1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyiratkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah sebuah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak usia 0-6 tahun yang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak dapat memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan anak usia dini adalah wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembanganya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada anak dan menjadi penentu keberhasilan proses pendidikan berikutnya. Maka dari itu proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini sebaiknya dilaksanakan dengan tujuan memberikan konsep yang bermakna bagi anak melalui pengalaman nyata. Dalam Pendidikan Anak Usia Dini proses pembelajaran sebaiknya mampu merangsang semua aspek kecerdasan anak, jadi tidak hanya mencakup pada apa yang dipelajari saja, namun juga bagaimana anak mempelajarinya mendeskripsikan sehingga sebuah tidak pengetahuan hanya saja sekedar tapi juga mampu mampu 2 mengembangkan pengetahuan tersebut sehingga perlu dikemas sedemikian rupa agar dapat menghasilkan situasi yang kondusif demi terciptanya perubahan fundamental yang mencakup paradigma, perilaku dan prestasi anak. Dalam penyelenggaraan proses kegiatan, metode pembelajaran dilakukan sambil bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain. Bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain . Diantaranya adalah bermain peran. Cara ini akan lebih berkesan dalam memori otak anakanak untuk perkembangan pengetahuannya karena pada usia dini masa perkembangan memori otaknya sangat pesat. Para ahli psikologi berpendapat bahwa masa usia dini adalah usia emas (golden age). Pemberian rangsangan pendidikan yang tepat pada masa ini berpengaruh sangat signifikan bagi hasil belajar pada jenjang pendidikan berikutnya. Pada masa ini anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik pertumbuhan fisik dan motoriknya, perkembangan moral dan wataknya, serta Intelektual dan Emosionalnya. Pada masa ini pula anak mulai belajar mengembangkan kemampuan berbahasa dan sosialnya. Anak perlu mendapatkan beragam input yang merangsangnya, termasuk dalam berbahasa. Pada usia emas yang datang hanya sekali dan tidak dapat terulang lagi ini, merupakan masa yang sangat penting untuk meningkatkan seluruh potensi kecerdasannya. Anak usia ini harus 3 mendapatkan beragam input yang merangsangnya, terutama dalam berbahasa. Bahasa merupakan sarana komunikasi untuk memperoleh dan menyampaikan informasi ilmu pengetahuan baik melalui lisan maupun tulisan. Kecerdasan berbahasa anak yang meliputi kemampuan menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, dan kemampuan keaksaraan dapat dilaksanakan secara terpadu dengan melalui kegiatan belajar sambil bermain. Dengan kemampuan berbahasa, diarahkan agar anak mampu menggunakan dan mengekspresikan pemikirannya dengan menggunakan kata-kata. Adapun menurut Depdiknas (2007:3) pengembangan bahasa lebih diarahkan agar anak dapat : 1. Mengolah kata secara komprehensif 2. Mengekspresikan kata-kata tersebut dalam bahasa tubuh ucapan dan perbuatan yang dapat dipahami oleh orang lain. 3. Mengerti setiap kata, mengartikan dan menyampaikannya secara utuh kepada orang lain. 4. Berargumentasi meyakinkan orang melalui kata-kata yang diucapkannya. Kemampuan berbahasa pada anak usia dini yang diasah sejak dini akan dapat membantu perkembangan anak pada tahap selanjutnya yaitu pemecahan masalah di pendidikan dasar. 4 Pada anak usia dini kecerdasan berbahasa dapat diperoleh dengan bermacam-macam kegiatan yang memungkinkan anak menggali semua potensi yang dimiliki. Permasalahnnya apabila kegiatan yang dilakukan kurang menumbuhkan kemauan anak untuk berkreasi. Anak kurang kreatif karena hanya melakukan kegiatan yang diperintahkan oleh guru tanpa anak dapat bereksplorasi langsung. Kecerdasan berbahasa atau linguistic Intelligent merupakan salah satu dari kecerdasan Jamak (multiple intelligence) yang harus mendapat perhatian dalam proses pembelajaran anak usia dini. Kecerdasan berbahasa berkaitan dengan kemampuan atau kompetensi untuk menggunakan kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan dan kemampuan untuk memanipulasi sintaks atau struktur bahasa, monologi atau bunyi dalam bahasa, simantiks atau pemaknaan bahasa serta dimensi atau penggunaan secara praktis bahasa (Gardner dalam Satyadarma dan Waruwu, 2003:7). Bila kecerdasan berbahasa ini diasah dengan baik melalui metode pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan, maka akan berkembang dengan sangat baik sehingga anak-anak akan memiliki kemampuan penggunaan bahasa, serta nantinya setelah anak tumbuh besar ia sangat berkompeten untuk menjadi jurnalis, juru cerita, penyair, dan pengacara. Di TKIT Insan Harapan Ngawen Klaten kelompok B Tahun Ajaran 2014/2015, kecerdasan berbahasa anak belum digali dengan baik. 5 Anak-anak kurang memiliki kemampuan berbicara dan berbahasa, beberapa anak terlihat belum bergabung untuk bermain bersama temantemannya. Mereka cenderung lebih suka menyendiri, bahkan ada yang tidak mau keluar kelas saat istirahat untuk bermain dan berinteraksi dengan teman-temannya. berinteraksi atau Padahal berkomunikasi apabila dengan seorang anak teman-temannya, jarang maka perbendaharaaan kata yang dimiliki anak tentu saja kurang atau jauh berbeda dengan anak yang sering berinteraksi dengan lingkungannya sehingga akan berpengaruh juga terhadap kecerdasan berbahasa anak, sehingga perkembangan bahasa anak kurang maksimal sesuai dengan tahap perkembangan bahasa seusianya. Dari 20 anak baru 30 % anak dapat berkembang sesuai harapan dalam kecerdasan berbahasanya. Beberapa asumsi tentang rendahnya kecerdasan berbahasa pada anak-anak dapat disebabkan karena pembelajaran yang digunakan guru masih menggunakan komunikasi searah yaitu hanya berpusat pada guru, dan anak hanya sebagai pendengar, sehinga anak-anak merasa bosan dan jenuh. Keterbatasan sarana dan prasarana dengan kurangnya kreatifitas guru dapat menyebabkan anak pasif dalam mengikuti pembelajaran yang sedang dilaksanakan sehingga anak tidak tertarik dan tidak mau berperan aktif. Padahal dalam pelaksanaan pembelajaran di TK harus dilakukan secara menarik, kreatif, bervariasi dan menyenangkan sehingga anak berperan secara aktif dan bertanggungjawab untuk mendapatkan 6 pengalaman secara langsung dan nyata melalui eksplorasi yang mereka lakukan. Dari beberapa penyebab rendahnya kecerdasan berbahasa anak tersebut maka perlu diupayakan untuk meningkatkan kecerdasan berbahasa dengan melakukan strategi yang sesuai dengan masa perkembangan anak. Maka dari itu kecerdasan berbahasa pada anak dapat dilakukan dengan metode bermain yaitu bermain peran. Dengan bermain peran anak akan merasa senang dan belajar tanpa ada unsur paksaan dari orang lain sehingga anak akan lebih mudah menerima suatu pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Bermain merupakan jembatan bagi semua potensi kecerdasan pada anak, melalui bermain semua potensi kecerdasan yang ada pada anak akan berkembang secara optimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dicarikan jalan keluar dengan mengadakan penelitian berjudul “ Penerapan Bermain Peran Dalam Meningkatkan Kecerdasan Berbahasa Pada anak kelompok B Semester 2 TKIT Insan Harapan Ngawen Klaten Tahun Ajaran 2013/2014 2. Pembatasan Masalah Agar tidak terjadi kesalahpahaman, menghindari terjadinya penafsiran yang tidak sesuai dan penelitian ini lebih efektif, efisien dan terarah, maka penelitian ini dibatasi pada : 1. Kecerdasan berbahasa pada anak usia dini 2. Bermain peran yaitu bermain peran makro 7 3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti adalah “ Apakah penerapan bermain peran dapat meningkatkan kecerdasan berbahasa pada anak kelompok B TKIT Insan Harapan Ngawen Klaten ?” 4. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan berbahasa anak melalui bermain peran pada anak kelompok B TKIT Insan Harapan Ngawen Tahun Ajaran 2013/2014 2. Tujuan Khusus a) Meningkatkan kecerdasan berbahasa pada anak b) Kegiatan pembelajaran lebih bervariatif dan kreatif c) Anak dapat berkomunikasi aktif 5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi anak a. Anak belajar berbahasa dengan lebih bervariasi b. Anak belajar berbahasa lebih mudah dan menyenangkan c. Anak dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran 8 2. Manfaat bagi guru a. Sebagai dasar pertimbangan guru dalam memilih metode dan media yang lebih sesuai dengan perkembangan anak b. Membantu mempermudah guru dalam mengembangkan kecerdasan berbahasa anak c. Sebagai rujukan guru dalam memberikan saran kepada orang tua untuk meningkatkan kecerdasan berbahasa 3. Manfaat bagi sekolah a) Menambah koleksi buku perpustakaan b) Meningkatkan kecerdasan berbahasa anak