Contoh: 7up dulunya
merupakan salah satu minuman ringan yang dibeli terutama oleh orang-orang tua
yang menginginkan minuman dengan rasa lemon yang lembut. Riset
menunjukkan bahwa walaupun mayoritas konsumen minuman ringan memilih
cola, mereka tidak senantiasa memilihnya, dan masih banyak konsumen yang
bukan peminum cola. 7up memimpin dalam pasar non cola dengan melakukan
kampanye yang cemerlang, dengan menyebut dirinya sebagai uncola. Kampanye
itu menampilkan uncola sebagai minuman yang muda dan menyegarkan yang
perlu dijadikan sebagai pengganti cola. 7up membangun dirinya sebagai suatu
alternatif bagi cola, bukan hanya sekedar minuman ringan lain.
2.6
Brand Image
Image konsumen yang positif terhadap suatu brand lebih memungkinkan
konsumen untuk melakukan pembelian. Brand yang baik juga menjadi dasar
untuk membangun citra perusahaan yang positif.
Manfaat dari citra merek yang positif, perusahaan bisa mengembangkan
lini produk dengan memanfaatkan citra positif yang telah terbentuk terhadap
merek
produk
lama.
Hal
yang
perlu
diperhatikan
adalah
mmempertahankan dan meningkatkan citra merek yang sudah positif.
bagaimana
2.6.1
Pengertian Brand Image
Pengertian Brand Image (Citra Merek) menurut Ismail Solihin (2004;19):
Brand Image adalah segala sesuatu tentang merek suatu produk
yang dipikirkan, dirasakan, dan divisualisasi oleh konsumen .
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa brand image atau citra
merek merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen
terhadap merek tertentu. Persepsi didefinisikan sebagai proses dengan mana
individu memilih, mengorganisir, dan mengartikan rangsangan (stimulus) ke
dalam suatu makna atau art dalam gambaran nyata. Ketika konsumen dihadapkan
kepada suatu stimulus (brand, produk, atribut produk, dsb) maka ia akan
memberikan respon yang bergantung pada persepsinya. Karena itu, konsumen
yang berbeda akan merespon suatu stimulus yang sama bergantung pada
persepsinya masing-masing. Konsumen bereaksi dan beraksi atas dasar
persepsinya. Jadi pembuatan keputusan pembelian didasarkan pada persepsi dan
bukan pada fakta-fakta aktual. Oleh karena itu, pembentukan persepsi konsumen
melalui brand image menjadi sangat penting.
Image mengandung sekumpulan persepsi atau konsep publik akan sebuah
institusi, individu, atau objek. Perusahaan yang sukses berpendapat bahwa image
lebih penting dalam menjual produk daripada fitur produk itu sendiri. Brand
image membantu pemasar dalam mengakumulasikan sekumpulan konsumen yang
loyal dari suatu brand tertentu agar tetap melakukan pembelian ulang.
2.6.2
Manfaat Brand Image
Pandangan konsumen terhadap suatu merek merupakan hal yang sangat
penting dalam strategi pemasaran. Suatu image dapat membantu perusahaan untuk
mengetahui apakah strategi pemasaran yang sudah dijalankan sudah tepat atau
belum. Manfaat Brand image menurut Sutisna (2001;83) :
1. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih
memungkinkan untuk melakukan pembelian.
2. Perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra
positif yang telah terbentuk terhadap merek produk lama.
Ketika brand image mampu membangun karakter produk dan memberikan
value
proposition,
kemudian
menyampaikan
karakter
produk
kepada
konsumennya secara unik, berarti brand tersebut telah memberi kekuatan
emosional lebih dari kekuatan rasional yang dimiliki oleh produk tersebut. Hal ini
akan membuat konsumen mengasosiasikan serangkaian hal yang positif dalam
pikirannya ketika mereka memikirkan brand tertentu. Dalam jangka panjang hal
ini dapat meningkatkan kekuatan brand, yang lebih sering disebut brand equity,
dengan cara meningkatkan brand awareness, brand loyalty, perceived quality dan
brand assosiation.
2.7
Perilaku Konsumen
Studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil
keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang,
usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini
mencangkup apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka
membeli, seberapa sering mereka membeli, dan seberapa sering mereka
menggunakannya.
2.7.1
Pengertian Perilaku Konsumen
Konsumen di seluruh dunia sangat beragam dari segi usia, pendapatan,
tingkat pendidikan dan selera. Mereka juga membeli jenis barang dan jasa yang
sangat berbeda-beda. Bagaimana konsumen yang terpecah-pecah itu terhubung
satu sama lain dan terhubung dengan elemen-elemen lain di lingkungan sekitarnya
mempengaruhi pilihan mereka terhadap beragam produk, jasa, dan perusahaan.
Berikut ini adalah pengertian perilaku konsumen menurut Kotler dan
Armstrong (2008; 158):
Perilaku konsumen adalah perilaku pembelian konsumen akhir
perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk
konsumsi pribadi .
Hampir seluruh perusahaan meneliti pengambilan keputusan pembelian
konsumen secara mendetail untuk memperoleh jawaban apa yang konsumen beli,
di mana mereka membelinya, bagaimana caranya dan seberapa banyak, kapan dan
mengapa mereka membelinya. Pemasar dapat mempelajari pembelian konsumen
aktual untuk mengetahui apa yang mereka beli, di mana dan seberapa banyak.
Perusahaan yang benar-benar mengerti bagaimana reaksi konsumen terhadap fitur,
harga, dan iklan produk yang berbeda-beda memiliki keunggulan yang hebat
dibandingkan dengan pesaingnya.
Meskipun
perilaku
pembelian
konsumen
demikian
komplek,
memahaminya merupakan tugas yang sangat yang harus dilakukan oleh para
manajer pemasaran. Untuk memudahkan dalam memahami perilaku konsumen
dibutuhkan suatu model. Modelisasi perilaku konsumen sangat membantu
pemasar untuk melihat dan menganalisis perilaku seseorang dalam membeli suatu
barang atau jasa. Dengan demikian, dapat dilihat bagaimana proses tahapan
pembelian konsumen. Untuk dapat memperjelas bagaimana proses pembelian
dapat terjadi, salah satu model perilaku pembelian yang cukup berpengaruh di
mana model ini menekankan pada proses-proses mempengaruhi perilaku
konsumen. Model perilaku konsumen ini oleh Kotler dan Armstrong (2008;158)
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model Perilaku Pembeli
Pemasaran dan
Kotak Hitam
rangsangan lain
Pembeli
Tanggapan
Pembeli
Pemasaran Lainnya
Karakteristik pembeli
Pilihan produk
Produk
Ekonomi
Proses keputusan
Pilihan merek
Harga
Teknologi
pembeli
Pilihan dealer
Tempat
Politik
Penetapan waktu
(distribusi) Budaya
Pembelian
Promosi
Jumlah pembelian
sumber : Kotler, Armstrong Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi ke 12 (2008;158)
Gambar di atas, menjelaskan bagaimana rangsangan atau stimulasi dari
luar baik itu rangsangan pemasaran seperti produk, harga dan saluran distribusi
dan daya tarik periklanan atau rangsangan ekonomi, teknologi, politik, dan budaya
melalui ciri-ciri pembeli dan proses keputusan yang mempengaruhi hasil
keputusan senua itu dan dapat mempengaruhi pilihan konsumen akan produk,
merek, penjualan dan lain-lain.
Pada model perilaku pembelian dapat dilihat ada beberapa karakteristik
pembeli yang juga merupakan faktor yang mempengaruhi proses keputusan
pembelian yaitu budaya, sosial, pribadi, psikologi. Pada faktor-faktor tersebut
terdapat sub-sub faktor yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi perilaku pembeli.
Kini konsumen semakin kritis hingga konsumen yang memegang kendali.
Dan akhirnya, seberapa jauh pemasar memotivasi dan merubah perilaku
konsumen agar dapat dimengerti, memahami, dan menyenangi produk atau jasa
yang ditawarkan.
Rangsangan pemasaran terdiri dari 4P, yaitu Product, Price, Place, dan
Promotion. Rangsangan lain mencangkup peristiwa besar dari kekuatan dalam
lingkungan pembeli, yaitu ekonomi, teknologi, politik, dan budaya. Semua
stimulus ini memasuki kotak hitam pembeli yang dapat diamati yaitu pemilihan
produk, pemilihan agen saat membeli, dan jumlah pembelian.
Untuk meraih keberhasilan, pemasar harus melihat lebih jauh bermacammacam faktor yang mempengaruhi pembeli dan mengembangkan pemahaman
mengenai bagaimana konsumen melakukan keputusan pembelian. Secara khusus,
pemasar harus mengidentifikasi siapa yang membuat keputusan pembelian, jenisjenis keputusan pembelian, dan langkah-langkah dalam proses pembelian.
2.7.2
Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Karakteristik-karakteristik seperti budaya, sosial, pribadi, dan psikologis
sangat mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian. Sebagian
besar dari faktor-faktor itu tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, namun mereka
harus mempertimbangkannya.
1. Faktor-faktor budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam dalam perilaku
konsumen. Pemasar harus memahami peranan yang dimainkan oleh budaya,
sub budaya, dan kelas sosial pembeli.
a. Budaya
Budaya adalah penyebab dasar keinginan dan perilaku konsumen. Perilaku
manusia sebagian besar merupakan hasil proses belajar. Menurut Kotler
dan Armstrong (2008;159) :
kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang
dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga dan institusi
penting lainnya .
Setiap kelompok atau masyarakat memiliki budaya dan budaya pada
perilaku konsumen beragam dari suatu negara ke negara yang lain.
Kegagalan menyesuaikan diri dengan perbedaan itu akan menghasilkan
pemasaran yang tidak efektif.
b. Sub Budaya
Setiap budaya terdiri dari sub budaya, atau kelompok-kelompok orang
yang memiliki sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dari situasi
kehidupan. Sub budaya meliputi kewarganegaraan, agama, kelompok, ras,
dan daerah geografis yang serupa. Banyak sub budaya yang membentuk
segmen pasar yang penting dan pemasar sering mendesain produk dan
program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008;159) :
sub budaya adalah kelompok masyarakat yang berbagi sistem nilai
berdasarkan pengalaman hidup dan situasi yang umum .
c. Kelas sosial
Hampir setiap masyarakat mempunyai sejumlah struktur kelas sosial.
Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor saja seperti
pendapatan, namun diukur berdasarkan kombinasi pekerjaan, pendapatan,
pendidikan, kesehatan dan variable lainnya.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008;163) :
kelas sosial adalah pembagian yang relatif permanen dan
berjenjang dalam masyarakat di mana anggotannya berbagi nilai,
minat, dan perilaku yang sama .
2. Faktor-faktor sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok
kecil, keluarga, peran sosial, dan status yang melengkapi konsumen tersebut.
a. Kelompok kecil
Perilaku konsumen banyak dipengaruhi oleh kelompok-kelompok kecil.
Kelompok kecil berfungsi sebagai titik pembanding atau acuan secara
langsung maupun tidak langsung dalam pembentukkan sikap atau perilaku
seseorang.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008;164) :
kelompok
kecil adalah dua atau lebih orang yang berinteraksi
untuk mencapai tujuan pribadi atau tujuan bersama .
Kelompok kecil memberikan ilham pada seseorang mengenai perilaku dan
gaya hidup baru, mempengaruhi sikap dan konsep diri konsumen, dan
menciptakan
tekanan
yang
harus
ditaati
yang
mempengaruhi pilihan seseorang akan produk atau merek.
mungkin
akan
b. Keluarga
Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga
adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat, dan telah diteliti secara ekstensif. Pemasar tertarik pada peran
dan pengaruh suami, istri, serta anak-anak dalam pembelian barang dan
jasa yang berbeda.
c. Peran dan status
Seseorang menjadi anggota banyak kelompok misalnya keluarga, klub,
dan organisasi. Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok dapat
didefinisikan dalam peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang
diharapkan dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang disekitarnya.
Masing-masing peran membawa status yang mencerminkan nilai umum
yang diberikan kepadanya oleh masyarakat. Orang biasanya memilih
produk yang sesuai dengan peran dan status mereka.
3. Faktor-faktor pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti
usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup,
kepribadian, dan konsep diri.
a. Usia dan tahap siklus hidup
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang hidup
mereka. Selera makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering
berhubungan dengan usia. Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus
hidup keluarga yaitu tahap-tahap yang dilalui keluarga ketika mereka
menjadi
matang
dengan
berjalannya
waktu.
Pemasar
sering
mendefinisikan pasar sasaran mereka dengan tahap siklus hidup dan
mengembangkan produk dan rencana pemasaran yang sesuai untuk tahaptahap tersebut.
b. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli.
Contohnya para pekerja kerah biru cenderung membeli pakaian kerja yang
kuat, sementara eksekutif membeli pakaian bisnis. Pemasar berusaha
mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas ratarata
pada
produk
dan
jasa
mereka.
Perusahaan
bahkan
dapat
mengkhususkan diri membuat produk yang diperlukan oleh kelompok
pekerjaan tertentu.
c. Situasi ekonomi
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan produk.
Pemasar barang-barang yang sensitif terhadap pendapatan mengamati
gejala pendapatan pribadi, tabungan dan suku bunga. Jika indikator
menunjukkan resesi maka, pemasar dapat mengambil langkah-langkah
untuk merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan harga kembali untuk
produk mereka secara seksama.
d. Gaya hidup
Menurut Kotler dan Armstrong (2008;170) :
gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam
kegiatan, minat, dan pendapatannya .
Orang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial dan pekerjaan yang sama
mungkin mempunyai gaya hidup yang cukup berbeda. Gaya hidup adalah
pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam keadaan psikografisnya.
Gaya hidup melibatkan pengukuran dimensi AIO utama pelanggan
Activities/kegiatan (pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, acara sosial),
Interest/minat
(makanan,
pakaian,
keluarga,
rekreasi),
dan
Opinions/pendapat (tentang diri mereka, masalah sosial, bisnis, produk).
Gaya hidup menangkap sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau
kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan profil seluruh pola
tindakan dan interaksi seseorang di dunia. Jika digunakan secara cermat,
konsep gaya hidup dapat membantu pemasar memahami nilai konsumen
yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi perilaku
pembelian.
e. Kepribadian dan konsep diri
Menurut Kotler dan Armstrong (2008;171) :
kepribadian adalah karakteristik psikologi unik seseorang yang
menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama
terhadap lingkungan orang itu sendiri .
Kepribadian biasanya digambarkan dalam karakteristik perilaku seperti
kepercayaan diri, dominasi, kemampuan bersosialisasi, otonomi, cara
memmpertahankan diri, kemampuan beradaptasi, dan sifat agresif.
Kepribadian dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen
untuk produk atau pilihan merek tertentu.
4. Faktor-faktor psikologis
Selanjutnya pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor
psikologis utama : motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan
sikap.
a. Motivasi
Seseorang senantiasa mempunyai banyak kebutuhan. Salah satunya adalah
kebutuhan biologis, timbul dari dorongan rasa tertentu seperti rasa haus,
lapar, dan ketidaknyamanan. Kebutuhan lainnya adalah kebutuhan
psikologis, timbul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa
memiliki. Kebutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu mencapai tingkat
intensitas yang kuat.
Berikut adalah pengertian motif menurut Kotler dan Armstrong
(2008;172) :
motif (atau dorongan) adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang
mendorong seseorang untuk mencari kepuasan atas kebutuhan
tersebut .
b. Persepsi
Menurut Kotler dan Armstrong (2008;174) :
persepsi adalah proses di mana orang memilih, mengatur, dan
mengintrepretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia
yang berarti .
Orang yang termotivasi siap beraksi. Cara orang tersebut bertindak
dipengaruhi oleh persepsi dirinya tentang sebuah situasi. Kita semua
mempelajari aliran informasi melalui lima indera kita, meskipun demikian
masing-masing diri kita menerima, mengatur, dan mengintrepretasikan
informasi sensorik dengan caranya sendiri.
c. Pembelajaran
Menurut Kotler dan Armstrong (2008;175) :
pembelajaran adalah perubahan dalam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman .
Ketika orang bertindak, mereka belajar, pembelajaran menggambarkan
perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Ahli
teori pembelajaran mengatakan bahwa perilaku manusia yang paling
utama adalah belajar pembelajaran terjadi melalui interaksi dorongan,
rangsangan, pertanda, respons, dan penguatan. contoh hubungan antara
pembelajaran dengan pemasaran misalnya, konsumen membeli kamera
digital Nikon. Jika pengalamannya menguntungkan, konsumen mungkin
akan menggunakan terus kamera itu, dan responsnya akan diperkuat. Lalu,
ketika konsumen akan membeli kamera video, atau teropong, atau produk
yang sejenis maka kemungkinan konsumen untuk membeli produk nikon
akan lebih besar.
d. Keyakinan dan sikap
Berikut adalah pengertian keyakinan dan sikap menurut Kotler dan
Armstrong (2008;176) :
keyakinan adalah pikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang
sesuatu .
sikap adalah evaluasi perasaan, dan tendensi yang relatif konsisiten
dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide .
Melalui pelaksanaan dan pembelajaran, seseorang mendapatkan keyakinan
dan sikap. Pada akhirnya, keyakinan dan sikap ini mempengaruhi perilaku
pembelian mereka. Pemasar tertarik pada keyakinan yang diformulasikan
seseorang tentang produk dan jasa tertentu, karena keyakinan ini
membentuk citra produk dan merek yang mempengaruhi perilaku
pembelian. Jika ada keyakinan yang tidak sesuai dan mecegah pembelian,
pemasar akan meluncurkan kampanye untuk memperbaikinya.
Sedangkan sikap menempatkan seseorang ke dalam suatu kerangka pikiran
untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu, dan untuk bergerak menuju
atau meninggalkan sesuatu.
2.7.3
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Armstrong (2008;179), proses pembelian keputusan
terdiri dari lima tahap, yaitu : pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Jelas
bahwa proses pembelian berlangsung jauh sebelum pembelian aktual dan
berlanjut jauh sesudahnya. Pemasar perlu berfokus pada seluruh proses
pengambilan keputusan pembelian bukan hanya pada proses pembeliannya saja.
1. Pengenalan kebutuhan
Menurut Kotler dan Armstrong (2008;179) :
pengenalan kebutuhan adalah tahap pertama proses keputusan pembeli,
di mana konsumen menyadari suatu masalah atau kebutuhan .
Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan, yaitu kondisi di
mana pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat
dipicu oleh rangsangan internal contohnya : rasa lapar, haus, seks. Timbul
pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan juga
bisa dipicu oleh rangsangan eksternal contohnya : suatu iklan atau diskusi
dengan teman bisa membuat konsumen berpikir untuk membeli mobil baru.
Pada tahap ini, pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis
kebutuhan atau masalah apa yang timbul, apa yang menyebabkannya, dan
bagaimana masalah itu bisa mengarahkan konsumen pada produk tertentu ini.
2. Pencarian Informasi
Menurut Kotler dan Armstrong (2008;180) :
pencarian informasi adalah tahap proses keputusan pembeli di mana
konsumen ingin mencari informasi lebih banyak; konsumen mungkin
hanya memperbesar perhatian atau melakukan pencarian secara aktif .
Konsumen yang tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi atau
mungkin tidak. Jika dorongan konsumen itu
kuat dan produk yang
memuaskan ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan membelinya
kemudian. Jika tidak, konsumen bisa menyimpan kebutuhan itu dalam
ingatannya atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan
kebutuhan. Konsumen dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber.
Sumber-sumber ini meliputi sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga,
rekan), sumber komersial (iklan, wiraniaga, situs web, penyalur, kemasan,
tampilan), sumber publik (media massa, organisasi pemeringkat konsumen,
pencarian internet), dan sumber pengalaman (penanganan, pemeriksaan,
pemakaian produk). pengaruh relatif sumber-sumber informasi ini bervariasi
sesuai produk dan pembelinya.
3. Evaluasi alternatif
Menurut Kotler dan Armstrong (2008;180) :
evaluasi alternatif adalah tahap proses keputusan pembeli di mana
konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif
dalam sekelompok pilihan .
Kita telah melihat cara konsumen menggunakan informasi untuk sampai pada
sejumlah pilihan merek akhir. Pemasar harus tahu tentang evaluasi alternatif
yaitu bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai pada pilihan
merek. Sayangnya, konsumen tidak menggunakan proses evaluasi yang
sederhana dan tunggal dalam semua situasi pembelian. Sebagai gantinya,
beberapa proses evaluasi dilaksanakan. Konsumen sampai pada sikap terhadap
merek yang berbeda melalui beberapa prosuder evaluasi. Bagaimana cara
mengevaluasi alternatif bergantung pada konsumen pribadi dan situasi
pembelian tertentu.
4. Keputusan pembelian
Menurut Kotler dan Armstrong (2008;181) :
keputusan pembelian adalah keputusan pembeli tentang merek mana
yang dibeli .
Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang
paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara keputusan pembelian dan
niat pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Contohnya, jika
seseorang yaang memiliki arti bagi konsumen berpikir bahwa konsumen
membeli mobil yang paling murah, maka peluang konsumen untuk membeli
mobil yang lebih mahal berkurang. Faktor kedua adalah faktor situasional
yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat pembelian
berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat produk yang
diharapkan. Namun kejadian tidak terduga bisa mengubah niat pembelian,
sebagai contoh, ekonomi mungkin memburuk, pesaing dekat mungkin
menurunkan harganya, atau teman konsumen mungkin memberitahunya
bahwa ia pernah kecewa dengan mobil yang konsumen sukai. Oleh karena itu,
preferensi dan niat pembelian tidak selalu menghasilkan pilihan pembelian
yang aktual.
5. Perilaku pascapembelian
Menurut Kotler dan Armstrong (2008;181) :
perilaku pasca pembelian adalah tahap proses keputusan pembeli di
mana konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah pembelian,
berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan mereka .
Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan
terlibat dalam perilaku pasca pembelian yang harus diperhatikan oleh
pemasar. Yang menentukan kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terhadap
suatu pembelian terletak pada hubungan antara ekspektasi dan kinerja
anggapan produk. Jika produk tidak memenuhi ekspektasi, konsumen kecewa;
jika produk memenuhi ekspektasi, konsumen akan puas; jika produk melebihi
ekspektasi, konsumen akan sangat puas. Semakin besar kesenjangan antara
ekspektasi dan kinerja, semakin besar pula ketidakpuasan konsumen. Hal ini
menunjukkan bahwa penjual hanya boleh menjanjikan apa yang dapat
diberikan mereknya sehingga konsumen terpuaskan.
2.8
Minat Beli
Menurut Solihin (2004;93) :
minat beli (interest) adalah ketertarikan seorang konsumen terhadap
suatu produk .
Konsumen tertarik pada suatu produk karena berbagai sebab misalnya :
1. Karena product features
Dalam
hal
ini
konsumen
tertarik
pada
suatu
produk
karena
penampakannya menarik contohnya, mobil mewah menarik minat
konsumen karena desain produknya yang superior.
2. Karena produk benefits
Dalam hal ini konsumen tertarik pada suatu produk karena manfaat yang
dapat diberikan oleh produk tersebut contohnya, konsumen tertarik
memiliki kartu kredit karena memudahkan kegiatan belanja dan
meningkatkan gengsi.
3. Karena informasi mengenai produk yang sampai pada konsumen dari
kelompok rujukan.
2.9 Hubungan Brand Image Dengan Minat Beli
Image yang diyakini oleh konsumen mengenai sebuah merek sangat
bervariasi dari persepsi masing-masing individu. Konsumen memandang Flexi
sebagai provider CDMA yang berkualitas, dapat dipercaya dan berbagai kesan
yang baik mengenai produk ini.
Kualitas sebuah merek memberi alasan yang penting untuk menimbulkan
minat beli pada konsumen. Hal ini mempertimbangkan merek-merek mana yang
harus dipertimbangkan dan selanjutnya merek mana yang harus dipilih. Apabila
image yang tertanam dalam suatu produk baik, maka konsumen akan membeli
produk itu untuk dikonsumsi, namun sebaliknya bila image yang tertanam dalam
benak konsumen mengenai merek tersebut negatif maka harapan setelah
pembelian konsumen akan merasa tidak puas karena tidak sesuai dengan
informasi yang diketahui dan tidak sesuai dengan harapannya. Image yang positif
tentu menjadi kekuatan bagi brand yang digunakan produk tersebut.
Download