BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Konsumsi Pangan Pola konsumsi pangan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jenis, frekuensi dan jumlah bahan pangan yang dimakan tiap hari oleh satu orang atau merupakan ciri khas untuk sesuatu kelompok masyarakat tertentu (Santoso, 2004). Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Pangan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahanya. Di masyarakat dikenal pola pangan atau kebiasaan makan yang ada pada masyarakat dimana seseorang anak hidup. Keadaan kesehatan tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kuantitas hidangan menunjukan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya. Konsumsi yang menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi adekuat. Bila konsumsi baik kuantitasnya dan dalam jumlahnya melebihi kebutuhan tubuh dinamakan konsumsi berlebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. (Sediaoetama, 2006). Universitas Sumatera Utara Gizi lebih disebabkan karena konsumsi pangan yang melebihi kebutuhan normal tubuh manusia. Gizi lebih yang sering kali diikuti dengan timbulnya penyakit kronis diantaranya PJK, hipertensi, diabetes militus, kanker. Menurut Soekirman (1991) dalam buku pangan dan gizi menyatakan dengan meningkatnya pendapatan dan adanya perubahan gaya hidup sebagian penduduk akibat keberhasilan ekonomi berpengaruh terhadap budaya global. Maka masalah gizi lebih mengancam kehidupan penduduk golongan menengah ke atas serta kelompok usia produktif. Yang dikhwatirkan produktifitas kerja menurun dan banyak meninggal pada usia muda (Muchtadi, 2000). Hasil yang diperkuat oleh SKRT menunjukan bahwa PJK menempati urutan pertama penyebab kematian di Indonesia dan prevalensinya meningkat dari tahun ke tahun (Muchtadi, 2000). Boediharmojo (1993) dalam buku kumpulan orasi ilmiah guru besar teknologi pangan dan gizi mengatakan, naiknya prevalensi PJK bukan hanya disebabkan karena bertambahnya usia manusia, tetapi lebih disebabkan oleh gaya hidup yang salah atau disebut juga disease of life style. Meskipun gizi lebih bukan penyebab satu-satunya timbulnya PJK tetapi merupakan faktor yang sangat penting dalam mempercepat timbunya penyakit. Sehingga, dapat timbul lebih dini. Yang dimaksud untuk dikemukakan adalah lemak yang meningkatkan kadar kolesterol darah. Upaya pencegahan timbulnya PJK dalam gizi adalah peranan pola makan sehat dan gizi seimbang sangat penting. Pengaturan pola makan bagi pengendalian penderita PJK dapat dilakukan dengan mengikuti pedoman umum Gizi Seimbang (PUGS) melalui 4 cara. Universitas Sumatera Utara 2.1.1. Komsumsi Makanan Beraneka Ragam Makan makanan beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan seseorang untuk tumbuh kembang menjadi sehat dan produktif. Makanan anekaragam menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Makanan sumber zat tenaga seprti beras, jagung, gandum, roti, dan ubi, menghasilkan energi untuk aktivitas sehari-hari. Makanan sumber zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang berasal dari bahan makanan nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah ikan, ayam, susu serta hasil olahannya. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makananini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh. Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi minimal harus berasal dari setiap satu jenis makanan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Prinsip idealnya setiap kali makanan, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam termasuk sumber makanan berserat cukup (25 gram/hari) seperti padi-padian, kacang kacangan, sayur dan buah-buahan dapat mencegah atau memperkecil terjadinya penyakit degeneratif seperti PJK. Universitas Sumatera Utara 2.1.2. Konsumsi Makanan Sesuai Kebutuhan Tubuh Makanlah Makanan untuk memenuhi kecukupan energi. Konsumsi energi yang melebihi mengakibatkan kenaikan berat badan, energi yang berlebih disimpan dalam bentuk lemak dan jaringan tubuh lain. Apabila keadaan ini berlanjut akan menyebabkan obesitas disertai berbagi gangguan kesehatan seperti penyakit hipertensi, penyakit diabetes melitus, penyakit jantung, dll. Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai oleh berat badan yang normal. Berat badan merupakan petunjuk yang baik untuk mengetahui keadaan gizi dan kesehatan karena itu lakukan penimbangan berat badan secara teratur. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Sumber karbohidrat komplek adalah padi-padian,ubi, jagung, singkong, sagu, dll. Batasi sumber karbohidrat sederhana seperti gula sampai dengan 3 – 4 sdm/hari, karena konsumsi gula yang berlebih akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh sebagi lemak, akumulasi dalam waktu lama mengakibatkan obesitas. 2.1.3. Konsumsi Lemak dan Minyak Lemak atau lipid adalah ikatan organik yang terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen yang bersifat larut dalam pelarut lemak seperti benzene dan eter (Lubis, 2009). Lemak dalam makanan terdiri dari trigliserida, kolesterol, fosfolipid dan terbanyak terdapat dalam bentuk trigliserida. Berdasarkan ikatan lemaknya dan kemudahan proses pencernaan, lemak terbagi 3 golongan yaitu lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang Universitas Sumatera Utara paling mudah dicerna, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh yang sulit dicerna. Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewan. Mengkonsumsi lemak hewani secara berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan PJK. Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi risiko menderita PJK, karena lemak ikan mengandung asam lemak omega 3. Asam lemak omega 3 berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak pada dinding pembuluh darah. Berdasarkan jumlah atom karbon, asam lemak digolongkan menjadi asam lemak rantai pendek, asam lemak rantai sedang dan asam lemak rantai panjang. Berdasarkan posisi atom hidrogen yang berada pada ikatan rangkap, asam lemak tak jenuh dibagi menjadi cis dan trans. Kebutuhan lemak yang dianjurkan dalam sehari adalah 10-25 % dari kebutuhan energi total. Kebutuhan lemak dalam keadaan sakit seperti dislipidemia membutuhkan modifikasi kebutuhan lemak tergantung dari berat dan ringannya kondisi penyakit (Almatsier, 2005). 2.1.4. Konsumsi Makanan Rendah Garam dan Tinggi Kalium Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram (1 sendok teh) per hari. Konsumsi natrium yang berlebih terutama yang berasal dari garam dan sumber lain seperti produk susu dan bahan makanan yang diawetkan dengan garam merupakan pemicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi yang merupakan risiko untuk penyakit jantung. Universitas Sumatera Utara Berbeda halnya dengan natrium, kalium (potassium) merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. lebih tinggi dibandingkan dengan natrium. Rasio tersebut kemudian menjadi terbalik akibat proses pengolahan yang banyak menambahkan garam ke dalamnya menyebabkan tingginya kadar natrium di dalam bahan, sehingga cenderung menaikkan tekanan darah. Dengan demikian, konsumsi natrium perlu diimbangi dengan kalium. Rasio konsumsi natrium dan kalium yang dianjurkan adalah 1:1. Sumber kalium yang baik adalah buah-buahan, seperti pisang, jeruk, dan lain-lain. Secara alami, banyak bahan pangan yang memiliki kandungan kalium dengan rasio. 2.1.5. Alkohol Minuman beralkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi lain. Kebiasaan minum minuman beralkohol dapat menghambat proses penyerapan zat gizi dan menghilangkan zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi yang penting bagi tubuh sehingga menyebabkan peminum alkohol dapat menderita kurang gizi. Selain itu itu juga menyebabkan penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan di dalam tubuh . 2.1.6. Serat Banyak bukti yang menunjukan bahwa serat makanan memegang peranan spesifik dalam menurunkan kadar kolesterol serum darah. Penelitian Story dan Kristchevcky (1976) percobaan pada hewan dan manusia, menjelaskan Universitas Sumatera Utara bahwa beberapa komponen serat makanan menurunkan kadar kolestrol darah. Dan teori Leveille (1977) yang paling banyak diterima adalah beberapa komponen serat makanan mampu mengikat asam/garam empedu dan dengan demikian akan mencegah penyerapannya kembali dari usus dan meningkatkan ekskresi melalui feces sehingga akan meningkatkan konversi kolesterol dan serum darah menjadi asam/garam empedu. 2.2. Kolesterol Lemak tidak dapat dipisahkan dari kolestrol. Kolesterol diperlukan oleh tubuh antara lain untuk (a) Sintesis asam/garam empedu, yang diperlukan untuk proses pencernaan lemak/ minyak (b) Sintesis hormon steroid, (c) Sintesis vitamin D dan (d) Sebagai komponen membran sel. Apabila seseorang tidak mengkonsumsi kolesterol maka hati akan mensistesisnya dari asam lemak. Demikian hati akan memproduksi kolesterol. Meskipun, kolesterol masuk melalui makanan sangat banyak. Akibat hal ini, meningkatkan kadar kolesterol dalam darah (Muchtadi, 2000). Kolesterol tidak dapat dioksidasi di dalam tubuh untuk dijadikan sebagai sumber energi. Oleh karena itu satu-satunya cara untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah adalah dengan memperbesar jumlah ekskresi asam empedu/garam empedu. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi serat makanan dan mengurangi makanan yang mengandung kolesterol (Muchtadi, 2000). Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Daftar Beberapa Bahan Makanan yang Mengandung Kolesterol No Bahan Pangan Hewan Kadar Kolesterol (mg/100 g) 1. Susu cair 13,5 2. Susu skim 1,6 3. Mentega 218,6 4. Keju 106,1 5. Daging ayam 84,7 6. Daging sapi 102,4 7. Otak 2000,0 8. Hati (sapi, kambing, babi) 435,3 9. Jantung (sapi) 270,6 10 Ginjal 800,0 11. Telur 274,0 12. Udang 152,9 13. Kepiting 100.0 Sumber : Guthrie, 1986 dalam buku Pangan dan Gizi Kolesterol adalah salah satu sterol yang termasuk dalam kelompok lemak yang terdapat dari luar tubuh berupa bahan makan (cholesterol eksogen) dan dibentuk di dalam tubuh (cholesterol endogen). Pada tubuh manusia kolesterol banyak dijumpai dalam darah, empedu, bagian luar kelenjar adrenal, dan jaringan saraf. (Lubis, 2009). Sedangkan pada bahan makanan yang mengandung tinggi kolesterol adalah kuning telur, daging merah, otak dan hati. Kolesterol tidak disintesis oleh tumbuhan, sayur dan buah-buahan (Manurung, 2004) Fungsi utama kolesterol adalah membentuk membran sel, yang berguna untuk mengatur penyerapan zat yang larut dalam air dan kulit, melindungi otak, pembentukan cairan empedu yang befungsi sebagai pencerna lemak, membentuk hormon tubuh, unsur penting dalam proses pertumbuhan dan membantu dalam proses pencernaan makanan, membentuk vitamin D dan penting bagi pembentukan hormon seks dalam tubuh Universitas Sumatera Utara Kolesterol memiliki rumus struktur sebagai berikut : Gambar 2.1. Struktur Molekul Kolesterol (Sumber : Almatsier, 2009) Menurut Muchtadi et al., (1993), kolesterol diangkut oleh darah dalam bentuk terikat dalam lipoprotein plasma. Lipoprotein adalah gabungan molekul lemak (lipid) dan protein yang disintesis di dalam hati. Tiap jenis lipoprotein berbeda dalam ukuran, densitas dan mengangkut berbagai jenis lemak dalam jumlah yang berbeda pula (Almatsier, 2009). Partikel-partikel lipoprotein memiliki sifat khusus dan berbeda pada proses pembentukan arterosklerosis, tubuh membentuk 4 (empat) jenis lipoprotein meliputi : 1. Kilomikron Kilomikron adalah lipoprotein yang mengangkut lemak dari saluran cerna yang berasal dari makanan ke seluruh tubuh. Lemak yang diangkut terutama trigliserida. Kilomikron diabsorbsi melalui dinding usus halus dan ke dalam Universitas Sumatera Utara sintesis limfe untuk kemudian masuk dalam vena besar dan seterusnya masuk ke aliran darah 2. Very Low Density Lipoprotein (VLDL) Very low density lipoprotein disintesis di hati, berfungsi untuk transport lemak. Di dalam darah VLDL mengalami lipolisis sehingga berubah menjadi remnant yang kaya akan kolesterol. VLDL disebut juga kolesterol jahat karena dalam pembuluh darah akan membentuk plak pada dinding arteri. Plak akan bercampur dengan protein dan kalsium dan hal ini yang menyebabkan aterosklerosis yang dikaitkan dengan risiko tinggi terhadap serangan jantung. 3. High Density Lipoprotein (HDL) HDL disintesis di dalam hati dan usus, setelah HDL disekresikan ke dalam darah, akan mengalami perubahan akibat berinteraksi dengan kilomikron dan VLDL. Fungsi utama HDL adalah membawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati. Proses penggangkutan kolesterol dari ekstra hepatik ke hati diduga merupakan mekanisme utama HDL untuk melindungi tubuh terhadap proses terjadinya aterosklerosis. HDL adalah kolesterol yang menguntungkan dan melindungi dan disebut juga kolesterol baik. Dalam tubuh berperan sebagai pelindung. 4. Low Density Lipoprotein (LDL) LDL membawa kolesterol ke jaringan perifer, sebagai komponen struktur membran sel dan pembentukan hormon steroid. LDL masuk ke dalam sel dan mengakibatkan peningkatan kolesterol di dalam sel. Peningkatan LDL di dalam plasma darah mengakibatkan LDL teroksidasi oleh radikal bebas, LDL teroksidasi Universitas Sumatera Utara selanjutnya diserap oleh makroflag dan kemudian membentuk sel busa ini yang menyebabkan pembentukan plak aterosklerosis (Manurung, 2004). Tabel 2.2. Kadar Kolesterol Darah dalam mg/dl No Jenis Kolesterol 1 Kolesterol Total 2 Kolesterol LDL 3 Kolesterol HDL 4 Trigliserida Sumber : Depkes, 2007 2.3. Diinginkan < 200 < 130 > 45 < 200 Diwaspadai 200-239 130-159 36-44 200-399 Berbahaya > 240 160 < 35 > 400 Konsumsi Pangan yang Mempengaruhi Peningkatan Kolesterol Darah Konsumsi pangan yang sehat memegang peranan penting dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, apa yang kita makan dapat memengaruhi kesehatan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa konsumsi pangan dengan tinggi kalori dan lemak berkaitan dengan peningkatan kadar kolesterol darah. Keadaan ini akan berbanding lurus dengan terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) dan oleh sebab itu upaya yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner melalui pengaturan pola makan dalam tubuh lebih umum dikenal intake makanan (Soekidjo, 2007). Asupan makanan yang berlebih terutama kalori tinggi dan lemak tinggi akan mengakibatkan peningkatan kolesterol dalam darah. Keadan ini akan mempercepat terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah adalah penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah jantung berbentuk luka goresan (plak). Proses terjadinya plak ini tenjadi oleh karena penumpukan lemak. Pada mulanya berbentuk endapan lunak, dengan proses yang lama mengakibatkan endapan tersebut menjadi keras dan tidak elastis yaitu aterosklerosis. Ini yang menyebabkan penyakit jantung Universitas Sumatera Utara koroner. Obesitas dapat juga menyebabkan kolesterol total dan LDL tinggi yang mengakibatkan penyakit jantung koroner. Konsumsi pangan yang berlebih yang berhubungan dengan peningkatan kolesterol dalam darah menghasilkan kadar lipid dalam darah. Komposisi makanan seimbang yang menghasilkan kalori terdiri atas sumber karbohidrat 60-70 %, protein 10-15 % dan lemak tidak lebih dari 25 %. Jumlah kalori yang dibutuhkan setiap hari disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin. Berikut hubungan Pola konsumsi makanan dengan kolestrol darah total : 2.3.1. Hubungan Karbohidrat dengan Kolesterol Darah Karbohidrat dalam makanan pada umunya dibedakan menjadi karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Sumber karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan yaitu padi-padian, atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula. Kelebihan karbohidrat di dalam tubuh diubah menjadi lemak. Perubahan ini terjadi di dalam hati. Lemak ini kemudian dibawa ke sel-sel lemak yang dapat menyimpan lemak dalam jumlah tidak terbatas. Karbohidrat menyediakan energi bagi tubuh. 1(satu) gram karbohidrat menghasilkan 4 (empat) kalori. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak. Seseorang yang memakan karbohidrat dalam jumlah berlebihan akan menjadi gemuk hal ini akan meningkatkan kolesterol darah total dalam tubuh. Universitas Sumatera Utara Menurut Grundy (1998) dalam buku gizi dan pangan, konsumsi tinggi karbohidrat cenderung meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Efek karbohidrat tersebut dipengaruhi jenisnya, karbohidrat sederhana lebih besar untuk meningkatkan kadar trigliserida dibandingkan dengan yang kompleks. 2.3.2. Hubungan Lemak dengan Kolesterol Darah Lemak pada makanan membuat rasa lebih gurih dan enak. Lemak terbagi atas lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Akan tetapi asupan lemak memberi sumbangan yang besar terhadap peningkatan kolesterol dalam darah. Sumber utama lemak dan lipida adalah minyak dan tumbuh-tumbuhan seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, mentega, margarin dan lemak hewan. Fungsi lemak sebagai sumber energi merupakan sumber energi yang paling padat. Dalam 1 (satu) gram menghasilkan 9 (sembilan) kalori, yaitu dua setegah kali besar energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama. Sebagai simpanan lemak, merupakan cadangan energi tubuh paling besar. Simpanan ini berasal dari konsumsi berlebihan salah satu atau kombinasi zat-zat energi. Pengaruh lemak terhadap kesehatan bahwa, akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah apabila berlebih dan tidak dapat dikeluarkan dari tubuh melalui feces, urine dan kelenjar. Kondisi ini tidak baik untuk jantung dan pembuluh darah. Hasil penelitian Jonnalagadda dkk (1996) konsumsi tinggi asam lemak jenuh akan meningkatkan kadar kolesterol plasma, diperkirakan setiap penambahan asam lemak jenuh 1% dari total kalori terjadi peningkatan kolesterol darah sebanyak Universitas Sumatera Utara 1,9 mg/dl. Menurut National Cholesterol Education Program (NCEP) menganjurkan untuk membatasi konsumsi asam lemak jenuh <10% total kalori dan jika kadar kolesterol masih tinggi dianjurkan untuk mengurangi sampai 7% dari total kalori (Manurung, 2004) 2.3.3. Hubungan Protein dengan Kolesterol Darah Bahan makanan sumber protein terdiri dari bahan makanan protein hewani dan nabati. Berbagai penelitian memperlihatkan konsumsi protein hewani yang lebih cenderung meningkatkan kadar kolesterol darah. Hal tersebut disebabkan bahan makanan sumber protein nabati dapat mencegah dislipidemia karena kandungan serat dan asam lemak tak jenuhnya (Manurung, 2004) Kelebihan kalori yang disebabkan konsumsi protein yang berlebihan juga dapat meningkatkan sintesis asam lemak sehingga dapat menyebabkan dislipidemia. Dalam hal ini, sumber karbonya membentuk asetil menjadi asetoasetil selanjutnya membentuk kolesterol. 2.4. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat gizi tergantung pada beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, genetika dan keadan fisiologis seperti ibu hamil dan menyususi. Oleh karena itu, perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang digunakan sebagai standart guna mencapai status gizi. Universitas Sumatera Utara Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan adalah banyaknya masingmasing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defesiensi zat gizi. Nilai angka kecukupan gizi untuk semua zat gizi kecuali energi ditetapkan selalu lebih tinggi daripada kecukupan ratarata sehingga dapat dijamin, bahwa kecukupan hampir seluruh penduduk terpenuhi. Oleh karena itu asupan di bawah nilai angka kecukupan gizi tidak selalu berarti tidak cukup, tetapi makin jauh di bawah nilai tersebut risiko yang kurang maupun lebih dari nilai pakainya akan memberikan dampak pada terganggunya kesehatan. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Angka Kecukupan Gizi (energi) rata-rata yang dianjurkan untuk orang dewasa kelompok umur 30-64 tahun. Tabel No 1 2.3. Angka Kecukupan Gizi (Energi) Rata-Rata Yang Dianjurkan (per orang per hari ) Pada Kelompok Umur 30-64 Tahun Golongan Umur Pria : 30-49 tahun 50-64 tahun 2 Wanita 30-49 tahun 50-64 tahun Sumber : Almatsier, 2009 2.5. Berat Badan Tinggi Badan Energi 62 62 165 165 2350 2250 55 55 156 156 1800 1750 Metode Penilaian Konsumsi Pangan Asupan makan merupakan faktor utama yang berperan terhadap status gizi seseorang. untuk menilai status gizi individu dapat dilakukan melalui penilaian konsumsi pangan individu. Penilaian asupan zat gizi individu ditujukan untuk Universitas Sumatera Utara mengetahui kebiasaan makan dan menghitung jumlah yang dimakan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek (Gibson, 1990) Menurut Gibson metode penilaian komsumsi pangan individu dapat dikelompokan menjadi dua kelompok utama, yaitu : (1) Metode konsumsi harian kuantitatif dan (2) Metode riwayat makanan dan frekuensi konsumsi pangan. Kedua metode ini memperoleh informasi retrospektif pola konsumsi pangan pada periode yang lama di masa lalu. Metode ini lazim digunakan untuk menilai asupan kebiasaan pangan atau kelompok pangan spesifik. Dengan modifikasi, metode ini dapat menyediakan data asupan kebiasaan zat gizi. Metode yang dipakai dalam penentuan asupan kebiasaan pangan tingkat individu dapat dibedakan atas 6 metode yaitu (1) Metode ingatan 24 jam (24-hours recall method) (2) Metode pengulangan ingatan 24 jam (repeated 24-hours recall method) (3) Metode pencatatan makanan (food record method) (4) Metode penimbangan pangan (weighed food method) (5) Metode frekuensi konsumsi pangan (food frequency method) (6) Metode riwayat makanan (dietary history). (siagian, 2010). Untuk mendapatkan informasi terhadap kejadian yang telah lalu yang harus digali dari subjek penelitian, metode konsumsi pangan yang dipakai adalah metode ingatan 24 jam (24-hour food recall) dan metode frekuensi konsumsi pangan (food frequensi) (Basuki, 2000). 1. Metode ingatan 24 jam (24-hours recall method) Dalam metode ingatan 24 jam digunakan untuk megetahui kuantitas makanan yang dikonsumsi selama satu hari dengan menggunakan formulir food Universitas Sumatera Utara recall 24 jam. Pada metode ini responden disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu, dimulai dari sejak dia bangun tidur pagi sampai tidur malam harinya. Untuk membantu mengingat dan menentukan jumlah yang dimakan, biasanya menggunakan alat bantu food model. Ketetapan model ini tergantung daya ingat responden dan kemampuan/keahlian pewawancara untuk membantu responden mengingat jenis dan banyaknya makanan dan minuman yang dikonsumsi . Metode ingatan 24 jam jika dilakukan satu hari tidak dapat menggabarkan informasi rata-rata konsumsi. Sebaiknya dilakukan minimal 2x24 dengan selang watu 2 hari. Frekuensi pengukuran yang diperlukan tergantung pada tingkat keakuratan hasil yang diinginkan. Dalam menggunakan metode ini harus memperhitungkan pengaruh akhir minggu, musim dan liburan karena akan berpengaruh pada asupan pangan. Untuk mensiasati dapat menyediakan perkiraan asupan pangan nasional. 2. Metode frekuensi konsumsi pangan (food frequency method) Metode food frequency pangan adalah metode untuk mengatahui kebiasaan konsumsi pangan dari individu dalam jangka waktu tertentu. Prinsip pendekatan frekuensi makanan dalam kaitan antara asupan pangan dengan timbunya penyakit adalah bahwa rata-rata asupan jangka panjang yaitu, minggu, bulan atau tahun. Merupakan paparan yang lebih bermakna dibandingkan asupan pada beberapa hari. Dalam menggunakan metode food frequency perlu diperhatikan faktor-faktor seperti daftar bahan makanan yang akan ditanyakan, lamanya periode yang dimasukkan dalam perhitungan (Gibson, 1990). Universitas Sumatera Utara 2.6. Kerangka Konsep Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Pola Konsumsi Pangan PNS Umur 30 tahun keatas : 1. Jenis Makanan 2. Frekuensi Makanan 3. Konsumsi Energi dan Lemak Penyakit Jantung Koroner Kolesterol Darah Total Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Pola konsumsi pangan PNS dapat dilihat dari jenis makanan, frekuensi makanan, konsumsi energi dan lemak. Hal ini diduga menyebabkan terjadinya peningkatan kolesterol darah total. Jika peningkatan kolesterol darah total terus terjadi keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner, tetapi dalam penelitian ini terjadinya penyakit jantung koroner tidak diteliti. Universitas Sumatera Utara 2.7. Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka dapat dibuat hipotesa penelitian sebagai berikut : 1. Ha : Ada hubungan konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total Ho : Tidak ada hubungan konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total 2. Ha : Ada hubungan konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total Ho : Tidak hubungan konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total 3. Ha : Ada hubungan asupan asam lemak jenuh (ALJ) dengan tingkat kolesterol darah total Ho : Tidak ada hubungan asupan asam lemak jenuh (ALJ) dengan tingkat kolesterol darah total. 4. Ha : Ada hubungan asupan asam lemak tidak jenuh (ALTJ) dengan tingkat kolesterol darah total Ho : Tidak ada hubungan asupan asam lemak tidak jenuh (ALTJ) dengan tingkat kolesterol darah total. Universitas Sumatera Utara