PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI EIGEN PADA SUATU MODEL GETARAN SUCI KURNIATI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 ABSTRAK SUCI KURNIATI. Penggunaan Metode Homotopi untuk Menyelesaikan Masalah Nilai Eigen pada Suatu Model Getaran. Dibimbing oleh Jaharuddin dan Ali Kusnanto. Umumnya model matematika berbentuk taklinear. Masalah taklinear yang muncul dalam masalah getaran merupakan akibat dari komponen gaya luar yang diberikan pada sistem. Ini merupakan suatu masalah nilai eigen. Penyelesaian masalah nilai eigen tersebut dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode Homotopi, yang merupakan pendekatan analitik berupa deret. Sukusuku deret tersebut diperoleh berdasarkan suatu rumus rekursif yang merupakan deformasi orde tinggi. Kekonvergenan penyelesaian pada masalah getaran bergantung pada nilai parameter homotopi dan koefisien dari faktor taklinearnya. Kata kunci: masalah taklinear, nilai eigen, dan metode homotopi. ABSTRACT SUCI KURNIATI. Application of the Homotopy Method to Solve Eigen Value in A Vibration Model. Supervised by Jaharuddin and Ali Kusnanto. Most mathematical models of natural phenomena are nonlinear model. One of the nonlinear problems is a problem of vibration which can be considered as an eigen value problem. Here, the nonlinear factor appeared due to the external forces applied to the system. The vibration problem in this study, was solved using the homotopy method. The homotopy method is analytical approach in the nonlinear problems within the series form. The terms of the series were obtained based on a recursive formula in a high deformation. A convergent solution of the series dependent on both the homotopy parameter and the coefficient of nonlinear factors appeared in the model. Keywords: nonlinear problems, eigenvalues, and homotopy method. PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI EIGEN PADA SUATU MODEL GETARAN SUCI KURNIATI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... I PENDAHULUAN .............................................................................................................. II LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Differensial ............................................................................................... 2.2 Deret Taylor ................................................................................................................ 2.3 Metode Homotopi ....................................................................................................... 2.4 Persamaan Osilasi Taklinear ....................................................................................... ix ix 1 2 2 2 3 III PEMBAHASAN 3.1 Analisis Metode........................................................................................................... 4 3.2 Aplikasi Metode .......................................................................................................... 6 3.3 Kekonvergenan Deret .................................................................................................. 9 3.4 Hasil Numerik ............................................................................................................ 10 IV KESIMPULAN .................................................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12 LAMPIRAN ............................................................................................................................. 14 DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. Halaman Perubahan getaran pada pegas ………………………………………………………………… 3 Perbandingan solusi eksak dan metode homotopi dari masalah nilai awal ………………… 6 Grafik fungsi terhadap untuk 1/2 ……………………………………………………. 11 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menentukan Penyelesaian pada Contoh Masalah Nilai Awal ……………………………. 14 Penurunan Persamaan (3.30) ………………………………………………………………. 16 Penurunan Persamaan (3.32) ………………………………………………………………. 19 Penurunan Persamaan (3.36) ………………………………………………………………. 20 Penurunan Persamaan (3.37) ………………………………………………………………. 22 Program Maple ………………………………………………………………………………. 24 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 6 Mei 1988 sebagai anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Djoko Suseno dan Dwi Mulyaningsih. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu di SD YPWKS II lulus pada tahun 2000, SMPN I Cilegon lulus pada tahun 2003, SMAN I Cilegon lulus pada tahun 2006, dan diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur USMI dan pada tahun 2007 penulis memilih Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan, yaitu Gugus Mahasiswa Matematika (GUMATIKA) sebagai sekertaris PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia). Menjadi staf pengajar pada Bimbingan Belajar GUMATIKA, menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Pemrograman Tak Linear, tutor untuk mahasiswa pra-Universitas pada mata kuliah Pengantar Matematika. Selain itu, penulis juga pernah menjadi tim pengajar persiapan UAN pada SMA YPHB Bogor dan saat ini menjadi pengajar di MSCollege. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seringkali peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dapat dimodelkan dalam suatu persamaan matematika. Model matematika tersebut umumnya memuat bentuk taklinear yang dapat dimodelkan dalam masalah taklinear. Masalah taklinear adalah suatu masalah yang memuat suatu persamaan yang bentuknya taklinear. Masalah taklinear sering muncul diberbagai cabang ilmu pengetahuan. Salah satunya dibidang fisika terutama pada masalah osilasi pegas. Jika gaya luar yang bekerja pada pegas diabaikan, maka getaran yang dimunculkan pada osilasi pegas dapat dimodelkan dalam suatu persamaan matematika yang bentuknya linear. Namun, bilamana pada pegas tersebut diberikan gaya yang bentuknya taklinear, maka model matematika untuk getaran pegas tersebut berbentuk taklinear. Contoh lain fenomena alam yang dapat dimodelkan dalam model getaran adalah getaran yang muncul pada gempa bumi. Persamaan taklinear pada umumnya sulit untuk ditentukan solusinya baik secara analitik maupun secara numerik. Banyak penelitian telah dilakukan untuk menentukan solusi dari masalah taklinear. Salah satu metode analitik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah taklinear adalah metode perturbasi. Metode perturbasi banyak digunakan untuk menyelesaikan fenomenafenomena alam yang dapat dimodelkan dalam bentuk tak linear. Metode perturbasi bergantung pada suatu parameter yang cukup kecil untuk memperlemah faktor taklinearnya [Liou]. Selain itu, terdapat metode dekomposisi Adomian [Adomian, 1988] dimana penyelesaian masalah taklinear dinyatakan dalam suatu deret pangkat yang hanya terdefinisi pada daerah kekonvergenannya. Dalam karya ilmiah ini akan dibahas suatu metode analitik untuk menyelesaikan masalah taklinear, yaitu metode homotopi. Dalam metode homotopi, pendekatan penyelesaian dinyatakan dalam suatu deret. Tidak seperti metode perturbasi, dalam metode homotopi faktor taklinear tidak perlu diperlemah, tetapi bergantung pada suatu parameter bantu. Disamping itu, metode homotopi memberikan kebebasan dalam memilih fungsi basis yang tepat untuk mendekati masalah taklinear tersebut. Dalam metode ini, perlu mendefinisikan suatu operator taklinear yang didasarkan pada bentuk taklinear dari masalah taklinear tersebut. Dalam karya ilmiah ini, metode homotopi akan digunakan untuk menyelesaikan suatu model getaran. Model ini berbentuk taklinear dan memuat suatu konstanta yang ingin ditentukan (nilai eigen) sehingga masalah tersebut merupakan suatu masalah nilai eigen. 1.2 Tujuan Penulisan Berdasarkan penjabaran dari latar belakang, tujuan dari karya ilmiah ini adalah: 1. Menggunakan metode homotopi untuk menyelesaikan suatu masalah nilai eigen dengan mengkonstruksi suatu rumus rekursif. 2. Menggambarkan grafik pendekatan penyelesaian dari suatu masalah nilai eigen berdasarkan rumus rekursif yang telah diperoleh dengan bantuan software Maple. Validitas dari hasil numerik yang diperoleh didasarkan pada orde-orde deret yang digunakan. 1.3 Sistematika Penulisan Karya ilmiah ini terdiri dari empat bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi landasan teori yang meliputi beberapa istilah dan konsep dari metode homotopi untuk menyelesaian masalah nilai awal pada persamaan yang akan digunakan dalam pembahasan. Bab ketiga merupakan pembahasan dan hasil yang berisi mengenai analisis metode yang akan digunakan, aplikasi metode berupa contoh kasus, dan hasil numerik. Bab terakhir berupa kesimpulan dari keseluruhan karya ilmiah ini. II LANDASAN TEORI Untuk memahami masalah nilai eigen yang dibahas dalam karya tulis ini, diperlukan beberapa konsep berikut ini. Beberapa konsep yang digunakan adalah persamaan differensial [Farlow, 1994], Deret Taylor [Kreyszig 2006], konsep metode homotopi [Liao, 2004], dan penurunan persamaan osilasi [Kreyszig 2006]. 2.1 Persamaan Diferensial Persamaan diferensial merupakan suatu persamaan yang memuat turunan dari fungsi satu variabel atau lebih terhadap satu atau lebih variabel bebas. Jika turunan fungsi tersebut hanya tergantung pada satu variabel bebas, maka persamaan diferensial tersebut dikatakan persamaan diferensial biasa. Selanjutnya, jika turunan fungsi tersebut bergantung pada lebih dari satu variabel bebas, maka persamaan diferensial tersebut dinamakan persamaan diferensial parsial. Masalah persamaan diferensial yang melibatkan nilai awal dinamakan masalah nilai awal, sedangkan masalah persamaan diferensial yang melibatkan nilai batas disebut masalah nilai batas. 2.2 Deret Taylor Deret Taylor adalah bentuk khusus deret pangkat dari suatu fungsi. Deret pangkat dapat digunakan sebagai pendekatan dari integral suatu fungsi yang tidak mempunyai antiturunan elementer. Selain itu, deret pangkat juga digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial. Bentuk umum deret Taylor dari suatu fungsi di sekitar adalah ∑ ! ! ∑ 1 (2.3) 2.3 Metode Homotopi Dalam tulisan ini akan dibahas penyelesaian suatu masalah taklinear dengan menggunakan metode homotopi yang merupakan bentuk umum dari metode perturbasi dan metode dekomposisi Adomian. Misalkan diberikan persamaan diferensial berikut : ! 0, $ Ω (2.4) dengan suatu operator turunan yang fungsi yang akan taklinear dan ditentukan dan bergantung pada peubah bebas . Selanjutnya didefnisikan pula suatu operator linear & yang memenuhi &! 0, bila 0. (2.5) Operator dibagi menjadi dua bagian, yaitu & dan ( yang masing-masing merupakan operator linear dan taklinear. Jadi, persamaan diferensial (2.4) dapat ditulis: & ! ( ! 0. (2.6) Misal diberikan pendekatan awal dari penyelesaian persamaan (2.4) dan ) $ 0,1! suatu parameter. Didefinisikan fungsi real * , ): Ω , 0,1! - ., dan suatu fungsi H sebagai berikut : / *, ) 1 )&* ! ) *! / *, ) &*! )(*! 1 )& ! atau ! ! Sebagai contoh, (2.7) (2.2) 3 Berdasarkan persamaan (2.7), maka untuk )0 dan )1 masing-masing memberikan persamaan berikut: dan / * , 0,0 &* , 0 ! / * , 1,1 * , 1!. Kemudian menurut persamaan (2.4) dan persamaan (2.5) diperoleh bahwa fungsi * , 0 dan * , 1 masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan / * , 0,0 0 dan / * , 1,1 0. Dengan demikian peningkatan nilai ) dari 0 ke 1 menyatakan perubahan nilai / *, ) dari &* ! ke *!. Dalam topologi, proses ini disebut deformasi. 2.4 Persamaan Osilasi Taklinear Persamaan osilasi biasanya muncul pada masalah getaran sebuah pegas yang direnggangkan. Tinjau sebuah pegas yang digambarkan dalam Gambar 1. Menurut hukum Newton kedua, gaya yang bekerja pada pegas berbentuk 0 " 2 Mula-mula pegas dalam kondisi diam, seperti pada Gambar 1a lalu diregangkan sepanjang 3 sehingga menyebabkan 2 pada pegas meningkat. Hal ini memperlihatkan bahwa 2 adalah gaya yang sebanding dengan regangan sebesar 3 , yaitu 2 43 4 5 0 adalah konstanta pegas. Tanda minus mengidentifikasi bahwa 2 naik. Pada Gambar 1b pegas dalam keadaan setimbang dengan simpangan diukur dari keseimbangan. Jika dari posisi awal 0 lalu ditarik atau direnggangkan sehingga 5 0, maka menurut hukum Hooke, gaya 2 pada pegas naik dan yang dirumuskan dalam persamaan berikut: 2 4 Jika persamaan (2.8) digunakan, maka didapatkan persamaan berikut: 0 " 4 0 (2.10) Berdasarkan persamaan (2.4) dan (2.6) diperoleh model getaran pegas dalam bentuk linear berikut 0 " 6 0, Jika gaya luar yang bekerja pada pegas berbentuk taklinear berikut (2.8) dengan merupakan simpangan pegas (getaran) dalam waktu , 0 massa dan 2 gaya (2.9) ( ! 7 8 maka persamaan (2.8) menjadi 0 " 6 7 8 0 (2.11) Untuk 0 1 persamaan (2.11) menjadi " dengan Gambar 1. Perubahan getaran pada pegas 6 7 nilai 8 awal 0 (2.12) 0 1 0 4 III PEMBAHASAN DAN HASIL Pada bagian ini akan dibahas penggunaan dari metode homotopi untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear. Metode homotopi yang diterapkan dalam tulisan ini mengikuti pustaka (Liao, 2004). persamaan / *; 0, , 9 0 dan / *; 1, , 9 0 masing-masing adalah: dan 3.1 Analisis Metode Untuk menyelesaikan masalah nilai awal pada persamaan (2.12) dapat digunakan metode homotopi. Masalah nilai awal tersebut dapat dinyatakan secara umum dalam bentuk persamaan (2.4). Dalam metode homotopi didefinisikan fungsi * , ), , 9 yang tidak hanya bergantung pada dan ), tetapi juga bergantung pada parameter bantu : 0 dan fungsi real 9 : 0. Misalkan fungsi / dinyatakan sebagai berikut / *; ), , 9 1 )&* ; ), , 9 ! ) 9 * ; ), , 9!. (3.1) Selanjutnya akan dibahas penyelesaian dari persamaan berikut: 1 )&* ; ), , 9 ! ) 9 * ; ), , 9!. (3.2) Jadi, fungsi * ; ), , 9 tidak hanya bergantung pada parameter ), tetapi juga bergantung pada parameter bantu dan fungsi bantu 9 . Berdasarkan persamaan (3.1), maka pada saat ) 0 dan ) 1 masing-masing memberikan persamaan berikut: / *; 0, , 9 &* ; 0, , 9 dan ! / *; 1, , 9 9 * ; 1, , 9!. Berdasarkan persamaan (2.4) dan persamaan (2.5), maka penyelesaian dari (3.3) * ; 1, , 9. (3.4) Persamaan (3.3) dan (3.4) bergantung pada parameter bantu dan fungsi bantu 9 yang dapat dipilih sembarang. Dalam pemilihan parameter bantu , fungsi bantu 9 , pendekatan awal , dan operator linear & perlu memperhatikan validitas dari metode homotopi. Dengan pemilihan yang tepat, terjamin adanya fungsi * ; ), , 9 dan turunan-turunannya terhadap ) untuk setiap ) $ 0,1!. Turunan ke 0 dari fungsi * ; ), , 9 terhadap ) yang dihitung di ) 0 adalah: < dan dinotasikan < 1 0! = < * ; ), , 9 |? =) < < 1 = < * ; ), , 9 |? . =) < 0! / * ; ), , 9 0 atau * ; 0, , 9 Deret Taylor dari fungsi * ; ), , 9 di sekitar ) 0 adalah * ; ), , 9 * ; 0, , 9 1 = < * ; ), , 9 @ |? ) < 0! =) < < atau * ; ), , 9 @ < < ) < . (3.5) Dengan memilih , 9 , , dan & juga dapat mengakibatkan kekonvergenan deret pada persamaan (3.5) di ) 1, 5 sehingga untuk ) 1, dari persamaan (3.5) diperoleh * ; 1, , 9 Karena diperoleh ∑ < * ; 1, , 9, ∑ < < . < . maka (3.7) & < B< < ! 9 C< D< ! (3.8) dengan D< , , , … , < , C< D< ! 1 = < * ; ), , 9! |? 0 1! =) < 1, 0 F 1 .L B< E 0, 0 lainnya Dengan demikian apabila diberikan masalah taklinear dengan persamaan differensial pada persamaan (2.4), maka dengan metode homotopi diperoleh solusi pendekatan masalah taklinear tersebut sebagai berikut: < M @ N < dengan < diperoleh dari persamaan (3.6) dan merupakan pendekatan awal dari solusi . Untuk lebih memahami metode ini akan diberikan suatu contoh masalah tak linear yang dinyatakan dalam masalah nilai awal berikut O exp 1 0, 1 ln S (3.6) Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara penyelesaian eksak dari persamaan (2.4) dengan pendekatan awal dan < , 0 1,2, … yang akan ditentukan. Dalam menentukan persamaan < , 0 1,2, … dapat diperoleh dengan cara menurunkan persamaan (3.2) terhadap ) hingga 0 kali dan mengevaluasi pada saat ) 0 lalu dibagi dengan 0! sehingga diperoleh persamaan berikut: dan dengan syarat awal 0 0 Penyelesaian eksak masalah nilai awal pada persamaan (3.9) adalah (3.9) Berikut ini akan ditentukan solusi masalah nilai awal pada persamaan (3.9) dengan menggunakan metode homotopi. Untuk itu, misalkan * ; )! =* ; ) exp * ; 0 1 = dan &* ; )! =* ; ) , = Dengan menggunakan persamaan (3.8), dan dipilih 1 , diperoleh B U T C D ! V. (3.10) (lampiran 1) sehingga diperoleh , sebagai berikut: S exp 1 S S U S S S 2S WU S U S U S U Jika dipilih h = −1 , maka penyelesaian masalah nilai awal (3.9) tersebut adalah M S S U S S 2S WU S U S U Perbandingan penyelesaian masalah nilai awal (3.9) secara eksak dan penyelesaian dengan metode homotopi diberikan pada Gambar 2. Pada Gambar 2, terlihat bahwa penyelesaian eksak dan penyelesaian dengan menggunakan metode homotopi cukup dekat pada daerah t tertentu. Penambahan daerah kekonvergenan bergantung pada pemilihan fungsi B t dan parameter h. 6 Berikut ini akan ditentukan penyelesaian dari masalah nilai awal (3.11) dengan menggunakan metode homotopi. Dalam metode homotopi ini, operator linear yang dipilih adalah: : eksak ------ : homotopi &* =* ^a * = Berdasarkan operator L di atas, diperoleh &C sin nπx C cos nπx! 0. (3.13) Gambar 2: Perbandingan solusi eksak dan metode homotopi dari masalah nilai awal (3.9) Kemudian dari persamaan (3.11) didefinisikan operator taklinear sebagai berikut: 3.2 Aplikasi Metode * , ), i )! Berikut ini uraian mengenai penggunaan metode homotopi yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Tinjau model getaran yang dinyatakan dalam persamaan berikut V 6 Z8 0 V dengan nilai awal 0 1 0 dimana Z suatu parameter dan 6 merupakan suatu nilai eigen yang berkaitan dengan fungsi eigen . Pada bagian ini akan ditentukan nilai eigen 6 yang berkaitan dengan fungsi eigen yang telah dinormalkan dan memenuhi persamaan berikut [ \ ] [ \ 6 Z8 0 (3.11) j \ i )* , ) Z * 8 , ) (3.14) dimana ) $ 0,1! merupakan suatu parameter, fungsi * , ) adalah fungsi dari dan ) dan i ) adalah fungsi dari ) yang masing-masing merupakan transformasi dari fungsi dan 6. Misalkan didefinisikan fungsi * , ), , 9 yang tidak hanya bergantung pada dan ) tetapi juga bergantung pada parameter bantu : 0 dan fungsi bantu 9 : 0. Fungsi / dinyatakan dalam bentuk : / *, ), , 9 0 1 0 dengan kondisi penormalan T V 1 dimana ^ bilangan asli. Misalkan diberikan fungsi basis berupa fungsi sinus sebagai berikut: _sin 24 1^a!|^ b 1, 4 0,1,2 …c, maka penyelesaian dari persamaan (3.11) berbentuk @ Z,d sin 24 1^a! d j\ k ,? (3.12) dengan Z,d adalah koefisien dari deret. 1 )&l* , ), , 9 , m )9 * , ), , 9, i )! (3.15) dengan , merupakan pendekatan solusi awal. Selanjutnya, misalkan fungsi * , ), , 9 yang akan dibahas adalah penyelesaiaan dari persamaan berikut : / * , ), , 9 0 7 atau 1 )&l* , ), , 9 , m (3.16) )9 * , ), , 9, i )! dengan nilai awal * 0, ), , 9 * 1, ), , 9 0. Untuk ) 0, berdasarkan (3.15) diperoleh : / *, 0, , 9 &l* , 0, , 9 , m. (3.17) &! 0 , jika 0 (3.18) * , 0, , 9 , 0 d d! , atau * , 0, , 9 , . (3.19) Untuk ) 1, berdasarkan persamaan (3.15) diperoleh / *, 1, , 9 9 * , 1, , 9, i 1!. = d * , ), , 9 |? . =) d jo k ,?,p,q |? j?o d! (3.23) dan dapat dinotasikan sebagai berikut jo k ,?,p,q |? . j?o ,d d! (3.24) (3.20) Karena ! 0, (3.21) dan (3.21) Deret Taylor dari fungsi * , ), , 9 terhadap ) di sekitar ) 0 adalah * , ), , 9 ∑ d jo k ,?,p,q d! j? o |? ) d * , 0, , 9 ∑ d * , 1, , 9, i 1! 0 jo k ,?,p,q d! j? o |? ) d d , ∑ d ,d ) . (3.25) sehingga * , 1, , 9 dan i 1 6 . , Jika kedua ruas persamaan di atas dibagi dengan 4!, maka diperoleh maka dari persamaan (3.17) diperoleh (3.20) Turunan ke-4 dari fungsi * , ), , 9 terhadap ) yang dihitung di ) 0 adalah d Karena maka berdasarkan diperoleh Penyelesaiaan dari persamaan (3.19) dan (3.22) bergantung pada parameter bantu dan fungsi bantu 9 yang dapat dipilih sembarang. Pemilihan parameter bantu , fungsi bantu 9 , pendekatan awal , dan operator & perlu memperhatikan validitas dari metode homotopi. Dengan pemilihan yang tepat, terjamin adanya fungsi * , ), , 9, i ) dan turunanturunannya terhadap ) untuk n ) $ 0,1!. (3.22) Dengan menaikkan parameter ) dari 0 menjadi 1, nilai * , ), , 9 bervariasi dari nilai awal , ke solusi , sehingga i ) dari nilai awal 6, menjadi 6 . Selanjutnya, dengan pemilihan , 9 , , dan & mengakibatkan kekonvergenan dari persamaan (3.25) di ) 1. Jadi untuk ) 1 dari persamaan (3.25) didapatkan d * , 1, , 9 , ∑ d ,d 1 , ∑ d ,d 8 Karena * , 1, , 9 , maka , ∑ (3.26) d ,d . Selanjutnya, turunan ke-4 dari fungsi i ) terhadap ) yang dihitung di ) 0 adalah d 6 ) = i ) | . =) d ? d d 6 ) d! | 6,d . (3.27) Deret Taylor dari fungsi i ) terhadap ) disekitar ) 0 adalah i ) @ d 1 = d i ) | )d 4! =) d ? d 6, ∑ d 6,d ) . (lampiran 2) C,d u tD,d , 6D,d v d ",d () @ 6< ,d< () d < < @ ,d< () @ , () ,< () < (3.32) (lampiran 3) (3.28) Selanjutnya untuk ) 1, maka persamaan (3.28) menjadi d i 1 6, ∑ d 6,d 1 6, ∑ d 6,d . Karena i 1 6 , maka 6 6, ∑ d 6,d . tD,d _, , , , , , … , ,d c Jika persamaan (3.11) disubstitusikan ke persamaan (3.31), maka diperoleh Jika kedua ruas persamaan di atas dibagi dengan 4!, maka diperoleh: jo r ? d! j? o ? 0 ,4 F 1 L dengan {d E 1 , 4 |Z}^^ Z (3.29) Untuk beberapa nilai ^ b 1, ,d () dan 6,d tidak diketahui untuk 4 b 1, tetapi hanya mempunyai satu persamaan, yaitu persamaan (3.30) untuk ,d (). Dengan demikian dibutuhkan suatu persamaan tambahan untuk menentukan 6,d . Berdasarkan persamaan (3.12), bentuk tD,d , 6D,d v dapat dinyatakan C,d u ,o C,d u tD,d , 6D,d v ∑< V,< sin (20 Hasil ini menunjukkan hubungan 1)^a! antara penyelesaian eksak dari persamaan (3.11) dengan pendekatan awal , , (3.33) 6, dan ,d , ^ 1,2,3, … yang akan dengan V,< adalah koefisien deret dan ,d ditentukan. Persamaan untuk menentukan bilangan asli yang bergantung pada ^ dan 4. ,d ^ 1,2,3, … diperoleh sebagai berikut. Jika kedua ruas pada persamaan Selanjutnya untuk penyederhanaan dipilih (3.16) diturunkan terhadap ) hingga 4 kali 9() 1, maka dan mengevaluasi pada ) 0 kemudian dibagi oleh 4!, maka diperoleh persamaan C,d u tD,d , 6D,d v berikut: ,o ,d ∑< < u6Dd vsin (20 1)^a! &l,d Bd ,d m 9 C,d tD,d , 6D,d ! (3.30) (3.34) dengan nilai awal ,d 0 ,d 1 0, dan ,d D u6d v adalah koefisien deret, dengan < C,d u tD,d , 6D,d v bilangan asli yang bergantung pada dan owx ,d [ * , ), , 9, i )!| ? owx nilai ^ dan 4. Dengan demikian pada ruas d! [? (3.31) kanan persamaan (3.30) terdapat bentuk 9 ,d u6Dd v sin ^a Jika ,d u6Dd v : 0, maka berdasarkan persamaan (3.13) diperoleh solusi ,d memiliki bentuk sin ^ a, padahal bentuk tersebut tidak memenuhi persamaan (3.12). Untuk menghindari hal tersebut, maka dipilih ,d u6Dd v 0. (3.35) Jadi penyelesaian masalah nilai awal (3.11) berbentuk ,d {d ,d ,o ,o p ∑< sin 20 \ <W\ ! sin ^a cos ^a . 1^a! (3.36) Dengan demikian fungsi eigen dan nilai eigen untuk masalah nilai eigen (3.11) diperoleh dalam bentuk M , ∑< d ,d 6 M 6, ∑< d 6,d 3.3 Kekonvergenan Deret Berikut ini akan diperlihatkan bahwa deret 6 6, ∑W d 6,d (3.45) @ ,d 4 2 1 (3.37) dengan T ,d sin ^aV (3.38) V T ,d (3.39) dan d konvergen ke atau dapat dituliskan @ ,d d (3.46) yang berakibat bahwa ,d ∑d , {d ,d lim ,d 0. d- 1^a! (3.40) (lampiran 5) Persamaan (3.37) merupakan persamaan kuadrat dengan akar-akar berbentuk 2 4 2 1 (3.44) merupakan penyelesaian dari masalah nilai eigen (3.11) asalkan deret (3.44) dan (3.45) tersebut konvergen. Untuk itu dimisalkan deret diperoleh ,o tD ,o p owx ∑< sin 20 \ <W\ ! , ∑W d ,d dan Berdasarkan persamaan (3.12), maka T ∑d< ,< V 1 (3.43) dimana , dan 6, masing-masing pendekatan solusi awal, sedangkan ,d dan 6,d masing-masing diperoleh dari persamaan (3.35) dan (3.36). (lampiran 4) dipilih 0. Kemudian dari penormalan berikut (3.42) . (3.41) (3.47) Berdasarkan definisi diperoleh bentuk Bd , maka akan < @,d Bd ,d ! d , u, , v u,8 , v u,< ,< v 10 ,< () (3.45) memenuhi persamaan (3.11) dengan dan 6 masing-masing merupakan nilai eigen dan fungsi eigen pada persamaan (3.11). (3.48) sehingga dari persamaan (3.47) diperoleh ∞ ∑[u n ,k ( x) − χ k un ,k ( x)] = lim un ,m ( x) = 0 m →∞ k=1 3.4 Hasil Numerik (3.49) Untuk menyelesaikan masalah nilai awal (3.11), maka berikut ini merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan: Selanjutnya, jika persamaan (3.49) dan definisi & pada (3.13) digunakan, maka diperoleh < @ &,d () B ,d ()! 1. d & @,d () Bd ,d ()! 0. d (3.50) Jadi berdasarkan persamaan (3.50) dan (3.30), diperoleh W @ &,d () Bd ,d ()! d W tD,d , 6D,d m 0. 9() @ Cd l d Karena : 0 dan 9() 1, maka ∑W tD,d , 6D,d m 0. d Cd l (3.51) Jika persamaan (3.32) disubstitusikan ke persamaan (3.51), maka diperoleh \ [ l∑W d ,d ()m [ \ W u∑< 6,< vl∑W d ,d ()m 8 W () l∑d ,d m 0. Misalkan diberikan penyelesaian pendekatan awal dari persamaan (3.11), yaitu , √2 sin ^a 2. Menentukan penyelesaian pendekatan untuk orde ke yaitu ,d dari persamaan (3.11) dilakukan sebagai berikut: i. Menentukan C,d dari persamaan dari persamaan (3.32). ii. Menentukan dan dari persamaan (3.38) dan (3.39). iii. Menentukan ,d dari persamaan (3.36). 3. Menentukan penyelesaian persamaan (3.11) dari persamaan (3.42). Dengan bantuan software MAPLE, maka berikut ini akan digambarkan grafik penyelesaian masalah nilai awal (3.11) yang merupakan fungsi eigen dengan dan Z diberikan. Gambar 3. menunjukkan grafik fungsi untuk berbeda-beda dengan Z yang (3.52) a=-50 (---) Selanjutnya, berdasarkan persamaan (3.11) dapat dimisalkan , () √2 sin ^a (3.53) a=-25 (---) a=25 (---) a=50 (---) Berdasarkan persamaan (3.53) dan (3.30), diperoleh nilai awal dari persamaan (3.53), yaitu: W W d d @ ,d 0 @ ,d 1 0 (3.54) Berdasarkan persamaan (3.52) dan (3.54) dapat disimpulkan bahwa deret (3.44) dan Gambar 3. Grafik fungsi terhadap untuk 1/2 dengan Z berbeda-beda. Berdasarkan dari Gambar 3 diperoleh bahwa untuk Z yang negatif diperoleh kekonvergenan deret penyelesaian , sedangkan untuk Z yang positif, penyelesaian berubah dengan cepat sehingga tidak mencapai kekonvergenan. Untuk 1/2 dan 2/5 dengan Z 50, diperoleh penyelesaian seperti diperlihatkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Penyelesaian untuk yang berbeda Penyelesaian x ℎ 1/2 ℎ 1/2 ℎ 2/5 ℎ 2/5 ℎ<0 Galat ℎ>0 Galat 0.0 0.03 0.03 0.03 0.03 0 0 0.2 1.06 1.48 1.06 1.35 0 0.13 0.4 1.21 0.53 1.21 0.83 0 0.3 0.6 1.21 0.55 1.21 0.85 0 0.3 0.8 1.01 1.48 1.01 1.34 0 0.14 1.0 0.02 0.02 0.02 0.02 0 0 Berdasarkan Tabel 1. diperoleh bahwa pemilihan nilai ℎ yang negatif memberikan kekonvergenan deret , hal ini nampak pada galat yang diperoleh. Selain itu, kekonvergenan deret juga bergantung pada nilai Z > 0 yang muncul pada model persamaan dan hubungan dengan nilai ℎ diberikan oleh Tabel 2. Nilai Eigen Masalah Nilai Awal (3.11) Z 6 / ^a -25 4.80339 -20 4.04272 Sebagai contoh, jika Z 50, maka dipilih ℎ 1/7 -15 3.28204 -50 8.60679 Nilai eigen dari masalah nilai awal (3.11), yaitu 6 ∑N 6N dengan ℎ 1 dan berbagai nilai Z diberikan dalam Tabel 2. berikut: 0 1 25 -2.80339 20 -2.04272 15 -1.28204 ℎ 1 1 |Z| IV KESIMPULAN Metode homotopi dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear. Dalam metode ini diperlukan suatu parameter dan suatu fungsi bantu yang dapat dipilih dan pemilihan kedua besaran tersebut memberikan kontribusi pada perluasan daerah kekonvergenan deret. Salah satu masalah taklinear yang diselesaikan dengan metode homotopi adalah masalah pada model getaran. Dalam model ini termuat suatu nilai dan fungsi eigen yang akan ditentukan. Parameter yang dipilih dalam metode ini bergantung pada suatu konstanta yang merupakan koefisien faktor taklinear pada model persamaan, sedangkan fungsi bantu dipilih berupa fungsi konstan. Penyelesaian masalah nilai eigen pada model getaran dinyatakan dalam bentuk deret dimana suku-suku dalam deret tersebut diperoleh dari persamaan rekursif. masalah nilai eigen. Kekonvergenan penyelesaian masalah nilai eigen bergantung pada parameter pada metode homotopi (). Jika negatif, maka penyelesaian masalah nilai eigen tersebut berupa deret yang konvergen. Sebaliknya untuk positif penyelesaian masalah nilai eigen berupa deret yang tidak konvergen. Selain itu, kekonvergenan penyelesaian masalah nilai eigen juga bergantung kepada koefisien dari faktor taklinear yang muncul dari model persamaan. Jika koefisien faktor taklinear negatif maka deret dari penyelesaian masalah tersebut konvergen. Sebaliknya untuk koefisien faktor taklinear positif, maka deret dari penyelesaian masalah tersebut tidak konvergen. Dengan menggunakan bantuan software MAPLE 12 diperoleh penyelesaian . DAFTAR PUSTAKA Adomian G.1988. A review of the decomposition method in applied mathematics. J. Math. Anal. Appl., 135, 501-544. Jaharuddin. 2008. Analisis Homotopi dalam Penyelesaian suatu Masalah Taklinear. Jurnal Matematika dan Aplikasinya. 7:6-16. Liao S. 2004. Beyond Perturbation: Introduction to the Homotopi Analysis Method. Boca Raton, London, New York Washington, D.C. Nayfeh A H. 2000. Perturbation Methods, Wiley, New York. Stewart J. 2003. Kalkulus Jilid 2. Edisi Keempat. IN Susila dan H Gunawan, penerjemah; N Mahanani dan A Safitri. Editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Calkulus, Fourth Edition. Kreyszig E. 2006. Advanced Engineering Mathematics 9th edition. John Wiley dan Sons, Inc. 13 Lampiran 1 Menentukan Penyelesaian pada Contoh Masalah Nilai Awal (3.9) Perhatikan masalah nilai batas (3.9) berikut: O () exp 1 0, 0 0 Didefinisikan * ; )! =* ; ) exp * ; ) 1 = dan *(; ))! =*(; )) = Dengan menggunakan persamaan (3.8), yaitu l () χ ()m 9()( tD ! diperoleh U l () χ ()m 9()( tD ! atau U () χ () 9()( ( tD ) V atau U tD ) V. () χ () T 9()( ( Jika dipilih fungsi 9() 1, maka diperoleh U tD ) V, () χ () ( ( atau U 1 = *(: ))! V. (^ 1)! =) ? () χ () L Karena () *(; 0), dan dipilih pendekatan awal () , maka untuk n = 1 U () χ () T *(: 0)! V. U =*(; 0) () exp * ; 0 1 V. = U 1 exp 1 V. S U S 14 Untuk n = 2 U () () U S U S U = L =*(; )) exp * ; ) 1 V. =) = ? = =* ; ) L 1 =uexpu* ; )vv V. = =) S =) ? S S U = 1 S V. = S U S S S S V. S S U S S S 2S U S U S U S U . Dengan cara yang sama untuk nilai n yang lainnya, diperoleh barisan , , … sebagai berikut S U S S S U S S S 2S U S U S U S U . Dengan demikian penyelesaian masalah nilai batas (3.9) dengan menggunakan metode homotopi adalah 8 atau t S U S S S U S S S 2S U S U S U S U . Jika dipilih 1, maka diperoleh S S U S S 2S WU S U S U . 15 Lampiran 2 Penurunan Persamaan (3.30) Tinjau persamaan (3.16) sebagai berikut: (1 ))&l*(, ), , 9) , ()m )9()*(, ), , 9), i())! atau &l*(; ), , 9) , ()m ) &l*(; ), , 9) , ()m ) 9() *(; ), , 9), Λ()) !. Turunan pertama terhadap q dari kedua ruas pada persamaan (3.16), diperoleh =&l*(; ), , 9) , ()m &l*(; ), , 9) , ()m )&l*(; ), , 9) , ()m =) =¡*(; ), , 9), i()) ! . 9()*(; ), , 9), Λ()) ! ) 9() =) Untuk ) 0 =&l*(; ), , 9) , ()m |? &l*(; 0, , 9) , ()m =) 9()*(; ), , 9), Λ()) !|? &¥ atau &¥ atau atau V*(, ), , 9) |? ¦ &l*(, 0, , 9) , ()m 9()*(, ), , 9), i())!|? V) 1 1 1 V*(, ), , 9) |? *(, 0, , 9) , ()¦ 9()*(, ), , 9), i())!|? V) 1! 1! 1! &l, () , () , ()m 9()*(, ), , 9), i())!|? &l, ()m 9()*(, ), , 9), i())!|? . Selanjutnya, jika kedua ruas pada persamaan (3.16) diturunkan dua kali (^ 2), maka diperoleh = &l*(; ), , 9) , ()m =&l*(; ), , 9) , ()m 2 =) =) = &l*(; ), , 9) , ()m ) =) =*(; ), , 9), Λ()) ! 2 9() =) = *(; ), , 9), Λ()) ! ) 9() =) 16 Untuk ) 0, &¥ atau = * ; ), ℎ, 9 =* ; ), ℎ, 9 =* ; ), ℎ, 9, Λ ) ! |? 2 |? ¦ 2ℎ 9 |? =) =) =) =* ; ), ℎ, 9 1 = * ; ), ℎ, 9 &¥ |? 2 |? ¦ =) 2! =) 1 =* ; ), ℎ, 9, Λ ) ! 2ℎ 9 |? 2! =) &¥ 1 = * ; ), ℎ, 9 =* ; ), ℎ, 9 |? |? ¦ 2! =) =) =* ; ), ℎ, 9, Λ ) ! ℎ 9 |? =) &l, , m ℎ 9 jk ;?,p,q,§ ? ! j? |? . Dengan cara yang sama dengan sebelumnya, untuk ^ 3, diperoleh = 8 &l* ; ), ℎ, 9 , m = &l* ; ), ℎ, 9 , m 3 =) 8 =) 8 = &l* ; ), ℎ, 9 , m ) =) 8 = * ; ), ℎ, 9, Λ ) ! = 8 * ; ), ℎ, 9, Λ ) ! 3ℎ 9 )ℎ9 =) =) 8 Untuk ) 0 &¥ atau = * ; ), , 9 = * ; ), , 9, Λ ) ! = 8 * ; ), , 9 | 3 | ¦ 3 9 |? ? ? =) 8 =) =) 1 = 8 * ; ), , 9 = * ; ), , 9 &¥ | 3 |? ¦ ? 3! =) 8 =) 1 = * ; ), , 9, Λ ) ! 3 9 |? 3! =) 1 = 8 * ; ), , 9 1 = * ; ), , 9 & | |? ? 3! =) 8 2! =) 1 = * ; ), , 9, Λ ) ! 9 |? 2! =) &l,8 , m 1 = * ; ), , 9, Λ ) ! 9 |? 2! =) 17 Dengan demikian secara umum diperoleh untuk 4 1,2,3, … &l,d {d ,d m dengan C l tD,d , 6D,d m 0, 4 F1 {d _ 1 , 4 |Z}^^ Z d! 9 jowx k ;?,p,q,§ ? ! j? owx 1 = d *(; ), , 9), Λ()) ! |? (4 1)! =) d dan tD,d _, (), , (), , () … , ,d ()c |? 18 Lampiran 3 Penurunan Persamaan (3.32) Tinjau persamaan (3.31) berikut: tD,d , 6D,d m C l 1 = d *(; ), , 9), Λ()) ! |? 4 1! =) d dan persamaan (3.14). Untuk 4 1 tD, , 6D, v *(, ), , 9), i())!|? C, u atau C, u tD, , 6D, v Untuk 4 2 j\ k(,?) i())*(, )) * 8 (, ))|? j \ = *(, 0) i(0)*(, 0) * 8 (, 0) = ", () 6 , () (, (, 0))8 . C, u tD, , 6D, v C, u tD, , 6D, v jk(,?,p,q),r(?)! j? j j? ¨ j\ k(,?) j \ j\ jk(,?) j \ j? |? i())*(, )) * 8 (, ))© jr(?) j? *(, )) i()) jk(,?) j? 3 * (, )) jk(,?) j? = =*(, )) =i()) =*(, )) |? | *(, 0) i(0) |? = =) =) ? =) =*(, )) 3 * (, 0) |? =) ", () 6 , () 6 , () 3, (), () Dengan demikian secara umum diperoleh C,d u tD,d , 6D,d v d d < < < ",d () @ 6< ,d< () @ ,d< () @ , () ,< () 19 Lampiran 4 Penurunan persamaan (3.36) ,o ,d {d ,d ∑< …. (3.36) Karena &* j\ k j \ ,o p ((<W)\ ()\ ) sin 20 1^a! sin ^a cos ^a ^a *, dan berdasarkan persamaan (3.30) berikut tD,d , 6D,d v, &l,d {d ,d m 9 C,d u maka diperoleh = l {d ,d m ^a ª,d {d ,d « = ,d tD,d , 6D,d v 9 C,d u atau = l {d ,d m = ,d tD,d , 6D,d v ^a ª,d {d ,d « 9 C,d u Jika kedua ruas pada persamaan di atas diintegralkan hingga dua kali terhadap , maka diperoleh ,d {d ,d ¬ 9 C,d u tD,d , 6D,d v ^a ª,d {d ,d « atau tD,d , 6D,d v ^a ª,d {d ,d « ,d {d ,d ¬ 9 C,d u Jika C,d pada persamaan (3.34) digunakan, maka diperoleh ,d {d ,d ,x , D ¬ @ < u6d v sin 20 1^a! ^a ª,d {d ,d « Untuk 4 1, < ,x , D , { , ¬ @ < u6 v sin 20 1^a! ^a ª, { , « < ,x , D , ¬ @ < u6 v sin 20 1^a! ^a , < 20 ,x , @ < ,x , @ < , , D < u6 v sin 20 1^a! 20 1 ^a ^a 1 cos ^a sin ^a ^a ^a , D < u6 v 2 sin 20 1^a! sin ^a cos ^a 20 1 ^a ^a , u6D v sin ^a 20 1 ^a ,x , D u6 v 2 < sin 2m 1nπx! x sin nπx cos nπx @ 20 1 ^a nπ < ,x , @ < , D < u6 v 2 sin 2m 1nπx! x sin nπx cos nπx 20 1 ^a nπ Secara umum bentuk ,d adalah ,d {d ,d ,o @ untuk 4 1,2,3, … < ,d < sin 20 1^a! sin ^a cos ^a 20 1 ^a 21 Lampiran 5 Penurunan Persamaan (3.37) Tinjau persamaan (3.36) berikut ,d {d ,d ,o ∑< cos ^a ,o p \ () (<W)\ ! sin 20 1^a! sin ^a dengan 0 dan kondisi penormalan T ∑d< ,< V 1 Untuk 4 0 , V 1 atau √2 sin ^a V 1 atau sin ^a V Untuk 4 1 1 2 , , V 1 atau « ª, 2 , , , V 1 atau u, 2 , 3 sin ^a 3 sin ^a vV 1 atau ª, 2 , 3 2 , sin ^a 3 2 3 sin ^a 3}^ ^a«V 1 atau u 3}^ ^a 2 , 3 sin ^a , 3 vV 1 22 atau u 3}^ (^a) 2 , () sin ^a , vV 1 atau 4 , sin ^a 2 , V 1 atau 4 2 1, dengan ,d sin ^aV V ,d ,o ,d ∑d , {d ,d ∑< ,o 3 @ < ,o tD p owx \ <W\ ! sin 20 1^a! ,d < sin 20 1^a! ^a 1 20 1 ! 23 Lampiran 6. Program Maple > restart; > Linv_sin:=proc(m) sin(m*x)/((n*Pi)^2-m^2); end; > Linv_cos:=proc(m) cos(m*x)/((n*Pi)^2-m^2); end; > Linv:=proc(y) local p,temp,temp1,i; temp:=indets(y); temp1:={}; for i from 1 to nops(temp) do if hasfun(temp[i],sin) then p:=Linv_sin(op(temp[i])/x); temp1:=temp1 union {temp[i]=p}; else if hasfun(temp[i],cos) then p:=Linv_cos(op(temp[i])/x); temp1:=temp1 union {temp[i]=p}; fi; fi; od; subs(temp1,y); end: > Simp_cos:=proc(x) local temp,temp1,i; temp:=indets(x); temp1:={}; for i from 1 to nops(temp) do if hasfun(temp[i],cos) then temp1:=temp1 union {temp[i]=0}; fi; od; subs(temp1,x); end: L:=U->diff(U,x$2)+(n*Pi)^2*U; Normalization:=1; epsilon:=-50; > for k from 1 to m do if k=1 then chi:=0; else chi:=1; fi; p:=0; q:=0; for i from 0 to k-1 do q:=q+A[i]*V[k-1-i]; od; q:=frontend(expand,[q]); 24 w:=0; for i from 0 to k-1 do s:=0; for j from 0 to i do s:=s+V[j]*V[i-j]; od; w:=w+s*V[k-1-i]; od; w:=frontend(expand,[w]); p:=p+q+epsilon*w+diff(V[k-1],x$2); p:=p*h*H; p:=frontend(expand,[p]); p:=combine(p,trig); p:=frontend(expand,[p]); Coeff_sin:=coeff(p,sin(n*Pi*x)); p:=subs(sin(n*Pi*x)=0,p); a:=solve(Coeff_sin=0,[A[k-1]]); A[k-1]:=rhs(a[1][1]); A[k-1]:=expand(A[k-1]); uspecial:=Linv(p); uspecial:=frontend(expand,[uspecial]); V[k]:=uspecial+chi*V[k-1]; z:=0; for i from 0 to k do z:=z+V[i]; od; alpha:=coeff(z,sin(n*Pi*x))/2; alpha:=frontend(expand,[alpha]); temp1:=combine(z^2-1,trig); temp1:=frontend(expand,[temp1]); beta:=Simp_cos(temp1); beta:=frontend(expand,[beta]); temp2:=simplify(4*alpha^2-2*beta+1); temp2:=frontend(expand,[temp2]); if Normalization=1 then C1:=-2*alpha+sqrt(temp2); fi; C1:=frontend(expand,[C1]); V[k]:=V[k]+C1*sin(n*Pi*x); od: 25