1 PENENTUAN STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI ANNISA NAZILA DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 iii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Struktur Modal yang Optimum Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2014 Annisa Nazila H24100104 iv ABSTRAK ANNISA NAZILA. Penentuan Struktur Modal Yang Optimum Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di BEI. Dibimbing oleh FARIDA RATNA DEWI Semakin ketatnya persaingan bisnis seiring dengan perkembangan perekonomian menuntut perusahaan untuk melakukan pengembangan perusahaan atau ekspansi. Suatu perusahaan harus mempunyai struktur modal yang optimal agar dapat bertahan dalam industri. Kombinasi struktur modal ini akan mempengaruhi biaya modal yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Struktur modal dikatakan optimal apabila memiliki biaya modal yang rendah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis penetapan struktur modal yang optimal pada perusahaan dalam industri makanan dan minuman. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan PT Mayora Indah Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang diolah dengan menggunakan metode perhitungan cost of capital (COC) dan Weight Average Cost of Capital (WACC). Hasil penelitian didapatkan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk sudah memiliki struktur modal yang optimal. Kata Kunci : capital structure, cost of capital, food and beverage company, company value ABSTRACT ANNISA NAZILA. Determination of Optimum Capital Structure In The Food And Beverage Company Registered In BEI. Supervised by FARIDA RATNA DEWI Increasing competition in the business in line with the economic development requires the company to undertake the development or expansion of the company. A company must have an optimal capital structure in order to survive in the industry. The combination of this capital structure will affect the cost of capital to be issued by the company. If the optimal capital structure is said to have a low capital cost. This study was conducted to analyze the determination of an optimal capital structure in companies in the food and beverage industry. The data used are secondary data obtained from the financial statements of PT Mayora Indah Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, and PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk are processed using the method of calculating the cost of capital (COC) and Weight Average Cost of Capital (WACC). The results showed that PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk and PT Indofood Sukses Makmur Tbk already have an optimal capital structure. Keywords : capital structure , cost of capital , food and beverage company, company value v PENENTUAN STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI ANNISA NAZILA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 vi vii Judul Skripsi : Penentuan Struktur Modal yang Optimum Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Nama : Annisa Nazila NIM : H24100104 Disetujui oleh Farida Ratna Dewi, SE, MM Pembimbing Diketahui oleh Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen Tanggal Lulus : viii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 ini ialah struktur modal, dengan judul Penentuan Struktur Modal yang Optimum Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi selaku pembimbing. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak dan Ibu serta Kaka Penulis, yaitu Untung Nazaruddin, Asmawati, dan Raisa Nazila atas segala doa dan kasih sayangnya, serta terima kasih kepada seluruh keluarga, teman-teman Manajemen angkatan 47, dosen dan staf Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan saat ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, April 2014 Annisa Nazila ix DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu METODE 3 4 4 Kerangka Pemikiran Penelitian 4 Lokasi dan Waktu Penelitian 5 Pengumpulan Data 6 Pengolahan dan Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Modal Analisis Biaya Modal 7 7 10 Biaya Utang 10 Biaya Saham Biasa 12 Biaya Saham Preferen 14 Perhitungan Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) 16 Struktur Modal Optimal 17 SIMPULAN DAN SARAN 19 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 22 RIWAYAT HIDUP 27 x DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Komposisi struktur modal perusahaan Biaya utang perusahaan Biaya saham biasa perusahaan Biaya saham preferen perusahaan Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) Hasil perhitungan WACC rata-rata Hasil perhitungan nilai perusahaan Hasil perhitungan nilai perusahaan rata-rata 8 10 12 14 16 17 17 18 DAFTAR GAMBAR 1. Pertumbuhan nilai tambah industri pengolahan 2. Kerangka pemikiran penelitian 1 5 DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. Komposisi struktur modal PT Mayora Indah Tbk Komposisi struktur modal PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk Komposisi struktur modal PT Indofood Sukses Makmur Tbk Komposisi struktur modal PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 5. Perhitungan return on equity PT Mayora Indah Tbk 6. Perhitungan pertumbuhan dividen PT Mayora Indah Tbk 7. Perhitungan return on equity PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk 8. Perhitungan pertumbuhan dividen PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk 9. Perhitungan return on equity PT Indofood Sukses Makmur Tbk 10. Perhitungan pertumbuhan dividen PT Indofood Sukses Makmur Tbk 11. Perhitungan return on equity PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 12. Perhitungan pertumbuhan dividen PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 13. Perhitungan nilai perusahaan 14. Perhitungan nilai buku 22 22 23 23 24 24 24 24 24 25 25 25 25 26 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan salah satu sub sektor dari industri pengolahan (non migas) yang bergerak di bidang makanan dan minuman. Industri ini dianggap paling menjanjikan karena dibandingkan dengan industri kreatif lain, industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan nilai tambah yang sangat pesat dan diyakini akan terus mengalami kenaikan pada tahun-tahun mendatang. Nilai tambah ini merupakan suatu cara untuk mengukur profitabilitas operasi perusahaan. Berikut Gambar 1 yang menunjukkan pertumbuhan nilai tambah industri makanan dan minuman. Gambar 1 Pertumbuhan nilai tambah industri pengolahan (BPS 2013) Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan untuk memperoleh laba dan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Semakin ketatnya persaingan bisnis seiring dengan perkembangan perekonomian menuntut perusahaan untuk melakukan pengembangan perusahaan atau ekspansi serta memanfaatkan peluang yang ada agar perusahaan dapat mencapai tujuannya danterus bertahan dalam bisnis. Namun, hal ini membutuhkan modal yang sangat besar untuk mendanai berbagai aktivitas operasional dan pengembangan perusahaan. Perusahaan makanan dan minuman harus mempunyai struktur modal yang optimal dimana kombinasi dari struktur modal merupakan hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena akan mempengaruhi biaya modal (cost of capital) yang dikeluarkan oleh perusahaan. Jika suatu perusahaan mempunyai biaya modal yang rendah, maka dapat dikatakan struktur modal perusahaan tersebut sudah optimal. 2 Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yang salah satunya adalah Indeks Kompas 100. PT Mayora Tbk, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Kompas100. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah: a) Bagaimana struktur modal pada perusahaan dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di Indeks Kompas100? b) Bagaimana nilai Cost of Capital pada perusahaan dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di Indeks Kompas100? c) Bagaimana Penetapan Struktur Modal yang optimal pada perusahaan dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di Indeks Kompas100? Tujuan Penulisan Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a) Mengetahui struktur modal pada perusahaan dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di Indeks Kompas100 b) Menganalisis nilai Cost of Capital pada perusahaan dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di Indeks Kompas100 c) Menganalisis penetapan struktur modal yang optimal pada perusahaan dalam industri makanan dan minuman yang terdaftar di Indeks Kompas100 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat sebagai masukan bagi berbagai pihak yang membutuhkannya, antara lain adalah sebagai berikut: a) Bagi pihak manajemen dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan besarnya sumber dana yang diperlukan (baik dari pinjaman ataupun ekuitas) dalam membiayai aktivitas operasional perusahaan b) Bagi para pemakai laporan keuangan (terutama investor dan kreditor) dalam rangka menilai kinerja perusahaan yang tercermin dalam struktur modal, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan mengalokasikan dana 3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berfokus pada penentuan struktur modal yang optimal dilihat dari nilai Cost of Capital pada Industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI. Perusahaan pada Industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI sebanyak 15 perusahaan, namun peneliti hanya memfokuskan pada perusahaan yang terdaftar juga di Kompas100 yaitu sebanyak empat perusahaan. Data yang digunakan adalah data selama empat tahun dari tahun 2009 hingga 2012. TINJAUAN PUSTAKA Struktur Modal Struktur modal adalah gambaran proporsi antara modal yang dimiliki suatu perusahaan yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri yang merupakan suatu metode pembiayaan permanen suatu perusahaan. Struktur modal dalam suatu perusahaan sangat berkaitan dengan keputusan pembiayaan suatu proyek investasi. Keputusan struktur modal yang buruk dapat menimbulkan biaya modal yang tinggi sehingga akan mengurangi profit. Keputusan struktur modal yang efektif dapat membuat biaya modal menjadi rendah, sehingga profit dan nilai perusahaan akan meningkat. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik atau optimum (Suad dan Pujiastuti 2002). Biaya Modal Menurut Sundjaja dan Inge (2003), Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahankan nilai pasar sahamnya. Biaya modal juga dapat dianggap sebagai tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) adalah rata-rata berbagai sumber dana yang digunakan oleh perusahaan. Sumber dana ini disebut “komponen modal”. Komponen modal dapat termasuk dana-dana yang terdiri dari utang, saham preferen, laba ditahan, dan saham biasa (Margaretha 2011). 4 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk kepada penelitian terdahulu mengenai Analisis Optimasi Struktur Modal. Skripsi yang disusun oleh Mardyaningsih (2012) berjudul Analisis Optimasi Struktur Modal pada PT. PUSRI (Persero). Dalam menganalisis perusahaan, peneliti menggunakan Analisis Rasio dan Analisis Trend. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan kondisi keuangan perusahaan tergolong baik. Dengan meggunakan analisis regresi dan korelasi menunjukkan variabel utang jangka panjang dan variabel laba bersih memiliki hubungan positif dan variabel utang jangka panjang mempengaruhi variabel laba bersih. Dari aspek optimasi struktur modal, struktur modal yang paling optimal terjadi dengan rasio utang sebesar 20% dan 80% ekuitas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Soleh (2009) dengan judul Analisis Penetapan Struktur Modal yang Optimal Untuk Meningkatkan Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada P.T. Indofood Sukses Makmur Tbk dan anak perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI)). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa biaya utang perusahan berfluktuasi dari tahun 2005-2007 yaitu sebesar 9,12%, 14,29%, dan 10,74%. Selain itu WACC perusahaan juga mengalami peningkatan dari tahun 2005-2007 yaitu sebesar 6,901%, 10,785%, dan 13,111%. Strukur modal optimal pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk terjadi pada tahun 2005 yaitu ketika WACC sebesar 6,901%. Sedangkan nilai perusahaan terbesar terjadi pada tahun 2007, namun peningkatan nilai perusahaan ini tidak diikuti dengan struktur modal yang optimal. Untuk tahun 2008, diproyeksikan struktur modal yang optimal terjadi pada komposisi utang 44% dan modal sendiri 56% dengan WACC sebesar 14,886%. METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Pasar modal merupakan penghubung antara investor dengan perusahaan melalui perdagangan instrumen jangka panjang. Modal yang ditanamkan oleh investor pada suatu perusahaan di pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja, dan lain-lain. Penelitian ini diawali dengan penentuan perusahaan yang termasuk dalam Industri Makanan dan Minuman yang terdaftar di Indeks Kompas 100 yaitu PT Mayora Tbk, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. Selanjutnya, menganalisis struktur modal dari keempat perusahaan tersebut dengan melihat komposisi modal seperti common stock, preferred stock, dan debt pada laporan keuangan perusahaan. Lalu, dilakukan perhitungan biaya modal dari elemen struktur modal tersebut dengan menggunakan metode perhitungan Cost of Capital (COC) dan Weight Average Cost of Capital (WACC). Hasil perhitungan tersebut digunakan untuk mengetahui komposisi modal yang tepat agar setiap 5 perusahaan memiliki struktur modal yang optimum. Hasil penelitian ini selanjutnya akan direkomendasikan kepada setiap perusahaan agar dapat mengimplementasikan struktur modal yang optimum sehingga keuntungan perusahaan akan meningkat. Selain itu, akan direkomendasikan pula kepada investor sebagai bahan pertimbangan untuk menanamkan modal atau berinvestasi pada salah satu perusahaan tersebut. Pasar Modal Investor Perkembangan Industri Makanan dan Minuman (Indeks Kompas 100 : PT. Mayora Indah Tbk, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk) Cost of Capital (COC) Capital Structure Preferred Stock Debt Common Stock Cost of Preffered Stock Cost of Debt Cost of Common Stock COC & WACC Struktur Modal yang Optimal Rekomendasi Ket : = Alat Analisis Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data di Indeks Kompas 100, dengan objek penelitian adalah empat perusahaan dari Industri Makanan dan Minuman yaitu PT Mayora IndahTbk, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. dengan menggunakan laporan keuangan selama empt tahun yaitu 2009-2012. Penelitian 6 ini dilakukan selama empat bulan pada bulan November 2013 sampai Februari 2014. Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2003). Data yang dikumpulkan berupa data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan PT. Mayora Tbk (MYOR), PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA), skripsi terkait, tesis terkait, dan internet. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif menggunakan Microsoft Office Excel 2007. Alat analisis struktur modal optimal perusahaan menggunakan analisis biaya modal dan analisis biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) a. Analisis Biaya Modal Perhitungan biaya modal terdiri dari perhitungan biaya utang, biaya saham biasa, biaya saham preferen. 1. Biaya Utang Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Ki = Kd x (1-T) ........................................................................................... (1) Dimana: Ki = Biaya hutang setelah pajak Kd = Beban bunga T = Tingkat pajak 2. Biaya Saham Preferen Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Kp = Dp ..................................................................................................... (2) Pp Dimana: Kp = Biaya saham preferen Dp = Dividen saham preferen Pp = Harga saham preferen 3. Biaya Saham Biasa Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Kc = + g ................................................................................................. (3) g = ROE X b ............................................................................................... (4) b= ................................................................................................ (5) 7 Dimana : D = Deviden P = Harga per lembar saham g = Tingkat pertumbuhan ROE = EAT / Total Ekuitas D/EPS = Dividen Payout Ratio b = Retention Ratio b. Analisis Biaya Modal Rata-Rata Terimbang (WACC) Setelah menghitung biaya per komponen pendanaan perusahaan, selanjutnya akan diberikan bobot untuk tiap sumber pedanaan sesuai dengan standar, kemudian menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Jadi, biaya modal keseluruhan perusahaan dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang = Ki (w i ) + Kp (w p ) + Kc (w e ) ................... (6) Dimana : K i = Biaya Hutang w i = Bobot Hutang Kp = Biaya Saham Preferen w p = Bobot Saham Preferen Kc = Biaya Saham Biasa w e = Bobot Saham Biasa HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Modal Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan yang dapat diartikan sebagai pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2011), sedangkan struktur modal menurut Sawir (2004) merupakan bauran sumber pendanaan permanen yang digunakan perusahaan. Analisis struktur modal penting digunakan untuk mengetahui perkembangan komposisi struktur modal yang digunakan oleh perusahaan makanan dan minuman yaitu PT. Mayora Tbk (MYOR), PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT. Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA). Berdasarkan analisis ini, dapat diketahui komposisi komponen pembentuk struktur modal yang digunakan dalam aktivitas perusahaan. 8 Tabel 1 Komposisi struktur modal perusahaan Komponen Struktur Modal Perusahaan Tahun Utang Jangka Saham Saham Panjang Biasa Preferen 2009 37,22% 60,58% 2,20% 2010 41,69% 56,52% 1,79% MYOR 2011 46,69% 51,96% 1,35% 2012 49,58% 49,17% 1,25% Rata-Rata 43,80% 54,56% 1,65% 2009 43,392% 55,576% 0,858% 2010 49,436% 49,338% 1,226% AISA 2011 31,04% 66,76% 2,20% 2012 21,96% 66,21% 11,83% Rata-Rata 36,46% 59,51% 4,03% 2009 40,52% 38,98% 20,50% 2010 27,11% 49,23% 23,66% INDF 2011 15,14% 52,07% 32,79% 2012 19,59% 49,95% 30,46% Rata-Rata 25,59% 47,56% 26,85% 2009 1,88% 77,25% 20,87% 2010 0,05% 95,22% 4,73% ICBP 2011 1,03% 94,41% 4,56% 2012 4,79% 90.67% 4,54% Rata-Rata 1,94% 89,39% 8,67% Sumber : Data diolah (2013) Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa PT Mayora Indah Tbk menggunakan 37,22% utang jangka panjang, 60,58% saham biasa, dan 2,20% saham preferen sebagai struktur modalnya. Pada tahun 2010 - 2012, perusahaan menambah modal dari ketiga komponen modalnya, namun pada tahun 2010 perusahaan menambah modal melalui pinjaman ke bank hampir 100% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 698.039.294.140 menjadi 1.138.365.552.402, sehingga mengubah komposisi struktur modal menjadi 41,69% utang jangka panjang, 51,96% saham biasa, dan 1,35% saham preferen. Kemudian, perusahaan kembali meningkatkan modalnya lebih banyak menggunakan utang ke bank dibandingkan komponen lain sehingga struktur modal perusahaan pada tahun 2011 menjadi 46,69% utang jangka panjang, 51,96% saham biasa, dan sisanya 1,35% saham preferen. Di tahun 2012, perusahaan menambah utang jangka panjangnya dengan cara menerbitkan Sukuk Mudharabah senilai Rp250.000.000.000, sehingga menyebabkan komposisi struktur modal perusahaan berubah menjadi 49,58% utang jangka panjang, 49,17% saham biasa, dan 1,25% saham preferen. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sumber modal yang berasal dari utang jangka panjang pada PT Mayora Indah Tbk mengalami kenaikan dari tahun ke tahun untuk keperluan pengembangan fasilitas dan kapasitas produksi guna memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat baik di pasar lokal maupun ekspor. 9 Pada PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk lebih banyak menggunakan saham biasa dibandingkan utang jangka panjang dan saham preferen dalam menjalankan usahanya. Pada tahun 2009, perusahaan menggunakan 43,392% utang jangka panjang, 55,576% saham biasa, dan 0,858% saham preferen sebagai struktur modalnya. Lalu pada tahun 2010, perusahaan menambah pinjaman dana ke bank menjadi sebesar Rp576.900.000.000 dari sebelumnya sebesar Rp496.357.000.000, perusahaan juga menambah modal menggunakan saham preferen menjadi sebesar Rp 14.306.000.000, namun perusahaan mengurangi penggunaan modal dari saham biasa menjadi sebesar Rp 575.763.000.000 dari yang sebelumnya sebesar Rp 633.194.000.000 sehingga merubah komposisi struktur modalnya menjadi 49,436% utang jangka panjang, 49,338% saham biasa, dan 1,226% saham preferen. Perusahaan mempunyai 2 jenis saham biasa yaitu saham seri A dengan nilai nominal Rp 500 dan saham seri B dengan nilai nominal Rp 200. Pada tahun 2011, modal yang ditempatkan dan disetor penuh pada saham seri B mengalami kenaikan dari tahun 2010, sehingga menyebabkan modal yang berasal dari saham biasa meningkat menjadi sebesar Rp 1.774.462.000.000. Hal ini menyebabkan perubahan komposisi struktur modal pada tahun 2011 menjadi 31,04% utang jangka panjang, 66,76% saham biasa, dan 2,20% saham preferen, sedangkan pada tahun 2012, penggunaan modal yang berasal dari saham preferen mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp308.263.000.000, sedangkan komponen lain mengalami penurunan, menyebabkan struktur modal perusahaan menjadi sebesar 21,96% utang jangka panjang, 66,21% saham biasa, dan 11,83% saha preferen. Pada tahun 2009, sumber modal PT Indofood Sukses Makmur Tbk didominasi oleh penggunaan utang jangka panjang sebesar 40,52%, lalu diikuti saham biasa sebesar 38,98%, dan saham preferen sebesar 20,50%. Pada tahun 2010, modal yang berasal dari saham biasa dan saham preferen mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp 16.784.671.000.000 pada saham biasa dan Rp 8.068.167.000.000 pada saham preferen, sedangkan modal yang berasal dari utang jangka panjang turun menjadi Rp 9.243.089.000.000, sehingga komposisi struktur modal perusahaan mengalami perubahan menjadi 27,11% utang jangka panjang, 49,23% saham biasa, dan 23,66% saham preferen. Kenaikan dari saham biasa dan saham preferen serta penurunan dari utang jangka panjang tersebut terjadi pula pada tahun 2011, sehingga menyebabkan perubahan komposisi struktur modal menjadi 15,14% utang jangka panjang, 52,07% saham biasa, dan 32,79% saham preferen. Kenaikan modal yang berasal dari saham biasa dan saham preferen ini digunakan untuk mengurangi utang dan memperkuat posisi keuangan perusahaan. Sedangkan pada tahun 2012, perusahaan menerbitkan kembali obligasi dan sukuk ijarah yang digunakan untuk membayar utang obligasi sebelumnya sehingga menyebabkan kenaikan pada komposisi utang jangka panjang dan penurunan pada komposisi saham biasa dan saham preferen pada struktur modal menjadi 19,59% utang jangka panjang, 49,95% saham biasa, dan 30,46% saham preferen. Pada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, sumber modal perusahaan didominasi oleh penggunaan saham biasa. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2009, modal yang digunakan berasal dari saham biasa mencapai 77,25% dan sisanya 1,88% utang jangka panjang serta 20,87% saham preferen. Tahun 2010, utang jangka panjang perusahaan menurun karena perusahaan telah melakukan pembayaran sebagian utangnya dan modal yang berasal dari saham biasa 10 meningkat akibat meningkatnya saham biasa yang ditawarkan, sehingga komposisi struktur modal perusahaan berubah menjadi 0,05% utang jangka panjang, 95,22% saham biasa, dan 4,73% saham preferen. Kemudian, tahun berikutnya utang jangka panjang perusahaan meningkat menjadi Rp 111.932.000.000 dari tahun sebelumnya sebesar Rp 4.958.000.000 sehingga komposisi utang jangka panjang pada tahun 2011 naik sebesar 0,98% menjadi 1,03%. Perusahaan pun kembali meningkatkan pinjaman jangka panjang sehingga komposisi struktur modal perusahaan pada tahun 2012 menjadi 4,79% utang jangka panjang, 90,67% saham biasa, dan 4,54% saham preferen. Peningkatan utang jangka panjang ini terjadi akibat bertambahnya kebutuhan dana perusahaan. Analisis Biaya Modal Biaya modal harus dihitung berdasarkan suatu basis setelah pajak karena arus kas setelah pajak adalah yang paling relevan untuk keputusan investasi (Sundjaja dan Inge 2003) Biaya Utang Biaya utang menurut Mardiyanto (2009) merupakan tingkat bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan atas modal pinjaman yang dilakukan perusahaan.Tarif pajak penghasilan perusahaan yang digunakan untuk menghitung biaya utang ini didasarkan pada UU No. 36 Tahun 2008 dimana wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap sebesar 28%, sedangkan pada tahun 2010, tarif pajak menjadi 25%. Untuk wajib pajak dalam perseroan terbuka dapat memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ketentuan tersebut jika 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu tarif pajak yang digunakan dalam perhitungan yaitu sebesar 23% pada tahun 2009 dan 20% pada tahun 2010 - 2012 Tabel 2 Biaya utang perusahaan Perusa- Tahun haan MYOR AISA INDF 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 Beban Bunga Utang Jangka Panjang 98.183.758.504 698.039.294.140 87.782.627.557 1.138.365.552.402 123.856.315.729 2.123.950.655.617 223.360.619.855 3.016.731.216.288 59.928.000.000 496.357.000.000 87.207.000.000 576.900.000.000 112.969.000.000 825.006.000.000 134.273.000.000 572.363.000.000 1.541.264.000.000 10.556.859.000.000 1.171.698.000.000 9.243.089.000.000 936.060.000.000 5.640.992.000.000 Kd Tarif Pajak 14,07% 7,71% 5,83% 7,40% 12,07% 15,12% 13,69% 23,46% 14,60% 12,68% 16,59% 23% 20% 20% 20% 23% 20% 20% 20% 23% 20% 20% Ki= Kd* (1-T) 10,83% 6,17% 4,67% 5,92% 9,30% 12,09% 10,98% 18,77% 11,24% 10,14% 13,28% 11 Lanjutan Tabel 2 Perusa- Tahun haan INDF ICBP 2012 2009 2010 2011 2012 Beban Bunga Utang Jangka Panjang Kd Tarif Pajak 1.082.297.000.000 3.510.000.000 471.010.000 10.073.880.000 51.240.805.000 8.316.047.000.000 31.200.000.000 4.958.000.000 111.932.000.000 602.833.000.000 13,01% 11,25% 9,5% 9% 8,5% 20% 23% 20% 20% 20% Ki= Kd* (1-T) 10,41% 8,66% 7,6% 7,20% 6,80% Sumber : data diolah (2013) Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa dari tahun 2009 sampai 2011 biaya utang PT Mayora Indah Tbk mengalami penurunan dan kembali meningkat pada tahun 2012. Pada tahun 2009, biaya utang perusahaan sebesar 10,83%. Pada tahun 2010, beban bunga perusahaan turun menjadi Rp 87.782.627.557 dari tahun sebelumnya sebesar Rp 98.183.758.504, sehingga biaya utang perusahaan turun menjadi 6,17%, sedangkan pada tahun 2011, meskipun beban bunga dan total utang jangka panjang perusahaan mengalami kenaikan, namun biaya utang perusahaan mengalami penurunan menjadi 4,67% atau turun 1,5% dari tahun 2010. Kemudian, pada tahun 2012 biaya utang naik sebesar 1,25% menjadi menjadi 5,92%, hal ini dapat disebabkan oleh adanya kenaikan yang cukup besar pada beban bunga dan total utang jangka panjang perusahaan. Pada PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, biaya utang perusahaan mengalami naik turun. Pada tahun 2009 biaya utang perusahaan adalah sebesar 9,30%, sedangkan pada tahun 2010, biaya utang perusahaan sebesar 12,09% atau naik sebesar 2,79% dari tahun 2009 dimana beban bunga perusahaan naik menjadi Rp 87.207.000.000 dan total utang jangka panjang naik menjadi Rp 576.900.000.000 dari tahun sebelumnya. Kemudian biaya utang turun menjadi 10,98% pada tahun 2011 atau turun sebesar 1,11% akibat biaya utang sebelum pajak mengalami penurunan. Namun, pada tahun 2012 biaya utang kembali naik menjadi 18,77% atau naik sebesar 7,79% dari tahun sebelumnya karena beban bunga perusahaan meningkat meskipun total utang jangka panjang perusahaan menurun. Pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk, biaya utang perusahaan pada tahun 2009 sebesar 11,24%, sedangkan pada tahun 2010 biaya utang perusahaan sebesar 10,14% atau turun sebesar 1,1% dari tahun 2009. Hal tersebut terjadi karena beban bunga perusahaan yang berkurang diiringi dengan penurunan utang jangka panjang perusahaan. Kemudian pada tahun 2011, biaya utang kembali naik menjadi 13,28% atau naik sebesar 3,14% dari tahun 2010, meskipun penggunaan utang jangka panjang berkurang menjadi Rp 5.640.992.000.000 dari tahun sebelumnya sebesar Rp 9.243.089.000.000 dan beban bunga yang ditanggung pada tahun tersebut juga berkurang menjadi Rp 936.060.000.000 dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1.171.698.000.000. Namun pada tahun 2012, biaya utang perusahaan turun 2,87% menjadi 10,41%, meskipun utang jangka perusahaan dan beban bunga yang ditanggung perusahaan mengalami peningkatan. Sedangkan pada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, biaya utang perusahaan mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai 2012. Pada tahun 2009 biaya utang perusahaan sebesar 8,66%, sedangkan pada tahun 2010, biaya utang 12 perusahaan turun sebesar 1,06% menjadi 7,6% akibat penurunan utang jangka panjang menjadi sebesar Rp 4.968.000.000 dari tahun sebelumnya sebesar Rp 31.200.000.000 diiringi dengan penurunan tingkat suku bunga menjadi 9,5%. Biaya utang perusahaan kembali turun berturut – turut menjadi 7,2% dan 6,8% pada tahun 2011 dan 2012. Penurunan biaya utang perusahaan ini disebabkan oleh menurunnya tingkat suku bunga bank tiap tahunnya, meskipun pada tahun 2011 dan 2012 utang jangka panjang perusahaan meningkat. Biaya Saham Biasa Biaya modal saham biasa merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan atas saham biasa yang digunakan sebagai modal usaha. Perusahaan dapat meningkatkan modal saham biasa melalui dua cara, yaitu dengan menahan laba dan menerbitkan saham baru. Jika ekspansi perusahaan berlangsung secara cepat hingga laba ditahan sudah digunakan seluruhnya, maka perusahaan baru akan menerbitkan saham baru. Biaya saham biasa menurut Brigham dan Houston (2006) dapat dihitung dengan membandingkan antara tingkat dividen dengan harga saham biasa, lalu ditambah dengan pertumbuhan dividen. Pertumbuhan dividen ini dapat dihitung dengan mengalikan ROE dengan retention ratio. Retention ratio atau tingkat pembayaran merupakan perbandingan antara dividen per saham dengan harga saham yang beredar, sedangkan ROE dapat dicari dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total ekuitas. Tabel 3 Biaya saham biasa perusahaan Perusahaan Tahun Harga Saham 2009 4500 2010 10750 MYOR 2011 14250 2012 20000 2009 360 2010 780 AISA 2011 495 2012 1080 INDF ICBP 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 Sumber : data diolah (2013) 3.550 4.875 4.600 5.850 0 4.675 5.200 7.800 Dps 100 130 130 130 0 0 0 6,5 g 18,68% 19,30% 12,41% 26,66% 5,97% 13,18% 6,92% 9,45% Ke 20,90% 20,51% 13,32% 27,31% 5,97% 13,18% 6,92% 10,05% 47 93 133 169 0 29 116 175 16,37% 12,72% 9,59% 7,40% 14,60% 17,74% 12,72% 10,16% 17,69% 14,63% 12,73% 11,01% 14,60% 18,36% 14,95% 12,40% 13 Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa biaya saham biasa PT Mayora Indah Tbk pada tahun 2009 sebesar 20,90% dimana dividen per saham yang dibagikan sebesar Rp 100 dengan pertumbuhan dividen sebesar 18,68%, lalu tahun 2010, biaya saham biasa mengalami penurunan menjadi 20,51% meskipun pertumbuhan dividen mengalami kenaikan menjadi sebesar 19,30% dengan harga saham per lembar sebesar Rp 10.750 dimana dividen yang dibagikan mulai tahun 2010 sampai 2012 berjumlah tetap yaitu sebesar Rp 130 per lembar saham. Pada tahun 2011, biaya saham biasa perusahaan kembali mengalami penurunan sebesar 7,19% menjadi 13,32% dengan pertumbuhan dividen sebesar 12,41% dan harga saham per saham sebesar Rp 14.250. Penurunan pada pertumbuhan dividen ini disebabkan oleh laba setelah pajak yang mengalami penuruan sehingga menyebakan nilai ROE turun dan pertumbuhan dividen ikut turun. Namun pada tahun 2012, biaya saham biasa perusahaan meningkat diiringi meningkatnya laba setelah pajak sehingga biaya saham biasa pun meningkat menjadi 27,31% dengan pertumbuhan dividen sebesar 26,66% dan harga saham per lembar sebesar Rp20.000. Pada Tabel 3 juga dapat dilihat bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk tidak membagikan dividen kepada pemegang saham dari tahun 2009 sampai 2011. Hal ini disebabkan perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk melakukan ekspansi sehingga pada tahun 2009, biaya saham biasa perusahaan adalah sebesar 5,97% sama dengan tingkat pertumbuhan dividen dengan harga saham per lembar sebesar Rp 360. Sedangkan tahun 2010, total ekuitas perusahaan mengalami penurunan sehingga menyebabkan nilai ROE mengalami kenaikan sebesar 7,21%. Naiknya ROE berpengaruh terhadap pertumbuhan dividen dan biaya saham biasa, namun karena dividen pada tahun tersebut juga tidak dibagikan maka ROE, pertumbuhan dividen, dan biaya saham biasa mempunyai nilai yang sama yaitu 13,18%. Kemudian tahun 2011, nilai ROE mengalami penurunan sebesar 6,26% sehingga pertumbuhan dividen dan biaya saham biasa perusahaan menjadi 6,92%. Sedangkan pada tahun 2012, perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham sebesar Rp 6,5 per saham dan nilai ROE mengalami peningkatan menjadi 10,39%, sehingga menyebabkan meningkatnya pertumbuhan dividen menjadi 9,45% dan biaya saham biasa menjadi 10,05%. Pada PT Indofood Sukses Makmutr Tbk, biaya saham biasa perusahaan pada tahun 2009 adalah sebesar 17,69% dimana dividen yang dibagikan sebesar Rp 47 dengan tingkat pertumbuhan dividen 16,37% dan harga saham per lembar sebesar Rp 3.550. Sedangkan, pada tahun 2010 biaya saham biasa perusahaan berubah sebesar 14,63% atau turun sebesar 3,06% dari tahun sebelumnya dimana dividen yang dibagikan sebesar Rp 93 dengan tingkat pertumbuhan dividen berubah menjadi 12,72% dan harga saham per lembar Rp 4.875. Kemudian pada tahun 2011 dan 2012 kembali mengalami penurunan menjadi 12,73% dan 11,01% atau turun sebesar 1,9% dari tahun 2010 dan turun 1,72% dari tahun 2011 dengan tingkat pertumbuhan dividen sebesar 9,48% pada tahun 2011 dan 8,12% pada tahun 2012. Penurunan biaya saham biasa dipengaruhi oleh menurunnya tingkat pertumbuhan dividen perusahaan yang disebabkan oleh menurunnya nilai ROE. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk baru berdiri pada tahun 2009, sehingga pada tahun tersebut tidak ada dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Oleh karena itu, biaya saham biasa perusahaan pada tahun 2009 adalah 14 sebesar 14,60%. Mulai tahun berikutnya, perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham sehingga pada tahun 2010 biaya saham biasa perusahaan mengalami kenaikan sebesar 3,76% menjadi 18,36% dimana dividen yang dibagikan sebesar Rp 29 dengan pertumbuhan dividen sebesar 17,72% dan harga saham per lembar sebesar Rp 4.675. Pada tahun 2011, biaya saham biasa turun menjadi 14,95% atau turun 3,41% dari tahun 2010, lalu tahun 2012 kembali turun sebesar 2,55% dari tahun 2011 menjadi 12,40%. Penurunan biaya saham biasa dari tahun 2010 sampai 2012 dipengaruhi oleh pertumbuhan dividen yang menurun dimana disebabkan oleh tingkat pembayaran (retention cost) yang menurun. Biaya Saham Preferen Biaya saham preferen menurut Brigham dan Houston (2006) merupakan biaya yang harus dikeluarkan jika perusahaan menggunakan modal dengan menjual saham preferen. Biaya saham preferen dapat dihitung dengan membandingkan dividen saham preferen per saham dengan harga saham per lembar. Namun, pada laporan keuangan hanya tersedia total dividen yang dibagikan kepada pemilik saham preferen dan total ekuitas yang berasal dari saham preferen. Oleh karena itu, maka peneliti menyesuaikan formulasi biaya saham preferen dengan informasi yang tersedia sehingga formulasi saham preferen menjadi sebagai berikut: Biaya Saham Preferen (Kp) = Total dividen saham preferen ..................... Ekuitas saham preferen (7) Biaya saham preferen yang diperoleh dari masing – masing tahun akan dicari rata – rata biaya saham preferennya untuk digunakan dalam perhitungan WACC. Tabel 4 Biaya saham preferen perusahaan PerusaHaan MYOR AISA INDF Tahun 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 Total Dividen 10.345.096.412 15.568.968.997 12.458.281.111 14.794.217.703 28.000.000 4.209.000.000 23.045.000.000 42.467.000.000 780.920.000.000 981.950.000.000 1.814.493.000.000 1.518.270.000.000 Ekuitas Saham Preferen 41.299.757.715 48.868.726.712 61.327.007.823 76.121.225.526 9.779.000.000 14.306.000.000 58.355.000.000 308.263.000.000 5.340.677.000.000 8.068.167.000.000 12.213.428.000.000 12.933.959.000.000 Kp Kp' 25,05% 31,86% 20,31% 19,44% 0,29% 29,42% 39,49% 13,78% 14,62% 12,17% 14,86% 11,74% 24,16% 24,16% 24,16% 24,16% 20,74% 20,74% 20,74% 20,74% 13,35% 13,35% 13,35% 13,35% 15 Lanjutan Tabel 4 Perusahaan ICBP Tahun 2009 2010 2011 2012 Total Dividen 24.153.000.000 123.862.000.000 91.020.000.000 102.779.000.000 Ekuitas Saham Preferen 345.544.000.000 442.635.000.000 492.935.000.000 572.186.000.000 Kp Kp' 6,99% 27,98% 18,46% 17,96% 17,85% 17,85% 17,85% 17,85% Sumber : data diolah (2013) Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa biaya saham preferen PT Mayora Indah Tbk pada tahun 2009 adalah sebesar 25,05%, lalu pada tahun 2010 meningkat menjadi 31,86%. Hal ini disebabkan oleh total dividen yang meningkat menjadi Rp15.568.968.997 dan ekuitas saham preferen menjadi Rp48.868.726.712. Sedangkan pada tahun 2011, total dividen mengalami penurunan menjadi Rp 12.458.281.111 sehingga biaya saham preferen ikut turun menjadi 20,31%. Tahun selanjutanya, biaya saham preferen kembali mengalami penurunan menjadi 19,44% meskipun total dividen dan ekuitas saham preferen mengalami kenaikan. Dari biaya saham preferen masing – masing tahun, didapat rata – rata biaya saham preferen perusahaan adalah sebesar 24,16%. Pada PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, biaya saham preferen pada tahun 2009 adalah sebesar 0,29% dimana total dividen yang dibagikan sebesar Rp 28.000.000 dan ekuitas saham preferen sebesar Rp 9.779.000.000, lalu pada tahun 2010 dan 2011 biaya saham preferen meningkat menjadi 29,42% dan 39,49%. Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya penggunaan modal bersumber dari saham preferen sehingga total dividen yang diberikan pada pemegang saham juga meningkat sangat besar. Sedangkan pada tahun 2012, biaya saham preferen perusahaan turun menjadi 13,78%. Dari biaya saham preferen masing – masing tahun, didapat rata – rata biaya saham preferen perusahaan adalah sebesar 20,74%. Pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk, biaya saham preferen perusahaan pada tahun 2009 adalah sebesar 14,62%, lalu menurun pada tahun 2010 menjadi 12,17% meskipun total dividen meningkat menjadi Rp 981.950.000.000 dan ekuitas saham preferen meningkat menjadi Rp 8.068.167.000.000. Sedangkan pada tahun 2011, biaya saham preferen kembali meningkat menjadi 14,86%, namun tahun 2012, biaya saham preferen perusahaan turun menjadi 11,74% diakibatkan adanya penurunan total dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Dari biaya saham preferen masing – masing tahun, didapat rata – rata biaya saham preferen perusahaan adalah sebesar 13,35%. Sedangkan biaya saham preferen PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk pada tahun 2009 adalah sebesar 6,99%, lalu pada tahun 2010 biaya saham preferen perusahaan meningkat menjadi 27,98%. Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan penggunaan saham preferen sebagai sumber modal perusahaan yang berpengaruh pada peningkatan total dividen yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham. Sedangkan pada tahun 2011, biaya saham preferen perusahaan mengalami penurunan menjadi 18,46% karena total dividen yang dibagikan mengalami penurunan. Pada tahun 2012, biaya saham preferen perusahaan kembali turun menjadi 17,96%. Dari biaya saham preferen masing – 16 masing tahun, didapat rata – rata biaya saham preferen perusahaan adalah sebesar 17,85%. Perhitungan Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) Menurut Margaretha (2011), suatu perusahaan sangat memerlukan tingkat laba minimum yang dikehendaki dari investasi di suatu perusahaan. Perhitungan weighted average cost of capital (WACC) digunakan untuk mengetahui rata – rata biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dari berbagai komponen struktur modal. WACC dapat dihitung dengan mengalikan proporsi masing – masing sumber dana dengan biaya modalnya. Tabel 5 Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) perusahaan Perusahaan Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) 2009 2010 2011 2012 MYOR 17,23% 14,60% 9,43% 16,67% AISA 7,54% 12,73% 8,48% 10,50% INDF 14,19% 13,11% 13,02% 11,61% ICBP 15,17% 18,33% 15% 12,35% Sumber : data diolah (2013) Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 sampai 2011 biaya modal rata – rata tertimbang (WACC) PT Mayora Indah Tbk mengalami penurunan, namun kembali meningkat pada tahun 2012. Pada tahun 2009, WACC perusahaan adalah sebesar 17,23%. Lalu pada tahun 2010, WACC perusahaan menjadi 14,60% atau turun 2,63% dari tahun 2009 dan pada tahun 2011 menjadi 9,43% atau turun 5,17% dari tahun 2010. Penurunan WACC perusahaan ini terjadi karena perusahaan menambah penggunaan modal dari masing – masing sumber modal sehingga berpengaruh pada komposisi struktur modal perusahaan. Sedangkan tahun 2012, WACC perusahaan meningkat menjadi 16,67% atau naik sebesar 2,76% karena komposisi saham biasa berada dibawah 51%. Pada PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, WACC perusahaan berfluktuasi naik turun. Pada tahun 2009, WACC perusahaan adalah sebesar 7,54%. Lalu pada tahun 2010, WACC perusahaan menjadi 12,73% atau naik sebesar 5,19% karena perusahaan menambah penggunaan utang jangka panjang dan saham preferen sehingga menyebabkan perubahan komposisi struktur modal. Sedangkan tahun 2011, perusahaan meningkatkan modal lebih banyak menggunakan saham biasa, sehingga WACC perusahaan menjadi 8,48% atau turun sebesar 4,25%. Pada tahun 2012, WACC perusahaan sebesar 10,50% atau naik sebesar 2,02% akibat adanya kenaikan penggunaan saham preferen yang cukup drastis. PT Indofood Sukses Makmur Tbk, WACC perusahaan terus turun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, WACC perusahaan sebesar 14,19%, sedangkan pada tahun 2010 sebesar 13,11% atau turun sebesar 1,08% dari tahun 2009. Kemudian, kembali turun pada tahun 2011 dan 2012 menjadi 13,02% dan 11,61% atau turun sebesar 0,09% dari tahun 2010 dan turun 1,41% dari tahun 2011. 17 Penurunan WACC dari tahun ke tahun ini terjadi karena perusahaan meningkatkan penggunaan modal yang berasal dari saham biasa. Sedangkan WACC PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk pada tahun 2009 adalah sebesar 15,17%, kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2010 menjadi 18,33%. Kenaikan WACC perusahaan diakibatkan berkurangnya penggunaan utang jangka panjang dan peningkatan yang cukup besar pada penggunaan saham biasa. Namun pada tahun 2011 dan 2012, perusahaan mulai menambah penggunaan utang jangka panjang sehingga menyebabkan WACC perusahaan turun sebesar 3,33% menjadi 15% pada tahun 2011 dan turun sebesar 2,65% menjadi 12,35% pada tahun 2012. Struktur Modal Optimal Struktur modal yang optimal akan tercapai jika struktur modal tersebut dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata – rata tertimbang perusahaan sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan (Suad dan Pujiastuti 2002). Oleh karena itu, setelah mendapat WACC rata – rata satu perusahaan, maka akan dicari WACC rata –rata dari gabungan empat perusahaan atau dapat disebut rata-rata industri dan nilai perusahaan dari masing – masing perusahaan. Hasil WACC rata – rata ke empat perusahaan dan nilai perusahaan tersebut disajikan pada Tabel 6, 7, dan 8 sebagai berikut: Tabel 6 Hasil perhitungan WACC rata – rata WACC Perusahaan 2009 2010 2011 MYOR 17,23% 14,60% 9,43% AISA 7,54% 12,73% 8,48% INDF 14,19% 13,11% 13,02% ICBP 15,17% 18,33% 15% WACC Rata –Rata Industri Sumber : data diolah (2013) 2012 16,67% 10,50% 11,61% 12,35% Tabel 7 Hasil perhitungan nilai perusahaan Perusahaan Tahun WACC Nilai Perusahaan 2009 17,23% 2.740.302.830.496 2010 14,60% 4.237.452.772.756 MYOR 2011 9,43% 6.429.497.150.795 2012 16,67% 5.550.377.043.503 2009 7,54% 1.048.068.037.135 2010 12,73% 794.281.225.452 AISA 2011 8,48% 2.904.273.584.906 2012 10,50% 3.245.447.619.048 2009 14,19% 27.154.622.480.620 INDF 2010 13,11% 41.063.682.684.973 WACC Rata - Rata 14,48% 11,27% 12,98% 15,21% 13,12% Nilai Buku 1.623.528.859.009 2.040.498.982.746 2.424.669.292.434 3.067.850.327.238 642.973.000.000 590.068.000.000 1.832.817.000.000 2.033.453.000.000 15.496.172.000.000 24.852.838.000.000 18 Lanjutan Tabel 7 Perusahaan Tahun WACC 2011 13,02% INDF 2012 11,61% 2009 15,17% 2010 18,33% ICBP 2011 15,00% 2012 12,35% Sumber: data diolah (2013) Nilai Perusahaan 42.104.337.941.628 47.342.594.315.246 2.022.064.667.106 11.543.445.717.403 13.913.322.666.667 18.410.105.263.158 Tabel 8 Hasil perhitungan nilai perusahaan rata-rata Perusahaan WACC Nilai Perusahaan Rata-Rata Rata-Rata MYOR 14,48% 4.739.407.449.388 AISA 11,27% 1.998.017.616.635 INDF 12,98% 39.416.309.355.617 ICBP 15,21% 11.472.234.578.584 Sumber: data diolah (2013) Nilai Buku 31.628.225.000.000 34.142.674.000.000 1.624.740.000.000 9.362.181.000.000 10.709.773.000.000 11.986.798.000.000 Nilai Buku Rata-Rata 2.289.136.865.357 1.274.827.750.000 26.529.977.250.000 8.420.873.000.000 Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa WACC rata – rata industri adalah sebesar 13,12%. WACC rata – rata ini yang digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan apakah struktur modal perusahaan tersebut sudah optimal. Dari keempat perusahaan tersebut, terdapat dua perusahaan yang mempunyai nilai WACC perusahaan lebih besar dari nilai WACC rata – rata industri yaitu PT Mayora Indah Tbk dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. PT Mayora Indah Tbk memiliki nilai WACC rata-rata sebesar 14,48%, sedangkan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk memiliki nilai WACC rata-rata sebesar 15,21%. Oleh karena itu, PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Mayora Indah Tbk dapat dinyatakan belum memiliki struktur modal yang optimal. Tingginya WACC pada PT Mayora Indah Tbk disebabkan cukup tingginya penggunaan utang jangka panjang sebagai sumber pendanaan yaitu hampir menyeimbangi penggunaan modal sendiri (saham biasa), sedangkan pada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk disebabkan terlalu tingginya perusahaan menggunakan modal sendiri sebagai sumber pendanaannya, yaitu mencapai lebih dari 90%. PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk dapat dinyatakan memiliki struktur modal yang optimal karena memiliki nilai WACC lebih rendah dibandingkan dengan WACC rata – rata industri dimana nilai WACC rrata-rata pada PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk sebesar 11,27% dan nilai WACC rata-rata PT Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar 12,98%. Sedangkan pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa nilai perusahaan berdasarkan tingkat pengembalian modal jangka panjang lebih besar dibandingkan dengan nilai buku. Nilai perusahaan mengalami perubahan tiap tahunnya akibat jumlah biaya modal yang terus berubah disebabkan oleh berubahnya penggunaan komposisi modal pada struktur modal. Pada PT Mayora Indah Tbk, nilai perusahaan tertinggi terjadi pada 2011 yaitu sebesar Rp 6.429.497.150.795, 19 dimana nilai ini lebih besar dari nilai buku perusahaan sebesar Rp2.424.669.292.434. Tingginya nilai perusahaan disebabkan oleh rendahnya biaya modal yang dikeluarkan perusahaan pada tahun tersebut. Sedangkan pada PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, nilai perusahaan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp 3.245.447.619.048 dengan nilai buku sebesar Rp2.033.453.000.000, karena pada tahun tersebut laba yang dihasilkan lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sementara pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk, nilai perusahaan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp 47.342.594.315.246, hal ini disebabkan biaya modal yang dikeluarkan perusahaan pada tahun tersebut rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sama seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk mempunyai nilai perusahaan tertinggi pada tahun 2012, yaitu sebesar Rp 18.410.105.263.158 dan hal ini disebabkan juga oleh biaya modal yang dikeluarkan perusahaan lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Struktur modal yang optimal akan tercapai jika biaya modal rata – rata tertimbang perusahaan minimal dan nilai perusahaan maksimal. Pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa keempat perusahaan sesuai dengan konsep tersebut karena mempunyai nilai perusahaan yang lebih besar dibandingkan nilai buku. Namun, struktur modal yang paling optimal dimiliki oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk karena selain sebagai market leader yang memiliki nilai aktiva yang besar dibandingkan dengan perusahaan lain, PT Indofood Sukses Makmur Tbk juga mempunyai nilai WACC yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai WACC industri, yaitu 12,98% dan nilai perusahaanya sebesar Rp 39.416.309.355.617, dimana struktur modal yang digunakan adalah 47,56% saham biasa, 26,85% saham preferen, dan 25,59% utang jangka panjang. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan uraian hasil analisis dan interprestasi data atas struktur modal optimal pada PT Mayora Indah Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Struktur modal perusahaan dalam industri makanan dan minuman pada tahun 2009 – 2012 didominasi oleh penggunaan saham biasa sebesar 62,75%, lalu utang jangka panjang sebesar 32%, dan saham preferen sebesar 10,3%. 2. Biaya modal perusahaan dalam industri makanan dan minuman, rata – rata mencapai 13,53% pada tahun 2009, 14,69% pada tahun 2010, 11,48% pada tahun 2011, dan 12,78% pada tahun 2012. 3. Berdasarkan analisis struktur modal optimal dengan menggunakan perhitungan biaya modal rata – rata tertimbang (WACC), dari empat perusahaan yang dianalisis terdapat dua perusahaan yang sudah memiliki struktur modal yang optimal, yaitu PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk dan PT Indofood Sukses Makmur 20 Tbk karena memiliki WACC lebih rendah dibandingkan WACC rata – rata industri yaitu sebesar 11,27% dan 12,98%. Sementara jika berdasarkan konsep struktur modal yang optimal dimana akan tercapai jika biaya modal rata – rata tertimbang perusahaan minimal dan nilai perusahaan maksimal, dapat dinyatakan bahwa struktur modal optimal dimiliki oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk dengan nilai WACC sebesar 12,98% dan nilai perusahaanya sebesar Rp 39.416.309.355.617, dimana struktur modal yang digunakan adalah 47,56% saham biasa, 26,85% saham preferen, dan 25,59% utang jangka panjang. Saran 1. 2. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan : Indikasi struktur modal yang belum optimal harus menjadi pertimbangan perusahaan dalam penentuan struktur modal untuk tahun berikutnya agar dapat menghasilkan struktur modal yang optimal sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan dah harga saham. Bagi investor, sebaiknya memilih PT Indofood Sukses Makmur Tbk jika ingin berinvestasi pada perusahaan makanan dan minuman karena selain memiliki nilai perusahaan yang tinggi, PT Indofood Sukses Makmur Tbk memberikan tingkat pengembalian yang sebanding dengan risiko yang akan dihadapi oleh investor. DAFTAR PUSTAKA Brigham EF, Houston JF. 2006. Dasar- Dasar Manajemen Keuangan. “Ed ke10”. Buku 1. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari : Fundamentals of Financial Management [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013.Nilai Tambah (Harga Pasar) Industri Besar Sedang Menurut Subsektor. [Internet]. [diunduh 2014 Apr 7]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subye k=09&notab=2 Mardiyanto H. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta(ID): PT Gramedia Widiasarana Indonesia Margaretha F. 2011. Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan Investasi dan Sumber Dana Jangka Panjang. Jakarta(ID): PT Gramedia Widiasarana Indonesia Mardyaningsih W. 2012. Analisis Optimasi Struktur Modal pada PT. PUSRI (Persero) [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor Nazir M. 2003. Meode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 2013. Annual Report tahun 2010. [Internet]. [diunduh 2013 Des 27]. Tersedia pada: http://www.indofood.com PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 2013. Annual Report tahun 2012. [Internet]. [diunduh 2013 Des 27]. Tersedia pada: http://www.indofood.com 21 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 2013. Annual Report tahun 2010. [Internet]. [diunduh 2013 Des 27]. Tersedia pada: http://www.indofoodcbp.com PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. 2013. Annual Report tahun 2012. [Internet]. [diunduh 2013 Des 27]. Tersedia pada: http://www.indofoodcbp.com PT Mayora Indah Tbk. 2013. Annual Report tahun 2012. [Internet]. [diunduh 2013 Des 27]. Tersedia pada: http://www.mayoraindah.com PT Mayora Indah Tbk. 2013. Annual Report tahun 2010. [Internet]. [diunduh 2013 Des 27]. Tersedia pada: http://www.mayoraindah.com Riyanto B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta(ID): BPFE Sawir A. 2004. Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan. Jakarta(ID): Gramedia Pustaka Utama Soleh M. 2009. Analisis Penetapan Struktur Modal yang Optimal Untuk Meningkatkan Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan Anak Perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI)) [skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya Suad H, Pudjiastuti E. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta(ID) : UPP AMP YKPM. Sundjaja R, Inge B. 2003. Manajemen Keuangan 2. Klaten(ID): PT Intan Sejati TPS FOOD. 2013. Annual Report tahun 2010. [Internet]. [diunduh 2013 Des 27]. Tersedia pada: http://www.tigapilar.com TPS FOOD. 2013. Annual Report tahun 2012 [Internet]. [diunduh 2013 Des 27]. Tersedia pada: http://www.tigapilar.com 22 LAMPIRAN Lampiran 1 Komposisi struktur modal PT Mayora Indah Tbk (rupiah penuh) Tahun Komponen Struktur Modal 2009 Utang Jangka Panjang Saham Biasa Saham Preferen TOTAL 2010 Utang Jangka Panjang Saham Biasa Saham Preferen TOTAL 2011 Utang Jangka Panjang Saham Biasa Saham Preferen TOTAL 2012 Utang Jangka Panjang Saham Biasa Saham Preferen TOTAL Struktur Modal 698.039.294.140 1.136.081.982.403 41.299.757.715 1.875.421.034.258 1.138.365.552.402 1.543.509.784.918 48.868.726.712 2.730.744.064.032 2.123.950.655.617 2.363.342.284.611 61.327.007.823 4.548.619.948.051 3.016.731.216.288 2.991.729.101.712 76.121.225.526 6.084.581.543.526 Komposisi 37,22% 60,58% 2,20% 100% 41,69% 56,52% 1,79% 100% 46,69% 51,96% 1,35% 100% 49,58% 49,17% 1,25% 100% Lampiran 2 Komposisi struktur modal PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (rupiah penuh) Tahun Komponen Struktur Modal Struktur Modal Komposisi 496.357.000.000 43,926% 2009 Utang Jangka Panjang Saham Biasa 633.194.000.000 56,036% Saham Preferen 423.898.562 0,038% TOTAL 1.129.974.898.562 100% 576.900.000.000 49,436% 2010 Utang Jangka Panjang Saham Biasa 575.763.000.000 49,338% Saham Preferen 14.306.000.000 1,226% TOTAL 1.166.969.000.000 100% 825.006.000.000 31,04% 2011 Utang Jangka Panjang Saham Biasa 1.774.462.000.000 66,76% Saham Preferen 58.355.000.000 2,20% TOTAL 2.657.823.000.000 100% 572.363.000.000 21,96% 2012 Utang Jangka Panjang Saham Biasa 1.725.190.000.000 66,21% Saham Preferen 308.263.000.000 11,83% TOTAL 2.605.816.000.000 100% 23 Lampiran 3 Komposisi struktur modal PT Indofood Sukses Makmur Tbk (rupiah penuh) Tahun Komponen Struktur Modal 2009 Utang Jangka Panjang Saham Biasa Saham Preferen TOTAL 2010 Utang Jangka Panjang Saham Biasa Saham Preferen TOTAL 2011 Utang Jangka Panjang Saham Biasa Saham Preferen TOTAL 2012 Utang Jangka Panjang Saham Biasa Saham Preferen TOTAL Struktur Modal Komposisi 10.556.859.000.000 40,52% 10.155.495.000.000 38,98% 5.340.677.000.000 20,50% 26.053.031.000.000 100% 9.243.089.000.000 27,11% 16.784.671.000.000 49,23% 8.068.167.000.000 23,66% 34.095.927.000.000 100% 5.640.992.000.000 15,14% 19.396.797.000.000 52,07% 12.213.428.000.000 32,79% 37.251.217.000.000 100% 8.316.047.000.000 19,59% 21.208.715.000.000 49,95% 12.933.959.000.000 30,46% 42.458.721.000.000 100% Lampiran 4 Komposisi struktur modal PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (rupiah penuh) Tahun Komponen Struktur Modal 2009 Utang Jangka Panjang Saham Biasa Saham Preferen TOTAL 2010 Utang Jangka Panjang Saham Biasa Saham Preferen TOTAL 2011 Utang Jangka Panjang Saham Biasa Saham Preferen TOTAL 2012 Utang Jangka Panjang Saham Biasa Saham Preferen TOTAL Struktur Modal Komposisi 31.200.000.000 1,88% 1.279.196.000.000 77,25% 345.544.000.000 20,87% 1.655.940.000.000 100% 4.958.000.000 0,05% 8.919.546.000.000 95,22% 442.635.000.000 4,73% 9.367.139.000.000 100% 111.932.000.000 1,03% 10.216.838.000.000 94,41% 492.935.000.000 4,56% 10.821.705.000.000 100% 602.833.000.000 4,79% 11.414.612.000.000 90,67% 572.186.000.000 4,54% 12.589.631.000.000 100% 24 Lampiran 5 Perhitungan return of equity PT Mayora Indah Tbk Tahun 2009 2010 2011 2012 Laba Setelah Pajak 372.157.912.334 484.086.202.515 471.027.871.566 729.634.186.606 Total Ekuitas 1.581.755.458.427 1.991.294.908.556 2.363.342.284.611 2.991.729.101.712 ROE 23,53% 24,31% 15,74% 30,87% Lampiran 6 Perhitungan pertumbuhan dividen PT Mayora Indah Tbk Tahun 2009 2010 2011 2012 DPS 100 130 130 130 EPS 485 631 614 952 b = 1– (DPS/EPS) 0,794 0,794 0,788 0,863 ROE 23,53% 24,31% 15,74% 30,87% g 18,68% 19,30% 12,41% 26,66% Lampiran 7 Perhitungan return of equity PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk Tahun 2009 2010 2011 2012 Laba Setelah Pajak 37.787.000.000 75.857.000.000 126.906.000.000 211.197.000.000 Total Ekuitas 633.194.000.000 575.069.000.000 1.832.817.000.000 2.033.453.000.000 ROE 5,97% 13,18% 6,92% 10,39% Lampiran 8 Perhitungan pertumbuhan dividen PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk Tahun 2009 2010 2011 2012 DPS 0 0 0 6,5 EPS 20,79 45,37 74,22 72 b = 1– (DPS/EPS) 1 1 1 0,91 ROE 5,97% 13,18% 6,92% 10,39% g 5,97% 13,18% 6,92% 9,45% Lampiran 9 Perhitungan return of equity PT Indofood Sukses Makmur Tbk Tahun 2009 2010 2011 2012 Laba Setelah Pajak 2.075.861.000.000 2.952.858.000.000 3.077.180.000.000 3.261.176.000.000 Total Ekuitas 10.155.495.000.000 16.784.671.000.000 19.396.797.000.000 21.208.715.000.000 ROE 20,44% 17,59% 15,86% 15,38% 25 Lampiran 10 Perhitungan pertumbuhan dividen PT Indofood Sukses Makmur Tbk Tahun 2009 2010 2011 2012 DPS 47 93 133 175 EPS 236 336 350 371 b = 1– (DPS/EPS) 0,801 0,723 0,620 0,528 ROE 20,44% 17,59% 15,86% 15,38% g 16,37% 12,72% 9,48% 8,12% Lampiran 11 Perhitungan return of equity PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Tahun 2009 2010 2011 2012 Laba Setelah Pajak 186.747.000.000 1728.367.000.000 1.975.345.000.000 2.179.592.000.000 Total Ekuitas 1.279.196.000.000 8.919.546.000.000 10.216.838.000.000 11.414.612.000.000 ROE 14,60% 19,38% 19,33% 19,09% Lampiran 12 Perhitungan pertumbuhan dividen PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Tahun 2009 2010 2011 2012 DPS 0 29 116 175 EPS 46 344 339 374 b = 1– (DPS/EPS) 1 0,92 0,66 0,53 ROE 14,60% 19,38% 19,33% 19,09% g 14,60% 17,74% 12,72% 10,16% Lampiran 13 perhitungan nilai perusahaan Perusahaan MYOR AISA INDF ICBP Tahun 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 EBIT 613.187.243.759 773.335.131.028 757.876.976.650 1.156.559.816.440 102.629.000.000 126.390.000.000 307.853.000.000 425.965.000.000 5.004.209.000.000 6.729.311.000.000 6.852.481.000.000 6.870.594.000.000 398.373.000.000 2.644.892.000.000 T 23% 20% 20% 20% 23% 20% 20% 20% 23% 20% 20% 20% 23% 20% WACC 17,23% 14,60% 9,43% 16,67% 7,54% 12,73% 8,48% 10,50% 14,19% 13,11% 13,02% 11,61% 15,17% 18,33% Nilai Perusahaan 2.740.302.830.496 4.237.452.772.756 6.429.497.150.795 5.550.377.043.503 1.048.068.037.135 794.281.225.452 2.904.273.584.906 3.245.447.619.048 27.154.622.480.620 41.063.682.684.973 42.104.337.941.628 47.342.594.315.246 2.022.064.667.106 11.543.445.717.403 26 Lanjutan Lampiran 13 Perusahaan ICBP Tahun 2011 2012 EBIT 2.608.748.000.000 2.842.060.000.000 T 20% 20% WACC 15,00% 12,35% Nilai Perusahaan 13.913.322.666.667 18.410.105.263.158 Lampiran 14 Perhitungan nilai buku Perusahaan MYOR AISA INDF ICBP Tahun 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 Total Aset 3.246.498.515.952 4.399.191.135.535 6.599.845.533.328 8.302.506.241.903 1.568.829.000.000 1.936.949.000.000 3.590.309.000.000 3.867.576.000.000 40.382.953.000.000 47.275.955.000.000 53.585.933.000.000 59.324.207.000.000 10.223.893.000.000 13.361.313.000.000 15.222.857.000.000 17.753.480.000.000 Total Utang 1.622.969.656.943 2.358.692.152.789 4.175.176.240.894 5.234.655.914.665 925.856.000.000 1.346.881.000.000 1.757.492.000.000 1.834.123.000.000 24.886.781.000.000 22.423.117.000.000 21.957.708.000.000 25.181.533.000.000 8.599.153.000.000 3.999.132.000.000 4.513.084.000.000 5.766.682.000.000 Nilai Buku 1.623.528.859.009 2.040.498.982.746 2.424.669.292.434 3.067.850.327.238 642.973.000.000 590.068.000.000 1.832.817.000.000 2.033.453.000.000 15.496.172.000.000 24.852.838.000.000 31.628.225.000.000 34.142.674.000.000 1.624.740.000.000 9.362.181.000.000 10.709.773.000.000 11.986.798.000.000 27 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Annisa Nazila, lahir pada tanggal 23 November 1992 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Untung Nazaruddin dan Ibu Asmawati. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Kuncup Harapan Bogor pada tahun 1997 hingga tahun 1998. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Kesatuan Bogor dan lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada sekolah menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Kesatuan Bogor pada tahun 2004 hingga 2007. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah ke atas di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melaui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menuntut ilmu di IPB, penulis cukup aktif dalam organisasi kemahasiswaan di lingkungan universitas. Pada tahun 2010 penulis mendapat amanah menjadi staff departemen Olahrga di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen sampai tahun 2011. Penulis juga dipercaya memegang beberapa jabatan sebagai kepala divisi pada beberapa acara himpunan profesi dan BEM FEM.