UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA ( Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang ) SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh : AAN AFRIYAWAN NIM : 11110197 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016 i ii iii iv v MOTTO “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi Ini dengan sombong, Karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”.(QS. Al Isra’ 37) vi PERSEMBAHAN Puji syukur kepada Allah SWT. Sehingga skripsi ini selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah mendorong untuk selalu memperjuangkan mimpi-mimpi saya: 1. Kepada ayah saya Subandi dan ibu saya Rubiyati, yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada saya agar menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa. 2. Dosen-dosen fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan yang telah memberikan ilmu, motifasi, dan segala inspirasi untuk menjadi bekal dimasa yang akan datang. 3. Rekan-rekan seangkatan dan seperjuangan khususnya kepada yang telah membantu dalam penyusunan skripsi, dan memberikan motifasi supaya terus semangat dalam menyelesaikan skripsi. vii KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrokhim Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada rasulullah SAW. Beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih sedalamdalamnya kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku dekan (FTIK) IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. selaku ketua jurusan (PAI). 4. Bapak Imam Mas Arum, M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktu dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 5. Bapak M. Ghufron, M. Ag. selaku pembimbing akademik (PA). yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan saya dari awal perkuliahan hingga saat ini. 6. Bapak dan ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga. Yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. viii 7. Bapak dan ibu serta saudara-saudaraku di rumah yang telah mendoakan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulisan dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga Semoga kebaikan mereka mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi para pembaca. Kurang lebihnya mohon maaf. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salatiga, 30 Maret 2016 Penulis ix ABSTRAK Afriyawan, Aan. 2016. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa ( Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang ). Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M. Pd. Kata Kunci: Guru Pendidikan Agama Islam, Membina Akhlak. Seiring perubahan zaman yang semakin maju, berubah pula tatanan kehidupan masyarakat. Dari hal yang paling kecil, misalnya tegur sapa. Dahulu setiap kali bertemu dengan orang, yang muda menyapa yang tua, akan tetapi sekarang adat seperti itu telah menurun. Fenomena kemerosotan akhlak anak pada usia remaja seperti pelecehan seksual, berkelahi, sikap arogan, bertutur kata yang kotor, tidak menghargai orang lain, dan sebagainya apabila dibiarkan dan tidak diarahkan dengan tepat dapat meningkat menjadi tindak kejahatan. Hal ini menjadi peluang bagi guru Pendidikan Agama Islam untuk melakukan perannya dengan menekan sekecil mungkin hal- hal negatif tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak, 2). Kendala yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh di lapangan kemudian disusun dengan memilih dan menyederhanakan data. Selanjutnya dilakukan penyajian data untuk dapat ditarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Upaya yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa SMP Negeri 1 Bandungan diantaranya: Memberikan nasihat, membangun pembiasaan, memberikan teladan, menyediakan fasilitas yang mendukung, dan berkomunikasi dengan berbagai pihak, (2) Permasalahan yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam, diantaranya adalah: kurangnya kesadaran dari siswa, fasilitas dan sarana yang kurang lengkap, serta pengaruh dari lingkungan pergaulan. x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………. i HALAMAN LOGO ……………………………………………… ii NOTA PEMBIMBING ……..……………………………………. iii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………. iv DEKLARASI……………………………………………………… v MOTTO…………………………………………………………….. vi PERSEMBAHAN ………………………………………………… vii KATA PENGANTAR…………………………………………….. viii ABSTRAK ……………………………………………………….. x DAFTAR ISI ……………………………………………………… xi DAFTAR TABEL ………………………………………………… xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………………… 1 B. Fokus Penelitian ………………………………………………. 6 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 7 D. Kegunaan Penelitian……………………………………………. 7 E. Penegasan Istilah ………………………………………………. 8 F. Metode Penelitian ……………………………………………… 11 G. Sistematika Penulisan ………………………………………….. 17 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Guru Pendidikan Agama Islam ……………………….. 18 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam…………………. 18 xi 2. Syarat Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam …….…….. 19 3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam……………………… 21 4. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam 29 B. Karakteristik Siswa ……………………………………………. 31 1. Istilah Pertumbuhan dan Perkembangan ………………….. 32 2. Fase Perkembangan dan Tugas Perkembangan …………… 33 3. Aspek-aspek Perkembangan ………………………………. 36 C. Upaya Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa …………….. 40 1. Pengertian Akhlak …………………………………………. 40 2. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak …………………….. 41 3. Ruang Lingkup Akhlak Islami ……………………………. 46 4. Upaya Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa …………. 48 D. Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak ……………… 50 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Siswa SMP Negeri 1 Bandungan ………………….. 54 1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Bandungan ……………. 54 2. Letak Geografis …………………………………………… 56 3. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri 1 Bandungan ……….. 57 4. Keadaan Guru dan Siswa ………………………………….. 58 5. Sarana dan Prasarana ……………………………………… 59 6. Struktur Organisasi ………………………………………… 60 B. Temuan Penelitian …………………………………………….. 63 1. Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Bandungan ……………….. 63 xii 2. Pelaksanaan Upaya Pembinaan Akhlak di SMP Negeri 1 Bandungan …………………………………………………. 64 3. Permasalahan yang Dihadapi dalam Membina Akhlak Siswa ………………………………………………. 72 BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Keadaan Sekolah SMP Negeri 1 Bandungan………….. 77 B. Analisis Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Bandungan…………… 78 C. Analisis Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Siswa SMP Negeri 1 Bandungan……………………………………………………. 78 D. Analisis Permasalahan yang Dihadapi dalam Membina Akhlak………………………………………………………….. 85 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………….. 88 B. Saran-saran …………………………………………………….. 88 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 91 xiii Daftar Tabel Data guru SMP Negeri 1 Bandungan tahun ajaran 2015/2016…….. 58 Data jumlah siswa SMP Negeri 1 Bandungan……………………... 59 Data siswa SMP Negeri 1 Bandungan menurut usia……………….. 59 Data siswa SMP Negeri 1 Bandungan menurut agama…………….. 59 xiv BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pendidikan merupkaan faktor penting bagi kehidupan manusia untuk tumbuh kembangnya. Seperti yang diungkapkan Mudyaharjo (2010:3) pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Selain itu peran pendidikan agama juga sangat penting karena agama mengajarkan normanorma dalam kehidupan. Pendidikan Agama Islam merupakan progam pengajaran pada lembaga pendidikan serta usaha bimbingan dan pembinaan guru terhadap siswa dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan ajaran Islam. Sehingga siswa dapat menjadi manusia yang bertakwa serta memiliki budi pekerti luhur, Sesuai dengan tujuan dari pendidikan Islam. Seperti yang diakatakan Djamarah (2004:29) pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan utama dalam pendidikan Islam. Guru Pendidikan Agama Islam memegang peranan yang cukup penting dalam suatu sekolah atau lembaga pendidikan. Seorang guru Pendidikan Agama Islam harus mampu menjadi teladan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswanya. Selain itu, dalam berinteraksi dengan masyarakat guru juga dianggap sebagai orang yang 1 serba bisa. Melalui Pendidikan Agama Islam, guru mampu menanamkan nilai sosial yang hidup dan dipertahankan dalam kehidupan bermasyarakat. Guru sering disebut sebagai pemimpin masyarakat (Social Leader) dan pekerja sosial (Social Worker), khususnya dalam masyarakat paguyuban. Dalam masyarakat pedesaan, sebagai misal, guru sering didudukkan pada status sebagai sumber pengetahuan ketika media informasi masih amat terbatas. Guru sering menduduki posisi sebagai tokoh yang diteladani oleh warga masyarakat, ia menjadi satu-satunya sumber informasi dan sumber ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, guru dipandang sebagai sosok yang harus digugu dan ditiru. Dalam masyarakat peguyuban seperti inilah terlahir pepatah dan petitih bahwa guru kencing berdiri, murid kencing berlari, karena apa yang dilakukan seorang guru akan menjadi contoh bagi warga disekitarnya (Suparlan, 2005:21-22) Tugas dan tanggung jawab seorang guru memanglah sangat berat. Karena seorang guru mempunyai amanah untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan yang baik. Orang tua memang mendapatkan amanah langsung dari tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Namun karena kemampuan, pengetahuan, dan waktu yang dimiliki orang tua terbatas, maka para orang tua mempercayakan pendidikan anak-anaknya kepada guru-guru disekolah. Hal ini yang akan membuat tanggung jawab seorang guru menjadi semakin besar. Terlebih adalah guru agama Islam. Yang memiliki tanggung jawab terhadap sisi keagamaan seorang anak. Termasuk 2 pendidikan kecerdasan yang meliputi keagamaan. Pendidikan keindahan atau estetika, pendidikan kesusilaan atau moral, dan pendidikan sosial dalam masyarakat. Seorang guru terlebih guru agama tentunya akan dipandang lebih dalam masyarakat. Oleh sebab itu tingkah laku dan tindakan seorang guru akan menjadi faktor penting terhadap pandangan masyarakat tentang seorang guru agama. Maka selain harus pandai dalam hal akademik. Seorang guru agama juga harus memiliki akhlak yang baik. Akhlak merupakan sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwa dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat berupa perbuatan baik yang disebut dengan akhlak mulia, atau perbuatan buruk yang disebut dengan akhlak tercela sesuai dengan pembinaannya (Asmaran, 2002:1). Maka akhlak merupakan tingkah laku seseorang yang mencerminkan sifat kepribadianya. Akhlak merupakan hal yang paling dasar yang harus dibentuk. Karena akhlaklah yang akan menjadi cikal bakal terbentuknya karakter atau sifat manusia. Dan akhlak juga haruslah ditanamkan sejak dini pada diri seseorang. Agar nantinya tertanam dengan sempurna pada jiwa orang tersebut. Hal ini tentu saja berbeda dengan etika, moral, dan susila. Meskipun keseluruhan memiliki makna yang hampir sama. Perbedaan yang mendasar antara akhlak dengan etika, moral, dan susila adalah : Pertama, objek pembahasanya. Etika, moral, dan susila cenderung membahas mengenai perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua, sumbernya. 3 Etika.moral, dan susila, bersumber dari akal pikiran atau filsafat. Ketiga, fungsinya. Etika, moral, susila berfungsi sebagai penilai terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia (Nata, 2002:87-94). Seiring perubahan zaman yang semakin maju, berubah pula tatanan kehidupan masyarakat. Dari hal yang paling kecil, misalnya tegur sapa, dahulu setiap kali bertemu dengan orang, yang muda menyapa yang tua, akan tetapi sekarang adat seperti itu telah menurun. Perkembangan teknologi dan informasi sering kali berdampak pada tingkah laku siswa. Guru dan orang tua hendaknya bekerja sama dalam megawasi anak didiknya dalam bergaul dan mengikuti perkembangan teknologi. Fenomena kemerosotan akhlak anak pada usia remaja seperti pelecehan seksual, berkelahi, sikap arogan, bertutur kata yang kotor, tidak menghargai orang lain, dan sebagainya apabila dibiarkan dan tidak diarahkan dengan tepat dapat meningkat menjadi tindak kejahatan. Hal ini menjadi peluang bagi guru Pendidikan Agama Islam untuk melakukan perannya dengan menekan sekecil mungkin hal- hal negatif tersebut. Sesuai dengan visi sekolah SMP Negeri 1 Bandungan yaitu “menuju sekolah berprestasi dan berketerampilan yang dilandasi budi pekerti luhur” tentunya seorang guru Pendidikan Agama Islam memiliki upaya yang lebih untuk mewujudkan hal itu. Mengingat Bandungan merupakan lingkungan Lingkungan yang penuh seperti ini dengan tentunya tempat-tempat sangat hiburan berpengaruh malam. terhadap perkembangan akhlak lebih khususnya pada anak SMP Negeri 1 4 Bandungan. Maka perlu adanya pembinaan akhlak melalui pendidikan keluarga maupun pendidikan sekolah supaya mereka tidak terpengaruh dengan lingkungan sekitar, sehingga dengan adanya pembinaan akhlak tersebut, anak akan berkembang secara positif dan menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Dari hasil observasi peneliti yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Bandungan pada tanggal 8 Januari 2016. Perilaku siswa SMP Negeri 1 Bandungan sebagian besar cukup sopan. setiap bertemu guru menyapa dan bersalaman, murah senyum dengan guru maupun dengan peneliti. Jiwa solidaritas antar sesama cukup baik. meskipun perilaku siswa di SMP Negeri 1 Bandungan cukup baik, akan tetapi masih perlu adanya pembinaan akhlak bagi para siswa. Karena selama observasi, peneliti masih mendapati adanya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa. Diantaranya adalah seringnya masuk sekolah terlambat dengan berbagai alasan, masuk sekolah dengan melompat pagar, adanya siswa yang merokok sepulang sekolah, juga perkataan kotor yang masih sering terucap dikalangan siswa. Hal inilah yang mendasari pembinaan akhlak perlu dilakukan supaya terbentuk pribadi yang mempunyai akhlak mulia, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Dari hasil pemaparan di atas pendidikan akhlak mempunyai peranan penting terhadap perilaku dalam pergaulan seseorang. khususnya pada anak usia pra remaja yang sedang berada dalam masa peralihan sehingga emosi mereka masih sangat labil dan mudah dipengaruhi orang lain. Maka 5 perbaikan akhlak merupakan suatu misi utama yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam kepada anak didik. Misi tersebut akan berhasil apabila ada kerja sama antara semua pihak yang terkait. Upaya dalam pembinaan akhlak merupakan salah satu hal terpenting dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam. Upaya tersebut nantinya akan sangat berpengaruh pada tingkat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai akhlak itu sendiri. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa SMP khususnya pada siswa SMP Negeri 1 Bandungan. Maka dalam penelitian ini peneliti memberi judul “UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA ( Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang )”. B. Fokus penelitian Berdasarkan permasalahan di atas. Maka yang akan menjadi fokus pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana upaya pembinaan akhlak di SMP Negeri 1 Bandungan? 2. Apa saja permasalahan yang dihadapi guru dalam upaya pembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 1 Bandungan? 6 C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Bentuk-bentuk upaya pembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 1 Bandungan. 2. Permasalahan apa saja yang dihadapi guru dalam upaya pemembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 1 Bandungan. D. Kegunaan Penelitian 1. Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini berguna untuk pengetahuan betapa pentingnya pembinaan akhlak untuk anak usia sekolah. Agar nantinya hal ini dapat menjadi pelajaran serta membentengi peserta didik agar tidak terpengaruh oleh faktor lingkungan yang kurang baik. 2. Praktis a. Bagi peneliti Memberikan pengetahuan kepada peneliti selaku mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Bagaimana cara membina akhlak siswa. Terlebih bila nantinya peneliti ditempatkan di wilayah yang sama seperti SMP Negeri 1 Bandungan. b. Bagi masyarakat umum Sebagai pendidikan tentang pentingnya pembinaan akhlak remaja bagi kelangsungan masa depanya. Dan juga untuk 7 membentengi remaja terhadap pergaulan lingkungan yang kurang baik, yang akan berakibat terhadap akhlaknya. E. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap persepsi dan agar lebih mengarahkan pembaca dalam memahami judul skripsi “UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA ( Studi kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang )”. Peneliti merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah-istilah yang terdapat dalam judul tersebut. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut : 1. Guru Pendidikan Agama Islam Nurdin (2010:128) menguraikan bahwa guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Dengan begitu pengertian guru agama Islam, adalah seorang pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke arah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat. 2. Akhlak Akhlak adalah sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik disebut dengan akhlak mulia. Atau perbuatan buruk disebut dengan akhlak yang tercela (Asmaran, 2002:1). 8 Maka yang dimaksud dengan upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak adalah segala usaha keagamaan yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam, yaitu untuk mengembangkan potensi keagamaan siswa serta memiliki berbudi pekeri yang luhur. Dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil indikator upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak yaitu: 1. Usaha guru memotivasi siswa 2. Program sekolah 3. Kesadaran siswa 4. Kedisiplinan siswa 5. Penanaman nilai nilai keislaman 6. Kegiatan siswa di sekolah 7. Teladan guru 8. Fasilitas sekolah F. Metode Penelitian Metode adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian (Mulyana, 2010:145). Jadi metode merupakan cara untuk menemukan, menguji dan mengembangkan suatu kebenaran. Penelitian adalah suatu teknik penelitian secara sistematis yang diperluas dengan menggunakan perkakas-perkakas khusus, alat-alat dan prosedur-prosedur, dalam rangka usaha mencapai pemecahan suatu problem secara lebih baik 9 dari pada yang dicapai dengan alat-alat biasa. Penelitian merupakan pemikiran yang luar biasa akan tetapi tetap sistematis dalam memecahkan masalah karena dalam penelitian untuk menguji kebenarannya dengan menggunakan data-data yang valid (Kasiram, 2008:36). Apabila kebenaran dalam penelitian dapat diterima oleh masyarakat serta hasil penelitian itu dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Maka penulis akan melakukan penelitian dengan metode sebagai berikut: 1. Pendekatan dan jenis penelitian Jika ditinjau dari segi rujukan primernya, maka penelitan ini adalah penelitian lapangan. yang bermaksud untuk mengetahui data responden secara langsung dari lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan studi mengenai suatu kegiatan sosial dengan sedemikianrupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai kegiatan tersebut. Pendekatan penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan menyajikan gambaran tentang situasi atau perilaku sosial secara rinci dan akurat mengenai strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak, kegiatan yang dilakukan, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan tersebut. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis ststistik atau cara kuantifikasi lainya. Jelas bahwa pengertian ini mempertentangkan penelitian kualitatif dengan penelitian yang 10 bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha kuantifikasi apapun tidak perlu digunakan dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2011:6 ) 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data yang ada di lapangan. Sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi lokasi penelitian dan terjun langsung dalam mengikuti aktivitas siswa di dalam maupun luar sekolah. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi dengan pengamatan perilaku siswa. 3. Lokasi penelitian Adapun lokasi yang akan menjadi target penelitian adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bandungan Kabupaten Semarang. 4. Sumber Data a. Data Primer Yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. 11 Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang strategi pembinaan akhlak di SMP Negeri 1 Bandungan Kabupaten Semarang yang dilakukan oleh guru agama Islam, kegiatan apa saja yang dilakukan untuk mewujudkan strategi tersebut, serta faktor pendukung dan penghambatnya. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, dan sampel siswa, serta pengamatan. a. Data Sekunder Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi dan dokumen resmi dari instansi. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan. 5. Prosedur pengumpulan data Dalam rangka untuk memperoleh data, penulis menggunakan metode pengumpulan data dalam memudahkan jalannya penelitian. Adapun macam untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara ( interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 12 2011:186). Peneliti akan melakukan wawancara dengan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan, siswa SMP Negeri 1 Bandungan. dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. b. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner karena observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono, 2011:144). Dan menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya Sugiyono (2011:144) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tambahan tentang upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membinan akhlak siswa. c. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan atau peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011:240).Metode ini digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi objek penelitian secara umum. Yaitu untuk mendapatkan data tentang kondisi geografis, monografis dan struktur organisasi yang ada. 13 6. Analisis data Menurut pendapat Moleong (2009:190), proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan cara membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini mulailah tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu. 7. Pengecekan keabsahan data Menurut Moleong (2009:173) untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada tiga kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik sendiri-sendiri. Pada kriteria credibility menggunakan beberapa teknik pemeriksaan yaitu perpanjangan keikutsertaan, 14 ketekunan pengamatan, dan triangulasi. Sedangkan kriteria kebergantungan dan kepastian menggunakan teknik auditing. 8. Tahap-tahap penelitian a. Tahap pra-lapangan Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memafaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan Pada tahap ini peneliti harus mempersiapkan diri dengan menjaga kesehatan fisik, berpenampilan rapi dan sopan saat melakukan penelitian. Ketika memasuki lapangan, hendaknya peneliti berbaur mejadi satu dan menjaga keakraban dengan subyek agar tidak ada dinding pemisah antara keduanya. Selain itu peneliti juga harus berbahasa yang baik dan jelas agar dalam mencari informasi subyek mudah menjawabnya. Sambil berperan serta, peneliti juga mencatat data yang diperlukan. c. Tahap analisis data Analisis data menurut Patton dalam Moleong (2009:103), adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam hal ini peneliti mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya. 15 G. Sistematika Penulisan Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyusun sistematikanya sebagai berikut : BAB I: PENDAHULUAN Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: LANDASAN TEORI Merupakan kajian pustaka yang menyajikan tinjauan teoritik mengenai: karakteristik anak usia SMP, konsep guru pendidikan agama Islam, strategi pembinaan akhlak, bentuk kegiatan dalam pembinaan akhlak, serta faktor pendukung dan penghambat strategi tersebut. BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Merupakan hasil penelitian yang meliputi gambaran umum lokasi dan subyek penelitian serta penyajian data hasil penelitian. BAB IV: PEMBAHASAN Memuat tentang pembahasan dari data yang telah di dapat yang meliputi upaya pembinaan akhlak, bentuk kegiatan dalam pembinaan 16 akhlak, kendala dalam pembinaan akhlak, serta solusi yang diterapkan untuk menghadapi kendala pembinaan akhlak. BAB V: PENUTUP Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran. 17 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam Guru Pendidikan Agama Islam dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan “al mu’alim” atau “al ustadz” yang bertugas memberikan ilmu pada majelis ta’lim (tempat memperoleh ilmu). Dalam hal ini al mu’alim atau al ustadz juga mempunyai pengertian orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia (Suparlan, 2005:12). Nurdin (2010:128) menguraikan bahwa guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Dengan begitu pengertian guru Pendidikan Agama Islam adalah, seorang pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke arah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sedangkan pendidikan agama Islam menurut Arifin (dalam Syafaat, 2008:16) adalah proses yang mengarahkan manusia kedalam kehidupan yang lebih baik. 18 dan yang mengangkat derajat kemanusiaanya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajaranya (pengaruh dari luar). Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2008:75-76). Dari beberapa pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, guru Pendidikan Agama Islam adalah seseorang dengan tugas utama mendidik, serta membimbing siswanya, Agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia berdasarkan kepada Al Quran dan sunnah, sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama Islam. 2. Syarat Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam Menurut Daradjat (2011:41-44), dilihat dari ilmu pendidikan Islam untuk menjadi guru yang baik dan dapat memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, hendaknya guru harus: a. Takwa kepada Allah SWT Guru sesuai tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab guru adalah teladan bagi anak didiknya sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan bagi umatnya. Jika seorang guru mampu memberi teladan yang baik 19 kepada semua anak didiknya, maka kemungkinan besar guru tersebut akan berhasil mencetak generasi penerus bangsa yang baik dan berakhlak mulia. b. Berilmu Ijazah bukan semata mata secarik kertas. Tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan. Gurupun harus mempunyai ijazah supaya dibolehkan mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah murid sangat meningkat, sedang jumlah guru jauh daripada mencukupi. maka terpaksa menyimpang untuk smentara, yakni menerima seorang guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal, ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik mutu pendidikan. dan pada giliranya makin tinggi pula derajat masyarakat. c. Sehat jasmani Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular, sangat membahayakan kesehatan anak didiknya. Disamping itu guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. guru yang sakit sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak didiknya. Akan tetapi hal itu tidak bisa dijadikan patokan, sebab tidak sedikit guru yang memiliki kelainan 20 (cacat sejak lahir) tapi memiliki talenta yang bagus diperbolehkan mengajar pada suatu lembaga khusus yang mendidik anak-anak berkebutuhan khusus. d. Berkelakuan baik Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan. Guru harus menjadi suri tauladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Diantara tujuan pendidikan ialah membentuk akhlak baik pada anak dan ini hanya mungkin terjadi jika guru itu berakhlak baik pula. Guru yang berahlak tidak baik tidak akan dipercayakan pekerjaan mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak baik adalah yang sesuai dengan ajaran Islam. Jadi, dapat disimpulkan bahwa persyaratan menjadi seorang guru memang tidak mudah. Banyak tuntutan yang harus dipenuhi serta memiliki tanggung jawab yang besar. Akan tetapi dibalik itu semua terdapat nilai-nilai amalan yang akan menjadikan manfaat bagi seorang guru, baik manfaat di dunia maupun di ahirat. 3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Pada dasarnya peranan guru Pendidikan Agama Islam dan guru umum itu sama, yaitu sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih banyak memahami dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi. Akan tetapi peranan guru Pendidikan Agama Islam selain berusaha memindahkan ilmu, juga harus menanamkan nilai-nilai 21 agama Islam kepada anak didiknya agar mereka bisa mengaitkan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan umum. Diantara peran guru seperti yang dikutip dari Mulyasa (2011:37-64) ialah sebagai berikut : a. Guru sebagai pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkunganya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. b. Guru sebagai pengajar Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi setandar yang dipelajari. c. Guru sebagai pembimbing Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamanya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga menyangkut perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. 22 d. Guru sebagai pelatih Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. e. Guru sebagai penasihat Guru adalah seorang penasihat bagi peserta didik bahkan bagi orang tua, meski mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasihat. Dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasihati orang. f. Guru sebagai inovator Guru sebagai bagian dari komponen pendidikan dituntut untuk menjembatani kesenjangan ini. Guru harus bertindak sebagai pembaharu yang dapat memperkecil perbedaan antara pelaksanaan pendidikan dan kemajuan masyarakat. Untuk itu guru harus selalu belajar dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya agar dapat menciptakan hal-hal baru guna peningkatan mutu pendidikan sehingga sejalan dengan perkembangan masyarakat. g. Guru sebagai model dan teladan Perilaku guru di sekolah selalu menjadi figur dan dijadikan dalil bagi para siswanya untuk meniru perilaku tersebut. Hal ini wajar karena peserta didik dalam proses pembelajaran kadang melakukan modelling untuk mengubah tingkah lakunya. Sebagai teladan bagi peserta didik dan orang-orang di sekitarnya, 23 mengharuskan guru melaksanakan kode etik keguruan yang menjadi dasar berperilaku. Baik dalam interaksinya dengan kepala sekolah, teman sejawat, bawahan, peserta didik, dan masyarakat pada umumnya. h. Guru sebagai pribadi Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Karena, seorang guru merupakan salah satu panutan bagi masyarakat. Guru dituntut untuk meningkatkan pengetahuannya, selalu mengontrol emosinya, berbaur dengan masyarakat sekitarnya, serta selalu melaksanakan ajaran-ajaran agamanya. i. Guru sebagai peneliti Manusia adalah makhluk yang unik, satu sama lain berbeda. Manusia yang satu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun, mereka juga memiliki kelemahan yang tidak dimiliki yang lainnya. Demikian pula dengan peserta didik, mereka memiliki keunikan yang beraneka ragam dari waktu ke waktu. Karenanya guru tidak bisa memperlakukan mereka dengan cara yang sama untuk semua peserta didik dan untuk zaman yang berbeda. Hal ini menuntut guru mencari suatu sistem pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman, tingkat perkembangan, serta kebutuhan peserta didik tersebut. 24 j. Guru sebagai pendorong kreativitas Dalam proses pembelajaran, peserta didik terkadang tidak memiliki motivasi belajar. apalagi menciptakan hal-hal baru yang dapat meningkatkan kompetensinya. Sebagai motivator, guru berkewajiban meningkatkan dorongan peserta didik untuk kreatif dalam belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. karena peserta didik akan sungguh-sungguh belajar apabila memiliki motivasi yang tinggi. k. Guru sebagai pembangkit pandangan Guru harus menanamkan pandangan yang positif terhadap martabat manusia kedalam pribadi peserta didik. Sebagai seorang guru tentunya tidak ingin peserta didik menjadi orang yang akan memperbudak orang lain. melainkan menjadi orang yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Sehingga terjadi kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. l. Guru sebagai pekerja rutin Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu. Serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan sering kali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua perananya. 25 m. Guru sebagai pemindah kemah Guru adalah seorang pemindah kemah yang suka memindah mindahkan dan membantu peserta didik meinggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan, dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan, serta membatu menjauhi dan meninggalakanya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru dan peserta didik bekerjasama mempelajari cara baru, dan meninggaalkan kepribadian yang telah membantunya mencapai tujuan dan menggantinya sesuai dengan tuntutan masa kini. n. Guru sebagai pembawa cerita Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka. Serta untuk menghargai kehidupan sendiri setelah membandingkan dengan apa yang telah mereka baca tentang kehidupan manusia di masa lalu. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang. 26 o. Guru sebagai aktor Guru adalah seorang aktor yang memainkan perannya di depan peserta didik sesuai dengan naskah yang telah dibuatnya. Sebagai seorang aktor guru harus benar-benar membawa para penontonnya larut dalam cerita yang sedang dilakonkannya. Pesanpesan yang dibawakannya merupakan hal penting yang harus disampaikan kepada peserta didik. Untuk itu seorang guru hendaknya mengetahui, menguasai, serta dapat mengarahkan situasi yang akan terjadi, menguasai materi yang akan dibawakan, mengetahui kehendak para peserta didiknya, menguasai media yang akan digunakan dalam pelakonannya, memperhitungkan waktu yang akan digunakan untuk membawakan suatu naskah tertentu. p. Guru sebagai emansipator Guru harus membina kemampuan peserta didik untuk menginformasikan apa yang ada dalam pikirannya. Jika kemampuan tersebut telah dimiliki, perasaan rendah diri berangsurangsur hilang dan bebaslah peserta didik dari keadaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai emansipator. Karena benda yang digarap bukan benda mati, guru berkewajiban mengembangkan potensi peserta didik sedemikian rupa sehingga menjadi pribadi yang kreatif. Karena itu guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, 27 memberikan balikan, memberikan kritik, dan sebagainya sehingga mereka merasa memperoleh kebebasan yang wajar. q. Guru sebagai evaluator Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungin dapat dipisahkan dengan setiap penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik. r. Guru sebagai pengawet Pendidikan berfungsi memelihara, mengawetkan dan meneruskan semua warisan budaya kepada generasi berikutnya. Seluruh warisan budaya yang berupa pengetahuan, ide-ide, atau nilai-nilai yang telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu harus tetap dijaga dan dilestarikan sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan dan nilai-nilai baru. Guru sebagai pelaksana pendidikan hendaknya bersikap positif terhadap hasil budaya masyarakat terdahulu dan menyampaikannya kepada peserta didik. Tugas ini harus dilakukan guru dalam hubungannya sebagai pengawet kebudayaan masyarakat. 28 s. Guru sebagai kulminator Dalam setiap proses pembelajaran guru harus mampu menghentikan kegiatannya pada suatu unit tertentu, kemudian maju ke unit berikutnya. Untuk itu diperlukan kemampuan menciptakan suatu kulminasi pada suatu unit tertentu dari suatu kegiatan pembelajaran. Kemampuan ini nampak dalam bentuk menutup pembelajaran, menarik atau membuat kesimpulan bersama peserta didik, melaksanakan penilaian, mengadakan kenaikan kelas dan mengadakan karya wisata. Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir. Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang sangat kompleks dan harus mampu mengajarkan, membimbing, serta menanamkan nilainilai moral keagamaan kepada siswa sehingga menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan mempunyai jiwa sosial serta budi pekerti yang baik. 4. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam Pada dasarnya, tugas pendidik adalah mendidik dengan mengupayakan pengembangan seluruh potensi peserta didik, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Potensi peserta didik 29 ini harus dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat keilmuan tertinggi dan mengintegrasi dalam diri peserta didik. Upaya pengembangan potensi peserta didik tersebut dilakukan dengan penyucian jiwa dan mental, penguatan metode berfikir, penyelesaian masalah kehidupan, mentransfer pengetahuan dan keterampilannya melalui teknik mengajar, motivasi, memberi contoh, memuji dan mentradisikan keilmuan. Maka Tugas pendidik dalam proses pembelajaran secara berurutan adalah (1) menguasai mata pelajaran, (2) menggunakan metode pembelajaran agar peserta didik mudah menerima dan memahami pelajaran, (3) melakukan evaluasi pendidikan yang dilakukan, dan (4) menindak lanjuti hasil evaluasinya ( Roqib, 2009:50). Bagi guru Pendidikan Agama Islam tugas dan kewajiban sebagaimana yang dikemukakan diatas merupakan amanat yang diterima oleh guru atas dasar pilihannya untuk memangku jabatan guru. Amanat tersebut wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Alah SWT menjelaskan dalam (Al Qur'an Surat An Nisa', 4 : 58). 30 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. An Nisa' : 58). Tanggung jawab guru ialah keyakinannya bahwa setiap tindakannya dalam melaksanakan tugas dan kewajiban didasarkan atas pertimbangan secara profesional. Pekerjaan guru menuntut kesungguhan dalam berbagai hal. Karenanya, posisi dan persyaratan para "pekerja pendidikan" atau orang orang yang disebut pendidik ini patut mendapat pertimbangan dan perhatian yang sungguh sungguh pula. Tugas dan tanggung jawab seorang guru sesungguhnya sangat berat. Dipundaknyalah tujuan pendidikan secara umum dapat tercapai atau tidak. Secara garis besar, tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengembangkan kecerdasan yang ada di dalam diri setiap anak didiknya. Kecerdasan ini harus dikembangkan agar anak didik dapat tumbuh dan besar menjadi manusia yang cerdas dan berakhlak mulia sehingga mereka siap menghadapi segala tantangan di masa depan. B. Karakteristik Siswa Menurut Seels dan Richey (dalam Budiningsih, 2004:16) adalah bagian-bagian pengalaman siswa yang berpengaruh pada keefektifan proses belajar. Karakteristik siswa bertujuan untuk mendeskripsikan bagian-bagian kepentingan pekribadian rancangan siswa yang pembelajaran. 31 perlu Anak diperhatikan usia SMP untuk memiliki karakteristik sendiri-sendiri dan berbeda satu sama lain, tergantung dari faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Teori-teori dan prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran moral di Indonesia seharusnya dikembangkan dengan berpijak pada informasi tentang karakteristik siswa dan budayanya. Pada tahap penalaran moral dimana remaja berada, pada tahap kepercayaan atau eksistensial/iman di mana mereka berada, bagaimana empati dan peran sosial mereka. Ini semua amat diperlukan oleh para guru, pendidik, teknolog dan perancang pembelajaran dalam upaya pengembangan program-program pembelajaran moral dan produksi sumber-sumber belajra moral. Maka ini semua harus dijadikan pijakan dalam mengembangkan program-program pembelajaran dan pembinaan moral/akhlak bagi remaja. Pembahasan tentang karateristik perkembangan ini peneliti lebih menekankan pana anak usia SMP/ MTs. 1. Istilah Pertumbuhan dan Perkembangan Menurut Chaplin (dalam Mar’at, 2010:5) pertumbuhan diartikan sebagai suatu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagianbagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan. Maka pertumbuhan merupakan perubahan fisik anak, seperti badan tumbuh menjadi besar, tambah tinggi, pada anak perempuan payudara menjadi besar, pinggul melebar, pada anak laki-laki mulai tumbuh kumis, bulubulu halus, dan lain sebagainya. 32 Sedangkan arti perkembangan menurut Monks (dalam Mar’at, 2010:4) adalah suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Pekembangan menunjukan pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak padat diputar kembali. Perkembangan juga diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar. Contoh perkembangan selama masa kanak-kanak menginjak remaja adalah mengalami perkembangan dalam struktur fisik dan mental, jasmani dan rohani. Sebagai ciri-ciri dalam memasuki jenjang kedewasaan. Dari definisi di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa perkembangan merupakan suatu proses perubahan yang bersifat terus menerus meskipun perkembanganya semakin hari semakin pelan, setelah mencapai titik puncaknya. Sedangkan pertumbuhan lebih cenderung menunjuk pada kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju keruntuhanya. 2. Fase Perkembangan dan Tugas Perkembangan Anak a. Fase perkembangan remaja Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka, dalam Yusuf (2001:184) Masa remaja ini meliputi: 33 1) Remaja awal 12-15 tahun 2) Remaja madya 15-18 tahun 3) Remaja ahir 19-22 tahun Sehingga dapat diketahui bahwa anak usia sekolah menengah Pertama telah memasuki masa remaja awal (12-15 tahun). Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini sebagai masa mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini sering disebut masa merindu puja, yaitu sebagai gejala remaja. Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita hidup itu dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses penemuan nilai-nilai kehidupan tersebut adalah: 1) Tidak adanya pedoman untuk merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas dipuja walaupun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan seringkali remaja hanya mengetahui sesuatu bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkanya. 2) Objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas, yaitu pribadipribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu (jadi personifikasi nilai-nilai). Pada anak laki-laki sering aktif meniru, sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, 34 mengagumi, dan memujanya dalam hayalan (Yusuf, 2001:2627). Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwasannya fase perkembangan anak usia remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu, remaja awal, remaja madya dan remaja akahir. Yang mana pada anak usia remaja awal fase perkembangannya memerlukan dukungan dari lingkungannya dan orang-orang yang ada didekatnya, dan membutuhkan teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Jadi anak usia remaja awal mengalami perkembangan emosi yang masih cenderung naik turun atau labil. b. Tugas-tugas perkembangan remaja Menurut zulkifli (2012:76-78), tugas-tugas perkembangan masa remaja umumnya berkenaan dengan pencapaian dan persiapan memasuki kehidupan fase berikutnya (dewasa), yaitu: 1) Bergaul dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin. Dalam hal ini seorang remaja mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang berbeda jenis kelamin sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku dalam masyarakat. 2) Mencapai peranan sosial sebagai pria atau wanita selaras dengan tuntutan sosial dan kultural masyarakatnya. Maka seorang remaja harus mempunyai keinginan untuk menerima 35 dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab di tengah-tengah masyarakatnya. 3) Menerima keadaan fisik sendiri. Artinya seorang remaja harus menerima kesatuan organ-organ tubuh sebagai pria atau wanita dan menggunakannya secara efektif sesuai dengan kodratnya masing-masing. 4) Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan. Artinya seorang remaja harus mempersiapkan diri untuk mencapai karier tertetu dalam bidang ekonomi. 5) Memilih pasangan dan mempersiapkan diri untuk hidup berkeluarga. Yaitu seorang remaja harus mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan atau kehidupan berkeluaga (sebagai suami istri). Jadi tugas-tugas perkembangan merupakan persiapan remaja untuk menghadapi fase perkembangan yang akan datang, diantaranya yaitu mengenai perubahan cara pandang dalam bergaul, menerima kekurangan fisik, mempersiapkan diri untuk berkarir, serta menentukan pendamping hidup untuk kelangsungan masa depanya. 3. Aspek-aspek Perkembangan Aspek perkembangan remaja menurut Syamun Yusuf LN dalam Syafaat (2008:103-104): 36 a. Perkembangan fisik Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentangan kehidupan, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Menurut Singgih dan Yulia (2012:4-5) perubahan fisik meliputi perubahan yang mudah diamati maupun yang sulit diketahui prosesnya. Yang mudah tampak antara lain adalah perubahan tinggi badan. Perubahan fisik yang mudah diamati sekaligus sulit diketahui prosesnya adalah berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan peran dewasa sebagai laki-laki dan perempuan. Perubahan yang erat dengan proses persiapan fisik, yang terjadi di dalam tubuh dan sulit diamati, justru sering menimbulkan persoalan yang sukar diatasi. Misanya, suasana hati yang bergelora dan mencekam diri, dan muncul silih berganti, begitu sulit dimengerti sehingga sukar diredakan. Umumnya, keguncangan suasana di dalam diri belum pernah dialami pada masa-masa sebelumnya. b. Perkembangan intelektual Ditinjau dari perkembang intelektual, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal. Remaja secara mental telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain, operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistem sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada berfikir konkrit. Karena itu mereka telah mampu mengkritik orang 37 tuanya, guru, pemimpin yang menurut penilaian objektifnya kurang baik. Maka orang tua dan guru harus memberikan teladan yang baik. c. Perkembangan emosi Aspek ini remaja mencapai puncak emosional. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi perkembangan emosi atau perasaan dan dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan dengan lawan jenis. d. Perkembangan sosial Pada masa ini remaja sudah mempunyai kemampuan untuk memahami orang lain, sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun persaannya. Pada aspek ini remaja cenderung suka menilai orang-orang disekitarnya. Remaja yang baik akan memberikan penilaian yang baik pada sesuatu hal yang benar-benar baik dan akan menirunya. Sesuatu hal yang buruk akan dinilainya buruk pula dan berusaha untuk menjauhinya. e. Perkembangan moral Masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatanperbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi juga psikologisnya. Menurut penulis, aspek perkembangan moral 38 erat kaitannya dengan perkembangan sosial. Karena pada perkembangan sosial remaja suka menilai orang lain, sedangkan pada perkembangan moral remaja melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Hal ini bisa saja terjadi karena remaja telah melihat atau menilai perbuatan orang lain yang telah dikerjakan dan dianggapnya baik. f. Perkembangan kepribadian Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari fisik, sikap kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respon individu yang beragam. g. Perkembangan kesadaran agama Pada masa ini seseorang memiliki kemampuan berfikir abstrak yang memungkinkannya dapat mentransformasikan keyakinan beragamanya. Dia dapat mengapresiasi kualitas keabstrakan Tuhan yang maha adil dan maha kasih sayang. Dengan demikian, guru Pendidikan Agama Islam perlu memahami perkembangan perasaan remaja yang tak menentu itu. Guru juga perlu mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan remaja yang sedang dalam masa puber, mengenai apa saja yang wajib dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Selain itu, guru juga harus berperan aktif dalam mengatasi kesulitan siswanya. 39 C. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa Pembinaan akhlak terjadi di semua lingkup kehidupan, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pada pembahasan ini, penulis hanya menyajikan pembinaan akhlak di lingkungan sekolah. Akan tetapi sesungguhnya pembinaan akhlak pada seseorang akan maksimal jika ketiga komponen di atas dapat sejalan serta mendukung sepenuhnya terhadap pembinaan akhlak. 1. Pengertian Akhlak Menurut Djatnika (dalam Daud, 2008:346) akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa arab “akhlaq” bentuk jamak kata “khuluq” atau “al-khulq” yang berarti berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Secara etimologis, kata akhlak adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa arab “al-akhlaq”. Ia merupakan bentuk jama’ dari kata alkhuluq yang berarti budi pekerti, tabiat atau watak. Dengan demikian, maka kata akhlak merupakan sebuah kata yang digunakan untuk mengistilahkan perbuatan manusia yang kemudian diukur dengan baik atau buruk. Dan dalam Islam, ukuran yang digunakan untuk menilai baik atau buruk itu tidak lain adalah ajaran Islam sendiri (Halim, 2000:7-8) Menurut Imam Al-Ghazali (dalam Asmaran, 2002:3) Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan- 40 perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Menurut pendapat Mahmud (2004:26-27) kata khuluqiyah atau Akhlak lazim disebut dengan moral. Yaitu sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda. 2. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak Islam memberikan petunjuk dan mengarahkan umat manusia untuk selalu berbuat baik dan berjalan di jalan yang benar. Islam tidak akan membiarkan kehidupan manusia penuh kontradiksi (pertentangan), oleh karena itu pembinaan akhlak perlu dilakukan dengan dasar dan tujuan tetentu. a. Dasar pembinaan akhlak Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soeamanto dalam Syafaat ,dkk (2008:153), pembinaan adalah menunjuk kepada suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada. Dasar dan tujuan pembinaan akhlak terikat erat dan hampir sama dengan dasar dan tujuan pendidikan Islam. Dasar ideal pendidikan Islam menurut Syafaat, dkk (2008:17-29) adalah 41 identik dengan ajaran Islam itu sendiri, yaitu berasal dari AlQur’an dan Hadis. Kemudian dasar tadi dikembangkan lebih lanjut dalam pemikiran para ulama. Berikut adalah penjelasan tentang dasar-dasar tersebut: 1) Al Qur’an Al Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pedoman hidup manusia, bagi yang membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapat pahala. Seperti difirmankan dalam surat An-Nahl 89: “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.(QS. An-Nahl: 89) Al Qur’an merupakan firman allah yang tidak ada keraguan di dalamnya, yaitu sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Selain itu, Al Qur’an juga sebagai penawar atau obat berbagai penyakit, dan Al Qur’an sebagai petunjuk arah ketika seorang hamba berada dalam kesesatan. 42 2) Sunnah Dasar yang kedua adalah Sunnah Rasulullah SAW atau hadis yaitu perkataan, perbuatan, serta pengakuan Rasulullah. Sunnah berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Sebagaimana dalam firman Allah dalam surat Al Ahzab:21. “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.( QS. Al Ahzab: 21) 3) Perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat Pada masa khulafaur rasyidin sumber pendidikan dalam Islam sudah mengalami perkembangan. Selain Al Qur’an dan sunnah, juga perkataan, sikap, dan perbuatan para sahabat. Perkataan para sahabat dapat dikuatkan karena Allah sendiri di dalam Al Qur’an surat At-Taubah ayat 100 yang memberikan pernyataan: 43 “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orangorang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungaisungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selamalamanya. Itulah kemenangan yang besar”.( QS. At-Taubah: 100) 4) Ijtihad Ijtihad dilakukan untuk menetapkan hukum atau tuntunan suatu perkara yang ada kalanya tidak terdapat di dalam Al Qur’an maupun sunnah. Ijtihad dilakukan untuk menjelaskan suatu perkara dan ditetapkan hukumnya bila tidak terdapat keterangan dari Al Qur’an maupun sunnah. Menurut Rachmat (dalam Syafaat, 2008:29) ijtihad adalah pengerahan segala kesanggupan seseorang faqih (pakar fiqih Islam) untuk memperoleh pengetahuan tentang hukum sesuatu melalui dalil syara’ (agama). Dalam istilah inilah ijtihad banyak dikenal dan digunakan, bahkan banyak para fuqaha (para pakar hukum Islam) yang menegaskan bahwa ijtihad itu bisa dilakukan di bidang fiqih. Maka dengan kata lain, ijtihad berarti usaha keras dan bersungguh-sungguh yang dilakukan oleh para ulama’, untuk 44 menetapkan suatu hukum perkara atau suatu ketetapan atas suatu perkara tertentu. b. Tujuan pembinaan akhlak Menurut Mahmud (2004:160) pembinaan akhlak mempunyai tujuan diantaranya yaitu: 1) Mempersiapkan manusia yang beriman yang selalu beramal shaleh. Tidak ada sesuatu pun yang menyamai amal sholeh dalam mencerminkan akhlak mulia ini. Tidak ada pula yang menyamai akhlak mulia dalam mencerminkan keimanan seseorang kepada Allah. 2) Mempersiapkan insan beriman dan soleh yang menjalani kehidupanya sesuai dengan ajaran Islam, melaksanakan apa yang di perintahkan agama dan meninggalkan apa yang diharamkan. 3) Mempersiapkan insan beriman dan soleh yang bisa berinteraksi secara baik dengan sesama, baik dengan non-muslim maupun muslim. Maupun bergaul dengan orang-orang ada disekelilingnya dengan mencari ridho Allah yaitu mengikuti ajaran-Nya dan petunjuk-petunjuk Nabi-Nya. 4) Mempersiapkan insan beriman dan soleh, yang mau merasa bangga dengan persaudaraanya sesama muslim dan selalu memberikan hak-hak persaudaraan tersebut, mencintai dan 45 memberi hanya arena Allah, dan sedikitpun tidak kecut oleh celaan orang khasad selama dia berada di jalan yang benar. 5) Mempersiapkan insan beriman dan soleh yang merasa bahwa dia bagian dari seluruh umat Islam yang berasal dari berbagai daerah, suku, dan bahasa. Atau insan yang siap melaksanakan kewajiban yang harus ia penuhi demi seluruh umat Islam selama dia mampu. 6) Mempersiapkan insan beriman dan soleh yang merasa bangga terhadap loyalitasnya kepada agama Islam, dan berusaha sekuat tenaga demi tegaknya panji-panji Islam dimuka bumi. Atau insan yang rela mengorbankan harta, kedudukan, waktu, dan jiwanya demi tegaknya syariat Islam. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa tujuan dari pembinaan akhlak adalah untuk mewujudkan masyarakat yang beriman yang senantiasa berjalan diatas kebenaran. Masyarakat yang konsisten dengan nilai-nilai keadilan dan kebaikan. Disamping itu berwawasan juga demi untuk menciptakan tercapainya kehidupan masyarakat yang manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai sosial. 3. Ruang Lingkup Akhlak Islami Menurut Nata (2002:147-152) ruang lingkup akhlak Islami adalah: 46 a. Akhlak terhadap Allah Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai khalik. Sekurang-kurangnya ada 4 alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena allah yang telah menciptakan manusia. Kedua,karena Allah yang telah memberikan perlengkapan panca indera. Ketiga, karena Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Keempat, Allah yang memuliakan manusia dengan diberikanya kemampuan menguasai daratan dan lautan. b. Akhlak terhadap sesama manusia Al Quran telah merinci bebrapa perlakuan yang berkaitan terhadap sesama manusia. petujuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti, membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai pada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu. c. Akhlak terhadap lingkungan Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, 47 maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang diajarakan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai kholifah. Kekholifahan menurut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekholifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaanya. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup akhlak Islami adalah bagaimana seorang menjadi makhluk yang mulia dihadapan Allah, serta memiliki sifat saling menghargai sesama manusia. dan mencintai lingkungannya. 4. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam membina Akhlak Siswa Pembinaan akhlak menurut Nata (2002:162-164) dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya yaitu: a. Pembinaan akhlak dapat dibentuk melalui pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Bekenaan dengan ini imam Al Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi jahat. Maka akhlak harus diajarakan dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. 48 b. Dalam tahap tertentu pembinaan akhlak, khususnya akhlak lahiriyah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama kelamaan terasa tidak lagi dipaksa. Misanya seorang yang ingin menulis dan mengatakan kata-ata yang bagus mulanya ia harus memaksakan tangan dan mulutnya menuliskan atau mengatakan kata-kata dan huruf yang bagus. Apabila pembiasaan ini sudah berlangsung lama, maka paksaan tersebut sudah tidak terasa lagi sebagai paksaan. c. Pembinaan akhlak melalui keteladanan. Akhlak yang baik tidak hanya dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, interusi dan larangan, sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan tidak akan sukses jika tidak disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. d. Pembinaan akhlak dapat ditempuh dengan menganggap diri sebagai yang banyak kekurangan dari pada kelebihanya. Dalam hubungan ini Ibnu Sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan. Namun ini bukan berarti menganggap dirinya orang yang paling bodoh, paling 49 miskin, dan sebagainya dihadapan orang lain, dengan tujuan justru merendahkan orang lain. Hal yang demikian dianggap tercela dalam Islam. e. Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil peelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berada menurut perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai pada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Dari pemaparan di atas dapat disimpulakan bahwa pebentukan akhlak harus dibiasakan sejak kecil. Meskipun ada beberapa tahap yang memerlukan pemaksaan. Selain itu perlu adanya ketadanan dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. D. Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak Sekolah adalah lingkungan kedua dalam pembinaan akhlak setelah lingkungan keluarga. Ini menjadi tugas dan tanggung jawab semua guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam untuk membina akhlak siswanya agar tujuan pendidikan Islam tercapai. Oleh karena itu dalam pembinaan akhlak harus mendapat petunjuk dan nasehat yang terus menerus agar dapat meresap dalam hati, dan dapat diterapkan dengan baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam pembinaan akhlak terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembinaanya. Menurut Nata (2002:165-169) Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak, diantaranya adalah: 50 1. Menurut aliran natifisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik. maka dapat dikatakan aliran ini tampak kurang menghargai peranan pembinaan dan pendidikan. 2. Menurut aliran empirisme faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu, demikian jika sebaliknya. Aliran ini tampak begitu lebih percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran. 3. Menurut aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intentif memalui berbagai metode. Aliran ini tampak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahamai berdasarkan ayat dan hadits dibawah ini. 51 “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An Nahl:78) Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan. Hal ini sesuai pula dengan yang dilakukan Lukmanul Hakim kepada anakny seperti yang tersurat dalam (QS. Luqman:1314) yang berbunyi: “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman:13-14) Ayat tersebut selain menggambarkan tentang pelaksanaan pendidikan yang dilakukan Luqmanul Hakim, juga berisi materi pelajaran, dan yang paling utama di antaranya adalah pendidikan tauhid atau keimanan, karena keimananlah yang menjadi salah satu 52 dasar yang kokoh bagi pembentukan akhlak. Teori konvergensi tersebut di atas, juga sejalan dengan hadis nabi yang berbunyi. َﻋﻠَﻰ َﻫ ِﺫ ِﻩ ْﺍﻟ ِﻣﻠﱠﺔِ( َﻓﺄ َ َﺑ َﻭﺍﻩُ ُﻳ َﻬﻭﱢ ﺩَ ﺍ َﻧ ُﻪ:ٍ)ﻭﻓِﻰ ِﺭ َﻭﺍ َﻳﺔ َ ُﻛ ﱡﻝ َﻣ ْﻭﻟُ ْﻭ ٍﺩ َﻳ ْـﻭﻟَ ُﺩ َﻋﻠَﻰ ْﺍﻟﻔ ِْﻁ َﺭ ِﺓ ﺣﺳ ْﱡﻭ َﻥ ِﻓ ْﻳ َﻬﺎ ﻣِﻥْ َﺟ ْﺩ َﻋﺎ َء؟ ِ َﻫ ْﻝ ُﺗ، َﻛ َﻣﺎ ُﺗ ْﻭﻟَ ُﺩ َﺑ ِﻬ ْﻳ َﻣ ٌﺔ َﺟﻣْ َﻌﺎ َء،ُﺃَ ْﻭ ُﻳ َﻧﺻ َﱢﺭﺍ َﻧ ُﻪ ﺃَ ْﻭ ُﻳ َﻣﺟﱢ َﺳﺎ َﻧﻪ “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah” (dalam riwayat lain disebutkan: Dalam keadaan memeluk agama ini) Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana seekor binatang dilahirkan dalam keadaan utuh (sempurna), apakah kalian mendapatinya dalam keadaan terpotong (cacat)” (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada dua hal yaitu faktor dari dalam (potensi fisik, intelektual, dan hati yang dibawa sejak lahir). Dan faktor dari luar yaitu kedua orang tua, guru, dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat. Melalui kerjasama yang baik antara ketiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak. Inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah insanul kamil atau manusia seutuhnya. 53 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran SMP Negeri 1 Bandungan 1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Bandungan SMP Negeri 1 Bandungan awalnya adalah SMP Negeri 3 Bawen yang beroperasi sejak tanggal 5 Oktober 1994, berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 0260/0/1994, dengan Nomor Induk Sekolah (NSS) : 201032221001. Seiring berjalannya waktu dalam umur yang masih realtif muda yaitu hanya dengan 13 tahun berubah statusnya menjadi sekolah yang berstandar nasional April 2007 dengan SK (SSN) tertanggal 24 No : 818a/C.3/Kep/2007. sekaligus perubahan nama sekolah menjadi SMP Negeri 1 Bandungan karena adanya perluasan wilayah. Yang semula Dsn Jimbaran berada di wilayah Kec. Bawen kemudian berganti di wilayah Kec. Bandungan. Pada tanggal 1 Oktober 2009 nilai SSN untuk SMP Negeri 1 Bandungan 367,65. Hal ini sesuai SK Dikdasmen No : 4520/C.C3/MN/2009. Selain itu SMP N 1 Bandungan merupakan sekolah yang mempunyai nilai akreditasi A dengan perolehan nilai terakhir 92,18. Prestasi yang telah dicapai SMP Negeri 1 Bandungan memang tergolong bagus, namun masih perlu ditingkatkan guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Adapun profil dari SMP Negeri 1 Bandungan yaitu: 54 a. Identitas sekolah Nama Sekolah : SMP NEGERI 1 BANDUNGAN NPSN / NSS : 20320283 / 201132211105 Jenjang Pendidikan : SMP Status Sekolah : Negeri b. Lokasi sekolah Alamat : JIMBARAN RT/RW : 2/2 Nama Dusun : JIMBARAN Desa/Kelurahan : Jimbaran Kode pos : 50665 Kecamatan : Kec. Bandungan Lintang/Bujur : -7.1899000/110.3553000 c. Data pelengkap sekolah Kebutuhan Khusus :- SK Pendirian Sekolah : 0260/O/1994 Tgl SK Pendirian : 1994-10-05 Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah SK Izin Operasional : 0260/O/1994 Tgl SK Izin Operasional : 05/10/1994 SK Akreditasi : Tgl SK Akreditasi : No Rekening BOS : 3-101-02617-4 55 Nama Bank : BPD JATENG Cabang / KCP Unit : BABADAN Rekening Atas Nama : SMPN 1 BANDUNGAN MBS : Ya Luas Tanah Milik : 9450 m2 Luas Tanah Bukan Milik : 0 m2 d. Kontak sekolah Nomor Telepon : 0298711576 Nomor Fax : 02987136107 Email : [email protected] Website : http://www.smpn1bandungan.blogspot.com 2. Letak Geografis Secara geografis SMP Negeri 1 Bandungan terletak di Rt 2/2 Dsn. Jimbaran, Ds. Jimbaran, Kec. Bandungan. jika ditinjau dari wilayahwilayah sekitarnya adalah: a. Sebelah barat : Sawah warga b. Sebelah timur : Sawah warga c. Sebelah selatan : Lapangan desa Jimbaran d. Sebelah Utara : Sawah warga Secara geografis sekolah ini cocok untuk kegiatan proses belajar mengajar karena SMP Negeri 1 Bandungan mudah dijangkau dengan kendaraan mobil atau sepeda motor. 56 3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah SMP Negeri 1 Bandungan a. Visi sekolah Menuju sekolah berprestasi, berketerampilan nasionalis yang berdasarkan pada iman dan taqwa. b. Indikator visi: 1) Terwujudnya standar pendidikan 2) Terwujudnya peningkatan ketrampilan 3) Terwujudnya jiwa nasionalisme 4) Terwujudnya layanan terhadap masyarakat 5) Terwujudnya tatakrama sekolah 6) Terwujudnya pendidikan berkarakter c. Misi sekolah 1) Mewujudkan standar pendidikan 2) Mewujudkan peningkatan ketrampilan 3) Mewujudkan jiwa nasionalisme 4) Mewujudkan layanan terhadap masyarakat 5) Mewujudkan tatakrama sekolah 6) Mewujudkan pendidikan berkarakter d. Tujuan sekolah Pada akhir tahun pelajaran 2015/2016 diharapkan : 1) Memenuhi akan standar pendidikan 2) Memenuhi akan peningkatan ketrampilan 3) Memenuhi akan jiwa nasionalisme 57 dan berjiwa 4) Memenuhi akan layanan terhadap masyarakat 5) Memenuhi akan tatakrama sekolah 6) Memenuhi akan pendidikan berkarakter 4. Keadaan Guru dan Siswa a. Keadaan guru Guru merupakan sosok yang berperan penting dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah., karena keberadaan guru sangat sentral dalam meningkatkan mutu pendidikan. Jumlah guru di SMP Negeri 1 Bandungan pada tahun Ajaran 2015/2016 ada 42 orang yang terdiri dari 29 guru tetap, 1 guru tidak tetap, dan 12 staff tata usaha. Untuk lebih jelas penulis akan memaparkan secara rinci yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel I Data Guru SMP Negeri 1 Bandungan Tahun Ajaran 2015/2016 Jumlah Guru/Staff Guru Tetap (PNS) Guru Tidak Tetap/Guru Bantu Guru PNS Dipekerjakan (DPK) Guru Honorer Staf Tata Usaha 58 Keterangan 26 Orang 1 Orang 3 Orang 12 Orang PNS: 5 PTT: 7 b. Keadaan Siswa Mengenai keadaan siswa SMP Negeri 1 Bandungan dapat dilihat pada tabel berikut: L 266 Tabel II Data Siswa Jumlah Peserta Didik P Total 313 579 Tabel III Data Siswa Menurut Usia Usia L P Total < 13 TAHUN 45 62 107 13 - 15 TAHUN 197 239 436 > 15 TAHUN 24 12 36 Total 266 313 579 Tabel IV Data Siswa Menurut Agama Agama L P Total Islam 261 309 570 Kristen 2 2 4 Katholik 3 2 5 Hindu 0 0 0 Budha 0 0 0 Konghucu 0 0 0 Lainnya 0 0 0 Total 266 313 579 5. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah semua sarana dan prasarana yang dimiliki dan dipergunakan dalam rangka pelaksanaan belajar mengajar. Dalam proses belajar di sekolah, sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat menunjang dan merupakan syarat keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Tanpa sarana yang 59 memadai, proses belajar mengajar tidak akan berlangsung dengan baik, akan tetapi apabila sarana prasaran dalam suatu lembaga pendidikan sangat memadai maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar dan maksimal. (data lebih lengkap penulis sertakan dalam lampiran) 6. Stuktur Organisasi Sekolah merupakan lembaga tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan. Pihak-pihak yang berperan dalam kegiatan belajar mengajar antara lain, guru, kepala sekolah, komite sekolah dan pemerintah. Tentunya dalam suatu lembaga pendidikan mempunyai struktur organisasi, berikut ini penulis akan memaparkan struktur organisasi SMP Negri 1 Bandungan: 60 STRUKTUR ORGANISASI SMP NEGERI 1 BANDUNGAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Kepala Sekolah Komite Sekolah Wakasek Urusan Kurikulum Unit Perpustakaan Tata Usaha Urusan Kesiswaan Urusan Prasarana Urusan Humas Jabatan Wali kelas VII A Wali kelas VII D Wali kelas VIII A Wali kelas VIII D Wali kelas IX A Wali kelas IX D Wali kelas VII B Wali kelas VII E Wali kelas VIII B Wali kelas VIII E Wali kelas IX B Wali kelas IX E Wali kelas VII C Wali kelas VII F Wali kelas VIII C Wali kelas VIII F Wali kelas IX C Wali kelas IX F Guru Siswa Masyarakat 61 STRUKTUR TUGAS PELAKSANAAN TU SMP NEGERI 1 BANDUNGAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Komite Sekolah Kepala Sekolah Wakasek Tata Usaha Standar Kelulusan Standar Isi Standar Proses Standar Pendidik dan Tenaga Kependid ikan Standar Sarana dan Prasarana 62 Standar Pengelola an Standar Pembiaya an Standar Penilaian B. Temuan Penelitian 1. Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Bandungan SMP Negeri 1 Bandungan merupakan salah satu sekolah menengah pertama berbasis negeri yang ada di Bandungan. Siswanya juga bervariasi karena mereka berasal dari latar belakang orang tua yang berbeda dan daerah dengan adat yang berbeda-beda. Perilaku mereka pun bervariasi, ada anak yang perilakunya baik, tetapi juga ada anak yang perilakunya masih kurang. Berikut wawancara peneliti dengan wakil kepala sekolah SMP Negeri 1 Bandungan SG pada (10/02/2016:09.19) beliau mengatakan: “…kalau dibilang baik ya baik. tapi ada sebagian siswa yang akhlaknya masih kurang baik…”. Demikian juga dengan penuturan dari siswa AM pada (20/02/2016:11.07) dia mengatakan: “…kadang ada yang cuma wudhu terus mengisi absen, kalo ditanya jawabnya sudah sholat, terus kalo infaq, ada yang cuma menutupi tanganya di atas kotak tapi tidak memasukan apa-apa”. Akhlak setiap orang memang berbeda-beda tidak akan pernah ada yang sama. Anak kembar pun akan berbeda satu sama lain. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Seperti salah satunya faktor keluarga yang berbeda. Ketika seorang anak di lingkungan keluarganya sudah ditanamkan dengan akhlak Islami. Maka sifatnya pun akan mencerminkan akhlak Islami. Demikian juga dengan anak sama sekali 63 tidak pernah dikenalkan dengan akhlak Islami. Maka pebuatanya pun juga akan jauh dari kata Islami. 2. Pelaksanaan Pembinaan Akhlak di SMP Negeri 1 Bandungan Pembinaan akhlak merupakan prioritas utama dalam pendidikan karena harapan terbesar bertumpu pada siswa sebagai penerus generasi bangsa yang Islami. Cerminan akhlak yang baik dapat dilihat dari aktifitas ibadah dan tutur kata serta perilaku seseorang. Semakin baik akhlak seseorang maka akan terlihat pula semakin tinggi semangatnya dalam beribadah dan semakin terarah perilakunya. Dengan demikian, maka dalam rangka menyelamatkan dan memperkokoh akhlak siswa SMP Negeri 1 Bandungan, pembinaan akhlak harus didukung dengan fasilitas yang memadai. Sehingga di kemudian hari akhlak siswa dapat menerapkan apa yang ia dapatkan di sekolah ke dalam lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Dalam dunia pendidikan peranan guru agama Islam selain berusaha memindahkan ilmu (transfer of head), ia juga harus menanamkan nilai-nilai (transfer of heart) agama Islam kepada anak didiknya agar mereka bisa menghubungkan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan. Ketika nilai-nilai ajaran Islam itu benar-benar tertanam dalam jiwa siswa. Maka akan tercapailah kepribadian yang berakhlakul karimah. Untuk dapat mewujudkannya, maka guru pendidikan agama Islam harus mempunyai metode yang jitu dalam pembinaan akhlak siswa. Karena dengan menggunakan metode yang 64 tepat maka upaya-upaya yang guru lakukan akan membuahkan hasil maksimal seperti yang diharapkan. Pada penelitian ini dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan sampel penelitian yaitu guru pendidikan agama Islam, serta data pendukung yang diperoleh dari wakil kepala sekolah, dan beberapa orang siswa. Berdasarkan hasil dari wawancara dengan guru pendidikan agama Islam, dalam membina akhlak siswanya baik di dalam maupun di luar kelas beliau menggunakan beberapa upaya, diantaranya: a. Pemberian nasihat Nasihat merupakan suatu didikan dan peringatan yang diberikan berdasarkan kebenaran dengan maksud untuk menegur dan membangun seseorang dengan tujuan yang baik. Nasehat selalu bersifat mendidik. Dalam memberikan nasehat harus berdasarkan kebenaran. Sebagaimana wawancara peneliti dengan guru Pendidikan Agama Islam AK pada (09/02/2016:11.00) beliau mengatakan: “Kita selalu memberikan nasihat yang baik mas kepada siswa. Nasihat dalam bersikap nasihat dalam memilih teman dan sebagainya…”. Kemudian juga penuturan guru Pendidikan Agama Islam TBP pada (09/02/2016:11.21) beliau mengatakan: “Untuk membentengi siswa ya dengan nasihat pasti mas, kemudian dengan menanamkan akidah yang benar…”. 65 Dan juga diperkuat dengan pendapat dari siswa AM pada (20/02/2016:11.07) dia mengatakan: “Kalau pak taufiq biasanya di nasihati dulu kak, biasanya di panggil ke kantor kemudian dinasihati, kalau masih belum jera dan masih melanggar baru diberikan hukuman”. Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa nasehat masih menjadi dasar utama untuk mendidik dan menegur seseorang. tetapi memang semua teguran itu berdasarkan sebuah kebenaran. b. Membangun pembiasaan Pembiasaan merupakan sebuah proses pendidikan. Pendidikan yang instan berarti melupakan dan meniadakan pembiasaan. Karakter seseorang dapat diciptakan melalui latihan dan pembiasan. Ketika suatu praktek sudah terbiasa dilakukan, maka akan menjadi suatu dorongan bagi yang melakukanya, kemudian akan menjadi kebiasaan, dan pada waktunya akan menjadi perilaku yang sulit untuk ditinggalkan. Hal ini berlaku untuk hampir semua hal. Dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam TBP pada (09/02/2016:11.00) beliau menuturkan bahwa: “Kita menerapkan untuk selalu berdoa sebelum pelajaran, kemudian agar anak terbiasa membaca Al Quran kita juga mengadakan tadarus Al Quran 10 menit sebelum pelajaran 66 dimulai, selain untuk membiasakan anak membaca Al Quran juga untuk menngontrol sejauh mana siswa dapat membaca Al Quran…”. Kemudian di perkuat dengan jawaban dari guru Pendidikan Agama Islam AK (09/02/2016:11.00). beliau menuturkan bahwa: “Progam yang dijalankan… di dalam kelas kita selalu berdoa setiap sebelum pelajaran, untuk membiasakan anak selalu berdoa sebelum memulai sesuatu. Kemudian ada juga infaq setiap hari jumat untuk membiasakan siswa bershodaqoh, setiap harinya kita juga selalu mengadakan sholat dzuhur berjamaah di mushola”. Kemudian diperkuat lagi dengan jawaban dari wakil kepala sekolah SG (10/02/2016:09.19) Beliau menuturkan: “Progam pembinaan akhlak… kita ada sholat dzuhur berjamaah, kemudian untuk membiasakan anak beramal kita adakan infaq setiap hari jumat…”. Kemudian penuturan dari siswa AF pada (20/02/2016:11.07) dia mengatakan: “Suka. Karena kita jadi biasa berbuat baik. yang dirumah tidak pernah infaq jadi berinfaq, terus yang tidak terbiasa ngaji bisa ngaji di sekolah. Yang tidak pernah sholat bisa sholat berjamaah”. Dari pemaparan guru pendidikan agama Islam dan wail kepala sekolah di atas. Pembiasaan merupakan hal yang sangat diterapkan selain dari penanaman akidah yang baik. karena ketika 67 seorang anak sudah dibiasakan melakukan hal-hal yang baik. maka tanpa ia sadari dengan sendirinya akan tergugah untuk melaksanakanya. Bahkan ketika kebiasaan itu belum dilakukan maka akan ada rasa yang kurang pada diri seseorang. c. Kateladanan Tanggung jawab seorang guru tidaklah terbatas dalam memberikan pengetahuan kepada anak didik, akan tetapi ia juga terikat dalam tugas mengembangkan pikiran dan upaya upaya untuk melatih anak didiknya secara fisik dan juga sosialnya. Seorang guru adalah sebagai contoh terhadap siswa. Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik buruknya siswa. Jika seorang guru itu jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak juga akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak yang mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatanperbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula sebaliknya jika guru adalah seorang pembohong, pengkhianat, orang yang kikir, penakut, dan hina, maka si anak akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut, dan hina pula. Berikut wawancara penulis dengan wakil kepala sekolah (10/02/2016:09.19) ketika penulis menanyakan perihal sholat dhuha. 68 “kalau untuk progam sholat dhuha kita belum ada mas karena terhalang jam pelajaran. Karena kita masih menggunakan kurikulum KTSP jadi untuk pendidikan agama sendiri masih dua jam pelajaran. Karena kita kan basicnya adalah sekolah negeri bukan madrasah. Kalau digunakan untuk sholat dhuha nanti malah materi pembelajaran menjadi kacau. Tetapi untuk guru guru sendiri ketika waktu istirahat ada yang melaksanakan sholat dhuha. Kadang juga ada anak yang ikut melaksanakan sholat dhuha itu. Ya meskipun kita terhalang jam pelajaran yang kurang tetapi kita juga berusaha memberikan contoh yang baik untuk anak-anak…”. Kemudian juga diperkuat dengan penuturan dari siswa LF pada (20/02/2016:11.07) dia mengatakan: “Sama kak, pak Taufiq orangnya santai, penyampaian materinya juga mudah dipahami, banyak bercanda juga jadinya tidak jenuh. Terus kalau menyuruh sesuatu pak Taufiq juga ikut melaksanakan jadi kalau mau melanggar rasanya tidak enak sendiri kak”. Suri tauladan memang progam pendidikan yang sangat efektif. Karena anak juga akan melihat seorang guru bukan hanya dari tutur katanya saja. Akan tetapi tingkah laku pun juga akan menjadi pertimbangan. Kalau seorang guru memerintahkan untuk sholat dhuha, akan tetapi ia sendiri tidak pernah melakukan maka 69 peritahnya hanya akan jadi omongan yang didengar, bukan untuk dilaksanakan bagi si anak. d. Ketersediaan fasilitas yang mendukung Guna menunjang keberhasilan guru agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa yaitu dengan adanya kegiatan yang diprogramkan khusus untuk pembinaan akhlak siswa. Kegiatankegiatan tersebut bisa berjalan efektif apabila sarana dan prasarananya memadahi, namun apabila sarana dan prasarananya tersebut kurang maka kegiatan tersebut tidak akan berjalan dengan maksimal. Berikut wawancara penulis dengan wakil kepala sekolah SG pada (10/02/2016:09.19). “….kita juga mengadakan extra BTQ untuk memfasilitasi siswa yang masih kesulitan dalam membaca Al Quran…”. Pendapat diatas juga diperkuat dengan pemaparan dari guru Pendidikan Agama Islam AK pada (09/02/2016:11.00) beliau mengatakan : “…untuk siswa yang belum lancar membaca Al Quran kita juga ada extra BTQ. Disana siswa diajarkan bagaimana cara membaca Al Quran yang baik dan benar…”. Demikian juga dengan pemaparan dari guru Pendidikan Agama Islam TBP pada (09/02/2016:11.21) beliau mengatakan: 70 “…untuk kedepanya kita juga akan mengadakan rokhis. Yaitu organisasi yang khusus menangani masalah keagamaan di sekolah. Agar nantinya kagiatan keagamaan di sekolah bisa terkontrol dengan baik…”. Fasilitas juga menjadi faktor maksimal atau tidaknya semua metode ataupun progam dalam pendidikan. Karena tanpa adanya sarana yang memadahi maka progam tidak akan dapat berjalan secara maksimal. e. Menjalin komunikasi dengan berbagai pihak Dalam melaksanakan agenda kegiatan baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat tentu saja banyak pihak yang terkait dan membatu demi kelancaran kegiatan yang ada. Maka hubungan yang baik antara semua lembaga menjadi sangat penting. Ketika semua pihak ikut terlibat maka akan meringankan pekerjaan sekaligus rasa solidaritas akan terbentuk. Tak lain hanya dengan suatu proses pendidikan. Berikut wawancara penaliti dengan wakil kepala sekolah SG pada (10/02/2016:09.19) beliau mengatakan: “Kita mengawasi yaa.. dengan memantau mas. kemudian memberi peringatan untuk anak yang melanggar, terus kita hukum kalau dengan peringatan tidak bisa. Kemudian bekerjasama dengan masyarakat. ketika anak diluar kita kan tidak tau apa yang mereka lakukan. Kita bekerjasama dengan orang tua dan 71 masyarakat utuk mengawasi anak. Ketika ada anak yang melanggar kita himbau untuk kesediaanya melapor kepada sekolah kemudian bisa kita tindak”. Pendapat ini sejalan dengan penuturan dari guru Pendidikan Agama Islam AK pada (09/02/2016:11.00). beliau mengatakan bahwa: “Iya. Untuk menjadi imam sholat kita juga ada jadwalnya dari bapak guru-guru yang ada di sini mas…”. Kemudian dedua pendapat itu di perkuat dengan penuturan dari guru Pendidikan Agama Islam yang lain TBP pada (09/02/2016:11.21) belau mengatakan: “Pasti mas. Karena tidak mungkin guru 1 mematau sekian ratus siswa. Pastinya guru lain juga ikut membantu lah meski hanya dengan membantu mengawasi”. Dari pemaparan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa. Manusia memang makhluk yang tidak bisa lepas dari orang lain. Manusia makhluk yang saling membutuhkan dalam segala urusan. Seperti yang telah di jelaskan dalam pemaparan diatas. 3. Permasalahan yang Dihadapi dalam Membina Akhlak Siswa SMP Negeri 1 Bandungan Dalam menjalankan suatu progam seseorang maupun lembaga pasti ada sesuatu yang menjadikan pendorong maupun penghambat progam itu. Demikian pula dengan pembinaan akhlak yang dilakukan 72 guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Bandungan. Berikut hal-hal yang menjadi penghambat pelaksanaan pembinaan akhlak siswa: a. Kurangnya minat dan kesaradan siswa Permasalahan utama yang menjadi kendala dalam pembinaan akhlak baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat adalah tentang persoalan minat dan kesadaran dari seseorang. seorang anak cenderung akan memilih hal-hal yang menyenangkan meski itu buruk, daripada hal-hal yang membosankan padahal itu baik untuk mereka. Contoh sederhana adalah ketika waktu istirahat di sekolah, seorang siswa akan memilih bermain dan tongkrong bersama dengan teman-temanya. Padahal hal itu belum tentu baik untuk mereka. Ada kegiatan lain yang sebenarnya bermanfaat untuk mereka. Membaca buku di perpustakaan, tadarus, atau sholat dhuha. Tetapi hal ini adalah sangat membosankan. Ini menjadi tugas bagi semua orang yang ada di lingkungan pendidikan. Bagaimana caranya merubah hal yang membosankan itu menjadi sesuatu yang asyik dan menyenangkan. Sehingga nantinya anak akan dengan sendirinya meninggalkan kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat. Berikut wawancara peneliti dengan wakil kepala sekolah SG pada (10/02/2016:09.17). beliau mengatakan: 73 “Mungkin.. kurang adanya kesadaran dari anak itu sendiri mas. Karena karekter dan latar belakang anak juga kan berbedabeda…”. Hal ini juga sejalan dengan pemaparan salah seorang siswa AM pada (20/02/2016:11.07) dia mengatakan: “…kadang ada yang cuma wudhu terus mengisi absen, kalo ditanya jawabnya sudah sholat, terus kalo infaq, ada yang cuma menutupi tanganya di atas kotak tapi tidak memasukan apa-apa”. Kesadaran siswa memang menjadi masalah yang mendasar bagi kelangsungan pembinaan akhlak pada seseorang. ketika anak belum menyadari akan apa yang baik dan apa yang tidak baik untuk dirinya. Maka pembinaan akhlak belum lah dapat maksimal dan pengawasan pun harus selalu ditingkatkan. b. Sarana yang kurang Guna menunjang keberhasilan guru agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa yaitu dengan adanya kegiatan-kegiatan yang diprogramkan khusus untuk pembinaan akhlak siswa. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa maksimal apabila sarana dan prasarananya cukup, namun apabila sarana dan prasarananya tersebut kurang maka kegiatan tersebut tidak akan berjalan dengan maksimal Berikut wawancara penulis dengan guru Pendidikan Agama Islam TBP pada (09/02/2016:11.21) beliau mengatakan: 74 “Belum sepenuhnya, tapi sebagian besar memang sudah ada. Al Quran yang untuk dibaca sehari-hari sebelum jam pelajaran kita juga masih belum ada, jadi kita masih mewajibkan untuk membawa dari rumah…”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh wakil kepala sekolah SG pada (10/02/2016:09.17) “…Untuk sarana kalau saya bilang mencukupi tapi belum sepenuhnya, bisa di bilang 90% lah. Karena namanya barang dipakai pasti ada yang rusak, ada yang tidak layak pakai dan sebagainya…”. Sarana juga menjadi faktor penunjang pembinaan akhlak. Apabila pembinaan akhlak dilakukan dengan dengan baik akan tetapi sarana tidak mendukung. Maka hasinya pun juga akan kurang maksimal. Berbeda dengan adanya sarana dan pembinaan yang baik maka akan lebih optimal hasil yang akan dicapai. c. Lingkungan Pergaulan anak diluar sekolah juga sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan akhlak mereka, karena ketika pergaulan mereka itu baik maka akan baik pula akhlaknya. Pengaruh dari pergaulan itu sangat cepat, apabila ada pengaruh yang buruk maka akan mambawa dampak yang buruk pula bagi anak. Besarnya pengaruh dari pergaulan di masyarakat tidak terlepas dari adanya norma dan kebiasaan yang ada, apabila kebiasaan yang ada di 75 lingkungan positif maka akan berpengaruh positif pula terhadap diri anak dan kebiasaan yang negatif dalam lingkungan masyarakat maka juga akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan anak. Berikut wawancara penulis dengan guru Pendidikan Agama Islam AK pada (09/02/2016:11.00) beliau mengatakan: “…Mungkin juga faktor lingkungan pergaulan yang kurang baik kemudian menjadi kebiasaan sehingga ada sebagian dari siswa yang perilakunya kurang baik dan ucapanya kotor”. Kemudian di perkuat dengan penuturan dari wakil kepala sekolah SG pada (10/02/2016:09.19): “… faktor keluarga juga berpengaruh mas. Karena anak yang terlahir dari keluarga seperti itu otomatis juga akan terpengaruh. Dan itu tidak bisa disalahkan karena itu profesi. Saya seorang guru maka pekerjaan saya adalah mendidik. Sedangkan mereka profesinya itu. Maka pekerjaanya adalah melayani orang yang butuh seperti itu. Dan itu semua masih legal dan tidak bisa disalahkan memang…”. Lingkungan juga merupakan faktor yang sangat penting untuk kelangsungan pembinaan akhlak. Khususnya adalah lingkungan pergaulan. Karena secara tidak langsung anak yang berada di dalam lingkungan yang baik maka akan ikut menjadi baik. demikian pula sebaliknya. 76 BAB IV PEMBAHASAN 4. Analisis keadaan sekolah SMP Negeri 1 Bandungan SMP Negeri 1 Bandungan adalah salah satu sekolah menengah pertama yang berada di wilayah Bandungan yang didirikan pada tahun 1994. Lokasi SMP Negeri 1 Bandungan juga sangat strategis untuk pembelajaran karena lokasinya yang mudah dijangkau oleh kendaraan. Baik kendaraan roda dua maupun roda empat. SMP negeri 1 Bandungan juga memiliki 42 tenaga pengajar yang sangat mumpuni dalam bidang akademik. Hal ini sangat efektif untuk menunjang proses pembelajaran yang ada di SMP Negeri 1 Bandungan. Sarana serta prasarana yang dimiliki SMP Negeri 1 Bandungan juga tergolong sangat lengkap. Karena hampir semua sarana prasarana guna menunjang pembelajaran Pendidikan Agama Islam sudah ada. Mulai dari mushola hingga peralatan untuk kegiatan ekstra rebana. Akan tetapi masih diperlukan adanya penambahan sarana dan prasarana yang lebih lengkap untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah. Seperti mushaf Al Quran hendaknya sekolah menyediakan secara khusus untuk dibaca pada saat sebelum jam pelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai. 77 5. Analisis Mengenai Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Bandungan Jumlah siswa SMP Negeri 1 Bandungan sampai tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 579 siswa. Mereka berasal dari berbagai daerah sekitar Bandungan dengan latar belakang yang berbeda dan adat istiadat yang berbeda pula. Akhlak mereka juga sangat berfariasi ada anak yang rajin, ada anak yang malas, ada anak yang pandai dan ada yang kurang pandai, ada anak yang baik dan juga ada anak yang nakal. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru. Karena anak yang baik akan lebih mudah diatur dari pada anak yang nakal. Secara umum akhlak siswa SMP Negeri 1 Bandungan sudah baik, ramah, juga sopan. Akan tetapi masih diperlukan adanya pembinaan akhlak karena masih ada sebagian siswa yang nakal, suka membolos saat jamaah sholat dzuhur, dan sering adanya perkataan kotor yang diucapkan. 6. Analisis Pelaksanaan Pembinaan Akhlak di SMP Negeri 1 Bandungan Dalam upaya membina akhlak siswa di SMP Negeri 1 Bandungan. Seorang guru Pendidikan Agama Islam menerapkan bebrapa metode. Diantaranya adalah: 78 f. Pemberian nasihat Nasihat merupakan suatu didikan dan peringatan yang diberikan berdasarkan kebenaran dengan maksud untuk menegur dan membangun seseorang dengan tujuan yang baik. Nasihat selalu bersifat mendidik. Dalam memberikan nasihat kepada orang lain seseorang harus memiliki kemampuan tertentu. Diantaranya adalah kemampuan untuk membedakan hal yang benar dan hal yang salah. Diantara bentuk nasihat yang dilakukan di SMP Negeri 1 Bandungan adalah: a. Nasihat yang dilakukan oleh guru PAI pada saat pembelajaran b. Nasihat yang disampaikan oleh ustadz ketika ada peringatan hari besar yang dilaksanakan di sekolah c. Nasihat yang diberikan oleh para guru saat do’a bersama menjelang ujuan. Pemberian nasihat yang dilakukan di SMP Negeri 1 Bandungan, dalam hal ini adalah nasihat secara umum yaitu pemberian nasihat untuk memotifasi siswa. Baik dalam pembelajaran, beribadah, berperilaku dan lain sebagainya. Contoh pemberian nasihat oleh guru Pendidikan Agama Islam ketika pembelajaran di dalam kelas adalah nasihat untuk memotifasi siswa supaya rajin belajar. Kemudian nasihat supaya menurut kepada orang tua dan guru. Serta nasihat dalam memilih teman dan pergaulan. 79 Nasihat oleh ustadz kepada siswa saat peringatan hari besar Islam seperti isra’ mi’raj dan maulid Nabi. Biasanya nasihat itu lebih ditekankan pada aspek keagamaan, diantaranya adalah nasihat agar tertib dalam beribadah, taat kepada Allah serta rasulnya, juga nasihat untuk hormat dan patuh terhadap orang tua dan guru. Menjelang ujian ada doa bersama yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandungan. Di ahir kegiatan biasanya kepala sekolah memberikan pengarahan untuk siswanya mengenai pelaksanaan ujian, juga memberikan nasihat supaya tidak mencontek saat ujian. Juga memotifasi agar siswa lebih rajin belajar. g. Membangun pembiasaan Pembiasaan adalah model pendidikan yang sifatnya memaksa. Akan tetapi hal ini dapat membentuk kesadaran apabila dilakukan berulang-ulang. Dalam membagun pembiasaan guru SMP Negeri 1 Bandungan melakukanya dengan: a. Membiasakan siswa untuk membaca Al Quran kurang lebih 10 menit setiap jam pelajaran Penddidikan Agama Islam. b. Membiasakan seluruh siswa untuk sholat berjamaah, yaitu dengan mengadakan sholat berjamaah di mushola sekolah. Imamnya adalah seluruh bapak guru muslim yang sudah terjadwal untuk menjadi imam. 80 c. Membiasakan untuk bersodaqoh, yaitu dengan cara mengadakan infaq setiap hari jumat yang di laksanakan sebelum jam pelajaran pertama dimulai di kelas masingmasing. d. Membiasakan berdo’a setiap sebelum melakukan pekerjaan, yaitu dengan mengadakan do’a bersama setiap hari sebelum pelajaran dimulai. Pembiasaan dengan membaca Al Quran setiap 10 menit sebelum pelajaran adalah bertujuan mengajarkan kepada siswa untuk mengenal Al Quran. Serta mengamalkan isi yang terkandung dalam Al Quran. Sekaligus untuk mengontrol sejauh mana siswa dapat membaca Al Quran. Pembiasaan sholat jamaah dimaksudkan untuk membangun kesadaran siswa akan pentingnya sholat berjamaah. Karena sholat sejatinya adalah kewajiban bagi setiap muslim. Infaq yang dilakukan setiap hari jumat adalah bertujuan untuk membentuk siswa yang peduli terhada sesama. Serta mau berbagi dengan orang lain. Serta manciptakan rasa syukur terhadap nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya. h. Kateladanan Tanggung jawab seorang guru tidaklah terbatas dalam memberikan pengetahuan kepada anak didik, akan tetapi seorang guru juga bertugas untuk mengembangkan pikiran, melatih anak 81 didiknya secara fisik dan juga jiwa sosialnya. Seorang guru adalah sebagai contoh terhadap siswa. Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik buruknya siswa. Jika seorang guru mempunyai sifat jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka dalam diri siswa akan tumbuh sifat kejujuran, terbentuk dengan akhlak yang mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatanperbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula sebaliknya jika guru adalah seorang pembohong, pengkhianat, orang yang kikir, penakut, dan hina, maka anak akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut, dan hina. Keteladanan yang diperlihatkan di SMP Negeri 1 Bandungan yaitu: a. Dalam hal kedisiplinan, seorang guru akan masuk sekolah dan mengisi presensi sebelum jam 7 pagi. Hal ini dilakukan untuk menjadi contoh bagi siswa agar tidak ada yang masuk sekolah terlambat. b. Dalam hal ibadah, seorang guru Pendidikan Agama Islam walaupun tidak memerintahkan siswa untuk sholat dhuha, akan tatapi mereka melaksanakanya. Hal ini agar perbuatanya itu bisa ditiru oleh siswa. 82 c. Perilaku dan sopan santun, selama di sekolah seorang guru laki-laki maupun perempuan berpakaian bertutur kata sopan layaknya seorang guru. Hal ini dilakukan agar siswa menirukan dan tidak mengeluarkan bajunya saat di sekolah. Teladan memang progam pendidikan yang sangat efektif. Karena siswa akan melihat seorang guru bukan hanya dari tutur katanya saja. Akan tetapi tingkah laku akan menjadi pertimbangan. Jika seorang guru memerintahkan untuk sholat dhuha, tetapi ia sendiri tidak pernah melakukan maka perintahnya hanya menjadi omongan yang didengar siswa, bukan untuk dilaksanakan. i. Ketersediaan fasilitas yang mendukung Guna menunjang keberhasilan guru agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa yaitu dengan adanya kegiatan yang diprogramkan khusus untuk pembinaan akhlak siswa. Kegiatankegiatan tersebut bisa berjalan efektif apabila sarana dan prasarananya memadahi, namun apabila sarana dan prasarananya tersebut kurang maka kegiatan tersebut tidak akan berjalan dengan maksimal. Dalam konteks ini faslitas yang dimaksud adalah kegiatan yang dilaksanakan sebagai progam pendukung terlaksananya progam pembinaan akhlak. Fasilitas yang ada di SMP Negeri 1 Bandungan memang tergolong mencukupi. Karena hampir semua kegiatan keagamaan dilaksanakan diantaranya adalah: 83 a. Ektra BTQ yang dilaksanakan setiap hari rabu. Dengan dibimbing oleh guru Pendidikan Agama Islam serta siswa senior yang lebih pandai dalam membaca Al Quran. b. Peringatan hari besar seperti maulid Nabi. Dilaksanakan untuk mengenalkan siswa kepada Nabi Muhammad. Agar siswa dapat meniru serta beriman kepada Nabinya. c. Peringatan Isra’ Mi’raj. Untuk mengenalkan kekuasaan Allah yang di berikan kepada Nabi, sekaligus menganalkan dasar perintah sholat kepada umat muslim d. Rohis. Yaitu organisasi yang bertugas menangani kegiatan keagamaan di sekolah. Dengan harapan akan adanya lebih banyak kegiatan keagamaan. sehingga tercipta suasana sekolah yang religius j. Menjalin komunikasi dengan berbagai pihak Dalam melaksanakan agenda kegiatan di sekolah tentu saja banyak pihak yang terkait dan membatu demi kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan. Maka hubungan yang baik antara semua lembaga menjadi sangat penting. Ketika semua pihak ikut terlibat maka akan meringankan pekerjaan sekaligus rasa solidaritas akan terbentuk. Diantara komunikasi yang dilakukan SMP Negeri 1 Bandungan yaitu: 84 a. Dengan orang tua siswa. Pada saat penerimaan raport di akhir semester. Melalui orang tua siswa guru menghimbau untuk lebih memperhatikan dalam pendidikan anak dirumah. Supaya terjadi kesinambungan antara pendidikan di sekolah dengan pendidikan di lingkungan keluarga. b. Dengan perangkat desa, yaitu dengan bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan keagamaan. Dengan cara mengundang perangkat desa setempat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan sekolah. c. Dengan masyarakat. Menjalin kerjasama dengan masyarakat dilakukan untuk membantu mengontrol akhlak siswa ketika di luar lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan melalui himbauan kepada masyarakat pada saat sekolah mengadakan acara keagamaan yang di buka untuk umum. 7. Analisis Permasalahan yang Dihadapi dalam Membina Akhlak Siswa SMP Negeri 1 Bandungan Berikut hal-hal yang menjadi penghambat pelaksanaan pembinaan akhlak siswa: d. Kurangnya kesaradan siswa Permasalahan utama yang menjadi kendala dalam pembinaan akhlak baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat adalah tentang persoalan minat dan kesadaran dari seseorang. seorang anak cenderung akan memilih hal-hal yang menyenangkan meski 85 itu buruk, daripada hal-hal yang membosankan padahal itu baik untuk mereka. Diantara kurangnya kesadaran siswa adalah dalam hal: a. Kedisiplinan. Dalam hal kedisiplinan siswa SMP Negeri Bandungan terbilang cukup baik. Akan tetapi masih ada diantara siswa yang datang ke sekolah terlambat, b. Keagamaan. Diatara siswa yang dengan tertib melaksanakan sholat jamaah, masih ada sebagian siswa yang membolos dan tidak melaksanakan sholat berjamaah. Dalam berinfaq sebagian siswa juga ada yang tidak mengisi infaq c. Dalam sopan santun. Masih ada sebagian siswa yang kurang sopan dalam bertutur kata bahkan kata yang tidak pantas di ucapkan seorang siswa masih sering terdengar. Dalam berpakaian ada sebagian siswa yang sengaja mengeluarkan bajunya saat di sekolah e. Sarana yang kurang Guna menunjang keberhasilan guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa yaitu dengan adanya kegiatankegiatan yang diprogramkan khusus untuk pembinaan akhlak siswa. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa maksimal apabila sarana dan prasarananya mencukupi, namun apabila sarana dan prasarananya tersebut kurang mencukupi maka kegiatan tidak akan berjalan dengan maksimal. 86 Sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 1 Bandungan terbilang sudah mencukupi untuk sarana kegiatan pembelajaran. Tetapi masih ada sebagian saranan yang kurang. Diantaranya adalah: a. Kurangnya mushaf Al Quran. Sehingga untuk membaca Al Quran setiap sebelum mulai jam pelajaran Pendidikan Agama Islam, siswa diwajibkan untuk membawa mushaf sendirisendiri dari rumah. b. Mushola yang terlalu sempit. Mushola yang terlalu sempit menyebabkan pelaksanaan sholat berjamaah harus dilakukan secara bergantian. f. Lingkungan Selain lingkungan keluarga dan lingkungan sokolah. Lingkungan masyarakat juga menjadi lembaga pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap akhlak dan perilaku anak. ketika pergaulan lingkungan mayarakat mereka baik maka akan baik pula akhlaknya. Diantara faktor lingkungan yang menjadi penghambat pembinaan akhlak adalah: a. Banyaknya tempat karaoke di sekitar lokasi sekolah. b. Banyaknya hotel yang dibuka untuk umum c. Banyaknya warung yang menyediakan minum-minuman keras ilegal. 87 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah adanya pembahasan dan dilakukanya analisis mulai dari bab I sampai dengan bab IV, guna menjawab pokok permasalahan yang ada dalam penelitian. maka ada beberapa hal yang menjadi garis besar sebagai kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu: 1. Upaya yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa SMP Negeri 1 Bandungan diantaranya: pemberian nasihat, membangun pembiasaan, keteladanan, ketersediaan fasilitas yang mendukung, dan komunikasi dengan semua pihak. 2. Kendala yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam, diantaranya adalah: kurangnya kesadaran dari siswa, sarana yang kurang, serta pengaruh dari lingkungan pergaulan. Dengan demikian, upaya yang dilakuka guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa SMP Negeri 1 Bandungan cukup baik. Akan tetapi masih diperlukan adanya peningkatan demi tercapainya pendidikan akhlak yang lebih baik lagi. B. Saran-saran Berdasarkan permasalahan yang telah dibahas dalam skripsi ini, tentang upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa SMP Negeri 1 Bandungan. maka peneliti sedikit menyampaikan saran sebagai berikut: 88 1. Bagi guru Untuk guru Pendidikan Agama Islam maupun guru umum, hendaknya meningkatkan kerjasama dalam membina akhlak siswa sekaligus dalam mengawasi akhlak siswa. Supaya akhlak siswa dapat terkontrol dengan baik. Juga kegiatan-kegiatan keagamaan hendaknya lebih ditingkatkan untuk memfasilitasi anak didik yang ingin memperdalam ilmu-ilmu keagamaan. Seperti tilawah Al Quran, rabana, dan kegiatankegiatan lainya yang dapat meningkatkan motivasi siswa untuk berakhlak Islami. 2. Bagi lembaga Ketersediaan sarana dan prasarana hendaknya lebih ditingkatkan. Hal ini guna memaksimalkan pelaksanaan pembinaan akhlak yang dilakukan di sekolah. Karena kurangnya sarana dan prasarana yang ada secara tidak langsung akan mempengaruhi jalanya proses pembinaan akhlak. Dan sebaliknya sarana dan prasarana yang lengkap akan sangat mendukung kelancaran prosesnya. 3. Bagi siswa Hendaknya siswa lebih bisa menentukan apa yang baik untuk dirinya serta apa yang tidak baik untuk dirinya. Karena kelangsungan masa depan siswa besok bergantung pada perilaku siswa hari ini. Maka apabila seorang siswa hari ini bisa memilih hal yang baik, maka kedepan ia juga akan lebih baik. Tetapi bila siswa memilih hal yang buruk maka masa depanya pun juga belum tentu kejelasanya. 89 Bentengilah diri kalian dengan akhlak mulia. Karena dengan akhlak yang mulia siapapun dan dimanapun pasti akan diterima oleh masyarakat. Sebaliknya dengan akhlak yang buruk seseorang pasti akan dikucilkan bahkan lebih dari itu akan dianggap sampah oleh masyarakat. 90 DAFTAR PUSTAKA Asmaran. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Budiningsih, Asri. 2004. Perkembangan Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta. Daradjat, Zakia. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Daud, Mohammad. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam Keluarga. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Halim, Nipan Abdul. 2000. Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Kasiram, Muh. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN Maliki Press. Mahmud, Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press. Mar’at, Samsunuwiyati. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosdakarya. Moleong, Lexi J. 2011. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Muhaimain. 2008. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhaimin Azzet, Akhmad. 2011. Menjadi Guru Faforit. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Mulyana, deddy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muyaharjo, Redja. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Nata, Abuddin. 2002. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Nurdin, Muhammmad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: AR. Ruzz Media Group Nurdin, Syafruddin. 2002. Guru Profesional dan Implementasi kurikulum. Jakarta: Ciputat Press. 91 Putra, Nusa. 2012. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Lkis. Singgih dan yulia. 2012. Psikologi untuk Muda Mudi. Jakarta: Libri. Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif R & D. Bandung: Alfa Beta. Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Suparta, Munzier. 2006. Metode Dakwah. Jakarta: Prenanda Media Syafaat, aat. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Press. Syam, Nur. 2014. Akidah Akhlak. Jakarta: Departemen Agama Tim Penyusun Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Zulkifli. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 92