THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta PEMBERDAYAAN UMKM KELOMPOK USAHA KERUPUK KULIT IKAN PARI DI KABUPATEN CIREBON UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI PRODUK Susilawati 1, Dianasari2, Widia Nur Jannah3 Universitas Muhammadiyah cirebon Email: [email protected] [email protected] [email protected] Abstract Existence of Business Group "stringray leather cracker" in the Keraton and Surakarta Village, Suranenggala District of Cirebon, has been initiated since ten years ago, but the lack of assistance activities and information make them (businessman) never do product innovation. How cracker processing still very simple, even the product packaging is done still traditional (only in plastic packaging threaded and tied with rafia string). This has led to weak competitiveness of products, and this stingray leather cracker products manufactured by the Partners (Mrs. Ina and Mr. Nurkhim) can be marketed around the village, tend to have a sale value that is not too favorable. IbM activities that we initiated attempts to give a touch of science and technology for Partners in the effort to empower the increase the economic value of the product. Purpose activities is to increase the competitiveness of products, both in terms of taste, packaging innovations, processing methods, permit the legal business (No. PIRT), and in socialization and counseling given from relevant agencies such as the Department of Health and the Department of Industry and Trade. This dedication using methods of socialization, counseling, and mentoring. Data collection techniques used observation, interviews, and documentation. Results IbM activities undertaken since June to December, showing an increase: 1) consistency of flavor because production process has a standard; 2) The product packaging of processed stingray leather cracker becomes more modern; 3) the product has the trademark/label consisting of the brand crackers, material composition, nutrient content (already checked through lab tests), addresses the production, and complemented with number of Permits from Department of Health; 4) Partner has received socialization, counseling, and mentoring from experts and relevant department; 5) Products have been marketed crackers cooperatives have formed a partnership. Keywords: UMKM-empowerment, stringray-leather-cracker, kinds-souvenir-of-Cirebon THE 5TH URECOL PROCEEDING 103 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, disebutkan dalam Pasal 3 bahwa Pengelolaan Perikanan dilaksanakan dengan tujuan: a) Meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil; b) Meningkatkan penerimaan dan devisa negara; c) Mendorong Perluasan dan kesempatan kerja; d) Meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan; e) Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ikan; f) Meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing; g) Meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengelolaan ikan; h) Mencapai pemanfaatan sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumber daya ikan secara optimal; dan i) Menjamin kelestarian sumber daya ikan, bahan pembudidayaan ikan, dan tata ruang. Perikanan adalah salah satu sektor kekayaan Indonesia, yang dapat dimanfaatkan sedemikian rupa oleh warga negara Indonesia dengan tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan sumber daya ikan itu sendiri. Kesempatan untuk melakukan pemanfaatan perikanan ini bahkan dijamin dalam Undang-undang. Berbagai jenis ikan yang ada di wilayah perairan Indonesia sangat beragam, bahkan berdasarkan banyak sumber yang Kami baca jenis ikan yang dapat dikonsumsi dari perairan Indonesia jumlahnya sekitar 20 jenis. Ikan-ikan tersebut adalah ikan cakalang hitam, ikan ayam-ayam, ikan bandeng, ikan belanak, ikan marlin/layaran, ikan ekor kuning, ikan kembung, ikan kakap putih dan merah, ikan kerapu merah, ikan pari, ikan kuwe, ikan sarden layang, ikan tengiri, ikan teri, ikan tongkol, ikan tuna, dan lain-lain. Adapun manfaat ikan pari sebagai salah satu bahan ikan segar dari laut Indonesia memiliki khasiat menyembuhkan sesak nafas, dan juga bersifat farmakologi yang bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Kandungan utrisi yang didapat dari daging ikan pari berupa protein, asam lemak, omega 3, vitamin D, kalsium, fosfor, iodin, magnesium, potassium dan zat besi. Ikan pari yang dikonsumsi di Indonesia diolah dalam berbagai olahan, misalnya ikan pari kecil dikonsumsi langsung sebagai lauk, ikan pari yang ukurannya agak besar dapat diolah menjadi ikan asap yang rasanya sangat lezat dan kandungan gizinya tidak banyak hilang karena diolah dengan proses pengasapan, kemudian ikan pari yang ukurannya sangat besar dengan bobot di atas 50kg kulitnya dapat diolah menjadi kerupuk dan dagingnya dapat dijadikan olahan lain yang tidak kalah nikmat. Selanjutnya kulit ikan pari yang berukuran sangat besar ini, dapat dijadikan bahan baku produk kerupuk kulit ikan pari yang dikembangkan di Desa Keraton dan Surakarta Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon. Sayangnya keberadaan UMKM Pengrajin Kerupuk Kulit Ikan Pari di Desa tersebut sejak sepuluh tahun silam, masih belum terdata oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan wilayah Kabupaten Cirebon. Cara pengolahan bahan baku menjadi kerupuk siap konsumsi masih sangat sederhana, bahkan pengemasan produk dilakukan dengan cara yang masih tradisional yakni hanya dalam kemasan plastik ulir dan diikat dengan tali kemudian dijual dengan harga Rp.500,00. Proses pengolahan yang dibutuhkan untuk dapat menjadi kerupuk siap makan, dilakukan dalam beberapa tahap yang cukup panjang. Akan tetapi keuntungan yang didapat belum sebanding dengan proses yang dibutuhkan dalam proses pengolahan. Melihat hal ini, kegiatan IbM berusaha memberi sentuhan Iptek bagi Mitra-mitra yang kami gandeng untuk bekerjasama dalam usaha pemberdayaan para pengusaha untuk meningkatkan nilai ekonomi produk. Minimnya kesadaran pelaku usaha terhadap kualitas produk olahan kerupuk yang dihasilkan ini, jelas menimbulkan lemahnya daya saing produk di pasaran. Hal tersebut menjadikan produk kerupuk kulit ikan pari yang diproduksi oleh Mitra-mitra hanya sebatas produk yang dapat dipasarkan di sekitar Desa saja, dan cenderung memiliki nilai jual yang tidak terlalu menguntungkan bagi mereka. Maka usaha ini perlu THE 5TH URECOL PROCEEDING 104 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta mendapat pendampingan kegiatan untuk pengembangan produk, maka produk dapat dirubah menjadi produk olahan kerupuk kulit ikan pari dengan daya jual yang tinggi sebagai pilihan oleh-oleh khas Cirebon. Melalui kegiatan IbM (Iptek bagi Masyarakat) yang dilakukan dengan dua mitra ini, diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi produk dengan melakukan upaya-upaya peningkatan kualitas produk. Peningkatan tersebut baik dari sisi rasa, inovasi kemasan, cara pengolahan, pengurusan izin legal usaha berupa Nomor PIRT, dan kegiatan sosialisasi yang diberikan dari dinas-dinas terkait seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Selain itu harapan yang paling besar adalah peningkatan taraf ekonomi mitra karena dapat melakukan pengembangan usaha sehingga dapat meningkatkan kualitas ekonomi pelaku usaha dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu di sekitar lokasi produksi yang dipekerjakan dalam proses pengolahan kerupuk kulit ikan pari tersebut. Proses pengolahan bahan baku kulit ikan pari menjadi produk olahan kerupuk kulit ikan pari siap konsumsi membutuhkan tahap yang cukup panjang, tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Tahap perebusan bahan baku kulit ikan pari, 2. Tahap pengerikan bagian luar kulit ikan pari (yang berwarna hitam) sekaligus pencucian, 3. Tahap penjemuran setengah kering (50% pengeringan) 4. Tahap pemisahan kulit dalam dengan sisa daging yang menempel di kulit, 5. Tahap penjemuran ke dua (70% pengeringan) 6. Tahap pemberian bumbu, 7. Tahap pengeringan maksimal (100% pengeringan), dan 8. Tahap penggorengan dan pengemasan. Akan tetapi proses pemberian bumbu yang selama ini dilakukan tidak mengikuti tahap-tahap yang adadi atas, mengapa demikian? Hal tersebut berkaitan dengan semakin tingginya harga bahan baku dan bahan-bahan bumbu dapur yang dibutuhkan seperti bawang putih dan kemiri, sehingga untuk meminimalisir biaya produksi proses pembumbuan dilakukan setelah tahap penggorengan. Bumbu yang digunakan sebatas penyedap rasa instan yang tersedia dipasaran sehingga tidak cukup menekan bau amis pada kerupuk. Seperti yang kita ketahui, olahan kerupuk kulit ikan selalu identik dengan bau amis yang menyengat. Tetapi setelah melakukan banyak perbandingan rasa dengan produk-produk serupa produk yang dihasilkan oleh mitra kami rasanya lebih renyah, sehingga hanya perlu memberi inovasi pemberian bumbu untuk mengurangi bau amis. THE 5TH URECOL PROCEEDING 105 METODE PELAKSANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka tim pengusul berusaha menciptakan usaha kreatif dan inovatif dengan melakukan berbagai rangkaian kegiatan. Adapun berbagai langkah dan metode yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. A. Kegiatan sosialisasi dari Para Ahli Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk membuka wawasan mitra mengenai proses pengolahan hingga pemasaran dilakukan oleh para ahli yang kompeten di bidangnya. Adapun kegiatan sosialisasi ini terdiri dari 3 tahapan kegiatan yang terdiri dari: a) sosialisasi 1 tentang standar pengolahan pangan olahan kerupuk kulit ikan, b) sosialisasi 2 tentang dasar-dasar pengolahan kerupuk kulit ikan agar terbebas dari mikroorganisme, dan c) sosialisasi 3 tentang konstruksi alat dalam pengolahan kerupuk kulit ikan. B. Pelatihan dan Penyuluhan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Pelatihan dan Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon untuk memberikan informasi terkait teknologi pengolahan makanan yang baik dengan bahan baku kulit ikan. Kajian pelatihan dan penyuluhan diantaranya meliputi pembuatan kerupuk kulit ikan mulai dari membersihkan kulit ikan dengan cara yang higienis, hingga hasil kemasan yang menarik dan dilengkapi dengan merk produk sehingga produk ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta dapat bersaing dan digemari oleh konsumen dari berbagai kalangan. Mitra diarahkan untuk melakukan inovasi teknologi yang tepat agar hasil-hasil kerupuk produksi disukai masyarakat. Setelah mitra diberikan PKP (Penyuluhan Keamanan Pangan), produk kemudian didaftarkan ke Dinas Kesehatan agar mendapatkan nomor PIRT (Produk Industri Rumah Tangga). Nomor PIRT ini dapat menambah nilai keamanan dari produk olahan kulit ikan sehingga masyarakat tidak segan untuk mengkonsumsinya. C. Pelatihan dan Penyuluhan dari Disperindag Kabupaten Cirebon Pelatihan dan Penyuluhan juga telah diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Cirebon tentang standar manajemen pemasaran dan keuangan (peminjaman modal) UMKM. Selain itu, disperindag juga memberikan informasi tentang perlindungan perdagangan sehingga mitra memahami hak dan kewajibannya dalam berwirausaha. Selain itu, melalui kegiatan ini juga mitra diberikan cara mendapatkan modal dengan mencari CSR baik individu maupun perbankan mengingat proses produksi membutuhkan modal yang tidak sedikit. D. Uji Laboratorium Uji laboratorium dilakukan dengan uji analisis proksimat dan kalori yang terkandung dalam olahan kerupuk kulit ikan. Kegiatan ini penting dilaksanakan untuk mengetahui kandungan gizi yang terkandung dalam olahan kerupuk kulit ikan. Pelaksanaan uji laboratorium dilakukan di laboratorium terpercaya yaitu di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Dengan demikian, kandungan gizi dalam produk semakin terlihat dan sehingga mampu meningkatkan nilai jual. E. Penyuluhan Marketing Kegiatan penyuluhan pemasaran ini dilaksanakan untuk memantapkan kegiatan pemasaran sehingga mitra mendapatkan gambaran rencana pengembangan pemasaran yang akan dilaksanakannya. Adapun rencana pemasaran (Marketing Plan) yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut: a. pemasaran melalui kerjasama dengan koperasi, b. pemasaran melalui jaringan internet yaitu media sosial. THE 5TH URECOL PROCEEDING 106 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI Program IbM yang telah dilaksanakan pada mitra 1 Di Desa Keraton dan mitra 2 Desa Surakarta Kecamatan Suranenggala dilakukan dengan berbagai rangkaian kegiatan mulai dari survey hingga pemasaran. Adapun deskripsi kegiatan dan hasil serta luaran yang dicapai dapat dilihat pada Gambar 1. Survei Pendahuluan Lokasi Mitra 1 dan Mitra 2 Perizinan kepala Desa Surakarta dan Keraton Sosialisasi 1 tentang Standar Pengolahan Pangan Sosialisasi 2 tentang Dasar-dasar Pengolahan Kerupuk Kulit Ikan Sosialisasi 3 tentang Konstruksi Alat Pengolahan Kerupuk Kulit Ikan Pelaksanaan penyuluhan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Pelaksanaan penyuluhan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Pelaksanaan uji laboratorium di Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM Pelatihan Pengolahan Kerupuk Kulit Ikan Perbaikan Sarana Produksi dan Penyerahaan Alat-Alat Produksi Membuat Logo dan Merk Produk Pendaftaran PIRT Penyuluhan Marketing Promosi dan Pemasaran Produk melalui Koperasi Gambar 1. Rangkaian kegiatan IbM Kelompok Usaha Pengrajin Kerupuk Kulit Ikan di Desa Keraton dan Surakarta Kecamatan Suraneggala Kabupaten Cirebon A. Kegiatan Sosialisasi 1. Tentang Standar Pengolahan Pangan ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Kegiatan sosialisasi ini mendatangkan ibu Tania Avianda Gusman, M.Sc. Dari penjelasan ibu Tania, mitra mendapatkan informasi mengenai cara pengolahan kerupuk kulit ikan yang higienis dan sehat dan memiliki cita rasa yang lezat. Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode tanya jawab berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh mitra. Mitra sangat antusias mengingat hal yang disampaikan pemateri sangat bermanfaat bagi mitra. 2. Tentang Dasar-dasar Pengolahan Kerupuk Kulit Ikan Sosialisasi yang ke 2 diisi oleh bapak Banu Kisworo, M.Pd. Mitra mendapatkan informasi bahwa bahan baku kerupuk kulit ikan yang disimpan oleh mitra harus dikeringkan secara total agar mikroorganisme tidak berkembangbiak sehingga merusak kualitas bahan baku kerupuk. Misalnya limbah air bekas cucian yang selama ini menjadi masalah dapat dijadikan pupuk cair. Selain itu menurut pak Banu, kandungan gizi kerupuk kulit ikan perlu diujikan pada laboratorium representatif agar kandungan gizi diketahui masyarakat luas. 3. Tentang Konstruksi Alat Pengolahan Kerupuk Kulit Ikan Kegiatan sosialisasi ini diberikan oleh bapak Arif Nurudin, M.T. Beliau memberikan pengarahan adanya inovasi teknologi dalam proses pengeringan olahan kerupuk kulit ikan sehingga meminimalisir kerugian yang disebabkan adanya faktor cuaca (hujan). Pak Arif menyarankan agar dibuat teknologi pemanasan dengan oven yang tepat agar produksi kerupuk kulit ikan menjadi lebih baik. Dengan penggunaan oven yang tepat, akan membantu produksi kerupuk menjadi lebih efisien terutama pada musim hujan. B. Kegiatan Penyuluhan 1. Dari Dinas Kesesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon Kegiatan ini merupakan bagian dari Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP). Adapun tema yang disampaikan yaitu “Standar Pengelolaan Bahan Makanan Kerupuk Kulit Ikan yang Higienis dan Proses Perolehan Nomor PIRT”. Dalam kegiatan ini, Bapak Hardiansyah memberikan informasi mengenai standar proses produksi pengolahan bahan makanan dan olahan kerupuk kulit ikan mulai dari pemilihan bahan baku hingga pengemasan yang baik sehingga dapat dijual dengan nomor PIRT. Bebarapa hal yang dapat meningkatkan nilai jual produk kerupuk kulit ikan menurut pak Hardiansyah diantaranya: a) kualitas bahan baku harus baik, b) komposisi produk yang digunakan harus konsisten baik dari jenis taharan bahan baku maupun bumbunya, c) memiliki inovasi misalnya variasi rasa, d) kemasan yang aman dan menarik. Apabila aspek-aspek tersebut tidak diperhatikan, akan berdampak pada kurangnya minat konsumen terhadap produk. Jika berbagai hal tersebut sudah ada, maka nomor izin PIRT DINKES pun akan mudah didapat. Produk makanan yang memiliki nomor PIRT dari dinas kesehatan memberikan keuntungan dapat dijual di pasar tradisional dan swalayan. THE 5TH URECOL PROCEEDING 107 Gambar 2. Penyuluhan Standar Pengelolaan Bahan Makanan Kerupuk Kulit Ikan yang Higienis dari Dinas Kesehatan 2. Dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Cirebon Kegiatan ini dilakukan dengan tema “Standar Manajemen Pemasaran dan Keuangan (Peminjaman Modal) UMKM”. Bapak Dani Hendratno memberikan gambaran proses pemasaran yang luas dan cara mendapatkan modal baik dari pihak CSR maupun dari pihak bank. ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Analisis Proksimat Kerupuk Kulit Ikan Pari Kadar Kadar abu 3% Kadar air 3% Gambar 3. Penyuluhan dari dinas Perindustrian dan Perdagangan 3. Penyuluhan Marketing Kegiatan ini penting dilaksanakan agar mitra dapat meningkatkan kegiatan pemasaran sehingga pemasaran semakin meluas. Kegiatan ini dilakukan dengan mendatangkan Bapak Dr. Badawi, S.E., M.Si sebagai narasumber, dan dilaksanakan di akhir kegiatan IbM. Penyuluhan dilakukan dengan tujuan agar produk yang dihasilkan dapat dipasarkan lebih luas. Hasil kegiatan ini, mitra diarahkan untuk memasarkan hasil kerupuk kulit melalui koperasi yang ada di Cirebon maupun secara online melalui internet. C. Uji laboratorium di Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM Yogyakarta Analisa proksimat bertujuan untuk menentukan komposisi kimia utama dari bahan baku dan produk, yaitu kerupuk kulit ikan pari. Parameter analisis kerupuk ikan pari adalah kadar protein, lemak, air, abu dan total karbohidrat. Hasil analisis proksimat kerupuk kulit ikan dapat dilihat pada Tabel 1 dan diagram analisa proksimat kerupuk kulit ikan pari dapat dilihat pada Gambar 2. Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Kerupuk Kulit Ikan Pari No Parameter Uji Hasil (Satuan) 1 Kadar Protein 54,45% 2 Kadar Lemak 29,65% 3 Kadar Air 3,12 % 4 Kadar Abu 2,50 % 5 Kadar 10,29% Karbohidrat THE 5TH URECOL PROCEEDING Kadar lemak 30% Karbohidrat 10% kadar Protein Kadar lemak kadar Protein 54% Kadar air Kadar abu Kadar Karbohidrat Gambar 4. Analisa Proksimat Kerupuk Kulit Ikan Pari 1. Kadar Protein Berdasarkan hasil analisa kadar protein diperoleh persentase kadar protein kerupuk kulit ikan pari sebesar 54,45%. Menurut SNI (2002), kadar protein untuk kerupuk ikan yaitu minimal 6% berarti kadar protein kerupuk kulit ikan pari sudah memenuhi standar yang ditentukan. Protein yang terdapat pada kerupuk kulit ikan pari berpengaruh dalam menentukan nilai gizi kerupuk tersebut. Sehingga kadar protein yang terdapat di kerupuk kulit ikan pari dapat memenuhi kebutuhan nutrisi manusia. 2. Kadar lemak Analisa kadar lemak pada kerupuk kulit pari bertujuan untuk mengetahui atau memprediksi daya simpan produk, karena lemak berpengaruh pada perubahan mutu selama penyimpanan. Berdasarkan SNI (2002) kadar lemak kerupuk ikan minimum 0,4 %, sementara itu kadar lemak yang terdapat di kerupuk kulit ikan pari sebesar 29,65%. Berdasarkan SNI tersebut diatas maka kerupuk kulit ikan pari memenuhi persyaratan untuk dapat diterima oleh konsumen. 3. Kadar Air Kadar air adalah jumlah kandungan air yang terdapat pada suatu bahan pangan. Air dalam suatu bahan pangan terdapat dalam berbagai bentuk yaitu air bebas yang terdapat di dalam ruang antar sel dan intergranuula dan pori-pori yang terdapat pada bahan, air yang terikat lemah karena terserap pada permukaan koloid makro molekul. Sementara itu air yang terikat 108 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta kuat membentuk hidrat. Berdasarkan hasil analisa proksimat kerupuk kulit ikan pari, diperoleh nilai kadar air sebesar 3,12%. Menurut SNI (2002), kerupuk ikan memiliki nilai kadar air kerupuk ikan maksimal 11%. Artinya kadar air kerupuk kulit ikan pari sudah memenuhi standar SNI. Menurut Kusnandar (2010), kandungan air dalam dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya awet makanan tersebut. Selain itu kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan makanan tersebut terhadap serangan mikroba. 4. Kadar Abu Dari hasil analisa proksimat kerupuk kulit ikan pari diperoleh nilai kadar abu sebesar 2,50%. Sementara itu, berdasarkan SNI (2002) kadar abu kerupuk kulit ikan pari belum mmenuhi standar. Tingginya kadar abu pada suatu produk dapat dipengaruhi oleh kandungan yang terdapat pada bahan tambahan seperti penambahan garam dan penyedap rasa. Menurut Ramdany et al (2014), kadar abu menunjukan kandungan mineral suatu bahan. Pengukuran kadar abu bertujuan untuk mengontrol konsentrasi garam anorganik seperti natrium, kalium, karbonat, dan fosfat. Apabila kandungan kadar abu tinggi, maka kandungan mineralnya juga tinggi. 5. Kadar Karbohidrat Dari hasil analisa proksimat kerupuk kulit ikan pari, diperoleh nilai kadar karbohidrat sebesar 10,29%. Sementara itu kadar karbohidrat dalam SNI kerupuk kulit tidak diketahui berapa jumlah kadar karbohiratnya. Tingginya nilai karbohidat dipengaruhi oleh tambahan bahan makanan dalam pembuatan kerupuk kulit ikan pari, sebagai contoh tepung atau bumbu penyedap lainnya. 6. Angka Kecukupan Gizi (AKG) Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Harper et al., 1986). Penghitungan kecukupan gizi seseorang atau sekelompok orang diperlukan dalam mengetahui kesesuaian pola konsumsi pangan seseorang sudah sesuai standar atau belum. Apabila diketahui kecukupan gizi seseorang masih kurang dapat dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pemenuhan gizi dengan memaksimalkan pola konsumsi. Dari uji analisa kerupuk kulit ikan pari sebesar 6334,61 kalori. Sementara itu nilai kalori yang dibutuhkan manusia per berat tubuh manusia maksimal 20 kkal, artinya kerupuk kulit ikan pari memberikan nilai kalori sebesar 30 % dari maksimal kalori yang dibutuhkan oleh manusia. D. Pelatihan Pengolahan Kerupuk Kulit Ikan Kegiatan uji coba pengolahan kerupuk kulit ikan dilakukan agar hasil olahan kerupuk kulit ikan tidak terlalu amis. Adapun caranya yaitu dengan menambahkan cuka sebanyak 1 sendok makan pada ½ Kg kerupuk yang dicampur dengan bumbu yang sudah dihaluskan yaitu ketumbar, bawang putih, garam, dan penyedap rasa ke dalam setengah kilo kerupuk kulit yang mentah (kondisi kerupuk kering 80%). Setelah diberi bumbu dan cuka, kemudian kerupuk dijemur lagi sampai kering 100% dan digoreng. Kegiatan ini menghasilkan rasa yang lezat, gurih, dan tidak terlalu amis sehingga resep ini dijadikan referensi untuk pengolahan kerupuk kulit ikan selanjutnya. E. Perbaikan Sarana Produksi dan Penyerahaan Alat-Alat Produksi Mitra 1 dan mitra 2 memiliki keterbatasan dalam sarana prasarana produksi. Adapun perbaikan sarana prasarana yang dilakukan oleh tim, yaitu memperbaiki tempat penyimpanan bahan memberikan baku, memperbaiki tempat produksi dan memberikan timbangan serta alat pengepres plastik (sealer) untuk mitra 1. Sedangkan untuk mitra 2, tim memberikan alat bantuan berupa perbaikan alat penyimpanan bahan baku dan alat THE 5TH URECOL PROCEEDING 109 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING pengepres plastik (sealer). Dengan bantuan perbaikan sarana dan alat produksi ini, diharapkan hasil produksi mejadi higienis dan memiliki kerenyahan lebih lama sehingga dapat dijual pada pasar yang lebih luas. F. Membuat Logo dan Merk Produk Produk olahan kerupuk kulit ikan yang dihasilkan belum memiliki nama (merk). Oleh karena itu, dilakukan pembuatan logo dan merk kerupuk kulit ikan agar hasil kerupuk yang dihasilkan memiliki identitas dan mudah dikenali. Nama produk yaitu kerupuk kulit ikan pari “FARHAN” sebagai identitas kerupuk. Sebelum nomor izin PIRT didapat, desain logo dan merk dagang, sebagai berikut. G. Perbaikan Kemasan Produk Produk yang selama ini dijual memiliki kemasan yang sangat sederhana dan dijual dengan harga yang sangat murah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengemasan yang inovatif sehingga kerenyahan kerupuk menjadi lebih lama dan menarik sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Kemasan kerupuk kulit ikan sebelum dilaksanakan IbM THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Kemasan kerupuk kulit ikan setelah dilaksanakan IbM H. Pendaftaran PIRT Pelaksanaan kegiatan ini merupakan kerjasama antara tim IbM dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon agar produk yang dihasilkan memiliki izin yang dibuktikan dengan perolehan nomor PIRT. Berbagai prosedur pemerolehan nomor izin PIRT telah dilakukan, dan pemberian nomor PIRT kepada usaha home industry kerupukkulit ikan telah didapat. Adapun Nomor izin PIRT Dinkes yang dikeluarkan adalah 2 02 3209 01 1214 21, dan resmi dicetak dalam logo dan merk dagang seperti berikut. I. Promosi dan Pemasaran Produk melalui Koperasi dan Internet Kegiatan promosi dan pemasaran produk dilakukan melalui internet dan menitipkan produk pada koperasi-koperasi yang ada di Cirebon. Promosi yang dilakukan melalui internet dilakukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat adanya produk kerupuk kulit ikan, sehingga produk menjadi dikenal dan wilayah pemasaran menjadi lebih luas dengan media sosial seperti facebook, whats app, BBM, line, dan intagram. Adapun koperasi yang diajak kerjasama untuk memasarkan produk yaitu koperasi 110 ISBN 978-979-3812-42-7 THE 5TH URECOL PROCEEDING UMC, dan koperasi SMKN 1 Cirebon Barat. Dilakukan proses promosi melalui media massa. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Kegiatan pengabdian pada kelompok usaha pengrajin kerupuk kulit ikan di Desa Keraton dan Surakarta Kecamatan Suraneggala Kabupaten Cirebon sudah dilaksanakan dengan baik. Mitra merasa sangat terbantu dengan kegiatan IbM yang dilaksanakan karena meningkatkan nilai jual produk kerupuk kulit ikan. Tahapan yang sudah dilaksanakan pada kegiatan IbM ini yaitu: a) survei pendahuluan lokasi mitra 1 dan mitra 2; b) melakukan perizinan kepala Desa Surakarta dan Keraton; c) kegiatan sosialisasi yang dilakukan secara bertahap yaitu sosilisasi 1 tentang standar pengolahan pangan, sosialisasi 2 tentang dasar-dasar pengolahan kerupuk kulit ikan, dan sosialisasi 3 tentang konstruksi alat pengolahan kerupuk kulit ikan; d) kegiatan penyuluhan dari Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, e) Kegiatan uji laboratorium di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada untuk mengetahui kandungan proksimat dan kalori yang terdapat pada kerupuk kulit ikan, f) pelatihan pengolahan kerupuk kulit ikan agar lebih gurih dan tidak amis, g) perbaikan sarana produksi dan penyerahaan alat-alat produksi, h) membuat logo dan merk produk, i) Perbaikan kemasan produk, j) pendaftaran PIRT, k) penyuluhan marketing, dan l) promosi dan pemasaran produk melalui koperasi dan internet. 18 February 2017 UAD, Yogyakarta standar kebersihan dan cita rasa gurih yang sudah dikembangkan dapat dipertahankan. REFERENSI Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro, Dian Rakyat: Jakarta. Ramdany, G., I. Kusumaningrum, dan B.F. Pamungkas. 2014. Karakteristik Kimiawi Kerupuk Tulang Ikan Belida. Jurnal ilmu perikanan tropis Vol. 19, No.2 , April 2014. Undang-undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Online. Tersedia: maritime.go.id. Tanggal 2 Desember 2016 B. SARAN Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini perlu dikembangkan lagi sehingga produk yang dihasilkan memiliki variasi rasa yang berbeda. Dengan adanya inovasi berupa variasi rasa yang berbeda pada olahan kerupuk kulit ikan akan semakin menambah nilai jual produk. Selain itu, perlu adanya pembinaan lebih lanjut agar mitra menjaga kualitas produk olahan kerupuk kulit ikan dengan memenuhi THE 5TH URECOL PROCEEDING 111 ISBN 978-979-3812-42-7