KATA SERAPAN Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda (Surah At-Taubah Ayat 1-50) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.) Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Oleh: Zaky Mubarok NIM: 104024000851 PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011 M PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strara 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 23 Agustus 2011 Zaky Mubarok NIM: 104024000851 i PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul KATA SERAPAN; PERBANDINGAN PERUBAHAN MAKNA KATA SERAPAN DARI BAHASA ARAB PADA AL-QUR’AN TERJEMAH BAHASA INDONESIA DAN BAHASA SUNDA (Surah At-Taubah Ayat 1-50) yang ditulis oleh Zaky Mubarok, NIM : 104024000851 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 Agustus 2011, dan telah diperbaikai sesuai dengan saran dan komentar Tim Penguji. TIM PENGUJI Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag., (Ketua Sidang) (…………………………..) Tanggal: Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum., (Sekretaris Sidang) (…………………………..) Tanggal: Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag., (Pembimbing) (…………………………..) Tanggal: Drs. Ikhwan Azizi, MA, (Penguji I) (…………………………..) Tanggal: Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum., (Penguji II) (…………………………..) Tanggal: ii KATA SERAPAN Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda (Surah At-Taubah Ayat 1-50) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.) Diajukan Oleh: Zaky Mubarok NIM: 104024000851 Pembimbing, Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag. NIP: 19700505 200003 1 003 PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M TERIMA KASIH Puji syukur kepada Allah Swt. yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi sebagai sarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat penulis selesaikan. Salawat salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di hari akhir. Amin! Dalam terima kasih ini, penulis haturkan terima kasih kepada Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; Dr. Wahid Hasyim, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; dan Dr. Ahmad Syaekhudin M. Ag., Ketua Jurusan Tarjamah. Kepada pembimbing, Dr. Ahmad Syaekhudin M. Ag. yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya serta kesabarannya dalam bimbingan penulis haturkan terima kasih; Dr. Sukron Kamil, MA, dan Moch. Syarif Hidayatullah M.Hum. selaku pembimbing Akademik yang telah mengarahkan, mengajarkan, dan mendidik penulis selama menjadi mahasiswa. Kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan bahasa, budaya, dan terjemahan, khususnya Moch. Syarif Hidyatullah, M.Hum, yang mengajarkan seluk beluk dunia terjemah, terima kasih. Semoga amal mereka diterima Allah Swt. Amin! Kepada orang tua tercinta, Drs. Olih MS dan Yeti Rohayati M. Pd. yang selalu mendoakan penulis, sehingga penysusunan skripsi ini terasa lebih ringan. Begitu juga, kepada Adik-adik tercinta Irfan Fuad Nugraha, Tri Ayu Meilawati dan Anna Qurratuain yang menjadi penyemangat penulis dalam menapaki dunia ini. kepada yang tercinta Hamsi El-sahara yang selalu menjadi inspirasi dan dorongan untuk terus bergerak. Terima kasih. Terima kasih yang amat sangat kepada WS. Rendra yang telah memberi pijar pada jalan yang sudah gelap. Ibu Ken Zuraida Rendra yang selalu memberi semangat tiada henti. Teh Mey dan Kang Arul, Mas Esis, Icha dan Joel, Totenk Mahdasi Tatang, Ambadewi, Om Yus, Bi Lili dan keluarga, aku cinta padamu. Kawan-kawan Jurusan Tarjamah 2004, Abdur Rahman, Heri, Luki, Nurikhwan, Alhafiz, Amir, Anna. Fina, Muna, Munay, Silvi, Nunung, Erwan dan Puput atas segala dukungan dan bantuan mereka, khususnya Tatam yang selalu memberi bantuan dan semangat yang tiada henti, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Juga kawan-kawan angkatan 2005-2010, terimakasih. Saudara-saudara di Sanggar Altar, Makyun Subuki, Aa Isol, Ipoeng, Ipul dan Liga, Hijarah Ahmad, Mas Hendri, Elex sw, Komarudin King-king, Hafas, Basri, Akbar Soge, Boby Efri, kapan kita pentas lagi? Saudara di El-Na’ma, Teater Syahid, KMM Riak, Galuh Jaya, terima kasih. Juga kawan diskusi dan menulis yang selalu hangat, Iyya, Dede, Bowo, dan Abah Alawi, terima kasih. Keluarga besar Sanjo Boyz yang selalu bergerak tanpa beban. Keluarga besar Ken Zuraida Project, Om Amir, Om Edhar, Dwi Klik Santosa, yang selalu mendorong untuk terus bergerak pada perubahan. Semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi peminat penerjemahan khususnya penerjemahan al-Quran. Kurangnya ada, lebihnya pun ada. Semoga masukan dan saran-saran dari semua pihak dapat melengkapi skripsi ini. Amin! Jakarta, Agustus 2011 Zaky Mubarok DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………i SURAT PERNYATAAN ...................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iv TERIMA KASIH .................................................................................... v DAFTAR ISI…………………………………………………………... vii TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................................ x ABSTRAK .............................................................................................. xii BAB I: Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan.................................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7 D. Metodologi Penelitian ............................................................ 8 E. Sistematika Penulisan ............................................................. 9 BAB II Kerangka Teori A. Kosakata dan Makna .......................................................................... 11 B. Kata Serapan Arab .............................................................................. 12 C. Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab Ke dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia ................................. 15 1. Bidang Fonem ......................................................................... 16 a. Penggantian Fonem ..................................................... 17 b. Penghilangan Fonem ................................................... 25 c. Pelonggaran kaidah Fonem.......................................... 27 2. Pola Suku Kata ........................................................................ 30 D. Kata Istilah, Pengulangan, dan Imbuhan ............................................ 32 1. Kata Istilah .............................................................................. 32 2. Pengulangan ............................................................................ 33 3. Imbuhan ................................................................................... 35 E. Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab ... 38 F. Jenis Perubahan Makna ...................................................................... 39 a. Peluasan Makna ......................................................................... 39 b. Penyempitan Makna .................................................................. 40 c. Peninggian Makna ..................................................................... 40 d. Penurunan Makna ..................................................................... 40 e. Persamaan Makna ...................................................................... 41 f. Pertukaran Makna ...................................................................... 41 BAB III Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda .... 42 A. Perbandingan Perubahan Makna Kata serapan .................................. 43 B. Perbandingan Bentuk Penyerapan ...................................................... 79 BAB IV Penutup A. Keimpulan .............................................................................. 82 B. Saran dan Kritik...................................................................... 85 Daftar Pustaka ......................................................................................... 86 PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA Transliterasi yang dipakai dalam Skripsi ini adalah pedoman Transliterasi ArabIndonesia berdasarkan Surat Keputusan bersama Meneri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 22 Jauari 1988. Arab Latin Arab Latin Arab Latin ا a ز z ق q ب b س s ك k ت t ش sy ل l ث ts ص sh م m ج j ض d ن n ح h ط th و w خ kh ظ z ﻩ h د d ع ‘ ء ’ ذ ż غ g ي y ر r ف f Catatan: 1. Konsonan yang bersyaddah ditulis dengan rangkap Misalnya ; رﺑـﻨـﺎditulis rabbanâ. - 2. Vokal panjang (mad) ; Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris di bawah) di tulis î, serta dammah (baris di depan) ditulis dengan û. Misalnya; اﻟـﻘـﺎرﻋـﺔditulis alqâri‘ah, اﻟﻤــﺴـﺎآـﻴـﻦditulis al-masâkîn, اﻟـﻤـﻔـﻠﺤﻮنditulis al-muflihûn 3. Kata sandang alif + lam ()ال Bila diikuti oleh huruf qamariyah ditulis al, misalnya ; اﻟـﻜﺎﻓـﺮونditulis alkâfirûn. Sedangkan, bila diikuti oleh huruf syamsiyah, huruf lam diganti dengan huruf yang mengikutinya, misalnya ; اﻟـﺮﺟـﺎلditulis ar-rijâl. 4. Ta’ marbûthah () ة. Bila terletak diakhir kalimat, ditulis h, misalnya; اﻟـﺒـﻘـﺮةditulis al-baqarah. Bila ditengah kalimat ditulis t, misalnya; زآﺎة اﻟـﻤـﺎلditulis zakât al-mâl, atau ﺳـﻮرة اﻟﻨـﺴـﺎءditulis sûrat al-Nisâ`. 5. Penulisan kata dalam kalimat dilakukan menurut tulisannya, Misalnya; وهـﻮ ﺧـﻴـﺮازﻗــﻴﻦditulis wa huwa khair ar-Râziqîn. ABSTRAK Zaky Mubarok, “Kata Serapan, Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda (Surah At-Taubah Ayat 1-50)”, Program Studi Tarjamah, Fakultas Adab Dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 1432 H/ 2011 M. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kata serapan bahasa Arab berpengaruh dan digunakan dalam bahasa Indonesia dan bahsa Sunda. Khususnya dalam penerjemahan teks keagaamaan seperti Al-Qur’an. Bahasa merupakan alat komunikasi pertama. Komunikasi yang dilakukan dengan bahasa lisan maupun tulisan, sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan dipengaruh oleh proses interaksi antar budaya dan salah satunya adalah melalui bahasa. Interaksi antar bahasa mengakibatkan saling mempengaruhi, dan bahasa yang kosakatanya lebih banyak mempunyai pengaruh yang lebih besar. Kegiatan komunikasi inilah yang nantinya mengakibatkan penyerapan terjadi di mana-mana, baik budaya, kesenian, maupun bahasa. Proses penyerapan ini bisa terjadi melalui kegiatan apa saja. Khusus proses penyerapan bahasa biasanya terjadi melaui interaksi komunikasi lisan maupun tulisan, sampai kemudian nantinya ada yang dinamakan bahasa serapan. iv BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Bahasa adalah gejala manusiawi-umum. Tidak ada manusia tanpa bahasa dan tidak ada bahasa tanpa manusia. Di manapun manusia hidup, mereka menuturkan suatu bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi pertama. Komunikasi yang dilakukan dengan bahasa lisan maupun tulisan, sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan dipengaruh oleh proses interaksi antar budaya dan salah satunya adalah melalui bahasa. Interaksi antar bahasa mengakibatkan saling mempengaruhi, dan bahasa yang kosakatanya lebih banyak mempunyai pengaruh yang lebih besar. Seperti halnya bahasa Arab, Inggris, Portugis, Spanyol dan Belanda mempengaruhi bahasa Nusantara (Melayu, Sunda, Jawa, Makasar, Sulawesi, dll.) Bahasa asing ini memberikan kekayaan kosakata dan makna bagi penutur bahasa di Nusantara. Bahkan pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia sudah terjadi sebelum bahasa Indonesia dinyatakan resmi sebagai bahasa nasional.1 Pengambilan kata dari satu bahasa oleh bahasa lain merupakan gejala yang biasa, baik pada masa lalu maupun pada masa kini. Jepang sebagai negara maju memiliki bahasa yang kata-katanya menyerap dari bahasa Cina dan Bahasa Inggris, bahasa internasional yang sering dianggap memiliki perbendaharaan kata 1 Nyoman Tusthi Eddy, Unsur Serapan dari Bahasa Asing Terhadap Bahasa Indonesia (Tinjaua Kesejahteraan dan Perkembangan), (Kendari: Nusa Indah, 1989), h. 10 yang kaya banyak menyerap bahasa Perancis, sedangkan bahasa Perancis menyerap kata-kata dari latin.2 Bahasa melayu sebagai dasar bahasa Indonesia banyak sekali terpengaruh oleh bahasa asing seperti bahasa Belanda, Portugis, Arab dan bahasa lainya. Pengaruh tersebut terjadi karena adanya kontak kebudayaan, perdagangan dan penyebaran agama. Di Indonesia, penyebaran agama menjadi salah satu faktor penentu bagi tersebarnya bahasa asing, terutama bahasa serapan Arab. Islam masuk ke kawasan Melayu pada khususnya dan Nusantara pada ummnya melalui Gujarat. Bersama dengan masuknya agama Islam di Melayu, masuk pula kebudayaan, kesusastraan, bahasa Arab dan Persi. Masuknya bahasa arab ke Melayu diikuti pula dengan masuknya tulisan dan kosakata Arab. Masuknya kata-kata Arab dalam bahasa Melayu sebagian besar melalui proses asimilasi dan adaptasi fonemis dan morfemis. Kegiatan komunikasi inilah yang nantinya mengakibatkan penyerapan terjadi dimana-mana, baik budaya, kesenian, maupun bahasa. Proses penyerapan ini bisa terjadi melalui kegiatan apa saja. Khusus proses penyerapan bahasa biasanya terjadi melaui interaksi komunikasi lisan maupun tulisan, sampai kemudian nantinya ada yang dinamakan bahasa serapan. Bahasa serapan dapat terjadi melaui aktifitas pengajaran bahasa misalnya, seseorang yang menguasai dua bahasa (bilingual) atau lebih (multilingual), maka bahasa kedua akan banyak mempengaruhi bahasa pertama. Dilihat dari segi 2 Sudarno, Kata Serapan dari Bahasa Arab, (Jakarta: Arikha Media Cipta, 1992), Cet. Ke-2, h. 14 statusnya bahasa dapat dibagi atas beberapa bahasa di antaranya adalah bahasa Daerah, bahasa Nasional dan bahasa Negara.3 Bahasa daerah adalah penamaan bahasa yang digunakan oleh kelompok orang yang anggotanya-anggotanya secara relatif memperlihatkan frekuensi interaksi yang lebih tinggi diantara mereka dibanding dengan mereka yang tidak bertutur kata dalam basaha daerah.4 Biasanya bahasa daerah digunakan sebagai ikatan-ikatan kekerbatan dan upacara-upacara yang berkaitan dengan lingkaran lingkungan hidup masing-masing. Bahasa Sunda termasuk rumpun melayu yang kita sebut Melayu Polinesia. Bahasa ini erat berhubungan dengan dengan bahasa Jawa dan Melayu, terutama dengan yang tersebut pertama, dan dipergunakan di seluruh Jawa Barat, yaitu di kresidenan Priangan, Cirebon, Jakarta, Banten dan Karawang yang dahulu juga merupakan kresidenan sendiri.5 Pada proses penyebaran agama Islam, khususnya di wilayah penutur bahasa Sunda, penyerapan bahasa Arab terjadi bukan hanya karena interaksi dengan para pedagang saja, melainkan melalui penerjemahan-penerjemah bukubuku berbahasa Arab sebagai sumber kajian. Kata-kata yang tidak ada padanannya dalam bahasa Sunda akhirnya digunakan. Tidak menjadi persoalan ketika makna kata yang diserap tidak berubah dalam bahasa sasaran. Seperti kata adil -ﻋﺎدل- /‘âdil/, kata tersebut tidak mengalami perubahan makna. Kata adil dalam bahasa Sunda bermakna ‘merenah, 3 Mansur Peteda, Linguistik Terapan, (Kendari: Nusaindah,1991), cet. Ke-1, h. 84-85 Sugihastuti, Bahasa Indonesia dari Awam, Mahasiswa sampai Wartawan, (Yogyakarta, Gamma Media, 2003), cet. Ke-1, h. 52 5 Coolsma, S, Soendaneesche Spraakkunst, (Tata Bahasa Sunda), terjemehan Husein Widjaya kusumah dan Yus Rusyana, (Bandung: Djambatan, 1985), h. 3 4 dina tempatna, teu beurat sabeulah’6 (pas, pada tempatnya, tidak berat sebelah – terjemahan Penulis-).’ Pada bahasa Indonesia kata adil bermakna ‘sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak.’7 Pada bahasa arab kata ﻋﺎدلbermakna ‘meluruskan; membuat imbang; yang sama; sepadan.’8 Berbeda dengan kata اﻟﻔﺘﻨﺔ/al-fitnah/ dalam bahasa Indonesia menjadi fitnah. Sedangkan dalam bahasa Sunda menjadi pitenah. Makna kata اﻟﻔﺘﻨﺔdalam bahasa Arab yang bermakna ‘kesesatan’.9 Pada bahasa Indonesia kata fitnah bermakna ‘perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekan orang,’10 sedangkan dalam bahasa Sunda pitenah bermakna ‘caritaan anu ngandung maksud ngarugikeun batur (perkataan yang mengandung maksud merugikan orang lain’.11 Perubahan makna tersebut akan menjadi berbahaya jika dipakai untuk menerjemakan. Ide bahasa sumber (bsu) akan menjadi menjadi melenceng, dan pesan bahasa sumber menjadi berbeda dalam bahasa sasaran (bsa). Penggunaan kata serapan yang berubah maknanya terjadi dalam penerjemahan al-Qur’an bahasa Indonesia oleh Depag dan al-Qur’an bahasa Sunda oleh K.H. Komarudin Shaleh pada seperti pada surah at-Taubah ayat 49: 6 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, Kamus Umum Bahasa Sunda, (Bandung: Tarate, 1980), cet. Ke-2, h. 3 7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. Ke-3, h. 8 8 Munawir, A, W, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), cet. Ke-14, h.905 9 Idem, h. 1033 10 Departemen Pendidikan Nasional, h. 318 11 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 389 z Ψ¨ γ Ο y _ y χ )Î uρ 3 #( θÜ ä ) s ™ y πÏ Ζu G÷ Ï 9ø #$ ’Îû ω Ÿ &r 4 © û _hÍ GÏ ø ?s ω Ÿ ρu ’<kÍ β‹ x ø #$ Α ã θ) à ƒt ⎯Β¨ Νγ ß Ζ÷ ΒÏ ρu ∩⊆®∪ š⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$$Î/ 8πsÜŠÅsßϑs9 Terjemah bahasa Indonesia: Di antara mereka ada orang yang berkata: “berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan jangan jadikan saya terjerumus dalam fitnah.” Ketahuilah bahwa mereka telah terjurumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya jahanam itu meliputi orang-orang yang kafir. Terjemah bahasa sunda: Jeung ti antara maranéhna aya anu nyarita: “Idinan kaula (cicing) jeung poma ulah mitenah kaula.” Sing nyaho yén manéhna geus tigebrus kana pitenah. Jeung saéstuna Jahanam téh ngurung jalma-jalma kapir. Padahal, makna kata fitnah pada ayat di atas adalah, fitnah pertama ‘kegagalan menghadapi ujian,’ dan fitnah kedua ‘neraka.’12 Sebaiknya, penerjemahan ayat tersebut adalah, Di antara merekeka ada yang berkata: “Izinkanlah aku dan jangan menjerumuskan aku kedalam kegagalan menghadapi ujian.” Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam Neraka karena gagal. Sungguh, neraka Jahanam adalah untuk orangorang kafir. -terjemahan penulis-) 12 Shihab, M. Q, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Lentera Hati, Jakarta 2007), Cet. ke-VII, hal. 613-615 Fakta di atas tadilah yang mendorong Penulis untuk meneliti kata-kata serapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Hingga Penulis melakukan penelitian dan menuliskannya dengan judul "Kata Serapan; Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Surah at-Taubah Ayat 1-50)" B. Pembatasan dan Perumusan Penelitian terhadap bahasa pastilah memerlukan waktu yang sangat panjang dan melelahkan. Sebab jika meneliti satu sisi dari bahasa, maka sisi yang lainnya muncul sebagai unsur yang sama pentingnya dengan sisi sebelumnya. Sisi-sisi tersebut saling berkaitan satu sama lain dan saling menguatkan bahkan menjadi teori yang baru. Oleh karena hal tersebut, untuk mengurangi pelebaran masalah dari penelitian yang akan dilakukan, Penulis sengaja membatasi masalah-masalah yang akan diteliti. Penulisan ini hanya terkait pada kata-kata serapan yang terdapat pada al-Qur’an terjemah bahasa Sunda dan al-Qur’an terjemahan bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab surah at-Taubah ayat 1-50. Penelitian ini dikhususkan untuk membandingkan perubahan makna kata serapan dari bahasa Arab pada bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dengan studi kasus pada al-Qur’an terjemaha kedua bahasa tersebut. Dengan demikian, penulisan ini Penulis rumuskan sebagai berikut dengan bentuk pertanyaan yang akan dijawab setelah penelitian dan pengkajian yang mendalam. Ada pun pertanyaannya sebagai berikut: 1. Seberapa besarkah pengaruh kata serapan terhadap proses penerjemahan? 2. Bagaimanakah perubahan makna kata serapan bahasa Arab pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penulis melakukan penelitian ini tidaklah tanpa tujuan. Dari tujuan itu timbulah manfaat-manfaat yang dapat diambil. Dengan jelas Penulis merumuskan tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengetahui kata serapan dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab pada kedua al-Qur’an terjemahan dalam surah at-Taubah 2. Membandingkan pergeseran makna kata serapan bahasa Arab pada bahasa Indonesia dan Sunda Ada pun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Memperkaya khasanah kebahasaan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. 2. Mempermudah bagi siapa saja yang ingin mengetahui kata sarapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. D. Metodologi Penelitian Metode yang Penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif Naratif komparatif, yaitu dengan cara mengumpulkan data kemudian menguraikan dan membandingkan hingga tercapai tujuan penelitian yang telah dirumuskan sehingga data hasil penelitian bisa diambil manfaatnya. Ada pun dalam pencarian data, Penulis menganalisis sejumlah kata serapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam al-Qur’an terjemah bahasa Indonesia dan al-Qur’an terjemah bahasa Sunda pada surah at-Taubah ayat 1-50. Kemudian Penulis menguraikan, mengelompokan dan membandingkan maknanya, dengan teori yang sesuai dengan penelitian dan fakta-fakta yang menyebabkan terjadinnya pergeseran makna. Di luar itu, untuk menunjang materi dan keilmiahan penelitian, Penulis melakukan konsultasi dengan para ahli yang terkait. Merujuk sumber-sumber lain yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian ini seperti, buku-buku semantik, linguistik, morfologi, fonologi, data-data dari internet, dan lain-lain. Kemudian dalam penyusunan dan tehnik penulisan skiripsi, Penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang dikeluarkan oleh Center of Quality Development an Assurance (CeQDA) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. Sedangkan pedoman translitersai yang digunakan Penulis adalah transliterasi alQur’an terjemahan Departemen Agama. E. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini penulis lakukan dengan sistematika sebagai berikut: Bab Pertama, berupa pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah penulisan, kemudian pembatasan dan perumusan masalah agar penulisan tidak melebar, dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian Pada bagian terakhir bab ini tulisan ditutup dengan sistematika penulisan. Bab kedua, berupa Kerangka Teori yang berisikan Teori Penerjemahan, Hakikat Kosakata dan Makna, Hakikat Kata Serapan Arab, Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab Kedalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia dengan pembagian sebagai berikut: pertama, Bidang Fonem, pada bagian ini yaitu, Penggantian Fonem, Penghilangan Fonem, Pelonggaran kaidah Fonem. Kedua, Pola Suku Kata yang dibagi kepada: Pengubahan Pola dan Penggantian Pola. Kemudian dilanjutkan dengan sub bab selanjutnya Kata-kata Istilah, Pengulangan (reduplikasi), dan Pengimbuhan (afiksasi), Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab, dan Jenis Perubahan Makna yang berisikan, Meluas, Menyempit, Peninggian, Penurunan Persamaan dan Pertukaran makna. Bab ketiga, adalah pembahasa Perbandingan kata serapan, bab ini akan membahas perbandingan kata serpan pada bahasa Sunda dan bahasa Indonesia sesuai dengan teori dan dikelompokan menjadi dua sub judul, pertama, Perbandingan perubahan makna Kata serapan. Kedua, Perbandingan Proses Penyerapan. Bab keempat, Penutup, bab ini adalah penutup dari seluruh penelitian. Bab ini akan diisi oleh Kesimpulan, Saran dan Kritik. Pada bab ini juga memuat tesis Penulis dari hasil panelitian yang sudah dilakukan BAB II KATA SERAPAN A. Kosakata dan Makna Bila kita perhatikan dengan teliti percakapan seseorang dengan yang lainnya atau sebuah tulisan, maka akan kita jumpai beberapa kata dengan susunan tertentu sehingga menjadi urutan kata-kata yang bermakna. Dengan kata lain, orang berbahasa (baik tulisan atau lisan) ialah orang yang sedang menyusun kata-kata dengan urutan tertentu sehingga menghasilkan makna. Semakin banyak jumlah kata yang dikuasai seseorang, memungkinkan terciptanya kelancaran berbahasa dan makna yang luas. Hal ini akan jelas terlihat jika kita perhatikan perkembangan berbahasa pada manusia. Perbendaharaan dan penguasaan kata-kata bertambah pula seiring dengan tingkat kedewasaan dan keluasan ilmu pengetahuannya. Penambahan perbendaharaan kata-kata menjadi pengetahuan dalam diri seseorang sampai akhir hayatnya. Penggunaan secara sistematis terhadap unsur bahasa lain oleh seseorang merupakan bagian dari suatu bahasa yang tanpa disadari oleh pemakainya. Peminjaman ini disebut proses integrasi.1 Pada proses integrasi unsur-unsur bahasa lain yang terbawa masuk itu sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dari bahasa yang menerimanya atau yang dimasukinya. Proses integrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. 1 Harimukti Kridalakasana, Kamus Linguistik, (Jakarta: PT. Gramedia, 1983), cet. ke-2, hal. 62 Terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang dipergunakan, sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang sedang dipergunakan disebut dengan interferensi. B. Kata Serapan Kata serapan adalah salah satu faktor yang sangat aktif dalam menentukan perkembangan bahasa. Penyerapan terjadi akibat adanya kontak antar satu bahasa dengan bahasa lain, baik yang sekerabat maupun yang tidak sekerabat. Kontak dengan bahasa-bahasa lain menimbulkan saling adanya pengaruh dalam bahasa mereka dan pengaruh yang paling sederhana berupa pinjaman kata-kata karena perkembangan antar bahasa yang saling mempengaruhi pastilah berbeda. Oleh karena itu kata-kata serapan pasti ada pada setiap bahasa di dunia. Sebagaimana di Indonesia, selain ada bahasa Nasional yaitu bahasa Indonesia ada juga bahasabahasa daerah. Bahkan kebanyakan masyarakat Indonesia menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua setelah bahasa daerahnya masing-masing. Dengan situasi kebahasaan seperti itu, dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia termasuk masyarakat bilingual atau multilingual karena tidak sedikit dari masyarakat itu yang menguasai lebih dari satu bahasa, misalnya mereka menguasai bahasa Indonesia, bahasa daerahnya sendiri, juga menguasai bahasa asing. Penyerapan dari satu bahasa ke bahasa lain dapat terjadi secara leksikal. Pada proses penyerapan unsur bahasa secara leksikal akan terbawa juga proses penyerapan bunyi. Penyerapan leksikal dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu penyerapan dialek, penyerapan mesra, penyerapan kultural. 1). Penyerapan dialek adalah penyerapan yang diambil dari salah satu dialek dalam bahasa Indonesia, seperti damprat (memaki-maki), mendusin (sadar), dan lain-lain. Dianggap sebagai penyerapan dialek karena merupakan salah satu dialek bahasa Indonesia yang diambil dari bahasa Jakarta (Betawi). 2). Penyerapan mesra adalah penyerapan dari bahasa lain yang terdapat dalam daerah kebahasaan Indonesia, seperti kata ganteng, leluhur, dan prihatin yang berasal dari bahasa Jawa. 3). Penyerapan kultural adalah bahasa yang diambil dari bahasa yang tidak ada dalam daerah kebahasaan Indonesia, seperti kata fakir, jahiliyah, dan kiamat yang diserap dari bahasa Arab. Di samping penyerapan leksikal ada pula penyerapan struktural, yang termasuk dalam penyerapan ini adalah penyerapan yang menyangkut unsur fonem, morfem, dan kalimat.2 Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa melayu, dalam perkembangannya telah banyak menyerap kata-kata dari bahasa serumpun ataupun bahasa asing. Salah satu bahasa asing yang telah banyak mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia adalah bahasa Arab. Kehadiran bahasa Arab dalam bahasa Indonesia dimulai sejak berkembangnya agama Islam di Indonesia yang dibawa oleh orang-orang Persia, India, dan Arab. Al-Qur’an sebagai kitab 2 Samsuri, Analisa Bahasa, (Jakarta, Erlangga, 1994), cet. Ke-9, h. 52-53 suci umat islam yang berbahasa Arab memegang peran penting dalam proses penyebaran islam, selain itu mereka mengisahkan cerita-cerita tentang para nabi dan juga tulisan-tulisan lain tentang agama islam yang berbahasa Arab, sehingga tanpa disadari kata-kata tersebut terserap dalam bahasa Indonesia.3 Kata-kata serapan dari bahasa Arab telah memperkaya kosa kata bahasa Indonesia. Kata-kata yang berasal dari bahasa Arab sudah sering digunakan oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dalam keseharian mereka, terutama dalam bidang keagamaan, sehingga kata-kata tersebut sudah tidak terasa asing lagi. Kata-kata yang terkait dalam bidang keagamaan, seperti masya Allah, insya Allah, takdir, dan masih banyak lagi yang lainnya yang mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Bahasa Sunda, semula oleh para sarjana belanda disebut-sebut sebagai sempalan dari bahasa Jawa, oleh karenanya wilayah sunda pada jaman kolonial disebut jawa bagian barat atau Jawa Barat. Namun, kenyataannya ternyata tidak begitu, Sunda merupakan wilayah tersendiri yang bukan jawa. Begitu juga dengan bahasanya. Bahkan pada tahun 1956, para pemuda pasundan pernah mengadakan kongres untuk menolak penyebutan Jawa Barat untuk wilayah Sunda.4 Namun hasilnya hanya tersimpan dalam hati saja. Seperti halnya yang terjadi pada semua bahasa, kontak antar bahasa pasti tidak bisa dihindari. Sehingga terjadilah proses integrasi, serap-menyerap, berdasarkan pada kebutuhan perkembangan zaman. Begitu juga pada bahasa 3 Simorangkir, dkk, Kesusastraan Indonesia, (Jakarta : Pembangunan, 1959), h.66 Ajip Rosidi, The Sundanese Youth Congres translated by J. Noorduyn, dalam Tulak Bala; Sistem Pertahanan Tradisional Masyarakat Sunda dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda, (Bandung: Pusat Studi Sunda, 2003), h. 57 4 Sunda, percampuran terjadi karena para penutur bahasa Sunda bersinggungan dengan penutur bahasa lain. Pada bahasa Sunda, kata serapan disebut basa kosta (bahasa asing)5 atau kecap serepan.6 Dengan begitu, kata serapan serapan adalah bahasa asing yang digunakan dalam bahasa lokal. Perkembangan penggunaannya tidak jauh berbeda seperti yang terjadi pada bahasa Indonesia. Kontak budaya dan bahasa yang terjadi di tanah Sunda menjadi penyebab utama berkembang dan masuknya lebih banyak lagi kata serapan. Oleh karena orang Sunda banyak yang memeluk agama Islam, maka kata-kata yang berasal dari bahasa Arab tidak bisa ditolak. Terlebih untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak ada padanannya dalam bahasa Sunda seperti istilah-istilah yang sangat erat hubungannya dengan keagamaan. C. Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab Kedalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia Proses penyerapan bahasa terjadi melalui kontak budaya antar bangsa. Kontak bahasa yang tidak bisa dihindarkan akhirnya terjadi dan saling mempengaruhi. Masuknya kata-kata yang berasal dari bahasa Arab dan diserap oleh berbagai bahasa yang ada di Nusantara bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Nusantara.7 5 Rahmat Taufik Hidayat, dkk, Peperenian Urang Sunda, (Banding: Kiblat, 2007), Cet. ke-2, h. 260 6 Budi Rahayu Tamsyah, dkk, Galuring Basa Sunda, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), cet. ke-4, h.65 7 Superno, Ep., Logat (Catatan Kata-Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab), (Surya angkasa, Semarang, 1994), Cet. ke-1, hal. 1 Setiap bahasa memiliki aturan atau kaidah yang disebut dengan tata bahasa. Dalam tata bahasa diatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kebahasaan seperti bidang semantik, sintaksis, morfologi, dan fonologi. Apabila terdapat bahasa asing atau bahasa daerah yang terserap ke dalam bahasa Indonesia maka kata atau bahasa tersebut akan menyesuaikan dengan kaidah atau sistem bahasa Indonesia sehingga akan mengalami perubahan. Begitu juga pada bahasa Sunda, bila ada kata asing yang masuk ke dalam bahasa Sunda, maka akan mengalami perubahan karena menyesuaikan dengan kaidah bahasa Sunda. Bentuk penyerapan yang masuk kedalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda secara garis besar ada dua: 1. Bidang Fonem Fonem merupakan abstraksi, sedangkan wujud fonetisnya tergantung beberapa faktor terutama posisinya dalam hubungan dengan bunyi lain. Adapun fonem itu sendiri adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukan kontras makna.8 Fonem dalam bahasa Indonesia mempunyai 27 fonem, sedangkan bahasa Arab mempunyai 34 fonem. Kecuali berbeda dalam jumlah, fonem dalam kedua bahasa tersebut juga berbeda dalam wujud.9 Bahasa sunda sendiri memilki fonem 30. Ke-27 fonem dalam bahasa Indonesia itu terdiri dari fonem vokal sebanyak 6 dan fonem konsonan sebanyak 21, bahasa Arab memiliki fonem vokal 8 9 Harimurti Kridalaksana, hal. 44 Soedarno, hal. 61 5 dan fonem konsonan sebanyak 28, dan fonem suprasegmental satu. Sedangkan bahasa Sunda memiliki 7 fonem vokal dan 19 fonem konsonan lokal dan 5 fonem konsonan asing.10 a. Penggantian Fonem Di depan dinyatakan, baik bahasa Arab bahasa Indonesia dan bahasa Sunda sama-sama mempunyai fonem vokal /a/, /i/, dan /u/. Kalau fonem vokal tersebut sama-sama memiliki oleh ketiga bahasa, tentulah tidak akan terjadi penggantian apabila ada kata-kata bahasa Arab yang mengandung vokal tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Maksudnya ialah tidak ada penggantian, misalnya terdapat pada kata-kata : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda Akbâr - أآﺒﺮ akbar akbar ‘ibâdah - ﻋﺒﺎدة ibadah ibadah Ma’lûm - ﻣﻌﻠﻮم maklum ma’lum yang masing-masing mengandung vokal /a/, /i/, dan /u/. Tetapi bila daftar kata bahasa Indonesia dan bahasa Sunda yang berasal dari bahasa Arab itu kita teliti lebih cermat, maka akan segera tampak bahwa kelima vokal tersebut dalam kenyataannya ada yang diganti, malahan justru dengan vokal yang tidak terdapat dalam bahasa Arab. Sebagai contoh vokal /a/, /i/, dan /u/, diftong /ai/ dan /au/ bahasa 10 Budi Rahayu Tamsyah, h.17 Arab masing-masing diganti dengan vokal /e/ (pepet), /e/ (teleng), /o/ bahasa Indonesaia, /e/ (pepet), / é / (teleng) dan /o/ bahasa Sunda seperti dalam kata : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda - ﺗﺮﺗﻴﺐ tertib tartib Dâ’irah - داﺋﺮة daerah daérah Tartîb Penggantian vokal semacam itu tidak akan dibicarakan pada penggantin fonem karena penggantian semacam itu merupakan akibat penyesuaian dengan ketentuan tentang suku kata rangkaian suku kata dalam membentuk kata. Gejala yang sama terjadi juga dalam bidang konsonan. Sebagai contoh konsonan /b/ dan /d/ yang dimiliki oleh bahasa Arab maupun bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, tetapi terjadi juga penggantian di bawah ini : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda Sabt - ﺳﺒﺖ saptu atau sabtu saptu Hasûd - ﺣﺴﻮد hasut hasud Ada lagi satu masalah yang menyangkut fonem vokal, yaitu penggantian vokal /a/ bahasa Arab, yang dalam tulisan Arabnya dilambangkan dengan fathah, dengan vokal /o/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda yang justru tidak terdapat dalam bahasa Arab. Penggantian itu misalnya terdapat dalam kata : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda kodim kodim rido rido Qadîm - ﻗﺪﻳﻢ Ridâ - رﺿﻰ Diketahui, vokal /a/ yang lambangnya dalam tulisan Arab berupa fathah, bila berangkaian dengan konsonan /kh/, /r/, /sh/, /d/, /th/, /z/, /g/ dan /q/ bahasa Arab disebut huruf mufakham11diganti dengan vokal /o/ pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Persoalan penggantian dan penerimaan fonem dalam rangka penyesuiannya dengan pelonggaran kaidah bahasa Indonesia. Penggantian dan pelanggaran itu berlaku untuk fonem-fonem bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia dan sunda, yaitu fonem konsonan /ś/, /h/, /kh/, /z/, /s/, /sy/, /sh/, /d/, /th/, /ż/, /..‘./, /g/, /f/, dan /q/. Di samping itu, ada juga penghilangan, bukan penggantian, yaitu konsonan /..’./ dan fonem suprasegmental maddah. a. 1. Konsonan /ś/ Konsonan geser antar gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda pada umumnya diganti dengan konsonan /s/ geser gigi bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia terletak di awal maupun di akhir suku kata. Misalnya : Śulâsâ 11 Ibid, h. 64 - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﺛﻼﺛﺎء salasa selasa Miśâl - ﻣﺜﺎل misal misal a. 2. Konsonan /h/ Konsonan geser faringal tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa sunda biasanya diganti dengan konsonan /h/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia terletak di awal maupun di akhir suku kata. Contoh penggantian itu adalah : Mahkamah - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﻣﺤﻜﻤﺔ mahkamah mahkamah a. 3. Konsonan /kh/ Konsonan geser langit-langit lembut bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan hambat langit-langit lembut tak bersuara, bila ia terletak di awal suku kata. Penggantian itu misalnya terdapat dalam kata : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Khabr - ﺧﺒﺮ kabar Bahasa Sunda kabar a. 4. Konsonan / ż / Konsonan geser antargigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia umumnya diganti dengan konsonan hambat langit-langit keras bersuara bahasa Indonesia. Misalnya : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Iżn إذن - ijin Bahasa Sunda ijin a. 5. Konsonan /z/ Konsonan geser gigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk dalam bahasa Indonesia umumnya diganti dengan konsonan hambat langit-langit keras bersuara bahasa Indonesia juga. Misalnya : Ziyârah - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda زﻳﺎرة jiarah jiarah Ada juga yang diganti dengan konsonan /s/ bahasa Indonesia, terutama bila terletak di tengah atau akhir suku kata. Misalnya : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Ijâsah - إﺟﺎزة ijasah Bahasa Sunda ijasah a. 6. Konsonan /sy/ Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan /sy/ bahasa Indonesia, baik di awal dan lebih-lebih di akhir suku kata. Tetapi pada bahasa Sunda, konsonan ini diganti dengan konsonan /s/. Misalnya : Syarîkat - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﺷﺮﻳﻜﺔ sarekat syarikat a. 7. Konsonan /sh/ Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasa diganti dengan konsonan geser gigi /s/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia menduduki posisi awal maupun di akhir suku kata. Misalnya : Bahasa Arab Bahasa Indonesia ﻧﺼﻴﺤﺔ Nashîhat - nasehat Bahasa Sunda nasehat a. 8. Konsonan /d/ Konsonan hambat pangkal gigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan hambat gigi bersuara bahasa Indonesia /d/. Misalnya : Da‘îf - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﺿﻌﻴﻒ doip daif a. 9. Konsonan /th/ Konsonan hambat pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasa diganti dengan konsonan hambat gigi tak bersuara /t/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik menduduki posisi awal maupun di akhir suku kata. Misalnya : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Thama’ - ﻃﻤﻊ tamak Bahasa Sunda tamak a. 10. Konsonan /z/ Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan kosonan samping gigi bahasa Indonesia /l/. Penggantian itu terdapat pada kata yang sudah lama masuk ke dalam bahasa Indonesia. Bila kata itu relatif baru, ia diganti dengan konsonan /z/. Misalnya : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda Lafz - ﻟﻔﻆ lafal lafal Hafz - ﺣﻔﻆ hafal hafal a. 11. Konsonan /..‘../ Konsonan hambat faringal bahasa Arab ini masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia mengalami dua macam perlakuan. Pertama, bila ia menduduki posisi awal suku, baik suku kata itu di awal maupun di tengah kata, konsonan tersebut dihilangkan. Kedua, bila ada di akhir suku kata, konsonan tersebut diganti dengan /k/. Lafal /k/ itu seperti lafal /k/ bahasa Indonesia yang menduduki posisi akhir suku kata pada umumnya. Tetapi pada bahasa Sunda, konsonan tersebut tetap dimunculkan. Misalnya : ‘ilm - Ma‘lûm - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﻋﻠﻢ ilmu élmu ﻣﻌﻠﻮم maklum ma’lum a. 12. Konsonan /g/ Konsonan geser anak tekak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia pada umumnya diganti dengan konsonan hambat langit-langit lembut bersuara /g/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia menduduki posisi awal maupun posisi akhir suku kata, misalnya : Magfirah - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﻣﻐﻔﺮة magfiroh magfirah a. 13. Konsonan /f/ Konsonan geser bibir gigi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasanya diganti dengan konsonan hambat bibirtak bersuara /p/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia menduduki posisi awal maupun posisi akhir suku kata. Tetapi pada bahasa Indonesia masih ada yang dipertahankan. Misalnya : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda - ﻓﻜﺮ pikir pikir Fitnah - ﻓﺘﻨﺔ fitnah pitenah Fikr a. 14. Konsonan /q/ Konsonan hambat anak tekak tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan /k/ bahasa Indonesia, baik ia menduduki posisi awal, tengah, maupun akhir suku kata. Bila ia menduduki posisi awal suku kata, lafalnya seperti lafal konsonan /k/ bahasa Indonesia yang menduduki posisi awal suku kata. Tetapi, bila ia menduduki posisi akhir suku kata, lafalnya ada yang seperti lafal /k/ bahasa Indonesia yang menduduki akhir suku kata. Sebagai mana bunyi hamzah, ada pula yang berupa konsonan /k/ jelas, seperti bila /k/ itu menduduki posisi awal kata. Misalnya : Rizq - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda رزق rejeki rejeki Mutlaq - ﻣﻄﻠﻖ mutlak mutlak Haqq - ﺣﻖ hak hak b. Penghilangan Fonem Penghilangan fonem ini akan membahas bagaimana penyesuaian bahasa Arab terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dengan mengganti fonem bahasa Arab oleh fonem bahasa Indonesia dan Sunda yang dianggap paling mirip. Fonem bahasa Arab yang mendapat dua macam perlakuan12, yaitu diganti dengan fonem bahasa Indonesia atau bahasa Sunda yang paling mirip bila fonem bahasa Arab itu menduduki posisi akhir suku/kata dan yang kedua dihilangkan bila fonem tersebut menduduki posisi awal suku/kata. Fonem bahasa Arab yang mempunyai dua bentuk ialah fonem yang biasa ditulis dengan huruf ta marbutah ( )ة, dan selalu menduduki 12 Harimurti Kridalaksana, h. 75 posisi akhir kata. Lafal fonem tersebut sama dengan lafal konsonan /h/ bila pengucapan tidak disambung dengan kata berikutnya dan sama dengan lafal konsonan /t/ bila pengucapan itu disambung dengan kata berikutnya. Fonem tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda ada dua, yaitu : konsonan /h/ dan konsonan /t/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Yang menarik tentang fonem itu ialah dikelompokkan menjadi tiga13: pertama, kata-kata fonem penggantinya adalah konsonan /h/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Kedua. kata-kata fonem penggantinya adalah konsonan /t/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Ketiga, bentuk yang berfonem akhir konsonan /t/. Di bawah ini contoh ketiga kelompok kata tersebut. Fâ'idah - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﻓﺎ ﺋﺪة faedah faedah jamaah/jamaat jamaah Jamâ'ah/t - ﺟﻤﺎﻋﺔ Adapun fonem-fonem yang dihilangkan adalah sebagian berikut: b. 1. Konsonan /..‘../ Konsonan hambat glottal tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Sunda biasanya dihilangkan baik ia menduduki posisi awal atau ahir kata. Misalnya : 13 Ibid, h. 75 ‘ulamâ - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﻋﻠﻤﺎء ulama ulama b. 2. Maddah (â, î, dan û) Fonem Suprasegmental yang berupa tekanan panjang atau tempo dalam bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasanya dihilangkan, baik ia menduduki posisi awal, tengah maupun akhir kata. Fonem tersebut dianggap tidak ada pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Dalam bahasa Arab fonem suprasegmental melekat pada vokal dan lafal vokal dalam bahasa Arab yang lebih panjang dibandingkan dengan vokal yang tidak disertai fonem suprasegmental. Contoh kata yang mengandung fonem suprasegmental itu adalah : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda Hâl - ﺣﺎل hal hal Maqâm - ﻣﻘﺎم makam makom c. Pelonggaran kaidah Fonem Pelonggaran kaidah adalah pelonggaran kaidah bahasa dalam usaha menampung unsur dari luar yang berupa fonem-fonem bahasa. Pelonggaran itu berupa menerima fonem bahasa dan menggunakannya dalam bahasa lainnya. Dengan kata lain, fonem-fonem yang diterima dalam bahasa itu tidak lagi diganti dengan fonem lain yang mirip. Di antara fonem-fonem bahasa Arab yang diterima bahasa Indonesia, semuanya fonem konsonan dan tidak ada fonem vokal atau fonem suprasegmental. a. Konsonan /f/ Konsonian /f/ agaknya diterima oleh bahasa Indonesia cukup banyak, sebagian dari kata itu masih mempunyai dua bentuk. Yang satu, masih dengan konsonan /f/ dan yang kedua, sudah diganti dengan /p/. Ada juga /f/ dan /p/ itu yang sudah fonemis. Misalnya terdapat dalam kata kafan dan kapan. Namun tidak terlalu banyak dalam bahasa Sunda. Kebanyakan, pada bahasa Sunda fonem /f/ diubah menjadi /p/. seperti halnya dalam kata fitnah (indonesia) pada bahasa Sunda menjadi pitenah. Di bawah ini contoh yang masih mempunyai kembaran tanpa /f/ maupun yang sudah tidak mempunyai lagi. Infaq - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda اﻧﻔﻖ infak Infak b. Konsonan /kh/ Konsonan /kh/ dari bahasa Arab kiranya juga diterima oleh bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Ada juga yang masih mempunyai bentuk kembaran, yang satu masih dengan konsonan /kh/ dan satunya lagi, konsonan itu sudah diganti dengan /h/. Ada juga /kh/ dan /h/ itu yang sudah fonemis, misalnya dalam khas dan has. Di bawah ini contohnya : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda Akhlâq - اﺧﻼق Akhlak Ahlak Khâliq ﺧﺎﻟﻖ Khalik Halik c. Konsonan /sy/ Konsonan ini diterima oleh bahasa Indonesia dan bahsa Sunda tidak banyak, karena sedikit kata kembar yang /sy/ dan /s/. Konsonan ini yang sudah fonemis misalnya dalam kata syarat dan sarat. Bahkan, pada bahasa Sunda konsonan /sy/ hanya ditukar dengan konsonan /s/. Di bawah ini contoh-contoh yang mengandung konsonan /sy/: Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda Syukr - ﺷﻜﺮ Syukur Sukur/ syukur Syart - ﺷﺮط Syarat/ Sarat Sarat d. Konsonan /z/ Konsonan /z/ diterima oleh bahasa Indonesia karena berbeda dengan Konsonan bahasa Arab yang lainnya. Konsonan ini dipergunakan untuk mengganti konsonan bahasa Arab selain /z/. Namun pada bahasa Sunda, konsonan /z/ diganti dengan /j/. Di bawah ini contoh kata-katanya, baik berasal dari konsonan /z/ maupun konsonan lainnya : Ziyârah Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda زﻳﺎرة Jiarah Ziarah 2. Pola Suku Kata Untuk pembahasan masalah ini, perlu diketahui lebih dahulu pola-pola suku kata yang dimiliki oleh masing-masing bahasa. Dan pola suku kata bahasa Arab ada tiga pola suku kata. Ada pun pola-pola suku kata dan contohnya sebagai berikut : 1. KV (Konsonan Vokal) Contoh : ja-da - ()ﺟﺪ 2. KVK (Konsonan Vokal Konsonan) Contoh : bab - ﺑﺎب, mas-jid - ﻣﺴﺠﺪ 3. KVKK (Konsonan Vokal Konsonan Konsonan) Contoh : fikr - ﻓﻜﺮ Bahasa Indonesia memiliki empat pola suku kata. berikut adalah keempat pola beserta contohnya: 1. V (Vokal) Contoh : a-ku, e-mas, i-kat, o-rang 2. VK (Vokal Konsonan) Contoh : am-bil, un-dang, in-dah 3. KV (Konsonan Vokal) Contoh : ma-u, ta-hu, mu-da 4. KVK (Konsonan Vokal Konsonan) Contoh : pin-dah, pas-ti Sedangkan bahasa Sunda memiliki enam pola suku kata (engang). Keenam pola tersebut sebagai berikut: 1. V (Vokal) Contoh : a-ya, a-bah, i-raha 2. VK (Vokal Konsonan) Contoh : ab-di, im-bit 3. KV (Konsonan Vokal) Contoh : ba-pa, ti-suk 4. KVK (Konsonan Vokal Konsonan) Contoh : ban-da, har-ta, cen-tok 5. KKV (Konsonan Konsonan Vokal) Contoh : pra-bu, sri-pang-gung 6. KKVK (Konsonan Konsonan Vokal Konsonan) Contoh : tres-na, brang-ta Karena perbedaan pola itulah maka penyerapan kata-kata dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda membawa dua macam akibat.14 Pertama, penyesuaian kata-kata bahasa Arab yang masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahsa Sunda disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, terutama kaidah yang menyangkut suku kata, dan pelonggaran kaidah bahasa Indonesia guna menampung 14 Ibid, h. 83 unsur dari luar. Kedua, diserap secara langsung atau utuh tetapi belum sepenuhnya menjadi milik bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. D. Kata-kata Istilah, Pengulangan (reduplikasi), dan Imbuhan (afiksasi) 1. Kata Istiliah Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, dalam penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dibedakan menjadi dua, yaitu : unsur serapan yang belum sepenuhnya diserap ke dalam kedua bahasa dan unsur serapan yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.15 Kata-kata istilah yang khususnya dari bahasa Arab tentang istilah keagamaan digolongkan pada unsur serapan jenis pertama, yaitu belum sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Berikut beberapa contohnya: 15 Bahasa Arab Bahasa Indonesai Bahasa Sunda al-marhûm اﻟﻤﺮﺣﻮم al-marhum al-marhum Ustâdz أﺳﺘﺎذ ustadz ustad ’Ażân أذان adzan adan Harimurti Kridalaksana, op.cit., h. 67 2. Pengulangan (reduplikasi) Reduplikasi adalah proses morfologi yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian maupun dengan perubahan bunyi.16 Contoh kata ulang seluruhnya adalah aba menjadi aba-aba. Contoh kata ulang sebagian seperti berkata menjadi berkata-kata dan contoh kata ulang sebagian dengan perubahan bunyi seperti muda-mudi atau bolak-balik. Reduplikasi berfungsi sebagai alat fonologis atau gramatikal dalam sebuah proses pengulangan satuan bahasa.17 Dalam bahasa Sunda proses reduplikasi ini dinamakan rajekan.18 Pada kedua bahasa, Indonesia dan Sunda, gejala reduplikasi hampir mirip, yakni, reduplikasi dwipurwa, dwilingga / dwimurni, dwilingga salin swara /dwiréksa , dwiwasana, kombinasi / binarung rarangkén dan trilingga. Berikut adalah contoh reduplikasi ke dua bahasa: 1. Dwipurwa (pengulangan suku pertama pada kata) Ind. : tetangga, lelaki Sund. : kokolot, pupuhu Ada perbedaan sedikit dalam pengulangan suku kata, pada bahasa Indonesia terjadi pelemahan vokal, sedang pada bahasa Sunda tidak. 2. Dwilingga / Dwimurni (pengulangan kata) 16 Ind. : rumah-rumah, makan-makan Sund. : jalma-jalma, nini-nini Abdul Chaer, Op. cit., h. 182 Ibid, h. 31 18 Sudaryat, Yayat, Tata Bahasa Sunda Kiwari, 2009, (Bandung, Yrama Widya) cet. Ke-2, h. 57 17 3. Dwilingga Salin Swara / dwiréksa (pengulangan kata dengan variasi pada fonem) Ind. : mondar-mandir, corat-coret Sund. : sura-seuri, curat-corét 4. Dwiwasana ( pengulangan bagian belakan dari kata) Indo. : pertama-tama, perlahan-lahan Sund. : saalus-alus, 5. Kombinasi / Binarung Rarangkén (pengulangan yang berimbuhan) Ind. : men- cakar-cakar, turun- te-murun, tumbuh-tumbuh -an Sund. : pa-huleng-huleng, kukuda-an, aprak-aprak-an 6. Trilingga (pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem) Ind. : dag-dig-dug, dar-der-dor Sund. : balg-blig-blug, dar-dér-dor Namun reduplikasi tersebut tidak terdapat dalam bahasa Arab. Yang ada dalam bahasa Arab adalah kata-kata yang bermakna tunggal (mufrad), bermakna dua (mutsana) dan bermakna banyak (Jama') yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi proses afiksasi. Berikut ini beberapa contoh diantaranya : Bentuk tunggal (mufrad) آﺘﺎب /kitâb/ artinya buku Bentuk bermakna dua (mutsanna) آﺘﺎﺑﺎن /kitâbân/ artinya dua buku Bentuk bermakna banyak (jama') آﺘﺐ /kutub/ artinya buku-buku Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa bentuk pengulangan dari kata seperti ulama-ulama, sehat-sehat dan sarat-sarat bukan bentuk kata bahasa Arab. Pengulangan kata itu terjadi setelah kata dasar dari bahasa Arab diserap ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Setelah itu kata-kata serapan tersebut dianggap sebagai warga kata bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Dengan demikian, kata-kata tersebut dapat diulang seperti kata-kata bahasa Indonesia asli. Dengan kata lain, dalam bahasa arab tidak ada pengulangan. Pengulangan pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda lebih banyak digunakan untuk menyatakan bentuk jamak (banyak) dari suatu kata. 3. Imbuhan (Afikasasi) Dari sebuah kata dasar, dapat dibentuk sejumlah kata lain yang masih bertalian dari segi bentuk, lafal maupun maknanya. Misalnya, kita ambil kata dasar tulis. Dari kata dasar ini akan terbentuk kata bentukan baru menulis, ditulis, menuliskan, bertuliskan, tulisan, tuliskan, tulisi dan sebagainya. Misal dalam bahasa Sunda, dari kata gawé, bisa diperoleh bentukan baru seperti, ngagawékeun, ngagawéan, pagawé, pagawéan, sagawéan, dan sebagainya. Proses perubahan seperti tersebut diatas dinamakan afiksasi atau pemberian imbuhan pada kata. Afiksasi (imbuhan) dalam bahasa Sunda disebut dengan istilah rundayan.19 Ada pun bentuk dan pola imbuhan ke dua bahasa adalah sebagai berikut: 1. Awalan / Rarangkén Hareup (prefiks) Pemberian imbuhan diawal kata. Contoh: Ind. : melamar, ditulis, beriman Sund. : kahayang, didahar, ariman Awalan dalam bahasa Indonesia antara lain, me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe, per-,dan se-. Rarangkén hareup dalam bahasa Sunda antara lain, ba-, barang-, di-, ka-, N-, pa-, pada-, pang-, para-, per-, pi-, sa-, sang-, si-, silih/sili-, ti-, dan ting/pating-. 2. Sisipan / Rarangkén Tengah (infiks) Pemberian imbuhan ditengah kata. Contoh: Ind. : gemetar, gelegar, sinambung, Sund. : larieur, tinulis, lumampah, sarolat, jarakat Sisipan dalam bahasa Indonesia antara lain, -el-, -er-, -em-, dan -in-. Rarangkén Tengah dalam bahasa Sunda antara lain, -ar-, -um-, dan – in-. 19 Idem. 3. Akhiran / Rarangkén Tukang (sufiks) Pemberian imbuhan akhir kata. Contoh: Ind. : layangkan, masukan, maknai Sund. : sakolaan, dahareun, bajuna Akhiran pada bahasa Indonesia antara lain, -an, -kan, dan -i. Rarangkén tukang dalam bahasa Sunda antara lain, -an, eun, -ing/ning, -keun, dan -na/ana/nana. 4. Gabungan / Barung (konfiks) Pemberian imbuhan digabungkan antara awalan dan akhiran. Contoh: Ind. : diberikan, keadaan Sund. : dibikeunan, kaayaan, sajadina Bentuk gabungan pada bahasa indonesia antara lain, me-kan, di-kan, ke-an, per-an, dan lain-lain. Bentuk Rarangkén barung pada bahasa Sunda antara lain, di-an, ka-an, sa-na, pika-eun, dan lain sejenisnya. 5. Kombinasi / Bareng (ambifiks) Pemberian imbuhan dilakukan dengan cara mengkombinasikan kata yang sudah diberi imbuhan deberikan lagi imbuhan. Contoh: Ind. : memperbodohi, memperistrikan Sund. : sakahayangna, dipangaralaankeun Kombinasi dalam bahasa Indonesia antara lain, memper-i, memperkan, dan sejenisnya. Rarangkén Bareng dalam bahasa Sunda antara lain, saka-na, di-pangN-ar-----an-keun, dan sejenisnya. E. Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab Perubahan bahasa (linguistic change) yaitu berubah atau bergantinya tanda-tanda bahasa dari satu tahap ke tahap yang lainnya, sedangkan berubahnya makna (semantic change) yaitu berubahnya makna dalam perkembangan sejarah suatu bahasa atau akibat dari persinggungan dengan bahasa lain.20 Dari keterangan di atas, jelas bahwa perubahan makna membahas seputar bergantinya suatu keadaan dan bentuk makna, meluas dan menyempit, menambah atau mengurangi sifat rasa, bertukar rasa, dan lain-lain yang berkaitan ketika bahasa digunakan. Bahasa, dalam perkembanganya selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan para penuturnya. Begitu juga dengan makna, makna leksikal atau makna idiomatikal dalam suatu bahasa sering sekali mengalami perubahanperubahan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut terjadi, di antaranya akibat pengaruh bahasa lain. Selain itu, ada juga hal-hal yang bersifat praktis bisa menyebabkan bahasa berubah, seperti, disebabkan berkembangnya bahasa dan berkembangnya para penutur bahasa. 20 Sudaryat, Yayat, Ulikan Semantik Sunda, (Geger Sunten; Bandung 2003), Cet. ke-3, hal. 29 Sebab perubahan arti dapat sangat bermacam-macam. Akan tetapi, hakikat perubahan arti dari ungkapan tertentu selalu dapat diasosiasikan. Selalu terdapat jenis hubungan tertentu yang mengaitkan antara arti lama sebuah kata atau ungkapan dengan arti baru yang dimilikinya. Secara umum, hubungan tersebut dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu hubungan yang didasarkan atas keserupaan (similarity) dan hubungan yang didasarkan atas kedekatan (contiguity). Hubungan dalam yang pertama biasa disebut metafora dan yang kedua disebut metonimi. F. Jenis Perubahan Makna a. Meluas (generalisasi) Makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang sebelumnya hanya memiliki sebuah makna, tetapi karena berbagai macam faktor kemudia memiliki makna-makna yang lain. Perubahan makna meluas adalah perubahan yang terjadi pada sebuah kata yang pada awalnya hanya memiliki sebuah makna, dengan perkembangan zaman kata tersebut menjadi makna-makna yang lain. Seperti pada kata أﺑﺎد/abâd/ yang bermakna ‘masa’21, dalam bahasa Indonesia kata abad bermakna ‘masa 100 tahun,’22 dan pada bahasa Sunda makna kata abad menjadi ‘masa 100 tahun, dan zaman’. 21 22 Munawir, A, W, h.1 Departemen Pendidikan Nasional, h. 1 b. Menyempit (spesialisasi) Makna menyempit adalah kebalikan dari makna meluas. Kata yang sebelumya memiliki makna yang luas berubah menjadi kata yang memiliki makna terbatas (khusus). Contoh pada kata ﻋﺎﻟﻢ/‘âlim/ yang bermakna ‘orang yang berilmu,’23 dalam bahasa Indonesia kata alim bermakna ‘berilmu, berpengetahuan pandai dalam hal agama Islam,’24 dan pada bahasa Sunda kata alim bermakna ‘orang yang luas pengetahuan agamanya, saléh’.25 c. Peninggian Makna (ameliorasi) Peninggian makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih tinggi/ hormat/ halus/ baik nilainya daripada makna lama. Contoh, bung ‘panggilan kepada orang laki-laki’ makna baru ‘panggilan kepada pemimpin’ putra ‘anak laki-laki’ makna baru ‘lebih tinggi daripada anak’. Bojo (istri) dirasa lebih tinggi dari pada pamajikan. Habib ‘yang dicintai-siapa saja’ makna baru ‘panggilan untuk orang yang diduga keturunan Nabi Muhammad Saw.’ d. Penurunan Makna (Peyorasi) Penurunan makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah/ kurang baik/ kurang menyenangkan nilainya daripada makna lama. Contoh, bini ‘perempuan yang sudah dinikahi’ 23 Munawir, A, W, h.1 Departemen Pendidikan Nasional, h. 30 25 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 10 24 lebih rendah daripada istri/ nyonya. Bunting ‘mengandung’ lebih rendah dari kata hamil, gorombolan ‘kumpulan orang’ lebih rendah dengan makna baru ‘sekelompok orang yang ingin mengganggu keamanan’. e. Persamaan (asosiasi) Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara makna lama dan makna baru. Contoh, amplop ‘sampul surat’ makna baru ‘uang sogok’, bunga ‘kembang’ makna baru ‘gadis cantik’, dua kata ini pada bahasa Sunda pun sama. Fulus ‘uang’ makna baru ‘komisi’. f. Pertukaran (sinestesia) Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera yang berbeda dari indera penglihatan ke indera pendengar, dari indera perasa ke indera pendengar, dan sebagainya. Contoh, suaranya terang sekali (pendengaran ke penglihatan), rupanya manis (penglihat ke perasa), namanya harum (pendengar ke pencium). Amis budi (perasa ke penglihat), sorana lemes pisan (perasa ke pendengar). BAB III Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada alQur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Surah At-Taubah Ayat 1-50 Terkait kata serapan yang terdapat di dalam terjemahan al-Qur’an bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, penulis melakukan pendekatan secara langsung terhadap kata-kata serapan dari bahasa Arab yang digunakan dalam terjemahan sehingga menjadi milik bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Kemudian penulis akan menggabarkan dalam betuk tabel, perbandingan bentuk dan perbandingan perubahan makna. Pada prosesnya, penulis akan menyertakan terjemahan al-Qur’an kedua bahasa supaya langsung terlihat jelas kata serapan dari bahasa Arab dipergunakan seperti apa dan bentuk jadiannya menjadi seperti apa. Dari titik inilah kemudian penulis akan membuat daftar bentuk kata serapan dan daftar perubahan makna dari makna asal ke makna yang sudah menjadi milik dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Pada proses memperbandingkan, penulis akan menggunakan cara tersendiri, yakni, pada setiap ayat, penulis akan memberikan keterangan bagian mana yang berubah bagian mana yang tidak. Untuk menandai, penulis menebalkan kata yang diserap dari bahasa Arab pada terjemahnya. Kemudian penulis tidak akan mengulang kata yang sudah diterangkan pada ayat sebelumnya, jika menemukan kembali kata yang sama pada ayat selanjutnya, kecuali terjadi perubahan. A. Perbandingan Perubahan Makna Kata serapan ∩⊇∪ t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# z⎯ÏiΒ Ν›?‰yγ≈tã t⎦⎪Ï%©!$# ’n<Î) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ «!$# z⎯ÏiΒ ×οu™!#tt/ 1. (Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka). 1. (Ieu téh wawaran) putusna hubungan ti Allah katut ka Rasul-Na ka jalma-jalma musrikin anu (jeung maranéhna) maranéh geus nalikeun pasini. Kata allah, rasul, musyrikin, kaum, dan muslimin pada terjemahan bahasa Indonesia adalah serapan dari bahasa Arab. Begitu juga kata allah, rasul dan musrikin pada terjemahan bahasa Sunda. Pada proses penyerepan oleh kedua bahasa tersebut, beberapa kata mengalami cara yang sama dalam penyerapannya dan tidak mengalami perubahan makna, seperti kata allah dan rasul keduanya tidak berubah. Baik bunyi, ataupun maknanya. Berbeda dengan kata musyrikin, muslimin, kaum, musrikin, muslimin, dan kaom pada kedua bahasa. Pada proses penyerapan, kata ﻣﺸﺮآﻴﻦ/musyrikîn/ menjadi musyrikin dan musrikin mengalami penyesuaian fonem. Konsonan /ش/ dalam bahasa Arab menjadi /sy/ dalam bahasa Indonesia dan menjadi /s/ dalam bahasa Sunda. Kemudian vokal /î/ menjadi /i/ dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Pada makna terjadi sedikit pergeseran akibat perubahan dari bentuk jamak dalam bahasa Arab, menjadi bentuk tunggal dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Sehingga dalam penggunaan kata musyrikin dan musrikin untuk memberikan padanan pada kata ﻣﺸﺮآﻴﻦ/musyrikîn/ dalam bahasa Arab yang bermakna ‘para pelaku perbuatan syirik atau musyrik’ harus didampingi atau dimunculkan kata orang-orang dalam bahasa Indonesia dan jalma-jalma dalam bahasa Sunda sebagai pengganti bentuk jamak. Begitu juga yang terjadi pada kata ﻣﺴﻠﻤﻴﻦ /muslimîn/ dan ﻗﻮم/qoum/ yang diserap ‘begitu saja.’ Selain bunyi yang diserap begitu saja, makna yang diambil pun begitu saja adanya. Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat pertama: Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda اﷲ /Allah/ Allah Allah رﺳﻮل /Rasûl/ Rasul Rasul ﻣﺸﺮﻳﻜﻴﻦ /Musyrikîn/ Musyrikin Musrikin ﻣﺴﻠﻤﻴﻦ /Muslimîn/ Muslimin Muslimin ﻗﻮم /Qoum/ Kaum Kaom “Ì“øƒèΧ ©!$# ¨βr&uρ «!$# “Ì“Éf÷èãΒ çöxî ö/ä3¯Ρr& (#þθßϑn=÷æ$#uρ 9åκô−r& sπyèt/ö‘r& ÇÚö‘F{$# ’Îû (#θßs‹Å¡sù ∩⊄∪ t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$# 2. Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan Sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir. 2. Ku kituna, pek maranéh (musrikin) geura ngalalana di ieu bumi opat bulan, jeung sing nyaho yén saéstuna maranéh moal bisa lésot (tina siksaan) Allah jeung (sing nyaho) yén Allah téh ngahinakeun jalmajalma kapir. Pada ayat kedua ini, ditemukan kata kafir dalam bahasa Indonesia dan kapir dalam bahasa Sunda. Kata tersebut diserap dari kata آﺎﻓﺮ/kâfir/ yang mengandung makna ‘pelaku.’ Sedangkan dalam bahasa Indonesia dan Sunda menjadi kata sifat saja. Pada bunyi, kata kafir dalam bahasa Indonesia tidak mengalami penyesuaian fonem. Tetapi pada bahasa Sunda, fonem /ف/ menjadi /p/. Makna tidak berubah. Pada bahasa Arab kâfir bermakna ‘yang tidak beriman kepada Allah.’1 Pada bahasa Indonesia kafir bermakna ‘orang yang tidak percaya kepada Allah dan RasulNya.’2 Pada bahasa Sunda kapir bermakna ‘orang yang tidak percaya pada wahyu Allah yang disampaikan oleh para rasulnya.’3 Berbeda dengan kata musyrikin dan muslimin di atas yang diserap secara utuh dari bentuk jamak kata ﻣﺸﺮآﻴﻦ/musyrikîn/ dan kata ﻣﺴﻠﻤﻴﻦ/muslimîn/, kata kafir dan kapir tidak demikian, melainkan diserap dari bentuk tunggalnya آﺎﻓﺮ /kâfir/. 1 Munawir, A, W, h. 1309 Departemen Pendidikan Nasional, h. 489 3 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 213 2 Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat kedua: آﺎﻓﺮ Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda /kâfir/ kapir kafir z⎯ÏiΒ Ö™ü“Ìt/ ©!$# ¨βr& Îy9ò2F{$# Ædkptø:$# tΠöθtƒ Ĩ$¨Ζ9$# ’n<Î) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ «!$# š∅ÏiΒ ×β≡sŒr&uρ çöxî öΝä3¯Ρr& (#þθßϑn=÷æ$$sù öΝçGøŠ©9uθs? βÎ)uρ ( öΝà6©9 ×öyz uθßγsù öΝçFö6è? βÎ*sù 4 …ã&è!θß™u‘uρ t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# ∩⊂∪ AΟŠÏ9r& >U#x‹yèÎ/ (#ρãxx. t⎦⎪Ï%©!$# ÎÅe³o0uρ 3 «!$# “Ì“Éf÷èãΒ 3. Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa Sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, Maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. 3. Jeung (ieu téh) wawaran ti Allah jeung Rasul-Na ka manusa dina hiji poé haji akbar, yen saéstuna Allah jeung Rasul-Na megatkeun hubungan ti kaom musrikin. Ku kituna, upama maranéh tobat, nya hadé pisan pikeun maranéh, jeung upama maranéh ngabalieur, nya sing nyaho yen maranéh moal bisa lesot tina (siksaan) Allah; jeung geura bejakeun ka jalma-jalma kapir perkara siksaan anu kacida nyerina. Pada ayat ketiga, kata serapan yang dipergunakan tidak jauh berbeda dengan ayat sebelumnya. Pada ayat ini muncul kata serapan yang baru dalam terjemahan bahasa Indonesia, yaitu, permakluman, haji akbar dan bertaubat. Sedangkan pada terjemahan bahasa Sunda hanya muncul kata haji akbar dan tobat. Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat ketiga: Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﻣﻌﻠﻮم /ma’lûm/ maklum ma’lum اﻟﺤﺦ اﻷآﺒﺮ /al-hajj al-akbar / haji akbar haji akbar ﺗﻮﺑﺔ /taubah/ taubat tobat Kata maklum, diambil dari kata ﻣﻌﻠﻮم/ma’lûm/ yang bermakna ‘yang dikenal.’4 Pada penyerapan kepada bahasa Indonesia, terjadi penyesuain konsonan. Yakni, konsonan /…‘…/ menjadi konsonan /k/. Sedangkan pada bahasa Sunda tidak. Kemudian, makna tidak berubah. Kata permakluman pada terjemahan bahasa Indonesia adalah hasil perubahan kelas kata, dari kata kerja menjadi kata benda. Perubahan tersebut karena imbuhan yang digunakan adalah imbuhan gabungan pembetuk kata benda dari kata kerja pe-an. Sehingga, makna menjadi menjadi bergeser, dari ‘paham; mengerti; tahu’ menjadi ‘pemberitahuan.’5 Keputusan mengambil kata maklum atau permakluman untuk padanan kata أذان/’ażân/ kurang tepat. Sebab, makna yang dikehendaki adalah ‘pemberitahuan’ atau berita. Berbeda dengan terjemahan bahasa Sunda yang menggunakan kata wawaran yang berarti ‘pemberitahuan.’ Haji akbar tidak ada masalah secara makna atau proses penyerepan. Sebab kata haji akbar adalah kata istilah atau idiom untuk suatu ibadah umat Islam, yakni, ibadah haji dengan hari wukuf di Padang Arafah jatuh pada hari jumat.6 4 Atabik Ali, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta; 1998, h. 905 Departemen Pendidikan Nasional, h. 702 6 Idem, h. 381 5 Kata taubat dan tobat, diserap dari kata ﺗﻮﺑﺔ/taubah/. Penyesuaian yang terjadi adalah pada bahasa Sunda, diftong /au/ pada bahasa Arab diganti dengan vokal /o/ pada bahasa Sunda sedangkan pada bahasa Indonesia tidak. Kemudian, konsonan ta marbutah /ة/ diganti dengan konsonan /t/ pada ke dua bahasa. öΝä3ø‹n=tæ (#ρãÎγ≈sàムöΝs9uρ $\↔ø‹x© öΝä.θÝÁà)Ζtƒ öΝs9 §ΝèO t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# z⎯ÏiΒ Ν›?‰yγ≈tã š⎥⎪Ï%©!$# ωÎ) ∩⊆∪ t⎦⎫É)−Gßϑø9$# =Ïtä† ©!$# ¨βÎ) 4 öΝÍκÌE£‰ãΒ 4’n<Î) óΟèδy‰ôγtã öΝÎγøŠs9Î) (#þθ‘ϑÏ?r'sù #Y‰tnr& 4. Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah Mengadakan Perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, Maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa. 4. Kajaba maranéhna, anu maranéh geus nalikeun jangji jeung jalma-jalma musrikin sarta satuluyna maranehna henteu cidra kana jangjina saeutik oge jeung maranéhna hanteu ngabantu jalma-jalma (anu ngamusuh ka maranéh) saurang ogé, nya geura tedunan ka maranéhna jangjina nepi ka béak waktuna, karana Allah micinta jalma-jalma anu takwa. Pada ayat keempat ini muncul kata taqwa untuk bahasa Indonesia dan takwa untuk bahasa Sunda. Keduanya diserap dari kata ﺗﻘﻮى/taqwâ/. Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat keempat: ﺗﻘﻮى Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda /taqwâ/ takwa taqwa Penyesuaian yang terjadi pada proses penyerapan adalah, pada bahasa Indonesia terjadi pada vokal /â/ menjadi /a/ begitu juga untuk bahasa Sunda. Pada bahasa Sunda, terjadi penyesuain konsonan, yakni konsonan /q/ menjadi /k/. Kemudian, makna di antara bahasa Indonesia dan bahasa Sunda tidak jauh berbeda yakni, ‘keadaan terpelihara dan kesiapan diri untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.’7 Sedangkan dalam bahasa Sunda, takwa bermakna ‘menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.’8 Yang membedakan atas keduanya adalah kelas kata. Pada bahasa Indonesia, taqwa menempati kelas kata benda, sedankan pada bahasa Sunda, takwa menempati kelas kata kerja. Makna asal dari bahasa arab sendiri adalah ‘keadaan kuat, menjadi kuat, taqwa, ketaqwaan’9 dan menempati kelas kata masdar atau kata benda. Pada kata ini, juga terjadi terjadi perluasan makna bahkan total. Makna yang baru untuk kata taqwa dan takwa adalah ‘baju model cina yang biasa dipakai oleh kaum lelaki atau sekarang lebih dikenal dengan nama baju koko.’10’11 Pada terjemahan bahasa Indonesia, kata yang digunakan adalah bertaqwa, kata jadian dari taqwa setelah mendapat imbuhan ber- pembuat kata kerja dari kata benda. Sehingga makna yang muncul adalah ‘menjalankan taqwa.’ 7 Departemen Pendidikan Nasional, h. 1126 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 501 9 Atabik Ali, h. 79 10 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 501 11 Departemen Pendidikan Nasional, h. 1126 8 óΟèδρä‹äzuρ óΟèδθßϑ›?‰y`uρ ß]ø‹ym t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# (#θè=çGø%$$sù ãΠãçtø:$# ãåκô−F{$# y‡n=|¡Σ$# #sŒÎ*sù (#âθs?#u™uρ nο4θn=¢Á9$# (#θãΒ$s%r&uρ (#θç/$s? βÎ*sù 4 7‰|¹ósΔ ¨≅à2 öΝßγs9 (#ρ߉ãèø%$#uρ öΝèδρçÝÇôm$#uρ ∩∈∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θàxî ©!$# ¨βÎ) 4 öΝßγn=‹Î;y™ (#θ=y⇐sù nο4θŸ2¨“9$# 5. Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, Maka bunuhlah orangorang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 5. Nya upama bulan-bulan haram geus lastari, prak geura paéhan kaom musrikin teh di mana wae maranéhna kapanggih ku maraneh sarta prak geura boyong maranéhna, jeung prak geura dodoho maranéhna dina tempat-tempat pangintipana. Tapi, upama maranehna tobat jeung ngadegkeun salat sarta nyumponan jakat mah, nya bebaskeun waé maranéhna teh sina merdeka; karana saéstuna Allah Maha Jembar Pangampura, Maha Asih. Pada ayat ini muncul lagi kata serapan yang lain, yakni haram, shalat, dan zakat untuk bahasa Indonesia dan haram, solat, dan jakat untuk bahasa Sunda. Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat keempat: Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﺣﺮام /harâm/ haram haram ﺻﻠﻮة /shalât/ shalat solat ο4θŸ2¨ز /zakât/ zakat jakat Ke tiga kata di atas merupakan kata istilah untuk hal peribatan dalam Islam. Sehingga, makna yang ingin dicapai atau disampaikan adalah makna yang disimpulkan dari apa yang diperbuat dari kata tersebut. Maka pergeseran dari makna asal pun terjadi, tetapi tidak pada makna sasaran. çμøóÎ=ö/r& ¢ΟèO «!$# zΝ≈n=x. yìyϑó¡o„ 4©®Lym çνöÅ_r'sù x8u‘$yftFó™$# š⎥⎫Ï.Îô³ßϑø9$# z⎯ÏiΒ Ó‰tnr& ÷βÎ)uρ ∩∉∪ šχθßϑn=ôètƒ ω ×Πöθs% öΝåκ¨Ξr'Î/ y7Ï9≡sŒ 4 …çμuΖtΒù'tΒ 6. Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, Maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. 6. Jeung upama salah saurang ti antara musrikin menta panangtayungan ka manéh, pek geura tangtayungan manéhna, supaya manéhna ngadenge kana pidawuh Allah, tuluy anteurkeun manéhna kana tempat panyalindunganana. Pangna kitu teh, lantaran maranéhna kaom anu henteu nyarahoeun. óΟ›?‰yγ≈tã š⎥⎪Ï%©!$# ωÎ) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘ y‰ΖÏãuρ «!$# y‰ΨÏã î‰ôγtã t⎦⎫Å2Îô³ßϑù=Ï9 ãβθä3tƒ y#ø‹Ÿ2 =Ïtä† ©!$# ¨βÎ) 4 öΝçλm; (#θßϑŠÉ)tGó™$$sù öΝä3s9 (#θßϑ≈s)tFó™$# $yϑsù ( ÏΘ#tptø:$# ωÉfó¡yϑø9$# y‰ΨÏã ∩∠∪ š⎥⎫É)−Gßϑø9$# 7. Bagaimana bisa ada Perjanjian (aman) dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah Mengadakan Perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidilharaam? Maka selama mereka Berlaku Lurus terhadapmu, hendaklah kamu Berlaku Lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa. 7. Kumaha bisana kaom musrikin jangji ka Allah jeung Rasul-Na, kajaba jalma-jalma anu nalikeun jangji jeung maranéh di Masjidil Haram? Nya satungtung maranéhna jujur ka maranéh mah, atuh maranéh ogé kudu jujur ka maranéhna. Saéstuna Allah micinta jalam-jalma anu takwa. Pada ayat ini muncul lagi kata serapan yang berbentuk istilah, idiom atau nama, yakni masjidil haram. Pada serapan ini, tidak ada perubahan makna. Juga pada proses penyerapan diserap begitu saja. öΝÎγÏδ≡uθøùr'Î/ Νä3tΡθàÊöム4 Zπ¨ΒÏŒ Ÿωuρ ~ωÎ) öΝä3‹Ïù (#θç7è%ötƒ Ÿω öΝà6ø‹=n tæ (#ρãyγôàtƒ βÎ)uρ y#ø‹Ÿ2 ∩∇∪ šχθà)Å¡≈sù öΝèδçsYò2r&uρ óΟßγç/θè=è% 4’n1ù's?uρ 8. Bagaimana bisa (ada Perjanjian dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin), Padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kébanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati perjanjian). 8. Kumaha rék bisana, padahal upama maranéhna ngelehkeun maranéh, maranéhna moal miroséa tatali warga jeung moal nyumponan jangji ka maranéh. Maranéhna ngabubungah maranéh ku sungutna, tapi hatena mah teu sarukaeun, lantaran kalolobaanana ti antara maranéhna teh jalma-jalma anu pasék. Pada terjemahan ayat delapan di atas, kata serapan yang muncul baru dari kedua terjemahan adalah kata fasik untuk bahasa Indonesia dan pasék untuk bahasa Sunda. Kata fasik dan pasek diserap dari kata ﻓﺎﺳﻖ/fâsiq/ yang bermakna ‘orang yang keluar dari jalan yang haq serta kesalihan.’12 Pada bahasa Indonesia fasik bermakna ‘tidak peduli terhadap perintah Tuhan.’13 Sedangkan pada bahasa Sunda pasék bermakna ‘tidak benar imannya.’14 Pada proses penyerapan bentuk bunyi di ke dua bahasa terjadi penyesuain konsonan dan vokal. Pada bahasa Indonesia, penyesuaian vocal /â/ menjadi /a/ dan penyesuain konsonan /q/ menjadi /k/. Pada bahasa Sunda juga terjadi penyesuaian untuk konsonan /f/ menjadi /p/, konsonan /q/ menjadi /k/, vokal /a/ menjadi /â/ dan vokal /i/ menjadi /é/ (teleng). ∩®∪ tβθè=yϑ÷ètƒ (#θçΡ$Ÿ2 $tΒ u™!$y™ öΝåκ¨ΞÎ) 4 ÿ⎯Ï&Î#‹Î6y™ ⎯tã (#ρ‘‰|Ásù WξŠÎ=s% $YΨyϑrO «!$# ÏM≈tƒ$t↔Î/ (#÷ρutIô©$# 9. Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu. 9. Maranéhna ngajual ayat-ayat Allah ku harga anu murah, ku lantaran éta maranéhna ngahalangan tina jalan Anjeuna. Saéstuna kacida goréngna saniskara anu ku maranéhna dilampahakeun teh. Pada terjemaha ayat kesembilan, ada kata serapan yang lain dari sebelumnya, yakni kata ayat. Pada kedua terjemahan, kata ayat di serap begitu saja sebab tidak ada padanan sebelumnya di ke dua bahasa dan merupakan sesuatu yang baru bagi ke dua bahasa. 12 Munawir, A, W, h. 1134 Departemen Pendidikan Nasional, h. 314 14 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 364 13 ∩⊇⊃∪ šχρ߉tG÷èßϑø9$# ãΝèδ šÍׯ≈s9'ρé&uρ 4 Zπ¨ΒÏŒ Ÿωuρ ~ωÎ) ?⎯ÏΒ÷σãΒ ’Îû tβθç7è%ötƒ Ÿω 10. Mereka tidak memelihara (hubungan) Kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. 10. Maranéhna hanteu miroséa tatali warga jeung henteu nyumponan jangji kaom mu’minin. Jeung maranéhna téh jalma-jalma ngaliwatan wates-wangen. Pada ayat kesepuluh, terdapat kata kerabat dan mukmin pada terjemahan bahasa Indonesia, dan mu’minin pada terjemahan bahasa Sunda. Penyerapan kata mukmin dan mu’minin dari kata mu’min tidak mengalami perubahan makna. Pada terjemahan bahasa Indonesia terdapat kata kerabat yang diserap dari kata ﻗﺮاﺑﺔ /qarabah/ yang bermakna kedekatan. Setelah mengalami penyesuain fonem, makna dalam bahasa sasaran tidak mengalami pergeseran. ÏM≈tƒFψ$# ã≅Å_ÁxçΡuρ 3 Ç⎯ƒÏe$!$# ’Îû öΝä3çΡ≡uθ÷zÎ*sù nο4θŸ2¨“9$# (#âθs?#u™uρ nο4θn=¢Á9$# (#θãΒ$s%r&uρ (#θç/$s? βÎ*sù ∩⊇⊇∪ tβθßϑn=ôètƒ 5Θöθs)Ï9 11. Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. 11. Nya upama seug maranéhna tobat jeung ngadegkeun salat sarta nyumponan jakat mah, maranéhna jadi dulur dina agama, jeung Kami ngawincik, ayat-ayat Kami pikeun anu ngalarti. Ìøà6ø9$# sπ£ϑÍ←r& (#þθè=ÏG≈s)sù ôΜà6ÏΖƒÏŠ ’Îû (#θãΖyèsÛuρ öΝÏδωôγtã ω÷èt/ .⎯ÏiΒ ΝßγuΖ≈yϑ÷ƒr& (#þθèWs3¯Ρ βÎ)uρ ∩⊇⊄∪ šχθßγtG⊥tƒ öΝßγ¯=yès9 óΟßγs9 z⎯≈yϑ÷ƒr& Iω öΝßγ¯ΡÎ) 12. Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, Maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena Sesungguhnya mereka itu adalah orangorang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti. 12. Jeung upama maranéhna ngalanggar sumpahna sabada maranéhna ngucapkeun jangji, jeung maranéhna ngajejeléh agama maranéh, nya pék geura perangan pamingpin-pamingpin jalma-jalma kapir téh karana saéstuna maranéhna téh jalma-jalma anu henteu beunang dipercaya, supaya maranéhna areureun. Pada terjemahan di atas, khususnya pada terjemahan bahasa sunda muncul serapan sabada yang diserap dari kata ﺑﻌﺪ/ba‘da/. Selain mengalami proses penyesuain fonem dan terjadi pengimbuhan, maknanya tidak berubah. öΝà2ρâ™y‰t/ Νèδuρ ÉΑθß™§9$# Æl#t÷zÎ*Î/ (#θ‘ϑyδuρ óΟßγuΖ≈yϑ÷ƒr& (#þθèWs3¯Ρ $YΒöθs% šχθè=ÏG≈s)è? Ÿωr& ∩⊇⊂∪ š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σ•Β ΟçFΖä. βÎ) çνöθt±øƒrB βr& ‘,ymr& ª!$$sù 4 óΟßγtΡöθt±øƒrBr& 4 Bο§tΒ š^¨ρr& 13. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), Padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?. Mengapakah kamu takut kepada mereka Padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman. 13. Naha maranéh henteu merangan jalma-jalma anu geus ngalanggar sumpah-sumpahna jeung rék nundung Rasul, padahal maranéhna anu ngamimitian (merangan) maranéh? Naha maranéh sieun ku maranéhna? Nya Allah anu leuwih pantes dipikasieun ku maranéh, upama maranéh jalma-jalma anu ariman mah. Pada terjemahan ayat ke 13, muncul kata yang lain, yaitu hak dan iman yang telah mengalami proses morfologis untuk terjemahan bahasa Indonesia. Sedangkan pada bahasa Sunda hanya muncul kata iman saja yang juga mengakami proses morfologis. Pada terjemahan bahasa Indonesia, memunculkan kata hak sesungguhnya sangat beresiko. Sebab, dalam bahasa Indonesia juga mengenal kata hak dengan makna yang lain, yakni, ‘telapak sepatu yang tinggi.’15 7Θöθs% u‘ρ߉߹ É#ô±o„uρ óΟÎγøŠn=tæ öΝä.÷ÝÇΖtƒuρ öΝÏδÌ“øƒä†uρ öΝà6ƒÏ‰÷ƒr'Î/ ª!$# ÞΟßγö/Éj‹yèムöΝèδθè=ÏF≈s% ∩⊇⊆∪ š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σ•Β 14. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. 14. Geura perangan maranéhna ku maranéh! Tanwandé Allah bakal nyiksa maranéhna ku leungeun maranéh, jeung Anjeunna baris ngahinakeun maranéhna sarta nulungan maranéh ngéléhkeun maranéhna, jeung Anjeunna bakal nyugemakeun hate kaom mu'minin. 15 Departemen Pendidikan Nasional, h. 381 ∩⊇∈∪ íΟŠÅ3ym îΛ⎧Î=tæ ª!$#ρu 3 â™!$t±o„ ⎯tΒ 4’n?tã ª!$# Ü>θçFtƒuρ 3 óΟÎγÎ/θè=è% xáø‹xî ó=Ïδõ‹ãƒuρ 15. Dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendakiNya. Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 15. Jeung Anjeunna baris ngaleungitkeun kajéngkélan haté maranéhna (anu ariman), jeung Allah baris nampi tobat ti sing saha anu dikersakeun ku Anjeunna, karana Allah ten Maha Uninga, Maha Wijaksana. Èβρߊ ⎯ÏΒ (#ρä‹Ï‚−Gtƒ óΟs9uρ öΝä3ΖÏΒ (#ρ߉yγ≈y_ t⎦⎪Ï%©!$# ª!$# ÄΝn=÷ètƒ $£ϑs9uρ (#θä.uøIè? βr& óΟçFö6Å¡ym ôΘr& ∩⊇∉∪ šχθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ 7Î7yz ª!$#uρ 4 Zπyf‹Ï9uρ t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$# Ÿωuρ ⎯Ï&Î!θß™u‘ Ÿωuρ «!$# 16. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. 16. Naha maranéh nyangka yén maranéh rék diantepkeun baé, padahal Allah tacan ngabuktikeun saha jalma-jalma anu jihad ti antara maranéh; jeung jalma-jalma anu henteu ngajadikeun saha-saha jadi sobat dalitna salian ti Allah katut Rasul-Na jeung kaom mu'minin. Jeung Allah Maha Ningali kana saniskara anu ku maranéhna dilampahkeun. Pada terjemahan di atas, khususnya pada terjemahan bahasa Indonesia muncul kembali kata serapan yang lain. Kata jihad yang diserap dari kata ﺟﻬﺎد /jihâd/. Setelah penyesuaian fonem /â/ menjadi /a/ dalam bahasa Indonesia, kata ini mengalami penyempitan makna. Makna asal adalah ‘perjuangan’16 tetapi makna sasaran menjadi ‘usaha sungguh-sungguh membela agama islam dengan mengorbankan harta benda’17 y7Íׯ≈s9'ρé& 4 Ìøä3ø9$$Î/ ΝÎγÅ¡àΡr& #’n?tã z⎯ƒÏ‰Îγ≈x© «!$# y‰Éf≈|¡tΒ (#ρãßϑ÷ètƒ βr& t⎦⎫Ï.Îô³ßϑù=Ï9 tβ%x. $tΒ ∩⊇∠∪ šχρà$Î#≈yz öΝèδ Í‘$¨Ζ9$# ’Îûuρ óΟßγè=≈yϑôãr& ôMsÜÎ7ym 17. Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjidmesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. 17. Henteu pantes jalma-jalma musrikin ngama’murkeun masjidmasjid Allah kalawan maranéhna nyarakseni kana kakupuran dirina sorangan. Maranéhna jalma-jalma anu gugur sagala amalna, jeung nya di naraka maranéhna baris langgéng. Pada terjemahan ayat di atas, muncul kata serapan yang lain, makmur, dan mesjid untuk bahasa Indonesia. Ma’mur, masjid dan kupur untuk bahasa Sunda. Kata serapan yang mengalami pergeseran makna ialah kata makmur / ma’mur yang diserap dari kata ﻣﻌﻤﻮر /ma‘mur/ yang bermakna ‘yang didiami.’18 Sedangkan pada bahasa sasaran bermakna ‘banyak hasil, sejahtera dan serba 16 Munawir, A, W, h. 234 Departemen Pendidikan Nasional, h. 473 18 Munawir, A, W, h. 1043 17 berkecukupan’19 untuk bahasa Indonesia dan bermakna ‘segala ada dan serba berkecukupan’20 untuk bahasa Sunda. Dengan demikian, pada kedua terjemahan kata makmur dan ma’mur menjadi sangat metaforis. Namun, tidak tepat memunculkan untuk memberikan padanan pada kata yang dikehendaki dengan makna ‘mendiami’. Proses penyesuaian fonem tidak berbeda dengan kata yang sedah diterangkan yang mempunyai kemiripan dalam bentuk. ’tA#u™uρ nο4θn=¢Á9$# tΠ$s%r&uρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ š∅tΒ#u™ ô⎯tΒ «!$# y‰Éf≈|¡tΒ ãßϑ÷ètƒ $yϑ¯ΡÎ) ∩⊇∇∪ š⎥⎪ωtFôγßϑø9$# z⎯ÏΒ (#θçΡθä3tƒ βr& y7Íׯ≈s9'ρé& #†|¤yèsù ( ©!$# ωÎ) |·øƒs† óΟs9uρ nο4θŸ2¨“9$# 18. Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. 18. Anu rék ngama'murkeun masjid-masjid téh mah ngan wungkul jalma-jalma anu ariman malah jeung kana poé ahir jeung anu ngaradakeun salat sarta nyarumponan jakat anu henteu sarieun salian ti ku Allah. Ku sabab éta mugia maranéhna jadi ti antara jalma-jalma anu mareunang pituduh. pada terjemahan di atas, kata serapan yang baru adalah ahir untuk bahasa sunda yang diserap dari kata أﺧﺮ/’akhir/ tanpa perubahan makna. 19 20 Departemen Pendidikan Nasional, h. 703 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 300 ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ z⎯tΒ#u™ ô⎯yϑx. ÏΘ#tptø:$# ωÉfó¡yϑø9$# nοu‘$yϑÏãuρ Ædl!$ptø:$# sπtƒ$s)Å™ ÷Λä⎢ù=yèy_r& * ∩⊇®∪ t⎦⎫ÏΗÍ>≈©à9$# tΠöθs)ø9$# “ωöκu‰ Ÿω ª!$#uρ 3 «!$# y‰ΖÏã tβ…âθtFó¡tƒ Ÿω 4 «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû y‰yγ≈y_uρ 19. Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. 19. Naha (jalma-jalma) anu meré nginum ka jalma anu munggah haji jeung anu ngama'murkeun Masjidil Haram téh ku maranéh disaruakeun jalma-jalma anu ariman ka Allah katut kana poé ahir sarta anu jihad dina jalan Allah? Maranéhna hénteu sarua mungguhing Allah, jeung Allah henteu maparin pituduh ka jalmajalma anu darolim. Kata serapan yang lain yang muncul pada terjemahan ini ialah kata zalim dan dolim. Setelah penyesuaian fonem, keduanya tidak mengalami perubahan makna yang fatal. ºπy_u‘yŠ ãΝsàôãr& öΝÍκŦàΡr&uρ ôΜÏλÎ;≡uθøΒr'Î/ «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû (#ρ߉yγ≈y_uρ (#ρãy_$yδuρ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# ∩⊄⊃∪ tβρâ“Í←!$xø9$# ç/èφ y7Íׯ≈s9'ρé&uρ 4 «!$# y‰ΨÏã 20. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. 20. Jalma-jalma anu ariman jeung anu hijrah sarta anu jihad dina jalan Allah ku harta-bandana katut jiwana, luhur pisan darajatna mungguhing Allah; jeung nya maranéhna jalma-jalma anu meunang kauntungan. Kata hijrah dan derajat yang diserap oleh ke bahasa Indonesia dan bahasa Sunda juga tidak mengalami perubahan makna. Makna yang terkandung dalam kata hijrah dan derajat/darajat pada bahasa sasaran masih sama dengan bahasa sumber. ∩⊄⊇∪ íΟŠÉ)•Β ÒΟŠÏètΡ $pκÏù öΝçλ°; ;M≈¨Ζy_uρ 5β≡uθôÊÍ‘uρ çμ÷ΨÏiΒ 7πyϑômtÎ/ Οßγš/u‘ öΝèδçÅe³t6ム21. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal. 21. Pangeran maranéhna ngabubungah maranéhna ku rahmat ti Anjeunna, ku karido jeung sawarga pikeun maranehna, di dinyana kasenangan anu langgeng. ∩⊄⊄∪ ÒΟŠÏàtã íô_r& ÿ…çν‰ y ΨÏã ©!$# ¨βÎ) 4 #´‰t/r& !$pκÏù š⎥⎪Ï$Î#≈yz 22. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. 22. Kaayaan maranéhna langgeng di dinya salalawasna; karana saestuna Allah, di Anjeunna aya pahala anu gedé. tøà6ø9$# (#θ™6ystGó™$# ÈβÎ) u™!$uŠÏ9÷ρr& öΝä3tΡ≡uθ÷zÎ)uρ öΝä.u™!$t/#u™ (#ÿρä‹Ï‚−Fs? Ÿω (#θãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ ∩⊄⊂∪ šχθßϑÎ=≈©à9$# ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé'sù öΝä3ΖÏiΒ Οßγ©9uθtGtƒ ⎯tΒuρ 4 Ç⎯≈yϑƒM}$# ’n?tã 23. Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. 23. Yeuh, jalma-jalma anu ariman! Maranéh ulah ngajadikeun bapa-bapa maranéh jeung dulur-dulur maraneh jadi pamingpin, upama maranéhna leuwih mikaresep kakupuran batan kaimanan mah. Jeung sing saha ti antara maranéh anu ngangkat maranéhna jadi pamingpin-pamingpin; nya maranéhna jalma-jalma anu darolim. îΑ≡uθøΒr&uρ óΟä3è?uϱtãuρ ö/ä3ã_≡uρø—r&uρ öΝä3çΡ≡uθ÷zÎ)uρ öΝà2äτ!$oΨö/r&uρ öΝä.äτ!$t/#u™ tβ%x. βÎ) ö≅è% «!$# š∅ÏiΒ Νà6ø‹s9Î) ¡=ymr& !$yγtΡöθ|Êös? ß⎯Å3≈|¡tΒuρ $yδyŠ$|¡x. tβöθt±øƒrB ×οt≈pgÏBuρ $yδθßϑçGøùutIø%$# tΠöθs)ø9$# “ωöκu‰ Ÿω ª!$#ρu 3 ⎯ÍνÍöΔr'Î/ ª!$# š†ÎAù'tƒ 4©®Lym (#θÝÁ−/utIsù ⎯Ï&Î#‹Î7y™ ’Îû 7Š$yγÅ_uρ ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ ∩⊄⊆∪ š⎥⎫É)Å¡≈xø9$# 24. Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteriisteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu takuti kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. 24. Pok caritakeun: "Upama bapa-bapa arandika, jeung anak-anak arandika, jeung dulur-dulur arandika, jeung bojo-bojo arandika, jeung baraya-baraya arandika, jeung harta-banda anu ku arandika diusahakeun, jeung perdagangan anu ku arandika dipikarempan bisi rugi, jeung padumukan-padumukan anu ku arandika dipikabetah, ku arandika leuwih dipicinta ti batan Allah jeung Rasul-Na jeung jihad dina jalan-Na, nya pék geura tunggu nepi ka Allah ngadatangkeun siksa-Na. Jeung Allah henteu maparin pituduh ka kaom anu parasék. öΝn=sù öΝà6è?uøYx. öΝà6÷G6t yfôãr& øŒÎ) A⎦÷⎫uΖãm tΠöθtƒuρ ;οuÏWŸ2 z⎯ÏÛ#uθtΒ ’Îû ª!$# ãΝà2u|ÇtΡ ô‰s)s9 š⎥⎪ÌÎ/ô‰•Β ΝçGøŠ©9uρ §ΝèO ôMt6ãmu‘ $yϑÎ/ Ù⇓ö‘F{$# ãΝà6ø‹=n tæ ôMs%$|Êuρ $\↔ø‹x© öΝà6Ζtã Ç⎯øóè? ∩⊄∈∪ 25. Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. 25. Saenyana Allah mindeng pisan nulungan maranéh (mu'minin) di médan-médan pangperangan. Tapi di médan perang Hunain nalika maranéh ujub alatan lobana balad maranéh, nya taya paédahna pikeun maranéh saeutik ogé; jeung bumi anu jembar oge ku maranéh karasa heurin, tuluy maranéh jicir ngalacir. Pada kedua terjemahan terdapat kata hunain yang diserap begitu saja oleh karena ia adalah nama. Pada terjemahan bahasa Indonesia muncul kata manfaat yang diserap dari kata ﻣﻨﻔﻌﺔ/manfa‘ah/ dan menyerap maknanya begitu saja. Juga pada bahasa Sunda muncul kata paédah yang diserap dari kata ﻓﺎﺋﺪة/fâidah/ dengan penyesuain fonem tetapi menyerap maknanya begitu saja. $yδ÷ρts? óΟ©9 #YŠθãΖã_ tΑt“Ρr&uρ š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$# ’n?tãuρ ⎯Ï&Î!θß™u‘ 4’n?tã …çμtGt⊥‹Å3y™ ª!$# tΑt“Ρr& §ΝèO ∩⊄∉∪ t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$# â™!#t“y_ šÏ9≡sŒuρ 4 (#ρãxx. š⎥⎪Ï%©!$# z>¤‹tãuρ 26. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. 26. Ti dinya Allah maparin katengtreman ka Rasul-Na jeung ka kaom mu'minin. Jeung Allah nurunkeun balatentara anu henteu katenjo ku maranéh, jeung Allah nibankeun siksaan ka jalma-jalma anu kalupur. Eta teh wawales pikeun jalma-jalma kapir. ∩⊄∠∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θàxî ª!$#uρ 3 â™!$t±o„ ⎯tΒ 4’n?tã šÏ9≡sŒ ω÷èt/ .⎯ÏΒ ª!$# Ü>θçGtƒ ¢ΟèO 27. Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendakiNya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 27. Tuluy Allah nampi tobat sabadana kitu ti sing saha anu dikersakeun ku Anjeunna. Jeung Allah teh Maha Jembar Pangampura, Maha Asih. y‰÷èt/ tΠ#tysø9$# y‰Éfó¡yϑø9$# (#θç/tø)tƒ Ÿξsù Ó§pgwΥ šχθä.Îô³ßϑø9$# $yϑ¯ΡÎ) (#þθãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ ©!$# χÎ) 4 u™!$x© βÎ) ÿ⎯Ï&Î#ôÒsù ⎯ÏΒ ª!$# ãΝä3‹ÏΖøóムt∃öθ|¡sù \'s#øŠtã óΟçFøÅz ÷βÎ)uρ 4 #x‹≈yδ öΝÎγÏΒ$tã ∩⊄∇∪ ÒΟŠÅ6ym íΟŠÎ=tæ 28. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, Maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. dan jika kamu takut menjadi miskin, Maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 28. Yeuh jalma-jalma anu ariman!"Saéstuna taya lian kaom musrikin téh manusa nu najis, ku sabab éta maranéhna teu meunang ngadeukeutan Masjidil Haram sabada taun-taun ieu. Jeung upama maranéh sieun jadi miskin, nya Allah engke baris maparin kabeungharan ka maranéh tina kurnia-Na, upama Anjeunna ngersakeun, saéstuna Allah Maha Uninga, Maha Wijaksana. Pada terjemaha di atas, di ke dua terjemahan muncul kata najis yang diserap begitu saja sebab berhubungan dengan hal-hal tertentu dalam soal peribadatan pada agama Islam. ª!$# tΠ§ym $tΒ tβθãΒÌhptä† Ÿωuρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$$Î/ Ÿωuρ «!$$Î/ šχθãΖÏΒ÷σムŸω š⎥⎪Ï%©!$# #θè=ÏG≈s% (#θäÜ÷èム4©®Lym |=≈tFÅ6ø9$# (#θè?ρé& š⎥⎪Ï%©!$# z⎯ÏΒ Èd,ysø9$# t⎦⎪ÏŠ šχθãΨƒÏ‰tƒ Ÿωuρ …ã&è!θß™u‘uρ ∩⊄®∪ šχρãÉó≈|¹ öΝèδuρ 7‰tƒ ⎯tã sπtƒ÷“Éfø9$# 29. Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk. 29. Prak geura perangan jalma-jalma anu henteu ariman ka Allah jeung teu ariman kana poé ahir jeung henteu ngaharamkeun saniskara anu geus diharamkeun ku Allah jeung Rasul-Na, jeung henteu ngagem agama anu hak, ti antara jalma-jalma (Yahudi jeung Nasrani) anu geus dipaparin kitab nepi ka maranehna mayar jizyah (upeti) kalawan ta'at sarta serah bongkokan. Selain kata jizyah dan kitab yang diserap begitu saja, pada terjemahan bahasa Sunda muncul kata ta’at. Kata ta’at diserap dari kata /tâ’ah/. Οßγä9öθs% šÏ9≡sŒ ( «!$# Ú∅ö/$# ßxŠÅ¡yϑø9$# “t≈|Á¨Ψ9$# ÏMs9$s%uρ «!$# ß⎦ø⌠$# í÷ƒt“ãã ߊθßγu‹ø9$# ÏMs9$s%uρ 4’¯Τr& 4 ª!$# ÞΟßγn=tG≈s% 4 ã≅ö6s% ⎯ÏΒ (#ρãxŸ2 t⎦⎪Ï%©!$# tΑöθs% šχθä↔Îγ≈ŸÒム( óΟÎγÏδ≡uθøùr'Î/ ∩⊂⊃∪ šχθà6sù÷σム30. Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orangorang Nasrani berkata: "Al masih itu putera Allah". Demikianlah itu Ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru Perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling? 30. Jeung urang Yahudi nyarita: "Uzair téh putra Allah", jeung urang Nasrani nyarita: "Al-Masih téh putra Allah." Éta téh omongan maranéhna ku sungut-sungutna kawas pok-pokan jalma-jalma kalupur anu ti heula. Allah ngabinasakeun maranéhna! Kumaha pangna maranehna nepi ka ngabalieur? !$tΒuρ zΝtƒötΒ š∅ö/$# yx‹Å¡yϑø9$#uρ «!$# Âχρߊ ⎯ÏiΒ $\/$t/ö‘r& öΝßγuΖ≈t6÷δâ‘uρ öΝèδu‘$t6ômr& (#ÿρä‹sƒªB$# ∩⊂⊇∪ šχθà2Ìô±ç„ $£ϑtã …çμoΨ≈ysö7ß™ 4 uθèδ ωÎ) tμ≈s9Î) Hω ( #Y‰Ïm≡uρ $Yγ≈s9Î) (#ÿρ߉ç6÷èu‹Ï9 ωÎ) (#ÿρãÏΒé& 31. Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. 31. Maranéhna ngajadikeun ulama-ulamana jeung rahib-rahibna jadi pangéran salian ti Allah, jeung nganggap (pangeran) ka Al-Masih anak Maryam, padahal maranéhna henteu diparéntah anging supaya ibadah ka Pangeran Nu Maha Tunggal. Taya deui Pangéran anging Anjeunna. Maha Suci Anjeunna tina saniskara anu ku maranéhna disarékatkeun. Pada terjemaha ayat ini muncul rahib untuk kedua bahasa yang diserap utuh dan begitu saja. Juga muncul kata ulama pada terjemahan bahasa sunda yang pada terjemahan bahasa Indonesia menggunakan kata alim. oνÌŸ2 öθs9uρ …çνu‘θçΡ ¢ΟÏFムβr& HωÎ) ª!$# †p1ù'tƒuρ óΟÎγÏδ≡uθøùr'Î/ «!$# u‘θçΡ (#θä↔ÏôÜムβr& šχρ߉ƒÌム∩⊂⊄∪ šχρãÏ≈s3ø9$# 32. Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. 32. Maranéhna rék mareuman cahaya Allah ku sungut-sungutna, tapi Allah henteu mikersa lian ti nyampurnakeun cahaya-Na, sanajan jalma-jalma kapir téh henteu sarukaeun. öθs9uρ ⎯Ï&Íj#à2 Ç⎯ƒÏe$!$# ’n?tã …çνtÎγôàã‹Ï9 Èd,ysø9$# È⎦⎪ÏŠuρ 3“y‰ßγø9$$Î/ …ã&s!θß™u‘ Ÿ≅y™ö‘r& ü”Ï%©!$# uθèδ ∩⊂⊂∪ šχθä.Îô³ßϑø9$# oνÌŸ2 33. Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. 33. Nya Anjeunna anu geus ngutus Rasul-Na kalawan (mawa) pituduh (Quran) jeung agama anu hak, pikeun Anjeunna ngabuktikeun kaunggulanana tina sakabeh agama, sanajan jalma-jalma musrik henteu sarukaeun. Ĩ$¨Ψ9$# tΑ≡uθøΒr& tβθè=ä.ù'u‹s9 Èβ$t7÷δ”9$#uρ Í‘$t6ômF{$# š∅ÏiΒ #ZÏWŸ2 ¨βÎ) (#þθãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ * Ÿωuρ sπÒÏø9$#uρ |=yδ©%!$# šχρã”É∴õ3tƒ š⎥⎪Ï%©!$#uρ 3 «!$# È≅‹Î6y™ ⎯tã šχρ‘‰ÝÁtƒuρ È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/ ∩⊂⊆∪ 5ΟŠÏ9r& A>#x‹yèÎ/ Νèδ÷Åe³t7sù «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû $pκtΞθà)ÏΖム34. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalanghalangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. 34. Yeuh, jalma-jalma anu ariman! Saéstuna kalolobaanana ti antara ulama-ulama Yahudi jeung rahib-rahib Nasrani téh ngadalahar harta-banda batur kalawan cara anu batal, jeung maranéhna ngahalang-halang (batur) tina jalan Allah. Jeung jalma-jalma anu nyarimpen emas jeung pérak sarta henteu ngadermakeun dina jalan Allah, nya geura bubungah maranéhna ku siksaan anu kacida peurihna. Pada terjemahan di atas, pada ke dua bahasa muncul kata batil dan batal keduanya diserap dari kata ﺑﺎﻃﻞ/bâtil/. Makna pada bahasa sasaran tijak jauh bergeser. #x‹≈yδ ( öΝèδâ‘θßγàßuρ öΝåκæ5θãΖã_uρ öΝßγèδ$t6Å_ $pκÍ5 2”uθõ3çGsù zΟ¨Ζyγy_ Í‘$tΡ ’Îû $yγøŠn=tæ 4‘yϑøtä† tΠöθtƒ ∩⊂∈∪ šχρâ“ÏΨõ3s? ÷Λä⎢Ζä. $tΒ (#θè%ρä‹sù ö/ä3Å¡àΡL{ öΝè?÷”t∴Ÿ2 $tΒ 35. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." 35. (Nyaeta) dina poéan dipanaskeunana (harta-bandana) di naraka Jahanam, tuluy diistrikakeun harta anu geus panas téa kana tarangna kana gédéngna jeung kana tonggongna, (sarta dicaritakeun): "leu téh saniskara anu ku maranéh ditimbun pikeun diri maranéh téa, ku kituna pék geura rasakeun alatan maranéh geus nimbun." Kata jahanam diserap sebagai istilah nama yang berkaitan dengan agama Islam. Pada makna, juga diserap begitu saja. ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# t,n=y{ tΠöθtƒ «!$# É=≈tFÅ2 ’Îû #\öκy− u|³tã $oΨøO$# «!$# y‰ΖÏã Í‘θåκ’¶9$# nÏã ¨βÎ) 4 öΝà6|¡àΡr& £⎯ÍκÏù (#θßϑÎ=ôàs? Ÿξsù 4 ãΝÍhŠs)ø9$# ß⎦⎪Ïe$!$# šÏ9≡sŒ 4 ×Πããm îπyèt/ö‘r& !$pκ÷]ÏΒ š⇓ö‘F{$#uρ yìtΒ ©!$# ¨βr& (#þθßϑn=÷æ$#uρ 4 Zπ©ù!$Ÿ2 öΝä3tΡθè=ÏG≈s)ム$yϑŸ2 Zπ©ù!%x. š⎥⎫Å2Îô³ßϑø9$# (#θè=ÏG≈s%uρ ∩⊂∉∪ t⎦⎫É)−GãΚø9$# 36. Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. 36. Saestuna bilangan bulan mungguhing Allah mah nya duawelas bulan, (kaungel) dina kitab Allah dina mangsa Anjeunna ngayugakeun iangit katut bumi, ti antarana aya opat bulan anu mulya. Éta téh (katangtuan) agama anu lempeng, ku kituna poma maranéh ulah nganiaya diri pribadi dina bulan éta, jeung prak geura perangan kaom musrikin sakumna cara maranéhna merangan maranéh sakumna. Jeung sing nyaho, yén Allah téh nyarengan jalma-jalma anu takwa. …çμtΡθãΒÌhptä†uρ $YΒ%tæ …çμtΡθ=Ïtä† (#ρãxx. š⎥⎪Ï%©!$# ÏμÎ/ ‘≅ŸÒム( Ìøà6ø9$# ’Îû ×οyŠ$tƒÎ— â™û©Å¤¨Ψ9$# $yϑ¯ΡÎ) 3 óΟÎγÎ=≈yϑôãr& â™þθß™ óΟßγs9 š∅Îiƒã— 4 ª!$# tΠ§ym $tΒ (#θ=Åsã‹sù ª!$# tΠ§ym $tΒ nÏã (#θä↔ÏÛ#uθã‹Ïj9 $YΒ%tæ ∩⊂∠∪ š⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$# tΠöθs)ø9$# “ωôγtƒ Ÿω ª!$#ρu 37. Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram itu adalah menambah kekafiran. disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, Maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. 37. Saéstuna ngulur-ngulur (bulan-bulan haram) téh taya lian jaba ti nambahan kakupuran, lampah kitu téh nyasarkeun jalma-jalma kapir, (nyaeta) maranéhna anu ngahalalkeunana dina taun ieu jeung maranéhna ngaharamkeunana dina taun (lianna), pikeun ngajejegkeun bilangan (bulan-bulan) anu diharamkeun ku Allah, jadi maranéhna ngahalalkeun (bulan-bulan) anu ku Allah diharamkeun. Dipapaésan pikeun maranéhna amal-amalna nu goréng, jeung Allah henteu maparin pituduh ka kaom kapirin. ÇÚö‘F{$# ’n<Î) óΟçFù=s%$¯O$# «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû (#ρãÏΡ$# â/ä3s9 Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ) ö/ä3s9 $tΒ (#θãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ ωÎ) ÍοtÅzFψ$# ’Îû $u‹÷Ρ‘‰9$# Íο4θuŠysø9$# ßì≈tFtΒ $yϑsù 4 ÍοtÅzFψ$# š∅ÏΒ $u‹÷Ρ‘‰9$# Íο4θu‹ysø9$$Î/ ΟçFÅÊu‘r& 4 ∩⊂∇∪ î≅‹Î=s% 38. Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. 38. Yeuh, jalma-jalma ariman! Naon sababna upama diparéntahkeun ka maranéh: "Prak geura jihad dina jalan Allah", maraneh beurat ka dunya? Naha maranéh leuwih micinta kahirupan dunya batan kahirupan ahérat, padahal kahirupan dunya dibandingkeun jeung kahirupan ahérat mah ngan saeutik pisan? ª!$#ρu 3 $\↔ø‹x© çνρ”àÒs? Ÿωuρ öΝà2uöxî $·Βöθs% öΑωö7oKó¡o„uρ $VϑŠÏ9r& $¹/#x‹tã öΝà6ö/Éj‹yèム(#ρãÏΖs? ωÎ) ∩⊂®∪ íƒÏ‰s% &™ó_x« Èe≅à2 4’n?tã 39. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 39. Upama maraneh henteu arindit (ka pangperangan) Anjeunna baris nyiksa maraneh ku siksaan anu kacida peurihna, jeung Anjeunna bakal ngaganti maraneh ku hiji kaom nu séjén, sedengkeun maranéh moal bisa ngamadorotkeun Anjeunna saeutik ogé, karana Allah téh Maha Kawasa kana sagala perkara. †Îû $yϑèδ øŒÎ) È⎦÷⎫oΨøO$# š†ÎΤ$rO (#ρãxŸ2 t⎦⎪Ï%©!$# çμy_t÷zr& øŒÎ) ª!$# çνt|ÁtΡ ô‰s)sù çνρãÝÁΖs? ωÎ) Ïμø‹n=tã …çμtGt⊥‹Å6y™ ª!$# tΑt“Ρr'sù ( $oΨyètΒ ©!$# χÎ) ÷βt“øtrB Ÿω ⎯ÏμÎ7Ås≈|ÁÏ9 ãΑθà)tƒ øŒÎ) Í‘$tóø9$# «!$# èπyϑÎ=Ÿ2uρ 3 4’n?ø¡9$# (#ρãxŸ2 š⎥⎪Ï%©!$# sπyϑÎ=Ÿ2 Ÿ≅yèy_uρ $yδ÷ρts? öΝ©9 7ŠθãΨàfÎ/ …çν‰ y −ƒr&uρ ∩⊆⊃∪ íΟŠÅ3ym ͕tã ª!$#uρ 3 $u‹ù=ãèø9$# š†Ïφ 40. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 40. Upama maranéh (munapikin) henteu daék nulungan manéhna (Muhammad), nya saéstuna Allah geus nulungan manehna nalika jalma-jalma kapir ngusir manéhna, manehna téh anu kadua ti antara duaan nalika maranehna di jero guha; manéhna nyarita ka baturna (Abu Bakar): "Poma ulah pisan anjeun nalangsa, karana saestuna Allah nyarengan urang." Tuluy Allah maparin katengtreman Anjeunna ka manéhna, jeung Anjeunna nguatkeun manéhna ku balatentara anu ku maranéh henteu katenjo, sarta Anjeunna ngajadikeun kalimah jalma-jalma kapir di handap jeung nya kalimahkalimah Allah anu luhung, karana Allah Maha Gagah, Maha Wijaksana. ×öyz öΝä3Ï9≡sŒ 4 «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû öΝä3Å¡àΡr&uρ öΝà6Ï9≡uθøΒr'Î/ (#ρ߉Îγ≈y_uρ Zω$s)ÏOuρ $]ù$xÅz (#ρãÏΡ$# ∩⊆⊇∪ šχθßϑn=÷ès? óΟçFΖä. βÎ) öΝä3©9 41. Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. 41. Bral geura arindit boh dina kaayaan enténg boh dina kaayaan beurat, jeung geura jihad ku harta-banda maranéh katut jiwa maranéh dina jalan Allah, karana lampah kitu téh leuwih hade pikeun maranéh, upama maranéh nyaho mah. 4 èπ¤)’±9$# ãΝÍκön=tã ôNy‰ãèt/ .⎯Å3≈s9uρ x8θãèt7¨?^ω #Y‰Ï¹$s% #\xy™uρ $Y7ƒÌs% $ZÊ{tã tβ%x. öθs9 öΝåκ¨ΞÎ) ãΝn=÷ètƒ ª!$#ρu öΝåκ|¦àΡr& tβθä3Î=öκç‰ öΝä3yètΒ $uΖô_tsƒm: $oΨ÷èsÜtFó™$# Èθs9 «!$$Î/ šχθàÎ=ósu‹y™uρ ∩⊆⊄∪ tβθç/É‹≈s3s9 42. Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu Keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu Amat jauh terasa oleh mereka. mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau Kami sanggup tentulah Kami berangkat bersama-samamu." mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. 42. Upama anu diuarkeun ka maranéhna téh kasénangan anu nampeu (mangpa'at) jeung perjalanan anu pikabungaheun, tanwandé maranéhna bakal nurut ka manéh, tapi éta perjalanan téh rumpil pikeun maranéhna mah, jeung maranéhna baris susumpahan kalayan asma-Na Allah: "Upama kaula sarerea bisa mah tanwandé kaula saréréa baris indit babarengan jeung aran-dika." (Tah peta kitu téh) ngabinasakeun dirina pribadi, jeung Allah uninga yén maranéhna jalma-jalma anu ngabarohong. zΜn=÷ès?uρ (#θè%y‰|¹ š⎥⎪Ï%©!$# šs9 t⎦¨⎫t6tGtƒ 4©®Lym óΟßγs9 |MΡÏŒr& zΝÏ9 šΖtã ª!$# $xtã ∩⊆⊂∪ š⎥⎫Î/É‹≈s3ø9$# 43. Semoga Allah mema'afkanmu. mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orangorang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta? 43. Allah maparin ma'ap ka manéh, naha geuning manéh (Muhammad) ngidinan maranéhna saméméh tétéla pikeun manéh jalma-jalma anu bener jeung kanyahoan jalma-jalma anu barohong? óΟÎγÏ9≡uθøΒr'Î/ (#ρ߉Îγ≈yfムβr& ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ šχθãΖÏΒ÷σムt⎦⎪Ï%©!$# šçΡÉ‹ø↔tFó¡o„ Ÿω ∩⊆⊆∪ t⎦⎫É)−Gßϑø9$$Î/ 7ΟŠÎ=tæ ª!$#ρu 3 öΝÍκŦàΡr&uρ 44. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang bertaqwa. 44. Jalma-jalma anu ariman ka Allah jeung kana poé ahir, moal ménta idin ka maneh (pikeun mundur) tina jihad ku harta bandana katut jiwana, karana Allah uninga ka jalma anu takwa. ’Îû óΟßγsù óΟßγç/θè=è% ôMt/$s?ö‘$#uρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ šχθãΖÏΒ÷σムŸω t⎦⎪Ï%©!$# šçΡÉ‹ø↔tFó¡o„ $yϑ¯ΡÎ) ∩⊆∈∪ šχρߊ¨ŠutItƒ óΟÎγÎ6÷ƒu‘ 45. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orangorang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya. 45. Anu menta idin ka maneh téh ngan wungkul jalma-jalma anu henteu ariman ka Allah jeung kana poé ahir, jeung anu haténa marangmang. Ku kituna maranéhna bakal mandeg-mayong dina kamangmanganana. Ÿ≅ŠÏ%uρ öΝßγsܬ7sVsù öΝßγrO$yèÎ7/Ρ$# ª!$# oνÌŸ2 ⎯Å3≈s9uρ Zãã …ã&s! (#ρ‘‰tãV{ ylρãã‚ø9$# (#ρߊ#u‘r& öθs9uρ * ∩⊆∉∪ š⎥⎪ωÏè≈s)ø9$# yìtΒ (#ρ߉ãèø%$# 46. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, Maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu." 46. Jeung upama maranéhna harayangeun indit, tangtu maranéhna baris nyadiakeun bekel, tapi Allah henteu mikaresep maranéhna arindit, ku kituna Anjeunna ngahoréamkeun maranéhna, sarta nimbalan: "Geura caricing maranéh babarengan jeung jalma-jalma anu caricing!" sπuΖ÷FÏø9$# ãΝà6tΡθäóö7tƒ öΝä3n=≈n=Ï{ (#θãè|Ê÷ρV{uρ Zω$t6yz ωÎ) öΝä.ρߊ#y— $¨Β /ä3‹Ïù (#θã_tyz öθs9 ∩⊆∠∪ t⎦⎫ÏϑÎ=≈©à9$$Î/ 7ΟŠÎ=tæ ª!$#ρu 3 öΝçλm; tβθãè≈£ϑy™ óΟä3‹Ïùuρ 47. Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk Mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang Amat suka mendengarkan Perkataan mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim. 47. Upama maranéhna arindit bareng jeung maranéh, maranéhna henteu nambahan naon-naon salian ti ngacowkeun, jeung maranéhna baris tingsulusup di antara maranéh pikeun nyebarkeun pacéngkadan lantaran di antara maranéh aya jalma-jalma anu daék ngadéngé ka maranéhna, tapi Allah Maha Uninga ka jalma-jalma anu darolim. öΝèδuρ «!$# âöΔr& tyγsßuρ ‘,ysø9$# u™!$y_ 4©®Lym u‘θãΒW{$# šs9 (#θç7¯=s%uρ ã≅ö6s% ⎯ÏΒ sπuΖ÷FÏø9$# (#âθtótFö/$# ωs)s9 ∩⊆∇∪ šχθèδÌ≈Ÿ2 48. Sesungguhnya dari dahulupun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk (merusakkan)mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah) dan menanglah agama Allah, Padahal mereka tidak menyukainya. 48. Saestuna maranéhna seja nimbulkeun pitenah ti anggalna jeung maranéhna ngusutkeun perkara-perkara pikeun manéh, nepi ka datang hak jeung tétéla pisan urusan Allah, sedengkeun maranéhna ceuceubeun. zΟ¨Ψyγy_ χÎ)uρ 3 (#θäÜs)y™ ÏπuΖ÷GÏø9$# ’Îû Ÿωr& 4 û©Íh_ÏGøs? Ÿωuρ ’Ík< βx‹ø$# ãΑθà)tƒ ⎯¨Β Νßγ÷ΖÏΒuρ ∩⊆®∪ š⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$$Î/ 8πsÜŠÅsßϑs9 49. Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah." ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. 49. Jeung ti antara maranéhna aya anu nyarita: "Idinan kaula (cicing) jeung poma ulah mitenah kaula." Sing nyaho yen maranehna geus tigebrus kana pitenah. Jeung saéstuna Jahanam téh ngurung jalmajalma kapir. Pada ayat ini ditemukan satu kata serapan yang makna dan bentuk bunyinya berubah. Kata اﻟﻔﺘﻨﺔ/al-fitnah/ dalam bahasa Indonesia menjadi fitnah sedangkan dalam bahasa Sunda menjadi pitenah. Makna kata اﻟﻔﺘﻨﺔdalam bahasa Arab yang bermakna ‘kesesatan’.21 Pada bahasa Indonesia kata fitnah bermakna ‘perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekan orang,’22 sedangkan dalam bahasa Sunda pitenah bermakna ‘caritaan anu ngandung maksud ngarugikeun batur (perkataan yang mengandung maksud merugikan orang lain)’.23 Dengan kata lain, penerjemahan kata /al-fitnah/ di atas kurang tepat. Sebab yang dimaksud pada ayat di atas adalah sebagaimana sudah diterangkan pada Bab I. ã≅ö6s% ⎯ÏΒ $tΡtøΒr& !$tΡõ‹s{r& ô‰s% (#θä9θà)tƒ ×πt6ŠÅÁãΒ šö7ÅÁè? βÎ)uρ ( öΝèδ÷σÝ¡s? ×πuΖ|¡ym šö7ÅÁè? βÎ) ∩∈⊃∪ šχθãmÌsù öΝèδ¨ρ (#θ©9uθtGtƒuρ 50. Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya Kami sebelumnya telah memperhatikan urusan Kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira. 50. Upama kahadéan tumiba ka manéh, maranéhna henteu sarukaeun; jeung upama kacilakaan tumiba ka manéh, pokna: Saéstuna kaula saréréa geus ngajaga diri pribadi ti anggalna", Jeung maranéhna ngabalieur kalayan suka bungah. 21 Munawir, A, W, h. 1033 Departemen Pendidikan Nasional, h. 318 23 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 389 22 B. Perbandingan Bentuk Penyerapan Daftar kata serapan di bawah ini berdasarkan urutan kemunculan dari ayat pertama sampai ayat ke lima puluh. Daftar di bawah dimaksudkan untuk melihat secara keseluruhan perbandingan bentuk penyerapan. Bentuk yang disusun dalam daftar adalah betuk dasar kata yang diserap dari bahasa Arab yang ada dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. no Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda 1 اﷲ Allah Allah 2 رﺳﻮل Rasul Rasul 3 ﻣﺸﺮآﻴـﻦ Musyrikin Musrikin 4 ﻣﺴﻠﻤﻴـﻦ Muslimin Muslimin 5 آﺎﻓﺮ Kafir Kapir 6 ﻣﻌﻠﻮم Maklum Ma’lum 7 ﻗﻮم Kaum Kaom 8 ﺣﺞ Haji Haji 9 أآﺒﺮ Akbar Akbar 10 ﺗﻮﺑﺔ Taubat Tobat 11 ﺗﻘﻮى Takwa Takwa 12 ﺣﺮام Haram Haram 13 ﺻﻼة Sholat Salat 14 زآﺎة Zakat Jakat 15 ﻓﺎﺳﻖ Fasik Pasék 16 ﺁﻳﺔ Ayat Ayat 17 ﺑﻌﺪ Bakda Bada 18 ﺣﻖ 19 Hak Hak إﻳﻤﺎن Iman Iman 20 ﺟﻬﺎد Jihad Jihad 21 ﻣﺴﺠﺪ Mesjid Masjid 22 آﻔﺮ Kufur Kupur 23 ﻣﻌﻤﻮر Makmur Ma’mur 24 اﺧﻴﺮ Akhir Ahir 25 ﻇﺎﻟﻢ Zalim Dolim 26 رﺿﻰ Ridha Rido 27 ﻓﺎﺋﺪة Faidah Paédah 28 ﻧﺠﺲ Najis Najis 29 ﻋﺎﻟﻢ Alim Alim 30 ﻋﻠﻤﺎء Ulama Ulama 31 راهﺐ Rahib Rahib 32 ﺑﺎﻃﻞ Batil Batal 33 ﻋﺎﻣﻞ Amal Amal 34 أﺧﺮة Akhirat Ahérat 35 ﻣﻀﺮة Mudharat Madorot 36 ﻣﻨﺎﻓﻖ Munafik Munapik 37 ﻣﻨﻔﻌﺔ Manfaat Mangpa’at 38 اﺳﻤﺎء Asma Asma 39 ﻣﻌﻒ Ma’af Ma’ap 40 ﻋﺬر Uzur Udur 41 ﻓﺘﻨﺔ Fitnah Pitenah Kata-kata yang ditebalkan tidak muncul dalam terjemahan bahasa Indonesia. Demikian penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk kata serapan pada kedua bahasa dan perbandingan perubahan makna pada kedua bahasa. Dari daftar di atas bisa langsung jelas terlihat bagaimana penyesuaian fonem dalam penyerepan dilakukan pada kedua bahasa. BAB IV Penutup A. Keimpulan Setelah melakukan analisis secara keseluruhan dari berbagai aspek yang dibutuhkan, penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1. Kata serapan, secara keseluruhan, jika dipakai dengan tepat tidak lah terlalu berpengaruh fatal. Terkecuali, kata serapan yang sudah memiliki makna baru yang berbeda dengan kata asal atau sudah termasuk ke dalam daftar kata faux amis. Pada penerjemahan, penggunaan kata serapan dari bahasa sumber yang diterjemahkan sebaiknya dihindari jika masih ada padanan dalam bahasa sasar yang bisa digunakan. Dengan demikian, terjemahan akan lebih mengena dan makna yang diinginkan bahasa sumber tercapai. Sebagai contoh yang tidak tepat menggunakan kata serapan terdapat pada ayat 3. z⎯ÏiΒ Ö™ü“Ìt/ ©!$# ¨βr& Îy9ò2F{$# Ædkptø:$# tΠöθtƒ Ĩ$¨Ζ9$# ’n<Î) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ «!$# š∅ÏiΒ ×β≡sŒr&uρ öΝä3¯Ρr& (#þθßϑn=÷æ$$sù öΝçGøŠ©9uθs? βÎ)uρ ( öΝà6©9 ×öyz uθßγsù öΝçFö6è? βÎ*sù 4 …ã&è!θß™u‘uρ t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# ∩⊂∪ AΟŠÏ9r& >U#x‹yèÎ/ (#ρãxx. t⎦⎪Ï%©!$# ÎÅe³o0uρ 3 «!$# “Ì“Éf÷èãΒ çöxî Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa Sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, Maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Jeung (ieu téh) wawaran ti Allah jeung Rasul-Na ka manusa dina hiji poé haji akbar, yen saéstuna Allah jeung Rasul-Na megatkeun hubungan ti kaom musrikin. Ku kituna, upama maranéh tobat, nya hadé pisan pikeun maranéh, jeung upama maranéh ngabalieur, nya sing nyaho yen maranéh moal bisa lesot tina (siksaan) Allah; jeung geura bejakeun ka jalma-jalma kapir perkara siksaan anu kacida nyerina. Pada terjemahan bahasa Indonesia, penggunaak kata permakluman yang berasal dari kata maklum yang diserap dari kata ma‘lûm bahasa Arab kurang tepat untuk memberikan pada kata ‘ażân yang bermakna pemberitahuan. 2. Kata serapan pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dari bahsa Arab tidak terlalu jauh berbeda. Ini disebabkan kedua bahasa ini mengalami kontak yang sangat panjang. Baik dari proses penyerapan atau proses penyesuaian tidak terlalu nampak berbeda. Bentuk perubahan pun tidak terlalu jauh berbeda. Adapun bentuk-bentuk perubahan yang terjadi pada kata serapan yang masuk dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda secara umum adalah sebagai berikut: a. Protesis, yaitu penambahan vokal atau konsonan pada awal kata untuk memudahkan lafal, seperti mas menjadi emas. Stal menjadi istal. b. Epentesis, yaitu penyisipan bunyi atau huruf dalam kata terutama pada kata serapan untuk menyesuaikan dengan pola fonologis bahasa sasaran, seperti baru menjadi baharu. Trommel menjadi torombol. c. Paragog, yaitu penambahan bunyi pada akhir kata untuk keindahan lafal, seperti bapa menjadi bapak. Bank menjadi bangku. d. Aferesis, yaitu penanggalan bunyi atau kata dari awal sebuah ujaran, seperti mpunya menjadi punya. Examen menjadi samen. e. Singkope, yaitu hilangnya bunyi atau huruf dari tengah-tengah kata, seperti sahaya menjadi saya. Officier menjadi opsir. f. Apokope, yaitu pemenggalan satu bunyi atau lebih dari ujung kata, seperti pelangit menjadi pelangi. Bénzine menjadi bénsin menjadi béngsin g. Metatesis, yaitu perubahan lelak huruf, bunyi atau suku kata dalam kata, seperti sapu menjadi usap, tebal menjadi lebat. Léor menjadi réol, aduy menjadi ayud. h. Asimilasi yaitu proses perubahan bunyi yang mengakibatkan mirip atau sama dengan bunyi lain di dekatnya, seperti me-tulis menjadi menulis. Kontraksi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem, seperti tuanku menjadi tengku. Gambar menjadi gamar, kadéron menjadi kanéron. Secara garis besar, kata serapan dari bahasa arab yang masuk kedalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda mengalami perubahan dengan cara metatesis dan asimilasi. B. Saran dan Kritik Penulis amat sangat menyadari, bahwa proses penelitian ini masih membutuhkan waktu yang lebih agar menacapai titik yang lebih memuaskan. Penulis juga mendarari bahwa penelitian masih harus dilanjutkan lebih mendalam agar menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi khasanan kebahasaan di negeri ini. Jika saja penelitian ini terus berlanjut maka akan sangat bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan kosakata yang tidak berasal dari bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Sehingga dalam menulis atau menerjemahkan, para pelaku lebih bisa menyaring dan memilih kata dengan menggunakan kata bahasa Indonesia saja. Hal ini akan sangat beguna sebagai upaya menjaga keutuhan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, terutama dalam menggunakan kata serapan yang jelas-jelas ada pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Demikian kiranya, segala macam kekurangan akan sangat berguna jika saja mendapat masukan dan dikemudian dilakukan perbaikan. DAFTAR PUSTAKA Ali, Atabik, 1998, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta Chaer, Abdul., 1994, Linguistik Umum, Jakarta; PT. Rineka Cipta, __________., Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta; Rineka Cipta, 1995, Edisi Revisi Coolsma, S, Soendaneesche Spraakkunst, (Tata Bahasa Sunda), terjemehan Husein Widjaya kusumah dan Yus Rusyana, Bandung: Djambatan, 1985 Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta; 1971 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 2005 ____________________________________, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1992 Eddy, Nyoman Tusthi, 1989, Unsur Serapan Dari Bahasa Asing dalam Bahasa Indonesia (Tinjauan Kesejahteraan dan Perkembangan), Nusa Indah: Kendari. Effendi, S., Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Bendar, Jakarta; Pustaka Jaya, 1995 Haenen, Paul., Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah, Jakarta; Yayasan Obor Indonesia, 2002 Hidayat, Rahmat Taufik, dkk, 2007, Peperenian Urang Sunda, Banding: Kiblat, Cet. ke-2 Kridalaksana, Harimurti., Kamus Linguistik, Jakarta: PT Gramedia, 1983, cet. Ke2 ____________________., Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, Jakarta; Gramedia, 1996, cet. Ke-2 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, Kamus Umum Basa Sunda, Bandung; Tarate, 1980 Moeliono, Anton. M., Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta: Djambatan, 1985 Muhammad, Abu Bakar., Tata Bahasa Arab, Surabaya; Al-Ikhlas, 1982 Munawir, Ahmad Warson, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984 Peteda, Mansur, 1991, Linguistik Terapan, Nusa Indah: Endari. Cet-1 Ajip Rosidi, 2003, The Sundanese Youth Congres translated by J. Noorduyn, dalam Tulak Bala; Sistem Pertahanan Tradisional Masyarakat Sunda dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda, Bandung: Pusat Studi Sunda Samsuri, Analisa Bahasa, Jakarta, Erlangga, 1994 Shaleh, Qamaruuddin, Al-amin, Al-Qur’an Terjemah Bahasa Sunda, Bandung; CV. Penerbit Diponegoro, 2003, Cet. Ke-10 Shihab, M. Q, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Lentera Hati, Jakarta 2007, Cet. ke-VII Simorangkir, dkk, Kesusastraan Indonesia, Jakarta : Pembangunan, 1959 Sudaryat, Yayat., Tata Bahasa Sunda Kiwari, Bandung: Yrama Widya, 2009 _____________., Ulikan Semantik Basa Sunda, Bandung: CV. Geger Sunten, 2003, Cet. ke-3 Soedarno., Kata Serapan dari bahasa Arab, Jakarta; Arikha Media Cipta, 1990 Superno. E.p., Logat (Catatan Kata-kata Serapan Bahasa Indonesia dari bahasa Arab), (Semarang; Surya Angkasa, 1994), cet. Ke-1 Sugihastuti, Bahasa Indonesia dari Awam, Mahasiswa sampai Wartawan, Yogyakarta, Gamma Media, 2003 Tamsyah, Budi Rahayu., dkk, 2010, Galuring Basa Sunda, Bandung: CV. Pustaka Setia, cet. ke-4 KATA SERAPAN Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda (Surah At-Taubah Ayat 1-50) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.) Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Oleh: Zaky Mubarok NIM: 104024000851 PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011 M untuk yang tercinta… Papah dan Mamah, Drs. Olih M.S dan Yeti Rohayati M.Pd Irfan, Lala, Roro Hamsiyah WS. Rendra dan Ken Zuraida Rendra PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strara 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 23 Agustus 2011 Zaky Mubarok NIM: 104024000851 ii KATA SERAPAN Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda (Surah At-Taubah Ayat 1-50) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.) Diajukan Oleh: Zaky Mubarok NIM: 104024000851 Pembimbing, Dr. Akhmad Saehudin, M.Ag NIP: 19700505 200003 1 003 PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M iii PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul KATA SERAPAN; PERBANDINGAN PERUBAHAN MAKNA KATA SERAPAN DARI BAHASA ARAB PADA AL-QUR’AN TERJEMAH BAHASA INDONESIA DAN BAHASA SUNDA (Surah AtTaubah Ayat 1-50) yang ditulis oleh Zaky Mubarok, NIM : 104024000851 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 Agustus 2011, dan telah diperbaikai sesuai dengan saran dan komentar Tim Penguji. TIM PENGUJI Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag., (Ketua Sidang) (…………………………..) Tanggal: Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum., (Sekretaris Sidang) (…………………………..) Tanggal: Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag., (Pembimbing) (…………………………..) Tanggal: Drs. Ikhwan Azizi, MA, (Penguji I) (…………………………..) Tanggal: Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum., (Penguji II) (…………………………..) Tanggal: iv TERIMA KASIH Puji syukur kepada Allah Swt. yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi sebagai sarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat penulis selesaikan. Salawat salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di hari akhir. Amin! Dalam terima kasih ini, penulis haturkan terima kasih kepada Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; Dr. Abdul Wahid Hasyim, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; dan Dr. Ahmad Syaekhudin M. Ag., Ketua Jurusan Tarjamah. Kepada pembimbing, Dr. Akhmad Saehudin M. Ag. yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya serta kesabarannya dalam bimbingan penulis haturkan terima kasih; Dr. Sukron Kamil, MA, dan Moch. Syarif Hidayatullah M.Hum. selaku pembimbing Akademik yang telah mengarahkan, mengajarkan, dan mendidik penulis selama menjadi mahasiswa. Kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan bahasa, budaya, dan terjemahan, khususnya Moch. Syarif Hidyatullah, M.Hum, yang mengajarkan seluk beluk dunia terjemah, terima kasih. Semoga amal mereka diterima Allah Swt. Amin! Kepada orang tua tercinta, Drs. Olih MS dan Yeti Rohayati M. Pd. yang selalu mendoakan penulis, sehingga penysusunan skripsi ini terasa lebih ringan. Begitu juga, kepada Adik-adik tercinta Irfan Fuad Nugraha, Tri Ayu Meilawati dan Anna Qurratuain yang menjadi penyemangat penulis dalam menapaki dunia ini. kepada yang tercinta Hamsi El-Sahara yang selalu menjadi inspirasi dan dorongan untuk terus bergerak. Terima kasih. v Terima kasih yang amat sangat kepada WS. Rendra yang telah memberi pijar pada jalan yang sudah gelap. Ibu Ken Zuraida Rendra yang selalu memberi semangat tiada henti. Teh Mey dan Kang Arul, Mas Esis, Icha dan Joel, Totenk Mahdasi Tatang, Ambadewi, Om Yus, Bi Lili dan keluarga, aku cinta padamu. Kawan-kawan Jurusan Tarjamah 2004, Abdur Rahman, Heri, Luki, Nurikhwan, Alhafiz, Amir, Anna. Fina, Muna, Munay, Silvi, Nunung, Erwan dan Puput atas segala dukungan dan bantuan mereka, khususnya Tatam yang selalu memberi bantuan dan semangat yang tiada henti, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Juga kawan-kawan angkatan 2005-2010, terimakasih. Saudara-saudara di Sanggar Altar, Makyun Subuki, Aa Isol, Ipoeng, Ipul dan Liga, Hijarah Ahmad, Mas Hendri, Elex sw, Komarudin King-king, Hafas, Basri, Akbar Soge, Boby Efri, kapan kita pentas lagi? Saudara di El-Na’ma, Teater Syahid, KMM Riak, Galuh Jaya, terima kasih. Juga kawan diskusi dan menulis yang selalu hangat, Iyya, Dede, Bowo, dan Abah Alawi, terima kasih. Keluarga besar Sanjo Boyz yang selalu bergerak tanpa beban. Keluarga besar Ken Zuraida Project, Om Amir, Om Edhar, Dwi Klik Santosa, yang selalu mendorong untuk terus bergerak pada perubahan. Semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi peminat penerjemahan khususnya penerjemahan al-Quran. Kurangnya ada, lebihnya pun ada. Semoga masukan dan saran-saran dari semua pihak dapat melengkapi skripsi ini. Amin! Jakarta, Agustus 2011 Zaky Mubarok vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………i SURAT PERNYATAAN ...................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iv TERIMA KASIH .................................................................................... v DAFTAR ISI…………………………………………………………... vii TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................................ x ABSTRAK .............................................................................................. xii BAB I: Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan.................................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7 D. Metodologi Penelitian ............................................................ 8 E. Sistematika Penulisan ............................................................. 9 BAB II Kerangka Teori A. Kosakata dan Makna .......................................................................... 11 B. Kata Serapan Arab.............................................................................. 12 vii C. Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab Ke dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia ................................. 15 1. Bidang Fonem ......................................................................... 16 a. Penggantian Fonem ..................................................... 17 b. Penghilangan Fonem ................................................... 25 c. Pelonggaran kaidah Fonem.......................................... 27 2. Pola Suku Kata ........................................................................ 30 D. Kata Istilah, Pengulangan, dan Imbuhan ............................................ 32 1. Kata Istilah .............................................................................. 32 2. Pengulangan ............................................................................ 33 3. Imbuhan ................................................................................... 35 E. Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab ... 38 F. Jenis Perubahan Makna ...................................................................... 39 a. Peluasan Makna ......................................................................... 39 b. Penyempitan Makna .................................................................. 40 c. Peninggian Makna ..................................................................... 40 d. Penurunan Makna ..................................................................... 40 e. Persamaan Makna ...................................................................... 41 f. Pertukaran Makna ...................................................................... 41 viii BAB III Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda .... 42 A. Perbandingan Perubahan Makna Kata serapan .................................. 43 B. Perbandingan Bentuk Penyerapan ...................................................... 79 BAB IV Penutup A. Keimpulan .............................................................................. 82 B. Saran dan Kritik...................................................................... 85 Daftar Pustaka ......................................................................................... 86 ix PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi yang dipakai dalam Skripsi ini adalah pedoman Transliterasi ArabIndonesia berdasarkan Surat Keputusan bersama Meneri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 22 Jauari 1988. Ara Latin Arab Latin Arab Latin ا a ز z ق q ب b س s ك k ت t ش sy ل l ث ts ص sh م m ج j ض d ن n ح h ط th و w خ kh ظ z ﻩ h د d ع ‘ ء ’ ذ ż غ g ي y ر r ف f b - Catatan: 1. Konsonan yang bersyaddah ditulis dengan rangkap Misalnya ; رﺑـﻨـﺎditulis rabbanâ. x 2. Vokal panjang (mad) ; Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris di bawah) di tulis î, serta dammah (baris di depan) ditulis dengan û. Misalnya; اﻟـﻘـﺎرﻋـﺔditulis alqâri‘ah, اﻟﻤــﺴـﺎآـﻴـﻦditulis al-masâkîn, اﻟـﻤـﻔـﻠﺤﻮنditulis al-muflihûn 3. Kata sandang alif + lam ()ال Bila diikuti oleh huruf qamariyah ditulis al, misalnya ; اﻟـﻜﺎﻓـﺮونditulis alkâfirûn. Sedangkan, bila diikuti oleh huruf syamsiyah, huruf lam diganti dengan huruf yang mengikutinya, misalnya ; اﻟـﺮﺟـﺎلditulis ar-rijâl. 4. Ta’ marbûthah () ة. Bila terletak diakhir kalimat, ditulis h, misalnya; اﻟـﺒـﻘـﺮةditulis al-baqarah. Bila ditengah kalimat ditulis t, misalnya; زآﺎة اﻟـﻤـﺎلditulis zakât al-mâl, atau ﺳـﻮرة اﻟﻨـﺴـﺎءditulis sûrat al-Nisâ`. 5. Penulisan kata dalam kalimat dilakukan menurut tulisannya, Misalnya; وهـﻮ ﺧـﻴـﺮازﻗــﻴﻦditulis wa huwa khair ar-Râziqîn. xi ABSTRAK Zaky Mubarok, “Kata Serapan, Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda (Surah At-Taubah Ayat 1-50)”, Program Studi Tarjamah, Fakultas Adab Dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 1432 H/ 2011 M. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kata serapan bahasa Arab berpengaruh dan digunakan dalam bahasa Indonesia dan bahsa Sunda. Khususnya dalam penerjemahan teks keagaamaan seperti Al-Qur’an. Bahasa merupakan alat komunikasi pertama. Komunikasi yang dilakukan dengan bahasa lisan maupun tulisan, sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan dipengaruh oleh proses interaksi antar budaya dan salah satunya adalah melalui bahasa. Interaksi antar bahasa mengakibatkan saling mempengaruhi, dan bahasa yang kosakatanya lebih banyak mempunyai pengaruh yang lebih besar. Kegiatan komunikasi inilah yang nantinya mengakibatkan penyerapan terjadi di mana-mana, baik budaya, kesenian, maupun bahasa. Proses penyerapan ini bisa terjadi melalui kegiatan apa saja. Khusus proses penyerapan bahasa biasanya terjadi melaui interaksi komunikasi lisan maupun tulisan, sampai kemudian nantinya ada yang dinamakan bahasa serapan. xii F FAKULTA S ADAB DA AN HUMAN NIORA UNIVERS SITAS ISL LAM NEG GERI SYA ARIF HID DAYATULLAH JA AKARTA A BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Bahasa adalah gejala manusiawi-umum. Tidak ada manusia tanpa bahasa dan tidak ada bahasa tanpa manusia. Di manapun manusia hidup, mereka menuturkan suatu bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi pertama. Komunikasi yang dilakukan dengan bahasa lisan maupun tulisan, sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan dipengaruh oleh proses interaksi antar budaya dan salah satunya adalah melalui bahasa. Interaksi antar bahasa mengakibatkan saling mempengaruhi, dan bahasa yang kosakatanya lebih banyak mempunyai pengaruh yang lebih besar. Seperti halnya bahasa Arab, Inggris, Portugis, Spanyol dan Belanda mempengaruhi bahasa Nusantara (Melayu, Sunda, Jawa, Makasar, Sulawesi, dll.) Bahasa asing ini memberikan kekayaan kosakata dan makna bagi penutur bahasa di Nusantara. Bahkan pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia sudah terjadi sebelum bahasa Indonesia dinyatakan resmi sebagai bahasa nasional.1 Pengambilan kata dari satu bahasa oleh bahasa lain merupakan gejala yang biasa, baik pada masa lalu maupun pada masa kini. Jepang sebagai negara maju memiliki bahasa yang kata-katanya menyerap dari bahasa Cina dan Bahasa Inggris, bahasa internasional yang sering dianggap memiliki perbendaharaan kata 1 Nyoman Tusthi Eddy, Unsur Serapan dari Bahasa Asing Terhadap Bahasa Indonesia (Tinjaua Kesejahteraan dan Perkembangan), (Kendari: Nusa Indah, 1989), h. 10 yang kaya banyak menyerap bahasa Perancis, sedangkan bahasa Perancis menyerap kata-kata dari latin.2 Bahasa melayu sebagai dasar bahasa Indonesia banyak sekali terpengaruh oleh bahasa asing seperti bahasa Belanda, Portugis, Arab dan bahasa lainya. Pengaruh tersebut terjadi karena adanya kontak kebudayaan, perdagangan dan penyebaran agama. Di Indonesia, penyebaran agama menjadi salah satu faktor penentu bagi tersebarnya bahasa asing, terutama bahasa serapan Arab. Islam masuk ke kawasan Melayu pada khususnya dan Nusantara pada ummnya melalui Gujarat. Bersama dengan masuknya agama Islam di Melayu, masuk pula kebudayaan, kesusastraan, bahasa Arab dan Persi. Masuknya bahasa arab ke Melayu diikuti pula dengan masuknya tulisan dan kosakata Arab. Masuknya kata-kata Arab dalam bahasa Melayu sebagian besar melalui proses asimilasi dan adaptasi fonemis dan morfemis. Kegiatan komunikasi inilah yang nantinya mengakibatkan penyerapan terjadi dimana-mana, baik budaya, kesenian, maupun bahasa. Proses penyerapan ini bisa terjadi melalui kegiatan apa saja. Khusus proses penyerapan bahasa biasanya terjadi melaui interaksi komunikasi lisan maupun tulisan, sampai kemudian nantinya ada yang dinamakan bahasa serapan. Bahasa serapan dapat terjadi melaui aktifitas pengajaran bahasa misalnya, seseorang yang menguasai dua bahasa (bilingual) atau lebih (multilingual), maka bahasa kedua akan banyak mempengaruhi bahasa pertama. Dilihat dari segi 2 Sudarno, Kata Serapan dari Bahasa Arab, (Jakarta: Arikha Media Cipta, 1992), Cet. Ke-2, h. 14 2 statusnya bahasa dapat dibagi atas beberapa bahasa di antaranya adalah bahasa Daerah, bahasa Nasional dan bahasa Negara.3 Bahasa daerah adalah penamaan bahasa yang digunakan oleh kelompok orang yang anggotanya-anggotanya secara relatif memperlihatkan frekuensi interaksi yang lebih tinggi diantara mereka dibanding dengan mereka yang tidak bertutur kata dalam basaha daerah.4 Biasanya bahasa daerah digunakan sebagai ikatan-ikatan kekerbatan dan upacara-upacara yang berkaitan dengan lingkaran lingkungan hidup masing-masing. Bahasa Sunda termasuk rumpun melayu yang kita sebut Melayu Polinesia. Bahasa ini erat berhubungan dengan dengan bahasa Jawa dan Melayu, terutama dengan yang tersebut pertama, dan dipergunakan di seluruh Jawa Barat, yaitu di kresidenan Priangan, Cirebon, Jakarta, Banten dan Karawang yang dahulu juga merupakan kresidenan sendiri.5 Pada proses penyebaran agama Islam, khususnya di wilayah penutur bahasa Sunda, penyerapan bahasa Arab terjadi bukan hanya karena interaksi dengan para pedagang saja, melainkan melalui penerjemahan-penerjemah bukubuku berbahasa Arab sebagai sumber kajian. Kata-kata yang tidak ada padanannya dalam bahasa Sunda akhirnya digunakan. Tidak menjadi persoalan ketika makna kata yang diserap tidak berubah dalam bahasa sasaran. Seperti kata adil -ﻋﺎدل- /‘âdil/, kata tersebut tidak mengalami perubahan makna. Kata adil dalam bahasa Sunda bermakna ‘merenah, 3 Mansur Peteda, Linguistik Terapan, (Kendari: Nusaindah,1991), cet. Ke-1, h. 84-85 Sugihastuti, Bahasa Indonesia dari Awam, Mahasiswa sampai Wartawan, (Yogyakarta, Gamma Media, 2003), cet. Ke-1, h. 52 5 Coolsma, S, Soendaneesche Spraakkunst, (Tata Bahasa Sunda), terjemehan Husein Widjaya kusumah dan Yus Rusyana, (Bandung: Djambatan, 1985), h. 3 4 3 dina tempatna, teu beurat sabeulah’6 (pas, pada tempatnya, tidak berat sebelah – terjemahan Penulis-).’ Pada bahasa Indonesia kata adil bermakna ‘sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak.’7 Pada bahasa arab kata ﻋﺎدلbermakna ‘meluruskan; membuat imbang; yang sama; sepadan.’8 Berbeda dengan kata اﻟﻔﺘﻨﺔ/al-fitnah/ dalam bahasa Indonesia menjadi fitnah. Sedangkan dalam bahasa Sunda menjadi pitenah. Makna kata اﻟﻔﺘﻨﺔdalam bahasa Arab yang bermakna ‘kesesatan’.9 Pada bahasa Indonesia kata fitnah bermakna ‘perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekan orang,’10 sedangkan dalam bahasa Sunda pitenah bermakna ‘caritaan anu ngandung maksud ngarugikeun batur (perkataan yang mengandung maksud merugikan orang lain’.11 Perubahan makna tersebut akan menjadi berbahaya jika dipakai untuk menerjemakan. Ide bahasa sumber (bsu) akan menjadi menjadi melenceng, dan pesan bahasa sumber menjadi berbeda dalam bahasa sasaran (bsa). Penggunaan kata serapan yang berubah maknanya terjadi dalam penerjemahan al-Qur’an bahasa Indonesia oleh Depag dan al-Qur’an bahasa Sunda oleh K.H. Komarudin Shaleh pada seperti pada surah at-Taubah ayat 49: 6 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, Kamus Umum Bahasa Sunda, (Bandung: Tarate, 1980), cet. Ke-2, h. 3 7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. Ke-3, h. 8 8 Munawir, A, W, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), cet. Ke-14, h.905 9 Idem, h. 1033 10 Departemen Pendidikan Nasional, h. 318 11 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 389 4 z Ψ¨ γ Ο y _ y χ )Î uρ 3 #( θÜ ä ) s ™ y πÏ Ζu G÷ Ï 9ø #$ ’ûÎ ω Ÿ &r 4 © û _hÍ GÏ ø ?s ω Ÿ uρ ’<kÍ β‹ x ø #$ Α ã θ) à ƒt ⎯Β¨ Νγ ß Ζ÷ ΒÏ ρu ∩⊆®∪ š⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$$Î/ 8πsÜŠÅsßϑs9 Terjemah bahasa Indonesia: Di antara mereka ada orang yang berkata: “berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan jangan jadikan saya terjerumus dalam fitnah.” Ketahuilah bahwa mereka telah terjurumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya jahanam itu meliputi orang-orang yang kafir. Terjemah bahasa sunda: Jeung ti antara maranéhna aya anu nyarita: “Idinan kaula (cicing) jeung poma ulah mitenah kaula.” Sing nyaho yén manéhna geus tigebrus kana pitenah. Jeung saéstuna Jahanam téh ngurung jalma-jalma kapir. Padahal, makna kata fitnah pada ayat di atas adalah, fitnah pertama ‘kegagalan menghadapi ujian,’ dan fitnah kedua ‘neraka.’12 Sebaiknya, penerjemahan ayat tersebut adalah, Di antara merekeka ada yang berkata: “Izinkanlah aku dan jangan menjerumuskan aku kedalam kegagalan menghadapi ujian.” Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam Neraka karena gagal. Sungguh, neraka Jahanam adalah untuk orangorang kafir. -terjemahan penulis-) 12 Shihab, M. Q, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Lentera Hati, Jakarta 2007), Cet. ke-VII, hal. 613-615 5 Fakta di atas tadilah yang mendorong Penulis untuk meneliti kata-kata serapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Hingga Penulis melakukan penelitian dan menuliskannya dengan judul "Kata Serapan; Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Surah at-Taubah Ayat 1-50)" B. Pembatasan dan Perumusan Penelitian terhadap bahasa pastilah memerlukan waktu yang sangat panjang dan melelahkan. Sebab jika meneliti satu sisi dari bahasa, maka sisi yang lainnya muncul sebagai unsur yang sama pentingnya dengan sisi sebelumnya. Sisi-sisi tersebut saling berkaitan satu sama lain dan saling menguatkan bahkan menjadi teori yang baru. Oleh karena hal tersebut, untuk mengurangi pelebaran masalah dari penelitian yang akan dilakukan, Penulis sengaja membatasi masalah-masalah yang akan diteliti. Penulisan ini hanya terkait pada kata-kata serapan yang terdapat pada al-Qur’an terjemah bahasa Sunda dan al-Qur’an terjemahan bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab surah at-Taubah ayat 1-50. Penelitian ini dikhususkan untuk membandingkan perubahan makna kata serapan dari bahasa Arab pada bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dengan studi kasus pada al-Qur’an terjemaha kedua bahasa tersebut. 6 Dengan demikian, penulisan ini Penulis rumuskan sebagai berikut dengan bentuk pertanyaan yang akan dijawab setelah penelitian dan pengkajian yang mendalam. Ada pun pertanyaannya sebagai berikut: 1. Seberapa besarkah pengaruh kata serapan terhadap proses penerjemahan? 2. Bagaimanakah perubahan makna kata serapan bahasa Arab pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penulis melakukan penelitian ini tidaklah tanpa tujuan. Dari tujuan itu timbulah manfaat-manfaat yang dapat diambil. Dengan jelas Penulis merumuskan tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengetahui kata serapan dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab pada kedua al-Qur’an terjemahan dalam surah at-Taubah 2. Membandingkan pergeseran makna kata serapan bahasa Arab pada bahasa Indonesia dan Sunda Ada pun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Memperkaya khasanah kebahasaan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. 2. Mempermudah bagi siapa saja yang ingin mengetahui kata sarapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. 7 D. Metodologi Penelitian Metode yang Penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif Naratif komparatif, yaitu dengan cara mengumpulkan data kemudian menguraikan dan membandingkan hingga tercapai tujuan penelitian yang telah dirumuskan sehingga data hasil penelitian bisa diambil manfaatnya. Ada pun dalam pencarian data, Penulis menganalisis sejumlah kata serapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam al-Qur’an terjemah bahasa Indonesia dan al-Qur’an terjemah bahasa Sunda pada surah at-Taubah ayat 1-50. Kemudian Penulis menguraikan, mengelompokan dan membandingkan maknanya, dengan teori yang sesuai dengan penelitian dan fakta-fakta yang menyebabkan terjadinnya pergeseran makna. Di luar itu, untuk menunjang materi dan keilmiahan penelitian, Penulis melakukan konsultasi dengan para ahli yang terkait. Merujuk sumber-sumber lain yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian ini seperti, buku-buku semantik, linguistik, morfologi, fonologi, data-data dari internet, dan lain-lain. Kemudian dalam penyusunan dan tehnik penulisan skiripsi, Penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang dikeluarkan oleh Center of Quality Development an Assurance (CeQDA) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. Sedangkan pedoman translitersai yang digunakan Penulis adalah transliterasi alQur’an terjemahan Departemen Agama. 8 E. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini penulis lakukan dengan sistematika sebagai berikut: Bab Pertama, berupa pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah penulisan, kemudian pembatasan dan perumusan masalah agar penulisan tidak melebar, dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian Pada bagian terakhir bab ini tulisan ditutup dengan sistematika penulisan. Bab kedua, berupa Kerangka Teori yang berisikan Teori Penerjemahan, Hakikat Kosakata dan Makna, Hakikat Kata Serapan Arab, Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab Kedalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia dengan pembagian sebagai berikut: pertama, Bidang Fonem, pada bagian ini yaitu, Penggantian Fonem, Penghilangan Fonem, Pelonggaran kaidah Fonem. Kedua, Pola Suku Kata yang dibagi kepada: Pengubahan Pola dan Penggantian Pola. Kemudian dilanjutkan dengan sub bab selanjutnya Kata-kata Istilah, Pengulangan (reduplikasi), dan Pengimbuhan (afiksasi), Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab, dan Jenis Perubahan Makna yang berisikan, Meluas, Menyempit, Peninggian, Penurunan Persamaan dan Pertukaran makna. Bab ketiga, adalah pembahasa Perbandingan kata serapan, bab ini akan membahas perbandingan kata serpan pada bahasa Sunda dan bahasa Indonesia sesuai dengan teori dan dikelompokan menjadi dua sub judul, pertama, Perbandingan perubahan makna Kata serapan. Kedua, Perbandingan Proses Penyerapan. 9 Bab keempat, Penutup, bab ini adalah penutup dari seluruh penelitian. Bab ini akan diisi oleh Kesimpulan, Saran dan Kritik. Pada bab ini juga memuat tesis Penulis dari hasil panelitian yang sudah dilakukan 10 F FAKULTA S ADAB DA AN HUMAN NIORA UNIVERS SITAS ISL LAM NEG GERI SYA ARIF HID DAYATULLAH JA AKARTA A BAB II KATA SERAPAN A. Kosakata dan Makna Bila kita perhatikan dengan teliti percakapan seseorang dengan yang lainnya atau sebuah tulisan, maka akan kita jumpai beberapa kata dengan susunan tertentu sehingga menjadi urutan kata-kata yang bermakna. Dengan kata lain, orang berbahasa (baik tulisan atau lisan) ialah orang yang sedang menyusun kata-kata dengan urutan tertentu sehingga menghasilkan makna. Semakin banyak jumlah kata yang dikuasai seseorang, memungkinkan terciptanya kelancaran berbahasa dan makna yang luas. Hal ini akan jelas terlihat jika kita perhatikan perkembangan berbahasa pada manusia. Perbendaharaan dan penguasaan kata-kata bertambah pula seiring dengan tingkat kedewasaan dan keluasan ilmu pengetahuannya. Penambahan perbendaharaan kata-kata menjadi pengetahuan dalam diri seseorang sampai akhir hayatnya. Penggunaan secara sistematis terhadap unsur bahasa lain oleh seseorang merupakan bagian dari suatu bahasa yang tanpa disadari oleh pemakainya. Peminjaman ini disebut proses integrasi.13 Pada proses integrasi unsur-unsur bahasa lain yang terbawa masuk itu sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dari bahasa yang menerimanya atau yang dimasukinya. Proses integrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. 13 Harimukti Kridalakasana, Kamus Linguistik, (Jakarta: PT. Gramedia, 1983), cet. ke-2, hal. 62 11 Terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang dipergunakan, sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang sedang dipergunakan disebut dengan interferensi. B. Kata Serapan Kata serapan adalah salah satu faktor yang sangat aktif dalam menentukan perkembangan bahasa. Penyerapan terjadi akibat adanya kontak antar satu bahasa dengan bahasa lain, baik yang sekerabat maupun yang tidak sekerabat. Kontak dengan bahasa-bahasa lain menimbulkan saling adanya pengaruh dalam bahasa mereka dan pengaruh yang paling sederhana berupa pinjaman kata-kata karena perkembangan antar bahasa yang saling mempengaruhi pastilah berbeda. Oleh karena itu kata-kata serapan pasti ada pada setiap bahasa di dunia. Sebagaimana di Indonesia, selain ada bahasa Nasional yaitu bahasa Indonesia ada juga bahasabahasa daerah. Bahkan kebanyakan masyarakat Indonesia menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua setelah bahasa daerahnya masing-masing. Dengan situasi kebahasaan seperti itu, dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia termasuk masyarakat bilingual atau multilingual karena tidak sedikit dari masyarakat itu yang menguasai lebih dari satu bahasa, misalnya mereka menguasai bahasa Indonesia, bahasa daerahnya sendiri, juga menguasai bahasa asing. Penyerapan dari satu bahasa ke bahasa lain dapat terjadi secara leksikal. Pada proses penyerapan unsur bahasa secara leksikal akan terbawa juga proses 12 penyerapan bunyi. Penyerapan leksikal dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu penyerapan dialek, penyerapan mesra, penyerapan kultural. 1). Penyerapan dialek adalah penyerapan yang diambil dari salah satu dialek dalam bahasa Indonesia, seperti damprat (memaki-maki), mendusin (sadar), dan lain-lain. Dianggap sebagai penyerapan dialek karena merupakan salah satu dialek bahasa Indonesia yang diambil dari bahasa Jakarta (Betawi). 2). Penyerapan mesra adalah penyerapan dari bahasa lain yang terdapat dalam daerah kebahasaan Indonesia, seperti kata ganteng, leluhur, dan prihatin yang berasal dari bahasa Jawa. 3). Penyerapan kultural adalah bahasa yang diambil dari bahasa yang tidak ada dalam daerah kebahasaan Indonesia, seperti kata fakir, jahiliyah, dan kiamat yang diserap dari bahasa Arab. Di samping penyerapan leksikal ada pula penyerapan struktural, yang termasuk dalam penyerapan ini adalah penyerapan yang menyangkut unsur fonem, morfem, dan kalimat.14 Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa melayu, dalam perkembangannya telah banyak menyerap kata-kata dari bahasa serumpun ataupun bahasa asing. Salah satu bahasa asing yang telah banyak mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia adalah bahasa Arab. Kehadiran bahasa Arab dalam bahasa Indonesia dimulai sejak berkembangnya agama Islam di Indonesia yang dibawa oleh orang-orang Persia, India, dan Arab. Al-Qur’an sebagai kitab 14 Samsuri, Analisa Bahasa, (Jakarta, Erlangga, 1994), cet. Ke-9, h. 52-53 13 suci umat islam yang berbahasa Arab memegang peran penting dalam proses penyebaran islam, selain itu mereka mengisahkan cerita-cerita tentang para nabi dan juga tulisan-tulisan lain tentang agama islam yang berbahasa Arab, sehingga tanpa disadari kata-kata tersebut terserap dalam bahasa Indonesia.15 Kata-kata serapan dari bahasa Arab telah memperkaya kosa kata bahasa Indonesia. Kata-kata yang berasal dari bahasa Arab sudah sering digunakan oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dalam keseharian mereka, terutama dalam bidang keagamaan, sehingga kata-kata tersebut sudah tidak terasa asing lagi. Kata-kata yang terkait dalam bidang keagamaan, seperti masya Allah, insya Allah, takdir, dan masih banyak lagi yang lainnya yang mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Bahasa Sunda, semula oleh para sarjana belanda disebut-sebut sebagai sempalan dari bahasa Jawa, oleh karenanya wilayah sunda pada jaman kolonial disebut jawa bagian barat atau Jawa Barat. Namun, kenyataannya ternyata tidak begitu, Sunda merupakan wilayah tersendiri yang bukan jawa. Begitu juga dengan bahasanya. Bahkan pada tahun 1956, para pemuda pasundan pernah mengadakan kongres untuk menolak penyebutan Jawa Barat untuk wilayah Sunda.16 Namun hasilnya hanya tersimpan dalam hati saja. Seperti halnya yang terjadi pada semua bahasa, kontak antar bahasa pasti tidak bisa dihindari. Sehingga terjadilah proses integrasi, serap-menyerap, berdasarkan pada kebutuhan perkembangan zaman. Begitu juga pada bahasa 15 Simorangkir, dkk, Kesusastraan Indonesia, (Jakarta : Pembangunan, 1959), h.66 Ajip Rosidi, The Sundanese Youth Congres translated by J. Noorduyn, dalam Tulak Bala; Sistem Pertahanan Tradisional Masyarakat Sunda dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda, (Bandung: Pusat Studi Sunda, 2003), h. 57 16 14 Sunda, percampuran terjadi karena para penutur bahasa Sunda bersinggungan dengan penutur bahasa lain. Pada bahasa Sunda, kata serapan disebut basa kosta (bahasa asing)17 atau kecap serepan.18 Dengan begitu, kata serapan serapan adalah bahasa asing yang digunakan dalam bahasa lokal. Perkembangan penggunaannya tidak jauh berbeda seperti yang terjadi pada bahasa Indonesia. Kontak budaya dan bahasa yang terjadi di tanah Sunda menjadi penyebab utama berkembang dan masuknya lebih banyak lagi kata serapan. Oleh karena orang Sunda banyak yang memeluk agama Islam, maka kata-kata yang berasal dari bahasa Arab tidak bisa ditolak. Terlebih untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak ada padanannya dalam bahasa Sunda seperti istilah-istilah yang sangat erat hubungannya dengan keagamaan. C. Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab Kedalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia Proses penyerapan bahasa terjadi melalui kontak budaya antar bangsa. Kontak bahasa yang tidak bisa dihindarkan akhirnya terjadi dan saling mempengaruhi. Masuknya kata-kata yang berasal dari bahasa Arab dan diserap oleh berbagai bahasa yang ada di Nusantara bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Nusantara.19 17 Rahmat Taufik Hidayat, dkk, Peperenian Urang Sunda, (Banding: Kiblat, 2007), Cet. ke-2, h. 260 18 Budi Rahayu Tamsyah, dkk, Galuring Basa Sunda, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), cet. ke-4, h.65 19 Superno, Ep., Logat (Catatan Kata-Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab), (Surya angkasa, Semarang, 1994), Cet. ke-1, hal. 1 15 Setiap bahasa memiliki aturan atau kaidah yang disebut dengan tata bahasa. Dalam tata bahasa diatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kebahasaan seperti bidang semantik, sintaksis, morfologi, dan fonologi. Apabila terdapat bahasa asing atau bahasa daerah yang terserap ke dalam bahasa Indonesia maka kata atau bahasa tersebut akan menyesuaikan dengan kaidah atau sistem bahasa Indonesia sehingga akan mengalami perubahan. Begitu juga pada bahasa Sunda, bila ada kata asing yang masuk ke dalam bahasa Sunda, maka akan mengalami perubahan karena menyesuaikan dengan kaidah bahasa Sunda. Bentuk penyerapan yang masuk kedalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda secara garis besar ada dua: 1. Bidang Fonem Fonem merupakan abstraksi, sedangkan wujud fonetisnya tergantung beberapa faktor terutama posisinya dalam hubungan dengan bunyi lain. Adapun fonem itu sendiri adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukan kontras makna.20 Fonem dalam bahasa Indonesia mempunyai 27 fonem, sedangkan bahasa Arab mempunyai 34 fonem. Kecuali berbeda dalam jumlah, fonem dalam kedua bahasa tersebut juga berbeda dalam wujud.21 Bahasa sunda sendiri memilki fonem 30. Ke-27 fonem dalam bahasa Indonesia itu terdiri dari fonem vokal sebanyak 6 dan fonem konsonan sebanyak 21, bahasa Arab memiliki fonem vokal 20 21 Harimurti Kridalaksana, hal. 44 Soedarno, hal. 61 16 5 dan fonem konsonan sebanyak 28, dan fonem suprasegmental satu. Sedangkan bahasa Sunda memiliki 7 fonem vokal dan 19 fonem konsonan lokal dan 5 fonem konsonan asing.22 a. Penggantian Fonem Di depan dinyatakan, baik bahasa Arab bahasa Indonesia dan bahasa Sunda sama-sama mempunyai fonem vokal /a/, /i/, dan /u/. Kalau fonem vokal tersebut sama-sama memiliki oleh ketiga bahasa, tentulah tidak akan terjadi penggantian apabila ada kata-kata bahasa Arab yang mengandung vokal tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Maksudnya ialah tidak ada penggantian, misalnya terdapat pada kata-kata : Akbâr - ‘ibâdah Ma’lûm - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda أآﺒﺮ akbar akbar ﻋﺒﺎدة ibadah ibadah maklum ma’lum ﻣﻌﻠﻮم yang masing-masing mengandung vokal /a/, /i/, dan /u/. Tetapi bila daftar kata bahasa Indonesia dan bahasa Sunda yang berasal dari bahasa Arab itu kita teliti lebih cermat, maka akan segera tampak bahwa kelima vokal tersebut dalam kenyataannya ada yang diganti, malahan justru dengan vokal yang tidak terdapat dalam bahasa Arab. Sebagai contoh vokal /a/, /i/, dan /u/, diftong /ai/ dan /au/ bahasa 22 Budi Rahayu Tamsyah, h.17 17 Arab masing-masing diganti dengan vokal /e/ (pepet), /e/ (teleng), /o/ bahasa Indonesaia, /e/ (pepet), / é / (teleng) dan /o/ bahasa Sunda seperti dalam kata : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda - ﺗﺮﺗﻴﺐ tertib tartib Dâ’irah - داﺋﺮة daerah daérah Tartîb Penggantian vokal semacam itu tidak akan dibicarakan pada penggantin fonem karena penggantian semacam itu merupakan akibat penyesuaian dengan ketentuan tentang suku kata rangkaian suku kata dalam membentuk kata. Gejala yang sama terjadi juga dalam bidang konsonan. Sebagai contoh konsonan /b/ dan /d/ yang dimiliki oleh bahasa Arab maupun bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, tetapi terjadi juga penggantian di bawah ini : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda Sabt - ﺳﺒﺖ saptu atau sabtu saptu Hasûd - ﺣﺴﻮد hasut hasud Ada lagi satu masalah yang menyangkut fonem vokal, yaitu penggantian vokal /a/ bahasa Arab, yang dalam tulisan Arabnya dilambangkan dengan fathah, dengan vokal /o/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda yang justru tidak terdapat dalam bahasa Arab. Penggantian itu misalnya terdapat dalam kata : 18 Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda kodim kodim rido rido Qadîm - ﻗﺪﻳﻢ Ridâ - رﺿﻰ Diketahui, vokal /a/ yang lambangnya dalam tulisan Arab berupa fathah, bila berangkaian dengan konsonan /kh/, /r/, /sh/, /d/, /th/, /z/, /g/ dan /q/ bahasa Arab disebut huruf mufakham23diganti dengan vokal /o/ pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Persoalan penggantian dan penerimaan fonem dalam rangka penyesuiannya dengan pelonggaran kaidah bahasa Indonesia. Penggantian dan pelanggaran itu berlaku untuk fonem-fonem bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia dan sunda, yaitu fonem konsonan /ś/, /h/, /kh/, /z/, /s/, /sy/, /sh/, /d/, /th/, /ż/, /..‘./, /g/, /f/, dan /q/. Di samping itu, ada juga penghilangan, bukan penggantian, yaitu konsonan /..’./ dan fonem suprasegmental maddah. a. 1. Konsonan /ś/ Konsonan geser antar gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda pada umumnya diganti dengan konsonan /s/ geser gigi bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia terletak di awal maupun di akhir suku kata. Misalnya : Śulâsâ 23 - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﺛﻼﺛﺎء salasa selasa Ibid, h. 64 19 Miśâl - ﻣﺜﺎل misal misal a. 2. Konsonan /h/ Konsonan geser faringal tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa sunda biasanya diganti dengan konsonan /h/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia terletak di awal maupun di akhir suku kata. Contoh penggantian itu adalah : Mahkamah - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﻣﺤﻜﻤﺔ mahkamah mahkamah a. 3. Konsonan /kh/ Konsonan geser langit-langit lembut bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan hambat langit-langit lembut tak bersuara, bila ia terletak di awal suku kata. Penggantian itu misalnya terdapat dalam kata : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Khabr - ﺧﺒﺮ kabar Bahasa Sunda kabar a. 4. Konsonan / ż / Konsonan geser antargigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia umumnya diganti dengan konsonan hambat langit-langit keras bersuara bahasa Indonesia. Misalnya : 20 Bahasa Arab Bahasa Indonesia Iżn إذن - ijin Bahasa Sunda ijin a. 5. Konsonan /z/ Konsonan geser gigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk dalam bahasa Indonesia umumnya diganti dengan konsonan hambat langit-langit keras bersuara bahasa Indonesia juga. Misalnya : Ziyârah - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda زﻳﺎرة jiarah jiarah Ada juga yang diganti dengan konsonan /s/ bahasa Indonesia, terutama bila terletak di tengah atau akhir suku kata. Misalnya : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Ijâsah - a. 6. إﺟﺎزة ijasah Bahasa Sunda ijasah Konsonan /sy/ Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan /sy/ bahasa Indonesia, baik di awal dan lebih-lebih di akhir suku kata. Tetapi pada bahasa Sunda, konsonan ini diganti dengan konsonan /s/. Misalnya : Syarîkat - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﺷﺮﻳﻜﺔ sarekat syarikat 21 a. 7. Konsonan /sh/ Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasa diganti dengan konsonan geser gigi /s/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia menduduki posisi awal maupun di akhir suku kata. Misalnya : Bahasa Arab Bahasa Indonesia ﻧﺼﻴﺤﺔ Nashîhat - nasehat Bahasa Sunda nasehat a. 8. Konsonan /d/ Konsonan hambat pangkal gigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan hambat gigi bersuara bahasa Indonesia /d/. Misalnya : Da‘îf - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﺿﻌﻴﻒ doip daif a. 9. Konsonan /th/ Konsonan hambat pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasa diganti dengan konsonan hambat gigi tak bersuara /t/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik menduduki posisi awal maupun di akhir suku kata. Misalnya : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Thama’ - ﻃﻤﻊ tamak Bahasa Sunda tamak 22 a. 10. Konsonan /z/ Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan kosonan samping gigi bahasa Indonesia /l/. Penggantian itu terdapat pada kata yang sudah lama masuk ke dalam bahasa Indonesia. Bila kata itu relatif baru, ia diganti dengan konsonan /z/. Misalnya : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda Lafz - ﻟﻔﻆ lafal lafal Hafz - ﺣﻔﻆ hafal hafal a. 11. Konsonan /..‘../ Konsonan hambat faringal bahasa Arab ini masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia mengalami dua macam perlakuan. Pertama, bila ia menduduki posisi awal suku, baik suku kata itu di awal maupun di tengah kata, konsonan tersebut dihilangkan. Kedua, bila ada di akhir suku kata, konsonan tersebut diganti dengan /k/. Lafal /k/ itu seperti lafal /k/ bahasa Indonesia yang menduduki posisi akhir suku kata pada umumnya. Tetapi pada bahasa Sunda, konsonan tersebut tetap dimunculkan. Misalnya : ‘ilm - Ma‘lûm - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﻋﻠﻢ ilmu élmu ﻣﻌﻠﻮم maklum ma’lum 23 a. 12. Konsonan /g/ Konsonan geser anak tekak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia pada umumnya diganti dengan konsonan hambat langit-langit lembut bersuara /g/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia menduduki posisi awal maupun posisi akhir suku kata, misalnya : Magfirah - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﻣﻐﻔﺮة magfiroh magfirah a. 13. Konsonan /f/ Konsonan geser bibir gigi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasanya diganti dengan konsonan hambat bibirtak bersuara /p/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia menduduki posisi awal maupun posisi akhir suku kata. Tetapi pada bahasa Indonesia masih ada yang dipertahankan. Misalnya : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda Fikr - ﻓﻜﺮ pikir pikir Fitnah - ﻓﺘﻨﺔ fitnah pitenah a. 14. Konsonan /q/ Konsonan hambat anak tekak tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan /k/ bahasa Indonesia, baik ia menduduki posisi awal, tengah, maupun akhir 24 suku kata. Bila ia menduduki posisi awal suku kata, lafalnya seperti lafal konsonan /k/ bahasa Indonesia yang menduduki posisi awal suku kata. Tetapi, bila ia menduduki posisi akhir suku kata, lafalnya ada yang seperti lafal /k/ bahasa Indonesia yang menduduki akhir suku kata. Sebagai mana bunyi hamzah, ada pula yang berupa konsonan /k/ jelas, seperti bila /k/ itu menduduki posisi awal kata. Misalnya : Rizq - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda رزق rejeki rejeki Mutlaq - ﻣﻄﻠﻖ mutlak mutlak Haqq - ﺣﻖ hak hak b. Penghilangan Fonem Penghilangan fonem ini akan membahas bagaimana penyesuaian bahasa Arab terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dengan mengganti fonem bahasa Arab oleh fonem bahasa Indonesia dan Sunda yang dianggap paling mirip. Fonem bahasa Arab yang mendapat dua macam perlakuan24, yaitu diganti dengan fonem bahasa Indonesia atau bahasa Sunda yang paling mirip bila fonem bahasa Arab itu menduduki posisi akhir suku/kata dan yang kedua dihilangkan bila fonem tersebut menduduki posisi awal suku/kata. Fonem bahasa Arab yang mempunyai dua bentuk ialah fonem yang biasa ditulis dengan huruf ta marbutah ( )ة, dan selalu menduduki 24 Harimurti Kridalaksana, h. 75 25 posisi akhir kata. Lafal fonem tersebut sama dengan lafal konsonan /h/ bila pengucapan tidak disambung dengan kata berikutnya dan sama dengan lafal konsonan /t/ bila pengucapan itu disambung dengan kata berikutnya. Fonem tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda ada dua, yaitu : konsonan /h/ dan konsonan /t/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Yang menarik tentang fonem itu ialah dikelompokkan menjadi tiga25: pertama, kata-kata fonem penggantinya adalah konsonan /h/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Kedua. kata-kata fonem penggantinya adalah konsonan /t/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Ketiga, bentuk yang berfonem akhir konsonan /t/. Di bawah ini contoh ketiga kelompok kata tersebut. Fâ'idah - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﻓﺎ ﺋﺪة faedah faedah jamaah/jamaat jamaah Jamâ'ah/t - ﺟﻤﺎﻋﺔ Adapun fonem-fonem yang dihilangkan adalah sebagian berikut: b. 1. Konsonan /..‘../ Konsonan hambat glottal tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Sunda biasanya dihilangkan baik ia menduduki posisi awal atau ahir kata. Misalnya : 25 Ibid, h. 75 26 ‘ulamâ - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﻋﻠﻤﺎء ulama ulama b. 2. Maddah (â, î, dan û) Fonem Suprasegmental yang berupa tekanan panjang atau tempo dalam bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasanya dihilangkan, baik ia menduduki posisi awal, tengah maupun akhir kata. Fonem tersebut dianggap tidak ada pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Dalam bahasa Arab fonem suprasegmental melekat pada vokal dan lafal vokal dalam bahasa Arab yang lebih panjang dibandingkan dengan vokal yang tidak disertai fonem suprasegmental. Contoh kata yang mengandung fonem suprasegmental itu adalah : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda Hâl - ﺣﺎل hal hal Maqâm - ﻣﻘﺎم makam makom c. Pelonggaran kaidah Fonem Pelonggaran kaidah adalah pelonggaran kaidah bahasa dalam usaha menampung unsur dari luar yang berupa fonem-fonem bahasa. Pelonggaran itu berupa menerima fonem bahasa dan menggunakannya dalam bahasa lainnya. Dengan kata lain, fonem-fonem yang diterima dalam bahasa itu tidak lagi diganti dengan fonem lain yang mirip. Di antara fonem-fonem bahasa Arab yang diterima bahasa Indonesia, 27 semuanya fonem konsonan dan tidak ada fonem vokal atau fonem suprasegmental. a. Konsonan /f/ Konsonian /f/ agaknya diterima oleh bahasa Indonesia cukup banyak, sebagian dari kata itu masih mempunyai dua bentuk. Yang satu, masih dengan konsonan /f/ dan yang kedua, sudah diganti dengan /p/. Ada juga /f/ dan /p/ itu yang sudah fonemis. Misalnya terdapat dalam kata kafan dan kapan. Namun tidak terlalu banyak dalam bahasa Sunda. Kebanyakan, pada bahasa Sunda fonem /f/ diubah menjadi /p/. seperti halnya dalam kata fitnah (indonesia) pada bahasa Sunda menjadi pitenah. Di bawah ini contoh yang masih mempunyai kembaran tanpa /f/ maupun yang sudah tidak mempunyai lagi. Infaq - Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda اﻧﻔﻖ infak Infak b. Konsonan /kh/ Konsonan /kh/ dari bahasa Arab kiranya juga diterima oleh bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Ada juga yang masih mempunyai bentuk kembaran, yang satu masih dengan konsonan /kh/ dan satunya lagi, konsonan itu sudah diganti dengan /h/. Ada juga /kh/ dan /h/ itu yang sudah fonemis, misalnya dalam khas dan has. Di bawah ini contohnya : Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda 28 Akhlâq - اﺧﻼق Akhlak Ahlak Khâliq ﺧﺎﻟﻖ Khalik Halik c. Konsonan /sy/ Konsonan ini diterima oleh bahasa Indonesia dan bahsa Sunda tidak banyak, karena sedikit kata kembar yang /sy/ dan /s/. Konsonan ini yang sudah fonemis misalnya dalam kata syarat dan sarat. Bahkan, pada bahasa Sunda konsonan /sy/ hanya ditukar dengan konsonan /s/. Di bawah ini contoh-contoh yang mengandung konsonan /sy/: Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda Syukr - ﺷﻜﺮ Syukur Sukur/ syukur Syart - ﺷﺮط Syarat/ Sarat Sarat d. Konsonan /z/ Konsonan /z/ diterima oleh bahasa Indonesia karena berbeda dengan Konsonan bahasa Arab yang lainnya. Konsonan ini dipergunakan untuk mengganti konsonan bahasa Arab selain /z/. Namun pada bahasa Sunda, konsonan /z/ diganti dengan /j/. Di bawah ini contoh kata-katanya, baik berasal dari konsonan /z/ maupun konsonan lainnya : Ziyârah Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda زﻳﺎرة Jiarah Ziarah 29 2. Pola Suku Kata Untuk pembahasan masalah ini, perlu diketahui lebih dahulu pola-pola suku kata yang dimiliki oleh masing-masing bahasa. Dan pola suku kata bahasa Arab ada tiga pola suku kata. Ada pun pola-pola suku kata dan contohnya sebagai berikut : 1. KV (Konsonan Vokal) Contoh : ja-da - ()ﺟﺪ 2. KVK (Konsonan Vokal Konsonan) Contoh : bab - ﺑﺎب, mas-jid - ﻣﺴﺠﺪ 3. KVKK (Konsonan Vokal Konsonan Konsonan) Contoh : fikr - ﻓﻜﺮ Bahasa Indonesia memiliki empat pola suku kata. berikut adalah keempat pola beserta contohnya: 1. V (Vokal) Contoh : a-ku, e-mas, i-kat, o-rang 2. VK (Vokal Konsonan) Contoh : am-bil, un-dang, in-dah 3. KV (Konsonan Vokal) Contoh : ma-u, ta-hu, mu-da 4. KVK (Konsonan Vokal Konsonan) Contoh : pin-dah, pas-ti 30 Sedangkan bahasa Sunda memiliki enam pola suku kata (engang). Keenam pola tersebut sebagai berikut: 1. V (Vokal) Contoh : a-ya, a-bah, i-raha 2. VK (Vokal Konsonan) Contoh : ab-di, im-bit 3. KV (Konsonan Vokal) Contoh : ba-pa, ti-suk 4. KVK (Konsonan Vokal Konsonan) Contoh : ban-da, har-ta, cen-tok 5. KKV (Konsonan Konsonan Vokal) Contoh : pra-bu, sri-pang-gung 6. KKVK (Konsonan Konsonan Vokal Konsonan) Contoh : tres-na, brang-ta Karena perbedaan pola itulah maka penyerapan kata-kata dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda membawa dua macam akibat.26 Pertama, penyesuaian kata-kata bahasa Arab yang masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahsa Sunda disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, terutama kaidah yang menyangkut suku kata, dan pelonggaran kaidah bahasa Indonesia guna menampung 26 Ibid, h. 83 31 unsur dari luar. Kedua, diserap secara langsung atau utuh tetapi belum sepenuhnya menjadi milik bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. D. Kata Istilah, Pengulangan (reduplikasi), dan Imbuhan (afiksasi) 1. Kata Istiliah Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, dalam penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dibedakan menjadi dua, yaitu : unsur serapan yang belum sepenuhnya diserap ke dalam kedua bahasa dan unsur serapan yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.27 Kata-kata istilah yang khususnya dari bahasa Arab tentang istilah keagamaan digolongkan pada unsur serapan jenis pertama, yaitu belum sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Berikut beberapa contohnya: 27 Bahasa Arab Bahasa Indonesai Bahasa Sunda al-marhûm اﻟﻤﺮﺣﻮم al-marhum al-marhum Ustâdz أﺳﺘﺎذ ustadz ustad ’Ażân أذان adzan adan Harimurti Kridalaksana, op.cit., h. 67 32 2. Pengulangan (reduplikasi) Reduplikasi adalah proses morfologi yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian maupun dengan perubahan bunyi.28 Contoh kata ulang seluruhnya adalah aba menjadi aba-aba. Contoh kata ulang sebagian seperti berkata menjadi berkata-kata dan contoh kata ulang sebagian dengan perubahan bunyi seperti muda-mudi atau bolak-balik. Reduplikasi berfungsi sebagai alat fonologis atau gramatikal dalam sebuah proses pengulangan satuan bahasa.29 Dalam bahasa Sunda proses reduplikasi ini dinamakan rajekan.30 Pada kedua bahasa, Indonesia dan Sunda, gejala reduplikasi hampir mirip, yakni, reduplikasi dwipurwa, dwilingga / dwimurni, dwilingga salin swara /dwiréksa , dwiwasana, kombinasi / binarung rarangkén dan trilingga. Berikut adalah contoh reduplikasi ke dua bahasa: 1. Dwipurwa (pengulangan suku pertama pada kata) Ind. : tetangga, lelaki Sund. : kokolot, pupuhu Ada perbedaan sedikit dalam pengulangan suku kata, pada bahasa Indonesia terjadi pelemahan vokal, sedang pada bahasa Sunda tidak. 2. Dwilingga / Dwimurni (pengulangan kata) Ind. : rumah-rumah, makan-makan Sund. : jalma-jalma, nini-nini 28 Abdul Chaer, Op. cit., h. 182 Ibid, h. 31 30 Sudaryat, Yayat, Tata Bahasa Sunda Kiwari, 2009, (Bandung, Yrama Widya) cet. Ke-2, h. 57 29 33 3. Dwilingga Salin Swara / dwiréksa (pengulangan kata dengan variasi pada fonem) Ind. : mondar-mandir, corat-coret Sund. : sura-seuri, curat-corét 4. Dwiwasana ( pengulangan bagian belakan dari kata) Indo. : pertama-tama, perlahan-lahan Sund. : saalus-alus, 5. Kombinasi / Binarung Rarangkén (pengulangan yang berimbuhan) Ind. : men- cakar-cakar, turun- te-murun, tumbuh-tumbuh -an Sund. : pa-huleng-huleng, kukuda-an, aprak-aprak-an 6. Trilingga (pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem) Ind. : dag-dig-dug, dar-der-dor Sund. : balg-blig-blug, dar-dér-dor Namun reduplikasi tersebut tidak terdapat dalam bahasa Arab. Yang ada dalam bahasa Arab adalah kata-kata yang bermakna tunggal (mufrad), bermakna dua (mutsana) dan bermakna banyak (Jama') yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi proses afiksasi. Berikut ini beberapa contoh diantaranya : 34 Bentuk tunggal (mufrad) آﺘﺎب /kitâb/ artinya buku Bentuk bermakna dua (mutsanna) آﺘﺎﺑﺎن /kitâbân/ artinya dua buku Bentuk bermakna banyak (jama') آﺘﺐ /kutub/ artinya buku-buku Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa bentuk pengulangan dari kata seperti ulama-ulama, sehat-sehat dan sarat-sarat bukan bentuk kata bahasa Arab. Pengulangan kata itu terjadi setelah kata dasar dari bahasa Arab diserap ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Setelah itu kata-kata serapan tersebut dianggap sebagai warga kata bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Dengan demikian, kata-kata tersebut dapat diulang seperti kata-kata bahasa Indonesia asli. Dengan kata lain, dalam bahasa arab tidak ada pengulangan. Pengulangan pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda lebih banyak digunakan untuk menyatakan bentuk jamak (banyak) dari suatu kata. 3. Imbuhan (Afikasasi) Dari sebuah kata dasar, dapat dibentuk sejumlah kata lain yang masih bertalian dari segi bentuk, lafal maupun maknanya. Misalnya, kita ambil kata dasar tulis. Dari kata dasar ini akan terbentuk kata bentukan baru menulis, ditulis, menuliskan, bertuliskan, tulisan, tuliskan, tulisi dan sebagainya. Misal dalam bahasa Sunda, dari kata gawé, bisa diperoleh bentukan baru seperti, ngagawékeun, ngagawéan, pagawé, pagawéan, sagawéan, dan sebagainya. 35 Proses perubahan seperti tersebut diatas dinamakan afiksasi atau pemberian imbuhan pada kata. Afiksasi (imbuhan) dalam bahasa Sunda disebut dengan istilah rundayan.31 Ada pun bentuk dan pola imbuhan ke dua bahasa adalah sebagai berikut: 1. Awalan / Rarangkén Hareup (prefiks) Pemberian imbuhan diawal kata. Contoh: Ind. : melamar, ditulis, beriman Sund. : kahayang, didahar, ariman Awalan dalam bahasa Indonesia antara lain, me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe, per-,dan se-. Rarangkén hareup dalam bahasa Sunda antara lain, ba-, barang-, di-, ka-, N-, pa-, pada-, pang-, para-, per-, pi-, sa-, sang-, si-, silih/sili-, ti-, dan ting/pating-. 2. Sisipan / Rarangkén Tengah (infiks) Pemberian imbuhan ditengah kata. Contoh: Ind. : gemetar, gelegar, sinambung, Sund. : larieur, tinulis, lumampah, sarolat, jarakat Sisipan dalam bahasa Indonesia antara lain, -el-, -er-, -em-, dan -in-. Rarangkén Tengah dalam bahasa Sunda antara lain, -ar-, -um-, dan – in-. 31 Idem. 36 3. Akhiran / Rarangkén Tukang (sufiks) Pemberian imbuhan akhir kata. Contoh: Ind. : layangkan, masukan, maknai Sund. : sakolaan, dahareun, bajuna Akhiran pada bahasa Indonesia antara lain, -an, -kan, dan -i. Rarangkén tukang dalam bahasa Sunda antara lain, -an, eun, -ing/ning, -keun, dan -na/ana/nana. 4. Gabungan / Barung (konfiks) Pemberian imbuhan digabungkan antara awalan dan akhiran. Contoh: Ind. : diberikan, keadaan Sund. : dibikeunan, kaayaan, sajadina Bentuk gabungan pada bahasa indonesia antara lain, me-kan, di-kan, ke-an, per-an, dan lain-lain. Bentuk Rarangkén barung pada bahasa Sunda antara lain, di-an, ka-an, sa-na, pika-eun, dan lain sejenisnya. 5. Kombinasi / Bareng (ambifiks) Pemberian imbuhan dilakukan dengan cara mengkombinasikan kata yang sudah diberi imbuhan deberikan lagi imbuhan. Contoh: Ind. : memperbodohi, memperistrikan Sund. : sakahayangna, dipangaralaankeun 37 Kombinasi dalam bahasa Indonesia antara lain, memper-i, memperkan, dan sejenisnya. Rarangkén Bareng dalam bahasa Sunda antara lain, saka-na, di-pangN-ar-----an-keun, dan sejenisnya. E. Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab Perubahan bahasa (linguistic change) yaitu berubah atau bergantinya tanda-tanda bahasa dari satu tahap ke tahap yang lainnya, sedangkan berubahnya makna (semantic change) yaitu berubahnya makna dalam perkembangan sejarah suatu bahasa atau akibat dari persinggungan dengan bahasa lain.32 Dari keterangan di atas, jelas bahwa perubahan makna membahas seputar bergantinya suatu keadaan dan bentuk makna, meluas dan menyempit, menambah atau mengurangi sifat rasa, bertukar rasa, dan lain-lain yang berkaitan ketika bahasa digunakan. Bahasa, dalam perkembanganya selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan para penuturnya. Begitu juga dengan makna, makna leksikal atau makna idiomatikal dalam suatu bahasa sering sekali mengalami perubahanperubahan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut terjadi, di antaranya akibat pengaruh bahasa lain. Selain itu, ada juga hal-hal yang bersifat praktis bisa menyebabkan bahasa berubah, seperti, disebabkan berkembangnya bahasa dan berkembangnya para penutur bahasa. 32 Sudaryat, Yayat, Ulikan Semantik Sunda, (Geger Sunten; Bandung 2003), Cet. ke-3, hal. 29 38 Sebab perubahan arti dapat sangat bermacam-macam. Akan tetapi, hakikat perubahan arti dari ungkapan tertentu selalu dapat diasosiasikan. Selalu terdapat jenis hubungan tertentu yang mengaitkan antara arti lama sebuah kata atau ungkapan dengan arti baru yang dimilikinya. Secara umum, hubungan tersebut dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu hubungan yang didasarkan atas keserupaan (similarity) dan hubungan yang didasarkan atas kedekatan (contiguity). Hubungan dalam yang pertama biasa disebut metafora dan yang kedua disebut metonimi. F. Jenis Perubahan Makna a. Peluasan Makna (generalisasi) Makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang sebelumnya hanya memiliki sebuah makna, tetapi karena berbagai macam faktor kemudia memiliki makna-makna yang lain. Perubahan makna meluas adalah perubahan yang terjadi pada sebuah kata yang pada awalnya hanya memiliki sebuah makna, dengan perkembangan zaman kata tersebut menjadi makna-makna yang lain. Seperti pada kata أﺑﺎد/abâd/ yang bermakna ‘masa’33, dalam bahasa Indonesia kata abad bermakna ‘masa 100 tahun,’34 dan pada bahasa Sunda makna kata abad menjadi ‘masa 100 tahun, dan zaman’. 33 34 Munawir, A, W, h.1 Departemen Pendidikan Nasional, h. 1 39 b. Penyempitan Makna (spesialisasi) Makna menyempit adalah kebalikan dari makna meluas. Kata yang sebelumya memiliki makna yang luas berubah menjadi kata yang memiliki makna terbatas (khusus). Contoh pada kata ﻋﺎﻟﻢ/‘âlim/ yang bermakna ‘orang yang berilmu,’35 dalam bahasa Indonesia kata alim bermakna ‘berilmu, berpengetahuan pandai dalam hal agama Islam,’36 dan pada bahasa Sunda kata alim bermakna ‘orang yang luas pengetahuan agamanya, saléh’.37 c. Peninggian Makna (ameliorasi) Peninggian makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih tinggi/ hormat/ halus/ baik nilainya daripada makna lama. Contoh, bung ‘panggilan kepada orang laki-laki’ makna baru ‘panggilan kepada pemimpin’ putra ‘anak laki-laki’ makna baru ‘lebih tinggi daripada anak’. Bojo (istri) dirasa lebih tinggi dari pada pamajikan. Habib ‘yang dicintai-siapa saja’ makna baru ‘panggilan untuk orang yang diduga keturunan Nabi Muhammad Saw.’ d. Penurunan Makna (Peyorasi) Penurunan makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah/ kurang baik/ kurang menyenangkan nilainya daripada makna lama. Contoh, bini ‘perempuan yang sudah dinikahi’ lebih 35 Munawir, A, W, h.1 Departemen Pendidikan Nasional, h. 30 37 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 10 36 40 rendah daripada istri/ nyonya. Bunting ‘mengandung’ lebih rendah dari kata hamil, gorombolan ‘kumpulan orang’ lebih rendah dengan makna baru ‘sekelompok orang yang ingin mengganggu keamanan’. e. Persamaan Makna (asosiasi) Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara makna lama dan makna baru. Contoh, amplop ‘sampul surat’ makna baru ‘uang sogok’, bunga ‘kembang’ makna baru ‘gadis cantik’, dua kata ini pada bahasa Sunda pun sama. Fulus ‘uang’ makna baru ‘komisi’. f. Pertukaran Makna (sinestesia) Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera yang berbeda dari indera penglihatan ke indera pendengar, dari indera perasa ke indera pendengar, dan sebagainya. Contoh, suaranya terang sekali (pendengaran ke penglihatan), rupanya manis (penglihat ke perasa), namanya harum (pendengar ke pencium). Amis budi (perasa ke penglihat), sorana lemes pisan (perasa ke pendengar). 41 F FAKULTA S ADAB DA AN HUMAN NIORA UNIVERS SITAS ISL LAM NEG GERI SYA ARIF HID DAYATULLAH JA AKARTA A BAB III Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada alQur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Surah At-Taubah Ayat 1-50 Terkait kata serapan yang terdapat di dalam terjemahan al-Qur’an bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, penulis melakukan pendekatan secara langsung terhadap kata-kata serapan dari bahasa Arab yang digunakan dalam terjemahan sehingga menjadi milik bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Kemudian penulis akan menggabarkan dalam betuk tabel, perbandingan bentuk dan perbandingan perubahan makna. Pada prosesnya, penulis akan menyertakan terjemahan al-Qur’an kedua bahasa supaya langsung terlihat jelas kata serapan dari bahasa Arab dipergunakan seperti apa dan bentuk jadiannya menjadi seperti apa. Dari titik inilah kemudian penulis akan membuat daftar bentuk kata serapan dan daftar perubahan makna dari makna asal ke makna yang sudah menjadi milik dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Pada proses memperbandingkan, penulis akan menggunakan cara tersendiri, yakni, pada setiap ayat, penulis akan memberikan keterangan bagian mana yang berubah bagian mana yang tidak. Untuk menandai, penulis menebalkan kata yang diserap dari bahasa Arab pada terjemahnya. Kemudian penulis tidak akan mengulang kata yang sudah diterangkan pada ayat sebelumnya, 42 jika menemukan kembali kata yang sama pada ayat selanjutnya, kecuali terjadi perubahan. A. Perbandingan Perubahan Makna Kata serapan ∩⊇∪ t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# z⎯ÏiΒ Ν›?‰yγ≈tã t⎦⎪Ï%©!$# ’n<Î) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ «!$# z⎯ÏiΒ ×οu™!#tt/ 1. (Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka). 1. (Ieu téh wawaran) putusna hubungan ti Allah katut ka Rasul-Na ka jalma-jalma musrikin anu (jeung maranéhna) maranéh geus nalikeun pasini. Kata allah, rasul, musyrikin, kaum, dan muslimin pada terjemahan bahasa Indonesia adalah serapan dari bahasa Arab. Begitu juga kata allah, rasul dan musrikin pada terjemahan bahasa Sunda. Pada proses penyerepan oleh kedua bahasa tersebut, beberapa kata mengalami cara yang sama dalam penyerapannya dan tidak mengalami perubahan makna, seperti kata allah dan rasul keduanya tidak berubah. Baik bunyi, ataupun maknanya. Berbeda dengan kata musyrikin, muslimin, kaum, musrikin, muslimin, dan kaom pada kedua bahasa. Pada proses penyerapan, kata ﻣﺸﺮآﻴﻦ/musyrikîn/ menjadi musyrikin dan musrikin mengalami penyesuaian fonem. Konsonan /ش/ dalam bahasa Arab menjadi /sy/ dalam bahasa Indonesia dan menjadi /s/ dalam bahasa Sunda. Kemudian vokal /î/ menjadi /i/ dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Pada 43 makna terjadi sedikit pergeseran akibat perubahan dari bentuk jamak dalam bahasa Arab, menjadi bentuk tunggal dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Sehingga dalam penggunaan kata musyrikin dan musrikin untuk memberikan padanan pada kata ﻣﺸﺮآﻴﻦ/musyrikîn/ dalam bahasa Arab yang bermakna ‘para pelaku perbuatan syirik atau musyrik’ harus didampingi atau dimunculkan kata orang-orang dalam bahasa Indonesia dan jalma-jalma dalam bahasa Sunda sebagai pengganti bentuk jamak. Begitu juga yang terjadi pada kata ﻣﺴﻠﻤﻴﻦ /muslimîn/ dan ﻗﻮم/qoum/ yang diserap ‘begitu saja.’ Selain bunyi yang diserap begitu saja, makna yang diambil pun begitu saja adanya. Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat pertama: Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda اﷲ /Allah/ Allah Allah رﺳﻮل /Rasûl/ Rasul Rasul ﻣﺸﺮﻳﻜﻴﻦ /Musyrikîn/ Musyrikin Musrikin ﻣﺴﻠﻤﻴﻦ /Muslimîn/ Muslimin Muslimin ﻗﻮم /Qoum/ Kaum Kaom “Ì“øƒèΧ ©!$# ¨βr&uρ «!$# “Ì“Éf÷èãΒ çöxî ö/ä3¯Ρr& (#þθßϑn=÷æ$#uρ 9åκô−r& sπyèt/ö‘r& ÇÚö‘F{$# ’Îû (#θßs‹Å¡sù ∩⊄∪ t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$# 2. Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan 44 dapat melemahkan Allah, dan Sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir. 2. Ku kituna, pek maranéh (musrikin) geura ngalalana di ieu bumi opat bulan, jeung sing nyaho yén saéstuna maranéh moal bisa lésot (tina siksaan) Allah jeung (sing nyaho) yén Allah téh ngahinakeun jalmajalma kapir. Pada ayat kedua ini, ditemukan kata kafir dalam bahasa Indonesia dan kapir dalam bahasa Sunda. Kata tersebut diserap dari kata آﺎﻓﺮ/kâfir/ yang mengandung makna ‘pelaku.’ Sedangkan dalam bahasa Indonesia dan Sunda menjadi kata sifat saja. Pada bunyi, kata kafir dalam bahasa Indonesia tidak mengalami penyesuaian fonem. Tetapi pada bahasa Sunda, fonem /ف/ menjadi /p/. Makna tidak berubah. Pada bahasa Arab kâfir bermakna ‘yang tidak beriman kepada Allah.’38 Pada bahasa Indonesia kafir bermakna ‘orang yang tidak percaya kepada Allah dan RasulNya.’39 Pada bahasa Sunda kapir bermakna ‘orang yang tidak percaya pada wahyu Allah yang disampaikan oleh para rasulnya.’40 Berbeda dengan kata musyrikin dan muslimin di atas yang diserap secara utuh dari bentuk jamak kata ﻣﺸﺮآﻴﻦ/musyrikîn/ dan kata ﻣﺴﻠﻤﻴﻦ/muslimîn/, kata kafir dan kapir tidak demikian, melainkan diserap dari bentuk tunggalnya آﺎﻓﺮ /kâfir/. 38 Munawir, A, W, h. 1309 Departemen Pendidikan Nasional, h. 489 40 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 213 39 45 Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat kedua: آﺎﻓﺮ Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda /kâfir/ kapir kafir z⎯ÏiΒ Ö™ü“Ìt/ ©!$# ¨βr& Îy9ò2F{$# Ædkptø:$# tΠöθtƒ Ĩ$¨Ζ9$# ’n<Î) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ «!$# š∅ÏiΒ ×β≡sŒr&uρ çöxî öΝä3¯Ρr& (#þθßϑn=÷æ$$sù öΝçGøŠ©9uθs? βÎ)uρ ( öΝà6©9 ×öyz uθßγsù öΝçFö6è? βÎ*sù 4 …ã&è!θß™u‘uρ t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# ∩⊂∪ AΟŠÏ9r& >U#x‹yèÎ/ (#ρãxx. t⎦⎪Ï%©!$# ÎÅe³o0uρ 3 «!$# “Ì“Éf÷èãΒ 3. Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa Sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, Maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. 3. Jeung (ieu téh) wawaran ti Allah jeung Rasul-Na ka manusa dina hiji poé haji akbar, yen saéstuna Allah jeung Rasul-Na megatkeun hubungan ti kaom musrikin. Ku kituna, upama maranéh tobat, nya hadé pisan pikeun maranéh, jeung upama maranéh ngabalieur, nya sing nyaho yen maranéh moal bisa lesot tina (siksaan) Allah; jeung geura bejakeun ka jalma-jalma kapir perkara siksaan anu kacida nyerina. Pada ayat ketiga, kata serapan yang dipergunakan tidak jauh berbeda dengan ayat sebelumnya. Pada ayat ini muncul kata serapan yang baru dalam terjemahan bahasa Indonesia, yaitu, permakluman, haji akbar dan bertaubat. Sedangkan pada terjemahan bahasa Sunda hanya muncul kata haji akbar dan tobat. 46 Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat ketiga: Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﻣﻌﻠﻮم /ma’lûm/ maklum ma’lum اﻟﺤﺦ اﻷآﺒﺮ /al-hajj al-akbar / haji akbar haji akbar ﺗﻮﺑﺔ /taubah/ taubat tobat Kata maklum, diambil dari kata ﻣﻌﻠﻮم/ma’lûm/ yang bermakna ‘yang dikenal.’41 Pada penyerapan kepada bahasa Indonesia, terjadi penyesuain konsonan. Yakni, konsonan /…‘…/ menjadi konsonan /k/. Sedangkan pada bahasa Sunda tidak. Kemudian, makna tidak berubah. Kata permakluman pada terjemahan bahasa Indonesia adalah hasil perubahan kelas kata, dari kata kerja menjadi kata benda. Perubahan tersebut karena imbuhan yang digunakan adalah imbuhan gabungan pembetuk kata benda dari kata kerja pe-an. Sehingga, makna menjadi menjadi bergeser, dari ‘paham; mengerti; tahu’ menjadi ‘pemberitahuan.’42 Keputusan mengambil kata maklum atau permakluman untuk padanan kata أذان/’ażân/ kurang tepat. Sebab, makna yang dikehendaki adalah ‘pemberitahuan’ atau berita. Berbeda dengan terjemahan bahasa Sunda yang menggunakan kata wawaran yang berarti ‘pemberitahuan.’ Haji akbar tidak ada masalah secara makna atau proses penyerepan. Sebab kata haji akbar adalah kata istilah atau idiom untuk suatu ibadah umat Islam, yakni, ibadah haji dengan hari wukuf di Padang Arafah jatuh pada hari jumat.43 41 Atabik Ali, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta; 1998, h. 905 Departemen Pendidikan Nasional, h. 702 43 Idem, h. 381 42 47 Kata taubat dan tobat, diserap dari kata ﺗﻮﺑﺔ/taubah/. Penyesuaian yang terjadi adalah pada bahasa Sunda, diftong /au/ pada bahasa Arab diganti dengan vokal /o/ pada bahasa Sunda sedangkan pada bahasa Indonesia tidak. Kemudian, konsonan ta marbutah /ة/ diganti dengan konsonan /t/ pada ke dua bahasa. öΝä3ø‹n=tæ (#ρãÎγ≈sàムöΝs9uρ $\↔ø‹x© öΝä.θÝÁà)Ζtƒ öΝs9 §ΝèO t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# z⎯ÏiΒ Ν›?‰yγ≈tã š⎥⎪Ï%©!$# ωÎ) ∩⊆∪ t⎦⎫É)−Gßϑø9$# =Ïtä† ©!$# ¨βÎ) 4 öΝÍκÌE£‰ãΒ 4’n<Î) óΟèδy‰ôγtã öΝÎγøŠs9Î) (#þθ‘ϑÏ?r'sù #Y‰tnr& 4. Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah Mengadakan Perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, Maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa. 4. Kajaba maranéhna, anu maranéh geus nalikeun jangji jeung jalma-jalma musrikin sarta satuluyna maranehna henteu cidra kana jangjina saeutik oge jeung maranéhna hanteu ngabantu jalma-jalma (anu ngamusuh ka maranéh) saurang ogé, nya geura tedunan ka maranéhna jangjina nepi ka béak waktuna, karana Allah micinta jalma-jalma anu takwa. Pada ayat keempat ini muncul kata taqwa untuk bahasa Indonesia dan takwa untuk bahasa Sunda. Keduanya diserap dari kata ﺗﻘﻮى/taqwâ/. Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat keempat: ﺗﻘﻮى Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda /taqwâ/ takwa taqwa 48 Penyesuaian yang terjadi pada proses penyerapan adalah, pada bahasa Indonesia terjadi pada vokal /â/ menjadi /a/ begitu juga untuk bahasa Sunda. Pada bahasa Sunda, terjadi penyesuain konsonan, yakni konsonan /q/ menjadi /k/. Kemudian, makna di antara bahasa Indonesia dan bahasa Sunda tidak jauh berbeda yakni, ‘keadaan terpelihara dan kesiapan diri untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.’44 Sedangkan dalam bahasa Sunda, takwa bermakna ‘menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.’45 Yang membedakan atas keduanya adalah kelas kata. Pada bahasa Indonesia, taqwa menempati kelas kata benda, sedankan pada bahasa Sunda, takwa menempati kelas kata kerja. Makna asal dari bahasa arab sendiri adalah ‘keadaan kuat, menjadi kuat, taqwa, ketaqwaan’46 dan menempati kelas kata masdar atau kata benda. Pada kata ini, juga terjadi terjadi perluasan makna bahkan total. Makna yang baru untuk kata taqwa dan takwa adalah ‘baju model cina yang biasa dipakai oleh kaum lelaki atau sekarang lebih dikenal dengan nama baju koko.’47’48 Pada terjemahan bahasa Indonesia, kata yang digunakan adalah bertaqwa, kata jadian dari taqwa setelah mendapat imbuhan ber- pembuat kata kerja dari kata benda. Sehingga makna yang muncul adalah ‘menjalankan taqwa.’ 44 Departemen Pendidikan Nasional, h. 1126 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 501 46 Atabik Ali, h. 79 47 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 501 48 Departemen Pendidikan Nasional, h. 1126 45 49 óΟèδρä‹äzuρ óΟèδθßϑ›?‰y`ρu ß]ø‹ym t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# (#θè=çGø%$$sù ãΠãçtø:$# ãåκô−F{$# y‡n=|¡Σ$# #sŒÎ*sù (#âθs?#u™uρ nο4θn=¢Á9$# (#θãΒ$s%r&uρ (#θç/$s? βÎ*sù 4 7‰|¹ósΔ ¨≅à2 öΝßγs9 (#ρ߉ãèø%$#uρ öΝèδρçÝÇôm$#uρ ∩∈∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θàxî ©!$# ¨βÎ) 4 öΝßγn=‹Î;y™ (#θ=y⇐sù nο4θŸ2¨“9$# 5. Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, Maka bunuhlah orangorang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 5. Nya upama bulan-bulan haram geus lastari, prak geura paéhan kaom musrikin teh di mana wae maranéhna kapanggih ku maraneh sarta prak geura boyong maranéhna, jeung prak geura dodoho maranéhna dina tempat-tempat pangintipana. Tapi, upama maranehna tobat jeung ngadegkeun salat sarta nyumponan jakat mah, nya bebaskeun waé maranéhna teh sina merdeka; karana saéstuna Allah Maha Jembar Pangampura, Maha Asih. Pada ayat ini muncul lagi kata serapan yang lain, yakni haram, shalat, dan zakat untuk bahasa Indonesia dan haram, solat, dan jakat untuk bahasa Sunda. Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat keempat: Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda ﺣﺮام /harâm/ haram haram ﺻﻠﻮة /shalât/ shalat solat ο4θŸ2ز ¨ /zakât/ zakat jakat 50 Ke tiga kata di atas merupakan kata istilah untuk hal peribatan dalam Islam. Sehingga, makna yang ingin dicapai atau disampaikan adalah makna yang disimpulkan dari apa yang diperbuat dari kata tersebut. Maka pergeseran dari makna asal pun terjadi, tetapi tidak pada makna sasaran. çμøóÎ=ö/r& ¢ΟèO «!$# zΝ≈n=x. yìyϑó¡o„ 4©®Lym çνöÅ_r'sù x8u‘$yftFó™$# š⎥⎫Ï.Îô³ßϑø9$# z⎯ÏiΒ Ó‰tnr& ÷βÎ)uρ ∩∉∪ šχθßϑn=ôètƒ ω ×Πöθs% öΝåκ¨Ξr'Î/ y7Ï9≡sŒ 4 …çμuΖtΒù'tΒ 6. Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, Maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. 6. Jeung upama salah saurang ti antara musrikin menta panangtayungan ka manéh, pek geura tangtayungan manéhna, supaya manéhna ngadenge kana pidawuh Allah, tuluy anteurkeun manéhna kana tempat panyalindunganana. Pangna kitu teh, lantaran maranéhna kaom anu henteu nyarahoeun. óΟ›?‰yγ≈tã š⎥⎪Ï%©!$# ωÎ) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘ y‰ΖÏãuρ «!$# y‰ΨÏã î‰ôγtã t⎦⎫Å2Îô³ßϑù=Ï9 ãβθä3tƒ y#ø‹Ÿ2 =Ïtä† ©!$# ¨βÎ) 4 öΝçλm; (#θßϑŠÉ)tGó™$$sù öΝä3s9 (#θßϑ≈s)tFó™$# $yϑsù ( ÏΘ#tptø:$# ωÉfó¡yϑø9$# y‰ΨÏã ∩∠∪ š⎥⎫É)−Gßϑø9$# 7. Bagaimana bisa ada Perjanjian (aman) dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah Mengadakan Perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidilharaam? Maka selama mereka Berlaku Lurus terhadapmu, hendaklah kamu 51 Berlaku Lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa. 7. Kumaha bisana kaom musrikin jangji ka Allah jeung Rasul-Na, kajaba jalma-jalma anu nalikeun jangji jeung maranéh di Masjidil Haram? Nya satungtung maranéhna jujur ka maranéh mah, atuh maranéh ogé kudu jujur ka maranéhna. Saéstuna Allah micinta jalam-jalma anu takwa. Pada ayat ini muncul lagi kata serapan yang berbentuk istilah, idiom atau nama, yakni masjidil haram. Pada serapan ini, tidak ada perubahan makna. Juga pada proses penyerapan diserap begitu saja. öΝÎγÏδ≡uθøùr'Î/ Νä3tΡθàÊöム4 Zπ¨ΒÏŒ Ÿωuρ ~ωÎ) öΝä3‹Ïù (#θç7è%ötƒ Ÿω öΝà6ø‹n=tæ (#ρãyγôàtƒ βÎ)uρ y#ø‹Ÿ2 ∩∇∪ šχθà)Å¡≈sù öΝèδçsYò2r&uρ óΟßγç/θè=è% 4’n1ù's?uρ 8. Bagaimana bisa (ada Perjanjian dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin), Padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kébanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati perjanjian). 8. Kumaha rék bisana, padahal upama maranéhna ngelehkeun maranéh, maranéhna moal miroséa tatali warga jeung moal nyumponan jangji ka maranéh. Maranéhna ngabubungah maranéh ku sungutna, tapi hatena mah teu sarukaeun, lantaran kalolobaanana ti antara maranéhna teh jalma-jalma anu pasék. Pada terjemahan ayat delapan di atas, kata serapan yang muncul baru dari kedua terjemahan adalah kata fasik untuk bahasa Indonesia dan pasék untuk 52 bahasa Sunda. Kata fasik dan pasek diserap dari kata ﻓﺎﺳﻖ/fâsiq/ yang bermakna ‘orang yang keluar dari jalan yang haq serta kesalihan.’49 Pada bahasa Indonesia fasik bermakna ‘tidak peduli terhadap perintah Tuhan.’50 Sedangkan pada bahasa Sunda pasék bermakna ‘tidak benar imannya.’51 Pada proses penyerapan bentuk bunyi di ke dua bahasa terjadi penyesuain konsonan dan vokal. Pada bahasa Indonesia, penyesuaian vocal /â/ menjadi /a/ dan penyesuain konsonan /q/ menjadi /k/. Pada bahasa Sunda juga terjadi penyesuaian untuk konsonan /f/ menjadi /p/, konsonan /q/ menjadi /k/, vokal /a/ menjadi /â/ dan vokal /i/ menjadi /é/ (teleng). ∩®∪ tβθè=ϑ y ÷ètƒ (#θçΡ$Ÿ2 $tΒ u™!$y™ öΝåκ¨ΞÎ) 4 ÿ⎯Ï&Î#‹Î6y™ ⎯tã (#ρ‘‰|Ásù WξŠÎ=s% $YΨyϑrO «!$# ÏM≈tƒ$t↔Î/ (#÷ρutIô©$# 9. Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu. 9. Maranéhna ngajual ayat-ayat Allah ku harga anu murah, ku lantaran éta maranéhna ngahalangan tina jalan Anjeuna. Saéstuna kacida goréngna saniskara anu ku maranéhna dilampahakeun teh. Pada terjemaha ayat kesembilan, ada kata serapan yang lain dari sebelumnya, yakni kata ayat. Pada kedua terjemahan, kata ayat di serap begitu saja sebab tidak ada padanan sebelumnya di ke dua bahasa dan merupakan sesuatu yang baru bagi ke dua bahasa. 49 Munawir, A, W, h. 1134 Departemen Pendidikan Nasional, h. 314 51 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 364 50 53 ∩⊇⊃∪ šχρ߉tG÷èßϑø9$# ãΝèδ šÍׯ≈s9'ρé&uρ 4 Zπ¨ΒÏŒ Ÿωuρ ~ωÎ) ?⎯ÏΒ÷σãΒ ’Îû tβθç7è%ötƒ Ÿω 10. Mereka tidak memelihara (hubungan) Kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. 10. Maranéhna hanteu miroséa tatali warga jeung henteu nyumponan jangji kaom mu’minin. Jeung maranéhna téh jalma-jalma ngaliwatan wates-wangen. Pada ayat kesepuluh, terdapat kata kerabat dan mukmin pada terjemahan bahasa Indonesia, dan mu’minin pada terjemahan bahasa Sunda. Penyerapan kata mukmin dan mu’minin dari kata mu’min tidak mengalami perubahan makna. Pada terjemahan bahasa Indonesia terdapat kata kerabat yang diserap dari kata ﻗﺮاﺑﺔ /qarabah/ yang bermakna kedekatan. Setelah mengalami penyesuain fonem, makna dalam bahasa sasaran tidak mengalami pergeseran. ÏM≈tƒFψ$# ã≅Å_ÁxçΡuρ 3 Ç⎯ƒÏe$!$# ’Îû öΝä3çΡ≡uθ÷zÎ*sù nο4θŸ2¨“9$# (#âθs?#u™uρ nο4θn=¢Á9$# (#θãΒ$s%r&uρ (#θç/$s? βÎ*sù ∩⊇⊇∪ tβθßϑn=ôètƒ 5Θöθs)Ï9 11. Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui. 11. Nya upama seug maranéhna tobat jeung ngadegkeun salat sarta nyumponan jakat mah, maranéhna jadi dulur dina agama, jeung Kami ngawincik, ayat-ayat Kami pikeun anu ngalarti. 54 Ìøà6ø9$# sπ£ϑÍ←r& (#þθè=ÏG≈s)sù ôΜà6ÏΖƒÏŠ ’Îû (#θãΖyèsÛuρ öΝÏδωôγtã ω÷èt/ .⎯ÏiΒ ΝßγuΖ≈yϑ÷ƒr& (#þθèWs3¯Ρ βÎ)uρ ∩⊇⊄∪ šχθßγtG⊥tƒ öΝßγ¯=yès9 óΟßγs9 z⎯≈yϑ÷ƒr& Iω öΝßγ¯ΡÎ) 12. Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, Maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena Sesungguhnya mereka itu adalah orangorang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti. 12. Jeung upama maranéhna ngalanggar sumpahna sabada maranéhna ngucapkeun jangji, jeung maranéhna ngajejeléh agama maranéh, nya pék geura perangan pamingpin-pamingpin jalma-jalma kapir téh karana saéstuna maranéhna téh jalma-jalma anu henteu beunang dipercaya, supaya maranéhna areureun. Pada terjemahan di atas, khususnya pada terjemahan bahasa sunda muncul serapan sabada yang diserap dari kata ﺑﻌﺪ/ba‘da/. Selain mengalami proses penyesuain fonem dan terjadi pengimbuhan, maknanya tidak berubah. öΝà2ρâ™y‰t/ Νèδuρ ÉΑθß™§9$# Æl#t÷zÎ*Î/ (#θ‘ϑyδuρ óΟßγuΖ≈yϑ÷ƒr& (#þθèWs3¯Ρ $YΒöθs% šχθè=ÏG≈s)è? Ÿωr& ∩⊇⊂∪ š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σ•Β ΟçFΖä. βÎ) çνöθt±øƒrB βr& ‘,ymr& ª!$$sù 4 óΟßγtΡöθt±øƒrBr& 4 Bο§tΒ š^¨ρr& 13. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), Padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?. Mengapakah kamu takut kepada mereka Padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman. 55 13. Naha maranéh henteu merangan jalma-jalma anu geus ngalanggar sumpah-sumpahna jeung rék nundung Rasul, padahal maranéhna anu ngamimitian (merangan) maranéh? Naha maranéh sieun ku maranéhna? Nya Allah anu leuwih pantes dipikasieun ku maranéh, upama maranéh jalma-jalma anu ariman mah. Pada terjemahan ayat ke 13, muncul kata yang lain, yaitu hak dan iman yang telah mengalami proses morfologis untuk terjemahan bahasa Indonesia. Sedangkan pada bahasa Sunda hanya muncul kata iman saja yang juga mengakami proses morfologis. Pada terjemahan bahasa Indonesia, memunculkan kata hak sesungguhnya sangat beresiko. Sebab, dalam bahasa Indonesia juga mengenal kata hak dengan makna yang lain, yakni, ‘telapak sepatu yang tinggi.’52 7Θöθs% u‘ρ߉߹ É#ô±o„uρ óΟÎγøŠn=tæ öΝä.÷ÝÇΖtƒuρ öΝÏδÌ“øƒä†uρ öΝà6ƒÏ‰÷ƒr'Î/ ª!$# ÞΟßγö/Éj‹yèムöΝèδθè=ÏF≈s% ∩⊇⊆∪ š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σ•Β 14. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. 14. Geura perangan maranéhna ku maranéh! Tanwandé Allah bakal nyiksa maranéhna ku leungeun maranéh, jeung Anjeunna baris ngahinakeun maranéhna sarta nulungan maranéh ngéléhkeun maranéhna, jeung Anjeunna bakal nyugemakeun hate kaom mu'minin. 52 Departemen Pendidikan Nasional, h. 381 56 ∩⊇∈∪ íΟŠÅ3ym îΛ⎧Î=tæ ª!$#uρ 3 â™!$t±o„ ⎯tΒ 4’n?tã ª!$# Ü>θçFtƒuρ 3 óΟÎγÎ/θè=è% xáø‹xî ó=Ïδõ‹ãƒuρ 15. Dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendakiNya. Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 15. Jeung Anjeunna baris ngaleungitkeun kajéngkélan haté maranéhna (anu ariman), jeung Allah baris nampi tobat ti sing saha anu dikersakeun ku Anjeunna, karana Allah ten Maha Uninga, Maha Wijaksana. Èβρߊ ⎯ÏΒ (#ρä‹Ï‚−Gtƒ óΟs9uρ öΝä3ΖÏΒ (#ρ߉yγ≈y_ t⎦⎪Ï%©!$# ª!$# ÄΝn=÷ètƒ $£ϑs9uρ (#θä.uøIè? βr& óΟçFö6Å¡ym ôΘr& ∩⊇∉∪ šχθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ 7Î7yz ª!$#uρ 4 Zπyf‹Ï9uρ t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$# Ÿωuρ ⎯Ï&Î!θß™u‘ Ÿωuρ «!$# 16. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. 16. Naha maranéh nyangka yén maranéh rék diantepkeun baé, padahal Allah tacan ngabuktikeun saha jalma-jalma anu jihad ti antara maranéh; jeung jalma-jalma anu henteu ngajadikeun saha-saha jadi sobat dalitna salian ti Allah katut Rasul-Na jeung kaom mu'minin. Jeung Allah Maha Ningali kana saniskara anu ku maranéhna dilampahkeun. Pada terjemahan di atas, khususnya pada terjemahan bahasa Indonesia muncul kembali kata serapan yang lain. Kata jihad yang diserap dari kata ﺟﻬﺎد /jihâd/. Setelah penyesuaian fonem /â/ menjadi /a/ dalam bahasa Indonesia, kata 57 ini mengalami penyempitan makna. Makna asal adalah ‘perjuangan’53 tetapi makna sasaran menjadi ‘usaha sungguh-sungguh membela agama islam dengan mengorbankan harta benda’54 y7Íׯ≈s9'ρé& 4 Ìøä3ø9$$Î/ ΝÎγÅ¡àΡr& #’n?tã z⎯ƒÏ‰Îγ≈x© «!$# y‰Éf≈|¡tΒ (#ρãßϑ÷ètƒ βr& t⎦⎫Ï.Îô³ßϑù=Ï9 tβ%x. $tΒ ∩⊇∠∪ šχρà$Î#≈yz öΝèδ Í‘$¨Ζ9$# ’Îûuρ óΟßγè=≈yϑôãr& ôMsÜÎ7ym 17. Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjidmesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. 17. Henteu pantes jalma-jalma musrikin ngama’murkeun masjidmasjid Allah kalawan maranéhna nyarakseni kana kakupuran dirina sorangan. Maranéhna jalma-jalma anu gugur sagala amalna, jeung nya di naraka maranéhna baris langgéng. Pada terjemahan ayat di atas, muncul kata serapan yang lain, makmur, dan mesjid untuk bahasa Indonesia. Ma’mur, masjid dan kupur untuk bahasa Sunda. Kata serapan yang mengalami pergeseran makna ialah kata makmur / ma’mur yang diserap dari kata ﻣﻌﻤﻮر /ma‘mur/ yang bermakna ‘yang didiami.’55 Sedangkan pada bahasa sasaran bermakna ‘banyak hasil, sejahtera dan serba 53 Munawir, A, W, h. 234 Departemen Pendidikan Nasional, h. 473 55 Munawir, A, W, h. 1043 54 58 berkecukupan’56 untuk bahasa Indonesia dan bermakna ‘segala ada dan serba berkecukupan’57 untuk bahasa Sunda. Dengan demikian, pada kedua terjemahan kata makmur dan ma’mur menjadi sangat metaforis. Namun, tidak tepat memunculkan untuk memberikan padanan pada kata yang dikehendaki dengan makna ‘mendiami’. Proses penyesuaian fonem tidak berbeda dengan kata yang sedah diterangkan yang mempunyai kemiripan dalam bentuk. ’tA#u™uρ nο4θn=¢Á9$# tΠ$s%r&uρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ š∅tΒ#u™ ô⎯tΒ «!$# y‰Éf≈|¡tΒ ãßϑ÷ètƒ $yϑ¯ΡÎ) ∩⊇∇∪ š⎥⎪ωtFôγßϑø9$# z⎯ÏΒ (#θçΡθä3tƒ βr& y7Íׯ≈s9'ρé& #†|¤yèsù ( ©!$# ωÎ) |·øƒs† óΟs9uρ nο4θŸ2¨“9$# 18. Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. 18. Anu rék ngama'murkeun masjid-masjid téh mah ngan wungkul jalma-jalma anu ariman malah jeung kana poé ahir jeung anu ngaradakeun salat sarta nyarumponan jakat anu henteu sarieun salian ti ku Allah. Ku sabab éta mugia maranéhna jadi ti antara jalma-jalma anu mareunang pituduh. pada terjemahan di atas, kata serapan yang baru adalah ahir untuk bahasa sunda yang diserap dari kata أﺧﺮ/’akhir/ tanpa perubahan makna. 56 57 Departemen Pendidikan Nasional, h. 703 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 300 59 ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ z⎯tΒ#u™ ô⎯yϑx. ÏΘ#tptø:$# ωÉfó¡yϑø9$# nοu‘$yϑÏãuρ Ædl!$ptø:$# sπtƒ$s)Å™ ÷Λä⎢ù=yèy_r& * ∩⊇®∪ t⎦⎫ÏΗÍ>≈©à9$# tΠöθs)ø9$# “ωöκu‰ Ÿω ª!$#uρ 3 «!$# y‰ΖÏã tβ…âθtFó¡tƒ Ÿω 4 «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû y‰yγ≈y_uρ 19. Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. 19. Naha (jalma-jalma) anu meré nginum ka jalma anu munggah haji jeung anu ngama'murkeun Masjidil Haram téh ku maranéh disaruakeun jalma-jalma anu ariman ka Allah katut kana poé ahir sarta anu jihad dina jalan Allah? Maranéhna hénteu sarua mungguhing Allah, jeung Allah henteu maparin pituduh ka jalmajalma anu darolim. Kata serapan yang lain yang muncul pada terjemahan ini ialah kata zalim dan dolim. Setelah penyesuaian fonem, keduanya tidak mengalami perubahan makna yang fatal. ºπy_u‘yŠ ãΝsàôãr& öΝÍκŦàΡr&uρ ôΜÏλÎ;≡uθøΒr'Î/ «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû (#ρ߉yγ≈y_uρ (#ρãy_$yδuρ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# ∩⊄⊃∪ tβρâ“Í←!$xø9$# ç/èφ y7Íׯ≈s9'ρé&uρ 4 «!$# y‰ΨÏã 20. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. 60 20. Jalma-jalma anu ariman jeung anu hijrah sarta anu jihad dina jalan Allah ku harta-bandana katut jiwana, luhur pisan darajatna mungguhing Allah; jeung nya maranéhna jalma-jalma anu meunang kauntungan. Kata hijrah dan derajat yang diserap oleh ke bahasa Indonesia dan bahasa Sunda juga tidak mengalami perubahan makna. Makna yang terkandung dalam kata hijrah dan derajat/darajat pada bahasa sasaran masih sama dengan bahasa sumber. ∩⊄⊇∪ íΟŠÉ)•Β ÒΟŠÏètΡ $pκÏù öΝçλ°; ;M≈¨Ζy_uρ 5β≡uθôÊÍ‘uρ çμ÷ΨÏiΒ 7πyϑômtÎ/ Οßγš/u‘ öΝèδçÅe³t6ム21. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal. 21. Pangeran maranéhna ngabubungah maranéhna ku rahmat ti Anjeunna, ku karido jeung sawarga pikeun maranehna, di dinyana kasenangan anu langgeng. ∩⊄⊄∪ ÒΟŠÏàtã íô_r& ÿ…çνy‰ΨÏã ©!$# ¨βÎ) 4 #´‰t/r& !$pκÏù š⎥⎪Ï$Î#≈yz 22. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. 22. Kaayaan maranéhna langgeng di dinya salalawasna; karana saestuna Allah, di Anjeunna aya pahala anu gedé. 61 tøà6ø9$# (#θ™6ystGó™$# ÈβÎ) u™!$uŠÏ9÷ρr& öΝä3tΡ≡uθ÷zÎ)uρ öΝä.u™!$t/#u™ (#ÿρä‹Ï‚−Fs? Ÿω (#θãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ ∩⊄⊂∪ šχθßϑÎ=≈©à9$# ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé'sù öΝä3ΖÏiΒ Οßγ©9uθtGtƒ ⎯tΒuρ 4 Ç⎯≈yϑƒM}$# ’n?tã 23. Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. 23. Yeuh, jalma-jalma anu ariman! Maranéh ulah ngajadikeun bapa-bapa maranéh jeung dulur-dulur maraneh jadi pamingpin, upama maranéhna leuwih mikaresep kakupuran batan kaimanan mah. Jeung sing saha ti antara maranéh anu ngangkat maranéhna jadi pamingpin-pamingpin; nya maranéhna jalma-jalma anu darolim. îΑ≡uθøΒr&uρ óΟä3è?uϱtãuρ ö/ä3ã_≡uρø—r&uρ öΝä3çΡ≡uθ÷zÎ)uρ öΝà2äτ!$oΨö/r&uρ öΝä.äτ!$t/#u™ tβ%x. βÎ) ö≅è% «!$# š∅ÏiΒ Νà6ø‹s9Î) ¡=ymr& !$yγtΡöθ|Êös? ß⎯Å3≈|¡tΒuρ $yδyŠ$|¡x. tβöθt±øƒrB ×οt≈pgÏBuρ $yδθßϑçGøùutIø%$# tΠöθs)ø9$# “ωöκu‰ Ÿω ª!$#uρ 3 ⎯ÍνÍöΔr'Î/ ª!$# š†ÎAù'tƒ 4©®Lym (#θÝÁ−/utIsù ⎯Ï&Î#‹Î7y™ ’Îû 7Š$yγÅ_uρ ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ ∩⊄⊆∪ š⎥⎫É)Å¡≈xø9$# 24. Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteriisteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu takuti kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. 62 24. Pok caritakeun: "Upama bapa-bapa arandika, jeung anak-anak arandika, jeung dulur-dulur arandika, jeung bojo-bojo arandika, jeung baraya-baraya arandika, jeung harta-banda anu ku arandika diusahakeun, jeung perdagangan anu ku arandika dipikarempan bisi rugi, jeung padumukan-padumukan anu ku arandika dipikabetah, ku arandika leuwih dipicinta ti batan Allah jeung Rasul-Na jeung jihad dina jalan-Na, nya pék geura tunggu nepi ka Allah ngadatangkeun siksa-Na. Jeung Allah henteu maparin pituduh ka kaom anu parasék. öΝn=sù öΝà6è?uøYx. öΝà6÷Gt6yfôãr& øŒÎ) A⎦÷⎫uΖãm tΠöθtƒuρ ;οuÏWŸ2 z⎯ÏÛ#uθtΒ ’Îû ª!$# ãΝà2u|ÇtΡ ô‰s)s9 š⎥⎪ÌÎ/ô‰•Β ΝçGøŠ©9uρ §ΝèO ôMt6ãmu‘ $yϑÎ/ Ù⇓ö‘F{$# ãΝà6ø‹n=tæ ôMs%$|Êuρ $\↔ø‹x© öΝà6Ζtã Ç⎯øóè? ∩⊄∈∪ 25. Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. 25. Saenyana Allah mindeng pisan nulungan maranéh (mu'minin) di médan-médan pangperangan. Tapi di médan perang Hunain nalika maranéh ujub alatan lobana balad maranéh, nya taya paédahna pikeun maranéh saeutik ogé; jeung bumi anu jembar oge ku maranéh karasa heurin, tuluy maranéh jicir ngalacir. Pada kedua terjemahan terdapat kata hunain yang diserap begitu saja oleh karena ia adalah nama. Pada terjemahan bahasa Indonesia muncul kata manfaat yang diserap dari kata ﻣﻨﻔﻌﺔ/manfa‘ah/ dan menyerap maknanya begitu saja. Juga pada bahasa Sunda muncul kata paédah yang diserap dari kata ﻓﺎﺋﺪة/fâidah/ dengan penyesuain fonem tetapi menyerap maknanya begitu saja. 63 $yδ÷ρts? óΟ©9 #YŠθãΖã_ tΑt“Ρr&uρ š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$# ’n?tãuρ ⎯Ï&Î!θß™u‘ 4’n?tã …çμtGt⊥‹Å3y™ ª!$# tΑt“Ρr& §ΝèO ∩⊄∉∪ t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$# â™!#t“y_ šÏ9≡sŒuρ 4 (#ρãxx. š⎥⎪Ï%©!$# z>¤‹tãuρ 26. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. 26. Ti dinya Allah maparin katengtreman ka Rasul-Na jeung ka kaom mu'minin. Jeung Allah nurunkeun balatentara anu henteu katenjo ku maranéh, jeung Allah nibankeun siksaan ka jalma-jalma anu kalupur. Eta teh wawales pikeun jalma-jalma kapir. ∩⊄∠∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θàxî ª!$#uρ 3 â™!$t±o„ ⎯tΒ 4’n?tã šÏ9≡sŒ ω÷èt/ .⎯ÏΒ ª!$# Ü>θçGtƒ ¢ΟèO 27. Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendakiNya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 27. Tuluy Allah nampi tobat sabadana kitu ti sing saha anu dikersakeun ku Anjeunna. Jeung Allah teh Maha Jembar Pangampura, Maha Asih. y‰÷èt/ tΠ#tysø9$# y‰Éfó¡yϑø9$# (#θç/tø)tƒ Ÿξsù Ó§pgwΥ šχθä.Îô³ßϑø9$# $yϑ¯ΡÎ) (#þθãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ ©!$# χÎ) 4 u™!$x© βÎ) ÿ⎯Ï&Î#ôÒsù ⎯ÏΒ ª!$# ãΝä3‹ÏΖøóムt∃öθ|¡sù \'s#øŠã t óΟçFøÅz ÷βÎ)uρ 4 #x‹≈yδ öΝÎγÏΒ$tã ∩⊄∇∪ ÒΟŠÅ6ym íΟŠÎ=tæ 64 28. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, Maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. dan jika kamu takut menjadi miskin, Maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 28. Yeuh jalma-jalma anu ariman!"Saéstuna taya lian kaom musrikin téh manusa nu najis, ku sabab éta maranéhna teu meunang ngadeukeutan Masjidil Haram sabada taun-taun ieu. Jeung upama maranéh sieun jadi miskin, nya Allah engke baris maparin kabeungharan ka maranéh tina kurnia-Na, upama Anjeunna ngersakeun, saéstuna Allah Maha Uninga, Maha Wijaksana. Pada terjemaha di atas, di ke dua terjemahan muncul kata najis yang diserap begitu saja sebab berhubungan dengan hal-hal tertentu dalam soal peribadatan pada agama Islam. 65 ª!$# tΠ§ym $tΒ tβθãΒÌhptä† Ÿωuρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$$Î/ Ÿωuρ «!$$Î/ šχθãΖÏΒ÷σムŸω š⎥⎪Ï%©!$# #θè=ÏG≈s% (#θäÜ÷èム4©®Lym |=≈tFÅ6ø9$# (#θè?ρé& š⎥⎪Ï%©!$# z⎯ÏΒ Èd,ysø9$# t⎦⎪ÏŠ šχθãΨƒÏ‰tƒ Ÿωuρ …ã&è!θß™u‘uρ ∩⊄®∪ šχρãÉó≈|¹ öΝèδuρ 7‰tƒ ⎯tã sπtƒ÷“Éfø9$# 29. Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk. 29. Prak geura perangan jalma-jalma anu henteu ariman ka Allah jeung teu ariman kana poé ahir jeung henteu ngaharamkeun saniskara anu geus diharamkeun ku Allah jeung Rasul-Na, jeung henteu ngagem agama anu hak, ti antara jalma-jalma (Yahudi jeung Nasrani) anu geus dipaparin kitab nepi ka maranehna mayar jizyah (upeti) kalawan ta'at sarta serah bongkokan. Selain kata jizyah dan kitab yang diserap begitu saja, pada terjemahan bahasa Sunda muncul kata ta’at. Kata ta’at diserap dari kata /tâ’ah/. Οßγä9öθs% šÏ9≡sŒ ( «!$# Ú∅ö/$# ßxŠÅ¡yϑø9$# “t≈|Á¨Ψ9$# ÏMs9$s%uρ «!$# ß⎦ø⌠$# í÷ƒt“ãã ߊθßγu‹ø9$# ÏMs9$s%uρ 4’¯Τr& 4 ª!$# ÞΟßγn=tG≈s% 4 ã≅ö6s% ⎯ÏΒ (#ρãxŸ2 t⎦⎪Ï%©!$# tΑöθs% šχθä↔Îγ≈ŸÒム( óΟÎγÏδ≡uθøùr'Î/ ∩⊂⊃∪ šχθà6sù÷σム30. Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orangorang Nasrani berkata: "Al masih itu putera Allah". Demikianlah itu Ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru Perkataan 66 orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling? 30. Jeung urang Yahudi nyarita: "Uzair téh putra Allah", jeung urang Nasrani nyarita: "Al-Masih téh putra Allah." Éta téh omongan maranéhna ku sungut-sungutna kawas pok-pokan jalma-jalma kalupur anu ti heula. Allah ngabinasakeun maranéhna! Kumaha pangna maranehna nepi ka ngabalieur? !$tΒuρ zΝtƒötΒ š∅ö/$# yx‹Å¡yϑø9$#uρ «!$# Âχρߊ ⎯ÏiΒ $\/$t/ö‘r& öΝßγuΖ≈t6÷δâ‘uρ öΝèδu‘$t6ômr& (#ÿρä‹sƒªB$# ∩⊂⊇∪ šχθà2Ìô±ç„ $£ϑtã …çμoΨ≈ysö7ß™ 4 uθèδ ωÎ) tμ≈s9Î) Hω ( #Y‰Ïm≡uρ $Yγ≈s9Î) (#ÿρ߉ç6÷èu‹Ï9 ωÎ) (#ÿρãÏΒé& 31. Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. 31. Maranéhna ngajadikeun ulama-ulamana jeung rahib-rahibna jadi pangéran salian ti Allah, jeung nganggap (pangeran) ka Al-Masih anak Maryam, padahal maranéhna henteu diparéntah anging supaya ibadah ka Pangeran Nu Maha Tunggal. Taya deui Pangéran anging Anjeunna. Maha Suci Anjeunna tina saniskara anu ku maranéhna disarékatkeun. Pada terjemaha ayat ini muncul rahib untuk kedua bahasa yang diserap utuh dan begitu saja. Juga muncul kata ulama pada terjemahan bahasa sunda yang pada terjemahan bahasa Indonesia menggunakan kata alim. 67 oνÌŸ2 öθs9uρ …çνu‘θçΡ ¢ΟÏFムβr& HωÎ) ª!$# †p1ù'tƒuρ óΟÎγÏδ≡uθøùr'Î/ «!$# u‘θçΡ (#θä↔ÏôÜムβr& šχρ߉ƒÌム∩⊂⊄∪ šχρãÏ≈s3ø9$# 32. Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. 32. Maranéhna rék mareuman cahaya Allah ku sungut-sungutna, tapi Allah henteu mikersa lian ti nyampurnakeun cahaya-Na, sanajan jalma-jalma kapir téh henteu sarukaeun. öθs9uρ ⎯Ï&Íj#à2 Ç⎯ƒÏe$!$# ’n?tã …çνtÎγôàã‹Ï9 Èd,ysø9$# È⎦⎪ÏŠuρ 3“y‰ßγø9$$Î/ …ã&s!θß™u‘ Ÿ≅y™ö‘r& ü”Ï%©!$# uθèδ ∩⊂⊂∪ šχθä.Îô³ßϑø9$# oνÌŸ2 33. Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. 33. Nya Anjeunna anu geus ngutus Rasul-Na kalawan (mawa) pituduh (Quran) jeung agama anu hak, pikeun Anjeunna ngabuktikeun kaunggulanana tina sakabeh agama, sanajan jalma-jalma musrik henteu sarukaeun. 68 Ĩ$¨Ψ9$# tΑ≡uθøΒr& tβθè=ä.ù'u‹s9 Èβ$t7÷δ”9$#uρ Í‘$t6ômF{$# š∅ÏiΒ #ZÏWŸ2 ¨βÎ) (#þθãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ * Ÿωuρ sπÒÏø9$#uρ |=yδ©%!$# šχρã”É∴õ3tƒ š⎥⎪Ï%©!$#uρ 3 «!$# È≅‹Î6y™ ⎯tã šχρ‘‰ÝÁƒt uρ È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/ ∩⊂⊆∪ 5ΟŠÏ9r& A>#x‹yèÎ/ Νèδ÷Åe³t7sù «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû $pκtΞθà)ÏΖム34. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalanghalangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. 34. Yeuh, jalma-jalma anu ariman! Saéstuna kalolobaanana ti antara ulama-ulama Yahudi jeung rahib-rahib Nasrani téh ngadalahar harta-banda batur kalawan cara anu batal, jeung maranéhna ngahalang-halang (batur) tina jalan Allah. Jeung jalma-jalma anu nyarimpen emas jeung pérak sarta henteu ngadermakeun dina jalan Allah, nya geura bubungah maranéhna ku siksaan anu kacida peurihna. Pada terjemahan di atas, pada ke dua bahasa muncul kata batil dan batal keduanya diserap dari kata ﺑﺎﻃﻞ/bâtil/. Makna pada bahasa sasaran tijak jauh bergeser. #x‹≈yδ ( öΝèδâ‘θßγàßuρ öΝåκæ5θãΖã_uρ öΝßγèδ$t6Å_ $pκÍ5 2”uθõ3çGsù zΟ¨Ζyγy_ Í‘$tΡ ’Îû $yγøŠn=tæ 4‘yϑøtä† tΠöθtƒ ∩⊂∈∪ šχρâ“ÏΨõ3s? ÷Λä⎢Ζä. $tΒ (#θè%ρä‹sù ö/ä3Å¡àΡL{ öΝè?÷”t∴Ÿ2 $tΒ 35. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu 69 dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." 35. (Nyaeta) dina poéan dipanaskeunana (harta-bandana) di naraka Jahanam, tuluy diistrikakeun harta anu geus panas téa kana tarangna kana gédéngna jeung kana tonggongna, (sarta dicaritakeun): "leu téh saniskara anu ku maranéh ditimbun pikeun diri maranéh téa, ku kituna pék geura rasakeun alatan maranéh geus nimbun." Kata jahanam diserap sebagai istilah nama yang berkaitan dengan agama Islam. Pada makna, juga diserap begitu saja. ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# t,n=y{ tΠöθtƒ «!$# É=≈tFÅ2 ’Îû #\öκy− u|³tã $oΨøO$# «!$# y‰ΖÏã Í‘θåκ’¶9$# nÏã ¨βÎ) 4 öΝà6|¡àΡr& £⎯ÍκÏù (#θßϑÎ=ôàs? Ÿξsù 4 ãΝÍhŠ) s ø9$# ß⎦⎪Ïe$!$# šÏ9≡sŒ 4 ×Πããm îπyèt/ö‘r& !$pκ÷]ÏΒ š⇓ö‘F{$#uρ yìtΒ ©!$# ¨βr& (#þθßϑn=÷æ$#uρ 4 Zπ©ù!$Ÿ2 öΝä3tΡθè=ÏG≈s)ム$yϑŸ2 Zπ©ù!%x. š⎥⎫Å2Îô³ßϑø9$# (#θè=ÏG≈s%uρ ∩⊂∉∪ t⎦⎫É)−GãΚø9$# 36. Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. 36. Saestuna bilangan bulan mungguhing Allah mah nya duawelas bulan, (kaungel) dina kitab Allah dina mangsa Anjeunna ngayugakeun iangit katut bumi, ti antarana aya opat bulan anu mulya. Éta téh (katangtuan) agama anu lempeng, ku kituna poma maranéh ulah nganiaya diri pribadi dina bulan éta, jeung prak geura perangan kaom 70 musrikin sakumna cara maranéhna merangan maranéh sakumna. Jeung sing nyaho, yén Allah téh nyarengan jalma-jalma anu takwa. …çμtΡθãΒÌhptä†uρ $YΒ%tæ …çμtΡθ=Ïtä† (#ρãxx. š⎥⎪Ï%©!$# ÏμÎ/ ‘≅ŸÒム( Ìøà6ø9$# ’Îû ×οyŠ$tƒÎ— â™û©Å¤¨Ψ9$# $yϑ¯ΡÎ) 3 óΟÎγÎ=≈yϑôãr& â™þθß™ óΟßγs9 š∅Îiƒã— 4 ª!$# tΠ§ym $tΒ (#θ=Åsã‹sù ª!$# tΠ§ym $tΒ nÏã (#θä↔ÏÛ#uθã‹Ïj9 $YΒ%tæ ∩⊂∠∪ š⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$# tΠöθs)ø9$# “ωôγtƒ Ÿω ª!$#uρ 37. Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram itu adalah menambah kekafiran. disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, Maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. 37. Saéstuna ngulur-ngulur (bulan-bulan haram) téh taya lian jaba ti nambahan kakupuran, lampah kitu téh nyasarkeun jalma-jalma kapir, (nyaeta) maranéhna anu ngahalalkeunana dina taun ieu jeung maranéhna ngaharamkeunana dina taun (lianna), pikeun ngajejegkeun bilangan (bulan-bulan) anu diharamkeun ku Allah, jadi maranéhna ngahalalkeun (bulan-bulan) anu ku Allah diharamkeun. Dipapaésan pikeun maranéhna amal-amalna nu goréng, jeung Allah henteu maparin pituduh ka kaom kapirin. ÇÚö‘F{$# ’n<Î) óΟçFù=s%$¯O$# «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû (#ρãÏΡ$# â/ä3s9 Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ) ö/ä3s9 $tΒ (#θãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ ωÎ) ÍοtÅzFψ$# ’Îû $u‹÷Ρ‘‰9$# Íο4θuŠysø9$# ßì≈tFtΒ $yϑsù 4 ÍοtÅzFψ$# š∅ÏΒ $u‹÷Ρ‘‰9$# Íο4θu‹ysø9$$Î/ ΟçFÅÊu‘r& 4 ∩⊂∇∪ î≅‹Î=s% 71 38. Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. 38. Yeuh, jalma-jalma ariman! Naon sababna upama diparéntahkeun ka maranéh: "Prak geura jihad dina jalan Allah", maraneh beurat ka dunya? Naha maranéh leuwih micinta kahirupan dunya batan kahirupan ahérat, padahal kahirupan dunya dibandingkeun jeung kahirupan ahérat mah ngan saeutik pisan? ª!$#uρ 3 $\↔ø‹x© çνρ”àÒs? Ÿωuρ öΝà2uöxî $·Βöθs% öΑωö7oKó¡o„uρ $VϑŠÏ9r& $¹/#x‹tã öΝà6ö/Éj‹yèム(#ρãÏΖs? ωÎ) ∩⊂®∪ íƒÏ‰s% &™ó_x« Èe≅à2 4’n?tã 39. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 39. Upama maraneh henteu arindit (ka pangperangan) Anjeunna baris nyiksa maraneh ku siksaan anu kacida peurihna, jeung Anjeunna bakal ngaganti maraneh ku hiji kaom nu séjén, sedengkeun maranéh moal bisa ngamadorotkeun Anjeunna saeutik ogé, karana Allah téh Maha Kawasa kana sagala perkara. †Îû $yϑèδ øŒÎ) È⎦÷⎫oΨøO$# š†ÎΤ$rO (#ρãxŸ2 t⎦⎪Ï%©!$# çμy_t÷zr& øŒÎ) ª!$# çνt|ÁtΡ ô‰s)sù çνρãÝÁΖs? ωÎ) Ïμø‹n=tã …çμtGt⊥‹Å6y™ ª!$# tΑt“Ρr'sù ( $oΨyètΒ ©!$# χÎ) ÷βt“øtrB Ÿω ⎯ÏμÎ7Ås≈|ÁÏ9 ãΑθà)tƒ øŒÎ) Í‘$tóø9$# «!$# èπyϑÎ=Ÿ2uρ 3 4’n?ø¡9$# (#ρãxŸ2 š⎥⎪Ï%©!$# sπyϑÎ=Ÿ2 Ÿ≅yèy_uρ $yδ÷ρts? öΝ©9 7ŠθãΨàfÎ/ …çνy‰−ƒr&uρ ∩⊆⊃∪ íΟŠÅ3ym ͕tã ª!$#uρ 3 $u‹ù=ãèø9$# š†Ïφ 72 40. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 40. Upama maranéh (munapikin) henteu daék nulungan manéhna (Muhammad), nya saéstuna Allah geus nulungan manehna nalika jalma-jalma kapir ngusir manéhna, manehna téh anu kadua ti antara duaan nalika maranehna di jero guha; manéhna nyarita ka baturna (Abu Bakar): "Poma ulah pisan anjeun nalangsa, karana saestuna Allah nyarengan urang." Tuluy Allah maparin katengtreman Anjeunna ka manéhna, jeung Anjeunna nguatkeun manéhna ku balatentara anu ku maranéh henteu katenjo, sarta Anjeunna ngajadikeun kalimah jalma-jalma kapir di handap jeung nya kalimahkalimah Allah anu luhung, karana Allah Maha Gagah, Maha Wijaksana. ×öyz öΝä3Ï9≡sŒ 4 «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû öΝä3Å¡àΡr&uρ öΝà6Ï9≡uθøΒr'Î/ (#ρ߉Îγ≈y_uρ Zω$s)ÏOuρ $]ù$xÅz (#ρãÏΡ$# ∩⊆⊇∪ šχθßϑn=÷ès? óΟçFΖä. βÎ) öΝä3©9 41. Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. 41. Bral geura arindit boh dina kaayaan enténg boh dina kaayaan beurat, jeung geura jihad ku harta-banda maranéh katut jiwa maranéh dina jalan Allah, karana lampah kitu téh leuwih hade pikeun maranéh, upama maranéh nyaho mah. 73 4 èπ¤)’±9$# ãΝÍκön=tã ôNy‰ãèt/ .⎯Å3≈s9uρ x8θãèt7¨?^ω #Y‰Ï¹$s% #\xy™uρ $Y7ƒÌs% $ZÊ{tã tβ%x. öθs9 öΝåκ¨ΞÎ) ãΝn=÷ètƒ ª!$#uρ öΝåκ|¦àΡr& tβθä3Î=öκç‰ öΝä3yètΒ $uΖô_tsƒm: $oΨ÷èsÜtFó™$# Èθs9 «!$$Î/ šχθàÎ=ósu‹y™uρ ∩⊆⊄∪ tβθç/É‹≈s3s9 42. Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu Keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu Amat jauh terasa oleh mereka. mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau Kami sanggup tentulah Kami berangkat bersama-samamu." mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. 42. Upama anu diuarkeun ka maranéhna téh kasénangan anu nampeu (mangpa'at) jeung perjalanan anu pikabungaheun, tanwandé maranéhna bakal nurut ka manéh, tapi éta perjalanan téh rumpil pikeun maranéhna mah, jeung maranéhna baris susumpahan kalayan asma-Na Allah: "Upama kaula sarerea bisa mah tanwandé kaula saréréa baris indit babarengan jeung aran-dika." (Tah peta kitu téh) ngabinasakeun dirina pribadi, jeung Allah uninga yén maranéhna jalma-jalma anu ngabarohong. zΜn=÷ès?uρ (#θè%y‰|¹ š⎥⎪Ï%©!$# šs9 t⎦¨⎫t6tGtƒ 4©®Lym óΟßγs9 |MΡÏŒr& zΝÏ9 šΖtã ª!$# $xtã ∩⊆⊂∪ š⎥⎫Î/É‹≈s3ø9$# 43. Semoga Allah mema'afkanmu. mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orangorang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta? 74 43. Allah maparin ma'ap ka manéh, naha geuning manéh (Muhammad) ngidinan maranéhna saméméh tétéla pikeun manéh jalma-jalma anu bener jeung kanyahoan jalma-jalma anu barohong? óΟÎγÏ9≡uθøΒr'Î/ (#ρ߉Îγ≈yfムβr& ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ šχθãΖÏΒ÷σムt⎦⎪Ï%©!$# šçΡÉ‹ø↔tFó¡o„ Ÿω ∩⊆⊆∪ t⎦⎫É)−Gßϑø9$$Î/ 7ΟŠÎ=tæ ª!$#uρ 3 öΝÍκŦàΡr&uρ 44. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang bertaqwa. 44. Jalma-jalma anu ariman ka Allah jeung kana poé ahir, moal ménta idin ka maneh (pikeun mundur) tina jihad ku harta bandana katut jiwana, karana Allah uninga ka jalma anu takwa. ’Îû óΟßγsù óΟßγç/θè=è% ôMt/$s?ö‘$#uρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ šχθãΖÏΒ÷σムŸω t⎦⎪Ï%©!$# šçΡÉ‹ø↔Ft ó¡o„ $yϑ¯ΡÎ) ∩⊆∈∪ šχρߊ¨ŠutItƒ óΟÎγÎ6÷ƒu‘ 45. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orangorang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya. 45. Anu menta idin ka maneh téh ngan wungkul jalma-jalma anu henteu ariman ka Allah jeung kana poé ahir, jeung anu haténa marangmang. Ku kituna maranéhna bakal mandeg-mayong dina kamangmanganana. 75 Ÿ≅ŠÏ%uρ öΝßγsܬ7sVsù öΝßγrO$yèÎ7/Ρ$# ª!$# oνÌŸ2 ⎯Å3≈s9uρ Zãã …ã&s! (#ρ‘‰tãV{ ylρãã‚ø9$# (#ρߊ#u‘r& öθs9uρ * ∩⊆∉∪ š⎥⎪ωÏè≈s)ø9$# yìtΒ (#ρ߉ãèø%$# 46. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, Maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu." 46. Jeung upama maranéhna harayangeun indit, tangtu maranéhna baris nyadiakeun bekel, tapi Allah henteu mikaresep maranéhna arindit, ku kituna Anjeunna ngahoréamkeun maranéhna, sarta nimbalan: "Geura caricing maranéh babarengan jeung jalma-jalma anu caricing!" sπuΖ÷FÏø9$# ãΝà6tΡθäóö7tƒ öΝä3n=≈n=Ï{ (#θãè|Ê÷ρV{uρ Zω$t6yz ωÎ) öΝä.ρߊ#y— $¨Β /ä3‹Ïù (#θã_tyz öθs9 ∩⊆∠∪ t⎦⎫ÏϑÎ=≈©à9$$Î/ 7ΟŠÎ=tæ ª!$#uρ 3 öΝçλm; tβθãè≈£ϑy™ óΟä3‹Ïùuρ 47. Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk Mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang Amat suka mendengarkan Perkataan mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim. 47. Upama maranéhna arindit bareng jeung maranéh, maranéhna henteu nambahan naon-naon salian ti ngacowkeun, jeung maranéhna baris tingsulusup di antara maranéh pikeun nyebarkeun pacéngkadan lantaran di antara maranéh aya jalma-jalma anu daék ngadéngé ka maranéhna, tapi Allah Maha Uninga ka jalma-jalma anu darolim. 76 öΝèδuρ «!$# âöΔr& tyγsßuρ ‘,ysø9$# u™!$y_ 4©®Lym u‘θãΒW{$# šs9 (#θç7¯=s%uρ ã≅ö6s% ⎯ÏΒ sπuΖ÷FÏø9$# (#âθtótFö/$# ωs)s9 ∩⊆∇∪ šχθèδÌ≈Ÿ2 48. Sesungguhnya dari dahulupun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk (merusakkan)mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah) dan menanglah agama Allah, Padahal mereka tidak menyukainya. 48. Saestuna maranéhna seja nimbulkeun pitenah ti anggalna jeung maranéhna ngusutkeun perkara-perkara pikeun manéh, nepi ka datang hak jeung tétéla pisan urusan Allah, sedengkeun maranéhna ceuceubeun. zΟ¨Ψyγy_ χÎ)uρ 3 (#θäÜs)y™ ÏπuΖ÷GÏø9$# ’Îû Ÿωr& 4 û©Íh_ÏGøs? Ÿωuρ ’Ík< βx‹ø$# ãΑθà)tƒ ⎯¨Β Νßγ÷ΖÏΒuρ ∩⊆®∪ š⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$$Î/ 8πsÜŠÅsßϑs9 49. Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah." ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. 49. Jeung ti antara maranéhna aya anu nyarita: "Idinan kaula (cicing) jeung poma ulah mitenah kaula." Sing nyaho yen maranehna geus tigebrus kana pitenah. Jeung saéstuna Jahanam téh ngurung jalmajalma kapir. Pada ayat ini ditemukan satu kata serapan yang makna dan bentuk bunyinya berubah. Kata اﻟﻔﺘﻨﺔ/al-fitnah/ dalam bahasa Indonesia menjadi fitnah sedangkan dalam bahasa Sunda menjadi pitenah. Makna kata اﻟﻔﺘﻨﺔdalam bahasa 77 Arab yang bermakna ‘kesesatan’.58 Pada bahasa Indonesia kata fitnah bermakna ‘perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekan orang,’59 sedangkan dalam bahasa Sunda pitenah bermakna ‘caritaan anu ngandung maksud ngarugikeun batur (perkataan yang mengandung maksud merugikan orang lain)’.60 Dengan kata lain, penerjemahan kata /al-fitnah/ di atas kurang tepat. Sebab yang dimaksud pada ayat di atas adalah sebagaimana sudah diterangkan pada Bab I. ã≅ö6s% ⎯ÏΒ $tΡtøΒr& !$tΡõ‹s{r& ô‰s% (#θä9θà)tƒ ×πt6ŠÅÁãΒ šö7ÅÁè? βÎ)uρ ( öΝèδ÷σÝ¡s? ×πuΖ|¡ym šö7ÅÁè? βÎ) ∩∈⊃∪ šχθãmÌsù öΝèδ¨ρ (#θ©9uθtGtƒuρ 50. Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya Kami sebelumnya telah memperhatikan urusan Kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira. 50. Upama kahadéan tumiba ka manéh, maranéhna henteu sarukaeun; jeung upama kacilakaan tumiba ka manéh, pokna: Saéstuna kaula saréréa geus ngajaga diri pribadi ti anggalna", Jeung maranéhna ngabalieur kalayan suka bungah. 58 Munawir, A, W, h. 1033 Departemen Pendidikan Nasional, h. 318 60 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 389 59 78 B. Perbandingan Bentuk Penyerapan Daftar kata serapan di bawah ini berdasarkan urutan kemunculan dari ayat pertama sampai ayat ke lima puluh. Daftar di bawah dimaksudkan untuk melihat secara keseluruhan perbandingan bentuk penyerapan. Bentuk yang disusun dalam daftar adalah betuk dasar kata yang diserap dari bahasa Arab yang ada dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. no Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda 1 اﷲ Allah Allah 2 رﺳﻮل Rasul Rasul 3 ﻣﺸﺮآﻴـﻦ Musyrikin Musrikin 4 ﻣﺴﻠﻤﻴـﻦ Muslimin Muslimin 5 آﺎﻓﺮ Kafir Kapir 6 ﻣﻌﻠﻮم Maklum Ma’lum 7 ﻗﻮم Kaum Kaom 8 ﺣﺞ Haji Haji 9 أآﺒﺮ Akbar Akbar 10 ﺗﻮﺑﺔ Taubat Tobat 11 ﺗﻘﻮى Takwa Takwa 12 ﺣﺮام Haram Haram 13 ﺻﻼة Sholat Salat 14 زآﺎة Zakat Jakat 15 ﻓﺎﺳﻖ Fasik Pasék 16 ﺁﻳ ﺔ Ayat Ayat 17 ﺑﻌﺪ Bakda Bada 79 18 ﺣﻖ 19 Hak Hak إﻳﻤﺎن Iman Iman 20 ﺟﻬﺎد Jihad Jihad 21 ﻣﺴﺠﺪ Mesjid Masjid 22 آﻔﺮ Kufur Kupur 23 ﻣﻌﻤﻮر Makmur Ma’mur 24 اﺧﻴﺮ Akhir Ahir 25 ﻇﺎﻟﻢ Zalim Dolim 26 رﺿﻰ Ridha Rido 27 ﻓﺎﺋﺪة Faidah Paédah 28 ﻧﺠﺲ Najis Najis 29 ﻋﺎﻟﻢ Alim Alim 30 ﻋﻠﻤﺎء Ulama Ulama 31 راهﺐ Rahib Rahib 32 ﺑﺎﻃﻞ Batil Batal 33 ﻋﺎﻣﻞ Amal Amal 34 أﺧﺮة Akhirat Ahérat 35 ﻣﻀﺮة Mudharat Madorot 36 ﻣﻨﺎﻓﻖ Munafik Munapik 37 ﻣﻨﻔﻌﺔ Manfaat Mangpa’at 38 اﺳﻤﺎء Asma Asma 39 ﻣﻌﻒ Ma’af Ma’ap 40 ﻋﺬر Uzur Udur 41 ﻓﺘﻨﺔ Fitnah Pitenah 80 Kata-kata yang ditebalkan tidak muncul dalam terjemahan bahasa Indonesia. Demikian penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk kata serapan pada kedua bahasa dan perbandingan perubahan makna pada kedua bahasa. Dari daftar di atas bisa langsung jelas terlihat bagaimana penyesuaian fonem dalam penyerepan dilakukan pada kedua bahasa. 81 F FAKULTA S ADAB DA AN HUMAN NIORA UNIVERS SITAS ISL LAM NEG GERI SYA ARIF HID DAYATULLAH JA AKARTA A BAB IV Penutup A. Keimpulan Setelah melakukan analisis secara keseluruhan dari berbagai aspek yang dibutuhkan, penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1. Kata serapan, secara keseluruhan, jika dipakai dengan tepat tidak lah terlalu berpengaruh fatal. Terkecuali, kata serapan yang sudah memiliki makna baru yang berbeda dengan kata asal atau sudah termasuk ke dalam daftar kata faux amis. Pada penerjemahan, penggunaan kata serapan dari bahasa sumber yang diterjemahkan sebaiknya dihindari jika masih ada padanan dalam bahasa sasar yang bisa digunakan. Dengan demikian, terjemahan akan lebih mengena dan makna yang diinginkan bahasa sumber tercapai. Sebagai contoh yang tidak tepat menggunakan kata serapan terdapat pada ayat 3. z⎯ÏiΒ Ö™ü“Ìt/ ©!$# ¨βr& Îy9ò2F{$# Ædkptø:$# tΠöθtƒ Ĩ$¨Ζ9$# ’n<Î) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ «!$# š∅ÏiΒ ×β≡sŒr&uρ öΝä3¯Ρr& (#þθßϑn=÷æ$$sù öΝçGøŠ©9uθs? βÎ)uρ ( öΝà6©9 ×öyz uθßγsù öΝçFö6è? βÎ*sù 4 …ã&è!θß™u‘uρ t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# ∩⊂∪ AΟŠÏ9r& >U#x‹yèÎ/ (#ρãxx. t⎦⎪Ï%©!$# ÎÅe³o0uρ 3 «!$# “Ì“Éf÷èãΒ çöxî Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa Sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, Maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. dan 82 beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Jeung (ieu téh) wawaran ti Allah jeung Rasul-Na ka manusa dina hiji poé haji akbar, yen saéstuna Allah jeung Rasul-Na megatkeun hubungan ti kaom musrikin. Ku kituna, upama maranéh tobat, nya hadé pisan pikeun maranéh, jeung upama maranéh ngabalieur, nya sing nyaho yen maranéh moal bisa lesot tina (siksaan) Allah; jeung geura bejakeun ka jalma-jalma kapir perkara siksaan anu kacida nyerina. Pada terjemahan bahasa Indonesia, penggunaak kata permakluman yang berasal dari kata maklum yang diserap dari kata ma‘lûm bahasa Arab kurang tepat untuk memberikan pada kata ‘ażân yang bermakna pemberitahuan. 2. Kata serapan pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dari bahsa Arab tidak terlalu jauh berbeda. Ini disebabkan kedua bahasa ini mengalami kontak yang sangat panjang. Baik dari proses penyerapan atau proses penyesuaian tidak terlalu nampak berbeda. Bentuk perubahan pun tidak terlalu jauh berbeda. Adapun bentuk-bentuk perubahan yang terjadi pada kata serapan yang masuk dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda secara umum adalah sebagai berikut: a. Protesis, yaitu penambahan vokal atau konsonan pada awal kata untuk memudahkan lafal, seperti mas menjadi emas. Stal menjadi istal. b. Epetesis, yaitu penyisipan bunyi atau huruf dalam kata terutama pada kata serapan untuk menyesuaikan dengan pola fonologis 83 bahasa sasaran, seperti baru menjadi baharu. Trommel menjadi torombol. c. Paragog, yaitu penambahan bunyi pada akhir kata untuk keindahan lafal, seperti bapa menjadi bapak. Bank menjadi bangku. d. Aferesis, yaitu penanggalan bunyi atau kata dari awal sebuah ujaran, seperti mpunya menjadi punya. Examen menjadi samen. e. Singkope, yaitu hilangnya bunyi atau huruf dari tengah-tengah kata, seperti sahaya menjadi saya. Officier menjadi opsir. f. Apokope, yaitu pemenggalan satu bunyi atau lebih dari ujung kata, seperti pelangit menjadi pelangi. Bénzine menjadi bénsin menjadi béngsin g. Metatesis, yaitu perubahan lelak huruf, bunyi atau suku kata dalam kata, seperti sapu menjadi usap, tebal menjadi lebat. Léor menjadi réol, aduy menjadi ayud. h. Asimilasi yaitu proses perubahan bunyi yang mengakibatkan mirip atau sama dengan bunyi lain di dekatnya, seperti me-tulis menjadi menulis. Kontraksi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem, seperti tuanku menjadi tengku. Gambar menjadi gamar, kadéron menjadi kanéron. Secara garis besar, kata serapan dari bahasa arab yang masuk kedalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda mengalami perubahan dengan cara metatesis dan asimilasi. 84 B. Saran dan Kritik Penulis amat sangat menyadari, bahwa proses penelitian ini masih membutuhkan waktu yang lebih agar menacapai titik yang lebih memuaskan. Penulis juga mendarari bahwa penelitian masih harus dilanjutkan lebih mendalam agar menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi khasanan kebahasaan di negeri ini. Jika saja penelitian ini terus berlanjut maka akan sangat bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan kosakata yang tidak berasal dari bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Sehingga dalam menulis atau menerjemahkan, para pelaku lebih bisa menyaring dan memilih kata dengan menggunakan kata bahasa Indonesia saja. Hal ini akan sangat beguna sebagai upaya menjaga keutuhan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, terutama dalam menggunakan kata serapan yang jelas-jelas ada pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Demikian kiranya, segala macam kekurangan akan sangat berguna jika saja mendapat masukan dan dikemudian dilakukan perbaikan. 85 F FAKULTA S ADAB DA AN HUMAN NIORA UNIVERS SITAS ISL LAM NEG GERI SYA ARIF HID DAYATULLAH JA AKARTA A DAFTAR PUSTAKA Ali, Atabik, 1998, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta Chaer, Abdul., 1994, Linguistik Umum, Jakarta; PT. Rineka Cipta, __________., Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta; Rineka Cipta, 1995, Edisi Revisi Coolsma, S, Soendaneesche Spraakkunst, (Tata Bahasa Sunda), terjemehan Husein Widjaya kusumah dan Yus Rusyana, Bandung: Djambatan, 1985 Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta; 1971 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 2005 ____________________________________, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1992 Eddy, Nyoman Tusthi, 1989, Unsur Serapan Dari Bahasa Asing dalam Bahasa Indonesia (Tinjauan Kesejahteraan dan Perkembangan), Nusa Indah: Kendari. Effendi, S., Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Bendar, Jakarta; Pustaka Jaya, 1995 Haenen, Paul., Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah, Jakarta; Yayasan Obor Indonesia, 2002 Hidayat, Rahmat Taufik, dkk, 2007, Peperenian Urang Sunda, Banding: Kiblat, Cet. ke-2 86 Kridalaksana, Harimurti., Kamus Linguistik, Jakarta: PT Gramedia, 1983, cet. Ke2 ____________________., Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, Jakarta; Gramedia, 1996, cet. Ke-2 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, Kamus Umum Basa Sunda, Bandung; Tarate, 1980 Moeliono, Anton. M., Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta: Djambatan, 1985 Muhammad, Abu Bakar., Tata Bahasa Arab, Surabaya; Al-Ikhlas, 1982 Munawir, Ahmad Warson, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984 Peteda, Mansur, 1991, Linguistik Terapan, Nusa Indah: Endari. Cet-1 Ajip Rosidi, 2003, The Sundanese Youth Congres translated by J. Noorduyn, dalam Tulak Bala; Sistem Pertahanan Tradisional Masyarakat Sunda dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda, Bandung: Pusat Studi Sunda Samsuri, Analisa Bahasa, Jakarta, Erlangga, 1994 Shaleh, Qamaruuddin, Al-amin, Al-Qur’an Terjemah Bahasa Sunda, Bandung; CV. Penerbit Diponegoro, 2003, Cet. Ke-10 Shihab, M. Q, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Lentera Hati, Jakarta 2007, Cet. ke-VII Simorangkir, dkk, Kesusastraan Indonesia, Jakarta : Pembangunan, 1959 Sudaryat, Yayat., Tata Bahasa Sunda Kiwari, Bandung: Yrama Widya, 2009 87 _____________., Ulikan Semantik Basa Sunda, Bandung: CV. Geger Sunten, 2003, Cet. ke-3 Soedarno., Kata Serapan dari bahasa Arab, Jakarta; Arikha Media Cipta, 1990 Superno. E.p., Logat (Catatan Kata-kata Serapan Bahasa Indonesia dari bahasa Arab), (Semarang; Surya Angkasa, 1994), cet. Ke-1 Sugihastuti, Bahasa Indonesia dari Awam, Mahasiswa sampai Wartawan, Yogyakarta, Gamma Media, 2003 Tamsyah, Budi Rahayu., dkk, 2010, Galuring Basa Sunda, Bandung: CV. Pustaka Setia, cet. ke-4 88