Lukianto Hanafi, Pengaruh PengumumanStock Split Terhadap Return... ISSN 2356 - 4385 Pengaruh Pengumuman Stock Split Terhadap Return Saham, Abnormal Return dan Trading Volume Activity Lukianto Hanafie1), Lucia Ari Diyani2) Akuntansi, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis 1) Email: [email protected] 2) [email protected] Abstract: As a measure of the effect of the stock split of the company can be seen from the return , abnormal return and trading volume activity . In this study discusses the effect of the stock split events can affect returns , abnormal returns and trading volume activity , ie by looking at the difference in returns , abnormal returns and trading volume activity both before and after the stock split . The following is a research of event study and data collected are historical data taken from various sources on the Internet . Samples were selected based on purposive sampling in accordance with the criteria established authors . To obtain the results of this study the researcher used t-test on the return , abnormal return and trading volume activity on any stock or shares in BEI overall . In this study found that the event stock split will not affect the return received by investors . This study concludes that the stock split events significantly affect the abnormal return and trading volume activity. Keywords: stock split, return, abnormal return, trading volume activity Abstrak: Sebagai tolak ukur pengaruh stock split yang dilakukan perusahaan dapat dilihat dari return, abnormal return dan trading volume activity. Dalam penelitian ini membahas pengaruh peristiwa stock split dapat mempengaruhi return, abnormal return dan trading volume activity, yaitu dengan melihat perbedaan pada return, abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Penelitian berikut merupakan penelitian peristiwa dan data yang dikumpulkan merupakan data historis yang diambil dari berbagai sumber di Internet. Sampel dipilih berdasarkan purposive sampling sesuai dengan kriteria yang ditetapkan penulis. Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini peneliti menggunakan uji t-test pada return, abnormal return dan trading volume activity pada setiap saham maupun secara keseluruhan saham di BEI. Pada penelitian ini mendapatkan bahwa peristiwa stock split tidak mempengaruhi return yang akan diterima investor. Penelitian ini menyimpulkan bahwa peristiwa stock split mempengaruhi secara signifikan terhadap abnormal return dan trading volume activity. Kata kunci: stock split, return, abnormal return, trading volume activity I. PENDAHULUAN Dalam rangka memperluas jaringan bisnis, biasanya perusahaan melakukan berbagai upaya untuk mencukupi dana yang dibutuhkan dalam rangka ekspansi. Umumnya perusahaan menggunakan saldo laba ditahan untuk pendanaan, perusahaan dapat juga mendapatkan dana melalui kreditur berupa hutang, menerbitkan surat utang atau menjadikan perusahaan go public dengan menjual saham perusahaan kepada umum. Untuk menjadi perusahaan go public perusahaan harus melakukan beberapa tahap persiapan agar saham perusahaan siap dijual pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia merupakan pusat perdagangan saham yang ada di Indonesia. Frekuensi transaksi yang tinggi terjadi di BEI dengan jumlah uang transaksi yang mencapai nilai triliun per hari. Banyak investor yang tertarik melakukan investasi saham pada perusahaan yang sudah go public, tapi dalam memutuskan suatu portofolio perusahaan yang layak, para investor memerlukan informasi yang memadai untuk menentukan perusahaan mana yang akan memberikan return paling tinggi untuk mereka. Semua informasi dapat diperoleh di Bursa Efek Indonesia yang menyediakan seputar corporate action yang menjadi portofolio investasi investor. Corporate action merupakan suatu faktor yang mempengaruhi perilaku para investor untuk melakukan investasi. Jenis-jenis corporate actionseperti stock split, reverse stock, pembagian dividen, divestasi (pelepasan), atau penambahan modal dengan hak 13 Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016 memesan terlebih dahulu (HMETD) atau disebut right issue biasanya dilakukan perusahaan untuk menambah modal perusahaan yang dibutuhkan untuk ekspansi maupun kebutuhan perusahaan lainnya. Salah satu corporate action yang paling sering dilakukan oleh perusahaan adalah stock split atau pemecahan saham yaitu dimana perusahaan memecah jumlah lembar saham menjadi lebih banyak dengan nilai nominal yang menjadi lebih rendah. Pertimbangan perusahaan melakukan stock split adalah untuk mempertahan tingkat likuiditas saham perrusahaan, yaitu dengan menarik sebanyak-banyaknya investor, karena harga saham yang turun menjadi harga yang dapat diterima pasar. Pada saat reaksi pasar terhadap saham perusahaan meningkat, maka akan meningkatkan harga saham perusahaan dimana akan mendatangkan return kepada perusahaan maupun investor dan juga akan memberikan abnormal return ketika harga saham perusahaan semakin meningkat sehingga akan meningkatkan harga saham perusahaan sehingga return saham perusahaan akan melebihi return pasar. Seharusnya pengumuman stock split akan memberikan pengaruh terhadap return, abnormal return dan trading volume activity (likuiditas perdagangan saham). Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya terdapat hasil yang beragam dan tidak ada hasil yang sama. Dimana ada yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan terhadap ketiga variable tersebut dan juga ada peneliti yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan. Hal ini menggambarkan bahwa reksi pasar berbeda-beda ketika pada periode maupun objek yang berbeda. Dengan pernyataan diatas peneliti berniat untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada return saham, abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah pengumuman stock split. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada return saham, abnormal return dan trading volume activityterhadap pengumuman stock split. II. METODE PENELITIAN Penerbitan saham sudah menjadi salah satu indikasi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan, karena merupakan salah satu sumber modal perusahaan untuk memenuhi kekurangan modal yang diperlukan untuk ekspansi usaha. Untuk menarik lebih banyak minat investor, biasanya perusahaan melakukan keputusan-keputusan yang dapat 14 mempengaruhi pandangan investor terhadap saham perusahaan, seperti pengumuman pembagian dividen, stock reverse dan stock split. Salah satu keputusan perusahaan melakukan stock split adalah untuk meningkatkan likuiditas saham perusahaan, dengan berharap investor berminat karena harga saham yang lebih kecil. Investor juga berharap keuntungan ketika menginvestasikan uang mereka di perusahaan, keuntungan yang diharapkan berupa return yaitu selisih antara harga saham sekarang dan kemarin. Menerbitkan saham merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dalam rangka untuk pengembangan bisnis perusahaan. Menurut (Sunariyah, 2011: 123), saham merupakan tanda bukti kepemilikan dari perusahaan yang berbentuk PT, dimana perusahaan tersebut akan memberikan dividen sesuai dengan keuntungan yang didapat oleh perusahaan yang sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya. Menurut (Alwi I. Z, 2003: 33) saham atau stock adalah surat tanda bukti atau tanda kepemilikan terhadap suatu perusahaan suatu perseroan terbatas. Berdasarkan kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa saham adalah suatu surat yang sah untuk memiliki atau menjadi bagian yang dari perusahaan, dengan tingkat pengaruh yang berbedabeda tergantung persentase saham yang dimiliki individu atau perusahaan. Bentuk saham sendiri berupa selembar kertas yang tertulis nilai nominal pada bagian depannya. Semakin banyak saham yang dimiliki oleh seseorang atas kepemilikan saham pada suatu perusahaan maka semakin berpengaruh orang tersebut di lingkungan perusahaan. Bagi perusahaan semakin banyak investor yang membeli saham perusahaan maka akan semakin memperkuat modal yang dimiliki oleh perusahaan, untuk melancarkan tujuan perusahaan, perusahaan berusaha untuk menampilkan performa keuangan yang baik, pada umumnya dapat dicerminkan dari laba yang dihasilkan pada tahun sebelumnya. Pada umumnya perusahaan yang ingin melakukan pernjualan saham perusahaan harus melakukan IPO (initial public offering) terlebih dahulu. Pemecahan saham (stock split) adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah perlembar sahamnya secara proporsional (Abdul Halim, 2005: 97). Menurut (Hermanto, 2010: 65) pemecahan saham adalah kebijakan manajemen perusahaan untuk menambah jumlah saham beredarnya dengan cara membagikan saham baru kepada pemegang Lukianto Hanafi, Pengaruh PengumumanStock Split Terhadap Return... saham saat ini. Jadi pada umum pemecahan saha m (stock split) pada umumnya adalah untuk menurunkan harga saham, agar saham dapat mengikuti perkembangan pasar karena harga yang sudah disesuaikan dengan kondisi pasar. Logikanya jika suatu saham memiliki harga yang rendah maka para investor akan lebih mampu untuk membeli saham perusahaan tersebut, apabila harga saham yang tinggi maka minat para investor mungkin menurun karena harganya yang tidak semua investor mampu beli. Menurut (Alwi Z. I, 2003: 33) berdasarkan cara penerbitan dan peralihannya, saham dapat dibedakan sebagai berikut: (1) Saham atas unjuk (bearer stock), Saham atas unjuk (bearer stock) artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari suatu investor ke investor lainnya. Secara hukum siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk hadir dalam RUPS; dan (2) Saham atas nama (registered stock), Saham atas nama (registered stock) adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dan merupakan bukti bagi pemegang saham bersangkutan secara hukum sebagai pemilik. Berdasarkan dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, saham dapat dibedakan menjadi 2, yaitu (Darmadji dan Fakhrudin, 2006: 25): (1) Saham biasa (common stock), Mewakili kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas, artinya jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut; dan (2) Saham preferen (preferred stock), Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Serupa saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut dan membayar deviden. Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klain atas laba dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Apabila ditinjau dari kinerja perdagangan, saham dapat dibedakan menjadi 5 (Darmadji dan fakhruddin, 2006: 26): (1) Blue – chip stocks,Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sabagai leader diindustri sejenis dan memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen; (2) Income stocks, Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada taun sebelumnya; (3) Growth stocks: (a) Well-known, Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader diindustri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi; dan (b) Lesser-known, Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun memiliki cirri growth stocks. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten; (4) Speculative stocks, Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti; dan (5) Counter cyclical stocks, Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umun. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi sebagagi akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Pemecahan saham (stock split) adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah perlembar sahamnya secara proporsional (Abdul Halim, 2005: 97). Menurut (Hermanto, 2010: 33) pemecahan saham adalah kebijakan manajemen perusahaan untuk menambah jumlah saham beredarnya dengan cara membagikan saham baru kepada pemegang saham saat ini. Jadi pada umum pemecahan saham (stock split) pada umumnya adalah untuk menurunkan harga saham, agar saham dapat mengikuti perkembangan pasar karena harga yang sudah disesuaikan dengan kondisi pasar. Logikanya jika suatu saham memiliki harga yang rendah maka para investor akan lebih mampu untuk membeli saham perusahaan tersebut, apabila harga saham yang tinggi maka minat para investor mungkin menurun karena harganya yang tidak semua investor mampu beli. Pada umumnya stock split dilakukan ketika harga pasar saham perusahaan sudah tinggi sehingga akan memberatkan investor unutk membeli saham perusahaan. Namun jika dillihat dari nilai ekonomis, keputusan stock split yang dilakukan perusahaan tidak memiliki nilai ekonomis, karena hanya mempengaruhi jumlah saham yang beredar dalam jumlah. Tetapi tidak memberikan peningkatan pada modal saham dan laba diitahan. Terdapat 2 jenis stock split yang biasa dilakukan oleh perusahaan: (1) Stock split-up, Stock split-up 15 Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016 adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang menyebabkan meningkatnya jumlah saham yang beredar. Misalnya stock split dengan factor pemecahan 2:1, 3:1 dan 5:1 artinya satu lembar saham baru dapat ditukar dengan 2, 3 atau 5 lembar nominal saham lama; dan (2) Stock split-down, Stock split-down adalah meningkatkan nilai nominal perlembar saham dengan mengurangi jumlah saham yang beredar. Stock split-down biasa dilakukan ketika harga saham yang terlalu rendah, dengan demikian dapat meningkatkan harga saham dan memperbaiki citra perusahaan karena biasanya harga saham dipasar yang terlalu rendah menggambarkan kinerja perusahaan yang menurun sehingga pandangan masyarakat terhadap perusahaan menjadi negatif yang akan berujung pada ketidakpercayaan investor untuk menginvestasikan uangnya ke perusahaan. Teori yang berhubungan dengan stock split telah digunakan oleh beberapa peneliti dalam melakukan penelitian, antara lain: (1) Trading range hypotheses, Salah satu alasan manajemen melakukan stock split adalah menjaga harga saham tetap pada posisi yang optimal untuk diperdagangkan, dengan tujuan agar perdagangan saham perusahaan tetap optimal. Harga saham yang terlalu tinggi dapat menyebabkan investor mengurungkan niatnya unutk membeli saham perusahaan. Menurut teori trading range, kebijakan stock split akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham karena stock split akan mengembalikan harga saham pada harga yang diminati pasar. Harga saham yang melebihi harga maksimum dalam range harga yang optimal (biasanya setiap saham mempunyai range perdagangan yang optimal) akan membuat investor tidak mampu untuk membeli saham dalam jumlah yang besar (round lot). Walaupun pembelian dapat dilakukan dalam jumlah kecil (odd lot) namun biaya yang ditimbulkan akan menjadi lebih besar jika dibandingkan dengan membeli dalam jumlah besar (round lot). Hal inilah yang melatar belakangi tindakan pemecahan saham (Ross et. Al, 36,. 2005); dan (2) Signaling/information asymmetry hypotheses, Dalam teori ini menyatakan bahwa stock split (pemecahan saham) adalah suatu prospek atas kemungkinan masa depan perusahaan yang lebih baik. Pengumuman pemecahan saham (stock split) dianggap sebagai informasi yang diberikan oleh manajemen kepada investor bahwa perusahaan memiliki prospek yang bagus. Manajemen sebagai pihak internal memiliki informasi yang lebih banyak mengenai prospek perusahaan dibandingkan pihak eksternal. Pemecahan saham (stock split) merupakan usaha manajemen 16 untuk menarik investor dengan memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki prospek masa depan yang bagus. Pemecahan saham memerlukan biaya tidak sedikit, oleh karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus dan finansial yang kuat sajalah yang dapat melakukannya. Oleh karena itu perusahaan berharap para calon investor mempunyai mindset bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang sedang bagus dan akan membawa keuntungan bagi mereka. Terdapat 3 variabel yang dapat dipengaruhi pengumuman stock split, yaitu return saham, abnormal return dan trading volume activity. Return saham adalah total dari yield dan capital gain (loss) yang diterima. Yield merupakan aliran kas yang diterima secara periodik yang diberikan oleh perusahan sedangkan capital gain (loss) merupakan kenaikan atau penurunan harga saham yang memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Menurut (Hartono, 2010: 205) bisa dibagikan menjadi 2 jenis, yaitu: (1) Return realisasi, Return realisasi merupakan return yang telah terjadi dan dihitung dengan menggunakan data historis. Return ini penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan; dan (2) Return ekspektasi, Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang. Return ini sifatnya belum terjadi. Jika terdapat sesuatu yang dihasilkan tentu saja terdapat risiko yang harus ditanggung oleh para investor, apabila semakin besar return yang diinginkan maka semakin besar risiko yang harus ditanggung oleh investor. Risiko sendiri merupakan ketidakpastian dari risiko yang diharapkan. Menurut Husnan (2005: 23) terdapat 2 sumber risiko, yaitu: (1) Risiko sistematis yaitu risiko yang timbul karena faktor-faktor yang bersifat makro dan mempengaruhi semua perusahaan atau industri serta tidak dapat dikurangi walaupun dengan cara diversifikasi. Faktorfaktor tersebut antara lain pertumbuhan ekonomi, tingkat bunga deposito, tingkat inflasi dan kebijakan pemerintah dibidang ekonomi; dan (2) Risiko tidak sistematis yaitu risiko yang timbul karena faktorfaktor mikro yang dijumpai pada perusahaan atau industri tertentu, sehingga pengaruhnya terbatas pada perusahaan atau industri tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain dampak pada struktur modal, struktur aktiva dan tingkat likuiditas perusahaan. Rumus untuk menghitung return saham adalah sebagai berikut: Rit = Pt − Pt −1 Pt −1 Lukianto Hanafi, Pengaruh PengumumanStock Split Terhadap Return... Keterangan : Rit= Return saham Pt= Harga saham sekarang Pt-1 =Harga saham periode sebelumnya Variabel kedua adalah abnormal return atau excess return adalah selisih antara actual return dan expected return, actual return adalah return yang diterima oleh investor atas investasinya sedangkan expected return adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.Abnormal return yang positif setelah pemecahan saham berarti pengaruh pemecahan saham memberikan keuntungan diatas normal sebaliknya jika abnormal return yang negatif berarti investor mendapatkan keuntungan yang dibawah normal. Abnormal return juga dapat mencerminkan tingkat efisiensi suatu pasar, abnormal return dapat terjadi pada pasar yang bentuk efisiensinya setengah kuat. Dalam pasar bentuk setengah kuat abnormal return hanya terjadi di seputar pengumuman (publikasi) suatu peristiwa sebagai representasi dari respon pasar terhadap pengumuman tersebut. Suatu pasar dinyatakan efisiensi bentuk setengah kuat apabila informasi terserap atau direspon dengan cepat oleh pasar, apabila terjadi abnormal return berkepanjangan, hal ini mencerminkan sebagian respon pasar terlambat dalam menyerap informasi, maka dianggap pasar tidak efisien dalam bentuk setengah kuat (Tandelilin, 2010: 105). Untuk melihat tingkat efisiensi suatu pasar, pada dasarnya adalah pengujian abnormal return, menurut Tandelilin (2010: 105), dapat menggunakan metode sebagai berikut: 1. Mean adjusted return Jika pasar adalah efisien dan return saham bervariasi secara random disekitar nilai sebenarnya (true value), maka rata-rata return sekuritas yang dapat dihitung dari periode sebelumnya dapat digunakan sebagai return harapan (expected return). Jika return harian digunakan, maka kurangkan ratarata return harian dari return actual untuk meperoleh return tak normal (abnormal return). ARi,t = Ri,t - Ri Keterangan : ARi,t = return tak normal sekuritas i pada hari t Ri,t = return aktual sekuritas i pada hari t Ri = rata-rata return sekuritas i selama sekian hari sebelum hari t 2.Market adjusted return Pergerakan saham-saham individual sering dihubungkan dengan pergerakan bersama dalam pasar. Teknik yang digunakan untuk menghitung return tak normal adalah dengan menghilangkan pengaruh pasar terhadap return harian sekuritas. Return tak normal dihitung dengan mengurangkan return pasar pada hari t (Rm,t) dari return saham. ARi,t = Ri,t – Rm,t 3.Market model return Teknik ini menggambarkan hubungan antara sekuritas dengan pasar dalam sebuah persamaan regresi linear sederhana antara return sekuritas dengan return pasar. Ri = αi +βi Rm +ei Keterangan : αi = intersep dalam regresi untuk sekuritas i βi = koefisien regresi yang menyatakan slope garis regresi e = kekeliruan regresi Rumus abnormal return yang digunakan penelitian ini sebagai berikut: Arit = Rit - RMit Keterangan : Arit=Abnormalreturn Rit=Returnsaham Rmit=Expectedreturn Untuk mendapatkan return saham yang diharapkan (expected return) menggunakan return pasar (Rmt) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : Rmit = IHSGt − IHSGt − 1 IHSGt − 1 Keterangan : Rmit=Return yang diharafkan IHSGt= IHSG pada periode teretentu IHSGt-1= IHSG paa pweiode t-1 Trading volume activity adalah kecepatan perputaran perdagangan saham pada periode tertentu. Untuk menilai informasi yang diberikan perusahaan informatif atau tidak biasanya investor melihat dari likuiditas saham perusahaan yang dapat dilihat dari aktivitas volume perdagangan saham (trading volume activitiy). Rumus menghitung TVA adalah dengan membandingkan jumlah saham terjual pada periode t dengan jumlah saham yang beredar pada periode t. TVAit = saham diperdagangkan waktu t saham berderet waktu Menurut Harris (2003) konsep likuiditas mempunyai 4 dimensi: (1) Immediacy, Dimensi ini mengukur seberapa cepat kita dapat bertransaksi dalam aset tersebut. Jika transaksi tersebut dapat dilakukan dengan segera setiap kali investor menginginkannya 17 Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016 maka dapat dikatakan aset tersebut likuid; (2) Width, Width yaitu melihat likuiditas dari biaya yang harus ditanggung untuk transaksi aset tersebut. Contoh: untuk properti biaya tersebut antara lain biaya notaris, BPHTB dan pajak, sedangkan untuk saham yaitu komisi broker, semakin kecil biaya transaksi maka semakin lancar aset tersebut; (3)Depth, Untuk saham, dimensi depth yaitu melihat banyaknya order jual dan beli yang ada dipasar. Semakin banyak order tersebut maka semakin mudah investor melakukan jual beli tanpa mempengaruhi harga sehingga semakin likuid saham tersebut; dan (4) Resilency, Dimensi resilency berhubungan dengan seberapa cepat harga aset dapat kembali ke tingkat sebelumnya jika terjadi ketidakseimbangan aksi jual beli dalam jumlah besar. Jika harga suatu saham cepat kembali ke tingkat harga wajarnya seperti sebelumnya maka dapat dikatakan saham tersebut likuid. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengumuman stock split terhadap return saham, abnormal return dan trading volume activity adalah dengan melakukan uji-t yaitu pengujian dilakukan dengan membandingkan perbedaan antara nilai dua rata-rata dari sampel yang diambil merupakan rata-rata variabel sebelum pengumuman dengan rata-rata variabel setelah pengumuman stock split adalah sebagai berikut: _ _ x1 − x1 s1 s 2 s1 s 2 + − 2r. + n1 n1 n1 n 2 Keterangan: r = nilai korelasi X1 dengan X2 n = jumlah sampel x1 = rata-rata sampel ke-1 x2 = rata-rata sampel ke-2 S1 = Standar deviasi sampel ke-1 S2 = standar deviasi sampel ke-2 S1 = varians sampel ke-1 S2 = varians sampel ke-2 Untuk mendapatkan pengujian hipotesis pengaruh stock split terhadap return, abnormal return dan trading volume activity maka dilakukan beberapa langkah sebagai berikut : • Menentukan format Ho dan Ha Ho = tidak terdapat perbedaan pada return, abnormal return dan volume perdagangan saham (TVA). Ha ≠ H1 ≠ H2≠ H3 = terdapat perbedaan pada return, abnormal return dan volume perdagangan saham (TVA) 18 • Level of significance (α) sebesar 5% dengan derajat kebebasan (df) sebesar n-1. • Dilakukan uji statistik dua sisi (paired samplettest) • Membandingkan probabilitas (p) t-hitung dengan α = 5% • Pengambilan kesimpulan pada uji yang dilakukan didasarkan pada pengujian p value dan t hitung : P value : P value< 5%, maka Ho ditolak, Ha diterima. P value> 5%, maka Ho diterima, Ha ditolak. T hitung : T hitung < T tabel maka Ho diterima, Ha ditolak T hitung > T tabel maka Ho ditolak, Ha diterima III. HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 yang berjumlah 33. Hasil pengambilan sampel berdasarkan metode purposive sampling yaitu sebanyak 30 perusahaan, dengan periode penelitian selama empat tahun. A. Hipotesis Pertama (pengaruh sebelum dan sesudah peristiwa stock split terhadap return saham.) Dari hasil uji t-test harian pada variabel return, pengaruh yang signifikan hanya ada pada hari t+3 – t-3, sedangkan secara rata-rata sebelum dan sesudah menunjukkan bahwa t hitung 1,832 < 2,052 t tabel .dan p value 0,078 > 0,05 (α) tingkat signifikansi. Data tersebut menunjukkan bahwa peristiwa stock split tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap return 10 hari sebelum dan sesudah peristiwa berarti Ho diterima dan H1 ditolak. Tidak adanya perbedaan yang signifikan sesudah peristiwa stock split terhadap return dikarenakan akses informasi yang diterima pasar berbeda-beda dan juga ketidakpercayaan investor terhadap perusahaan yang melakukan stock split akan memberikan return yang tinggi kepada mereka. B. Hipotesis Kedua (pengaruh sebelum dan sesudah peristiwa stock split terhadap abnormal return) Dari hasil uji t-test rata-rata harian abnormal returnmenunjukkan bahwa yang hanya terdapat perbedaan yang signifikan adalah pada t-2dan t+2 dan pada t-3 dan t+3 sedangkan untuk uji secara ratarata sebelum dan sesudah menunjukkan bahwa p value 0,028<0,05 (α) tingkat signifikansi dan t hitung Lukianto Hanafi, Pengaruh PengumumanStock Split Terhadap Return... 2,323 > 2,052 t-tabel dari hasil tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H2 diterima. . Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah peristiwa stock split terhadap abnormal return. Perbedaan yang dihasilkan tidak menunjukkan nilai yang menguntungkan bagi investor yaitu nilai abnormal return menunjukkan nilai negatif sesudah peristiwa stock split. Hal ini disebabkan penyerapan informasi pasar oleh investor tersebar dengan tidak merata yang mengakibatkan pengambilan keputusan investor untuk berinvestasi membutuhkan waktu. Reaksi investor juga dapat seperti menunggu atau melihat kondisi yang tepat untuk melakukan investasi, para investor melihat pergerakan abnormal return dengan berharap terus bergerak kearah positif untuk menginvetasikan uangnya agar dapat mendapatkan return actual yang paling maksimal. C. Hipotesis Ketiga (pengaruh sebelum dan sesudah peristiwa stock split terhadap trading volume activity) Dari hasil uji t-test rata-rata harian TVA menunjukkan bahwa semua periode perbandingan dari periode t-10 – t+10 sampai dengan t-1 – t+1 t hitung > 2,052 dan p value< 0,05, berarti bahwa semua hasil penelitian harian berpengaruh signifikan begitu juga pada hasil uji t-test rata-rata sebelum dan sesudah, yaitu t hitung 3.675 > 2,052 t tabel dan p value 0,001 < 0,05 tingkat signifikansi. Tujuan perusahaan melakukan stock split adalah mengharapkan saham perusaahaan dapat aktif dipasar saham, namun harapan perusahaan tersebut tidak dapat dibuktikan pada hasil penelitian ini. Penelitian ini justru berbanding terbalik dengan yang diharapkan perusahaan, yang menunjukkan bahwa sesudah peristiwa stock split trading volume activity justru mengalami penurunan dibandingkan sebelum peristiwa stock split. Hal ini dapat disebabkan karena investor masih belum sepenuhnya mempercayai bahwa perusahaan yang melakukan stock split akan memberikan return yang besar. IV. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menyimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada return saham sebelum dan sesudah pengumuman stock split. Hal ini dapat dilihat dari nilai p value 0,078 yang lebih besar dari 0,05 (α) dan t hitung 1,832 yang lebih kecil dari t tabel 2,052 yang berarti tidak ada perbedaan return antara 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah peristiwa stock split; (2) Terdapat perbedan yang signifikan pada abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman stock split. Ditunjukkan dari data p value 0,028 yang lebih kecil dari 0,05 (α) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return sesudah peristiwa stock split. Hal ini dikarenakan investor yang menunggu momentum yang tepat untuk berinvestasi dan juga penyebaran informasi yang tidak merata; dan (3) Terdapat perbedaan yang signifikan pada trading volume activity sebelum dan sesudah pengumuman stock split. Dapat dilihat pada data t hitung 3,675 > 2,052 t tabel dan p value 0,001 < 0,05 tingkat signifikansi (α). Terdapat perbedaan yang signifikan yang negatif, dimana sesudah peristiwa stock split pasar bereaksi negatif terhadap informasi tersebut yang menyebabkan trading volume activity sesudah peristiwa menurun dibandingkan sebelum peristiwa stock split terjadi. V. DAFTAR RUJUKAN (2013). Beragam Aksi Korporasi Bursa Efek Indonesia, Emiten. [online]. Diakses 14 November 2013 dari http://economy.okezone.com Alwi, I. Z. (2003) “Pasar Modal Teori dan Aplikasi” Jakarta: Yayasan Pancur Siwah. Darmadji, Tj & Hendy, M. F (2006) “Pasar Modal Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab” Jakarta: Salemba Empat Halim, A. (2005). Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat Hartono, J. (2010). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE. Hermanto, A. R. (2010). Pengertian Stock Split. [online]. Diakses 22 Januari 2014 dari http://www. klipinginvestasi.blogspot.com Hernoyo, M. A. (2013). “Pengaruh Stock Split Announcement Terhadap Volume Perdagangan dan Return. Jurnal Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Husnan, (2005). Dasar-dasar teori portofolio & analisis sekuritas. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Kabo, M. (2011). Tujuan Stock Split. [online]. Diakses 14 November 2013 dari http://ekonomi.kabo.biz Mila I. G. A. (2010) “Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume Perdagangan Saham Dan Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2009” Skripsi Sarjana Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Ross, S. A. et al. (2005). Corporate Finance, 6th Edition. New York: McGraw-Hill, Inc. 19 Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016 Sari, A. B. (2011) “Pengaruh Stock Split Terhadap Abnormal Susanti, F. A. (2011) “Dampak Pada Return Dan Likuiditas Return dan Trading Volume Activity Pada Perusahaan Saham Sebelum Dan Sesudah Stock Split Pada Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” Skripsi Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 2003-2008” Skripsi Sarjana Ekonomi Universitas Sekaran, U. & Roger, B. (2010). Research method far business: a skill building approach, 5 Edition. Chichester: John th Wiley & Sons Ltd. Sugiyono, (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunariyah. (2011). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Sunarto, H & Riduwan. (2011). Pengantar statistika: Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Jakarta: Alfabeta 20 Sebelas Maret, Surakarta. Tandelilin, e. (2010), “Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi”Yogyakarta: Kanisius Zein, Z. A et al. (2009). “Pengaruh Stock Split Terhadap Harga Dan Likuiditas Saham” Jurnal Ekonomi Universitas Riau.