BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data American Heart Association (AHA) tahun 2012, mencatat bahwa stroke menyebabkan 1 diantara 6 orang meninggal, hal ini diperjelas dengan data statistik WHO (World Health Organization) yang menyatakan bahwa 15 juta orang menderita stroke setiap tahunnya, dimana 5 juta orang meninggal, dan 5 juta lainnya mengalami kecatan (WHO, 2012). Hal ini menyebabkan stroke menduduki peringkat ketiga didunia sebagai penyebab kematian terbesar, bahkan organisasi bernama World Stroke Organization membuat sebuah kampanye yang berbunyi 1 in 6, yang mengacu kepada pernyataan bahwa 1 diantara 6 orang akan mengalami stroke dan meninggal. Di negara sedang berkembang dibenua Asia, seperti Cina dan Indonesia, insidensi stroke mengalami kenaikan sebesar hampir 100% dalam 4 dekade, mulai dari 52 kasus untuk setiap 100.000 orang (1970-1979) hingga 117 untuk setiap 100.000 orang. Hal ini berkebalikan dibandingkan negara-negara maju yang mengalami penurunan insidensi sebesar 42% dalam 4 dekade, mulai dari 163 untuk setiap 100.000 orang (1970-1979) menurun hingga 94 untuk setiap 100.000 orang, laporan ini tercatat berdasarkan data yang dipresentasikan pada World Congress of Cardiology (World Heart Federation, 2010). Stroke bukan hanya menjadi beban dalam dunia kesehatan akan tetapi membebani baik dari segi ekonomi suatu negara dan juga secara psikologis bagi banyak keluarga terutama pada keluarga dengan pasien yang mengalami kecacatan total. Sebelum laporan World Health Federation diatas dikeluarkan, sekitar 2 tahun yang lalu berdasarkan laporan dari asosiasi jantung amerika (AHA), biaya langsung maupun tidak langsung dari perawatan stroke mencapai lebih dari 65 miliar US dollar, dan biaya tersebut hanya terhitung pada tahun 2008 (AHA, 2008). Dengan 1 2 jumlah biaya yang besar itu, stroke diperingkatkan ke dalam penyakit kronis termahal, bersama dengan penyakit-penyakit kronis lainnya seperti kanker, diabetes dan depresi (Sekitar 80 miliar US dollar hingga 200 miliar US dollar) yang dinyatakan dalam sebuah artikel (Demaerschalk B, 2010). Keadaan ini menambah beban pada pasien dan bahkan RS yang melakukan perawatan, terutama dikarenakan adanya perbedaan dan variasi dalam pengeluaran biaya sehingga menambah kesulitan dalam penanganan dan perawatan stroke (Peltola et al, 2012). Tarif kesehatan yang tidak konsisten mempunyai dampak yang bisa menyebabkan pengorbanan sumber daya keuangan atau subsidi berlebihan, yang mungkin bisa berakibat kebangkrutan bagi Rumah Sakit (RS), maupun juga bagi negara. Selain itu pasien akan merasakan biaya terlalu besar sehingga pasien mulai merasa takut untuk melakukan perawatan dalam waktu yang lama, dan bisa berakibat perawatan stroke yang tidak berkesinambungan. Selama ini proses perawatan stroke didasarkan kepada clinical guideliness dan tergantung pada dokter yang merawat, dimana hal ini membuat proses dan biaya dalam perawatan stroke menjadi bervariasi, dan bahkan berlebihan. Penggunaan Clinical Guideliness ini didasarkan pada berbagai literatur yang ada, dan diterapkan oleh setiap dokter dalam praktek klinisnya. Akan tetapi guideliness hanya berupa sebuah arahan, atau bimbingan dalam melakukan perawatan, dengan disertai standard standard minimal yang terpisah-pisah. Secara jelas Field dan Lohr menjelaskan definisi dari Clinical Guideliness dengan pernyataan sebagai berikut, "Clinical practice guidelines are systematically developed statements to assist practitioner and patient decisions about appropriate health care for specific clinical circumstances" (NCEC, 2015). Secara sederhana Clinical Practice Guideliness atau Panduan Praktek Klinis diartikan sebagai alat sistematis yang digunakan untuk membantu dokter dan pasien memilih tindakan medis yang paling sesuai, dan bukan sebagai alur standar yang harus dipenuhi sebagai ketentuan seperti dalam Clinical Pathway. Adanya variasi dari pemberi tindakan medis yaitu dokter dan juga variasi dari clinical 3 guidelines yang ada akan mempengaruhi variasi dalam pemilihan-pemilihan dokter, dan dengan demikian mempengaruhi langkah-langkah tindakan, sumber-sumber daya yang digunakan, waktu perawatan, dan tentunya biaya yang dibebankan kepada pasien. Oleh karena itu perlu adanya panduan tertulis yang dengan jelas mampu mengurangi variasi yang terjadi dalam perawatan stroke. Salah satu teknologi kesehatan saat ini telah diciptakan, yaitu suatu alat sederhana, tertulis, dan dibuat berdasarkan panduan-panduan berbasis “Bukti Klinis Medis” atau Evidence Based Medicine (EBM), para praktisi manajemen kesehatan menamainya Clinical Pathway (CP). CP dibuat sebagi sistem yang mampu mengatasi variasi-variasi di RS, yang secara tidak langsung memaksa praktisi medis sehingga lebih mampu meningkatkan kualitas perawatan, dari pada hanya sebagai informasi penelitian berupa bukti klinis yang dahulu dipakai praktisi medis (Morrison et al, 2009). Dengan kata lain CP secara tidak langsung mampu membiasakan praktisi medis kepada penggunaan EBM. CP juga digunakan untuk mengurangi sumber daya dalam menjalani proses perawatan di RS, dan tentunya mampu mengurangi penundaan-penundaan dalam tindakan medis yang harus dilakukan, tanpa mengurangi kualitas dari hasil yang ingin dicapai (Roymeke et al, 2012). Manfaat CP ini pada akhirnya diharapkan mampu mengurangi biaya-biaya yang seharusnya tidak diperlukan, dan mengurangi waktu perawatan penyakit, sehingga didapatkan hasil yang bisa meningkatkan kepuasan pasien, dan juga mampu diterima di kalangan tenaga medis, baik setiap perawat maupun dokter-dokter. Beberapa penelitian sebelumnya telah meneliti mengenai CP yang berhubungan dengan penurunan biaya. Akan tetapi penelitian-penelitian ini tidak berhubungan dengan stroke secara umum, yaitu penelitian yang dilakukan di Cina pada kasus pembedahan Coronary Bypass, dimana didapati bahwa biaya pemeriksaan seperti radiologi, dan juga biaya terapi seperti obat-obatan lebih tinggi pada kelompok pasien tanpa menggunakan CP dibandingkan dengan yang telah 4 menerapkan CP (Lin et al, 2011). Penelitian lain yang dilakukan di Singapura pada pasien kanker saluran cerna, CP juga dinyatakan mempunyai kemungkinan untuk mengurangi biaya perawatan di RS, dan mampu mengurangi Length of Stay (LOS) di RS (So et al, 2008). Di Indonesia sendiri, beberapa penelitian mengenai CP telah dilakukan mengenai pembuatan, perancangan, dan penilaian CP pada perawatan stroke di RS Bethesda Yogyakarta (Pinzon et al, 2009). Selain itu terdapat juga penelitian mengenai perhitungan biaya perawatan penyakit sindrom jantung koroner akut dengan menggunakan CP sebagai instrumen perhitungannya (Rachmawati, 2009). Penelitian lain dilakukan di Canada, dalam konteks terapi oksigen, dan berbeda dari beberapa kesimpulan penelitian lainnya, dalam penelitian ini biaya yang dikeluarkan setelah implementasi CP terbukti lebih tinggi dibandingkan sebelum penerapan CP (Wong et al, 2000). Wong menyatakan bahwa administrasi terapi oksigen dengan CP membutuhkan lebih banyak waktu, dan biaya terapi yang lebih mahal, sehingga penerapan CP kemungkinan tidak bermanfaat. Hal ini memberikan kenyataan dilapangan bahwa CP belum dapat disimpulkan meningkatkan efisiensi biaya, sehingga perlu beberapa evaluasi dan penelitian-penelitian lanjutan, seperti yang didiskusikan dalam penelitian mengenai pengukuran keberhasilan CP (Panella et al, 2003). Peneliti menyadari bahwa masih belum cukup bukti mengenai penelitian yang menilai dampak dari CP terhadap pengurangan biaya di Indonesia, terutama pada pasien stroke. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk membuktikan bahwa CP mampu menjalankan fungsinya dan memberi manfaat besar terutama dalam pengurangan biaya, pada kasus Stroke Iskemik akut di RS Bethesda Yogyakarta Indonesia. B. Perumusan Masalah Apakah dampak penerapan CP terhadap biaya perawatan pada penanganan pasien Stroke Iskemik Akut di RS Bethesda Yogyakarta ? 5 C. Tujuan Penelitian Tujuan umum untuk mengetahui pengaruh dari penerapan CP terhadap penurunan biaya perawatan, pasien Stroke Iskemik di RS Bethesda. Tujuan khususnya yaitu untuk mengetahui faktor-faktor resiko dari peningkatan atau pengurangan biaya perawatan, serta melihat apakah ada faktor lain yang dapat mempengaruhi biaya perawatan selain dari pengaruh CP. D. Manfaat Penelitian Bagi pasien dan masyarakat penelitian ini mampu membuktikan bahwa biaya kesehatan dapat di effisiensikan dan dikurangi terutama penyakit Stroke Iskemik Akut. Bagi negara, biaya perawatan ini mampu mendukung program pemerintah dalam menetapkan tarif dan berhubungan dengan berhasilnya program asuransi yang dijalankan ASKES. Bagi RS Bethesda penelitian ini akan membantu RS dalam menetapkan tarif yang kompetitif dan juga dapat diterima masyarakat, Bagi peneliti, penelitian ini memberi manfaat berupa pendidikan penting mengenai perbaikan mutu terutama perbaikan biaya dalam perawatan stroke, dalam praktek kerja hal ini memberi manfaat sebagai pengalaman kedepan terutama untuk menciptakan Clinical Pathway dan penetapan tarif perawatan yang lebih baik. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini mempunyai perbedaan dalam jumlah sampel yang lebih besar dibandingkan penelitian-penelitian lain sebelumnya. Penelitian yang berhubungan 6 dengan penerapan CP dan hubungannya dengan biaya perawatan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh: Tabel 1. Penelitian lain yang berhubungan Penulis Lokasi Lin et China al, 2011 Metode Subjek Hasil Cost and Effectivenes Analysis 212 pasien, dengan dataset retrospektif, Group 1-2 Total biaya tidak relevan Pasien group 1-2 dengan penerapan CP (Heart arrest CAB), (P>0,05) 48 pasien, Group 3-5 (Beating Heart Group 3-5 CAB) 164 pasien Total biaya tidak relevan dengan penerapan CP (P>0,05) So et al, Singapore Cohort 115 Pasien 2008 Retrospective Gastrectomy pada kanker Lambung, dengan 61 pasien CP, dan 54 pasien sebelum CP Paska operasi LOS pada CP 9 hari dibandingkan non CP 11 hari (P=0,02) Diana et al, 2013 Total biaya perawatan berkurang walau tidak signifikan dari Rp 8.068.162,70 menjadi 6.576.026,45 (p=0,077) Yogyakar Retrospective 62 pasien sebelum ta, Cohort, CP, dan 62 pasien Indonesia setelah penerapan Historical CP pada pasien control Stroke Iskemik Akut Biaya hospitalisasi pada CP S$ 13,338, lebih rendah secara signifikan dibandingkan non CP S$ 17,371 (P = 0,047)