PENGARUH TEKNIK PENGERINGAN TERHADAP KADAR GIZI

advertisement
PENGARUH TEKNIK PENGERINGAN TERHADAP KADAR GIZI DAN MUTU
ORGANOLEPTIK SALE PISANG (Musa paradisiaca L.)
Fery Indradewi A
Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo
ABSTRAK
Pisang merupakan salah satu komoditas yang tersedia melimpah sepanjang tahun.
Namun seringkali produksinya tidak mampu diserap oleh pasar. Untuk mengatasi hal tsb
masyarakat secara tradisional mengawetkan pisang dengan mengolahnya melalui cara
pengeringan menjadi sale pisang. Namun mutu sale pisang yang dihasilkan masih rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar gizi dan mutu organoleptik sale pisang
melalui modifikasi teknik pengeringan. Teknik pengeringan yang digunakan adalah
pengeringan dengan sinar matahari, pada malam hari dibiarkan di udara terbuka (A 1T0) dan
teknik pengeringan kombinasi sinar matahari dan pada malam hari disimpan di oven suhu
45oC (A1T1), 55oC (A1T2), 65oC (A1T3). Pengujian kadar gizi meliputi kadar air, glukosa, serat
kasar dan protein. Pengujian kadar air menggunakan metode thermogravimetri, kadar
glukosa menggunakan metode Nelson-Somogyi, kadar serat kasar menggunakan metode
digesti dan kadar protein menggunakan metode Biuret. Uji organoleptik menggunakan
metode hedonik dengan pendekatan tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur permukaan
luar, tekstur ketika digigit, kekenyalan, aroma sale mentah dan matang, warna sale mentah
dan matang, dan rasa. Hasil penelitian menunjukkan kadar glukosa tertinggi 1,3% dan
kadar protein tertinggi 3,74% pada sampel A1T2. Kadar air terendah 17,2177% dan kadar
serat tertinggi 7,9645% pada sampel A 1T0. Hasil uji organoleptik menunjukkan parameter
tekstur permukaan luar, tekstur ketika digigit, kekenyalan, aroma sale matang, warna dan
rasa sale lebih disukai panelis pada sampel A 1T1. Sedangkan untuk parameter aroma sale
mentah panelis lebih menyukai sampel A 1T2. Kombinasi teknik pengeringan sinar matahari
dan oven pada suhu 45oC mampu mempercepat waktu pengeringan, memperbaiki kadar
gizi dan mutu organoleptik sale pisang.
Kata kunci : pengeringan, kadar gizi, mutu organoleptik, sale pisang
PENDAHULUAN
Pisang
tanaman
hortikultura
dikembangkan
merupakan
unggulan.
Nilai produksi pisang yang cukup
merupakan
di
salah
Hampir
salah
yang
satu
tinggi membuat buah pisang dipasarkan
banyak
dalam area yang cukup luas, meliputi
dan
antar kecamatan dan antar kabupaten.
Indonesia
satu
komoditas
perdagangan
pisang
tidak
wilayah
berjalan lancar dan terbatas pada daerah
Indonesia merupakan daerah penghasil
yang memiliki jarak yang dekat dengan
pisang, termasuk Sulawesi Tenggara.
daerah produksi. Hal ini disebabkan oleh
Hingga
masih
keterbatasan daya tahan pisang yang
merupakan kontributor utama (32,94%)
rendah karena kandungan airnya yang
terhadap produksi buah nasional yaitu
tinggi sehingga membuat pisang yang
sebesar 6.862.558 ton (BPS, 2015:1).
diperdagangkan sering membusuk. Sale
tahun
2014
seluruh
Namun,
pisang
JF FIK UINAM Vol.4 No.2 2016
58
pisang adalah jenis makanan yang dibuat
dapat mencapai 1-2 bulan. Sedangkan
dari buah pisang yang telah melewati
secara tradisional pengolahannya dengan
matang
konsumsi.
merupakan
sarana
Sale
pisang
cara dijemur dan kadang-kadang sebelum
alternatif
untuk
dijemur, diasapkan terlebih dahulu dengan
menghindari pembusukan buah pisang,
kayu
bakar,
namun
yang diolah dengan cara pengeringan.
membuat
Makanan ini memiliki rasa yang khas
kurang baik sehingga jarang dilakukan.
mutu
pengasapan
sale
pisang
ini
menjadi
dengan daya simpan cukup lama. Mutu
Pengolahan sale pisang dengan
sale pisang sangat dipengaruhi oleh
cara tradisional memerlukan waktu 4
warna, rasa, aroma dan daya simpannya.
sampai 6 hari jika cuaca cerah, dijemur di
Pisang yang enak diolah menjadi sale
bawah sinar matahari dan pada malam
pisang adalah jenis pisang ambon, siam,
hari disimpan di dalam baskom/wadah
raja dan emas. Umumnya yang dibuat
dan dibiarkan di udara terbuka. Karena
sebagai sale pisang adalah pisang raja
suhu yang rendah pada malam hari maka
karena produksinya melimpah.
cairan keluar dari dalam pisang. Cairan
Pembuatan
sale
pisang
pada
tersebut memiliki rasa manis sehingga
prinsipnya melalui tahapan pengupasan,
seringkali dikerumuni oleh semut dan
pengerokan
keluarnya
permukaan
buah
dan
cairan
tersebut
pengeringan (Antarlina, 2004 : 2). Pisang
menyebabkan
yang melewati matang konsumsi dikupas,
pisang yang dihasilkan. Oleh sebab itu
diiris dengan bilah bambu atau pisau,
diperlukan
disusun di atas rak bambu dan dan
keluarnya cairan dari dalam pisang yang
dikeringkan.
dibuat sale.
Setelah
agak
kering
dipipihkan. Secara modern, pengeringan
penurunan
diduga
teknik
untuk
mutu
sale
menghindari
Hasil penelitian (Astutik, 2003 : 3)
sale pisang menggunakan lemari khusus.
tentang
Pengawetannya memakai bahan kimia
pengeringan terhadap mutu sale pisang
seperti natrium metabisulfit dan belerang.
diperoleh data bahwa pada suhu 65oC
Setelah buah diiris, diasapkan dengan
dengan
belerang sebanyak 1 g/kg bahan selama 1
dihasilkan sale pisang yang lebih baik
jam. Kemudian disusun dalam rak dan
dengan kadar air yang rendah dan tekstur
dikeringkan dalam alat pengering. Setelah
yang lebih baik jika dibandingkan dengan
itu pisang dipipihkan dan dikeringkan
perlakuan pada suhu 55oC dengan lama
kembali hingga kadar airnya sekitar 20 %.
pengeringan 19 jam dimana dihasilkan
Warna sale pisang yang baik adalah
sale pisang dengan kadar air cukup tinggi
coklat kekuningan atau coklat, bentuknya
sehingga
utuh
dihasilkan sangat lunak. Sedangkan pada
dan
aromanya
pengolahannya
baik
normal.
daya
JF FIK UINAM Vol.4 No.2 2016
Bila
simpannya
perlakuan
pengaruh
lama
dan
pengeringan
tekstur
suhu
suhu
sale
75oC
19
pisang
dengan
lama
jam
yang
lama
59
pengeringan yang sama menghasilkan
Analisis kadar gizi
sale pisang dengan tekstur yang sangat
keras.
penetapan kadar air dengan metode
Untuk mengatasi keluarnya cairan
dari
Analisis kadar gizi meliputi uji
dalam
pisang
selama
thermogravimetri,
penetapan
kadar
proses
glukosa dengan metode Nelson Somogyi,
pengolahan sale pisang maka dilakukan
penetapan kadar serat kasar dengan
penelitian tentang penggunaan kombinasi
etode
pengeringan sinar matahari dan oven
protein dengan metode Biuret.
serta pengaruhnya terhadap kadar gizi
Perhitungan
(glukosa, serat kasar, protein, dan air) dan
mutu
organoleptik
sale
pisang
digesti,
dan
penetapan
kadar
kadar
gizi
menggunakan rumus :
yang
dihasilkan.
METODE PENELITIAN
Alat Dan Bahan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
spektrofotometer
seperangkat
tipe
alat
instrumen
Genesys
ekstraksi,
20,
neraca
analitik, eksikator, penangas listrik, hot
plate, tanur dan oven serta seperangkat
peralatan gelas. Sedangkan bahan yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
yaitu
pisang raja dan seperangkat bahan serta
reagen
untuk
analisis
kadar
gizi
(pengujian kadar air, glukosa, serat kasar,
dan protein).
Penelitian ini merupakan penelitian
laboratorium
Analisis
mutu
menggunakan
mengetahui
terhadap
organoleptik
uji
hedonik
untuk
tingkat
kesukaan
panelis
permukaan,
tekstur
tekstur
ketika digigit, kekenyalan, aroma sale
Rancangan Penelitian
eksperimental
Analisis mutu organoleptik
dengan
diagram alir penelitian sebagai berikut :
pisang mentah dan matang, warna sale
pisang mentah dan matang serta rasa
sale pisang yang dihasilkan. Pengujian
menggunakan skala numerik 5 dengan
kategori skor 1 : tidak suka, skor 2 : netral,
skor 3 : cukup suka, skor 4 : suka, dan
skor 5 : sangat suka. Panelis yang
digunakan
merupakan
panelis
semi
terlatih sebanyak 10 orang.
JF FIK UINAM Vol.4 No.2 2016
60
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Gizi Sale Pisang
Tabel 1. Kadar Gizi Sale Pisang dengan BerbagaiTeknik Pengeringan
Kadar
A1T0
17,2177
0,8
7,9645
2,34
Coklat
Air (%)
Glukosa (%)
Serat kasar(%)
Protein (%)
Warna
Lama pengeringan
Matahari
5 hari
Oven
-
A1T1
20,0405
1,2
4,5871
2,86
Coklat
Sampel
A1T2
19,9556
1,3
5,1872
3,74
coklat
A1T3
21,8294
0,8
7,1455
2,69
Coklat
4 hari
3 malam
3 hari
3 malam
3 hari
2 malam
Pisang
65,7707
1,2
0,6006
2,54
Keterangan :
A1T0
A1T1
A1T2
A1T3
: sale pisang dengan pengeringan sinar matahari dan disimpan di ruang terbuka pada malam hari
: sale pisang dengan pengeringan sinar matahari dan di dalam oven suhu 45oC pada malam hari
: sale pisang dengan pengeringan sinar matahari dan di dalam oven suhu 55oC pada malam hari
: sale pisang dengan pengeringan sinar matahari dan di dalam oven suhu 65oC pada malam hari
Pengaruh teknik pengeringan terhadap
disebabkan
kadar air
dikeringkan dalam waktu yang paling lama
Berdasarkan hasil analisis kadar air
diperoleh
data
seperti
terlihat
karena
sampel
tersebut
yaitu 5 hari, sedangkan pada sampel A 1T2
pada
waktu pengeringannya paling singkat yaitu
Gambar 1. Hasil analisis menunjukkan
3 hari 2 malam. Sedangkan antara sampel
bahwa sale pisang dengan pengeringan
A1T1 yang waktu pengeringannya 4 hari 3
matahari saja (A1T0) memiliki kadar air
malam dan sampel A1T2 yang waktu
terendah
sedangkan
pengeringannya 3 hari 3 malam kadar
pengeringan dengan sinar matahari dan
airnya tidak berbeda jauh, yaitu pada
kombinasi oven pada suhu 65oC (A1T2)
sampel A1T1 kadar airnya lebih tinggi
memiliki kadar air tertinggi (21,8294%).
(20,0405%) sedangkan pada sampel A 1T2
Kadar air yang rendah pada sampel A 1T0
kadar airnya lebih rendah (19,9556%).
(17,2177%),
Dalam
proses
pengeringan
terperangkap di dalamnya. Air ini tidak
menurut Gaman dan Sherrington dalam
bisa menerobos bahan dengan proses
Apriantono (2002 : 6), hal yang paling
difusi
penting adalah suhu yang digunakan tidak
menghambat
terlalu tinggi, karena akan menyebabkan
inilah juga yang menyebabkan kadar air
perubahan-perubahan
pada sampel A1T3 menjadi lebih tinggi
yang
tidak
secara
normal
proses
sehingga
penguapan.
Hal
dikehendaki pada bahan pangan. Jika
dibandingkan dengan yang lain.
suhu yang digunakan terlalu tinggi akan
Pengaruh teknik pengeringan terhadap
menyebabkan case hardening yaitu suatu
kadar glukosa
keadaan
dimana
bagian
luar
bahan
Berdasarkan hasil analisis kadar
menjadi keras dan keriput, sedangkan air
protein diperoleh data seperti terlihat pada
JF FIK UINAM Vol.4 No.2 2016
61
Gambar 2. Hasil analisis menunjukkan
tetap
bahwa
sampel.
sale
pengeringan
pisang
dengan
kombinasi
teknik
matahari
merembes
keluar
dari
dalam
dan
Pengolahan bahan pangan dengan
oven suhu 55 C (A1T2) memiliki kadar
pemanasan akan mempengaruhi kadar
glukosa
sedangkan
gizi termasuk glukosa. Reaksi yang terjadi
pengeringan dengan sinar matahari saja
pada gula, baik dengan reaksi berupa
(A1T0)
kombinasi
perubahan karbohidrat itu sendiri tanpa
65oC
adanya senyawa lain ataupun perubahan
o
tertinggi
dan
matahari
(1,3%),
pengeringan
dan
oven
suhu
(A1T2)memiliki kadar glukosa terendah
karbohidrat
(0,8%) yang lebih rendah dari kadar
interaksinya
protein pisang segar (1,2%). Hal ini juga
(reaksi
menunjukkan
pemanasan suhu lebih tinggi (65oC) akan
suhu
pengeringan
berpengaruh pada kadar glukosa.
(gula
pereduksi)
dengan
Maillard).
senyawa
Khususnya
sebagai
amino
selama
semakin mempercepat terjadinya reaksi
Rendahnya kadar protein pada sale
Maillard
sehingga
mengurangi
pisang yang dikeringkan dengan sinar
ketersediaan gula dan protein (asam
matahari saja disebabkan karena tidak
amino)dan
adanya
menurun.
perlakuan
pada
malam
hari
akibatnya
kadar
glukosa
menyebabkan kadar air lebih lama turun
Pengaruh teknik pengeringan terhadap
dan pada saat kadar air masih tinggi
kadar serat kasar
sampel mengeluarkan cairan pada malam
Hasil
penelitian
menunjukkan
hari. Cairan yang keluar ini mengandung
(Gambar 3) kadar serat kasar tertinggi
glukosa yang ditandai dengan rasanya
terdapat pada sampel A1T0 yaitu 7,9654%.
yang manis.
Perlakuan pemanasan pada malam hari
Penambahan
dengan
menurunkan kadar serat kasar. Semakin
pemanasan pada malam hari mampu
tinggi suhu yang digunakan semakin
meningkatkan
rendah
penggunaan
perlakuan
kadar
suhu
glukosa
o
45 C
dan
pada
o
penurunan
kadar
serat
55 C.
dibandingkan dengan sampel yang tidak
Peningkatan kadar tertinggi terjadi pada
mengalami perlakuan pemanasan pada
pengeringan pada malam hari dengan
malam hari.
suhu 55oC (1,3%), sedangkan pada suhu
o
Menurut Tjokroadikoesoemo (1993 :
45 C peningkatannya lebih rendah (1,2%).
7)
Hal
percabangan
ini
disebabkan
karena
pada
selulosa
tidak
memiliki
dan
secara
rantai
normal
pengeringan suhu 45oC pada malam hari
berbentuk kristal. Kristal-kristal selulosa
ke-1
mampu
tsb saling bergandengan melalui sejenis
mengeringkan permukaan sale pisang
gula (bukan glukosa) membentuk rantai
secara maksimal sehingga cairan masih
panjang yang dinamakan misela. Misela
dan
hari
ke-2
belum
dari selulosa ini sangat tahan terhadap
JF FIK UINAM Vol.4 No.2 2016
62
pengaruh kimia maupun enzim. Misela-
bahwa
misela
pengeringan
ini
dipersatukan
oleh
ikatan
sale
pisang
dengan
kombinasi
teknik
matahari
dan
hidrogen (Suhartono, 1989 : 8). Namun
oven suhu 55oC (A1T2) memiliki kadar
pemanasan
protein tertinggi (3,74 %) dan pengeringan
selulosa
dapat
mengurangi/memutuskan ikatan hidrogen
dengan
secara terbatas (de Man, 1997 : 9).
memiliki kadar protein terendah (2,34 %)
Selain selulosa, dalam pisang juga
sinar
matahari
saja
yang lebih rendah dari kadar protein
terdapat komponen serat lainnya yaitu
pisang
pektin. Keberadaan pektin menyebabkan
menunjukkan
terjadinya kenaikan kadar serat pada
berpengaruh pada kadar protein.
sampel yang dipanaskan pada suhu yang
lebih
tinggi. Senyawa-senyawa
(A1T0)
segar
(2,54%).
Hal
suhu
ini
juga
pengeringan
Rendahnya kadar protein pada sale
pektin
pisang yang dikeringkan dengan sinar
berasal dari asam D-galakturonat yang
matahari saja disebabkan karena tidak
dihubungkan
adanya
dengan
ikatan
β-(1,4)-
perlakuan
pada
malam
hari
glukosida dan merupakan turunan dari
menyebabkan kadar air lebih lama turun
galaktosa. Pada umumnya pektin dapat
dan pada saat kadar air masih tinggi
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,
sampel mengeluarkan cairan pada malam
yaitu asam pektat, asam pektinat (pektin)
hari. Cairan yang keluar diduga selain
dan protopektin (Winarno, 1997 : 10).
mengandung glukosa juga mengandung
Pelunakan buah pisang disebabkan
oleh degradasi protopektin. Protopektin
protein
yang
terlarut
dalam
cairan
tersebut.
berasal dari ikatan antara selulosa dan
Adanya pemanasan pada malam
senyawa pektat. Dengan penambahan
malam hari selain mempercepat proses
panas, pektin akan mempercepat proses
pengeringan
pemasakan pada buah. Dengan proses ini
keluarnya cairan dari dalam
terjadi penguraian pektin menjadi pektin
Namun
yang larut sehingga kuantitasnya dalam
digunakan untuk proses pengeringan sale
sel
proses
pisang. Hal ini ditunjukkan pada sampel
pemanasan, kandungan pektin meningkat
A1T3. Kenaikan suhu pengeringan pada
sedangkan
malam
meningkat.
Selama
kandungan
selulosa
dan
juga
tidak
hari
mampu
semua
dari
menahan
sampel.
suhu
55oC
ke
cocok
65oC
hemiselulosa menurun (Bennet et al,
menurunkan kadar protein dari 3,74%
1987:11).
menjadi 2,69%. Penurunan ini disebabkan
Pengaruh teknik pengeringan terhadap
karena sifat protein pangan. Kebanyakan
kadar protein
protein
pangan
terdenaturasi
jika
Berdasarkan hasil analisis kadar
dipanaskan pada suhu moderat (60-90oC)
protein diperoleh data seperti terlihat pada
selama satu jam atau kurang (Apriantono,
gambar.
2002 : 6).
Hasil
analisis
menunjukkan
JF FIK UINAM Vol.4 No.2 2016
63
Mutu organoleptik sale pisang
Hasil
penelitian
berbagai teknik pengeringan melalui uji
terhadap
mutu
organoleptik gizi sale pisang dengan
hedonik (uji penerimaan panelis) dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Mutu Organoleptik Sale Pisang dengan BerbagaiTeknik Pengeringan
Sampel
Parameter organoleptik
Tekstur
Tekstur
permukaan
ketika
luar
digigit
2,2
3,5
5,0
3,7
3,3
2,9
1,4
3,7
A1T0
A1T1
A1T2
A1T3
Kekenyalan
3,0
3,8
2,4
3,4
Aroma
sale
mentah
2,7
3,4
4,0
2,6
Aroma
sale
matang
3,4
3,6
2,9
3,0
Warna
sale
mentah
3,4
4,8
3,4
1,2
Warna
sale
matang
3,0
3,6
3,1
3,5
Rasa
3,0
3,6
3,1
3,5
Keterangan :
A1T0 : Pengeringan sinar matahari dan disimpan di ruang terbuka pada malam hari
A1T1 : Pengeringan sinar matahari dan di dalam oven suhu 45oC pada malam hari
A1T2 : Pengeringan sinar matahari dan di dalam oven suhu 55oC pada malam hari
A1T3 : Pengeringan sinar matahari dan di dalam oven suhu 65oC pada malam hari
Skor : 1 : tidak suka, 2 : netral, 3: cukup suka, 4 : suka, 5: sangat suka
Hasil
menunjukkan
kurang disukai karena selama proses
bahwa pada taraf α = 0,05 terdapat
pengeringan pada malam hari cairan
perbedaan terhadap ke-4 jenis sampel
keluar dari dalam pisang. Hal ini diduga
terhadap tekstur permukaan luar, aroma
juga mempengaruhi mutu organoleptik
sale pisang mentah, warna sale pisang
sale
mentah.
tekstur
Misalnya terhadap warna dan aroma.
ketika digigit, aroma sale pisang matang,
Perlakuan pemanasan tambahan pada
warna sale pisang mentah dan rasa tidak
malam hari pada suhu 45oC dan 55oC
terdapat perbedaan diantara ke-4 jenis
menyebabkan aroma dan warna sale
sampel.
pisang
Tekstur permukaan pada sampel memiliki
Sudarmadji (2003) menjelaskan dengan
perbedaan berdasarkan hasil analisis uji
adanya pemanasan, protein dalam bahan
hedonik dimana sampel yang disukai
makanan akan mengalami perubahan dan
adalah sampel A1T1 yaitu sampel yang
membentuk persenyawaan dengan bahan
diberi perlakuan pemansan pada malam
lain, misalnya antara asam amino hasil
hari
analisis
statistik
Sedangkan
dengan
45oC.
lebih
lainnya
disukai
yang
oleh
dihasilkan.
panelis.
Hal
ini
peruraian protein dengan gula reduksi
karena
jika
yang membentuk senyawa dengan rasa
suhu terlalu rendah pengeringan akan
dan aroma makanan. Sedangkan pada
berlangsung lama sedangkan jika suhu
proses pemanasan tambahan yang lebih
pengeringan terlalu tinggi tekstur bahan
tinggi
kurang baik (Rans, 2006 : 12). Perlakuan
hardening sehingga aroma pisang kurang
tanpa pemanasan pada malam hari selain
keluar dan warna menjadi lebih gelap
menyebabkan penegringan berlangsung
pada permukaan sale pisang.
kemungkinan
lama
juga
suhu
terhadap
pisang
disebabkan
menyebabkan
JF FIK UINAM Vol.4 No.2 2016
(65oC)
terjadi
fenomena
case
teksturnya
64
KESIMPULAN
UCAPAN TERIMAKASIH
Proses pengeringan sale pisang
Peneliti mengucapkan terimakasih
dengan menggunakan metode kombinasi
kepada seluruh pihak Fakultas Farmasi
sinar matahari dan pengeringan oven
Universitas Halu Oleo atas bantuan yang
pada
telah
malam
perubahan
hari
kadar
menyebabkan
gizi
dan
mutu
diberikan
selama
penelitian
berlangsung.
organoleptik sale pisang. Kadar gizi yang
lebih baik terdapat pada sampel sale
pisang dengan pemanasan oven suhu
55oC pada malam hari dengan nilai kadar
air, kadar glukosa, kadar serat kasar dan
kadar
protein
berturut-turut
adalah
19,9556%, 1,3%, 5,1872 % dan 3,74%;
diikuti dengan pemanasan oven pada
suhu 45oC pada malam hari dengan nilai
kadar air, kadar glukosa, kadar serat
kasar dan kadar protein berturut-turut
adalah 20,0405%, 1,2%, 4,5871%, dan
2,86%.
Penerimaan
panelis
terhadap
sampel sale pisang yang dikeringkan
dengan kombinasi pemanasan matahari
dan
pemanasan
dengan
oven
pada
malam hari pada suhu 45oC lebih baik
dibandingkan
dengan
sampel
lainnya
terhadap parameter tekstur permukaan
luar, tekstur ketika digigit , kekenyalan,
aroma sale pisang matang, warna sale
pisang baik matang maupun mentah, dan
rasa
sale
pisang.
Sedangkan
untuk
parameter aroma sale pisang mentah
panelis lebih menyukai sampel dengan
kombinasi pemanasan matahari dan oven
pada malam hari pada suhu 55oC.
JF FIK UINAM Vol.4 No.2 2016
KEPUSTAKAAN
Antarlina, S.S., Y. Rina, S. Umar dan
Rukayah, Pengolahan Buah Pisang
dalam Mendukung Pengembangan
Agroindustri di Kalimantan. Dalam
Prosiding
Seminar
Nasional
Teknologi Pertanian Sebagai Basis
Pertumbuhan
Usaha
Agribisnis
Menuju Petani Nelayan Mandiri,
Puslitbang Sosek Pertanian : 724746. 2004.
AOAC,
Agriculture
Chemical,
th
Contaminant, Drug, 15 ed., Vol. 1.
AOAC Washington D.C, 1990
Apriantono,
Pengaruh
Pengolahan
Terhadap Nilai Gizi dan Keamanan
Pangan, http://kharisma.com, 2002
Astutik, H.M., Pengaruh Suhu dan Lama
Pengeringan Pisang Terhadap Mutu
Sale Pisang. http://digilib.itb.ac.id ,
2003
Badan Pusat Statistik, 2015. Produksi
Buah-Buahan Nasional (Ton) 2014
dalam
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.p
hp?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_sub
yek=55&notab=5 (22 April 2015)
De Man, M.J., Kimia Makanan, ITB Press
Bandung, 1997.
Rans,
Pisang
Sale,
http://warintek.progresio.or.id , 2006
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi,
Kimia Analisis Bahan Pangan, edisi
kedua, Liberty, Yogyakarta, 2003.
Yani, A., Arief, R.W., Mulyanti, N.,
Processing of Banana Flour Using a
Local Banana as Raw Material in
Lampung, Int. Journal on Advance
Science Engineering Information
Technology, 2013
65
Download