Pengaruh Pengumuman Stock Split Terhadap Return

advertisement
Lukianto Hanafi, Pengaruh PengumumanStock Split Terhadap Return...
ISSN 2356 - 4385
Pengaruh Pengumuman Stock Split Terhadap Return
Saham, Abnormal Return dan Trading Volume Activity
Lukianto Hanafie1), Lucia Ari Diyani2)
Akuntansi, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis
1)
Email: [email protected]
2)
[email protected]
Abstract: As a measure of the effect of the stock split of the company can be seen from the return ,
abnormal return and trading volume activity . In this study discusses the effect of the stock split events
can affect returns , abnormal returns and trading volume activity , ie by looking at the difference
in returns , abnormal returns and trading volume activity both before and after the stock split . The
following is a research of event study and data collected are historical data taken from various sources
on the Internet . Samples were selected based on purposive sampling in accordance with the criteria
established authors . To obtain the results of this study the researcher used t-test on the return , abnormal
return and trading volume activity on any stock or shares in BEI overall . In this study found that the
event stock split will not affect the return received by investors . This study concludes that the stock split
events significantly affect the abnormal return and trading volume activity.
Keywords: stock split, return, abnormal return, trading volume activity
Abstrak: Sebagai tolak ukur pengaruh stock split yang dilakukan perusahaan dapat dilihat dari return,
abnormal return dan trading volume activity. Dalam penelitian ini membahas pengaruh peristiwa stock
split dapat mempengaruhi return, abnormal return dan trading volume activity, yaitu dengan melihat
perbedaan pada return, abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa
stock split. Penelitian berikut merupakan penelitian peristiwa dan data yang dikumpulkan merupakan
data historis yang diambil dari berbagai sumber di Internet. Sampel dipilih berdasarkan purposive
sampling sesuai dengan kriteria yang ditetapkan penulis. Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini
peneliti menggunakan uji t-test pada return, abnormal return dan trading volume activity pada setiap
saham maupun secara keseluruhan saham di BEI. Pada penelitian ini mendapatkan bahwa peristiwa
stock split tidak mempengaruhi return yang akan diterima investor. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
peristiwa stock split mempengaruhi secara signifikan terhadap abnormal return dan trading volume
activity.
Kata kunci: stock split, return, abnormal return, trading volume activity
I. PENDAHULUAN
Dalam rangka memperluas jaringan bisnis, biasanya
perusahaan melakukan berbagai upaya untuk
mencukupi dana yang dibutuhkan dalam rangka
ekspansi. Umumnya perusahaan menggunakan saldo
laba ditahan untuk pendanaan, perusahaan dapat juga
mendapatkan dana melalui kreditur berupa hutang,
menerbitkan surat utang atau menjadikan perusahaan
go public dengan menjual saham perusahaan
kepada umum. Untuk menjadi perusahaan go
public perusahaan harus melakukan beberapa tahap
persiapan agar saham perusahaan siap dijual pada
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Bursa Efek Indonesia merupakan pusat
perdagangan saham yang ada di Indonesia. Frekuensi
transaksi yang tinggi terjadi di BEI dengan jumlah
uang transaksi yang mencapai nilai triliun per hari.
Banyak investor yang tertarik melakukan investasi
saham pada perusahaan yang sudah go public, tapi
dalam memutuskan suatu portofolio perusahaan
yang layak, para investor memerlukan informasi
yang memadai untuk menentukan perusahaan mana
yang akan memberikan return paling tinggi untuk
mereka. Semua informasi dapat diperoleh di Bursa
Efek Indonesia yang menyediakan seputar corporate
action yang menjadi portofolio investasi investor.
Corporate action merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi perilaku para investor untuk melakukan
investasi. Jenis-jenis corporate actionseperti stock
split, reverse stock, pembagian dividen, divestasi
(pelepasan), atau penambahan modal dengan hak
13
Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
memesan terlebih dahulu (HMETD) atau disebut right
issue biasanya dilakukan perusahaan untuk menambah
modal perusahaan yang dibutuhkan untuk ekspansi
maupun kebutuhan perusahaan lainnya. Salah satu
corporate action yang paling sering dilakukan oleh
perusahaan adalah stock split atau pemecahan saham
yaitu dimana perusahaan memecah jumlah lembar
saham menjadi lebih banyak dengan nilai nominal
yang menjadi lebih rendah. Pertimbangan perusahaan
melakukan stock split adalah untuk mempertahan
tingkat likuiditas saham perrusahaan, yaitu dengan
menarik sebanyak-banyaknya investor, karena
harga saham yang turun menjadi harga yang dapat
diterima pasar. Pada saat reaksi pasar terhadap saham
perusahaan meningkat, maka akan meningkatkan
harga saham perusahaan dimana akan mendatangkan
return kepada perusahaan maupun investor dan juga
akan memberikan abnormal return ketika harga
saham perusahaan semakin meningkat sehingga akan
meningkatkan harga saham perusahaan sehingga
return saham perusahaan akan melebihi return pasar.
Seharusnya pengumuman stock split akan
memberikan pengaruh terhadap return, abnormal
return dan trading volume activity (likuiditas
perdagangan saham). Berdasarkan penelitian yang
pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya terdapat
hasil yang beragam dan tidak ada hasil yang sama.
Dimana ada yang menyatakan terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap ketiga variable tersebut dan
juga ada peneliti yang menyatakan tidak terdapat
pengaruh yang signifikan. Hal ini menggambarkan
bahwa reksi pasar berbeda-beda ketika pada periode
maupun objek yang berbeda. Dengan pernyataan
diatas peneliti berniat untuk melihat apakah terdapat
perbedaan yang signifikan pada return saham,
abnormal return dan trading volume activity sebelum
dan sesudah pengumuman stock split.
Tujuan pada penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan pada return saham, abnormal return dan
trading volume activityterhadap pengumuman stock
split.
II. METODE PENELITIAN
Penerbitan saham sudah menjadi salah satu indikasi
perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan,
karena merupakan salah satu sumber modal
perusahaan untuk memenuhi kekurangan modal yang
diperlukan untuk ekspansi usaha. Untuk menarik
lebih banyak minat investor, biasanya perusahaan
melakukan keputusan-keputusan yang dapat
14
mempengaruhi pandangan investor terhadap saham
perusahaan, seperti pengumuman pembagian dividen,
stock reverse dan stock split. Salah satu keputusan
perusahaan melakukan stock split adalah untuk
meningkatkan likuiditas saham perusahaan, dengan
berharap investor berminat karena harga saham
yang lebih kecil. Investor juga berharap keuntungan
ketika menginvestasikan uang mereka di perusahaan,
keuntungan yang diharapkan berupa return yaitu
selisih antara harga saham sekarang dan kemarin.
Menerbitkan saham merupakan salah satu cara bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana dalam rangka
untuk pengembangan bisnis perusahaan. Menurut
(Sunariyah, 2011: 123), saham merupakan tanda
bukti kepemilikan dari perusahaan yang berbentuk
PT, dimana perusahaan tersebut akan memberikan
dividen sesuai dengan keuntungan yang didapat oleh
perusahaan yang sebanding dengan jumlah saham
yang dimilikinya.
Menurut (Alwi I. Z, 2003: 33) saham atau stock
adalah surat tanda bukti atau tanda kepemilikan
terhadap suatu perusahaan suatu perseroan
terbatas. Berdasarkan kedua definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa saham adalah suatu surat yang
sah untuk memiliki atau menjadi bagian yang dari
perusahaan, dengan tingkat pengaruh yang berbedabeda tergantung persentase saham yang dimiliki
individu atau perusahaan. Bentuk saham sendiri
berupa selembar kertas yang tertulis nilai nominal
pada bagian depannya. Semakin banyak saham yang
dimiliki oleh seseorang atas kepemilikan saham pada
suatu perusahaan maka semakin berpengaruh orang
tersebut di lingkungan perusahaan.
Bagi perusahaan semakin banyak investor yang
membeli saham perusahaan maka akan semakin
memperkuat modal yang dimiliki oleh perusahaan,
untuk melancarkan tujuan perusahaan, perusahaan
berusaha untuk menampilkan performa keuangan
yang baik, pada umumnya dapat dicerminkan
dari laba yang dihasilkan pada tahun sebelumnya.
Pada umumnya perusahaan yang ingin melakukan
pernjualan saham perusahaan harus melakukan IPO
(initial public offering) terlebih dahulu. Pemecahan
saham (stock split) adalah pemecahan jumlah lembar
saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak
dengan menggunakan nilai nominal yang lebih
rendah perlembar sahamnya secara proporsional
(Abdul Halim, 2005: 97).
Menurut (Hermanto, 2010: 65) pemecahan
saham adalah kebijakan manajemen perusahaan
untuk menambah jumlah saham beredarnya dengan
cara membagikan saham baru kepada pemegang
Lukianto Hanafi, Pengaruh PengumumanStock Split Terhadap Return...
saham saat ini. Jadi pada umum pemecahan
saha m (stock split) pada umumnya adalah
untuk menurunkan harga saham, agar saham dapat
mengikuti perkembangan pasar karena harga yang
sudah disesuaikan dengan kondisi pasar. Logikanya
jika suatu saham memiliki harga yang rendah maka
para investor akan lebih mampu untuk membeli
saham perusahaan tersebut, apabila harga saham yang
tinggi maka minat para investor mungkin menurun
karena harganya yang tidak semua investor mampu
beli. Menurut (Alwi Z. I, 2003: 33) berdasarkan cara
penerbitan dan peralihannya, saham dapat dibedakan
sebagai berikut: (1) Saham atas unjuk (bearer stock),
Saham atas unjuk (bearer stock) artinya pada saham
tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah
dipindahtangankan dari suatu investor ke investor
lainnya. Secara hukum siapa yang memegang saham
tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan
berhak untuk hadir dalam RUPS; dan (2) Saham
atas nama (registered stock), Saham atas nama
(registered stock) adalah saham yang ditulis dengan
jelas siapa nama pemiliknya, dan merupakan bukti
bagi pemegang saham bersangkutan secara hukum
sebagai pemilik.
Berdasarkan dari segi kemampuan dalam hak
tagih atau klaim, saham dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu (Darmadji dan Fakhrudin, 2006: 25): (1) Saham
biasa (common stock), Mewakili kepemilikan pada
penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan.
Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang
terbatas, artinya jika perusahaan bangkrut, kerugian
maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham
adalah sebesar investasi pada saham tersebut; dan
(2) Saham preferen (preferred stock), Saham yang
memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan
saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan
tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak
mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki
investor. Serupa saham biasa karena mewakili
kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal
jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham
tersebut dan membayar deviden. Persamaannya
dengan obligasi adalah adanya klain atas laba dan
aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa
berlaku dari saham dan memiliki hak tebus dan dapat
dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.
Apabila ditinjau dari kinerja perdagangan,
saham dapat dibedakan menjadi 5 (Darmadji dan
fakhruddin, 2006: 26): (1) Blue – chip stocks,Saham
biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi
tinggi, sabagai leader diindustri sejenis dan memiliki
pendapatan yang stabil dan konsisten dalam
membayar dividen; (2) Income stocks, Saham dari
suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar
dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang
dibayarkan pada taun sebelumnya; (3) Growth
stocks: (a) Well-known, Saham-saham dari emiten
yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi,
sebagai leader diindustri sejenis yang mempunyai
reputasi tinggi; dan (b) Lesser-known, Saham dari
emiten yang tidak sebagai leader dalam industri,
namun memiliki cirri growth stocks. Umumnya
saham ini berasal dari daerah dan kurang populer
di kalangan emiten; (4) Speculative stocks, Saham
suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten
memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan
tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang
tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti;
dan (5) Counter cyclical stocks, Saham yang tidak
terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun
situasi bisnis secara umun. Pada saat resesi ekonomi,
harga saham ini tetap tinggi sebagagi akibat dari
kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan
yang tinggi pada masa resesi.
Pemecahan saham (stock split) adalah
pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah
lembar yang lebih banyak dengan menggunakan
nilai nominal yang lebih rendah perlembar sahamnya
secara proporsional (Abdul Halim, 2005: 97).
Menurut (Hermanto, 2010: 33) pemecahan
saham adalah kebijakan manajemen perusahaan untuk
menambah jumlah saham beredarnya dengan cara
membagikan saham baru kepada pemegang saham
saat ini. Jadi pada umum pemecahan saham (stock
split) pada umumnya adalah untuk menurunkan harga
saham, agar saham dapat mengikuti perkembangan
pasar karena harga yang sudah disesuaikan dengan
kondisi pasar. Logikanya jika suatu saham memiliki
harga yang rendah maka para investor akan lebih
mampu untuk membeli saham perusahaan tersebut,
apabila harga saham yang tinggi maka minat para
investor mungkin menurun karena harganya yang
tidak semua investor mampu beli.
Pada umumnya stock split dilakukan ketika
harga pasar saham perusahaan sudah tinggi sehingga
akan memberatkan investor unutk membeli saham
perusahaan. Namun jika dillihat dari nilai ekonomis,
keputusan stock split yang dilakukan perusahaan
tidak memiliki nilai ekonomis, karena hanya
mempengaruhi jumlah saham yang beredar dalam
jumlah. Tetapi tidak memberikan peningkatan pada
modal saham dan laba diitahan.
Terdapat 2 jenis stock split yang biasa dilakukan
oleh perusahaan: (1) Stock split-up, Stock split-up
15
Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
adalah penurunan nilai nominal per lembar saham
yang menyebabkan meningkatnya jumlah saham
yang beredar. Misalnya stock split dengan factor
pemecahan 2:1, 3:1 dan 5:1 artinya satu lembar
saham baru dapat ditukar dengan 2, 3 atau 5 lembar
nominal saham lama; dan (2) Stock split-down,
Stock split-down adalah meningkatkan nilai nominal
perlembar saham dengan mengurangi jumlah saham
yang beredar.
Stock split-down biasa dilakukan ketika harga
saham yang terlalu rendah, dengan demikian dapat
meningkatkan harga saham dan memperbaiki citra
perusahaan karena biasanya harga saham dipasar
yang terlalu rendah menggambarkan kinerja
perusahaan yang menurun sehingga pandangan
masyarakat terhadap perusahaan menjadi negatif
yang akan berujung pada ketidakpercayaan investor
untuk menginvestasikan uangnya ke perusahaan.
Teori yang berhubungan dengan stock split telah
digunakan oleh beberapa peneliti dalam melakukan
penelitian, antara lain: (1) Trading range hypotheses,
Salah satu alasan manajemen melakukan stock
split adalah menjaga harga saham tetap pada posisi
yang optimal untuk diperdagangkan, dengan tujuan
agar perdagangan saham perusahaan tetap optimal.
Harga saham yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
investor mengurungkan niatnya unutk membeli saham
perusahaan. Menurut teori trading range, kebijakan
stock split akan meningkatkan likuiditas perdagangan
saham karena stock split akan mengembalikan harga
saham pada harga yang diminati pasar. Harga saham
yang melebihi harga maksimum dalam range harga
yang optimal (biasanya setiap saham mempunyai
range perdagangan yang optimal) akan membuat
investor tidak mampu untuk membeli saham dalam
jumlah yang besar (round lot). Walaupun pembelian
dapat dilakukan dalam jumlah kecil (odd lot) namun
biaya yang ditimbulkan akan menjadi lebih besar jika
dibandingkan dengan membeli dalam jumlah besar
(round lot). Hal inilah yang melatar belakangi tindakan
pemecahan saham (Ross et. Al, 36,. 2005); dan (2)
Signaling/information asymmetry hypotheses, Dalam
teori ini menyatakan bahwa stock split (pemecahan
saham) adalah suatu prospek atas kemungkinan masa
depan perusahaan yang lebih baik. Pengumuman
pemecahan saham (stock split) dianggap sebagai
informasi yang diberikan oleh manajemen kepada
investor bahwa perusahaan memiliki prospek yang
bagus. Manajemen sebagai pihak internal memiliki
informasi yang lebih banyak mengenai prospek
perusahaan dibandingkan pihak eksternal. Pemecahan
saham (stock split) merupakan usaha manajemen
16
untuk menarik investor dengan memberikan sinyal
bahwa perusahaan memiliki prospek masa depan
yang bagus. Pemecahan saham memerlukan biaya
tidak sedikit, oleh karena itu hanya perusahaan yang
mempunyai prospek bagus dan finansial yang kuat
sajalah yang dapat melakukannya. Oleh karena itu
perusahaan berharap para calon investor mempunyai
mindset bahwa perusahaan yang melakukan stock
split adalah perusahaan yang sedang bagus dan akan
membawa keuntungan bagi mereka.
Terdapat 3 variabel yang dapat dipengaruhi
pengumuman stock split, yaitu return saham,
abnormal return dan trading volume activity. Return
saham adalah total dari yield dan capital gain
(loss) yang diterima. Yield merupakan aliran kas
yang diterima secara periodik yang diberikan oleh
perusahan sedangkan capital gain (loss) merupakan
kenaikan atau penurunan harga saham yang
memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor.
Menurut (Hartono, 2010: 205) bisa dibagikan menjadi
2 jenis, yaitu: (1) Return realisasi, Return realisasi
merupakan return yang telah terjadi dan dihitung
dengan menggunakan data historis. Return ini penting
karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja
perusahaan; dan (2) Return ekspektasi, Return
ekspektasi adalah return yang diharapkan akan
diperoleh investor di masa yang akan datang. Return
ini sifatnya belum terjadi.
Jika terdapat sesuatu yang dihasilkan tentu
saja terdapat risiko yang harus ditanggung oleh
para investor, apabila semakin besar return yang
diinginkan maka semakin besar risiko yang harus
ditanggung oleh investor. Risiko sendiri merupakan
ketidakpastian dari risiko yang diharapkan. Menurut
Husnan (2005: 23) terdapat 2 sumber risiko, yaitu:
(1) Risiko sistematis yaitu risiko yang timbul karena
faktor-faktor yang bersifat makro dan mempengaruhi
semua perusahaan atau industri serta tidak dapat
dikurangi walaupun dengan cara diversifikasi. Faktorfaktor tersebut antara lain pertumbuhan ekonomi,
tingkat bunga deposito, tingkat inflasi dan kebijakan
pemerintah dibidang ekonomi; dan (2) Risiko tidak
sistematis yaitu risiko yang timbul karena faktorfaktor mikro yang dijumpai pada perusahaan atau
industri tertentu, sehingga pengaruhnya terbatas
pada perusahaan atau industri tersebut. Faktor-faktor
tersebut antara lain dampak pada struktur modal,
struktur aktiva dan tingkat likuiditas perusahaan.
Rumus untuk menghitung return saham adalah
sebagai berikut:
Rit =
Pt − Pt −1
Pt −1
Lukianto Hanafi, Pengaruh PengumumanStock Split Terhadap Return...
Keterangan :
Rit= Return saham
Pt= Harga saham sekarang
Pt-1
=Harga saham periode sebelumnya
Variabel kedua adalah abnormal return atau
excess return adalah selisih antara actual return dan
expected return, actual return adalah return yang
diterima oleh investor atas investasinya sedangkan
expected return adalah return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa mendatang.Abnormal
return yang positif setelah pemecahan saham berarti
pengaruh pemecahan saham memberikan keuntungan
diatas normal sebaliknya jika abnormal return yang
negatif berarti investor mendapatkan keuntungan
yang dibawah normal.
Abnormal return juga dapat mencerminkan
tingkat efisiensi suatu pasar, abnormal return dapat
terjadi pada pasar yang bentuk efisiensinya setengah
kuat. Dalam pasar bentuk setengah kuat abnormal
return hanya terjadi di seputar pengumuman
(publikasi) suatu peristiwa sebagai representasi dari
respon pasar terhadap pengumuman tersebut. Suatu
pasar dinyatakan efisiensi bentuk setengah kuat
apabila informasi terserap atau direspon dengan
cepat oleh pasar, apabila terjadi abnormal return
berkepanjangan, hal ini mencerminkan sebagian
respon pasar terlambat dalam menyerap informasi,
maka dianggap pasar tidak efisien dalam bentuk
setengah kuat (Tandelilin, 2010: 105).
Untuk melihat tingkat efisiensi suatu pasar, pada
dasarnya adalah pengujian abnormal return, menurut
Tandelilin (2010: 105), dapat menggunakan metode
sebagai berikut:
1. Mean adjusted return
Jika pasar adalah efisien dan return saham
bervariasi secara random disekitar nilai sebenarnya
(true value), maka rata-rata return sekuritas yang
dapat dihitung dari periode sebelumnya dapat
digunakan sebagai return harapan (expected return).
Jika return harian digunakan, maka kurangkan ratarata return harian dari return actual untuk meperoleh
return tak normal (abnormal return).
ARi,t = Ri,t - Ri
Keterangan :
ARi,t = return tak normal sekuritas i pada hari t
Ri,t = return aktual sekuritas i pada hari t
Ri = rata-rata return sekuritas i selama sekian
hari sebelum hari t
2.Market adjusted return
Pergerakan saham-saham individual sering
dihubungkan dengan pergerakan bersama dalam
pasar. Teknik yang digunakan untuk menghitung
return tak normal adalah dengan menghilangkan
pengaruh pasar terhadap return harian sekuritas.
Return tak normal dihitung dengan mengurangkan
return pasar pada hari t (Rm,t) dari return saham.
ARi,t = Ri,t – Rm,t
3.Market model return
Teknik ini menggambarkan hubungan antara
sekuritas dengan pasar dalam sebuah persamaan
regresi linear sederhana antara return sekuritas
dengan return pasar.
Ri = αi +βi Rm +ei
Keterangan :
αi = intersep dalam regresi untuk sekuritas i
βi = koefisien regresi yang menyatakan slope garis
regresi
e = kekeliruan regresi
Rumus abnormal return yang digunakan
penelitian ini sebagai berikut:
Arit = Rit - RMit
Keterangan :
Arit=Abnormalreturn
Rit=Returnsaham
Rmit=Expectedreturn
Untuk mendapatkan return saham yang
diharapkan (expected return) menggunakan return
pasar (Rmt) yang dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Rmit =
IHSGt − IHSGt − 1
IHSGt − 1
Keterangan :
Rmit=Return yang diharafkan
IHSGt= IHSG pada periode teretentu
IHSGt-1= IHSG paa pweiode t-1
Trading volume activity adalah kecepatan
perputaran perdagangan saham pada periode tertentu.
Untuk menilai informasi yang diberikan perusahaan
informatif atau tidak biasanya investor melihat dari
likuiditas saham perusahaan yang dapat dilihat dari
aktivitas volume perdagangan saham (trading volume
activitiy). Rumus menghitung TVA adalah dengan
membandingkan jumlah saham terjual pada periode
t dengan jumlah saham yang beredar pada periode t.
TVAit =
saham diperdagangkan waktu t
saham berderet waktu
Menurut Harris (2003) konsep likuiditas
mempunyai 4 dimensi: (1) Immediacy, Dimensi ini
mengukur seberapa cepat kita dapat bertransaksi dalam
aset tersebut. Jika transaksi tersebut dapat dilakukan
dengan segera setiap kali investor menginginkannya
17
Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
maka dapat dikatakan aset tersebut likuid; (2) Width,
Width yaitu melihat likuiditas dari biaya yang harus
ditanggung untuk transaksi aset tersebut. Contoh:
untuk properti biaya tersebut antara lain biaya notaris,
BPHTB dan pajak, sedangkan untuk saham yaitu
komisi broker, semakin kecil biaya transaksi maka
semakin lancar aset tersebut; (3)Depth, Untuk saham,
dimensi depth yaitu melihat banyaknya order jual dan
beli yang ada dipasar. Semakin banyak order tersebut
maka semakin mudah investor melakukan jual
beli tanpa mempengaruhi harga sehingga semakin
likuid saham tersebut; dan (4) Resilency, Dimensi
resilency berhubungan dengan seberapa cepat harga
aset dapat kembali ke tingkat sebelumnya jika terjadi
ketidakseimbangan aksi jual beli dalam jumlah besar.
Jika harga suatu saham cepat kembali ke tingkat harga
wajarnya seperti sebelumnya maka dapat dikatakan
saham tersebut likuid.
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
signifikansi pengumuman stock split terhadap return
saham, abnormal return dan trading volume activity
adalah dengan melakukan uji-t yaitu pengujian
dilakukan dengan membandingkan perbedaan
antara nilai dua rata-rata dari sampel yang diambil
merupakan rata-rata variabel sebelum pengumuman
dengan rata-rata variabel setelah pengumuman stock
split adalah sebagai berikut:
_
_
x1 − x1
 s1   s 2 
s1 s 2
+
− 2r.

+
n1 n1
 n1   n 2 
Keterangan:
r = nilai korelasi X1 dengan X2
n = jumlah sampel
x1 = rata-rata sampel ke-1
x2 = rata-rata sampel ke-2
S1 = Standar deviasi sampel ke-1
S2 = standar deviasi sampel ke-2
S1 = varians sampel ke-1
S2 = varians sampel ke-2
Untuk mendapatkan pengujian hipotesis
pengaruh stock split terhadap return, abnormal return
dan trading volume activity maka dilakukan beberapa
langkah sebagai berikut :
• Menentukan format Ho dan Ha
Ho = tidak terdapat perbedaan pada return, abnormal
return dan volume perdagangan saham (TVA).
Ha ≠ H1 ≠ H2≠ H3 = terdapat perbedaan pada
return, abnormal return dan volume perdagangan
saham (TVA)
18
• Level of significance (α) sebesar 5% dengan
derajat kebebasan (df) sebesar n-1.
• Dilakukan uji statistik dua sisi (paired samplettest)
• Membandingkan probabilitas (p) t-hitung dengan
α = 5%
• Pengambilan kesimpulan pada uji yang dilakukan
didasarkan pada pengujian p value dan t hitung :
P value :
P value< 5%, maka Ho ditolak, Ha diterima.
P value> 5%, maka Ho diterima, Ha ditolak.
T hitung :
T hitung < T tabel maka Ho diterima, Ha ditolak
T hitung > T tabel maka Ho ditolak, Ha diterima
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2013 yang berjumlah 33. Hasil pengambilan
sampel berdasarkan metode purposive sampling yaitu
sebanyak 30 perusahaan, dengan periode penelitian
selama empat tahun.
A. Hipotesis Pertama (pengaruh sebelum dan
sesudah peristiwa stock split terhadap return
saham.)
Dari hasil uji t-test harian pada variabel return,
pengaruh yang signifikan hanya ada pada hari t+3 –
t-3, sedangkan secara rata-rata sebelum dan sesudah
menunjukkan bahwa t hitung 1,832 < 2,052 t tabel
.dan p value 0,078 > 0,05 (α) tingkat signifikansi.
Data tersebut menunjukkan bahwa peristiwa stock
split tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap
return 10 hari sebelum dan sesudah peristiwa berarti
Ho diterima dan H1 ditolak. Tidak adanya perbedaan
yang signifikan sesudah peristiwa stock split terhadap
return dikarenakan akses informasi yang diterima
pasar berbeda-beda dan juga ketidakpercayaan
investor terhadap perusahaan yang melakukan stock
split akan memberikan return yang tinggi kepada
mereka.
B. Hipotesis Kedua (pengaruh sebelum dan
sesudah peristiwa stock split terhadap abnormal
return)
Dari hasil uji t-test rata-rata harian abnormal
returnmenunjukkan bahwa yang hanya terdapat
perbedaan yang signifikan adalah pada t-2dan t+2
dan pada t-3 dan t+3 sedangkan untuk uji secara ratarata sebelum dan sesudah menunjukkan bahwa p
value 0,028<0,05 (α) tingkat signifikansi dan t hitung
Lukianto Hanafi, Pengaruh PengumumanStock Split Terhadap Return...
2,323 > 2,052 t-tabel dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa Ho ditolak dan H2 diterima. . Data tersebut
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada 10 hari
sebelum dan 10 hari sesudah peristiwa stock split
terhadap abnormal return. Perbedaan yang dihasilkan
tidak menunjukkan nilai yang menguntungkan bagi
investor yaitu nilai abnormal return menunjukkan
nilai negatif sesudah peristiwa stock split. Hal ini
disebabkan penyerapan informasi pasar oleh investor
tersebar dengan tidak merata yang mengakibatkan
pengambilan keputusan investor untuk berinvestasi
membutuhkan waktu. Reaksi investor juga dapat
seperti menunggu atau melihat kondisi yang tepat
untuk melakukan investasi, para investor melihat
pergerakan abnormal return dengan berharap terus
bergerak kearah positif untuk menginvetasikan
uangnya agar dapat mendapatkan return actual yang
paling maksimal.
C. Hipotesis Ketiga (pengaruh sebelum dan
sesudah peristiwa stock split terhadap trading
volume activity)
Dari hasil uji t-test rata-rata harian TVA
menunjukkan bahwa semua periode perbandingan
dari periode t-10 – t+10 sampai dengan t-1 –
t+1 t hitung > 2,052 dan p value< 0,05, berarti
bahwa semua hasil penelitian harian berpengaruh
signifikan begitu juga pada hasil uji t-test rata-rata
sebelum dan sesudah, yaitu t hitung 3.675 > 2,052
t tabel dan p value 0,001 < 0,05 tingkat signifikansi.
Tujuan perusahaan melakukan stock split adalah
mengharapkan saham perusaahaan dapat aktif
dipasar saham, namun harapan perusahaan tersebut
tidak dapat dibuktikan pada hasil penelitian ini.
Penelitian ini justru berbanding terbalik dengan yang
diharapkan perusahaan, yang menunjukkan bahwa
sesudah peristiwa stock split trading volume activity
justru mengalami penurunan dibandingkan sebelum
peristiwa stock split. Hal ini dapat disebabkan karena
investor masih belum sepenuhnya mempercayai
bahwa perusahaan yang melakukan stock split akan
memberikan return yang besar.
IV. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
menyimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
(1) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
return saham sebelum dan sesudah pengumuman
stock split. Hal ini dapat dilihat dari nilai p value 0,078
yang lebih besar dari 0,05 (α) dan t hitung 1,832 yang
lebih kecil dari t tabel 2,052 yang berarti tidak ada
perbedaan return antara 10 hari sebelum dan 10 hari
sesudah peristiwa stock split; (2) Terdapat perbedan
yang signifikan pada abnormal return sebelum dan
sesudah pengumuman stock split. Ditunjukkan dari
data p value 0,028 yang lebih kecil dari 0,05 (α)
yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan
pada abnormal return sesudah peristiwa stock
split. Hal ini dikarenakan investor yang menunggu
momentum yang tepat untuk berinvestasi dan juga
penyebaran informasi yang tidak merata; dan (3)
Terdapat perbedaan yang signifikan pada trading
volume activity sebelum dan sesudah pengumuman
stock split. Dapat dilihat pada data t hitung 3,675
> 2,052 t tabel dan p value 0,001 < 0,05 tingkat
signifikansi (α). Terdapat perbedaan yang signifikan
yang negatif, dimana sesudah peristiwa stock split
pasar bereaksi negatif terhadap informasi tersebut
yang menyebabkan trading volume activity sesudah
peristiwa menurun dibandingkan sebelum peristiwa
stock split terjadi.
V. DAFTAR RUJUKAN
(2013). Beragam Aksi Korporasi
Bursa Efek Indonesia,
Emiten. [online]. Diakses 14 November 2013 dari
http://economy.okezone.com
Alwi, I. Z. (2003) “Pasar Modal Teori dan Aplikasi” Jakarta:
Yayasan Pancur Siwah.
Darmadji, Tj & Hendy, M. F (2006) “Pasar Modal Indonesia:
Pendekatan Tanya Jawab” Jakarta: Salemba Empat
Halim, A. (2005). Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat
Hartono, J. (2010). Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Yogyakarta: BPFE.
Hermanto, A. R. (2010). Pengertian Stock Split. [online].
Diakses
22
Januari
2014
dari
http://www.
klipinginvestasi.blogspot.com
Hernoyo, M. A. (2013). “Pengaruh Stock Split Announcement
Terhadap Volume Perdagangan dan Return. Jurnal
Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Husnan, (2005). Dasar-dasar teori portofolio & analisis
sekuritas. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Kabo, M. (2011). Tujuan Stock Split. [online]. Diakses 14
November 2013 dari http://ekonomi.kabo.biz
Mila I. G. A. (2010) “Analisis Pengaruh Pemecahan Saham
(Stock Split) Terhadap Volume Perdagangan Saham
Dan Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang
Terdaftar di BEI Tahun 2007-2009” Skripsi Sarjana
Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Ross, S. A. et al. (2005). Corporate Finance, 6th Edition. New
York: McGraw-Hill, Inc.
19
Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
Sari, A. B. (2011) “Pengaruh Stock Split Terhadap Abnormal
Susanti, F. A. (2011) “Dampak Pada Return Dan Likuiditas
Return dan Trading Volume Activity Pada Perusahaan
Saham Sebelum Dan Sesudah Stock Split Pada
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” Skripsi
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun
Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
2003-2008” Skripsi Sarjana Ekonomi Universitas
Sekaran, U. & Roger, B. (2010). Research method far business:
a skill building approach, 5 Edition. Chichester: John
th
Wiley & Sons Ltd.
Sugiyono, (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunariyah. (2011). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Sunarto, H & Riduwan. (2011). Pengantar statistika: Untuk
Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi
dan Bisnis. Jakarta: Alfabeta
20
Sebelas Maret, Surakarta.
Tandelilin, e. (2010), “Portofolio dan Investasi Teori dan
Aplikasi”Yogyakarta: Kanisius
Zein, Z. A et al. (2009). “Pengaruh Stock Split Terhadap Harga
Dan Likuiditas Saham” Jurnal Ekonomi Universitas
Riau.
Download