kata serapan - UIN Repository

advertisement
KATA SERAPAN
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab
pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda
(Surah At-Taubah Ayat 1-50)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Zaky Mubarok
NIM: 104024000851
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strara 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 23 Agustus 2011
Zaky Mubarok
NIM: 104024000851
i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KATA SERAPAN; PERBANDINGAN PERUBAHAN MAKNA
KATA SERAPAN DARI BAHASA ARAB PADA AL-QUR’AN TERJEMAH
BAHASA INDONESIA DAN BAHASA SUNDA (Surah At-Taubah Ayat 1-50)
yang ditulis oleh Zaky Mubarok, NIM : 104024000851 telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26
Agustus 2011, dan telah diperbaikai sesuai dengan saran dan komentar Tim Penguji.
TIM PENGUJI
Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag.,
(Ketua Sidang)
(…………………………..)
Tanggal:
Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum.,
(Sekretaris Sidang)
(…………………………..)
Tanggal:
Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag.,
(Pembimbing)
(…………………………..)
Tanggal:
Drs. Ikhwan Azizi, MA,
(Penguji I)
(…………………………..)
Tanggal:
Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum.,
(Penguji II)
(…………………………..)
Tanggal:
ii
KATA SERAPAN
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab
pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda
(Surah At-Taubah Ayat 1-50)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Diajukan Oleh:
Zaky Mubarok
NIM: 104024000851
Pembimbing,
Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag.
NIP: 19700505 200003 1 003
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1429 H/ 2008 M
TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah Swt. yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulisan skripsi sebagai sarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di
Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta ini dapat penulis selesaikan.
Salawat salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw.,
keluarga, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di
hari akhir. Amin!
Dalam terima kasih ini, penulis haturkan terima kasih kepada Prof. Dr.
Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta; Dr. Wahid Hasyim, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; dan Dr.
Ahmad Syaekhudin M. Ag., Ketua Jurusan Tarjamah.
Kepada pembimbing, Dr. Ahmad Syaekhudin M. Ag. yang telah
meluangkan waktu di tengah kesibukannya serta kesabarannya dalam bimbingan
penulis haturkan terima kasih; Dr. Sukron Kamil, MA, dan Moch. Syarif
Hidayatullah M.Hum. selaku pembimbing Akademik yang telah mengarahkan,
mengajarkan, dan mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.
Kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah mendidik dan
mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan bahasa, budaya,
dan terjemahan,
khususnya Moch. Syarif Hidyatullah, M.Hum, yang mengajarkan seluk beluk
dunia terjemah, terima kasih. Semoga amal mereka diterima Allah Swt. Amin!
Kepada orang tua tercinta, Drs. Olih MS dan Yeti Rohayati M. Pd. yang
selalu mendoakan penulis, sehingga penysusunan skripsi ini terasa lebih ringan.
Begitu juga, kepada Adik-adik tercinta Irfan Fuad Nugraha, Tri Ayu Meilawati
dan Anna Qurratuain yang menjadi penyemangat penulis dalam menapaki dunia
ini. kepada yang tercinta Hamsi El-sahara yang selalu menjadi inspirasi dan
dorongan untuk terus bergerak. Terima kasih.
Terima kasih yang amat sangat kepada WS. Rendra yang telah memberi
pijar pada jalan yang sudah gelap. Ibu Ken Zuraida Rendra yang selalu memberi
semangat tiada henti. Teh Mey dan Kang Arul, Mas Esis, Icha dan Joel, Totenk
Mahdasi Tatang, Ambadewi, Om Yus, Bi Lili dan keluarga, aku cinta padamu.
Kawan-kawan Jurusan Tarjamah 2004, Abdur Rahman, Heri, Luki,
Nurikhwan, Alhafiz, Amir, Anna. Fina, Muna, Munay, Silvi, Nunung, Erwan dan
Puput atas segala dukungan dan bantuan mereka, khususnya Tatam yang selalu
memberi bantuan dan semangat yang tiada henti, sehingga skripsi ini dapat
penulis selesaikan. Juga kawan-kawan angkatan 2005-2010, terimakasih.
Saudara-saudara di Sanggar Altar, Makyun Subuki, Aa Isol, Ipoeng, Ipul
dan Liga, Hijarah Ahmad, Mas Hendri, Elex sw, Komarudin King-king, Hafas,
Basri, Akbar Soge, Boby Efri, kapan kita pentas lagi? Saudara di El-Na’ma,
Teater Syahid, KMM Riak, Galuh Jaya, terima kasih. Juga kawan diskusi dan
menulis yang selalu hangat, Iyya, Dede, Bowo, dan Abah Alawi, terima kasih.
Keluarga besar Sanjo Boyz yang selalu bergerak tanpa beban. Keluarga
besar Ken Zuraida Project, Om Amir, Om Edhar, Dwi Klik Santosa, yang selalu
mendorong untuk terus bergerak pada perubahan.
Semoga skripsi
yang sederhana ini bermanfaat bagi peminat
penerjemahan khususnya penerjemahan al-Quran. Kurangnya ada, lebihnya pun
ada. Semoga masukan dan saran-saran dari semua pihak dapat melengkapi skripsi
ini. Amin!
Jakarta, Agustus 2011
Zaky Mubarok
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………i
SURAT PERNYATAAN ...................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iv
TERIMA KASIH .................................................................................... v
DAFTAR ISI…………………………………………………………... vii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................................ x
ABSTRAK .............................................................................................. xii
BAB I:
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan.................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7
D. Metodologi Penelitian ............................................................ 8
E. Sistematika Penulisan ............................................................. 9
BAB II
Kerangka Teori
A. Kosakata dan Makna .......................................................................... 11
B. Kata Serapan Arab .............................................................................. 12
C. Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab
Ke dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia ................................. 15
1. Bidang Fonem ......................................................................... 16
a. Penggantian Fonem ..................................................... 17
b. Penghilangan Fonem ................................................... 25
c. Pelonggaran kaidah Fonem.......................................... 27
2. Pola Suku Kata ........................................................................ 30
D. Kata Istilah, Pengulangan, dan Imbuhan ............................................ 32
1. Kata Istilah .............................................................................. 32
2. Pengulangan ............................................................................ 33
3. Imbuhan ................................................................................... 35
E. Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab ... 38
F. Jenis Perubahan Makna ...................................................................... 39
a. Peluasan Makna ......................................................................... 39
b. Penyempitan Makna .................................................................. 40
c. Peninggian Makna ..................................................................... 40
d. Penurunan Makna ..................................................................... 40
e. Persamaan Makna ...................................................................... 41
f. Pertukaran Makna ...................................................................... 41
BAB III
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab
pada al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda .... 42
A. Perbandingan Perubahan Makna Kata serapan .................................. 43
B. Perbandingan Bentuk Penyerapan ...................................................... 79
BAB IV
Penutup
A. Keimpulan .............................................................................. 82
B. Saran dan Kritik...................................................................... 85
Daftar Pustaka ......................................................................................... 86
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA
Transliterasi yang dipakai dalam Skripsi ini adalah pedoman Transliterasi ArabIndonesia berdasarkan Surat Keputusan bersama Meneri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 22 Jauari 1988.
Arab
Latin
Arab
Latin
Arab
Latin
‫ا‬
a
‫ز‬
z
‫ق‬
q
‫ب‬
b
‫س‬
s
‫ك‬
k
‫ت‬
t
‫ش‬
sy
‫ل‬
l
‫ث‬
ts
‫ص‬
sh
‫م‬
m
‫ج‬
j
‫ض‬
d
‫ن‬
n
‫ح‬
h
‫ط‬
th
‫و‬
w
‫خ‬
kh
‫ظ‬
z
‫ﻩ‬
h
‫د‬
d
‫ع‬
‘
‫ء‬
’
‫ذ‬
ż
‫غ‬
g
‫ي‬
y
‫ر‬
r
‫ف‬
f
Catatan:
1. Konsonan yang bersyaddah ditulis dengan rangkap
Misalnya ; ‫ رﺑـﻨـﺎ‬ditulis rabbanâ.
-
2. Vokal panjang (mad) ;
Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris di bawah) di tulis î, serta
dammah (baris di depan) ditulis dengan û. Misalnya; ‫ اﻟـﻘـﺎرﻋـﺔ‬ditulis alqâri‘ah, ‫ اﻟﻤــﺴـﺎآـﻴـﻦ‬ditulis al-masâkîn, ‫ اﻟـﻤـﻔـﻠﺤﻮن‬ditulis al-muflihûn
3. Kata sandang alif + lam (‫)ال‬
Bila diikuti oleh huruf qamariyah ditulis al, misalnya ; ‫ اﻟـﻜﺎﻓـﺮون‬ditulis alkâfirûn. Sedangkan, bila diikuti oleh huruf syamsiyah, huruf lam diganti
dengan huruf yang mengikutinya, misalnya ; ‫ اﻟـﺮﺟـﺎل‬ditulis ar-rijâl.
4. Ta’ marbûthah (‫) ة‬.
Bila terletak diakhir kalimat, ditulis h, misalnya; ‫ اﻟـﺒـﻘـﺮة‬ditulis al-baqarah.
Bila ditengah kalimat ditulis t, misalnya; ‫ زآﺎة اﻟـﻤـﺎل‬ditulis zakât al-mâl, atau
‫ ﺳـﻮرة اﻟﻨـﺴـﺎء‬ditulis sûrat al-Nisâ`.
5. Penulisan kata dalam kalimat dilakukan menurut tulisannya, Misalnya;
‫ وهـﻮ ﺧـﻴـﺮازﻗــﻴﻦ‬ditulis wa huwa khair ar-Râziqîn.
ABSTRAK Zaky Mubarok,
“Kata Serapan, Perbandingan Perubahan Makna Kata
Serapan dari Bahasa Arab pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan
Bahasa Sunda (Surah At-Taubah Ayat 1-50)”, Program Studi Tarjamah,
Fakultas Adab Dan Humaniora, Universitas Islam Negeri
Syarif
Hidayatullah, Jakarta 1432 H/ 2011 M. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kata serapan bahasa Arab
berpengaruh dan digunakan dalam bahasa Indonesia dan bahsa Sunda. Khususnya
dalam penerjemahan teks keagaamaan seperti Al-Qur’an.
Bahasa merupakan alat komunikasi pertama. Komunikasi yang dilakukan dengan
bahasa lisan maupun tulisan, sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan dan
perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan dipengaruh oleh proses interaksi
antar budaya dan salah satunya adalah melalui bahasa. Interaksi antar bahasa
mengakibatkan saling mempengaruhi, dan bahasa yang kosakatanya lebih banyak
mempunyai pengaruh yang lebih besar.
Kegiatan komunikasi inilah yang nantinya mengakibatkan penyerapan terjadi di
mana-mana, baik budaya, kesenian, maupun bahasa. Proses penyerapan ini bisa
terjadi melalui kegiatan apa saja. Khusus proses penyerapan bahasa biasanya
terjadi melaui interaksi komunikasi lisan maupun tulisan, sampai kemudian
nantinya ada yang dinamakan bahasa serapan.
iv
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Bahasa adalah gejala manusiawi-umum. Tidak ada manusia tanpa bahasa dan
tidak ada bahasa tanpa manusia. Di manapun manusia hidup, mereka menuturkan
suatu bahasa.
Bahasa merupakan alat komunikasi pertama. Komunikasi yang dilakukan
dengan
bahasa
lisan
maupun
tulisan,
sangatlah
berpengaruh
terhadap
perkembangan dan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan dipengaruh
oleh proses interaksi antar budaya dan salah satunya adalah melalui bahasa.
Interaksi antar bahasa mengakibatkan saling mempengaruhi, dan bahasa yang
kosakatanya lebih banyak mempunyai pengaruh yang lebih besar. Seperti halnya
bahasa Arab, Inggris, Portugis, Spanyol dan Belanda mempengaruhi bahasa
Nusantara (Melayu, Sunda, Jawa, Makasar, Sulawesi, dll.) Bahasa asing ini
memberikan kekayaan kosakata dan makna bagi penutur bahasa di Nusantara.
Bahkan pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia sudah terjadi sebelum
bahasa Indonesia dinyatakan resmi sebagai bahasa nasional.1
Pengambilan kata dari satu bahasa oleh bahasa lain merupakan gejala yang
biasa, baik pada masa lalu maupun pada masa kini. Jepang sebagai negara maju
memiliki bahasa yang kata-katanya menyerap dari bahasa Cina dan Bahasa
Inggris, bahasa internasional yang sering dianggap memiliki perbendaharaan kata
1
Nyoman Tusthi Eddy, Unsur Serapan dari Bahasa Asing Terhadap Bahasa Indonesia
(Tinjaua Kesejahteraan dan Perkembangan), (Kendari: Nusa Indah, 1989), h. 10
yang kaya banyak menyerap bahasa Perancis, sedangkan bahasa Perancis
menyerap kata-kata dari latin.2
Bahasa melayu sebagai dasar bahasa Indonesia banyak sekali terpengaruh
oleh bahasa asing seperti bahasa Belanda, Portugis, Arab dan bahasa lainya.
Pengaruh tersebut terjadi karena adanya kontak kebudayaan, perdagangan dan
penyebaran agama. Di Indonesia, penyebaran agama menjadi salah satu faktor
penentu bagi tersebarnya bahasa asing, terutama bahasa serapan Arab.
Islam masuk ke kawasan Melayu pada khususnya dan Nusantara pada
ummnya melalui Gujarat. Bersama dengan masuknya agama Islam di Melayu,
masuk pula kebudayaan, kesusastraan, bahasa Arab dan Persi. Masuknya bahasa
arab ke Melayu diikuti pula dengan masuknya tulisan dan kosakata Arab.
Masuknya kata-kata Arab dalam bahasa Melayu sebagian besar melalui proses
asimilasi dan adaptasi fonemis dan morfemis.
Kegiatan komunikasi inilah yang nantinya mengakibatkan penyerapan
terjadi dimana-mana, baik budaya, kesenian, maupun bahasa. Proses penyerapan
ini bisa terjadi melalui kegiatan apa saja. Khusus proses penyerapan bahasa
biasanya terjadi melaui interaksi komunikasi lisan maupun tulisan, sampai
kemudian nantinya ada yang dinamakan bahasa serapan.
Bahasa serapan dapat terjadi melaui aktifitas pengajaran bahasa misalnya,
seseorang yang menguasai dua bahasa (bilingual) atau lebih (multilingual), maka
bahasa kedua akan banyak mempengaruhi bahasa pertama. Dilihat dari segi
2
Sudarno, Kata Serapan dari Bahasa Arab, (Jakarta: Arikha Media Cipta, 1992), Cet.
Ke-2, h. 14
statusnya bahasa dapat dibagi atas beberapa bahasa di antaranya adalah bahasa
Daerah, bahasa Nasional dan bahasa Negara.3
Bahasa daerah adalah penamaan bahasa yang digunakan oleh kelompok
orang yang anggotanya-anggotanya secara relatif memperlihatkan frekuensi
interaksi yang lebih tinggi diantara mereka dibanding dengan mereka yang tidak
bertutur kata dalam basaha daerah.4 Biasanya bahasa daerah digunakan sebagai
ikatan-ikatan kekerbatan dan upacara-upacara yang berkaitan dengan lingkaran
lingkungan hidup masing-masing.
Bahasa Sunda termasuk rumpun melayu yang kita sebut Melayu Polinesia.
Bahasa ini erat berhubungan dengan dengan bahasa Jawa dan Melayu, terutama
dengan yang tersebut pertama, dan dipergunakan di seluruh Jawa Barat, yaitu di
kresidenan Priangan, Cirebon, Jakarta, Banten dan Karawang yang dahulu juga
merupakan kresidenan sendiri.5
Pada proses penyebaran agama Islam, khususnya di wilayah penutur
bahasa Sunda, penyerapan bahasa Arab terjadi bukan hanya karena interaksi
dengan para pedagang saja, melainkan melalui penerjemahan-penerjemah bukubuku berbahasa Arab sebagai sumber kajian. Kata-kata yang tidak ada
padanannya dalam bahasa Sunda akhirnya digunakan.
Tidak menjadi persoalan ketika makna kata yang diserap tidak berubah
dalam bahasa sasaran. Seperti kata adil -‫ﻋﺎدل‬- /‘âdil/, kata tersebut tidak
mengalami perubahan makna. Kata adil dalam bahasa Sunda bermakna ‘merenah,
3
Mansur Peteda, Linguistik Terapan, (Kendari: Nusaindah,1991), cet. Ke-1, h. 84-85
Sugihastuti, Bahasa Indonesia dari Awam, Mahasiswa sampai Wartawan, (Yogyakarta,
Gamma Media, 2003), cet. Ke-1, h. 52
5
Coolsma, S, Soendaneesche Spraakkunst, (Tata Bahasa Sunda), terjemehan Husein
Widjaya kusumah dan Yus Rusyana, (Bandung: Djambatan, 1985), h. 3
4
dina tempatna, teu beurat sabeulah’6 (pas, pada tempatnya, tidak berat sebelah –
terjemahan Penulis-).’ Pada bahasa Indonesia kata adil bermakna ‘sama berat;
tidak berat sebelah; tidak memihak.’7 Pada bahasa arab kata ‫ ﻋﺎدل‬bermakna
‘meluruskan; membuat imbang; yang sama; sepadan.’8
Berbeda dengan kata ‫ اﻟﻔﺘﻨﺔ‬/al-fitnah/ dalam bahasa Indonesia menjadi
fitnah. Sedangkan dalam bahasa Sunda menjadi pitenah. Makna kata ‫ اﻟﻔﺘﻨﺔ‬dalam
bahasa Arab yang bermakna ‘kesesatan’.9 Pada bahasa Indonesia kata fitnah
bermakna ‘perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan
dengan maksud menjelekan orang,’10 sedangkan dalam bahasa Sunda pitenah
bermakna ‘caritaan anu ngandung maksud ngarugikeun batur (perkataan yang
mengandung maksud merugikan orang lain’.11
Perubahan makna tersebut akan menjadi berbahaya jika dipakai untuk
menerjemakan. Ide bahasa sumber (bsu) akan menjadi menjadi melenceng, dan
pesan bahasa sumber menjadi berbeda dalam bahasa sasaran (bsa).
Penggunaan kata serapan yang berubah maknanya terjadi dalam
penerjemahan al-Qur’an bahasa Indonesia oleh Depag dan al-Qur’an bahasa
Sunda oleh K.H. Komarudin Shaleh pada seperti pada surah at-Taubah ayat 49:
6
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, Kamus Umum Bahasa Sunda, (Bandung: Tarate,
1980), cet. Ke-2, h. 3
7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa Indonesia, Edisi Ketiga,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. Ke-3, h. 8
8
Munawir, A, W, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), cet. Ke-14, h.905
9
Idem, h. 1033
10
Departemen Pendidikan Nasional, h. 318
11
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 389
z Ψ¨ γ
Ο
y _
y χ

)Î uρ 3 #( θÜ
ä )
s ™
y πÏ Ζu G÷ 
Ï 9ø #$ ’Îû ω
Ÿ &r 4 ©
û _hÍ GÏ 
ø ?s ω
Ÿ ρu ’<kÍ β‹
x ø #$ Α
ã θ)
à ƒt ⎯Β¨ Νγ
ß Ζ÷ ΒÏ ρu
∩⊆®∪ š⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$$Î/ 8πsÜŠÅsßϑs9
Terjemah bahasa Indonesia: Di antara mereka ada orang yang berkata:
“berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan jangan jadikan saya
terjerumus dalam fitnah.” Ketahuilah bahwa mereka telah terjurumus ke dalam
fitnah. Dan sesungguhnya jahanam itu meliputi orang-orang yang kafir.
Terjemah bahasa sunda: Jeung ti antara maranéhna aya anu nyarita:
“Idinan kaula (cicing) jeung poma ulah mitenah kaula.” Sing nyaho yén
manéhna geus tigebrus kana pitenah. Jeung saéstuna Jahanam téh ngurung
jalma-jalma kapir.
Padahal, makna kata fitnah pada ayat di atas adalah, fitnah pertama
‘kegagalan menghadapi ujian,’ dan fitnah kedua ‘neraka.’12
Sebaiknya, penerjemahan ayat tersebut adalah, Di antara merekeka ada
yang berkata: “Izinkanlah aku dan jangan menjerumuskan aku kedalam
kegagalan menghadapi ujian.” Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke
dalam Neraka karena gagal. Sungguh, neraka Jahanam adalah untuk orangorang kafir. -terjemahan penulis-)
12
Shihab, M. Q, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Lentera Hati,
Jakarta 2007), Cet. ke-VII, hal. 613-615
Fakta di atas tadilah yang mendorong Penulis untuk meneliti kata-kata
serapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia. Hingga Penulis melakukan penelitian dan menuliskannya dengan judul
"Kata Serapan; Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa
Arab pada al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Surah
at-Taubah Ayat 1-50)"
B. Pembatasan dan Perumusan
Penelitian terhadap bahasa pastilah memerlukan waktu yang sangat
panjang dan melelahkan. Sebab jika meneliti satu sisi dari bahasa, maka sisi yang
lainnya muncul sebagai unsur yang sama pentingnya dengan sisi sebelumnya.
Sisi-sisi tersebut saling berkaitan satu sama lain dan saling menguatkan bahkan
menjadi teori yang baru.
Oleh karena hal tersebut, untuk mengurangi pelebaran masalah dari
penelitian yang akan dilakukan, Penulis sengaja membatasi masalah-masalah yang
akan diteliti. Penulisan ini hanya terkait pada kata-kata serapan yang terdapat pada
al-Qur’an terjemah bahasa Sunda dan al-Qur’an terjemahan bahasa Indonesia
yang berasal dari bahasa Arab surah at-Taubah ayat 1-50. Penelitian ini
dikhususkan untuk membandingkan perubahan makna kata serapan dari bahasa
Arab pada bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dengan studi kasus pada al-Qur’an
terjemaha kedua bahasa tersebut.
Dengan demikian, penulisan ini Penulis rumuskan sebagai berikut dengan
bentuk pertanyaan yang akan dijawab setelah penelitian dan pengkajian yang
mendalam. Ada pun pertanyaannya sebagai berikut:
1.
Seberapa
besarkah
pengaruh
kata
serapan
terhadap
proses
penerjemahan?
2.
Bagaimanakah perubahan makna kata serapan bahasa Arab pada
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penulis melakukan penelitian ini tidaklah tanpa tujuan. Dari tujuan itu
timbulah manfaat-manfaat yang dapat diambil. Dengan jelas Penulis merumuskan
tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1.
Mengetahui kata serapan dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia
yang berasal dari bahasa Arab pada kedua al-Qur’an terjemahan
dalam surah at-Taubah
2.
Membandingkan pergeseran makna kata serapan bahasa Arab pada
bahasa Indonesia dan Sunda
Ada pun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1.
Memperkaya khasanah kebahasaan bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia.
2.
Mempermudah bagi siapa saja yang ingin mengetahui kata sarapan
dari bahasa Arab yang terdapat dalam bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia.
D. Metodologi Penelitian
Metode yang Penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
Naratif
komparatif,
yaitu
dengan
cara
mengumpulkan
data
kemudian
menguraikan dan membandingkan hingga tercapai tujuan penelitian yang telah
dirumuskan sehingga data hasil penelitian bisa diambil manfaatnya.
Ada pun dalam pencarian data, Penulis menganalisis sejumlah kata
serapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam al-Qur’an terjemah bahasa
Indonesia dan al-Qur’an terjemah bahasa Sunda pada surah at-Taubah ayat 1-50.
Kemudian
Penulis
menguraikan,
mengelompokan
dan
membandingkan
maknanya, dengan teori yang sesuai dengan penelitian dan fakta-fakta yang
menyebabkan terjadinnya pergeseran makna.
Di luar itu, untuk menunjang materi dan keilmiahan penelitian, Penulis
melakukan konsultasi dengan para ahli yang terkait. Merujuk sumber-sumber lain
yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian ini seperti, buku-buku semantik,
linguistik, morfologi, fonologi, data-data dari internet, dan lain-lain.
Kemudian dalam penyusunan dan tehnik penulisan skiripsi, Penulis
berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) yang dikeluarkan oleh Center of Quality Development an Assurance
(CeQDA) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
Sedangkan pedoman translitersai yang digunakan Penulis adalah transliterasi alQur’an terjemahan Departemen Agama.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini penulis lakukan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab Pertama, berupa pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah
penulisan, kemudian pembatasan dan perumusan masalah agar penulisan tidak
melebar, dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari hasil
penelitian
Pada bagian terakhir bab ini tulisan ditutup dengan sistematika
penulisan.
Bab kedua, berupa Kerangka Teori yang berisikan Teori Penerjemahan, Hakikat
Kosakata dan Makna, Hakikat Kata Serapan Arab, Proses Penyerapan Kata-kata
Bahasa Arab Kedalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia dengan pembagian
sebagai berikut: pertama, Bidang Fonem, pada bagian ini yaitu, Penggantian
Fonem, Penghilangan Fonem, Pelonggaran kaidah Fonem. Kedua, Pola Suku Kata
yang dibagi kepada: Pengubahan Pola dan Penggantian Pola. Kemudian
dilanjutkan dengan sub bab selanjutnya Kata-kata Istilah, Pengulangan
(reduplikasi), dan Pengimbuhan (afiksasi), Hakikat Makna dan Perubahan Makna
Kata Serapan Bahasa Arab, dan Jenis Perubahan Makna yang berisikan, Meluas,
Menyempit, Peninggian, Penurunan Persamaan dan Pertukaran makna.
Bab ketiga, adalah pembahasa Perbandingan kata serapan, bab ini akan
membahas perbandingan kata serpan pada bahasa Sunda dan bahasa Indonesia
sesuai dengan teori dan dikelompokan menjadi dua sub judul, pertama,
Perbandingan perubahan makna Kata serapan. Kedua, Perbandingan Proses
Penyerapan.
Bab keempat, Penutup, bab ini adalah penutup dari seluruh penelitian. Bab ini
akan diisi oleh Kesimpulan, Saran dan Kritik. Pada bab ini juga memuat tesis
Penulis dari hasil panelitian yang sudah dilakukan
BAB II
KATA SERAPAN
A. Kosakata dan Makna
Bila kita perhatikan dengan teliti percakapan seseorang dengan yang lainnya atau
sebuah tulisan, maka akan kita jumpai beberapa kata dengan susunan tertentu
sehingga menjadi urutan kata-kata yang bermakna. Dengan kata lain, orang
berbahasa (baik tulisan atau lisan) ialah orang yang sedang menyusun kata-kata
dengan urutan tertentu sehingga menghasilkan makna. Semakin banyak jumlah
kata yang dikuasai seseorang, memungkinkan terciptanya kelancaran berbahasa
dan makna yang luas.
Hal ini akan jelas terlihat jika kita perhatikan perkembangan berbahasa
pada manusia. Perbendaharaan dan penguasaan kata-kata bertambah pula seiring
dengan tingkat kedewasaan dan keluasan ilmu pengetahuannya. Penambahan
perbendaharaan kata-kata menjadi pengetahuan dalam diri seseorang sampai akhir
hayatnya.
Penggunaan secara sistematis terhadap unsur bahasa lain oleh seseorang
merupakan bagian dari suatu bahasa yang tanpa disadari oleh pemakainya.
Peminjaman ini disebut proses integrasi.1 Pada proses integrasi unsur-unsur
bahasa lain yang terbawa masuk itu sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dari bahasa yang menerimanya atau yang dimasukinya. Proses
integrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya.
1
Harimukti Kridalakasana, Kamus Linguistik, (Jakarta: PT. Gramedia, 1983), cet. ke-2, hal. 62
Terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang
dipergunakan, sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang
sedang dipergunakan disebut dengan interferensi.
B. Kata Serapan
Kata serapan adalah salah satu faktor yang sangat aktif dalam menentukan
perkembangan bahasa. Penyerapan terjadi akibat adanya kontak antar satu bahasa
dengan bahasa lain, baik yang sekerabat maupun yang tidak sekerabat. Kontak
dengan bahasa-bahasa lain menimbulkan saling adanya pengaruh dalam bahasa
mereka dan pengaruh yang paling sederhana berupa pinjaman kata-kata karena
perkembangan antar bahasa yang saling mempengaruhi pastilah berbeda. Oleh
karena itu kata-kata serapan pasti ada pada setiap bahasa di dunia. Sebagaimana di
Indonesia, selain ada bahasa Nasional yaitu bahasa Indonesia ada juga bahasabahasa daerah. Bahkan kebanyakan masyarakat Indonesia menjadikan bahasa
Indonesia menjadi bahasa kedua
setelah bahasa daerahnya masing-masing.
Dengan situasi kebahasaan seperti itu, dapat dikatakan bahwa masyarakat
Indonesia termasuk masyarakat bilingual atau multilingual karena tidak sedikit
dari masyarakat itu yang menguasai lebih dari satu bahasa, misalnya mereka
menguasai bahasa Indonesia, bahasa daerahnya sendiri, juga menguasai bahasa
asing.
Penyerapan dari satu bahasa ke bahasa lain dapat terjadi secara leksikal.
Pada proses penyerapan unsur bahasa secara leksikal akan terbawa juga proses
penyerapan bunyi. Penyerapan leksikal dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
penyerapan dialek, penyerapan mesra, penyerapan kultural.
1). Penyerapan dialek adalah penyerapan yang diambil dari salah satu
dialek dalam bahasa Indonesia, seperti damprat (memaki-maki),
mendusin (sadar), dan lain-lain. Dianggap sebagai penyerapan dialek
karena merupakan salah satu dialek bahasa Indonesia yang diambil
dari bahasa Jakarta (Betawi).
2). Penyerapan mesra adalah penyerapan dari bahasa lain yang terdapat
dalam daerah kebahasaan Indonesia, seperti kata ganteng, leluhur,
dan prihatin yang berasal dari bahasa Jawa.
3). Penyerapan kultural adalah bahasa yang diambil dari bahasa yang
tidak ada dalam daerah kebahasaan Indonesia, seperti kata fakir,
jahiliyah, dan kiamat yang diserap dari bahasa Arab.
Di samping penyerapan leksikal ada pula penyerapan struktural, yang
termasuk dalam penyerapan ini adalah penyerapan yang menyangkut unsur
fonem, morfem, dan kalimat.2
Bahasa
Indonesia
yang
berasal
dari
bahasa
melayu,
dalam
perkembangannya telah banyak menyerap kata-kata dari bahasa serumpun
ataupun bahasa asing. Salah satu bahasa asing yang telah banyak mempengaruhi
perkembangan bahasa Indonesia adalah bahasa Arab. Kehadiran bahasa Arab
dalam bahasa Indonesia dimulai sejak berkembangnya agama Islam di Indonesia
yang dibawa oleh orang-orang Persia, India, dan Arab. Al-Qur’an sebagai kitab
2
Samsuri, Analisa Bahasa, (Jakarta, Erlangga, 1994), cet. Ke-9, h. 52-53
suci umat islam yang berbahasa Arab memegang peran penting dalam proses
penyebaran islam, selain itu mereka mengisahkan cerita-cerita tentang para nabi
dan juga tulisan-tulisan lain tentang agama islam yang berbahasa Arab, sehingga
tanpa disadari kata-kata tersebut terserap dalam bahasa Indonesia.3
Kata-kata serapan dari bahasa Arab telah memperkaya kosa kata bahasa
Indonesia. Kata-kata yang berasal dari bahasa Arab sudah sering digunakan oleh
hampir seluruh masyarakat Indonesia dalam keseharian mereka, terutama dalam
bidang keagamaan, sehingga kata-kata tersebut sudah tidak terasa asing lagi.
Kata-kata yang terkait dalam bidang keagamaan, seperti masya Allah, insya Allah,
takdir, dan masih banyak lagi yang lainnya yang mungkin sudah tidak asing lagi
ditelinga kita.
Bahasa Sunda, semula oleh para sarjana belanda disebut-sebut sebagai
sempalan dari bahasa Jawa, oleh karenanya wilayah sunda pada jaman kolonial
disebut jawa bagian barat atau Jawa Barat. Namun, kenyataannya ternyata tidak
begitu, Sunda merupakan wilayah tersendiri yang bukan jawa. Begitu juga dengan
bahasanya. Bahkan pada tahun 1956, para pemuda pasundan pernah mengadakan
kongres untuk menolak penyebutan Jawa Barat untuk wilayah Sunda.4 Namun
hasilnya hanya tersimpan dalam hati saja.
Seperti halnya yang terjadi pada semua bahasa, kontak antar bahasa pasti
tidak bisa dihindari. Sehingga terjadilah proses integrasi, serap-menyerap,
berdasarkan pada kebutuhan perkembangan zaman. Begitu juga pada bahasa
3
Simorangkir, dkk, Kesusastraan Indonesia, (Jakarta : Pembangunan, 1959), h.66
Ajip Rosidi, The Sundanese Youth Congres translated by J. Noorduyn, dalam Tulak
Bala; Sistem Pertahanan Tradisional Masyarakat Sunda dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya
Sunda, (Bandung: Pusat Studi Sunda, 2003), h. 57
4
Sunda, percampuran terjadi karena para penutur bahasa Sunda bersinggungan
dengan penutur bahasa lain.
Pada bahasa Sunda, kata serapan disebut basa kosta (bahasa asing)5 atau
kecap serepan.6 Dengan begitu, kata serapan serapan adalah bahasa asing yang
digunakan dalam bahasa lokal. Perkembangan penggunaannya tidak jauh berbeda
seperti yang terjadi pada bahasa Indonesia. Kontak budaya dan bahasa yang
terjadi di tanah Sunda menjadi penyebab utama berkembang dan masuknya lebih
banyak lagi kata serapan. Oleh karena orang Sunda banyak yang memeluk agama
Islam, maka kata-kata yang berasal dari bahasa Arab tidak bisa ditolak. Terlebih
untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak ada padanannya dalam bahasa Sunda
seperti istilah-istilah yang sangat erat hubungannya dengan keagamaan.
C.
Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab Kedalam Bahasa Sunda
dan Bahasa Indonesia
Proses penyerapan bahasa terjadi melalui kontak budaya antar bangsa.
Kontak bahasa yang tidak bisa dihindarkan akhirnya terjadi dan saling
mempengaruhi. Masuknya kata-kata yang berasal dari bahasa Arab dan diserap
oleh berbagai bahasa yang ada di Nusantara bersamaan dengan masuknya agama
Islam ke Nusantara.7
5
Rahmat Taufik Hidayat, dkk, Peperenian Urang Sunda, (Banding: Kiblat, 2007), Cet.
ke-2, h. 260
6
Budi Rahayu Tamsyah, dkk, Galuring Basa Sunda, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2010), cet. ke-4, h.65
7
Superno, Ep., Logat (Catatan Kata-Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab),
(Surya angkasa, Semarang, 1994), Cet. ke-1, hal. 1
Setiap bahasa memiliki aturan atau kaidah yang disebut dengan tata
bahasa. Dalam tata bahasa diatur segala sesuatu yang berkaitan dengan
kebahasaan seperti bidang semantik, sintaksis, morfologi, dan fonologi. Apabila
terdapat bahasa asing atau bahasa daerah yang terserap ke dalam bahasa Indonesia
maka kata atau bahasa tersebut akan menyesuaikan dengan kaidah atau sistem
bahasa Indonesia sehingga akan mengalami perubahan. Begitu juga pada bahasa
Sunda, bila ada kata asing yang masuk ke dalam bahasa Sunda, maka akan
mengalami perubahan karena menyesuaikan dengan kaidah bahasa Sunda.
Bentuk penyerapan yang masuk kedalam bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda secara garis besar ada dua:
1. Bidang Fonem
Fonem merupakan abstraksi, sedangkan wujud fonetisnya tergantung
beberapa faktor terutama posisinya dalam hubungan dengan bunyi lain. Adapun
fonem itu sendiri adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukan kontras
makna.8
Fonem dalam bahasa Indonesia mempunyai 27 fonem, sedangkan bahasa
Arab mempunyai 34 fonem. Kecuali berbeda dalam jumlah, fonem dalam kedua
bahasa tersebut juga berbeda dalam wujud.9 Bahasa sunda sendiri memilki fonem
30.
Ke-27 fonem dalam bahasa Indonesia itu terdiri dari fonem vokal
sebanyak 6 dan fonem konsonan sebanyak 21, bahasa Arab memiliki fonem vokal
8
9
Harimurti Kridalaksana, hal. 44
Soedarno, hal. 61
5 dan fonem konsonan sebanyak 28, dan fonem suprasegmental satu. Sedangkan
bahasa Sunda memiliki 7 fonem vokal dan 19 fonem konsonan lokal dan 5 fonem
konsonan asing.10
a.
Penggantian Fonem
Di depan dinyatakan, baik bahasa Arab bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda sama-sama mempunyai fonem vokal /a/, /i/, dan /u/. Kalau fonem
vokal tersebut sama-sama memiliki oleh ketiga bahasa, tentulah tidak akan
terjadi penggantian apabila ada kata-kata bahasa Arab yang mengandung
vokal tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Maksudnya ialah tidak ada penggantian, misalnya terdapat pada kata-kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
Akbâr
-
‫أآﺒﺮ‬
akbar
akbar
‘ibâdah
-
‫ﻋﺒﺎدة‬
ibadah
ibadah
Ma’lûm
-
‫ﻣﻌﻠﻮم‬
maklum
ma’lum
yang masing-masing mengandung vokal /a/, /i/, dan /u/.
Tetapi bila daftar kata bahasa Indonesia dan bahasa Sunda yang
berasal dari bahasa Arab itu kita teliti lebih cermat, maka akan segera
tampak bahwa kelima vokal tersebut dalam kenyataannya ada yang
diganti, malahan justru dengan vokal yang tidak terdapat dalam bahasa
Arab. Sebagai contoh vokal /a/, /i/, dan /u/, diftong /ai/ dan /au/ bahasa
10
Budi Rahayu Tamsyah, h.17
Arab masing-masing diganti dengan vokal /e/ (pepet), /e/ (teleng), /o/
bahasa Indonesaia, /e/ (pepet), / é / (teleng) dan /o/ bahasa Sunda seperti
dalam kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
-
‫ﺗﺮﺗﻴﺐ‬
tertib
tartib
Dâ’irah -
‫داﺋﺮة‬
daerah
daérah
Tartîb
Penggantian vokal semacam itu tidak akan dibicarakan pada
penggantin fonem karena penggantian semacam itu merupakan akibat
penyesuaian dengan ketentuan tentang suku kata rangkaian suku kata
dalam membentuk kata.
Gejala yang sama terjadi juga dalam bidang konsonan. Sebagai contoh
konsonan /b/ dan /d/ yang dimiliki oleh bahasa Arab maupun bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda, tetapi terjadi juga penggantian di bawah ini :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
Sabt
-
‫ﺳﺒﺖ‬
saptu atau sabtu
saptu
Hasûd
-
‫ﺣﺴﻮد‬
hasut
hasud
Ada lagi satu masalah yang menyangkut fonem vokal, yaitu
penggantian vokal /a/ bahasa Arab, yang dalam tulisan Arabnya
dilambangkan dengan fathah, dengan vokal /o/ bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda yang justru tidak terdapat dalam bahasa Arab. Penggantian
itu misalnya terdapat dalam kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
kodim
kodim
rido
rido
Qadîm
-
‫ﻗﺪﻳﻢ‬
Ridâ
-
‫رﺿﻰ‬
Diketahui, vokal /a/ yang lambangnya dalam tulisan Arab berupa
fathah, bila berangkaian dengan konsonan /kh/, /r/, /sh/, /d/, /th/, /z/, /g/
dan /q/ bahasa Arab disebut huruf mufakham11diganti dengan vokal /o/
pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Persoalan penggantian dan penerimaan fonem dalam rangka
penyesuiannya dengan pelonggaran kaidah bahasa Indonesia. Penggantian
dan pelanggaran itu berlaku untuk fonem-fonem bahasa Arab yang tidak
terdapat dalam bahasa Indonesia dan sunda, yaitu fonem konsonan /ś/, /h/,
/kh/, /z/, /s/, /sy/, /sh/, /d/, /th/, /ż/, /..‘./, /g/, /f/, dan /q/. Di samping itu, ada
juga penghilangan, bukan penggantian, yaitu konsonan /..’./ dan fonem
suprasegmental maddah.
a. 1. Konsonan /ś/
Konsonan geser antar gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda pada umumnya
diganti dengan konsonan /s/ geser gigi bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, baik ia terletak di awal maupun di akhir suku kata. Misalnya :
Śulâsâ
11
Ibid, h. 64
-
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﺛﻼﺛﺎء‬
salasa
selasa
Miśâl
-
‫ﻣﺜﺎل‬
misal
misal
a. 2. Konsonan /h/
Konsonan geser faringal tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa sunda biasanya diganti
dengan konsonan /h/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia terletak
di awal maupun di akhir suku kata. Contoh penggantian itu adalah :
Mahkamah
-
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﻣﺤﻜﻤﺔ‬
mahkamah
mahkamah
a. 3. Konsonan /kh/
Konsonan geser langit-langit lembut bersuara bahasa Arab ini
setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan
konsonan hambat langit-langit lembut tak bersuara, bila ia terletak di awal
suku kata. Penggantian itu misalnya terdapat dalam kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Khabr
-
‫ﺧﺒﺮ‬
kabar
Bahasa Sunda
kabar
a. 4. Konsonan / ż /
Konsonan geser antargigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk
ke dalam bahasa Indonesia umumnya diganti dengan konsonan hambat
langit-langit keras bersuara bahasa Indonesia. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Iżn
‫إذن‬
-
ijin
Bahasa Sunda
ijin
a. 5. Konsonan /z/
Konsonan geser gigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk dalam
bahasa Indonesia umumnya diganti dengan konsonan hambat langit-langit
keras bersuara bahasa Indonesia juga. Misalnya :
Ziyârah -
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫زﻳﺎرة‬
jiarah
jiarah
Ada juga yang diganti dengan konsonan /s/ bahasa Indonesia,
terutama bila terletak di tengah atau akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Ijâsah
-
‫إﺟﺎزة‬
ijasah
Bahasa Sunda
ijasah
a. 6. Konsonan /sy/
Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan /sy/
bahasa Indonesia, baik di awal dan lebih-lebih di akhir suku kata. Tetapi
pada bahasa Sunda, konsonan ini diganti dengan konsonan /s/. Misalnya :
Syarîkat -
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﺷﺮﻳﻜﺔ‬
sarekat
syarikat
a. 7. Konsonan /sh/
Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasa diganti dengan konsonan geser
gigi /s/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia menduduki posisi awal
maupun di akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
‫ﻧﺼﻴﺤﺔ‬
Nashîhat -
nasehat
Bahasa Sunda
nasehat
a. 8. Konsonan /d/
Konsonan hambat pangkal gigi bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan
hambat gigi bersuara bahasa Indonesia /d/. Misalnya :
Da‘îf
-
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﺿﻌﻴﻒ‬
doip
daif
a. 9. Konsonan /th/
Konsonan hambat pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini
setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasa diganti
dengan konsonan hambat gigi tak bersuara /t/ bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, baik menduduki posisi awal maupun di akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Thama’
-
‫ﻃﻤﻊ‬
tamak
Bahasa Sunda
tamak
a. 10. Konsonan /z/
Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan kosonan
samping gigi bahasa Indonesia /l/. Penggantian itu terdapat pada kata yang
sudah lama masuk ke dalam bahasa Indonesia. Bila kata itu relatif baru, ia
diganti dengan konsonan /z/. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
Lafz
-
‫ﻟﻔﻆ‬
lafal
lafal
Hafz
-
‫ﺣﻔﻆ‬
hafal
hafal
a. 11. Konsonan /..‘../
Konsonan hambat faringal bahasa Arab ini masuk ke dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Indonesia mengalami dua macam perlakuan.
Pertama, bila ia menduduki posisi awal suku, baik suku kata itu di awal
maupun di tengah kata, konsonan tersebut dihilangkan. Kedua, bila ada di
akhir suku kata, konsonan tersebut diganti dengan /k/. Lafal /k/ itu seperti
lafal /k/ bahasa Indonesia yang menduduki posisi akhir suku kata pada
umumnya. Tetapi pada bahasa Sunda, konsonan tersebut tetap
dimunculkan. Misalnya :
‘ilm
-
Ma‘lûm -
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﻋﻠﻢ‬
ilmu
élmu
‫ﻣﻌﻠﻮم‬
maklum
ma’lum
a. 12. Konsonan /g/
Konsonan geser anak tekak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk
ke dalam bahasa Indonesia pada umumnya diganti dengan konsonan
hambat langit-langit lembut bersuara /g/ bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, baik ia menduduki posisi awal maupun posisi akhir suku kata,
misalnya :
Magfirah -
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﻣﻐﻔﺮة‬
magfiroh
magfirah
a. 13. Konsonan /f/
Konsonan geser bibir gigi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasanya diganti dengan konsonan
hambat bibirtak bersuara /p/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia
menduduki posisi awal maupun posisi akhir suku kata. Tetapi pada bahasa
Indonesia masih ada yang dipertahankan. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
-
‫ﻓﻜﺮ‬
pikir
pikir
Fitnah -
‫ﻓﺘﻨﺔ‬
fitnah
pitenah
Fikr
a. 14. Konsonan /q/
Konsonan hambat anak tekak tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan /k/
bahasa Indonesia, baik ia menduduki posisi awal, tengah, maupun akhir
suku kata. Bila ia menduduki posisi awal suku kata, lafalnya seperti lafal
konsonan /k/ bahasa Indonesia yang menduduki posisi awal suku kata.
Tetapi, bila ia menduduki posisi akhir suku kata, lafalnya ada yang seperti
lafal /k/ bahasa Indonesia yang menduduki akhir suku kata. Sebagai mana
bunyi hamzah, ada pula yang berupa konsonan /k/ jelas, seperti bila /k/ itu
menduduki posisi awal kata. Misalnya :
Rizq
-
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫رزق‬
rejeki
rejeki
Mutlaq
-
‫ﻣﻄﻠﻖ‬
mutlak
mutlak
Haqq
-
‫ﺣﻖ‬
hak
hak
b. Penghilangan Fonem
Penghilangan fonem ini akan membahas bagaimana penyesuaian
bahasa Arab terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dengan
mengganti fonem bahasa Arab oleh fonem bahasa Indonesia dan Sunda
yang dianggap paling mirip.
Fonem bahasa Arab yang mendapat dua macam perlakuan12, yaitu
diganti dengan fonem bahasa Indonesia atau bahasa Sunda yang paling
mirip bila fonem bahasa Arab itu menduduki posisi akhir suku/kata dan
yang kedua dihilangkan bila fonem tersebut menduduki posisi awal
suku/kata. Fonem bahasa Arab yang mempunyai dua bentuk ialah fonem
yang biasa ditulis dengan huruf ta marbutah ( ‫)ة‬, dan selalu menduduki
12
Harimurti Kridalaksana, h. 75
posisi akhir kata. Lafal fonem tersebut sama dengan lafal konsonan /h/ bila
pengucapan tidak disambung dengan kata berikutnya dan sama dengan
lafal konsonan /t/ bila pengucapan itu disambung dengan kata berikutnya.
Fonem tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda ada
dua, yaitu : konsonan /h/ dan konsonan /t/ bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda.
Yang menarik tentang fonem itu ialah dikelompokkan menjadi tiga13:
pertama, kata-kata fonem penggantinya adalah konsonan /h/ bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Kedua. kata-kata fonem penggantinya adalah
konsonan /t/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Ketiga, bentuk yang
berfonem akhir konsonan /t/. Di bawah ini contoh ketiga kelompok kata
tersebut.
Fâ'idah
-
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﻓﺎ ﺋﺪة‬
faedah
faedah
jamaah/jamaat
jamaah
Jamâ'ah/t - ‫ﺟﻤﺎﻋﺔ‬
Adapun fonem-fonem yang dihilangkan adalah sebagian berikut:
b. 1. Konsonan /..‘../
Konsonan hambat glottal tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk
ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Sunda biasanya dihilangkan baik ia
menduduki posisi awal atau ahir kata. Misalnya :
13
Ibid, h. 75
‘ulamâ
-
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﻋﻠﻤﺎء‬
ulama
ulama
b. 2. Maddah (â, î, dan û)
Fonem Suprasegmental yang berupa tekanan panjang atau tempo
dalam bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda biasanya dihilangkan, baik ia menduduki posisi awal, tengah
maupun akhir kata. Fonem tersebut dianggap tidak ada pada bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Dalam bahasa Arab fonem suprasegmental
melekat pada vokal dan lafal vokal dalam bahasa Arab yang lebih panjang
dibandingkan dengan vokal yang tidak disertai fonem suprasegmental.
Contoh kata yang mengandung fonem suprasegmental itu adalah :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
Hâl
-
‫ﺣﺎل‬
hal
hal
Maqâm
-
‫ﻣﻘﺎم‬
makam
makom
c.
Pelonggaran kaidah Fonem
Pelonggaran kaidah adalah pelonggaran kaidah bahasa dalam usaha
menampung unsur dari luar yang berupa fonem-fonem bahasa.
Pelonggaran itu berupa menerima fonem bahasa dan menggunakannya
dalam bahasa lainnya. Dengan kata lain, fonem-fonem yang diterima
dalam bahasa itu tidak lagi diganti dengan fonem lain yang mirip. Di
antara fonem-fonem bahasa Arab yang diterima bahasa Indonesia,
semuanya fonem konsonan dan tidak ada fonem vokal atau fonem
suprasegmental.
a. Konsonan /f/
Konsonian /f/ agaknya diterima oleh bahasa Indonesia cukup
banyak, sebagian dari kata itu masih mempunyai dua bentuk. Yang satu,
masih dengan konsonan /f/ dan yang kedua, sudah diganti dengan /p/. Ada
juga /f/ dan /p/ itu yang sudah fonemis. Misalnya terdapat dalam kata
kafan dan kapan. Namun tidak terlalu banyak dalam bahasa Sunda.
Kebanyakan, pada bahasa Sunda fonem /f/ diubah menjadi /p/. seperti
halnya dalam kata fitnah (indonesia) pada bahasa Sunda menjadi pitenah.
Di bawah ini contoh yang masih mempunyai kembaran tanpa /f/
maupun yang sudah tidak mempunyai lagi.
Infaq -
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫اﻧﻔﻖ‬
infak
Infak
b. Konsonan /kh/
Konsonan /kh/ dari bahasa Arab kiranya juga diterima oleh bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Ada juga yang masih mempunyai bentuk
kembaran, yang satu masih dengan konsonan /kh/ dan satunya lagi,
konsonan itu sudah diganti dengan /h/. Ada juga /kh/ dan /h/ itu yang
sudah fonemis, misalnya dalam khas dan has. Di bawah ini contohnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
Akhlâq -
‫اﺧﻼق‬
Akhlak
Ahlak
Khâliq
‫ﺧﺎﻟﻖ‬
Khalik
Halik
c. Konsonan /sy/
Konsonan ini diterima oleh bahasa Indonesia dan bahsa Sunda
tidak banyak, karena sedikit kata kembar yang /sy/ dan /s/. Konsonan ini
yang sudah fonemis misalnya dalam kata syarat dan sarat. Bahkan, pada
bahasa Sunda konsonan /sy/ hanya ditukar dengan konsonan /s/. Di bawah
ini contoh-contoh yang mengandung konsonan /sy/:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
Syukr -
‫ﺷﻜﺮ‬
Syukur
Sukur/ syukur
Syart -
‫ﺷﺮط‬
Syarat/ Sarat
Sarat
d. Konsonan /z/
Konsonan /z/ diterima oleh bahasa Indonesia karena berbeda
dengan Konsonan bahasa Arab yang lainnya. Konsonan ini dipergunakan
untuk mengganti konsonan bahasa Arab selain /z/. Namun pada bahasa
Sunda, konsonan /z/ diganti dengan /j/.
Di bawah ini contoh kata-katanya, baik berasal dari konsonan /z/
maupun konsonan lainnya :
Ziyârah
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫زﻳﺎرة‬
Jiarah
Ziarah
2.
Pola Suku Kata
Untuk pembahasan masalah ini, perlu diketahui lebih dahulu pola-pola
suku kata yang dimiliki oleh masing-masing bahasa. Dan pola suku kata bahasa
Arab ada tiga pola suku kata. Ada pun pola-pola suku kata dan contohnya sebagai
berikut :
1.
KV (Konsonan Vokal)
Contoh : ja-da - (‫)ﺟﺪ‬
2.
KVK (Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : bab - ‫ ﺑﺎب‬, mas-jid - ‫ﻣﺴﺠﺪ‬
3.
KVKK (Konsonan Vokal Konsonan Konsonan)
Contoh : fikr - ‫ﻓﻜﺮ‬
Bahasa Indonesia memiliki empat pola suku kata. berikut adalah
keempat pola beserta contohnya:
1.
V (Vokal)
Contoh : a-ku, e-mas, i-kat, o-rang
2.
VK (Vokal Konsonan)
Contoh : am-bil, un-dang, in-dah
3.
KV (Konsonan Vokal)
Contoh : ma-u, ta-hu, mu-da
4.
KVK (Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : pin-dah, pas-ti
Sedangkan bahasa Sunda memiliki enam pola suku kata (engang).
Keenam pola tersebut sebagai berikut:
1.
V (Vokal)
Contoh : a-ya, a-bah, i-raha
2.
VK (Vokal Konsonan)
Contoh : ab-di, im-bit
3.
KV (Konsonan Vokal)
Contoh : ba-pa, ti-suk
4.
KVK (Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : ban-da, har-ta, cen-tok
5.
KKV (Konsonan Konsonan Vokal)
Contoh : pra-bu, sri-pang-gung
6.
KKVK (Konsonan Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : tres-na, brang-ta
Karena perbedaan pola itulah maka penyerapan kata-kata dari bahasa
Arab ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda membawa dua macam
akibat.14 Pertama, penyesuaian kata-kata bahasa Arab yang masuk ke
dalam bahasa Indonesia dan bahsa Sunda disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, terutama kaidah yang menyangkut
suku kata, dan pelonggaran kaidah bahasa Indonesia guna menampung
14
Ibid, h. 83
unsur dari luar. Kedua, diserap secara langsung atau utuh tetapi belum
sepenuhnya menjadi milik bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
D. Kata-kata Istilah, Pengulangan (reduplikasi), dan Imbuhan (afiksasi)
1. Kata Istiliah
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, dalam penyerapan bahasa
asing ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dibedakan menjadi dua, yaitu :
unsur serapan yang belum sepenuhnya diserap ke dalam kedua bahasa dan unsur
serapan yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda.
Istilah
adalah
kata
atau
gabungan
kata
yang
dengan
cermat
mengungkapkan konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang
tertentu.15 Kata-kata istilah yang khususnya dari bahasa Arab tentang istilah
keagamaan digolongkan pada unsur serapan jenis pertama, yaitu belum
sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Berikut beberapa contohnya:
15
Bahasa Arab Bahasa Indonesai
Bahasa Sunda
al-marhûm
‫اﻟﻤﺮﺣﻮم‬
al-marhum
al-marhum
Ustâdz
‫أﺳﺘﺎذ‬
ustadz
ustad
’Ażân
‫أذان‬
adzan
adan
Harimurti Kridalaksana, op.cit., h. 67
2.
Pengulangan (reduplikasi)
Reduplikasi adalah proses morfologi yang mengulang bentuk dasar, baik
secara keseluruhan, secara sebagian maupun dengan perubahan bunyi.16 Contoh
kata ulang seluruhnya adalah aba menjadi aba-aba. Contoh kata ulang sebagian
seperti berkata menjadi berkata-kata dan contoh kata ulang sebagian dengan
perubahan bunyi seperti muda-mudi atau bolak-balik. Reduplikasi berfungsi
sebagai alat fonologis atau gramatikal dalam sebuah proses pengulangan satuan
bahasa.17
Dalam bahasa Sunda proses reduplikasi ini dinamakan rajekan.18 Pada
kedua bahasa, Indonesia dan Sunda, gejala reduplikasi hampir mirip, yakni,
reduplikasi dwipurwa, dwilingga / dwimurni, dwilingga salin swara /dwiréksa ,
dwiwasana, kombinasi / binarung rarangkén dan trilingga.
Berikut adalah contoh reduplikasi ke dua bahasa:
1. Dwipurwa (pengulangan suku pertama pada kata)
Ind.
: tetangga, lelaki
Sund.
: kokolot, pupuhu
Ada perbedaan sedikit dalam pengulangan suku kata, pada bahasa
Indonesia terjadi pelemahan vokal, sedang pada bahasa Sunda tidak.
2. Dwilingga / Dwimurni (pengulangan kata)
16
Ind.
: rumah-rumah, makan-makan
Sund.
: jalma-jalma, nini-nini
Abdul Chaer, Op. cit., h. 182
Ibid, h. 31
18
Sudaryat, Yayat, Tata Bahasa Sunda Kiwari, 2009, (Bandung, Yrama Widya) cet. Ke-2, h. 57
17
3. Dwilingga Salin Swara / dwiréksa (pengulangan kata dengan variasi
pada fonem)
Ind.
: mondar-mandir, corat-coret
Sund.
: sura-seuri, curat-corét
4. Dwiwasana ( pengulangan bagian belakan dari kata)
Indo.
: pertama-tama, perlahan-lahan
Sund.
: saalus-alus,
5. Kombinasi / Binarung Rarangkén (pengulangan yang berimbuhan)
Ind.
: men- cakar-cakar, turun- te-murun, tumbuh-tumbuh -an
Sund.
: pa-huleng-huleng, kukuda-an, aprak-aprak-an
6. Trilingga (pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem)
Ind.
: dag-dig-dug, dar-der-dor
Sund.
: balg-blig-blug, dar-dér-dor
Namun reduplikasi tersebut tidak terdapat dalam bahasa Arab. Yang ada
dalam bahasa Arab adalah kata-kata yang bermakna tunggal (mufrad), bermakna
dua (mutsana) dan bermakna banyak (Jama') yang kemudian dalam bahasa
Indonesia menjadi proses afiksasi. Berikut ini beberapa contoh diantaranya :
Bentuk tunggal (mufrad)
‫آﺘﺎب‬
/kitâb/ artinya buku
Bentuk bermakna dua (mutsanna)
‫آﺘﺎﺑﺎن‬
/kitâbân/ artinya dua buku
Bentuk bermakna banyak (jama')
‫آﺘﺐ‬
/kutub/ artinya buku-buku
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa bentuk pengulangan dari
kata seperti ulama-ulama, sehat-sehat dan sarat-sarat bukan bentuk kata bahasa
Arab. Pengulangan kata itu terjadi setelah kata dasar dari bahasa Arab diserap ke
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Setelah itu kata-kata serapan tersebut
dianggap sebagai warga kata bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Dengan
demikian, kata-kata tersebut dapat diulang seperti kata-kata bahasa Indonesia asli.
Dengan kata lain, dalam bahasa arab tidak ada pengulangan. Pengulangan pada
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda lebih banyak digunakan untuk menyatakan
bentuk jamak (banyak) dari suatu kata.
3.
Imbuhan (Afikasasi)
Dari sebuah kata dasar, dapat dibentuk sejumlah kata lain yang masih
bertalian dari segi bentuk, lafal maupun maknanya. Misalnya, kita ambil kata
dasar tulis. Dari kata dasar ini akan terbentuk kata bentukan baru menulis, ditulis,
menuliskan, bertuliskan, tulisan, tuliskan, tulisi dan sebagainya. Misal dalam
bahasa Sunda, dari kata gawé, bisa diperoleh bentukan baru seperti, ngagawékeun,
ngagawéan, pagawé, pagawéan, sagawéan, dan sebagainya.
Proses perubahan seperti tersebut diatas dinamakan afiksasi atau
pemberian imbuhan pada kata. Afiksasi (imbuhan) dalam bahasa Sunda disebut
dengan istilah rundayan.19 Ada pun bentuk dan pola imbuhan ke dua bahasa
adalah sebagai berikut:
1. Awalan / Rarangkén Hareup (prefiks)
Pemberian imbuhan diawal kata. Contoh:
Ind.
: melamar, ditulis, beriman
Sund.
: kahayang, didahar, ariman
Awalan dalam bahasa Indonesia antara lain, me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe, per-,dan se-.
Rarangkén hareup dalam bahasa Sunda antara lain, ba-, barang-, di-,
ka-, N-, pa-, pada-, pang-, para-, per-, pi-, sa-, sang-, si-, silih/sili-, ti-,
dan ting/pating-.
2. Sisipan / Rarangkén Tengah (infiks)
Pemberian imbuhan ditengah kata. Contoh:
Ind.
: gemetar, gelegar, sinambung,
Sund.
: larieur, tinulis, lumampah, sarolat, jarakat
Sisipan dalam bahasa Indonesia antara lain, -el-, -er-, -em-, dan -in-.
Rarangkén Tengah dalam bahasa Sunda antara lain, -ar-, -um-, dan –
in-.
19
Idem.
3. Akhiran / Rarangkén Tukang (sufiks)
Pemberian imbuhan akhir kata. Contoh:
Ind.
: layangkan, masukan, maknai
Sund.
: sakolaan, dahareun, bajuna
Akhiran pada bahasa Indonesia antara lain, -an, -kan, dan -i.
Rarangkén tukang dalam bahasa Sunda antara lain, -an, eun, -ing/ning,
-keun, dan -na/ana/nana.
4. Gabungan / Barung (konfiks)
Pemberian imbuhan digabungkan antara awalan dan akhiran. Contoh:
Ind.
: diberikan, keadaan
Sund.
: dibikeunan, kaayaan, sajadina
Bentuk gabungan pada bahasa indonesia antara lain, me-kan, di-kan,
ke-an, per-an, dan lain-lain.
Bentuk Rarangkén barung pada bahasa Sunda antara lain, di-an, ka-an,
sa-na, pika-eun, dan lain sejenisnya.
5. Kombinasi / Bareng (ambifiks)
Pemberian imbuhan dilakukan dengan cara mengkombinasikan kata
yang sudah diberi imbuhan deberikan lagi imbuhan. Contoh:
Ind.
: memperbodohi, memperistrikan
Sund.
: sakahayangna, dipangaralaankeun
Kombinasi dalam bahasa Indonesia antara lain, memper-i, memperkan, dan sejenisnya.
Rarangkén Bareng dalam bahasa Sunda antara lain, saka-na, di-pangN-ar-----an-keun, dan sejenisnya.
E.
Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab
Perubahan bahasa (linguistic change) yaitu berubah atau bergantinya
tanda-tanda bahasa dari satu tahap ke tahap yang lainnya, sedangkan berubahnya
makna (semantic change) yaitu berubahnya makna dalam perkembangan sejarah
suatu bahasa atau akibat dari persinggungan dengan bahasa lain.20
Dari keterangan di atas, jelas bahwa perubahan makna membahas seputar
bergantinya suatu keadaan dan bentuk makna, meluas dan menyempit, menambah
atau mengurangi sifat rasa, bertukar rasa, dan lain-lain yang berkaitan ketika
bahasa digunakan.
Bahasa,
dalam
perkembanganya
selalu
berubah-ubah
mengikuti
perkembangan para penuturnya. Begitu juga dengan makna, makna leksikal atau
makna idiomatikal dalam suatu bahasa sering sekali mengalami perubahanperubahan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut terjadi, di
antaranya akibat pengaruh bahasa lain. Selain itu, ada juga hal-hal yang bersifat
praktis bisa menyebabkan bahasa berubah, seperti, disebabkan berkembangnya
bahasa dan berkembangnya para penutur bahasa.
20
Sudaryat, Yayat, Ulikan Semantik Sunda, (Geger Sunten; Bandung 2003), Cet. ke-3, hal. 29
Sebab perubahan arti dapat sangat bermacam-macam. Akan tetapi, hakikat
perubahan arti dari ungkapan tertentu selalu dapat diasosiasikan. Selalu terdapat
jenis hubungan tertentu yang mengaitkan antara arti lama sebuah kata atau
ungkapan dengan arti baru yang dimilikinya. Secara umum, hubungan tersebut
dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu hubungan yang didasarkan atas keserupaan
(similarity) dan hubungan yang didasarkan atas kedekatan (contiguity). Hubungan
dalam yang pertama biasa disebut metafora dan yang kedua disebut metonimi.
F.
Jenis Perubahan Makna
a. Meluas (generalisasi)
Makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang
sebelumnya hanya memiliki sebuah makna, tetapi karena berbagai macam faktor
kemudia memiliki makna-makna yang lain.
Perubahan makna meluas adalah perubahan yang terjadi pada sebuah kata
yang pada awalnya hanya memiliki sebuah makna, dengan perkembangan zaman
kata tersebut menjadi makna-makna yang lain. Seperti pada kata ‫ أﺑﺎد‬/abâd/ yang
bermakna ‘masa’21, dalam bahasa Indonesia kata abad bermakna ‘masa 100
tahun,’22 dan pada bahasa Sunda makna kata abad menjadi ‘masa 100 tahun, dan
zaman’.
21
22
Munawir, A, W, h.1
Departemen Pendidikan Nasional, h. 1
b. Menyempit (spesialisasi)
Makna menyempit adalah kebalikan dari makna meluas. Kata yang
sebelumya memiliki makna yang luas berubah menjadi kata yang memiliki makna
terbatas (khusus). Contoh pada kata ‫ ﻋﺎﻟﻢ‬/‘âlim/ yang bermakna ‘orang yang
berilmu,’23 dalam bahasa Indonesia kata alim bermakna ‘berilmu, berpengetahuan
pandai dalam hal agama Islam,’24 dan pada bahasa Sunda kata alim bermakna
‘orang yang luas pengetahuan agamanya, saléh’.25
c. Peninggian Makna (ameliorasi)
Peninggian makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna
yang baru dirasakan lebih tinggi/ hormat/ halus/ baik nilainya daripada makna
lama. Contoh, bung ‘panggilan kepada orang laki-laki’ makna baru ‘panggilan
kepada pemimpin’ putra ‘anak laki-laki’ makna baru ‘lebih tinggi daripada anak’.
Bojo (istri) dirasa lebih tinggi dari pada pamajikan. Habib ‘yang dicintai-siapa
saja’ makna baru ‘panggilan untuk orang yang diduga keturunan Nabi
Muhammad Saw.’
d. Penurunan Makna (Peyorasi)
Penurunan makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna
baru dirasakan lebih rendah/ kurang baik/ kurang menyenangkan nilainya
daripada makna lama. Contoh, bini ‘perempuan yang sudah dinikahi’
23
Munawir, A, W, h.1
Departemen Pendidikan Nasional, h. 30
25
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 10
24
lebih
rendah daripada istri/ nyonya. Bunting ‘mengandung’ lebih rendah dari kata
hamil, gorombolan ‘kumpulan orang’ lebih rendah dengan makna baru
‘sekelompok orang yang ingin mengganggu keamanan’.
e. Persamaan (asosiasi)
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara
makna lama dan makna baru. Contoh, amplop ‘sampul surat’ makna baru ‘uang
sogok’, bunga ‘kembang’ makna baru ‘gadis cantik’, dua kata ini pada bahasa
Sunda pun sama. Fulus ‘uang’ makna baru ‘komisi’.
f. Pertukaran (sinestesia)
Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera
yang berbeda dari indera penglihatan ke indera pendengar, dari indera perasa ke
indera pendengar, dan sebagainya. Contoh, suaranya terang sekali (pendengaran
ke penglihatan), rupanya manis (penglihat ke perasa), namanya harum
(pendengar ke pencium). Amis budi (perasa ke penglihat), sorana lemes pisan
(perasa ke pendengar).
BAB III
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada alQur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Surah At-Taubah
Ayat 1-50
Terkait kata serapan yang terdapat di dalam terjemahan al-Qur’an bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda, penulis melakukan pendekatan secara langsung
terhadap kata-kata serapan dari bahasa Arab yang digunakan dalam terjemahan
sehingga menjadi milik bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Kemudian penulis
akan menggabarkan dalam betuk tabel, perbandingan bentuk dan perbandingan
perubahan makna.
Pada prosesnya, penulis akan menyertakan terjemahan al-Qur’an kedua
bahasa supaya langsung terlihat jelas kata serapan dari bahasa Arab dipergunakan
seperti apa dan bentuk jadiannya menjadi seperti apa. Dari titik inilah kemudian
penulis akan membuat daftar bentuk kata serapan dan daftar perubahan makna
dari makna asal ke makna yang sudah menjadi milik dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda.
Pada proses memperbandingkan, penulis akan menggunakan cara
tersendiri, yakni, pada setiap ayat, penulis akan memberikan keterangan bagian
mana yang berubah bagian mana yang tidak. Untuk menandai, penulis
menebalkan kata yang diserap dari bahasa Arab pada terjemahnya. Kemudian
penulis tidak akan mengulang kata yang sudah diterangkan pada ayat sebelumnya,
jika menemukan kembali kata yang sama pada ayat selanjutnya, kecuali terjadi
perubahan.
A.
Perbandingan Perubahan Makna Kata serapan
∩⊇∪ t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# z⎯ÏiΒ Ν›?‰yγ≈tã t⎦⎪Ï%©!$# ’n<Î) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ «!$# z⎯ÏiΒ ×οu™!#tt/
1. (Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya
(yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum
muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).
1. (Ieu téh wawaran) putusna hubungan ti Allah katut ka Rasul-Na ka
jalma-jalma musrikin anu (jeung maranéhna) maranéh geus nalikeun
pasini.
Kata allah, rasul, musyrikin, kaum, dan muslimin pada terjemahan bahasa
Indonesia adalah serapan dari bahasa Arab. Begitu juga kata allah, rasul dan
musrikin pada terjemahan bahasa Sunda. Pada proses penyerepan oleh kedua
bahasa tersebut, beberapa kata mengalami cara yang sama dalam penyerapannya
dan tidak mengalami perubahan makna, seperti kata allah dan rasul keduanya
tidak berubah. Baik bunyi, ataupun maknanya. Berbeda dengan kata musyrikin,
muslimin, kaum, musrikin, muslimin, dan kaom pada kedua bahasa.
Pada proses penyerapan, kata
‫ ﻣﺸﺮآﻴﻦ‬/musyrikîn/ menjadi musyrikin dan
musrikin mengalami penyesuaian fonem. Konsonan /‫ش‬/ dalam bahasa Arab
menjadi /sy/ dalam bahasa Indonesia dan menjadi /s/ dalam bahasa Sunda.
Kemudian vokal /î/ menjadi /i/ dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Pada
makna terjadi sedikit pergeseran akibat perubahan dari bentuk jamak dalam
bahasa Arab, menjadi bentuk tunggal dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Sehingga dalam penggunaan kata musyrikin dan musrikin untuk memberikan
padanan pada kata
‫ ﻣﺸﺮآﻴﻦ‬/musyrikîn/ dalam bahasa Arab yang bermakna ‘para
pelaku perbuatan syirik atau musyrik’ harus didampingi atau dimunculkan kata
orang-orang dalam bahasa Indonesia dan jalma-jalma dalam bahasa Sunda
sebagai pengganti bentuk jamak. Begitu juga yang terjadi pada kata
‫ﻣﺴﻠﻤﻴﻦ‬
/muslimîn/ dan ‫ ﻗﻮم‬/qoum/ yang diserap ‘begitu saja.’ Selain bunyi yang diserap
begitu saja, makna yang diambil pun begitu saja adanya.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat pertama:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫اﷲ‬
/Allah/
Allah
Allah
‫رﺳﻮل‬
/Rasûl/
Rasul
Rasul
‫ﻣﺸﺮﻳﻜﻴﻦ‬
/Musyrikîn/
Musyrikin
Musrikin
‫ﻣﺴﻠﻤﻴﻦ‬
/Muslimîn/
Muslimin
Muslimin
‫ﻗﻮم‬
/Qoum/
Kaum
Kaom
“Ì“øƒèΧ ©!$# ¨βr&uρ «!$# “Ì“Éf÷èãΒ çöxî ö/ä3¯Ρr& (#þθßϑn=÷æ$#uρ 9åκô−r& sπyèt/ö‘r& ÇÚö‘F{$# ’Îû (#θßs‹Å¡sù
∩⊄∪ t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$#
2. Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama
empat bulan dan ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan
dapat melemahkan Allah, dan Sesungguhnya Allah menghinakan
orang-orang kafir.
2. Ku kituna, pek maranéh (musrikin) geura ngalalana di ieu bumi opat
bulan, jeung sing nyaho yén saéstuna maranéh moal bisa lésot (tina
siksaan) Allah jeung (sing nyaho) yén Allah téh ngahinakeun jalmajalma kapir.
Pada ayat kedua ini, ditemukan kata kafir dalam bahasa Indonesia dan
kapir dalam bahasa Sunda. Kata tersebut diserap dari kata ‫ آﺎﻓﺮ‬/kâfir/ yang
mengandung makna ‘pelaku.’ Sedangkan dalam bahasa Indonesia dan Sunda
menjadi kata sifat saja. Pada bunyi, kata kafir dalam bahasa Indonesia tidak
mengalami penyesuaian fonem. Tetapi pada bahasa Sunda, fonem /‫ف‬/ menjadi
/p/. Makna tidak berubah. Pada bahasa Arab kâfir bermakna ‘yang tidak beriman
kepada Allah.’1 Pada bahasa Indonesia kafir bermakna ‘orang yang tidak percaya
kepada Allah dan RasulNya.’2 Pada bahasa Sunda kapir bermakna ‘orang yang
tidak percaya pada wahyu Allah yang disampaikan oleh para rasulnya.’3
Berbeda dengan kata musyrikin dan muslimin di atas yang diserap secara
utuh dari bentuk jamak kata ‫ ﻣﺸﺮآﻴﻦ‬/musyrikîn/ dan kata ‫ ﻣﺴﻠﻤﻴﻦ‬/muslimîn/, kata
kafir dan kapir tidak demikian, melainkan diserap dari bentuk tunggalnya ‫آﺎﻓﺮ‬
/kâfir/.
1
Munawir, A, W, h. 1309
Departemen Pendidikan Nasional, h. 489
3
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 213
2
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat kedua:
‫آﺎﻓﺮ‬
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
/kâfir/
kapir
kafir
z⎯ÏiΒ Ö™ü“Ìt/ ©!$# ¨βr& Îy9ò2F{$# Ædkptø:$# tΠöθtƒ Ĩ$¨Ζ9$# ’n<Î) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ «!$# š∅ÏiΒ ×β≡sŒr&uρ
çöxî öΝä3¯Ρr& (#þθßϑn=÷æ$$sù öΝçGøŠ©9uθs? βÎ)uρ ( öΝà6©9 ×öyz uθßγsù öΝçFö6è? βÎ*sù 4 …ã&è!θß™u‘uρ t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$#
∩⊂∪ AΟŠÏ9r& >U#x‹yèÎ/ (#ρãxx. t⎦⎪Ï%©!$# ÎÅe³o0uρ 3 «!$# “Ì“Éf÷èãΒ
3. Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya
kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa Sesungguhnya
Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin.
Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, Maka bertaubat
itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, Maka ketahuilah bahwa
Sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. dan beritakanlah
kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih.
3. Jeung (ieu téh) wawaran ti Allah jeung Rasul-Na ka manusa dina hiji
poé haji akbar, yen saéstuna Allah jeung Rasul-Na megatkeun
hubungan ti kaom musrikin. Ku kituna, upama maranéh tobat, nya
hadé pisan pikeun maranéh, jeung upama maranéh ngabalieur, nya sing
nyaho yen maranéh moal bisa lesot tina (siksaan) Allah; jeung geura
bejakeun ka jalma-jalma kapir perkara siksaan anu kacida nyerina.
Pada ayat ketiga, kata serapan yang dipergunakan tidak jauh berbeda
dengan ayat sebelumnya. Pada ayat ini muncul kata serapan yang baru dalam
terjemahan bahasa Indonesia, yaitu, permakluman, haji akbar dan bertaubat.
Sedangkan pada terjemahan bahasa Sunda hanya muncul kata haji akbar dan
tobat.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat ketiga:
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﻣﻌﻠﻮم‬
/ma’lûm/
maklum
ma’lum
‫اﻟﺤﺦ اﻷآﺒﺮ‬
/al-hajj al-akbar /
haji akbar
haji akbar
‫ﺗﻮﺑﺔ‬
/taubah/
taubat
tobat
Kata maklum, diambil dari kata ‫ ﻣﻌﻠﻮم‬/ma’lûm/ yang bermakna ‘yang
dikenal.’4 Pada penyerapan kepada bahasa Indonesia, terjadi penyesuain
konsonan. Yakni, konsonan /…‘…/ menjadi konsonan /k/. Sedangkan pada
bahasa Sunda tidak. Kemudian, makna tidak berubah. Kata permakluman pada
terjemahan bahasa Indonesia adalah hasil perubahan kelas kata, dari kata kerja
menjadi kata benda. Perubahan tersebut karena imbuhan yang digunakan adalah
imbuhan gabungan pembetuk kata benda dari kata kerja pe-an. Sehingga, makna
menjadi
menjadi
bergeser,
dari
‘paham;
mengerti;
tahu’
menjadi
‘pemberitahuan.’5 Keputusan mengambil kata maklum atau permakluman untuk
padanan kata ‫ أذان‬/’ażân/ kurang tepat. Sebab, makna yang dikehendaki adalah
‘pemberitahuan’ atau berita. Berbeda dengan terjemahan bahasa Sunda yang
menggunakan kata wawaran yang berarti ‘pemberitahuan.’
Haji akbar tidak ada masalah secara makna atau proses penyerepan. Sebab
kata haji akbar adalah kata istilah atau idiom untuk suatu ibadah umat Islam,
yakni, ibadah haji dengan hari wukuf di Padang Arafah jatuh pada hari jumat.6
4
Atabik Ali, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta; 1998, h. 905
Departemen Pendidikan Nasional, h. 702
6
Idem, h. 381
5
Kata taubat dan tobat, diserap dari kata ‫ ﺗﻮﺑﺔ‬/taubah/. Penyesuaian yang
terjadi adalah pada bahasa Sunda, diftong /au/ pada bahasa Arab diganti dengan
vokal /o/ pada bahasa Sunda sedangkan pada bahasa Indonesia tidak. Kemudian,
konsonan ta marbutah /‫ة‬/ diganti dengan konsonan /t/ pada ke dua bahasa.
öΝä3ø‹n=tæ (#ρãÎγ≈sàムöΝs9uρ $\↔ø‹x© öΝä.θÝÁà)Ζtƒ öΝs9 §ΝèO t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# z⎯ÏiΒ Ν›?‰yγ≈tã š⎥⎪Ï%©!$# ωÎ)
∩⊆∪ t⎦⎫É)−Gßϑø9$# =Ïtä† ©!$# ¨βÎ) 4 öΝÍκÌE£‰ãΒ 4’n<Î) óΟèδy‰ôγtã öΝÎγøŠs9Î) (#þθ‘ϑÏ?r'sù #Y‰tnr&
4. Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah Mengadakan
Perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun
(dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang
yang memusuhi kamu, Maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya
sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertaqwa.
4. Kajaba maranéhna, anu maranéh geus nalikeun jangji jeung jalma-jalma
musrikin sarta satuluyna maranehna henteu cidra kana jangjina saeutik
oge jeung maranéhna hanteu ngabantu jalma-jalma (anu ngamusuh ka
maranéh) saurang ogé, nya geura tedunan ka maranéhna jangjina nepi
ka béak waktuna, karana Allah micinta jalma-jalma anu takwa.
Pada ayat keempat ini muncul kata taqwa untuk bahasa Indonesia dan
takwa untuk bahasa Sunda. Keduanya diserap dari kata ‫ ﺗﻘﻮى‬/taqwâ/.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat keempat:
‫ﺗﻘﻮى‬
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
/taqwâ/
takwa
taqwa
Penyesuaian yang terjadi pada proses penyerapan adalah, pada bahasa
Indonesia terjadi pada vokal /â/ menjadi /a/ begitu juga untuk bahasa Sunda. Pada
bahasa Sunda, terjadi penyesuain konsonan, yakni konsonan /q/ menjadi /k/.
Kemudian, makna di antara bahasa Indonesia dan bahasa Sunda tidak jauh
berbeda yakni, ‘keadaan terpelihara dan kesiapan diri untuk menjalankan perintah
Allah dan menjauhi segala laranganNya.’7 Sedangkan dalam bahasa Sunda, takwa
bermakna ‘menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.’8
Yang membedakan atas keduanya adalah kelas kata. Pada bahasa Indonesia,
taqwa menempati kelas kata benda, sedankan pada bahasa Sunda, takwa
menempati kelas kata kerja. Makna asal dari bahasa arab sendiri adalah ‘keadaan
kuat, menjadi kuat, taqwa, ketaqwaan’9 dan menempati kelas kata masdar atau
kata benda.
Pada kata ini, juga terjadi terjadi perluasan makna bahkan total. Makna
yang baru untuk kata taqwa dan takwa adalah ‘baju model cina yang biasa dipakai
oleh kaum lelaki atau sekarang lebih dikenal dengan nama baju koko.’10’11
Pada terjemahan bahasa Indonesia, kata yang digunakan adalah bertaqwa,
kata jadian dari taqwa setelah mendapat imbuhan ber- pembuat kata kerja dari
kata benda. Sehingga makna yang muncul adalah ‘menjalankan taqwa.’
7
Departemen Pendidikan Nasional, h. 1126
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 501
9
Atabik Ali, h. 79
10
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 501
11
Departemen Pendidikan Nasional, h. 1126
8
óΟèδρä‹äzuρ óΟèδθßϑ›?‰y`uρ ß]ø‹ym t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# (#θè=çGø%$$sù ãΠãçtø:$# ãåκô−F{$# y‡n=|¡Σ$# #sŒÎ*sù
(#âθs?#u™uρ nο4θn=¢Á9$# (#θãΒ$s%r&uρ (#θç/$s? βÎ*sù 4 7‰|¹ósΔ ¨≅à2 öΝßγs9 (#ρ߉ãèø%$#uρ öΝèδρçÝÇôm$#uρ
∩∈∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θàxî ©!$# ¨βÎ) 4 öΝßγn=‹Î;y™ (#θ=y⇐sù nο4θŸ2¨“9$#
5. Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, Maka bunuhlah orangorang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah
mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika
mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, Maka
berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
5. Nya upama bulan-bulan haram geus lastari, prak geura paéhan kaom
musrikin teh di mana wae maranéhna kapanggih ku maraneh sarta prak
geura boyong maranéhna, jeung prak geura dodoho maranéhna dina
tempat-tempat pangintipana. Tapi, upama maranehna tobat jeung
ngadegkeun salat sarta nyumponan jakat mah, nya bebaskeun waé
maranéhna teh sina merdeka; karana saéstuna Allah Maha Jembar
Pangampura, Maha Asih.
Pada ayat ini muncul lagi kata serapan yang lain, yakni haram, shalat, dan
zakat untuk bahasa Indonesia dan haram, solat, dan jakat untuk bahasa Sunda.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat keempat:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﺣﺮام‬
/harâm/
haram
haram
‫ﺻﻠﻮة‬
/shalât/
shalat
solat
ο4θŸ2¨‫ز‬
/zakât/
zakat
jakat
Ke tiga kata di atas merupakan kata istilah untuk hal peribatan dalam
Islam. Sehingga, makna yang ingin dicapai atau disampaikan adalah makna yang
disimpulkan dari apa yang diperbuat dari kata tersebut. Maka pergeseran dari
makna asal pun terjadi, tetapi tidak pada makna sasaran.
çμøóÎ=ö/r& ¢ΟèO «!$# zΝ≈n=x. yìyϑó¡o„ 4©®Lym çνöÅ_r'sù x8u‘$yftFó™$# š⎥⎫Ï.Îô³ßϑø9$# z⎯ÏiΒ Ó‰tnr& ÷βÎ)uρ
∩∉∪ šχθßϑn=ôètƒ ω ×Πöθs% öΝåκ¨Ξr'Î/ y7Ï9≡sŒ 4 …çμuΖtΒù'tΒ
6. Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta
perlindungan kepadamu, Maka lindungilah ia supaya ia sempat
mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang
aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak
mengetahui.
6. Jeung upama salah saurang ti antara musrikin menta panangtayungan
ka manéh, pek geura tangtayungan manéhna, supaya manéhna
ngadenge kana pidawuh Allah, tuluy anteurkeun manéhna kana tempat
panyalindunganana. Pangna kitu teh, lantaran maranéhna kaom anu
henteu nyarahoeun.
óΟ›?‰yγ≈tã š⎥⎪Ï%©!$# ωÎ) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘ y‰ΖÏãuρ «!$# y‰ΨÏã î‰ôγtã t⎦⎫Å2Îô³ßϑù=Ï9 ãβθä3tƒ y#ø‹Ÿ2
=Ïtä† ©!$# ¨βÎ) 4 öΝçλm; (#θßϑŠÉ)tGó™$$sù öΝä3s9 (#θßϑ≈s)tFó™$# $yϑsù ( ÏΘ#tptø:$# ωÉfó¡yϑø9$# y‰ΨÏã
∩∠∪ š⎥⎫É)−Gßϑø9$#
7. Bagaimana bisa ada Perjanjian (aman) dari sisi Allah dan RasulNya
dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah
Mengadakan Perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidilharaam?
Maka selama mereka Berlaku Lurus terhadapmu, hendaklah kamu
Berlaku Lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaqwa.
7. Kumaha bisana kaom musrikin jangji ka Allah jeung Rasul-Na, kajaba
jalma-jalma anu nalikeun jangji jeung maranéh di Masjidil Haram?
Nya satungtung maranéhna jujur ka maranéh mah, atuh maranéh ogé
kudu jujur ka maranéhna. Saéstuna Allah micinta jalam-jalma anu
takwa.
Pada ayat ini muncul lagi kata serapan yang berbentuk istilah, idiom atau
nama, yakni masjidil haram. Pada serapan ini, tidak ada perubahan makna. Juga
pada proses penyerapan diserap begitu saja.
öΝÎγÏδ≡uθøùr'Î/ Νä3tΡθàÊöム4 Zπ¨ΒÏŒ Ÿωuρ ~ωÎ) öΝä3‹Ïù (#θç7è%ötƒ Ÿω öΝà6ø‹=n tæ (#ρãyγôàtƒ βÎ)uρ y#ø‹Ÿ2
∩∇∪ šχθà)Å¡≈sù öΝèδçsYò2r&uρ óΟßγç/θè=è% 4’n1ù's?uρ
8. Bagaimana bisa (ada Perjanjian dari sisi Allah dan RasulNya dengan
orang-orang musyrikin), Padahal jika mereka memperoleh
kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan
kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian.
Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya
menolak. Dan kébanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak
menepati perjanjian).
8. Kumaha rék bisana, padahal upama maranéhna ngelehkeun maranéh,
maranéhna moal miroséa tatali warga jeung moal nyumponan jangji ka
maranéh. Maranéhna ngabubungah maranéh ku sungutna, tapi hatena
mah teu sarukaeun, lantaran kalolobaanana ti antara maranéhna teh
jalma-jalma anu pasék.
Pada terjemahan ayat delapan di atas, kata serapan yang muncul baru dari
kedua terjemahan adalah kata fasik untuk bahasa Indonesia dan pasék untuk
bahasa Sunda. Kata fasik dan pasek diserap dari kata ‫ ﻓﺎﺳﻖ‬/fâsiq/ yang bermakna
‘orang yang keluar dari jalan yang haq serta kesalihan.’12 Pada bahasa Indonesia
fasik bermakna ‘tidak peduli terhadap perintah Tuhan.’13 Sedangkan pada bahasa
Sunda pasék bermakna ‘tidak benar imannya.’14 Pada proses penyerapan bentuk
bunyi di ke dua bahasa terjadi penyesuain konsonan dan vokal. Pada bahasa
Indonesia, penyesuaian vocal /â/ menjadi /a/ dan penyesuain konsonan /q/ menjadi
/k/. Pada bahasa Sunda juga terjadi penyesuaian untuk konsonan /f/ menjadi /p/,
konsonan /q/ menjadi /k/, vokal /a/ menjadi /â/ dan vokal /i/ menjadi /é/ (teleng).
∩®∪ tβθè=yϑ÷ètƒ (#θçΡ$Ÿ2 $tΒ u™!$y™ öΝåκ¨ΞÎ) 4 ÿ⎯Ï&Î#‹Î6y™ ⎯tã (#ρ‘‰|Ásù WξŠÎ=s% $YΨyϑrO «!$# ÏM≈tƒ$t↔Î/ (#÷ρutIô©$#
9. Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu
mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat
buruklah apa yang mereka kerjakan itu.
9. Maranéhna ngajual ayat-ayat Allah ku harga anu murah, ku lantaran
éta maranéhna ngahalangan tina jalan Anjeuna. Saéstuna kacida
goréngna saniskara anu ku maranéhna dilampahakeun teh.
Pada terjemaha ayat kesembilan, ada kata serapan yang lain dari
sebelumnya, yakni kata ayat. Pada kedua terjemahan, kata ayat di serap begitu
saja sebab tidak ada padanan sebelumnya di ke dua bahasa dan merupakan sesuatu
yang baru bagi ke dua bahasa.
12
Munawir, A, W, h. 1134
Departemen Pendidikan Nasional, h. 314
14
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 364
13
∩⊇⊃∪ šχρ߉tG÷èßϑø9$# ãΝèδ šÍׯ≈s9'ρé&uρ 4 Zπ¨ΒÏŒ Ÿωuρ ~ωÎ) ?⎯ÏΒ÷σãΒ ’Îû tβθç7è%ötƒ Ÿω
10. Mereka tidak memelihara (hubungan) Kerabat terhadap orang-orang
mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka
itulah orang-orang yang melampaui batas.
10. Maranéhna hanteu miroséa tatali warga jeung henteu nyumponan
jangji kaom mu’minin. Jeung maranéhna téh jalma-jalma ngaliwatan
wates-wangen.
Pada ayat kesepuluh, terdapat kata kerabat dan mukmin pada terjemahan
bahasa Indonesia, dan mu’minin pada terjemahan bahasa Sunda. Penyerapan kata
mukmin dan mu’minin dari kata mu’min tidak mengalami perubahan makna. Pada
terjemahan bahasa Indonesia terdapat kata kerabat yang diserap dari kata ‫ﻗﺮاﺑﺔ‬
/qarabah/ yang bermakna kedekatan. Setelah mengalami penyesuain fonem,
makna dalam bahasa sasaran tidak mengalami pergeseran.
ÏM≈tƒFψ$# ã≅Å_ÁxçΡuρ 3 Ç⎯ƒÏe$!$# ’Îû öΝä3çΡ≡uθ÷zÎ*sù nο4θŸ2¨“9$# (#âθs?#u™uρ nο4θn=¢Á9$# (#θãΒ$s%r&uρ (#θç/$s? βÎ*sù
∩⊇⊇∪ tβθßϑn=ôètƒ 5Θöθs)Ï9
11. Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat,
Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.
11. Nya upama seug maranéhna tobat jeung ngadegkeun salat sarta
nyumponan jakat mah, maranéhna jadi dulur dina agama, jeung Kami
ngawincik, ayat-ayat Kami pikeun anu ngalarti.
Ìøà6ø9$# sπ£ϑÍ←r& (#þθè=ÏG≈s)sù ôΜà6ÏΖƒÏŠ ’Îû (#θãΖyèsÛuρ öΝÏδωôγtã ω÷èt/ .⎯ÏiΒ ΝßγuΖ≈yϑ÷ƒr& (#þθèWs3¯Ρ βÎ)uρ
∩⊇⊄∪ šχθßγtG⊥tƒ öΝßγ¯=yès9 óΟßγs9 z⎯≈yϑ÷ƒr& Iω öΝßγ¯ΡÎ)
12. Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan
mereka mencerca agamamu, Maka perangilah pemimpin-pemimpin
orang-orang kafir itu, karena Sesungguhnya mereka itu adalah orangorang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka
berhenti.
12. Jeung upama maranéhna ngalanggar sumpahna sabada maranéhna
ngucapkeun jangji, jeung maranéhna ngajejeléh agama maranéh, nya
pék geura perangan pamingpin-pamingpin jalma-jalma kapir téh
karana saéstuna maranéhna téh jalma-jalma anu henteu beunang
dipercaya, supaya maranéhna areureun.
Pada terjemahan di atas, khususnya pada terjemahan bahasa sunda muncul
serapan sabada yang diserap dari kata ‫ ﺑﻌﺪ‬/ba‘da/. Selain mengalami proses
penyesuain fonem dan terjadi pengimbuhan, maknanya tidak berubah.
öΝà2ρâ™y‰t/ Νèδuρ ÉΑθß™§9$# Æl#t÷zÎ*Î/ (#θ‘ϑyδuρ óΟßγuΖ≈yϑ÷ƒr& (#þθèWs3¯Ρ $YΒöθs% šχθè=ÏG≈s)è? Ÿωr&
∩⊇⊂∪ š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σ•Β ΟçFΖä. βÎ) çνöθt±øƒrB βr& ‘,ymr& ª!$$sù 4 óΟßγtΡöθt±øƒrBr& 4 Bο§tΒ š^¨ρr&
13. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak
sumpah (janjinya), Padahal mereka telah keras kemauannya untuk
mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi
kamu?. Mengapakah kamu takut kepada mereka Padahal Allah-lah
yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang
beriman.
13. Naha maranéh henteu merangan jalma-jalma anu geus ngalanggar
sumpah-sumpahna jeung rék nundung Rasul, padahal maranéhna anu
ngamimitian (merangan) maranéh? Naha maranéh sieun ku
maranéhna? Nya Allah anu leuwih pantes dipikasieun ku maranéh,
upama maranéh jalma-jalma anu ariman mah.
Pada terjemahan ayat ke 13, muncul kata yang lain, yaitu hak dan iman
yang telah mengalami proses morfologis untuk terjemahan bahasa Indonesia.
Sedangkan pada bahasa Sunda hanya muncul kata iman saja yang juga
mengakami proses morfologis.
Pada terjemahan bahasa Indonesia, memunculkan kata hak sesungguhnya
sangat beresiko. Sebab, dalam bahasa Indonesia juga mengenal kata hak dengan
makna yang lain, yakni, ‘telapak sepatu yang tinggi.’15
7Θöθs% u‘ρ߉߹ É#ô±o„uρ óΟÎγøŠn=tæ öΝä.÷ÝÇΖtƒuρ öΝÏδÌ“øƒä†uρ öΝà6ƒÏ‰÷ƒr'Î/ ª!$# ÞΟßγö/Éj‹yèムöΝèδθè=ÏF≈s%
∩⊇⊆∪ š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σ•Β
14. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka
dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan
mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati
orang-orang yang beriman.
14. Geura perangan maranéhna ku maranéh! Tanwandé Allah bakal nyiksa
maranéhna ku leungeun maranéh, jeung Anjeunna baris ngahinakeun
maranéhna sarta nulungan maranéh ngéléhkeun maranéhna, jeung
Anjeunna bakal nyugemakeun hate kaom mu'minin.
15
Departemen Pendidikan Nasional, h. 381
∩⊇∈∪ íΟŠÅ3ym îΛ⎧Î=tæ ª!$#ρu 3 â™!$t±o„ ⎯tΒ 4’n?tã ª!$# Ü>θçFtƒuρ 3 óΟÎγÎ/θè=è% xáø‹xî ó=Ïδõ‹ãƒuρ
15. Dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Allah
menerima taubat orang yang dikehendakiNya. Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
15. Jeung Anjeunna baris ngaleungitkeun kajéngkélan haté maranéhna
(anu ariman), jeung Allah baris nampi tobat ti sing saha anu
dikersakeun ku Anjeunna, karana Allah ten Maha Uninga, Maha
Wijaksana.
Èβρߊ ⎯ÏΒ (#ρä‹Ï‚−Gtƒ óΟs9uρ öΝä3ΖÏΒ (#ρ߉yγ≈y_ t⎦⎪Ï%©!$# ª!$# ÄΝn=÷ètƒ $£ϑs9uρ (#θä.uøIè? βr& óΟçFö6Å¡ym ôΘr&
∩⊇∉∪ šχθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ 7Î7yz ª!$#uρ 4 Zπyf‹Ï9uρ t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$# Ÿωuρ ⎯Ï&Î!θß™u‘ Ÿωuρ «!$#
16. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah
belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di
antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain
Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
16. Naha maranéh nyangka yén maranéh rék diantepkeun baé, padahal
Allah tacan ngabuktikeun saha jalma-jalma anu jihad ti antara
maranéh; jeung jalma-jalma anu henteu ngajadikeun saha-saha jadi
sobat dalitna salian ti Allah katut Rasul-Na jeung kaom mu'minin.
Jeung Allah Maha Ningali kana saniskara anu ku maranéhna
dilampahkeun.
Pada terjemahan di atas, khususnya pada terjemahan bahasa Indonesia
muncul kembali kata serapan yang lain. Kata jihad yang diserap dari kata
‫ﺟﻬﺎد‬
/jihâd/. Setelah penyesuaian fonem /â/ menjadi /a/ dalam bahasa Indonesia, kata
ini mengalami penyempitan makna. Makna asal adalah ‘perjuangan’16 tetapi
makna sasaran menjadi ‘usaha sungguh-sungguh membela agama islam dengan
mengorbankan harta benda’17
y7Íׯ≈s9'ρé& 4 Ìøä3ø9$$Î/ ΝÎγÅ¡àΡr& #’n?tã z⎯ƒÏ‰Îγ≈x© «!$# y‰Éf≈|¡tΒ (#ρãßϑ÷ètƒ βr& t⎦⎫Ï.Îô³ßϑù=Ï9 tβ%x. $tΒ
∩⊇∠∪ šχρà$Î#≈yz öΝèδ Í‘$¨Ζ9$# ’Îûuρ óΟßγè=≈yϑôãr& ôMsÜÎ7ym
17. Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjidmesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir.
Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di
dalam neraka.
17. Henteu pantes jalma-jalma musrikin ngama’murkeun masjidmasjid Allah kalawan maranéhna nyarakseni kana kakupuran dirina
sorangan. Maranéhna jalma-jalma anu gugur sagala amalna, jeung nya
di naraka maranéhna baris langgéng.
Pada terjemahan ayat di atas, muncul kata serapan yang lain, makmur, dan
mesjid untuk bahasa Indonesia. Ma’mur, masjid dan kupur untuk bahasa Sunda.
Kata serapan yang mengalami pergeseran makna ialah kata makmur / ma’mur
yang diserap dari kata
‫ﻣﻌﻤﻮر‬
/ma‘mur/ yang bermakna ‘yang didiami.’18
Sedangkan pada bahasa sasaran bermakna ‘banyak hasil, sejahtera dan serba
16
Munawir, A, W, h. 234
Departemen Pendidikan Nasional, h. 473
18
Munawir, A, W, h. 1043
17
berkecukupan’19 untuk bahasa Indonesia dan bermakna ‘segala ada dan serba
berkecukupan’20 untuk bahasa Sunda.
Dengan demikian, pada kedua terjemahan kata makmur dan ma’mur
menjadi sangat metaforis. Namun, tidak tepat memunculkan untuk memberikan
padanan pada kata yang dikehendaki dengan makna ‘mendiami’. Proses
penyesuaian fonem tidak berbeda dengan kata yang sedah diterangkan yang
mempunyai kemiripan dalam bentuk.
’tA#u™uρ nο4θn=¢Á9$# tΠ$s%r&uρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ š∅tΒ#u™ ô⎯tΒ «!$# y‰Éf≈|¡tΒ ãßϑ÷ètƒ $yϑ¯ΡÎ)
∩⊇∇∪ š⎥⎪ωtFôγßϑø9$# z⎯ÏΒ (#θçΡθä3tƒ βr& y7Íׯ≈s9'ρé& #†|¤yèsù ( ©!$# ωÎ) |·øƒs† óΟs9uρ nο4θŸ2¨“9$#
18. Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada
siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang
diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
18. Anu rék ngama'murkeun masjid-masjid téh mah ngan wungkul
jalma-jalma anu ariman malah jeung kana poé ahir jeung anu
ngaradakeun salat sarta nyarumponan jakat anu henteu sarieun salian
ti ku Allah. Ku sabab éta mugia maranéhna jadi ti antara jalma-jalma
anu mareunang pituduh.
pada terjemahan di atas, kata serapan yang baru adalah ahir untuk bahasa
sunda yang diserap dari kata ‫ أﺧﺮ‬/’akhir/ tanpa perubahan makna.
19
20
Departemen Pendidikan Nasional, h. 703
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 300
ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ z⎯tΒ#u™ ô⎯yϑx. ÏΘ#tptø:$# ωÉfó¡yϑø9$# nοu‘$yϑÏãuρ Ædl!$ptø:$# sπtƒ$s)Å™ ÷Λä⎢ù=yèy_r& *
∩⊇®∪ t⎦⎫ÏΗÍ>≈©à9$# tΠöθs)ø9$# “ωöκu‰ Ÿω ª!$#uρ 3 «!$# y‰ΖÏã tβ…âθtFó¡tƒ Ÿω 4 «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû y‰yγ≈y_uρ
19. Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang
mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan
dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian
serta berjihad di jalan Allah? mereka tidak sama di sisi Allah; dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
19. Naha (jalma-jalma) anu meré nginum ka jalma anu munggah haji
jeung anu ngama'murkeun Masjidil Haram téh ku maranéh
disaruakeun jalma-jalma anu ariman ka Allah katut kana poé ahir
sarta anu jihad dina jalan Allah? Maranéhna hénteu sarua
mungguhing Allah, jeung Allah henteu maparin pituduh ka jalmajalma anu darolim.
Kata serapan yang lain yang muncul pada terjemahan ini ialah kata zalim
dan dolim. Setelah penyesuaian fonem, keduanya tidak mengalami perubahan
makna yang fatal.
ºπy_u‘yŠ ãΝsàôãr& öΝÍκŦàΡr&uρ ôΜÏλÎ;≡uθøΒr'Î/ «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû (#ρ߉yγ≈y_uρ (#ρãy_$yδuρ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$#
∩⊄⊃∪ tβρâ“Í←!$xø9$# ç/èφ y7Íׯ≈s9'ρé&uρ 4 «!$# y‰ΨÏã
20. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan
Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi
derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat
kemenangan.
20. Jalma-jalma anu ariman jeung anu hijrah sarta anu jihad dina jalan
Allah ku harta-bandana katut jiwana, luhur pisan darajatna
mungguhing Allah; jeung nya maranéhna jalma-jalma anu meunang
kauntungan.
Kata hijrah dan derajat yang diserap oleh ke bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda juga tidak mengalami perubahan makna. Makna yang terkandung dalam
kata hijrah dan derajat/darajat pada bahasa sasaran masih sama dengan bahasa
sumber.
∩⊄⊇∪ íΟŠÉ)•Β ÒΟŠÏètΡ $pκÏù öΝçλ°; ;M≈¨Ζy_uρ 5β≡uθôÊÍ‘uρ çμ÷ΨÏiΒ 7πyϑômtÎ/ Οßγš/u‘ öΝèδçÅe³t6ãƒ
21. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat
dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya
kesenangan yang kekal.
21. Pangeran maranéhna ngabubungah maranéhna ku rahmat ti Anjeunna,
ku karido jeung sawarga pikeun maranehna, di dinyana kasenangan
anu langgeng.
∩⊄⊄∪ ÒΟŠÏàtã íô_r& ÿ…çν‰
y ΨÏã ©!$# ¨βÎ) 4 #´‰t/r& !$pκÏù š⎥⎪Ï$Î#≈yz
22. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi
Allah-lah pahala yang besar.
22. Kaayaan maranéhna langgeng di dinya salalawasna; karana saestuna
Allah, di Anjeunna aya pahala anu gedé.
tøà6ø9$# (#θ™6ystGó™$# ÈβÎ) u™!$uŠÏ9÷ρr& öΝä3tΡ≡uθ÷zÎ)uρ öΝä.u™!$t/#u™ (#ÿρä‹Ï‚−Fs? Ÿω (#θãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ
∩⊄⊂∪ šχθßϑÎ=≈©à9$# ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé'sù öΝä3ΖÏiΒ Οßγ©9uθtGtƒ ⎯tΒuρ 4 Ç⎯≈yϑƒM}$# ’n?tã
23. Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan
saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih
mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu
yang menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-orang yang
zalim.
23. Yeuh, jalma-jalma anu ariman! Maranéh ulah ngajadikeun bapa-bapa
maranéh jeung dulur-dulur maraneh jadi pamingpin, upama
maranéhna leuwih mikaresep kakupuran batan kaimanan mah.
Jeung sing saha ti antara maranéh anu ngangkat maranéhna jadi
pamingpin-pamingpin; nya maranéhna jalma-jalma anu darolim.
îΑ≡uθøΒr&uρ óΟä3è?uϱtãuρ ö/ä3ã_≡uρø—r&uρ öΝä3çΡ≡uθ÷zÎ)uρ öΝà2äτ!$oΨö/r&uρ öΝä.äτ!$t/#u™ tβ%x. βÎ) ö≅è%
«!$# š∅ÏiΒ Νà6ø‹s9Î) ¡=ymr& !$yγtΡöθ|Êös? ß⎯Å3≈|¡tΒuρ $yδyŠ$|¡x. tβöθt±øƒrB ×οt≈pgÏBuρ $yδθßϑçGøùutIø%$#
tΠöθs)ø9$# “ωöκu‰ Ÿω ª!$#ρu 3 ⎯ÍνÍöΔr'Î/ ª!$# š†ÎAù'tƒ 4©®Lym (#θÝÁ−/utIsù ⎯Ï&Î#‹Î7y™ ’Îû 7Š$yγÅ_uρ ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ
∩⊄⊆∪ š⎥⎫É)Å¡≈xø9$#
24. Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteriisteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu takuti kerugiannya, dan tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan
dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.
24. Pok caritakeun: "Upama bapa-bapa arandika, jeung anak-anak
arandika, jeung dulur-dulur arandika, jeung bojo-bojo arandika, jeung
baraya-baraya arandika, jeung harta-banda anu ku arandika
diusahakeun, jeung perdagangan anu ku arandika dipikarempan bisi
rugi, jeung padumukan-padumukan anu ku arandika dipikabetah, ku
arandika leuwih dipicinta ti batan Allah jeung Rasul-Na jeung jihad
dina jalan-Na, nya pék geura tunggu nepi ka Allah ngadatangkeun
siksa-Na. Jeung Allah henteu maparin pituduh ka kaom anu parasék.
öΝn=sù öΝà6è?uøYx. öΝà6÷G6t yfôãr& øŒÎ) A⎦÷⎫uΖãm tΠöθtƒuρ ;οuÏWŸ2 z⎯ÏÛ#uθtΒ ’Îû ª!$# ãΝà2u|ÇtΡ ô‰s)s9
š⎥⎪ÌÎ/ô‰•Β ΝçGøŠ©9uρ §ΝèO ôMt6ãmu‘ $yϑÎ/ Ù⇓ö‘F{$# ãΝà6ø‹=n tæ ôMs%$|Êuρ $\↔ø‹x© öΝà6Ζtã Ç⎯øóè?
∩⊄∈∪
25. Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di
medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain,
Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu),
Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu,
kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
25. Saenyana Allah mindeng pisan nulungan maranéh (mu'minin) di
médan-médan pangperangan. Tapi di médan perang Hunain nalika
maranéh ujub alatan lobana balad maranéh, nya taya paédahna
pikeun maranéh saeutik ogé; jeung bumi anu jembar oge ku maranéh
karasa heurin, tuluy maranéh jicir ngalacir.
Pada kedua terjemahan terdapat kata hunain yang diserap begitu saja oleh
karena ia adalah nama. Pada terjemahan bahasa Indonesia muncul kata manfaat
yang diserap dari kata ‫ ﻣﻨﻔﻌﺔ‬/manfa‘ah/ dan menyerap maknanya begitu saja. Juga
pada bahasa Sunda muncul kata paédah yang diserap dari kata ‫ ﻓﺎﺋﺪة‬/fâidah/
dengan penyesuain fonem tetapi menyerap maknanya begitu saja.
$yδ÷ρts? óΟ©9 #YŠθãΖã_ tΑt“Ρr&uρ š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$# ’n?tãuρ ⎯Ï&Î!θß™u‘ 4’n?tã …çμtGt⊥‹Å3y™ ª!$# tΑt“Ρr& §ΝèO
∩⊄∉∪ t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$# â™!#t“y_ šÏ9≡sŒuρ 4 (#ρãxx. š⎥⎪Ï%©!$# z>¤‹tãuρ
26. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan
kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala
tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana
kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada
orang-orang yang kafir.
26. Ti dinya Allah maparin katengtreman ka Rasul-Na jeung ka kaom
mu'minin. Jeung Allah nurunkeun balatentara anu henteu katenjo ku
maranéh, jeung Allah nibankeun siksaan ka jalma-jalma anu kalupur.
Eta teh wawales pikeun jalma-jalma kapir.
∩⊄∠∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θàxî ª!$#uρ 3 â™!$t±o„ ⎯tΒ 4’n?tã šÏ9≡sŒ ω÷èt/ .⎯ÏΒ ª!$# Ü>θçGtƒ ¢ΟèO
27. Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang
dikehendakiNya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
27. Tuluy Allah nampi tobat sabadana kitu ti sing saha anu dikersakeun
ku Anjeunna. Jeung Allah teh Maha Jembar Pangampura, Maha Asih.
y‰÷èt/ tΠ#tysø9$# y‰Éfó¡yϑø9$# (#θç/tø)tƒ Ÿξsù Ó§pgwΥ šχθä.Îô³ßϑø9$# $yϑ¯ΡÎ) (#þθãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ
©!$# χÎ) 4 u™!$x© βÎ) ÿ⎯Ï&Î#ôÒsù ⎯ÏΒ ª!$# ãΝä3‹ÏΖøóムt∃öθ|¡sù \'s#øŠtã óΟçFøÅz ÷βÎ)uρ 4 #x‹≈yδ öΝÎγÏΒ$tã
∩⊄∇∪ ÒΟŠÅ6ym íΟŠÎ=tæ
28. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang
musyrik itu najis, Maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam
sesudah tahun ini. dan jika kamu takut menjadi miskin, Maka Allah
nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia
menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
28. Yeuh jalma-jalma anu ariman!"Saéstuna taya lian kaom musrikin téh
manusa nu najis, ku sabab éta maranéhna teu meunang ngadeukeutan
Masjidil Haram sabada taun-taun ieu. Jeung upama maranéh sieun
jadi miskin, nya Allah engke baris maparin kabeungharan ka maranéh
tina kurnia-Na, upama Anjeunna ngersakeun, saéstuna Allah Maha
Uninga, Maha Wijaksana.
Pada terjemaha di atas, di ke dua terjemahan muncul kata najis yang
diserap begitu saja sebab berhubungan dengan hal-hal tertentu dalam soal
peribadatan pada agama Islam.
ª!$# tΠ§ym $tΒ tβθãΒÌhptä† Ÿωuρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$$Î/ Ÿωuρ «!$$Î/ šχθãΖÏΒ÷σムŸω š⎥⎪Ï%©!$# #θè=ÏG≈s%
(#θäÜ÷èム4©®Lym |=≈tFÅ6ø9$# (#θè?ρé& š⎥⎪Ï%©!$# z⎯ÏΒ Èd,ysø9$# t⎦⎪ÏŠ šχθãΨƒÏ‰tƒ Ÿωuρ …ã&è!θß™u‘uρ
∩⊄®∪ šχρãÉó≈|¹ öΝèδuρ 7‰tƒ ⎯tã sπtƒ÷“Éfø9$#
29. Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak
(pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa
yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama
dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang
diberikan al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah
dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk.
29. Prak geura perangan jalma-jalma anu henteu ariman ka Allah jeung
teu ariman kana poé ahir jeung henteu ngaharamkeun saniskara anu
geus diharamkeun ku Allah jeung Rasul-Na, jeung henteu ngagem
agama anu hak, ti antara jalma-jalma (Yahudi jeung Nasrani) anu
geus dipaparin kitab nepi ka maranehna mayar jizyah (upeti) kalawan
ta'at sarta serah bongkokan.
Selain kata jizyah dan kitab yang diserap begitu saja, pada terjemahan
bahasa Sunda muncul kata ta’at. Kata ta’at diserap dari kata /tâ’ah/.
Οßγä9öθs% šÏ9≡sŒ ( «!$# Ú∅ö/$# ßxŠÅ¡yϑø9$# “t≈|Á¨Ψ9$# ÏMs9$s%uρ «!$# ß⎦ø⌠$# í÷ƒt“ãã ߊθßγu‹ø9$# ÏMs9$s%uρ
4’¯Τr& 4 ª!$# ÞΟßγn=tG≈s% 4 ã≅ö6s% ⎯ÏΒ (#ρãxŸ2 t⎦⎪Ï%©!$# tΑöθs% šχθä↔Îγ≈ŸÒム( óΟÎγÏδ≡uθøùr'Î/
∩⊂⊃∪ šχθà6sù÷σãƒ
30. Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orangorang Nasrani berkata: "Al masih itu putera Allah". Demikianlah itu
Ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru Perkataan
orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka ,
bagaimana mereka sampai berpaling?
30. Jeung urang Yahudi nyarita: "Uzair téh putra Allah", jeung urang
Nasrani nyarita: "Al-Masih téh putra Allah." Éta téh omongan
maranéhna ku sungut-sungutna kawas pok-pokan jalma-jalma
kalupur anu ti heula. Allah ngabinasakeun maranéhna! Kumaha
pangna maranehna nepi ka ngabalieur?
!$tΒuρ zΝtƒötΒ š∅ö/$# yx‹Å¡yϑø9$#uρ «!$# Âχρߊ ⎯ÏiΒ $\/$t/ö‘r& öΝßγuΖ≈t6÷δâ‘uρ öΝèδu‘$t6ômr& (#ÿρä‹sƒªB$#
∩⊂⊇∪ šχθà2Ìô±ç„ $£ϑtã …çμoΨ≈ysö7ß™ 4 uθèδ ωÎ) tμ≈s9Î) Hω ( #Y‰Ïm≡uρ $Yγ≈s9Î) (#ÿρ߉ç6÷èu‹Ï9 ωÎ) (#ÿρãÏΒé&
31. Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka
sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al
masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah
Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.
Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
31. Maranéhna ngajadikeun ulama-ulamana jeung rahib-rahibna jadi
pangéran salian ti Allah, jeung nganggap (pangeran) ka Al-Masih
anak Maryam, padahal maranéhna henteu diparéntah anging supaya
ibadah ka Pangeran Nu Maha Tunggal. Taya deui Pangéran anging
Anjeunna. Maha Suci Anjeunna tina saniskara anu ku maranéhna
disarékatkeun.
Pada terjemaha ayat ini muncul rahib untuk kedua bahasa yang diserap
utuh dan begitu saja. Juga muncul kata ulama pada terjemahan bahasa sunda yang
pada terjemahan bahasa Indonesia menggunakan kata alim.
oνÌŸ2 öθs9uρ …çνu‘θçΡ ¢ΟÏFムβr& HωÎ) ª!$# †p1ù'tƒuρ óΟÎγÏδ≡uθøùr'Î/ «!$# u‘θçΡ (#θä↔ÏôÜムβr& šχρ߉ƒÌãƒ
∩⊂⊄∪ šχρãÏ≈s3ø9$#
32. Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan
mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain
menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak
menyukai.
32. Maranéhna rék mareuman cahaya Allah ku sungut-sungutna, tapi
Allah henteu mikersa lian ti nyampurnakeun cahaya-Na, sanajan
jalma-jalma kapir téh henteu sarukaeun.
öθs9uρ ⎯Ï&Íj#à2 Ç⎯ƒÏe$!$# ’n?tã …çνtÎγôàã‹Ï9 Èd,ysø9$# È⎦⎪ÏŠuρ 3“y‰ßγø9$$Î/ …ã&s!θß™u‘ Ÿ≅y™ö‘r& ü”Ï%©!$# uθèδ
∩⊂⊂∪ šχθä.Îô³ßϑø9$# oνÌŸ2
33. Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk
(Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala
agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.
33. Nya Anjeunna anu geus ngutus Rasul-Na kalawan (mawa) pituduh
(Quran) jeung agama anu hak, pikeun Anjeunna ngabuktikeun
kaunggulanana tina sakabeh agama, sanajan jalma-jalma musrik
henteu sarukaeun.
Ĩ$¨Ψ9$# tΑ≡uθøΒr& tβθè=ä.ù'u‹s9 Èβ$t7÷δ”9$#uρ Í‘$t6ômF{$# š∅ÏiΒ #ZÏWŸ2 ¨βÎ) (#þθãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ *
Ÿωuρ sπÒÏø9$#uρ |=yδ©%!$# šχρã”É∴õ3tƒ š⎥⎪Ï%©!$#uρ 3 «!$# È≅‹Î6y™ ⎯tã šχρ‘‰ÝÁtƒuρ È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/
∩⊂⊆∪ 5ΟŠÏ9r& A>#x‹yèÎ/ Νèδ÷Åe³t7sù «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû $pκtΞθà)ÏΖãƒ
34. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar
memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalanghalangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan
emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa
yang pedih.
34. Yeuh, jalma-jalma anu ariman! Saéstuna kalolobaanana ti antara
ulama-ulama Yahudi jeung rahib-rahib Nasrani téh ngadalahar
harta-banda batur kalawan cara anu batal, jeung maranéhna
ngahalang-halang (batur) tina jalan Allah. Jeung jalma-jalma anu
nyarimpen emas jeung pérak sarta henteu ngadermakeun dina jalan
Allah, nya geura bubungah maranéhna ku siksaan anu kacida
peurihna.
Pada terjemahan di atas, pada ke dua bahasa muncul kata batil dan batal
keduanya diserap dari kata ‫ ﺑﺎﻃﻞ‬/bâtil/. Makna pada bahasa sasaran tijak jauh
bergeser.
#x‹≈yδ ( öΝèδâ‘θßγàßuρ öΝåκæ5θãΖã_uρ öΝßγèδ$t6Å_ $pκÍ5 2”uθõ3çGsù zΟ¨Ζyγy_ Í‘$tΡ ’Îû $yγøŠn=tæ 4‘yϑøtä† tΠöθtƒ
∩⊂∈∪ šχρâ“ÏΨõ3s? ÷Λä⎢Ζä. $tΒ (#θè%ρä‹sù ö/ä3Å¡àΡL{ öΝè?÷”t∴Ÿ2 $tΒ
35. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu
dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan
untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang
kamu simpan itu."
35. (Nyaeta) dina poéan dipanaskeunana (harta-bandana) di naraka
Jahanam, tuluy diistrikakeun harta anu geus panas téa kana tarangna
kana gédéngna jeung kana tonggongna, (sarta dicaritakeun): "leu téh
saniskara anu ku maranéh ditimbun pikeun diri maranéh téa, ku kituna
pék geura rasakeun alatan maranéh geus nimbun."
Kata jahanam diserap sebagai istilah nama yang berkaitan dengan agama
Islam. Pada makna, juga diserap begitu saja.
ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# t,n=y{ tΠöθtƒ «!$# É=≈tFÅ2 ’Îû #\öκy− u|³tã $oΨøO$# «!$# y‰ΖÏã Í‘θåκ’¶9$# nÏã ¨βÎ)
4 öΝà6|¡àΡr& £⎯ÍκÏù (#θßϑÎ=ôàs? Ÿξsù 4 ãΝÍhŠs)ø9$# ß⎦⎪Ïe$!$# šÏ9≡sŒ 4 ×Πããm îπyèt/ö‘r& !$pκ÷]ÏΒ š⇓ö‘F{$#uρ
yìtΒ ©!$# ¨βr& (#þθßϑn=÷æ$#uρ 4 Zπ©ù!$Ÿ2 öΝä3tΡθè=ÏG≈s)ム$yϑŸ2 Zπ©ù!%x. š⎥⎫Å2Îô³ßϑø9$# (#θè=ÏG≈s%uρ
∩⊂∉∪ t⎦⎫É)−GãΚø9$#
36. Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus,
Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat
itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana
merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya
Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
36. Saestuna bilangan bulan mungguhing Allah mah nya duawelas bulan,
(kaungel) dina kitab Allah dina mangsa Anjeunna ngayugakeun
iangit katut bumi, ti antarana aya opat bulan anu mulya. Éta téh
(katangtuan) agama anu lempeng, ku kituna poma maranéh ulah
nganiaya diri pribadi dina bulan éta, jeung prak geura perangan kaom
musrikin sakumna cara maranéhna merangan maranéh sakumna.
Jeung sing nyaho, yén Allah téh nyarengan jalma-jalma anu takwa.
…çμtΡθãΒÌhptä†uρ $YΒ%tæ …çμtΡθ=Ïtä† (#ρãxx. š⎥⎪Ï%©!$# ÏμÎ/ ‘≅ŸÒム( Ìøà6ø9$# ’Îû ×οyŠ$tƒÎ— â™û©Å¤¨Ψ9$# $yϑ¯ΡÎ)
3 óΟÎγÎ=≈yϑôãr& â™þθß™ óΟßγs9 š∅Îiƒã— 4 ª!$# tΠ§ym $tΒ (#θ=Åsã‹sù ª!$# tΠ§ym $tΒ nÏã (#θä↔ÏÛ#uθã‹Ïj9 $YΒ%tæ
∩⊂∠∪ š⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$# tΠöθs)ø9$# “ωôγtƒ Ÿω ª!$#ρu
37. Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram itu adalah
menambah kekafiran. disesatkan orang-orang yang kafir dengan
mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun
dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat
mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya,
Maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (syaitan)
menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu.
dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
37. Saéstuna ngulur-ngulur (bulan-bulan haram) téh taya lian jaba ti
nambahan kakupuran, lampah kitu téh nyasarkeun jalma-jalma
kapir, (nyaeta) maranéhna anu ngahalalkeunana dina taun ieu jeung
maranéhna ngaharamkeunana dina taun (lianna), pikeun
ngajejegkeun bilangan (bulan-bulan) anu diharamkeun ku Allah, jadi
maranéhna ngahalalkeun (bulan-bulan) anu ku Allah diharamkeun.
Dipapaésan pikeun maranéhna amal-amalna nu goréng, jeung Allah
henteu maparin pituduh ka kaom kapirin.
ÇÚö‘F{$# ’n<Î) óΟçFù=s%$¯O$# «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû (#ρãÏΡ$# â/ä3s9 Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ) ö/ä3s9 $tΒ (#θãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ
ωÎ) ÍοtÅzFψ$# ’Îû $u‹÷Ρ‘‰9$# Íο4θuŠysø9$# ßì≈tFtΒ $yϑsù 4 ÍοtÅzFψ$# š∅ÏΒ $u‹÷Ρ‘‰9$# Íο4θu‹ysø9$$Î/ ΟçFÅÊu‘r& 4
∩⊂∇∪ î≅‹Î=s%
38. Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan
kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu
merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas
dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?
Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan
kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.
38. Yeuh, jalma-jalma ariman! Naon sababna upama diparéntahkeun ka
maranéh: "Prak geura jihad dina jalan Allah", maraneh beurat ka
dunya? Naha maranéh leuwih micinta kahirupan dunya batan
kahirupan ahérat, padahal kahirupan dunya dibandingkeun jeung
kahirupan ahérat mah ngan saeutik pisan?
ª!$#ρu 3 $\↔ø‹x© çνρ”àÒs? Ÿωuρ öΝà2uöxî $·Βöθs% öΑωö7oKó¡o„uρ $VϑŠÏ9r& $¹/#x‹tã öΝà6ö/Éj‹yèム(#ρãÏΖs? ωÎ)
∩⊂®∪ íƒÏ‰s% &™ó_x« Èe≅à2 4’n?tã
39. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa
kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum
yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan
kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
39. Upama maraneh henteu arindit (ka pangperangan) Anjeunna baris
nyiksa maraneh ku siksaan anu kacida peurihna, jeung Anjeunna bakal
ngaganti maraneh ku hiji kaom nu séjén, sedengkeun maranéh moal
bisa ngamadorotkeun Anjeunna saeutik ogé, karana Allah téh Maha
Kawasa kana sagala perkara.
†Îû $yϑèδ øŒÎ) È⎦÷⎫oΨøO$# š†ÎΤ$rO (#ρãxŸ2 t⎦⎪Ï%©!$# çμy_t÷zr& øŒÎ) ª!$# çνt|ÁtΡ ô‰s)sù çνρãÝÁΖs? ωÎ)
Ïμø‹n=tã …çμtGt⊥‹Å6y™ ª!$# tΑt“Ρr'sù ( $oΨyètΒ ©!$# χÎ) ÷βt“øtrB Ÿω ⎯ÏμÎ7Ås≈|ÁÏ9 ãΑθà)tƒ øŒÎ) Í‘$tóø9$#
«!$# èπyϑÎ=Ÿ2uρ 3 4’n?ø¡9$# (#ρãxŸ2 š⎥⎪Ï%©!$# sπyϑÎ=Ÿ2 Ÿ≅yèy_uρ $yδ÷ρts? öΝ©9 7ŠθãΨàfÎ/ …çν‰
y −ƒr&uρ
∩⊆⊃∪ íΟŠÅ3ym ͕tã ª!$#uρ 3 $u‹ù=ãèø9$# š†Ïφ
40. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin
Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata
kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya
Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada
(Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak
melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang
rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
40. Upama maranéh (munapikin) henteu daék nulungan manéhna
(Muhammad), nya saéstuna Allah geus nulungan manehna nalika
jalma-jalma kapir ngusir manéhna, manehna téh anu kadua ti antara
duaan nalika maranehna di jero guha; manéhna nyarita ka baturna
(Abu Bakar): "Poma ulah pisan anjeun nalangsa, karana saestuna
Allah nyarengan urang." Tuluy Allah maparin katengtreman
Anjeunna ka manéhna, jeung Anjeunna nguatkeun manéhna ku
balatentara anu ku maranéh henteu katenjo, sarta Anjeunna
ngajadikeun kalimah jalma-jalma kapir di handap jeung nya kalimahkalimah Allah anu luhung, karana Allah Maha Gagah, Maha
Wijaksana.
×öyz öΝä3Ï9≡sŒ 4 «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû öΝä3Å¡àΡr&uρ öΝà6Ï9≡uθøΒr'Î/ (#ρ߉Îγ≈y_uρ Zω$s)ÏOuρ $]ù$xÅz (#ρãÏΡ$#
∩⊆⊇∪ šχθßϑn=÷ès? óΟçFΖä. βÎ) öΝä3©9
41. Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat,
dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
41. Bral geura arindit boh dina kaayaan enténg boh dina kaayaan beurat,
jeung geura jihad ku harta-banda maranéh katut jiwa maranéh dina
jalan Allah, karana lampah kitu téh leuwih hade pikeun maranéh,
upama maranéh nyaho mah.
4 èπ¤)’±9$# ãΝÍκön=tã ôNy‰ãèt/ .⎯Å3≈s9uρ x8θãèt7¨?^ω #Y‰Ï¹$s% #\xy™uρ $Y7ƒÌs% $ZÊ{tã tβ%x. öθs9
öΝåκ¨ΞÎ) ãΝn=÷ètƒ ª!$#ρu öΝåκ|¦àΡr& tβθä3Î=öκç‰ öΝä3yètΒ $uΖô_tsƒm: $oΨ÷èsÜtFó™$# Èθs9 «!$$Î/ šχθàÎ=ósu‹y™uρ
∩⊆⊄∪ tβθç/É‹≈s3s9
42. Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu Keuntungan yang mudah
diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka
mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu Amat jauh terasa oleh
mereka. mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau Kami
sanggup tentulah Kami berangkat bersama-samamu." mereka
membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa
Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.
42. Upama anu diuarkeun ka maranéhna téh kasénangan anu nampeu
(mangpa'at) jeung perjalanan anu pikabungaheun, tanwandé
maranéhna bakal nurut ka manéh, tapi éta perjalanan téh rumpil
pikeun maranéhna mah, jeung maranéhna baris susumpahan kalayan
asma-Na Allah: "Upama kaula sarerea bisa mah tanwandé kaula
saréréa baris indit babarengan jeung aran-dika." (Tah peta kitu téh)
ngabinasakeun dirina pribadi, jeung Allah uninga yén maranéhna
jalma-jalma anu ngabarohong.
zΜn=÷ès?uρ (#θè%y‰|¹ š⎥⎪Ï%©!$# šs9 t⎦¨⎫t6tGtƒ 4©®Lym óΟßγs9 |MΡÏŒr& zΝÏ9 šΖtã ª!$# $xtã
∩⊆⊂∪ š⎥⎫Î/É‹≈s3ø9$#
43. Semoga Allah mema'afkanmu. mengapa kamu memberi izin kepada
mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orangorang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui
orang-orang yang berdusta?
43. Allah maparin ma'ap ka manéh, naha geuning manéh (Muhammad)
ngidinan maranéhna saméméh tétéla pikeun manéh jalma-jalma anu
bener jeung kanyahoan jalma-jalma anu barohong?
óΟÎγÏ9≡uθøΒr'Î/ (#ρ߉Îγ≈yfムβr& ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ šχθãΖÏΒ÷σムt⎦⎪Ï%©!$# šçΡÉ‹ø↔tFó¡o„ Ÿω
∩⊆⊆∪ t⎦⎫É)−Gßϑø9$$Î/ 7ΟŠÎ=tæ ª!$#ρu 3 öΝÍκŦàΡr&uρ
44. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, tidak
akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta
dan diri mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang bertaqwa.
44. Jalma-jalma anu ariman ka Allah jeung kana poé ahir, moal ménta
idin ka maneh (pikeun mundur) tina jihad ku harta bandana katut
jiwana, karana Allah uninga ka jalma anu takwa.
’Îû óΟßγsù óΟßγç/θè=è% ôMt/$s?ö‘$#uρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ šχθãΖÏΒ÷σムŸω t⎦⎪Ï%©!$# šçΡÉ‹ø↔tFó¡o„ $yϑ¯ΡÎ)
∩⊆∈∪ šχρߊ¨ŠutItƒ óΟÎγÎ6÷ƒu‘
45. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orangorang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Kemudian, dan hati
mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam
keraguannya.
45. Anu menta idin ka maneh téh ngan wungkul jalma-jalma anu henteu
ariman ka Allah jeung kana poé ahir, jeung anu haténa marangmang.
Ku kituna maranéhna bakal mandeg-mayong dina kamangmanganana.
Ÿ≅ŠÏ%uρ öΝßγsܬ7sVsù öΝßγrO$yèÎ7/Ρ$# ª!$# oνÌŸ2 ⎯Å3≈s9uρ Zãã …ã&s! (#ρ‘‰tãV{ ylρãã‚ø9$# (#ρߊ#u‘r& öθs9uρ *
∩⊆∉∪ š⎥⎪ωÏè≈s)ø9$# yìtΒ (#ρ߉ãèø%$#
46. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan
persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai
keberangkatan mereka, Maka Allah melemahkan keinginan mereka.
dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang
yang tinggal itu."
46. Jeung upama maranéhna harayangeun indit, tangtu maranéhna baris
nyadiakeun bekel, tapi Allah henteu mikaresep maranéhna arindit, ku
kituna Anjeunna ngahoréamkeun maranéhna, sarta nimbalan: "Geura
caricing maranéh babarengan jeung jalma-jalma anu caricing!"
sπuΖ÷FÏø9$# ãΝà6tΡθäóö7tƒ öΝä3n=≈n=Ï{ (#θãè|Ê÷ρV{uρ Zω$t6yz ωÎ) öΝä.ρߊ#y— $¨Β /ä3‹Ïù (#θã_tyz öθs9
∩⊆∠∪ t⎦⎫ÏϑÎ=≈©à9$$Î/ 7ΟŠÎ=tæ ª!$#ρu 3 öΝçλm; tβθãè≈£ϑy™ óΟä3‹Ïùuρ
47. Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak
menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan
bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk Mengadakan
kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang
yang Amat suka mendengarkan Perkataan mereka. dan Allah
mengetahui orang-orang yang zalim.
47. Upama maranéhna arindit bareng jeung maranéh, maranéhna henteu
nambahan naon-naon salian ti ngacowkeun, jeung maranéhna baris
tingsulusup di antara maranéh pikeun nyebarkeun pacéngkadan
lantaran di antara maranéh aya jalma-jalma anu daék ngadéngé ka
maranéhna, tapi Allah Maha Uninga ka jalma-jalma anu darolim.
öΝèδuρ «!$# âöΔr& tyγsßuρ ‘,ysø9$# u™!$y_ 4©®Lym u‘θãΒW{$# šs9 (#θç7¯=s%uρ ã≅ö6s% ⎯ÏΒ sπuΖ÷FÏø9$# (#âθtótFö/$# ωs)s9
∩⊆∇∪ šχθèδÌ≈Ÿ2
48. Sesungguhnya dari dahulupun mereka telah mencari-cari kekacauan
dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk
(merusakkan)mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah)
dan menanglah agama Allah, Padahal mereka tidak menyukainya.
48. Saestuna maranéhna seja nimbulkeun pitenah ti anggalna jeung
maranéhna ngusutkeun perkara-perkara pikeun manéh, nepi ka datang
hak jeung tétéla pisan urusan Allah, sedengkeun maranéhna
ceuceubeun.
zΟ¨Ψyγy_ χÎ)uρ 3 (#θäÜs)y™ ÏπuΖ÷GÏø9$# ’Îû Ÿωr& 4 û©Íh_ÏGøs? Ÿωuρ ’Ík< βx‹ø$# ãΑθà)tƒ ⎯¨Β Νßγ÷ΖÏΒuρ
∩⊆®∪ š⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$$Î/ 8πsÜŠÅsßϑs9
49. Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan
(tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya
terjerumus dalam fitnah." ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus
ke dalam fitnah. dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar
meliputi orang-orang yang kafir.
49. Jeung ti antara maranéhna aya anu nyarita: "Idinan kaula (cicing)
jeung poma ulah mitenah kaula." Sing nyaho yen maranehna geus
tigebrus kana pitenah. Jeung saéstuna Jahanam téh ngurung jalmajalma kapir.
Pada ayat ini ditemukan satu kata serapan yang makna dan bentuk
bunyinya berubah. Kata ‫ اﻟﻔﺘﻨﺔ‬/al-fitnah/ dalam bahasa Indonesia menjadi fitnah
sedangkan dalam bahasa Sunda menjadi pitenah. Makna kata ‫ اﻟﻔﺘﻨﺔ‬dalam bahasa
Arab yang bermakna ‘kesesatan’.21 Pada bahasa Indonesia kata fitnah bermakna
‘perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan
maksud menjelekan orang,’22 sedangkan dalam bahasa Sunda pitenah bermakna
‘caritaan anu ngandung maksud ngarugikeun batur (perkataan yang mengandung
maksud merugikan orang lain)’.23 Dengan kata lain, penerjemahan kata /al-fitnah/
di atas kurang tepat. Sebab yang dimaksud pada ayat di atas adalah sebagaimana
sudah diterangkan pada Bab I.
ã≅ö6s% ⎯ÏΒ $tΡtøΒr& !$tΡõ‹s{r& ô‰s% (#θä9θà)tƒ ×πt6ŠÅÁãΒ šö7ÅÁè? βÎ)uρ ( öΝèδ÷σÝ¡s? ×πuΖ|¡ym šö7ÅÁè? βÎ)
∩∈⊃∪ šχθãmÌsù öΝèδ¨ρ (#θ©9uθtGtƒuρ
50. Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang
karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka
berkata: "Sesungguhnya Kami sebelumnya telah memperhatikan
urusan Kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa
gembira.
50. Upama kahadéan tumiba ka manéh, maranéhna henteu sarukaeun;
jeung upama kacilakaan tumiba ka manéh, pokna: Saéstuna kaula
saréréa geus ngajaga diri pribadi ti anggalna", Jeung maranéhna
ngabalieur kalayan suka bungah.
21
Munawir, A, W, h. 1033
Departemen Pendidikan Nasional, h. 318
23
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 389
22
B. Perbandingan Bentuk Penyerapan
Daftar kata serapan di bawah ini berdasarkan urutan kemunculan dari ayat
pertama sampai ayat ke lima puluh. Daftar di bawah dimaksudkan untuk melihat
secara keseluruhan perbandingan bentuk penyerapan. Bentuk yang disusun dalam
daftar adalah betuk dasar kata yang diserap dari bahasa Arab yang ada dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
no
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
1
‫اﷲ‬
Allah
Allah
2
‫رﺳﻮل‬
Rasul
Rasul
3
‫ﻣﺸﺮآﻴـﻦ‬
Musyrikin
Musrikin
4
‫ﻣﺴﻠﻤﻴـﻦ‬
Muslimin
Muslimin
5
‫آﺎﻓﺮ‬
Kafir
Kapir
6
‫ﻣﻌﻠﻮم‬
Maklum
Ma’lum
7
‫ﻗﻮم‬
Kaum
Kaom
8
‫ﺣﺞ‬
Haji
Haji
9
‫أآﺒﺮ‬
Akbar
Akbar
10
‫ﺗﻮﺑﺔ‬
Taubat
Tobat
11
‫ﺗﻘﻮى‬
Takwa
Takwa
12
‫ﺣﺮام‬
Haram
Haram
13
‫ﺻﻼة‬
Sholat
Salat
14
‫زآﺎة‬
Zakat
Jakat
15
‫ﻓﺎﺳﻖ‬
Fasik
Pasék
16
‫ﺁﻳﺔ‬
Ayat
Ayat
17
‫ﺑﻌﺪ‬
Bakda
Bada
18
‫ﺣﻖ‬
19
Hak
Hak
‫إﻳﻤﺎن‬
Iman
Iman
20
‫ﺟﻬﺎد‬
Jihad
Jihad
21
‫ﻣﺴﺠﺪ‬
Mesjid
Masjid
22
‫آﻔﺮ‬
Kufur
Kupur
23
‫ﻣﻌﻤﻮر‬
Makmur
Ma’mur
24
‫اﺧﻴﺮ‬
Akhir
Ahir
25
‫ﻇﺎﻟﻢ‬
Zalim
Dolim
26
‫رﺿﻰ‬
Ridha
Rido
27
‫ﻓﺎﺋﺪة‬
Faidah
Paédah
28
‫ﻧﺠﺲ‬
Najis
Najis
29
‫ﻋﺎﻟﻢ‬
Alim
Alim
30
‫ﻋﻠﻤﺎء‬
Ulama
Ulama
31
‫راهﺐ‬
Rahib
Rahib
32
‫ﺑﺎﻃﻞ‬
Batil
Batal
33
‫ﻋﺎﻣﻞ‬
Amal
Amal
34
‫أﺧﺮة‬
Akhirat
Ahérat
35
‫ﻣﻀﺮة‬
Mudharat
Madorot
36
‫ﻣﻨﺎﻓﻖ‬
Munafik
Munapik
37
‫ﻣﻨﻔﻌﺔ‬
Manfaat
Mangpa’at
38
‫اﺳﻤﺎء‬
Asma
Asma
39
‫ﻣﻌﻒ‬
Ma’af
Ma’ap
40
‫ﻋﺬر‬
Uzur
Udur
41
‫ﻓﺘﻨﺔ‬
Fitnah
Pitenah
Kata-kata yang ditebalkan tidak muncul dalam terjemahan bahasa Indonesia.
Demikian penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk
kata serapan pada kedua bahasa dan perbandingan perubahan makna pada kedua
bahasa. Dari daftar di atas bisa langsung jelas terlihat bagaimana penyesuaian
fonem dalam penyerepan dilakukan pada kedua bahasa.
BAB IV
Penutup
A.
Keimpulan
Setelah melakukan analisis secara keseluruhan dari berbagai aspek yang
dibutuhkan, penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Kata serapan, secara keseluruhan, jika dipakai dengan tepat tidak lah
terlalu berpengaruh fatal. Terkecuali, kata serapan yang sudah
memiliki makna baru yang berbeda dengan kata asal atau sudah
termasuk ke dalam daftar kata faux amis. Pada penerjemahan,
penggunaan kata serapan dari bahasa sumber yang diterjemahkan
sebaiknya dihindari jika masih ada padanan dalam bahasa sasar yang
bisa digunakan. Dengan demikian, terjemahan akan lebih mengena dan
makna yang diinginkan bahasa sumber tercapai. Sebagai contoh yang
tidak tepat menggunakan kata serapan terdapat pada ayat 3.
z⎯ÏiΒ Ö™ü“Ìt/ ©!$# ¨βr& Îy9ò2F{$# Ædkptø:$# tΠöθtƒ Ĩ$¨Ζ9$# ’n<Î) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ «!$# š∅ÏiΒ ×β≡sŒr&uρ
öΝä3¯Ρr& (#þθßϑn=÷æ$$sù öΝçGøŠ©9uθs? βÎ)uρ ( öΝà6©9 ×öyz uθßγsù öΝçFö6è? βÎ*sù 4 …ã&è!θß™u‘uρ t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$#
∩⊂∪ AΟŠÏ9r& >U#x‹yèÎ/ (#ρãxx. t⎦⎪Ï%©!$# ÎÅe³o0uρ 3 «!$# “Ì“Éf÷èãΒ çöxî
Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya
kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa Sesungguhnya
Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin.
Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, Maka bertaubat
itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, Maka ketahuilah
bahwa Sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. dan
beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih.
Jeung (ieu téh) wawaran ti Allah jeung Rasul-Na ka manusa dina
hiji poé haji akbar, yen saéstuna Allah jeung Rasul-Na megatkeun
hubungan ti kaom musrikin. Ku kituna, upama maranéh tobat, nya
hadé pisan pikeun maranéh, jeung upama maranéh ngabalieur, nya
sing nyaho yen maranéh moal bisa lesot tina (siksaan) Allah; jeung
geura bejakeun ka jalma-jalma kapir perkara siksaan anu kacida
nyerina.
Pada terjemahan bahasa Indonesia, penggunaak kata permakluman
yang berasal dari kata maklum yang diserap dari kata ma‘lûm bahasa
Arab kurang tepat untuk memberikan pada kata ‘ażân yang bermakna
pemberitahuan.
2. Kata serapan pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dari bahsa Arab
tidak terlalu jauh berbeda. Ini disebabkan kedua bahasa ini mengalami
kontak yang sangat panjang. Baik dari proses penyerapan atau proses
penyesuaian tidak terlalu nampak berbeda. Bentuk perubahan pun
tidak terlalu jauh berbeda. Adapun bentuk-bentuk perubahan yang
terjadi pada kata serapan yang masuk dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda secara umum adalah sebagai berikut:
a. Protesis, yaitu penambahan vokal atau konsonan pada awal kata
untuk memudahkan lafal, seperti mas menjadi emas. Stal menjadi
istal.
b. Epentesis, yaitu penyisipan bunyi atau huruf dalam kata terutama
pada kata serapan untuk menyesuaikan dengan pola fonologis
bahasa sasaran, seperti baru menjadi baharu. Trommel menjadi
torombol.
c. Paragog, yaitu penambahan bunyi pada akhir kata untuk
keindahan lafal, seperti bapa menjadi bapak. Bank menjadi
bangku.
d. Aferesis, yaitu penanggalan bunyi atau kata dari awal sebuah
ujaran, seperti mpunya menjadi punya. Examen menjadi samen.
e. Singkope, yaitu hilangnya bunyi atau huruf dari tengah-tengah
kata, seperti sahaya menjadi saya. Officier menjadi opsir.
f. Apokope, yaitu pemenggalan satu bunyi atau lebih dari ujung kata,
seperti pelangit menjadi pelangi. Bénzine menjadi bénsin menjadi
béngsin
g. Metatesis, yaitu perubahan lelak huruf, bunyi atau suku kata dalam
kata, seperti sapu menjadi usap, tebal menjadi lebat. Léor menjadi
réol, aduy menjadi ayud.
h. Asimilasi yaitu proses perubahan bunyi yang mengakibatkan mirip
atau sama dengan bunyi lain di dekatnya, seperti me-tulis menjadi
menulis. Kontraksi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan
leksem dasar atau gabungan leksem, seperti tuanku menjadi
tengku. Gambar menjadi gamar, kadéron menjadi kanéron.
Secara garis besar, kata serapan dari bahasa arab yang masuk kedalam
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda mengalami perubahan dengan cara
metatesis dan asimilasi.
B.
Saran dan Kritik
Penulis amat sangat menyadari, bahwa proses penelitian ini masih
membutuhkan waktu yang lebih agar menacapai titik yang lebih memuaskan.
Penulis juga mendarari bahwa penelitian masih harus dilanjutkan lebih mendalam
agar menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi khasanan kebahasaan di negeri
ini. Jika saja penelitian ini terus berlanjut maka akan sangat bermanfaat untuk
memperkaya pengetahuan kosakata yang tidak berasal dari bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda. Sehingga dalam menulis atau menerjemahkan, para pelaku lebih
bisa menyaring dan memilih kata dengan menggunakan kata bahasa Indonesia
saja. Hal ini akan sangat beguna sebagai upaya
menjaga keutuhan bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda, terutama dalam menggunakan kata serapan yang
jelas-jelas ada pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Demikian kiranya, segala macam kekurangan akan sangat berguna jika
saja mendapat masukan dan dikemudian dilakukan perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Atabik, 1998, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta
Chaer, Abdul., 1994, Linguistik Umum, Jakarta; PT. Rineka Cipta,
__________., Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta; Rineka Cipta,
1995, Edisi Revisi
Coolsma, S, Soendaneesche Spraakkunst, (Tata Bahasa Sunda), terjemehan
Husein Widjaya kusumah dan Yus Rusyana, Bandung: Djambatan, 1985
Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta; 1971
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta; Balai Pustaka, 2005
____________________________________,
Tata
Bahasa
Baku
Bahasa
Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1992
Eddy, Nyoman Tusthi, 1989, Unsur Serapan Dari Bahasa Asing dalam Bahasa
Indonesia (Tinjauan Kesejahteraan dan Perkembangan), Nusa Indah:
Kendari.
Effendi, S., Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Bendar, Jakarta;
Pustaka Jaya, 1995
Haenen, Paul., Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah, Jakarta; Yayasan Obor
Indonesia, 2002
Hidayat, Rahmat Taufik, dkk, 2007, Peperenian Urang Sunda, Banding: Kiblat,
Cet. ke-2
Kridalaksana, Harimurti., Kamus Linguistik, Jakarta: PT Gramedia, 1983, cet. Ke2
____________________., Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, Jakarta;
Gramedia, 1996, cet. Ke-2
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, Kamus Umum Basa Sunda, Bandung; Tarate,
1980
Moeliono, Anton. M., Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta:
Djambatan, 1985
Muhammad, Abu Bakar., Tata Bahasa Arab, Surabaya; Al-Ikhlas, 1982
Munawir, Ahmad Warson, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia,
Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984
Peteda, Mansur, 1991, Linguistik Terapan, Nusa Indah: Endari. Cet-1
Ajip Rosidi, 2003, The Sundanese Youth Congres translated by J. Noorduyn,
dalam Tulak Bala; Sistem Pertahanan Tradisional Masyarakat Sunda
dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda, Bandung: Pusat Studi
Sunda
Samsuri, Analisa Bahasa, Jakarta, Erlangga, 1994
Shaleh, Qamaruuddin, Al-amin, Al-Qur’an Terjemah Bahasa Sunda, Bandung;
CV. Penerbit Diponegoro, 2003, Cet. Ke-10
Shihab, M. Q, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Lentera Hati, Jakarta 2007, Cet. ke-VII
Simorangkir, dkk, Kesusastraan Indonesia, Jakarta : Pembangunan, 1959
Sudaryat, Yayat., Tata Bahasa Sunda Kiwari, Bandung: Yrama Widya, 2009
_____________., Ulikan Semantik Basa Sunda, Bandung: CV. Geger Sunten,
2003, Cet. ke-3
Soedarno., Kata Serapan dari bahasa Arab, Jakarta; Arikha Media Cipta, 1990
Superno. E.p., Logat (Catatan Kata-kata Serapan Bahasa Indonesia dari bahasa
Arab), (Semarang; Surya Angkasa, 1994), cet. Ke-1
Sugihastuti, Bahasa Indonesia dari Awam, Mahasiswa sampai Wartawan,
Yogyakarta, Gamma Media, 2003
Tamsyah, Budi Rahayu., dkk, 2010, Galuring Basa Sunda, Bandung: CV. Pustaka
Setia, cet. ke-4
KATA SERAPAN
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab
pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda
(Surah At-Taubah Ayat 1-50)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Zaky Mubarok
NIM: 104024000851
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
untuk yang tercinta…
Papah dan Mamah, Drs. Olih M.S dan Yeti Rohayati M.Pd
Irfan, Lala, Roro
Hamsiyah
WS. Rendra dan Ken Zuraida Rendra
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strara
1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua
sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 23 Agustus 2011
Zaky Mubarok
NIM: 104024000851
ii
KATA SERAPAN
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab
pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda
(Surah At-Taubah Ayat 1-50)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Diajukan Oleh:
Zaky Mubarok
NIM: 104024000851
Pembimbing,
Dr. Akhmad Saehudin, M.Ag
NIP: 19700505 200003 1 003
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1429 H/ 2008 M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KATA SERAPAN; PERBANDINGAN PERUBAHAN
MAKNA KATA SERAPAN DARI BAHASA ARAB PADA AL-QUR’AN
TERJEMAH BAHASA INDONESIA DAN BAHASA SUNDA (Surah AtTaubah Ayat 1-50) yang ditulis oleh Zaky Mubarok, NIM : 104024000851 telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 26 Agustus 2011, dan telah diperbaikai sesuai dengan
saran dan komentar Tim Penguji.
TIM PENGUJI
Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag.,
(Ketua Sidang)
(…………………………..)
Tanggal:
Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum.,
(Sekretaris Sidang)
(…………………………..)
Tanggal:
Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag.,
(Pembimbing)
(…………………………..)
Tanggal:
Drs. Ikhwan Azizi, MA,
(Penguji I)
(…………………………..)
Tanggal:
Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum.,
(Penguji II)
(…………………………..)
Tanggal:
iv
TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah Swt. yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulisan skripsi sebagai sarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di
Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta ini dapat penulis selesaikan.
Salawat salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw.,
keluarga, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di
hari akhir. Amin!
Dalam terima kasih ini, penulis haturkan terima kasih kepada Prof. Dr.
Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta; Dr. Abdul Wahid Hasyim, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; dan Dr.
Ahmad Syaekhudin M. Ag., Ketua Jurusan Tarjamah.
Kepada pembimbing, Dr. Akhmad Saehudin M. Ag. yang telah
meluangkan waktu di tengah kesibukannya serta kesabarannya dalam bimbingan
penulis haturkan terima kasih; Dr. Sukron Kamil, MA, dan Moch. Syarif
Hidayatullah M.Hum. selaku pembimbing Akademik yang telah mengarahkan,
mengajarkan, dan mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.
Kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah mendidik dan
mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan bahasa, budaya,
dan terjemahan,
khususnya Moch. Syarif Hidyatullah, M.Hum, yang mengajarkan seluk beluk
dunia terjemah, terima kasih. Semoga amal mereka diterima Allah Swt. Amin!
Kepada orang tua tercinta, Drs. Olih MS dan Yeti Rohayati M. Pd. yang
selalu mendoakan penulis, sehingga penysusunan skripsi ini terasa lebih ringan.
Begitu juga, kepada Adik-adik tercinta Irfan Fuad Nugraha, Tri Ayu Meilawati
dan Anna Qurratuain yang menjadi penyemangat penulis dalam menapaki dunia
ini. kepada yang tercinta Hamsi El-Sahara yang selalu menjadi inspirasi dan
dorongan untuk terus bergerak. Terima kasih.
v
Terima kasih yang amat sangat kepada WS. Rendra yang telah memberi
pijar pada jalan yang sudah gelap. Ibu Ken Zuraida Rendra yang selalu memberi
semangat tiada henti. Teh Mey dan Kang Arul, Mas Esis, Icha dan Joel, Totenk
Mahdasi Tatang, Ambadewi, Om Yus, Bi Lili dan keluarga, aku cinta padamu.
Kawan-kawan Jurusan Tarjamah 2004, Abdur Rahman, Heri, Luki,
Nurikhwan, Alhafiz, Amir, Anna. Fina, Muna, Munay, Silvi, Nunung, Erwan dan
Puput atas segala dukungan dan bantuan mereka, khususnya Tatam yang selalu
memberi bantuan dan semangat yang tiada henti, sehingga skripsi ini dapat
penulis selesaikan. Juga kawan-kawan angkatan 2005-2010, terimakasih.
Saudara-saudara di Sanggar Altar, Makyun Subuki, Aa Isol, Ipoeng, Ipul
dan Liga, Hijarah Ahmad, Mas Hendri, Elex sw, Komarudin King-king, Hafas,
Basri, Akbar Soge, Boby Efri, kapan kita pentas lagi? Saudara di El-Na’ma,
Teater Syahid, KMM Riak, Galuh Jaya, terima kasih. Juga kawan diskusi dan
menulis yang selalu hangat, Iyya, Dede, Bowo, dan Abah Alawi, terima kasih.
Keluarga besar Sanjo Boyz yang selalu bergerak tanpa beban. Keluarga
besar Ken Zuraida Project, Om Amir, Om Edhar, Dwi Klik Santosa, yang selalu
mendorong untuk terus bergerak pada perubahan.
Semoga skripsi
yang sederhana ini bermanfaat bagi peminat
penerjemahan khususnya penerjemahan al-Quran. Kurangnya ada, lebihnya pun
ada. Semoga masukan dan saran-saran dari semua pihak dapat melengkapi skripsi
ini. Amin!
Jakarta, Agustus 2011
Zaky Mubarok
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………i
SURAT PERNYATAAN ...................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iv
TERIMA KASIH .................................................................................... v
DAFTAR ISI…………………………………………………………... vii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................................ x
ABSTRAK .............................................................................................. xii
BAB I:
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan.................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7
D. Metodologi Penelitian ............................................................ 8
E. Sistematika Penulisan ............................................................. 9
BAB II
Kerangka Teori
A. Kosakata dan Makna .......................................................................... 11
B. Kata Serapan Arab.............................................................................. 12
vii
C. Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab
Ke dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia ................................. 15
1. Bidang Fonem ......................................................................... 16
a. Penggantian Fonem ..................................................... 17
b. Penghilangan Fonem ................................................... 25
c. Pelonggaran kaidah Fonem.......................................... 27
2. Pola Suku Kata ........................................................................ 30
D. Kata Istilah, Pengulangan, dan Imbuhan ............................................ 32
1. Kata Istilah .............................................................................. 32
2. Pengulangan ............................................................................ 33
3. Imbuhan ................................................................................... 35
E. Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab ... 38
F. Jenis Perubahan Makna ...................................................................... 39
a. Peluasan Makna ......................................................................... 39
b. Penyempitan Makna .................................................................. 40
c. Peninggian Makna ..................................................................... 40
d. Penurunan Makna ..................................................................... 40
e. Persamaan Makna ...................................................................... 41
f. Pertukaran Makna ...................................................................... 41
viii
BAB III
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab
pada al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda .... 42
A. Perbandingan Perubahan Makna Kata serapan .................................. 43
B. Perbandingan Bentuk Penyerapan ...................................................... 79
BAB IV
Penutup
A. Keimpulan .............................................................................. 82
B. Saran dan Kritik...................................................................... 85
Daftar Pustaka ......................................................................................... 86
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi yang dipakai dalam Skripsi ini adalah pedoman Transliterasi ArabIndonesia berdasarkan Surat Keputusan bersama Meneri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 22 Jauari 1988.
Ara
Latin
Arab
Latin
Arab
Latin
‫ا‬
a
‫ز‬
z
‫ق‬
q
‫ب‬
b
‫س‬
s
‫ك‬
k
‫ت‬
t
‫ش‬
sy
‫ل‬
l
‫ث‬
ts
‫ص‬
sh
‫م‬
m
‫ج‬
j
‫ض‬
d
‫ن‬
n
‫ح‬
h
‫ط‬
th
‫و‬
w
‫خ‬
kh
‫ظ‬
z
‫ﻩ‬
h
‫د‬
d
‫ع‬
‘
‫ء‬
’
‫ذ‬
ż
‫غ‬
g
‫ي‬
y
‫ر‬
r
‫ف‬
f
b
-
Catatan:
1. Konsonan yang bersyaddah ditulis dengan rangkap
Misalnya ; ‫ رﺑـﻨـﺎ‬ditulis rabbanâ.
x
2. Vokal panjang (mad) ;
Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris di bawah) di tulis î, serta
dammah (baris di depan) ditulis dengan û. Misalnya; ‫ اﻟـﻘـﺎرﻋـﺔ‬ditulis alqâri‘ah, ‫ اﻟﻤــﺴـﺎآـﻴـﻦ‬ditulis al-masâkîn, ‫ اﻟـﻤـﻔـﻠﺤﻮن‬ditulis al-muflihûn
3. Kata sandang alif + lam (‫)ال‬
Bila diikuti oleh huruf qamariyah ditulis al, misalnya ; ‫ اﻟـﻜﺎﻓـﺮون‬ditulis alkâfirûn. Sedangkan, bila diikuti oleh huruf syamsiyah, huruf lam diganti
dengan huruf yang mengikutinya, misalnya ; ‫ اﻟـﺮﺟـﺎل‬ditulis ar-rijâl.
4. Ta’ marbûthah (‫) ة‬.
Bila terletak diakhir kalimat, ditulis h, misalnya; ‫ اﻟـﺒـﻘـﺮة‬ditulis al-baqarah.
Bila ditengah kalimat ditulis t, misalnya; ‫ زآﺎة اﻟـﻤـﺎل‬ditulis zakât al-mâl, atau
‫ ﺳـﻮرة اﻟﻨـﺴـﺎء‬ditulis sûrat al-Nisâ`.
5. Penulisan kata dalam kalimat dilakukan menurut tulisannya, Misalnya;
‫ وهـﻮ ﺧـﻴـﺮازﻗــﻴﻦ‬ditulis wa huwa khair ar-Râziqîn.
xi
ABSTRAK Zaky Mubarok,
“Kata Serapan, Perbandingan Perubahan Makna Kata
Serapan dari Bahasa Arab pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan
Bahasa Sunda (Surah At-Taubah Ayat 1-50)”, Program Studi Tarjamah,
Fakultas Adab Dan Humaniora, Universitas Islam Negeri
Syarif
Hidayatullah, Jakarta 1432 H/ 2011 M. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kata serapan bahasa Arab
berpengaruh dan digunakan dalam bahasa Indonesia dan bahsa Sunda. Khususnya
dalam penerjemahan teks keagaamaan seperti Al-Qur’an.
Bahasa merupakan alat komunikasi pertama. Komunikasi yang dilakukan dengan
bahasa lisan maupun tulisan, sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan dan
perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan dipengaruh oleh proses interaksi
antar budaya dan salah satunya adalah melalui bahasa. Interaksi antar bahasa
mengakibatkan saling mempengaruhi, dan bahasa yang kosakatanya lebih banyak
mempunyai pengaruh yang lebih besar.
Kegiatan komunikasi inilah yang nantinya mengakibatkan penyerapan terjadi di
mana-mana, baik budaya, kesenian, maupun bahasa. Proses penyerapan ini bisa
terjadi melalui kegiatan apa saja. Khusus proses penyerapan bahasa biasanya
terjadi melaui interaksi komunikasi lisan maupun tulisan, sampai kemudian
nantinya ada yang dinamakan bahasa serapan.
xii
F
FAKULTA
S ADAB DA
AN HUMAN
NIORA
UNIVERS
SITAS ISL
LAM NEG
GERI
SYA
ARIF HID
DAYATULLAH JA
AKARTA
A
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Bahasa adalah gejala manusiawi-umum. Tidak ada manusia tanpa bahasa dan
tidak ada bahasa tanpa manusia. Di manapun manusia hidup, mereka menuturkan
suatu bahasa.
Bahasa merupakan alat komunikasi pertama. Komunikasi yang dilakukan
dengan
bahasa
lisan
maupun
tulisan,
sangatlah
berpengaruh
terhadap
perkembangan dan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan dipengaruh
oleh proses interaksi antar budaya dan salah satunya adalah melalui bahasa.
Interaksi antar bahasa mengakibatkan saling mempengaruhi, dan bahasa yang
kosakatanya lebih banyak mempunyai pengaruh yang lebih besar. Seperti halnya
bahasa Arab, Inggris, Portugis, Spanyol dan Belanda mempengaruhi bahasa
Nusantara (Melayu, Sunda, Jawa, Makasar, Sulawesi, dll.) Bahasa asing ini
memberikan kekayaan kosakata dan makna bagi penutur bahasa di Nusantara.
Bahkan pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia sudah terjadi sebelum
bahasa Indonesia dinyatakan resmi sebagai bahasa nasional.1
Pengambilan kata dari satu bahasa oleh bahasa lain merupakan gejala yang
biasa, baik pada masa lalu maupun pada masa kini. Jepang sebagai negara maju
memiliki bahasa yang kata-katanya menyerap dari bahasa Cina dan Bahasa
Inggris, bahasa internasional yang sering dianggap memiliki perbendaharaan kata
1
Nyoman Tusthi Eddy, Unsur Serapan dari Bahasa Asing Terhadap Bahasa Indonesia
(Tinjaua Kesejahteraan dan Perkembangan), (Kendari: Nusa Indah, 1989), h. 10
yang kaya banyak menyerap bahasa Perancis, sedangkan bahasa Perancis
menyerap kata-kata dari latin.2
Bahasa melayu sebagai dasar bahasa Indonesia banyak sekali terpengaruh
oleh bahasa asing seperti bahasa Belanda, Portugis, Arab dan bahasa lainya.
Pengaruh tersebut terjadi karena adanya kontak kebudayaan, perdagangan dan
penyebaran agama. Di Indonesia, penyebaran agama menjadi salah satu faktor
penentu bagi tersebarnya bahasa asing, terutama bahasa serapan Arab.
Islam masuk ke kawasan Melayu pada khususnya dan Nusantara pada
ummnya melalui Gujarat. Bersama dengan masuknya agama Islam di Melayu,
masuk pula kebudayaan, kesusastraan, bahasa Arab dan Persi. Masuknya bahasa
arab ke Melayu diikuti pula dengan masuknya tulisan dan kosakata Arab.
Masuknya kata-kata Arab dalam bahasa Melayu sebagian besar melalui proses
asimilasi dan adaptasi fonemis dan morfemis.
Kegiatan komunikasi inilah yang nantinya mengakibatkan penyerapan
terjadi dimana-mana, baik budaya, kesenian, maupun bahasa. Proses penyerapan
ini bisa terjadi melalui kegiatan apa saja. Khusus proses penyerapan bahasa
biasanya terjadi melaui interaksi komunikasi lisan maupun tulisan, sampai
kemudian nantinya ada yang dinamakan bahasa serapan.
Bahasa serapan dapat terjadi melaui aktifitas pengajaran bahasa misalnya,
seseorang yang menguasai dua bahasa (bilingual) atau lebih (multilingual), maka
bahasa kedua akan banyak mempengaruhi bahasa pertama. Dilihat dari segi
2
Sudarno, Kata Serapan dari Bahasa Arab, (Jakarta: Arikha Media Cipta, 1992), Cet.
Ke-2, h. 14
2
statusnya bahasa dapat dibagi atas beberapa bahasa di antaranya adalah bahasa
Daerah, bahasa Nasional dan bahasa Negara.3
Bahasa daerah adalah penamaan bahasa yang digunakan oleh kelompok
orang yang anggotanya-anggotanya secara relatif memperlihatkan frekuensi
interaksi yang lebih tinggi diantara mereka dibanding dengan mereka yang tidak
bertutur kata dalam basaha daerah.4 Biasanya bahasa daerah digunakan sebagai
ikatan-ikatan kekerbatan dan upacara-upacara yang berkaitan dengan lingkaran
lingkungan hidup masing-masing.
Bahasa Sunda termasuk rumpun melayu yang kita sebut Melayu Polinesia.
Bahasa ini erat berhubungan dengan dengan bahasa Jawa dan Melayu, terutama
dengan yang tersebut pertama, dan dipergunakan di seluruh Jawa Barat, yaitu di
kresidenan Priangan, Cirebon, Jakarta, Banten dan Karawang yang dahulu juga
merupakan kresidenan sendiri.5
Pada proses penyebaran agama Islam, khususnya di wilayah penutur
bahasa Sunda, penyerapan bahasa Arab terjadi bukan hanya karena interaksi
dengan para pedagang saja, melainkan melalui penerjemahan-penerjemah bukubuku berbahasa Arab sebagai sumber kajian. Kata-kata yang tidak ada
padanannya dalam bahasa Sunda akhirnya digunakan.
Tidak menjadi persoalan ketika makna kata yang diserap tidak berubah
dalam bahasa sasaran. Seperti kata adil -‫ﻋﺎدل‬- /‘âdil/, kata tersebut tidak
mengalami perubahan makna. Kata adil dalam bahasa Sunda bermakna ‘merenah,
3
Mansur Peteda, Linguistik Terapan, (Kendari: Nusaindah,1991), cet. Ke-1, h. 84-85
Sugihastuti, Bahasa Indonesia dari Awam, Mahasiswa sampai Wartawan, (Yogyakarta,
Gamma Media, 2003), cet. Ke-1, h. 52
5
Coolsma, S, Soendaneesche Spraakkunst, (Tata Bahasa Sunda), terjemehan Husein
Widjaya kusumah dan Yus Rusyana, (Bandung: Djambatan, 1985), h. 3
4
3
dina tempatna, teu beurat sabeulah’6 (pas, pada tempatnya, tidak berat sebelah –
terjemahan Penulis-).’ Pada bahasa Indonesia kata adil bermakna ‘sama berat;
tidak berat sebelah; tidak memihak.’7 Pada bahasa arab kata ‫ ﻋﺎدل‬bermakna
‘meluruskan; membuat imbang; yang sama; sepadan.’8
Berbeda dengan kata ‫ اﻟﻔﺘﻨﺔ‬/al-fitnah/ dalam bahasa Indonesia menjadi
fitnah. Sedangkan dalam bahasa Sunda menjadi pitenah. Makna kata ‫ اﻟﻔﺘﻨﺔ‬dalam
bahasa Arab yang bermakna ‘kesesatan’.9 Pada bahasa Indonesia kata fitnah
bermakna ‘perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan
dengan maksud menjelekan orang,’10 sedangkan dalam bahasa Sunda pitenah
bermakna ‘caritaan anu ngandung maksud ngarugikeun batur (perkataan yang
mengandung maksud merugikan orang lain’.11
Perubahan makna tersebut akan menjadi berbahaya jika dipakai untuk
menerjemakan. Ide bahasa sumber (bsu) akan menjadi menjadi melenceng, dan
pesan bahasa sumber menjadi berbeda dalam bahasa sasaran (bsa).
Penggunaan kata serapan yang berubah maknanya terjadi dalam
penerjemahan al-Qur’an bahasa Indonesia oleh Depag dan al-Qur’an bahasa
Sunda oleh K.H. Komarudin Shaleh pada seperti pada surah at-Taubah ayat 49:
6
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, Kamus Umum Bahasa Sunda, (Bandung: Tarate,
1980), cet. Ke-2, h. 3
7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa Indonesia, Edisi Ketiga,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. Ke-3, h. 8
8
Munawir, A, W, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), cet. Ke-14, h.905
9
Idem, h. 1033
10
Departemen Pendidikan Nasional, h. 318
11
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 389
4
z Ψ¨ γ
Ο
y _
y χ

)Î uρ 3 #( θÜ
ä )
s ™
y πÏ Ζu G÷ 
Ï 9ø #$ ’ûÎ ω
Ÿ &r 4 ©
û _hÍ GÏ 
ø ?s ω
Ÿ uρ ’<kÍ β‹
x ø #$ Α
ã θ)
à ƒt ⎯Β¨ Νγ
ß Ζ÷ ΒÏ ρu
∩⊆®∪ š⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$$Î/ 8πsÜŠÅsßϑs9
Terjemah bahasa Indonesia: Di antara mereka ada orang yang berkata:
“berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan jangan jadikan saya
terjerumus dalam fitnah.” Ketahuilah bahwa mereka telah terjurumus ke dalam
fitnah. Dan sesungguhnya jahanam itu meliputi orang-orang yang kafir.
Terjemah bahasa sunda: Jeung ti antara maranéhna aya anu nyarita:
“Idinan kaula (cicing) jeung poma ulah mitenah kaula.” Sing nyaho yén
manéhna geus tigebrus kana pitenah. Jeung saéstuna Jahanam téh ngurung
jalma-jalma kapir.
Padahal, makna kata fitnah pada ayat di atas adalah, fitnah pertama
‘kegagalan menghadapi ujian,’ dan fitnah kedua ‘neraka.’12
Sebaiknya, penerjemahan ayat tersebut adalah, Di antara merekeka ada
yang berkata: “Izinkanlah aku dan jangan menjerumuskan aku kedalam
kegagalan menghadapi ujian.” Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke
dalam Neraka karena gagal. Sungguh, neraka Jahanam adalah untuk orangorang kafir. -terjemahan penulis-)
12
Shihab, M. Q, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Lentera Hati,
Jakarta 2007), Cet. ke-VII, hal. 613-615
5
Fakta di atas tadilah yang mendorong Penulis untuk meneliti kata-kata
serapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia. Hingga Penulis melakukan penelitian dan menuliskannya dengan judul
"Kata Serapan; Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa
Arab pada al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Surah
at-Taubah Ayat 1-50)"
B. Pembatasan dan Perumusan
Penelitian terhadap bahasa pastilah memerlukan waktu yang sangat
panjang dan melelahkan. Sebab jika meneliti satu sisi dari bahasa, maka sisi yang
lainnya muncul sebagai unsur yang sama pentingnya dengan sisi sebelumnya.
Sisi-sisi tersebut saling berkaitan satu sama lain dan saling menguatkan bahkan
menjadi teori yang baru.
Oleh karena hal tersebut, untuk mengurangi pelebaran masalah dari
penelitian yang akan dilakukan, Penulis sengaja membatasi masalah-masalah yang
akan diteliti. Penulisan ini hanya terkait pada kata-kata serapan yang terdapat pada
al-Qur’an terjemah bahasa Sunda dan al-Qur’an terjemahan bahasa Indonesia
yang berasal dari bahasa Arab surah at-Taubah ayat 1-50. Penelitian ini
dikhususkan untuk membandingkan perubahan makna kata serapan dari bahasa
Arab pada bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dengan studi kasus pada al-Qur’an
terjemaha kedua bahasa tersebut.
6
Dengan demikian, penulisan ini Penulis rumuskan sebagai berikut dengan
bentuk pertanyaan yang akan dijawab setelah penelitian dan pengkajian yang
mendalam. Ada pun pertanyaannya sebagai berikut:
1.
Seberapa
besarkah
pengaruh
kata
serapan
terhadap
proses
penerjemahan?
2.
Bagaimanakah perubahan makna kata serapan bahasa Arab pada
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penulis melakukan penelitian ini tidaklah tanpa tujuan. Dari tujuan itu
timbulah manfaat-manfaat yang dapat diambil. Dengan jelas Penulis merumuskan
tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1.
Mengetahui kata serapan dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia
yang berasal dari bahasa Arab pada kedua al-Qur’an terjemahan
dalam surah at-Taubah
2.
Membandingkan pergeseran makna kata serapan bahasa Arab pada
bahasa Indonesia dan Sunda
Ada pun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1.
Memperkaya khasanah kebahasaan bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia.
2.
Mempermudah bagi siapa saja yang ingin mengetahui kata sarapan
dari bahasa Arab yang terdapat dalam bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia.
7
D. Metodologi Penelitian
Metode yang Penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
Naratif
komparatif,
yaitu
dengan
cara
mengumpulkan
data
kemudian
menguraikan dan membandingkan hingga tercapai tujuan penelitian yang telah
dirumuskan sehingga data hasil penelitian bisa diambil manfaatnya.
Ada pun dalam pencarian data, Penulis menganalisis sejumlah kata
serapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam al-Qur’an terjemah bahasa
Indonesia dan al-Qur’an terjemah bahasa Sunda pada surah at-Taubah ayat 1-50.
Kemudian
Penulis
menguraikan,
mengelompokan
dan
membandingkan
maknanya, dengan teori yang sesuai dengan penelitian dan fakta-fakta yang
menyebabkan terjadinnya pergeseran makna.
Di luar itu, untuk menunjang materi dan keilmiahan penelitian, Penulis
melakukan konsultasi dengan para ahli yang terkait. Merujuk sumber-sumber lain
yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian ini seperti, buku-buku semantik,
linguistik, morfologi, fonologi, data-data dari internet, dan lain-lain.
Kemudian dalam penyusunan dan tehnik penulisan skiripsi, Penulis
berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) yang dikeluarkan oleh Center of Quality Development an Assurance
(CeQDA) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
Sedangkan pedoman translitersai yang digunakan Penulis adalah transliterasi alQur’an terjemahan Departemen Agama.
8
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini penulis lakukan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab Pertama, berupa pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah
penulisan, kemudian pembatasan dan perumusan masalah agar penulisan tidak
melebar, dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari hasil
penelitian
Pada bagian terakhir bab ini tulisan ditutup dengan sistematika
penulisan.
Bab kedua, berupa Kerangka Teori yang berisikan Teori Penerjemahan, Hakikat
Kosakata dan Makna, Hakikat Kata Serapan Arab, Proses Penyerapan Kata-kata
Bahasa Arab Kedalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia dengan pembagian
sebagai berikut: pertama, Bidang Fonem, pada bagian ini yaitu, Penggantian
Fonem, Penghilangan Fonem, Pelonggaran kaidah Fonem. Kedua, Pola Suku Kata
yang dibagi kepada: Pengubahan Pola dan Penggantian Pola. Kemudian
dilanjutkan dengan sub bab selanjutnya Kata-kata Istilah, Pengulangan
(reduplikasi), dan Pengimbuhan (afiksasi), Hakikat Makna dan Perubahan Makna
Kata Serapan Bahasa Arab, dan Jenis Perubahan Makna yang berisikan, Meluas,
Menyempit, Peninggian, Penurunan Persamaan dan Pertukaran makna.
Bab ketiga, adalah pembahasa Perbandingan kata serapan, bab ini akan
membahas perbandingan kata serpan pada bahasa Sunda dan bahasa Indonesia
sesuai dengan teori dan dikelompokan menjadi dua sub judul, pertama,
Perbandingan perubahan makna Kata serapan. Kedua, Perbandingan Proses
Penyerapan.
9
Bab keempat, Penutup, bab ini adalah penutup dari seluruh penelitian. Bab ini
akan diisi oleh Kesimpulan, Saran dan Kritik. Pada bab ini juga memuat tesis
Penulis dari hasil panelitian yang sudah dilakukan
10
F
FAKULTA
S ADAB DA
AN HUMAN
NIORA
UNIVERS
SITAS ISL
LAM NEG
GERI
SYA
ARIF HID
DAYATULLAH JA
AKARTA
A
BAB II
KATA SERAPAN
A. Kosakata dan Makna
Bila kita perhatikan dengan teliti percakapan seseorang dengan yang lainnya atau
sebuah tulisan, maka akan kita jumpai beberapa kata dengan susunan tertentu
sehingga menjadi urutan kata-kata yang bermakna. Dengan kata lain, orang
berbahasa (baik tulisan atau lisan) ialah orang yang sedang menyusun kata-kata
dengan urutan tertentu sehingga menghasilkan makna. Semakin banyak jumlah
kata yang dikuasai seseorang, memungkinkan terciptanya kelancaran berbahasa
dan makna yang luas.
Hal ini akan jelas terlihat jika kita perhatikan perkembangan berbahasa
pada manusia. Perbendaharaan dan penguasaan kata-kata bertambah pula seiring
dengan tingkat kedewasaan dan keluasan ilmu pengetahuannya. Penambahan
perbendaharaan kata-kata menjadi pengetahuan dalam diri seseorang sampai akhir
hayatnya.
Penggunaan secara sistematis terhadap unsur bahasa lain oleh seseorang
merupakan bagian dari suatu bahasa yang tanpa disadari oleh pemakainya.
Peminjaman ini disebut proses integrasi.13 Pada proses integrasi unsur-unsur
bahasa lain yang terbawa masuk itu sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dari bahasa yang menerimanya atau yang dimasukinya. Proses
integrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya.
13
Harimukti Kridalakasana, Kamus Linguistik, (Jakarta: PT. Gramedia, 1983), cet. ke-2, hal. 62
11
Terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang
dipergunakan, sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang
sedang dipergunakan disebut dengan interferensi.
B. Kata Serapan
Kata serapan adalah salah satu faktor yang sangat aktif dalam menentukan
perkembangan bahasa. Penyerapan terjadi akibat adanya kontak antar satu bahasa
dengan bahasa lain, baik yang sekerabat maupun yang tidak sekerabat. Kontak
dengan bahasa-bahasa lain menimbulkan saling adanya pengaruh dalam bahasa
mereka dan pengaruh yang paling sederhana berupa pinjaman kata-kata karena
perkembangan antar bahasa yang saling mempengaruhi pastilah berbeda. Oleh
karena itu kata-kata serapan pasti ada pada setiap bahasa di dunia. Sebagaimana di
Indonesia, selain ada bahasa Nasional yaitu bahasa Indonesia ada juga bahasabahasa daerah. Bahkan kebanyakan masyarakat Indonesia menjadikan bahasa
Indonesia menjadi bahasa kedua
setelah bahasa daerahnya masing-masing.
Dengan situasi kebahasaan seperti itu, dapat dikatakan bahwa masyarakat
Indonesia termasuk masyarakat bilingual atau multilingual karena tidak sedikit
dari masyarakat itu yang menguasai lebih dari satu bahasa, misalnya mereka
menguasai bahasa Indonesia, bahasa daerahnya sendiri, juga menguasai bahasa
asing.
Penyerapan dari satu bahasa ke bahasa lain dapat terjadi secara leksikal.
Pada proses penyerapan unsur bahasa secara leksikal akan terbawa juga proses
12
penyerapan bunyi. Penyerapan leksikal dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
penyerapan dialek, penyerapan mesra, penyerapan kultural.
1). Penyerapan dialek adalah penyerapan yang diambil dari salah satu
dialek dalam bahasa Indonesia, seperti damprat (memaki-maki),
mendusin (sadar), dan lain-lain. Dianggap sebagai penyerapan dialek
karena merupakan salah satu dialek bahasa Indonesia yang diambil
dari bahasa Jakarta (Betawi).
2). Penyerapan mesra adalah penyerapan dari bahasa lain yang terdapat
dalam daerah kebahasaan Indonesia, seperti kata ganteng, leluhur,
dan prihatin yang berasal dari bahasa Jawa.
3). Penyerapan kultural adalah bahasa yang diambil dari bahasa yang
tidak ada dalam daerah kebahasaan Indonesia, seperti kata fakir,
jahiliyah, dan kiamat yang diserap dari bahasa Arab.
Di samping penyerapan leksikal ada pula penyerapan struktural, yang
termasuk dalam penyerapan ini adalah penyerapan yang menyangkut unsur
fonem, morfem, dan kalimat.14
Bahasa
Indonesia
yang
berasal
dari
bahasa
melayu,
dalam
perkembangannya telah banyak menyerap kata-kata dari bahasa serumpun
ataupun bahasa asing. Salah satu bahasa asing yang telah banyak mempengaruhi
perkembangan bahasa Indonesia adalah bahasa Arab. Kehadiran bahasa Arab
dalam bahasa Indonesia dimulai sejak berkembangnya agama Islam di Indonesia
yang dibawa oleh orang-orang Persia, India, dan Arab. Al-Qur’an sebagai kitab
14
Samsuri, Analisa Bahasa, (Jakarta, Erlangga, 1994), cet. Ke-9, h. 52-53
13
suci umat islam yang berbahasa Arab memegang peran penting dalam proses
penyebaran islam, selain itu mereka mengisahkan cerita-cerita tentang para nabi
dan juga tulisan-tulisan lain tentang agama islam yang berbahasa Arab, sehingga
tanpa disadari kata-kata tersebut terserap dalam bahasa Indonesia.15
Kata-kata serapan dari bahasa Arab telah memperkaya kosa kata bahasa
Indonesia. Kata-kata yang berasal dari bahasa Arab sudah sering digunakan oleh
hampir seluruh masyarakat Indonesia dalam keseharian mereka, terutama dalam
bidang keagamaan, sehingga kata-kata tersebut sudah tidak terasa asing lagi.
Kata-kata yang terkait dalam bidang keagamaan, seperti masya Allah, insya Allah,
takdir, dan masih banyak lagi yang lainnya yang mungkin sudah tidak asing lagi
ditelinga kita.
Bahasa Sunda, semula oleh para sarjana belanda disebut-sebut sebagai
sempalan dari bahasa Jawa, oleh karenanya wilayah sunda pada jaman kolonial
disebut jawa bagian barat atau Jawa Barat. Namun, kenyataannya ternyata tidak
begitu, Sunda merupakan wilayah tersendiri yang bukan jawa. Begitu juga dengan
bahasanya. Bahkan pada tahun 1956, para pemuda pasundan pernah mengadakan
kongres untuk menolak penyebutan Jawa Barat untuk wilayah Sunda.16 Namun
hasilnya hanya tersimpan dalam hati saja.
Seperti halnya yang terjadi pada semua bahasa, kontak antar bahasa pasti
tidak bisa dihindari. Sehingga terjadilah proses integrasi, serap-menyerap,
berdasarkan pada kebutuhan perkembangan zaman. Begitu juga pada bahasa
15
Simorangkir, dkk, Kesusastraan Indonesia, (Jakarta : Pembangunan, 1959), h.66
Ajip Rosidi, The Sundanese Youth Congres translated by J. Noorduyn, dalam Tulak
Bala; Sistem Pertahanan Tradisional Masyarakat Sunda dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya
Sunda, (Bandung: Pusat Studi Sunda, 2003), h. 57
16
14
Sunda, percampuran terjadi karena para penutur bahasa Sunda bersinggungan
dengan penutur bahasa lain.
Pada bahasa Sunda, kata serapan disebut basa kosta (bahasa asing)17 atau
kecap serepan.18 Dengan begitu, kata serapan serapan adalah bahasa asing yang
digunakan dalam bahasa lokal. Perkembangan penggunaannya tidak jauh berbeda
seperti yang terjadi pada bahasa Indonesia. Kontak budaya dan bahasa yang
terjadi di tanah Sunda menjadi penyebab utama berkembang dan masuknya lebih
banyak lagi kata serapan. Oleh karena orang Sunda banyak yang memeluk agama
Islam, maka kata-kata yang berasal dari bahasa Arab tidak bisa ditolak. Terlebih
untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak ada padanannya dalam bahasa Sunda
seperti istilah-istilah yang sangat erat hubungannya dengan keagamaan.
C.
Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab Kedalam Bahasa Sunda
dan Bahasa Indonesia
Proses penyerapan bahasa terjadi melalui kontak budaya antar bangsa.
Kontak bahasa yang tidak bisa dihindarkan akhirnya terjadi dan saling
mempengaruhi. Masuknya kata-kata yang berasal dari bahasa Arab dan diserap
oleh berbagai bahasa yang ada di Nusantara bersamaan dengan masuknya agama
Islam ke Nusantara.19
17
Rahmat Taufik Hidayat, dkk, Peperenian Urang Sunda, (Banding: Kiblat, 2007), Cet.
ke-2, h. 260
18
Budi Rahayu Tamsyah, dkk, Galuring Basa Sunda, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2010), cet. ke-4, h.65
19
Superno, Ep., Logat (Catatan Kata-Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa
Arab), (Surya angkasa, Semarang, 1994), Cet. ke-1, hal. 1
15
Setiap bahasa memiliki aturan atau kaidah yang disebut dengan tata
bahasa. Dalam tata bahasa diatur segala sesuatu yang berkaitan dengan
kebahasaan seperti bidang semantik, sintaksis, morfologi, dan fonologi. Apabila
terdapat bahasa asing atau bahasa daerah yang terserap ke dalam bahasa Indonesia
maka kata atau bahasa tersebut akan menyesuaikan dengan kaidah atau sistem
bahasa Indonesia sehingga akan mengalami perubahan. Begitu juga pada bahasa
Sunda, bila ada kata asing yang masuk ke dalam bahasa Sunda, maka akan
mengalami perubahan karena menyesuaikan dengan kaidah bahasa Sunda.
Bentuk penyerapan yang masuk kedalam bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda secara garis besar ada dua:
1. Bidang Fonem
Fonem merupakan abstraksi, sedangkan wujud fonetisnya tergantung
beberapa faktor terutama posisinya dalam hubungan dengan bunyi lain. Adapun
fonem itu sendiri adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukan kontras
makna.20
Fonem dalam bahasa Indonesia mempunyai 27 fonem, sedangkan bahasa
Arab mempunyai 34 fonem. Kecuali berbeda dalam jumlah, fonem dalam kedua
bahasa tersebut juga berbeda dalam wujud.21 Bahasa sunda sendiri memilki fonem
30.
Ke-27 fonem dalam bahasa Indonesia itu terdiri dari fonem vokal
sebanyak 6 dan fonem konsonan sebanyak 21, bahasa Arab memiliki fonem vokal
20
21
Harimurti Kridalaksana, hal. 44
Soedarno, hal. 61
16
5 dan fonem konsonan sebanyak 28, dan fonem suprasegmental satu. Sedangkan
bahasa Sunda memiliki 7 fonem vokal dan 19 fonem konsonan lokal dan 5 fonem
konsonan asing.22
a.
Penggantian Fonem
Di depan dinyatakan, baik bahasa Arab bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda sama-sama mempunyai fonem vokal /a/, /i/, dan /u/. Kalau fonem
vokal tersebut sama-sama memiliki oleh ketiga bahasa, tentulah tidak akan
terjadi penggantian apabila ada kata-kata bahasa Arab yang mengandung
vokal tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Maksudnya ialah tidak ada penggantian, misalnya terdapat pada kata-kata :
Akbâr
-
‘ibâdah Ma’lûm
-
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫أآﺒﺮ‬
akbar
akbar
‫ﻋﺒﺎدة‬
ibadah
ibadah
maklum
ma’lum
‫ﻣﻌﻠﻮم‬
yang masing-masing mengandung vokal /a/, /i/, dan /u/.
Tetapi bila daftar kata bahasa Indonesia dan bahasa Sunda yang
berasal dari bahasa Arab itu kita teliti lebih cermat, maka akan segera
tampak bahwa kelima vokal tersebut dalam kenyataannya ada yang
diganti, malahan justru dengan vokal yang tidak terdapat dalam bahasa
Arab. Sebagai contoh vokal /a/, /i/, dan /u/, diftong /ai/ dan /au/ bahasa
22
Budi Rahayu Tamsyah, h.17
17
Arab masing-masing diganti dengan vokal /e/ (pepet), /e/ (teleng), /o/
bahasa Indonesaia, /e/ (pepet), / é / (teleng) dan /o/ bahasa Sunda seperti
dalam kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
-
‫ﺗﺮﺗﻴﺐ‬
tertib
tartib
Dâ’irah -
‫داﺋﺮة‬
daerah
daérah
Tartîb
Penggantian vokal semacam itu tidak akan dibicarakan pada
penggantin fonem karena penggantian semacam itu merupakan akibat
penyesuaian dengan ketentuan tentang suku kata rangkaian suku kata
dalam membentuk kata.
Gejala yang sama terjadi juga dalam bidang konsonan. Sebagai contoh
konsonan /b/ dan /d/ yang dimiliki oleh bahasa Arab maupun bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda, tetapi terjadi juga penggantian di bawah ini :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
Sabt
-
‫ﺳﺒﺖ‬
saptu atau sabtu
saptu
Hasûd
-
‫ﺣﺴﻮد‬
hasut
hasud
Ada lagi satu masalah yang menyangkut fonem vokal, yaitu
penggantian vokal /a/ bahasa Arab, yang dalam tulisan Arabnya
dilambangkan dengan fathah, dengan vokal /o/ bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda yang justru tidak terdapat dalam bahasa Arab. Penggantian
itu misalnya terdapat dalam kata :
18
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
kodim
kodim
rido
rido
Qadîm
-
‫ﻗﺪﻳﻢ‬
Ridâ
-
‫رﺿﻰ‬
Diketahui, vokal /a/ yang lambangnya dalam tulisan Arab berupa
fathah, bila berangkaian dengan konsonan /kh/, /r/, /sh/, /d/, /th/, /z/, /g/
dan /q/ bahasa Arab disebut huruf mufakham23diganti dengan vokal /o/
pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Persoalan penggantian dan penerimaan fonem dalam rangka
penyesuiannya dengan pelonggaran kaidah bahasa Indonesia. Penggantian
dan pelanggaran itu berlaku untuk fonem-fonem bahasa Arab yang tidak
terdapat dalam bahasa Indonesia dan sunda, yaitu fonem konsonan /ś/, /h/,
/kh/, /z/, /s/, /sy/, /sh/, /d/, /th/, /ż/, /..‘./, /g/, /f/, dan /q/. Di samping itu, ada
juga penghilangan, bukan penggantian, yaitu konsonan /..’./ dan fonem
suprasegmental maddah.
a. 1. Konsonan /ś/
Konsonan geser antar gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda pada umumnya
diganti dengan konsonan /s/ geser gigi bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, baik ia terletak di awal maupun di akhir suku kata. Misalnya :
Śulâsâ
23
-
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﺛﻼﺛﺎء‬
salasa
selasa
Ibid, h. 64
19
Miśâl
-
‫ﻣﺜﺎل‬
misal
misal
a. 2. Konsonan /h/
Konsonan geser faringal tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa sunda biasanya diganti
dengan konsonan /h/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia terletak
di awal maupun di akhir suku kata. Contoh penggantian itu adalah :
Mahkamah
-
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﻣﺤﻜﻤﺔ‬
mahkamah
mahkamah
a. 3. Konsonan /kh/
Konsonan geser langit-langit lembut bersuara bahasa Arab ini
setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan
konsonan hambat langit-langit lembut tak bersuara, bila ia terletak di awal
suku kata. Penggantian itu misalnya terdapat dalam kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Khabr
-
‫ﺧﺒﺮ‬
kabar
Bahasa Sunda
kabar
a. 4. Konsonan / ż /
Konsonan geser antargigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk
ke dalam bahasa Indonesia umumnya diganti dengan konsonan hambat
langit-langit keras bersuara bahasa Indonesia. Misalnya :
20
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Iżn
‫إذن‬
-
ijin
Bahasa Sunda
ijin
a. 5. Konsonan /z/
Konsonan geser gigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk dalam
bahasa Indonesia umumnya diganti dengan konsonan hambat langit-langit
keras bersuara bahasa Indonesia juga. Misalnya :
Ziyârah -
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫زﻳﺎرة‬
jiarah
jiarah
Ada juga yang diganti dengan konsonan /s/ bahasa Indonesia,
terutama bila terletak di tengah atau akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Ijâsah
-
a. 6.
‫إﺟﺎزة‬
ijasah
Bahasa Sunda
ijasah
Konsonan /sy/
Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan /sy/
bahasa Indonesia, baik di awal dan lebih-lebih di akhir suku kata. Tetapi
pada bahasa Sunda, konsonan ini diganti dengan konsonan /s/. Misalnya :
Syarîkat -
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﺷﺮﻳﻜﺔ‬
sarekat
syarikat
21
a. 7.
Konsonan /sh/
Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasa diganti dengan konsonan geser
gigi /s/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia menduduki posisi awal
maupun di akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
‫ﻧﺼﻴﺤﺔ‬
Nashîhat -
nasehat
Bahasa Sunda
nasehat
a. 8. Konsonan /d/
Konsonan hambat pangkal gigi bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan
hambat gigi bersuara bahasa Indonesia /d/. Misalnya :
Da‘îf
-
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﺿﻌﻴﻒ‬
doip
daif
a. 9. Konsonan /th/
Konsonan hambat pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini
setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasa diganti
dengan konsonan hambat gigi tak bersuara /t/ bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, baik menduduki posisi awal maupun di akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Thama’
-
‫ﻃﻤﻊ‬
tamak
Bahasa Sunda
tamak
22
a. 10. Konsonan /z/
Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan kosonan
samping gigi bahasa Indonesia /l/. Penggantian itu terdapat pada kata yang
sudah lama masuk ke dalam bahasa Indonesia. Bila kata itu relatif baru, ia
diganti dengan konsonan /z/. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
Lafz
-
‫ﻟﻔﻆ‬
lafal
lafal
Hafz
-
‫ﺣﻔﻆ‬
hafal
hafal
a. 11. Konsonan /..‘../
Konsonan hambat faringal bahasa Arab ini masuk ke dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Indonesia mengalami dua macam perlakuan.
Pertama, bila ia menduduki posisi awal suku, baik suku kata itu di awal
maupun di tengah kata, konsonan tersebut dihilangkan. Kedua, bila ada di
akhir suku kata, konsonan tersebut diganti dengan /k/. Lafal /k/ itu seperti
lafal /k/ bahasa Indonesia yang menduduki posisi akhir suku kata pada
umumnya. Tetapi pada bahasa Sunda, konsonan tersebut tetap
dimunculkan. Misalnya :
‘ilm
-
Ma‘lûm -
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﻋﻠﻢ‬
ilmu
élmu
‫ﻣﻌﻠﻮم‬
maklum
ma’lum
23
a. 12. Konsonan /g/
Konsonan geser anak tekak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk
ke dalam bahasa Indonesia pada umumnya diganti dengan konsonan
hambat langit-langit lembut bersuara /g/ bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, baik ia menduduki posisi awal maupun posisi akhir suku kata,
misalnya :
Magfirah -
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﻣﻐﻔﺮة‬
magfiroh
magfirah
a. 13. Konsonan /f/
Konsonan geser bibir gigi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasanya diganti dengan konsonan
hambat bibirtak bersuara /p/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia
menduduki posisi awal maupun posisi akhir suku kata. Tetapi pada bahasa
Indonesia masih ada yang dipertahankan. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
Fikr -
‫ﻓﻜﺮ‬
pikir
pikir
Fitnah -
‫ﻓﺘﻨﺔ‬
fitnah
pitenah
a. 14. Konsonan /q/
Konsonan hambat anak tekak tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan /k/
bahasa Indonesia, baik ia menduduki posisi awal, tengah, maupun akhir
24
suku kata. Bila ia menduduki posisi awal suku kata, lafalnya seperti lafal
konsonan /k/ bahasa Indonesia yang menduduki posisi awal suku kata.
Tetapi, bila ia menduduki posisi akhir suku kata, lafalnya ada yang seperti
lafal /k/ bahasa Indonesia yang menduduki akhir suku kata. Sebagai mana
bunyi hamzah, ada pula yang berupa konsonan /k/ jelas, seperti bila /k/ itu
menduduki posisi awal kata. Misalnya :
Rizq
-
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫رزق‬
rejeki
rejeki
Mutlaq
-
‫ﻣﻄﻠﻖ‬
mutlak
mutlak
Haqq
-
‫ﺣﻖ‬
hak
hak
b. Penghilangan Fonem
Penghilangan fonem ini akan membahas bagaimana penyesuaian
bahasa Arab terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dengan
mengganti fonem bahasa Arab oleh fonem bahasa Indonesia dan Sunda
yang dianggap paling mirip.
Fonem bahasa Arab yang mendapat dua macam perlakuan24, yaitu
diganti dengan fonem bahasa Indonesia atau bahasa Sunda yang paling
mirip bila fonem bahasa Arab itu menduduki posisi akhir suku/kata dan
yang kedua dihilangkan bila fonem tersebut menduduki posisi awal
suku/kata. Fonem bahasa Arab yang mempunyai dua bentuk ialah fonem
yang biasa ditulis dengan huruf ta marbutah ( ‫)ة‬, dan selalu menduduki
24
Harimurti Kridalaksana, h. 75
25
posisi akhir kata. Lafal fonem tersebut sama dengan lafal konsonan /h/ bila
pengucapan tidak disambung dengan kata berikutnya dan sama dengan
lafal konsonan /t/ bila pengucapan itu disambung dengan kata berikutnya.
Fonem tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda ada
dua, yaitu : konsonan /h/ dan konsonan /t/ bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda.
Yang menarik tentang fonem itu ialah dikelompokkan menjadi tiga25:
pertama, kata-kata fonem penggantinya adalah konsonan /h/ bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Kedua. kata-kata fonem penggantinya adalah
konsonan /t/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Ketiga, bentuk yang
berfonem akhir konsonan /t/. Di bawah ini contoh ketiga kelompok kata
tersebut.
Fâ'idah
-
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﻓﺎ ﺋﺪة‬
faedah
faedah
jamaah/jamaat
jamaah
Jamâ'ah/t - ‫ﺟﻤﺎﻋﺔ‬
Adapun fonem-fonem yang dihilangkan adalah sebagian berikut:
b. 1. Konsonan /..‘../
Konsonan hambat glottal tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk
ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Sunda biasanya dihilangkan baik ia
menduduki posisi awal atau ahir kata. Misalnya :
25
Ibid, h. 75
26
‘ulamâ
-
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﻋﻠﻤﺎء‬
ulama
ulama
b. 2. Maddah (â, î, dan û)
Fonem Suprasegmental yang berupa tekanan panjang atau tempo
dalam bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda biasanya dihilangkan, baik ia menduduki posisi awal, tengah
maupun akhir kata. Fonem tersebut dianggap tidak ada pada bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Dalam bahasa Arab fonem suprasegmental
melekat pada vokal dan lafal vokal dalam bahasa Arab yang lebih panjang
dibandingkan dengan vokal yang tidak disertai fonem suprasegmental.
Contoh kata yang mengandung fonem suprasegmental itu adalah :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
Hâl
-
‫ﺣﺎل‬
hal
hal
Maqâm
-
‫ﻣﻘﺎم‬
makam
makom
c.
Pelonggaran kaidah Fonem
Pelonggaran kaidah adalah pelonggaran kaidah bahasa dalam usaha
menampung unsur dari luar yang berupa fonem-fonem bahasa.
Pelonggaran itu berupa menerima fonem bahasa dan menggunakannya
dalam bahasa lainnya. Dengan kata lain, fonem-fonem yang diterima
dalam bahasa itu tidak lagi diganti dengan fonem lain yang mirip. Di
antara fonem-fonem bahasa Arab yang diterima bahasa Indonesia,
27
semuanya fonem konsonan dan tidak ada fonem vokal atau fonem
suprasegmental.
a. Konsonan /f/
Konsonian /f/ agaknya diterima oleh bahasa Indonesia cukup
banyak, sebagian dari kata itu masih mempunyai dua bentuk. Yang satu,
masih dengan konsonan /f/ dan yang kedua, sudah diganti dengan /p/. Ada
juga /f/ dan /p/ itu yang sudah fonemis. Misalnya terdapat dalam kata
kafan dan kapan. Namun tidak terlalu banyak dalam bahasa Sunda.
Kebanyakan, pada bahasa Sunda fonem /f/ diubah menjadi /p/. seperti
halnya dalam kata fitnah (indonesia) pada bahasa Sunda menjadi pitenah.
Di bawah ini contoh yang masih mempunyai kembaran tanpa /f/
maupun yang sudah tidak mempunyai lagi.
Infaq -
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫اﻧﻔﻖ‬
infak
Infak
b. Konsonan /kh/
Konsonan /kh/ dari bahasa Arab kiranya juga diterima oleh bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Ada juga yang masih mempunyai bentuk
kembaran, yang satu masih dengan konsonan /kh/ dan satunya lagi,
konsonan itu sudah diganti dengan /h/. Ada juga /kh/ dan /h/ itu yang
sudah fonemis, misalnya dalam khas dan has. Di bawah ini contohnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
28
Akhlâq -
‫اﺧﻼق‬
Akhlak
Ahlak
Khâliq
‫ﺧﺎﻟﻖ‬
Khalik
Halik
c. Konsonan /sy/
Konsonan ini diterima oleh bahasa Indonesia dan bahsa Sunda
tidak banyak, karena sedikit kata kembar yang /sy/ dan /s/. Konsonan ini
yang sudah fonemis misalnya dalam kata syarat dan sarat. Bahkan, pada
bahasa Sunda konsonan /sy/ hanya ditukar dengan konsonan /s/. Di bawah
ini contoh-contoh yang mengandung konsonan /sy/:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
Syukr -
‫ﺷﻜﺮ‬
Syukur
Sukur/ syukur
Syart -
‫ﺷﺮط‬
Syarat/ Sarat
Sarat
d. Konsonan /z/
Konsonan /z/ diterima oleh bahasa Indonesia karena berbeda
dengan Konsonan bahasa Arab yang lainnya. Konsonan ini dipergunakan
untuk mengganti konsonan bahasa Arab selain /z/. Namun pada bahasa
Sunda, konsonan /z/ diganti dengan /j/.
Di bawah ini contoh kata-katanya, baik berasal dari konsonan /z/
maupun konsonan lainnya :
Ziyârah
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫زﻳﺎرة‬
Jiarah
Ziarah
29
2.
Pola Suku Kata
Untuk pembahasan masalah ini, perlu diketahui lebih dahulu pola-pola
suku kata yang dimiliki oleh masing-masing bahasa. Dan pola suku kata bahasa
Arab ada tiga pola suku kata. Ada pun pola-pola suku kata dan contohnya sebagai
berikut :
1.
KV (Konsonan Vokal)
Contoh : ja-da - (‫)ﺟﺪ‬
2.
KVK (Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : bab - ‫ ﺑﺎب‬, mas-jid - ‫ﻣﺴﺠﺪ‬
3.
KVKK (Konsonan Vokal Konsonan Konsonan)
Contoh : fikr - ‫ﻓﻜﺮ‬
Bahasa Indonesia memiliki empat pola suku kata. berikut adalah
keempat pola beserta contohnya:
1.
V (Vokal)
Contoh : a-ku, e-mas, i-kat, o-rang
2.
VK (Vokal Konsonan)
Contoh : am-bil, un-dang, in-dah
3.
KV (Konsonan Vokal)
Contoh : ma-u, ta-hu, mu-da
4.
KVK (Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : pin-dah, pas-ti
30
Sedangkan bahasa Sunda memiliki enam pola suku kata (engang).
Keenam pola tersebut sebagai berikut:
1.
V (Vokal)
Contoh : a-ya, a-bah, i-raha
2.
VK (Vokal Konsonan)
Contoh : ab-di, im-bit
3.
KV (Konsonan Vokal)
Contoh : ba-pa, ti-suk
4.
KVK (Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : ban-da, har-ta, cen-tok
5.
KKV (Konsonan Konsonan Vokal)
Contoh : pra-bu, sri-pang-gung
6.
KKVK (Konsonan Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : tres-na, brang-ta
Karena perbedaan pola itulah maka penyerapan kata-kata dari bahasa
Arab ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda membawa dua macam
akibat.26 Pertama, penyesuaian kata-kata bahasa Arab yang masuk ke
dalam bahasa Indonesia dan bahsa Sunda disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, terutama kaidah yang menyangkut
suku kata, dan pelonggaran kaidah bahasa Indonesia guna menampung
26
Ibid, h. 83
31
unsur dari luar. Kedua, diserap secara langsung atau utuh tetapi belum
sepenuhnya menjadi milik bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
D. Kata Istilah, Pengulangan (reduplikasi), dan Imbuhan (afiksasi)
1. Kata Istiliah
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, dalam penyerapan bahasa
asing ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dibedakan menjadi dua, yaitu :
unsur serapan yang belum sepenuhnya diserap ke dalam kedua bahasa dan unsur
serapan yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda.
Istilah
adalah
kata
atau
gabungan
kata
yang
dengan
cermat
mengungkapkan konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang
tertentu.27 Kata-kata istilah yang khususnya dari bahasa Arab tentang istilah
keagamaan digolongkan pada unsur serapan jenis pertama, yaitu belum
sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Berikut beberapa contohnya:
27
Bahasa Arab Bahasa Indonesai
Bahasa Sunda
al-marhûm
‫اﻟﻤﺮﺣﻮم‬
al-marhum
al-marhum
Ustâdz
‫أﺳﺘﺎذ‬
ustadz
ustad
’Ażân
‫أذان‬
adzan
adan
Harimurti Kridalaksana, op.cit., h. 67
32
2.
Pengulangan (reduplikasi)
Reduplikasi adalah proses morfologi yang mengulang bentuk dasar, baik
secara keseluruhan, secara sebagian maupun dengan perubahan bunyi.28 Contoh
kata ulang seluruhnya adalah aba menjadi aba-aba. Contoh kata ulang sebagian
seperti berkata menjadi berkata-kata dan contoh kata ulang sebagian dengan
perubahan bunyi seperti muda-mudi atau bolak-balik. Reduplikasi berfungsi
sebagai alat fonologis atau gramatikal dalam sebuah proses pengulangan satuan
bahasa.29
Dalam bahasa Sunda proses reduplikasi ini dinamakan rajekan.30 Pada
kedua bahasa, Indonesia dan Sunda, gejala reduplikasi hampir mirip, yakni,
reduplikasi dwipurwa, dwilingga / dwimurni, dwilingga salin swara /dwiréksa ,
dwiwasana, kombinasi / binarung rarangkén dan trilingga.
Berikut adalah contoh reduplikasi ke dua bahasa:
1. Dwipurwa (pengulangan suku pertama pada kata)
Ind.
: tetangga, lelaki
Sund.
: kokolot, pupuhu
Ada perbedaan sedikit dalam pengulangan suku kata, pada bahasa
Indonesia terjadi pelemahan vokal, sedang pada bahasa Sunda tidak.
2. Dwilingga / Dwimurni (pengulangan kata)
Ind.
: rumah-rumah, makan-makan
Sund.
: jalma-jalma, nini-nini
28
Abdul Chaer, Op. cit., h. 182
Ibid, h. 31
30
Sudaryat, Yayat, Tata Bahasa Sunda Kiwari, 2009, (Bandung, Yrama Widya) cet. Ke-2, h. 57
29
33
3. Dwilingga Salin Swara / dwiréksa (pengulangan kata dengan variasi
pada fonem)
Ind.
: mondar-mandir, corat-coret
Sund.
: sura-seuri, curat-corét
4. Dwiwasana ( pengulangan bagian belakan dari kata)
Indo.
: pertama-tama, perlahan-lahan
Sund.
: saalus-alus,
5. Kombinasi / Binarung Rarangkén (pengulangan yang berimbuhan)
Ind.
: men- cakar-cakar, turun- te-murun, tumbuh-tumbuh -an
Sund.
: pa-huleng-huleng, kukuda-an, aprak-aprak-an
6. Trilingga (pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem)
Ind.
: dag-dig-dug, dar-der-dor
Sund.
: balg-blig-blug, dar-dér-dor
Namun reduplikasi tersebut tidak terdapat dalam bahasa Arab. Yang ada
dalam bahasa Arab adalah kata-kata yang bermakna tunggal (mufrad), bermakna
dua (mutsana) dan bermakna banyak (Jama') yang kemudian dalam bahasa
Indonesia menjadi proses afiksasi. Berikut ini beberapa contoh diantaranya :
34
Bentuk tunggal (mufrad)
‫آﺘﺎب‬
/kitâb/ artinya buku
Bentuk bermakna dua (mutsanna)
‫آﺘﺎﺑﺎن‬
/kitâbân/ artinya dua buku
Bentuk bermakna banyak (jama')
‫آﺘﺐ‬
/kutub/ artinya buku-buku
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa bentuk pengulangan dari
kata seperti ulama-ulama, sehat-sehat dan sarat-sarat bukan bentuk kata bahasa
Arab. Pengulangan kata itu terjadi setelah kata dasar dari bahasa Arab diserap ke
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Setelah itu kata-kata serapan tersebut
dianggap sebagai warga kata bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Dengan
demikian, kata-kata tersebut dapat diulang seperti kata-kata bahasa Indonesia asli.
Dengan kata lain, dalam bahasa arab tidak ada pengulangan. Pengulangan pada
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda lebih banyak digunakan untuk menyatakan
bentuk jamak (banyak) dari suatu kata.
3.
Imbuhan (Afikasasi)
Dari sebuah kata dasar, dapat dibentuk sejumlah kata lain yang masih
bertalian dari segi bentuk, lafal maupun maknanya. Misalnya, kita ambil kata
dasar tulis. Dari kata dasar ini akan terbentuk kata bentukan baru menulis, ditulis,
menuliskan, bertuliskan, tulisan, tuliskan, tulisi dan sebagainya. Misal dalam
bahasa Sunda, dari kata gawé, bisa diperoleh bentukan baru seperti, ngagawékeun,
ngagawéan, pagawé, pagawéan, sagawéan, dan sebagainya.
35
Proses perubahan seperti tersebut diatas dinamakan afiksasi atau
pemberian imbuhan pada kata. Afiksasi (imbuhan) dalam bahasa Sunda disebut
dengan istilah rundayan.31 Ada pun bentuk dan pola imbuhan ke dua bahasa
adalah sebagai berikut:
1. Awalan / Rarangkén Hareup (prefiks)
Pemberian imbuhan diawal kata. Contoh:
Ind.
: melamar, ditulis, beriman
Sund.
: kahayang, didahar, ariman
Awalan dalam bahasa Indonesia antara lain, me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe, per-,dan se-.
Rarangkén hareup dalam bahasa Sunda antara lain, ba-, barang-, di-,
ka-, N-, pa-, pada-, pang-, para-, per-, pi-, sa-, sang-, si-, silih/sili-, ti-,
dan ting/pating-.
2. Sisipan / Rarangkén Tengah (infiks)
Pemberian imbuhan ditengah kata. Contoh:
Ind.
: gemetar, gelegar, sinambung,
Sund.
: larieur, tinulis, lumampah, sarolat, jarakat
Sisipan dalam bahasa Indonesia antara lain, -el-, -er-, -em-, dan -in-.
Rarangkén Tengah dalam bahasa Sunda antara lain, -ar-, -um-, dan –
in-.
31
Idem.
36
3. Akhiran / Rarangkén Tukang (sufiks)
Pemberian imbuhan akhir kata. Contoh:
Ind.
: layangkan, masukan, maknai
Sund.
: sakolaan, dahareun, bajuna
Akhiran pada bahasa Indonesia antara lain, -an, -kan, dan -i.
Rarangkén tukang dalam bahasa Sunda antara lain, -an, eun, -ing/ning,
-keun, dan -na/ana/nana.
4. Gabungan / Barung (konfiks)
Pemberian imbuhan digabungkan antara awalan dan akhiran. Contoh:
Ind.
: diberikan, keadaan
Sund.
: dibikeunan, kaayaan, sajadina
Bentuk gabungan pada bahasa indonesia antara lain, me-kan, di-kan,
ke-an, per-an, dan lain-lain.
Bentuk Rarangkén barung pada bahasa Sunda antara lain, di-an, ka-an,
sa-na, pika-eun, dan lain sejenisnya.
5. Kombinasi / Bareng (ambifiks)
Pemberian imbuhan dilakukan dengan cara mengkombinasikan kata
yang sudah diberi imbuhan deberikan lagi imbuhan. Contoh:
Ind.
: memperbodohi, memperistrikan
Sund.
: sakahayangna, dipangaralaankeun
37
Kombinasi dalam bahasa Indonesia antara lain, memper-i, memperkan, dan sejenisnya.
Rarangkén Bareng dalam bahasa Sunda antara lain, saka-na, di-pangN-ar-----an-keun, dan sejenisnya.
E.
Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab
Perubahan bahasa (linguistic change) yaitu berubah atau bergantinya
tanda-tanda bahasa dari satu tahap ke tahap yang lainnya, sedangkan berubahnya
makna (semantic change) yaitu berubahnya makna dalam perkembangan sejarah
suatu bahasa atau akibat dari persinggungan dengan bahasa lain.32
Dari keterangan di atas, jelas bahwa perubahan makna membahas seputar
bergantinya suatu keadaan dan bentuk makna, meluas dan menyempit, menambah
atau mengurangi sifat rasa, bertukar rasa, dan lain-lain yang berkaitan ketika
bahasa digunakan.
Bahasa,
dalam
perkembanganya
selalu
berubah-ubah
mengikuti
perkembangan para penuturnya. Begitu juga dengan makna, makna leksikal atau
makna idiomatikal dalam suatu bahasa sering sekali mengalami perubahanperubahan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut terjadi, di
antaranya akibat pengaruh bahasa lain. Selain itu, ada juga hal-hal yang bersifat
praktis bisa menyebabkan bahasa berubah, seperti, disebabkan berkembangnya
bahasa dan berkembangnya para penutur bahasa.
32
Sudaryat, Yayat, Ulikan Semantik Sunda, (Geger Sunten; Bandung 2003), Cet. ke-3, hal. 29
38
Sebab perubahan arti dapat sangat bermacam-macam. Akan tetapi, hakikat
perubahan arti dari ungkapan tertentu selalu dapat diasosiasikan. Selalu terdapat
jenis hubungan tertentu yang mengaitkan antara arti lama sebuah kata atau
ungkapan dengan arti baru yang dimilikinya. Secara umum, hubungan tersebut
dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu hubungan yang didasarkan atas keserupaan
(similarity) dan hubungan yang didasarkan atas kedekatan (contiguity). Hubungan
dalam yang pertama biasa disebut metafora dan yang kedua disebut metonimi.
F.
Jenis Perubahan Makna
a. Peluasan Makna (generalisasi)
Makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang
sebelumnya hanya memiliki sebuah makna, tetapi karena berbagai macam faktor
kemudia memiliki makna-makna yang lain.
Perubahan makna meluas adalah perubahan yang terjadi pada sebuah kata
yang pada awalnya hanya memiliki sebuah makna, dengan perkembangan zaman
kata tersebut menjadi makna-makna yang lain. Seperti pada kata ‫ أﺑﺎد‬/abâd/ yang
bermakna ‘masa’33, dalam bahasa Indonesia kata abad bermakna ‘masa 100
tahun,’34 dan pada bahasa Sunda makna kata abad menjadi ‘masa 100 tahun, dan
zaman’.
33
34
Munawir, A, W, h.1
Departemen Pendidikan Nasional, h. 1
39
b. Penyempitan Makna (spesialisasi)
Makna menyempit adalah kebalikan dari makna meluas. Kata yang
sebelumya memiliki makna yang luas berubah menjadi kata yang memiliki makna
terbatas (khusus). Contoh pada kata ‫ ﻋﺎﻟﻢ‬/‘âlim/ yang bermakna ‘orang yang
berilmu,’35 dalam bahasa Indonesia kata alim bermakna ‘berilmu, berpengetahuan
pandai dalam hal agama Islam,’36 dan pada bahasa Sunda kata alim bermakna
‘orang yang luas pengetahuan agamanya, saléh’.37
c. Peninggian Makna (ameliorasi)
Peninggian makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna
yang baru dirasakan lebih tinggi/ hormat/ halus/ baik nilainya daripada makna
lama. Contoh, bung ‘panggilan kepada orang laki-laki’ makna baru ‘panggilan
kepada pemimpin’ putra ‘anak laki-laki’ makna baru ‘lebih tinggi daripada anak’.
Bojo (istri) dirasa lebih tinggi dari pada pamajikan. Habib ‘yang dicintai-siapa
saja’ makna baru ‘panggilan untuk orang yang diduga keturunan Nabi
Muhammad Saw.’
d. Penurunan Makna (Peyorasi)
Penurunan makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna
baru dirasakan lebih rendah/ kurang baik/ kurang menyenangkan nilainya
daripada makna lama. Contoh, bini ‘perempuan yang sudah dinikahi’
lebih
35
Munawir, A, W, h.1
Departemen Pendidikan Nasional, h. 30
37
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 10
36
40
rendah daripada istri/ nyonya. Bunting ‘mengandung’ lebih rendah dari kata
hamil, gorombolan ‘kumpulan orang’ lebih rendah dengan makna baru
‘sekelompok orang yang ingin mengganggu keamanan’.
e. Persamaan Makna (asosiasi)
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara
makna lama dan makna baru. Contoh, amplop ‘sampul surat’ makna baru ‘uang
sogok’, bunga ‘kembang’ makna baru ‘gadis cantik’, dua kata ini pada bahasa
Sunda pun sama. Fulus ‘uang’ makna baru ‘komisi’.
f. Pertukaran Makna (sinestesia)
Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera
yang berbeda dari indera penglihatan ke indera pendengar, dari indera perasa ke
indera pendengar, dan sebagainya. Contoh, suaranya terang sekali (pendengaran
ke penglihatan), rupanya manis (penglihat ke perasa), namanya harum
(pendengar ke pencium). Amis budi (perasa ke penglihat), sorana lemes pisan
(perasa ke pendengar).
41
F
FAKULTA
S ADAB DA
AN HUMAN
NIORA
UNIVERS
SITAS ISL
LAM NEG
GERI
SYA
ARIF HID
DAYATULLAH JA
AKARTA
A
BAB III
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada alQur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Surah At-Taubah
Ayat 1-50
Terkait kata serapan yang terdapat di dalam terjemahan al-Qur’an bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda, penulis melakukan pendekatan secara langsung
terhadap kata-kata serapan dari bahasa Arab yang digunakan dalam terjemahan
sehingga menjadi milik bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Kemudian penulis
akan menggabarkan dalam betuk tabel, perbandingan bentuk dan perbandingan
perubahan makna.
Pada prosesnya, penulis akan menyertakan terjemahan al-Qur’an kedua
bahasa supaya langsung terlihat jelas kata serapan dari bahasa Arab dipergunakan
seperti apa dan bentuk jadiannya menjadi seperti apa. Dari titik inilah kemudian
penulis akan membuat daftar bentuk kata serapan dan daftar perubahan makna
dari makna asal ke makna yang sudah menjadi milik dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda.
Pada proses memperbandingkan, penulis akan menggunakan cara
tersendiri, yakni, pada setiap ayat, penulis akan memberikan keterangan bagian
mana yang berubah bagian mana yang tidak. Untuk menandai, penulis
menebalkan kata yang diserap dari bahasa Arab pada terjemahnya. Kemudian
penulis tidak akan mengulang kata yang sudah diterangkan pada ayat sebelumnya,
42
jika menemukan kembali kata yang sama pada ayat selanjutnya, kecuali terjadi
perubahan.
A.
Perbandingan Perubahan Makna Kata serapan
∩⊇∪ t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# z⎯ÏiΒ Ν›?‰yγ≈tã t⎦⎪Ï%©!$# ’n<Î) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ «!$# z⎯ÏiΒ ×οu™!#tt/
1. (Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya
(yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum
muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).
1. (Ieu téh wawaran) putusna hubungan ti Allah katut ka Rasul-Na ka
jalma-jalma musrikin anu (jeung maranéhna) maranéh geus nalikeun
pasini.
Kata allah, rasul, musyrikin, kaum, dan muslimin pada terjemahan bahasa
Indonesia adalah serapan dari bahasa Arab. Begitu juga kata allah, rasul dan
musrikin pada terjemahan bahasa Sunda. Pada proses penyerepan oleh kedua
bahasa tersebut, beberapa kata mengalami cara yang sama dalam penyerapannya
dan tidak mengalami perubahan makna, seperti kata allah dan rasul keduanya
tidak berubah. Baik bunyi, ataupun maknanya. Berbeda dengan kata musyrikin,
muslimin, kaum, musrikin, muslimin, dan kaom pada kedua bahasa.
Pada proses penyerapan, kata
‫ ﻣﺸﺮآﻴﻦ‬/musyrikîn/ menjadi musyrikin dan
musrikin mengalami penyesuaian fonem. Konsonan /‫ش‬/ dalam bahasa Arab
menjadi /sy/ dalam bahasa Indonesia dan menjadi /s/ dalam bahasa Sunda.
Kemudian vokal /î/ menjadi /i/ dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Pada
43
makna terjadi sedikit pergeseran akibat perubahan dari bentuk jamak dalam
bahasa Arab, menjadi bentuk tunggal dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Sehingga dalam penggunaan kata musyrikin dan musrikin untuk memberikan
padanan pada kata
‫ ﻣﺸﺮآﻴﻦ‬/musyrikîn/ dalam bahasa Arab yang bermakna ‘para
pelaku perbuatan syirik atau musyrik’ harus didampingi atau dimunculkan kata
orang-orang dalam bahasa Indonesia dan jalma-jalma dalam bahasa Sunda
sebagai pengganti bentuk jamak. Begitu juga yang terjadi pada kata
‫ﻣﺴﻠﻤﻴﻦ‬
/muslimîn/ dan ‫ ﻗﻮم‬/qoum/ yang diserap ‘begitu saja.’ Selain bunyi yang diserap
begitu saja, makna yang diambil pun begitu saja adanya.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat pertama:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫اﷲ‬
/Allah/
Allah
Allah
‫رﺳﻮل‬
/Rasûl/
Rasul
Rasul
‫ﻣﺸﺮﻳﻜﻴﻦ‬
/Musyrikîn/
Musyrikin
Musrikin
‫ﻣﺴﻠﻤﻴﻦ‬
/Muslimîn/
Muslimin
Muslimin
‫ﻗﻮم‬
/Qoum/
Kaum
Kaom
“Ì“øƒèΧ ©!$# ¨βr&uρ «!$# “Ì“Éf÷èãΒ çöxî ö/ä3¯Ρr& (#þθßϑn=÷æ$#uρ 9åκô−r& sπyèt/ö‘r& ÇÚö‘F{$# ’Îû (#θßs‹Å¡sù
∩⊄∪ t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$#
2. Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama
empat bulan dan ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan
44
dapat melemahkan Allah, dan Sesungguhnya Allah menghinakan
orang-orang kafir.
2. Ku kituna, pek maranéh (musrikin) geura ngalalana di ieu bumi opat
bulan, jeung sing nyaho yén saéstuna maranéh moal bisa lésot (tina
siksaan) Allah jeung (sing nyaho) yén Allah téh ngahinakeun jalmajalma kapir.
Pada ayat kedua ini, ditemukan kata kafir dalam bahasa Indonesia dan
kapir dalam bahasa Sunda. Kata tersebut diserap dari kata ‫ آﺎﻓﺮ‬/kâfir/ yang
mengandung makna ‘pelaku.’ Sedangkan dalam bahasa Indonesia dan Sunda
menjadi kata sifat saja. Pada bunyi, kata kafir dalam bahasa Indonesia tidak
mengalami penyesuaian fonem. Tetapi pada bahasa Sunda, fonem /‫ف‬/ menjadi
/p/. Makna tidak berubah. Pada bahasa Arab kâfir bermakna ‘yang tidak beriman
kepada Allah.’38 Pada bahasa Indonesia kafir bermakna ‘orang yang tidak percaya
kepada Allah dan RasulNya.’39 Pada bahasa Sunda kapir bermakna ‘orang yang
tidak percaya pada wahyu Allah yang disampaikan oleh para rasulnya.’40
Berbeda dengan kata musyrikin dan muslimin di atas yang diserap secara
utuh dari bentuk jamak kata ‫ ﻣﺸﺮآﻴﻦ‬/musyrikîn/ dan kata ‫ ﻣﺴﻠﻤﻴﻦ‬/muslimîn/, kata
kafir dan kapir tidak demikian, melainkan diserap dari bentuk tunggalnya ‫آﺎﻓﺮ‬
/kâfir/.
38
Munawir, A, W, h. 1309
Departemen Pendidikan Nasional, h. 489
40
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 213
39
45
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat kedua:
‫آﺎﻓﺮ‬
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
/kâfir/
kapir
kafir
z⎯ÏiΒ Ö™ü“Ìt/ ©!$# ¨βr& Îy9ò2F{$# Ædkptø:$# tΠöθtƒ Ĩ$¨Ζ9$# ’n<Î) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ «!$# š∅ÏiΒ ×β≡sŒr&uρ
çöxî öΝä3¯Ρr& (#þθßϑn=÷æ$$sù öΝçGøŠ©9uθs? βÎ)uρ ( öΝà6©9 ×öyz uθßγsù öΝçFö6è? βÎ*sù 4 …ã&è!θß™u‘uρ t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$#
∩⊂∪ AΟŠÏ9r& >U#x‹yèÎ/ (#ρãxx. t⎦⎪Ï%©!$# ÎÅe³o0uρ 3 «!$# “Ì“Éf÷èãΒ
3. Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya
kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa Sesungguhnya
Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin.
Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, Maka bertaubat
itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, Maka ketahuilah bahwa
Sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. dan beritakanlah
kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih.
3. Jeung (ieu téh) wawaran ti Allah jeung Rasul-Na ka manusa dina hiji
poé haji akbar, yen saéstuna Allah jeung Rasul-Na megatkeun
hubungan ti kaom musrikin. Ku kituna, upama maranéh tobat, nya
hadé pisan pikeun maranéh, jeung upama maranéh ngabalieur, nya sing
nyaho yen maranéh moal bisa lesot tina (siksaan) Allah; jeung geura
bejakeun ka jalma-jalma kapir perkara siksaan anu kacida nyerina.
Pada ayat ketiga, kata serapan yang dipergunakan tidak jauh berbeda
dengan ayat sebelumnya. Pada ayat ini muncul kata serapan yang baru dalam
terjemahan bahasa Indonesia, yaitu, permakluman, haji akbar dan bertaubat.
Sedangkan pada terjemahan bahasa Sunda hanya muncul kata haji akbar dan
tobat.
46
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat ketiga:
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﻣﻌﻠﻮم‬
/ma’lûm/
maklum
ma’lum
‫اﻟﺤﺦ اﻷآﺒﺮ‬
/al-hajj al-akbar /
haji akbar
haji akbar
‫ﺗﻮﺑﺔ‬
/taubah/
taubat
tobat
Kata maklum, diambil dari kata ‫ ﻣﻌﻠﻮم‬/ma’lûm/ yang bermakna ‘yang
dikenal.’41 Pada penyerapan kepada bahasa Indonesia, terjadi penyesuain
konsonan. Yakni, konsonan /…‘…/ menjadi konsonan /k/. Sedangkan pada
bahasa Sunda tidak. Kemudian, makna tidak berubah. Kata permakluman pada
terjemahan bahasa Indonesia adalah hasil perubahan kelas kata, dari kata kerja
menjadi kata benda. Perubahan tersebut karena imbuhan yang digunakan adalah
imbuhan gabungan pembetuk kata benda dari kata kerja pe-an. Sehingga, makna
menjadi
menjadi
bergeser,
dari
‘paham;
mengerti;
tahu’
menjadi
‘pemberitahuan.’42 Keputusan mengambil kata maklum atau permakluman untuk
padanan kata ‫ أذان‬/’ażân/ kurang tepat. Sebab, makna yang dikehendaki adalah
‘pemberitahuan’ atau berita. Berbeda dengan terjemahan bahasa Sunda yang
menggunakan kata wawaran yang berarti ‘pemberitahuan.’
Haji akbar tidak ada masalah secara makna atau proses penyerepan. Sebab
kata haji akbar adalah kata istilah atau idiom untuk suatu ibadah umat Islam,
yakni, ibadah haji dengan hari wukuf di Padang Arafah jatuh pada hari jumat.43
41
Atabik Ali, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta; 1998, h. 905
Departemen Pendidikan Nasional, h. 702
43
Idem, h. 381
42
47
Kata taubat dan tobat, diserap dari kata ‫ ﺗﻮﺑﺔ‬/taubah/. Penyesuaian yang
terjadi adalah pada bahasa Sunda, diftong /au/ pada bahasa Arab diganti dengan
vokal /o/ pada bahasa Sunda sedangkan pada bahasa Indonesia tidak. Kemudian,
konsonan ta marbutah /‫ة‬/ diganti dengan konsonan /t/ pada ke dua bahasa.
öΝä3ø‹n=tæ (#ρãÎγ≈sàムöΝs9uρ $\↔ø‹x© öΝä.θÝÁà)Ζtƒ öΝs9 §ΝèO t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# z⎯ÏiΒ Ν›?‰yγ≈tã š⎥⎪Ï%©!$# ωÎ)
∩⊆∪ t⎦⎫É)−Gßϑø9$# =Ïtä† ©!$# ¨βÎ) 4 öΝÍκÌE£‰ãΒ 4’n<Î) óΟèδy‰ôγtã öΝÎγøŠs9Î) (#þθ‘ϑÏ?r'sù #Y‰tnr&
4. Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah Mengadakan
Perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun
(dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang
yang memusuhi kamu, Maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya
sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertaqwa.
4. Kajaba maranéhna, anu maranéh geus nalikeun jangji jeung jalma-jalma
musrikin sarta satuluyna maranehna henteu cidra kana jangjina saeutik
oge jeung maranéhna hanteu ngabantu jalma-jalma (anu ngamusuh ka
maranéh) saurang ogé, nya geura tedunan ka maranéhna jangjina nepi
ka béak waktuna, karana Allah micinta jalma-jalma anu takwa.
Pada ayat keempat ini muncul kata taqwa untuk bahasa Indonesia dan
takwa untuk bahasa Sunda. Keduanya diserap dari kata ‫ ﺗﻘﻮى‬/taqwâ/.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat keempat:
‫ﺗﻘﻮى‬
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
/taqwâ/
takwa
taqwa
48
Penyesuaian yang terjadi pada proses penyerapan adalah, pada bahasa
Indonesia terjadi pada vokal /â/ menjadi /a/ begitu juga untuk bahasa Sunda. Pada
bahasa Sunda, terjadi penyesuain konsonan, yakni konsonan /q/ menjadi /k/.
Kemudian, makna di antara bahasa Indonesia dan bahasa Sunda tidak jauh
berbeda yakni, ‘keadaan terpelihara dan kesiapan diri untuk menjalankan perintah
Allah dan menjauhi segala laranganNya.’44 Sedangkan dalam bahasa Sunda,
takwa bermakna ‘menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala
laranganNya.’45 Yang membedakan atas keduanya adalah kelas kata. Pada bahasa
Indonesia, taqwa menempati kelas kata benda, sedankan pada bahasa Sunda,
takwa menempati kelas kata kerja. Makna asal dari bahasa arab sendiri adalah
‘keadaan kuat, menjadi kuat, taqwa, ketaqwaan’46 dan menempati kelas kata
masdar atau kata benda.
Pada kata ini, juga terjadi terjadi perluasan makna bahkan total. Makna
yang baru untuk kata taqwa dan takwa adalah ‘baju model cina yang biasa dipakai
oleh kaum lelaki atau sekarang lebih dikenal dengan nama baju koko.’47’48
Pada terjemahan bahasa Indonesia, kata yang digunakan adalah bertaqwa,
kata jadian dari taqwa setelah mendapat imbuhan ber- pembuat kata kerja dari
kata benda. Sehingga makna yang muncul adalah ‘menjalankan taqwa.’
44
Departemen Pendidikan Nasional, h. 1126
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 501
46
Atabik Ali, h. 79
47
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 501
48
Departemen Pendidikan Nasional, h. 1126
45
49
óΟèδρä‹äzuρ óΟèδθßϑ›?‰y`ρu ß]ø‹ym t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$# (#θè=çGø%$$sù ãΠãçtø:$# ãåκô−F{$# y‡n=|¡Σ$# #sŒÎ*sù
(#âθs?#u™uρ nο4θn=¢Á9$# (#θãΒ$s%r&uρ (#θç/$s? βÎ*sù 4 7‰|¹ósΔ ¨≅à2 öΝßγs9 (#ρ߉ãèø%$#uρ öΝèδρçÝÇôm$#uρ
∩∈∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θàxî ©!$# ¨βÎ) 4 öΝßγn=‹Î;y™ (#θ=y⇐sù nο4θŸ2¨“9$#
5. Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, Maka bunuhlah orangorang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah
mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika
mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, Maka
berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
5. Nya upama bulan-bulan haram geus lastari, prak geura paéhan kaom
musrikin teh di mana wae maranéhna kapanggih ku maraneh sarta prak
geura boyong maranéhna, jeung prak geura dodoho maranéhna dina
tempat-tempat pangintipana. Tapi, upama maranehna tobat jeung
ngadegkeun salat sarta nyumponan jakat mah, nya bebaskeun waé
maranéhna teh sina merdeka; karana saéstuna Allah Maha Jembar
Pangampura, Maha Asih.
Pada ayat ini muncul lagi kata serapan yang lain, yakni haram, shalat, dan
zakat untuk bahasa Indonesia dan haram, solat, dan jakat untuk bahasa Sunda.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat keempat:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
‫ﺣﺮام‬
/harâm/
haram
haram
‫ﺻﻠﻮة‬
/shalât/
shalat
solat
ο4θŸ2‫ز‬
¨
/zakât/
zakat
jakat
50
Ke tiga kata di atas merupakan kata istilah untuk hal peribatan dalam
Islam. Sehingga, makna yang ingin dicapai atau disampaikan adalah makna yang
disimpulkan dari apa yang diperbuat dari kata tersebut. Maka pergeseran dari
makna asal pun terjadi, tetapi tidak pada makna sasaran.
çμøóÎ=ö/r& ¢ΟèO «!$# zΝ≈n=x. yìyϑó¡o„ 4©®Lym çνöÅ_r'sù x8u‘$yftFó™$# š⎥⎫Ï.Îô³ßϑø9$# z⎯ÏiΒ Ó‰tnr& ÷βÎ)uρ
∩∉∪ šχθßϑn=ôètƒ ω ×Πöθs% öΝåκ¨Ξr'Î/ y7Ï9≡sŒ 4 …çμuΖtΒù'tΒ
6. Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta
perlindungan kepadamu, Maka lindungilah ia supaya ia sempat
mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang
aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak
mengetahui.
6. Jeung upama salah saurang ti antara musrikin menta panangtayungan
ka manéh, pek geura tangtayungan manéhna, supaya manéhna
ngadenge kana pidawuh Allah, tuluy anteurkeun manéhna kana tempat
panyalindunganana. Pangna kitu teh, lantaran maranéhna kaom anu
henteu nyarahoeun.
óΟ›?‰yγ≈tã š⎥⎪Ï%©!$# ωÎ) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘ y‰ΖÏãuρ «!$# y‰ΨÏã î‰ôγtã t⎦⎫Å2Îô³ßϑù=Ï9 ãβθä3tƒ y#ø‹Ÿ2
=Ïtä† ©!$# ¨βÎ) 4 öΝçλm; (#θßϑŠÉ)tGó™$$sù öΝä3s9 (#θßϑ≈s)tFó™$# $yϑsù ( ÏΘ#tptø:$# ωÉfó¡yϑø9$# y‰ΨÏã
∩∠∪ š⎥⎫É)−Gßϑø9$#
7. Bagaimana bisa ada Perjanjian (aman) dari sisi Allah dan RasulNya
dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah
Mengadakan Perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidilharaam?
Maka selama mereka Berlaku Lurus terhadapmu, hendaklah kamu
51
Berlaku Lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaqwa.
7. Kumaha bisana kaom musrikin jangji ka Allah jeung Rasul-Na, kajaba
jalma-jalma anu nalikeun jangji jeung maranéh di Masjidil Haram?
Nya satungtung maranéhna jujur ka maranéh mah, atuh maranéh ogé
kudu jujur ka maranéhna. Saéstuna Allah micinta jalam-jalma anu
takwa.
Pada ayat ini muncul lagi kata serapan yang berbentuk istilah, idiom atau
nama, yakni masjidil haram. Pada serapan ini, tidak ada perubahan makna. Juga
pada proses penyerapan diserap begitu saja.
öΝÎγÏδ≡uθøùr'Î/ Νä3tΡθàÊöム4 Zπ¨ΒÏŒ Ÿωuρ ~ωÎ) öΝä3‹Ïù (#θç7è%ötƒ Ÿω öΝà6ø‹n=tæ (#ρãyγôàtƒ βÎ)uρ y#ø‹Ÿ2
∩∇∪ šχθà)Å¡≈sù öΝèδçsYò2r&uρ óΟßγç/θè=è% 4’n1ù's?uρ
8. Bagaimana bisa (ada Perjanjian dari sisi Allah dan RasulNya dengan
orang-orang musyrikin), Padahal jika mereka memperoleh
kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan
kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian.
Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya
menolak. Dan kébanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak
menepati perjanjian).
8. Kumaha rék bisana, padahal upama maranéhna ngelehkeun maranéh,
maranéhna moal miroséa tatali warga jeung moal nyumponan jangji ka
maranéh. Maranéhna ngabubungah maranéh ku sungutna, tapi hatena
mah teu sarukaeun, lantaran kalolobaanana ti antara maranéhna teh
jalma-jalma anu pasék.
Pada terjemahan ayat delapan di atas, kata serapan yang muncul baru dari
kedua terjemahan adalah kata fasik untuk bahasa Indonesia dan pasék untuk
52
bahasa Sunda. Kata fasik dan pasek diserap dari kata ‫ ﻓﺎﺳﻖ‬/fâsiq/ yang bermakna
‘orang yang keluar dari jalan yang haq serta kesalihan.’49 Pada bahasa Indonesia
fasik bermakna ‘tidak peduli terhadap perintah Tuhan.’50 Sedangkan pada bahasa
Sunda pasék bermakna ‘tidak benar imannya.’51 Pada proses penyerapan bentuk
bunyi di ke dua bahasa terjadi penyesuain konsonan dan vokal. Pada bahasa
Indonesia, penyesuaian vocal /â/ menjadi /a/ dan penyesuain konsonan /q/ menjadi
/k/. Pada bahasa Sunda juga terjadi penyesuaian untuk konsonan /f/ menjadi /p/,
konsonan /q/ menjadi /k/, vokal /a/ menjadi /â/ dan vokal /i/ menjadi /é/ (teleng).
∩®∪ tβθè=ϑ
y ÷ètƒ (#θçΡ$Ÿ2 $tΒ u™!$y™ öΝåκ¨ΞÎ) 4 ÿ⎯Ï&Î#‹Î6y™ ⎯tã (#ρ‘‰|Ásù WξŠÎ=s% $YΨyϑrO «!$# ÏM≈tƒ$t↔Î/ (#÷ρutIô©$#
9. Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu
mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat
buruklah apa yang mereka kerjakan itu.
9. Maranéhna ngajual ayat-ayat Allah ku harga anu murah, ku lantaran
éta maranéhna ngahalangan tina jalan Anjeuna. Saéstuna kacida
goréngna saniskara anu ku maranéhna dilampahakeun teh.
Pada terjemaha ayat kesembilan, ada kata serapan yang lain dari
sebelumnya, yakni kata ayat. Pada kedua terjemahan, kata ayat di serap begitu
saja sebab tidak ada padanan sebelumnya di ke dua bahasa dan merupakan sesuatu
yang baru bagi ke dua bahasa.
49
Munawir, A, W, h. 1134
Departemen Pendidikan Nasional, h. 314
51
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 364
50
53
∩⊇⊃∪ šχρ߉tG÷èßϑø9$# ãΝèδ šÍׯ≈s9'ρé&uρ 4 Zπ¨ΒÏŒ Ÿωuρ ~ωÎ) ?⎯ÏΒ÷σãΒ ’Îû tβθç7è%ötƒ Ÿω
10. Mereka tidak memelihara (hubungan) Kerabat terhadap orang-orang
mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka
itulah orang-orang yang melampaui batas.
10. Maranéhna hanteu miroséa tatali warga jeung henteu nyumponan
jangji kaom mu’minin. Jeung maranéhna téh jalma-jalma ngaliwatan
wates-wangen.
Pada ayat kesepuluh, terdapat kata kerabat dan mukmin pada terjemahan
bahasa Indonesia, dan mu’minin pada terjemahan bahasa Sunda. Penyerapan kata
mukmin dan mu’minin dari kata mu’min tidak mengalami perubahan makna. Pada
terjemahan bahasa Indonesia terdapat kata kerabat yang diserap dari kata ‫ﻗﺮاﺑﺔ‬
/qarabah/ yang bermakna kedekatan. Setelah mengalami penyesuain fonem,
makna dalam bahasa sasaran tidak mengalami pergeseran.
ÏM≈tƒFψ$# ã≅Å_ÁxçΡuρ 3 Ç⎯ƒÏe$!$# ’Îû öΝä3çΡ≡uθ÷zÎ*sù nο4θŸ2¨“9$# (#âθs?#u™uρ nο4θn=¢Á9$# (#θãΒ$s%r&uρ (#θç/$s? βÎ*sù
∩⊇⊇∪ tβθßϑn=ôètƒ 5Θöθs)Ï9
11. Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat,
Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.
11. Nya upama seug maranéhna tobat jeung ngadegkeun salat sarta
nyumponan jakat mah, maranéhna jadi dulur dina agama, jeung Kami
ngawincik, ayat-ayat Kami pikeun anu ngalarti.
54
Ìøà6ø9$# sπ£ϑÍ←r& (#þθè=ÏG≈s)sù ôΜà6ÏΖƒÏŠ ’Îû (#θãΖyèsÛuρ öΝÏδωôγtã ω÷èt/ .⎯ÏiΒ ΝßγuΖ≈yϑ÷ƒr& (#þθèWs3¯Ρ βÎ)uρ
∩⊇⊄∪ šχθßγtG⊥tƒ öΝßγ¯=yès9 óΟßγs9 z⎯≈yϑ÷ƒr& Iω öΝßγ¯ΡÎ)
12. Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan
mereka mencerca agamamu, Maka perangilah pemimpin-pemimpin
orang-orang kafir itu, karena Sesungguhnya mereka itu adalah orangorang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka
berhenti.
12. Jeung upama maranéhna ngalanggar sumpahna sabada maranéhna
ngucapkeun jangji, jeung maranéhna ngajejeléh agama maranéh, nya
pék geura perangan pamingpin-pamingpin jalma-jalma kapir téh
karana saéstuna maranéhna téh jalma-jalma anu henteu beunang
dipercaya, supaya maranéhna areureun.
Pada terjemahan di atas, khususnya pada terjemahan bahasa sunda muncul
serapan sabada yang diserap dari kata ‫ ﺑﻌﺪ‬/ba‘da/. Selain mengalami proses
penyesuain fonem dan terjadi pengimbuhan, maknanya tidak berubah.
öΝà2ρâ™y‰t/ Νèδuρ ÉΑθß™§9$# Æl#t÷zÎ*Î/ (#θ‘ϑyδuρ óΟßγuΖ≈yϑ÷ƒr& (#þθèWs3¯Ρ $YΒöθs% šχθè=ÏG≈s)è? Ÿωr&
∩⊇⊂∪ š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σ•Β ΟçFΖä. βÎ) çνöθt±øƒrB βr& ‘,ymr& ª!$$sù 4 óΟßγtΡöθt±øƒrBr& 4 Bο§tΒ š^¨ρr&
13. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak
sumpah (janjinya), Padahal mereka telah keras kemauannya untuk
mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi
kamu?. Mengapakah kamu takut kepada mereka Padahal Allah-lah
yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang
beriman.
55
13. Naha maranéh henteu merangan jalma-jalma anu geus ngalanggar
sumpah-sumpahna jeung rék nundung Rasul, padahal maranéhna anu
ngamimitian (merangan) maranéh? Naha maranéh sieun ku
maranéhna? Nya Allah anu leuwih pantes dipikasieun ku maranéh,
upama maranéh jalma-jalma anu ariman mah.
Pada terjemahan ayat ke 13, muncul kata yang lain, yaitu hak dan iman
yang telah mengalami proses morfologis untuk terjemahan bahasa Indonesia.
Sedangkan pada bahasa Sunda hanya muncul kata iman saja yang juga
mengakami proses morfologis.
Pada terjemahan bahasa Indonesia, memunculkan kata hak sesungguhnya
sangat beresiko. Sebab, dalam bahasa Indonesia juga mengenal kata hak dengan
makna yang lain, yakni, ‘telapak sepatu yang tinggi.’52
7Θöθs% u‘ρ߉߹ É#ô±o„uρ óΟÎγøŠn=tæ öΝä.÷ÝÇΖtƒuρ öΝÏδÌ“øƒä†uρ öΝà6ƒÏ‰÷ƒr'Î/ ª!$# ÞΟßγö/Éj‹yèムöΝèδθè=ÏF≈s%
∩⊇⊆∪ š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σ•Β
14. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka
dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan
mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati
orang-orang yang beriman.
14. Geura perangan maranéhna ku maranéh! Tanwandé Allah bakal nyiksa
maranéhna ku leungeun maranéh, jeung Anjeunna baris ngahinakeun
maranéhna sarta nulungan maranéh ngéléhkeun maranéhna, jeung
Anjeunna bakal nyugemakeun hate kaom mu'minin.
52
Departemen Pendidikan Nasional, h. 381
56
∩⊇∈∪ íΟŠÅ3ym îΛ⎧Î=tæ ª!$#uρ 3 â™!$t±o„ ⎯tΒ 4’n?tã ª!$# Ü>θçFtƒuρ 3 óΟÎγÎ/θè=è% xáø‹xî ó=Ïδõ‹ãƒuρ
15. Dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Allah
menerima taubat orang yang dikehendakiNya. Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
15. Jeung Anjeunna baris ngaleungitkeun kajéngkélan haté maranéhna
(anu ariman), jeung Allah baris nampi tobat ti sing saha anu
dikersakeun ku Anjeunna, karana Allah ten Maha Uninga, Maha
Wijaksana.
Èβρߊ ⎯ÏΒ (#ρä‹Ï‚−Gtƒ óΟs9uρ öΝä3ΖÏΒ (#ρ߉yγ≈y_ t⎦⎪Ï%©!$# ª!$# ÄΝn=÷ètƒ $£ϑs9uρ (#θä.uøIè? βr& óΟçFö6Å¡ym ôΘr&
∩⊇∉∪ šχθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ 7Î7yz ª!$#uρ 4 Zπyf‹Ï9uρ t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$# Ÿωuρ ⎯Ï&Î!θß™u‘ Ÿωuρ «!$#
16. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah
belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di
antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain
Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
16. Naha maranéh nyangka yén maranéh rék diantepkeun baé, padahal
Allah tacan ngabuktikeun saha jalma-jalma anu jihad ti antara
maranéh; jeung jalma-jalma anu henteu ngajadikeun saha-saha jadi
sobat dalitna salian ti Allah katut Rasul-Na jeung kaom mu'minin.
Jeung Allah Maha Ningali kana saniskara anu ku maranéhna
dilampahkeun.
Pada terjemahan di atas, khususnya pada terjemahan bahasa Indonesia
muncul kembali kata serapan yang lain. Kata jihad yang diserap dari kata
‫ﺟﻬﺎد‬
/jihâd/. Setelah penyesuaian fonem /â/ menjadi /a/ dalam bahasa Indonesia, kata
57
ini mengalami penyempitan makna. Makna asal adalah ‘perjuangan’53 tetapi
makna sasaran menjadi ‘usaha sungguh-sungguh membela agama islam dengan
mengorbankan harta benda’54
y7Íׯ≈s9'ρé& 4 Ìøä3ø9$$Î/ ΝÎγÅ¡àΡr& #’n?tã z⎯ƒÏ‰Îγ≈x© «!$# y‰Éf≈|¡tΒ (#ρãßϑ÷ètƒ βr& t⎦⎫Ï.Îô³ßϑù=Ï9 tβ%x. $tΒ
∩⊇∠∪ šχρà$Î#≈yz öΝèδ Í‘$¨Ζ9$# ’Îûuρ óΟßγè=≈yϑôãr& ôMsÜÎ7ym
17. Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjidmesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir.
Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di
dalam neraka.
17. Henteu pantes jalma-jalma musrikin ngama’murkeun masjidmasjid Allah kalawan maranéhna nyarakseni kana kakupuran dirina
sorangan. Maranéhna jalma-jalma anu gugur sagala amalna, jeung nya
di naraka maranéhna baris langgéng.
Pada terjemahan ayat di atas, muncul kata serapan yang lain, makmur, dan
mesjid untuk bahasa Indonesia. Ma’mur, masjid dan kupur untuk bahasa Sunda.
Kata serapan yang mengalami pergeseran makna ialah kata makmur / ma’mur
yang diserap dari kata
‫ﻣﻌﻤﻮر‬
/ma‘mur/ yang bermakna ‘yang didiami.’55
Sedangkan pada bahasa sasaran bermakna ‘banyak hasil, sejahtera dan serba
53
Munawir, A, W, h. 234
Departemen Pendidikan Nasional, h. 473
55
Munawir, A, W, h. 1043
54
58
berkecukupan’56 untuk bahasa Indonesia dan bermakna ‘segala ada dan serba
berkecukupan’57 untuk bahasa Sunda.
Dengan demikian, pada kedua terjemahan kata makmur dan ma’mur
menjadi sangat metaforis. Namun, tidak tepat memunculkan untuk memberikan
padanan pada kata yang dikehendaki dengan makna ‘mendiami’. Proses
penyesuaian fonem tidak berbeda dengan kata yang sedah diterangkan yang
mempunyai kemiripan dalam bentuk.
’tA#u™uρ nο4θn=¢Á9$# tΠ$s%r&uρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ š∅tΒ#u™ ô⎯tΒ «!$# y‰Éf≈|¡tΒ ãßϑ÷ètƒ $yϑ¯ΡÎ)
∩⊇∇∪ š⎥⎪ωtFôγßϑø9$# z⎯ÏΒ (#θçΡθä3tƒ βr& y7Íׯ≈s9'ρé& #†|¤yèsù ( ©!$# ωÎ) |·øƒs† óΟs9uρ nο4θŸ2¨“9$#
18. Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada
siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang
diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
18. Anu rék ngama'murkeun masjid-masjid téh mah ngan wungkul
jalma-jalma anu ariman malah jeung kana poé ahir jeung anu
ngaradakeun salat sarta nyarumponan jakat anu henteu sarieun salian
ti ku Allah. Ku sabab éta mugia maranéhna jadi ti antara jalma-jalma
anu mareunang pituduh.
pada terjemahan di atas, kata serapan yang baru adalah ahir untuk bahasa
sunda yang diserap dari kata ‫ أﺧﺮ‬/’akhir/ tanpa perubahan makna.
56
57
Departemen Pendidikan Nasional, h. 703
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 300
59
ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ z⎯tΒ#u™ ô⎯yϑx. ÏΘ#tptø:$# ωÉfó¡yϑø9$# nοu‘$yϑÏãuρ Ædl!$ptø:$# sπtƒ$s)Å™ ÷Λä⎢ù=yèy_r& *
∩⊇®∪ t⎦⎫ÏΗÍ>≈©à9$# tΠöθs)ø9$# “ωöκu‰ Ÿω ª!$#uρ 3 «!$# y‰ΖÏã tβ…âθtFó¡tƒ Ÿω 4 «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû y‰yγ≈y_uρ
19. Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang
mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan
dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian
serta berjihad di jalan Allah? mereka tidak sama di sisi Allah; dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
19. Naha (jalma-jalma) anu meré nginum ka jalma anu munggah haji
jeung anu ngama'murkeun Masjidil Haram téh ku maranéh
disaruakeun jalma-jalma anu ariman ka Allah katut kana poé ahir
sarta anu jihad dina jalan Allah? Maranéhna hénteu sarua
mungguhing Allah, jeung Allah henteu maparin pituduh ka jalmajalma anu darolim.
Kata serapan yang lain yang muncul pada terjemahan ini ialah kata zalim
dan dolim. Setelah penyesuaian fonem, keduanya tidak mengalami perubahan
makna yang fatal.
ºπy_u‘yŠ ãΝsàôãr& öΝÍκŦàΡr&uρ ôΜÏλÎ;≡uθøΒr'Î/ «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû (#ρ߉yγ≈y_uρ (#ρãy_$yδuρ (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$#
∩⊄⊃∪ tβρâ“Í←!$xø9$# ç/èφ y7Íׯ≈s9'ρé&uρ 4 «!$# y‰ΨÏã
20. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan
Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi
derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat
kemenangan.
60
20. Jalma-jalma anu ariman jeung anu hijrah sarta anu jihad dina jalan
Allah ku harta-bandana katut jiwana, luhur pisan darajatna
mungguhing Allah; jeung nya maranéhna jalma-jalma anu meunang
kauntungan.
Kata hijrah dan derajat yang diserap oleh ke bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda juga tidak mengalami perubahan makna. Makna yang terkandung dalam
kata hijrah dan derajat/darajat pada bahasa sasaran masih sama dengan bahasa
sumber.
∩⊄⊇∪ íΟŠÉ)•Β ÒΟŠÏètΡ $pκÏù öΝçλ°; ;M≈¨Ζy_uρ 5β≡uθôÊÍ‘uρ çμ÷ΨÏiΒ 7πyϑômtÎ/ Οßγš/u‘ öΝèδçÅe³t6ãƒ
21. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat
dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya
kesenangan yang kekal.
21. Pangeran maranéhna ngabubungah maranéhna ku rahmat ti Anjeunna,
ku karido jeung sawarga pikeun maranehna, di dinyana kasenangan
anu langgeng.
∩⊄⊄∪ ÒΟŠÏàtã íô_r& ÿ…çνy‰ΨÏã ©!$# ¨βÎ) 4 #´‰t/r& !$pκÏù š⎥⎪Ï$Î#≈yz
22. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi
Allah-lah pahala yang besar.
22. Kaayaan maranéhna langgeng di dinya salalawasna; karana saestuna
Allah, di Anjeunna aya pahala anu gedé.
61
tøà6ø9$# (#θ™6ystGó™$# ÈβÎ) u™!$uŠÏ9÷ρr& öΝä3tΡ≡uθ÷zÎ)uρ öΝä.u™!$t/#u™ (#ÿρä‹Ï‚−Fs? Ÿω (#θãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ
∩⊄⊂∪ šχθßϑÎ=≈©à9$# ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé'sù öΝä3ΖÏiΒ Οßγ©9uθtGtƒ ⎯tΒuρ 4 Ç⎯≈yϑƒM}$# ’n?tã
23. Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan
saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih
mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu
yang menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-orang yang
zalim.
23. Yeuh, jalma-jalma anu ariman! Maranéh ulah ngajadikeun bapa-bapa
maranéh jeung dulur-dulur maraneh jadi pamingpin, upama
maranéhna leuwih mikaresep kakupuran batan kaimanan mah.
Jeung sing saha ti antara maranéh anu ngangkat maranéhna jadi
pamingpin-pamingpin; nya maranéhna jalma-jalma anu darolim.
îΑ≡uθøΒr&uρ óΟä3è?uϱtãuρ ö/ä3ã_≡uρø—r&uρ öΝä3çΡ≡uθ÷zÎ)uρ öΝà2äτ!$oΨö/r&uρ öΝä.äτ!$t/#u™ tβ%x. βÎ) ö≅è%
«!$# š∅ÏiΒ Νà6ø‹s9Î) ¡=ymr& !$yγtΡöθ|Êös? ß⎯Å3≈|¡tΒuρ $yδyŠ$|¡x. tβöθt±øƒrB ×οt≈pgÏBuρ $yδθßϑçGøùutIø%$#
tΠöθs)ø9$# “ωöκu‰ Ÿω ª!$#uρ 3 ⎯ÍνÍöΔr'Î/ ª!$# š†ÎAù'tƒ 4©®Lym (#θÝÁ−/utIsù ⎯Ï&Î#‹Î7y™ ’Îû 7Š$yγÅ_uρ ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ
∩⊄⊆∪ š⎥⎫É)Å¡≈xø9$#
24. Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteriisteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu takuti kerugiannya, dan tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan
dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.
62
24. Pok caritakeun: "Upama bapa-bapa arandika, jeung anak-anak
arandika, jeung dulur-dulur arandika, jeung bojo-bojo arandika, jeung
baraya-baraya arandika, jeung harta-banda anu ku arandika
diusahakeun, jeung perdagangan anu ku arandika dipikarempan bisi
rugi, jeung padumukan-padumukan anu ku arandika dipikabetah, ku
arandika leuwih dipicinta ti batan Allah jeung Rasul-Na jeung jihad
dina jalan-Na, nya pék geura tunggu nepi ka Allah ngadatangkeun
siksa-Na. Jeung Allah henteu maparin pituduh ka kaom anu parasék.
öΝn=sù öΝà6è?uøYx. öΝà6÷Gt6yfôãr& øŒÎ) A⎦÷⎫uΖãm tΠöθtƒuρ ;οuÏWŸ2 z⎯ÏÛ#uθtΒ ’Îû ª!$# ãΝà2u|ÇtΡ ô‰s)s9
š⎥⎪ÌÎ/ô‰•Β ΝçGøŠ©9uρ §ΝèO ôMt6ãmu‘ $yϑÎ/ Ù⇓ö‘F{$# ãΝà6ø‹n=tæ ôMs%$|Êuρ $\↔ø‹x© öΝà6Ζtã Ç⎯øóè?
∩⊄∈∪
25. Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di
medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain,
Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu),
Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu,
kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
25. Saenyana Allah mindeng pisan nulungan maranéh (mu'minin) di
médan-médan pangperangan. Tapi di médan perang Hunain nalika
maranéh ujub alatan lobana balad maranéh, nya taya paédahna
pikeun maranéh saeutik ogé; jeung bumi anu jembar oge ku maranéh
karasa heurin, tuluy maranéh jicir ngalacir.
Pada kedua terjemahan terdapat kata hunain yang diserap begitu saja oleh
karena ia adalah nama. Pada terjemahan bahasa Indonesia muncul kata manfaat
yang diserap dari kata ‫ ﻣﻨﻔﻌﺔ‬/manfa‘ah/ dan menyerap maknanya begitu saja. Juga
pada bahasa Sunda muncul kata paédah yang diserap dari kata ‫ ﻓﺎﺋﺪة‬/fâidah/
dengan penyesuain fonem tetapi menyerap maknanya begitu saja.
63
$yδ÷ρts? óΟ©9 #YŠθãΖã_ tΑt“Ρr&uρ š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σßϑø9$# ’n?tãuρ ⎯Ï&Î!θß™u‘ 4’n?tã …çμtGt⊥‹Å3y™ ª!$# tΑt“Ρr& §ΝèO
∩⊄∉∪ t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$# â™!#t“y_ šÏ9≡sŒuρ 4 (#ρãxx. š⎥⎪Ï%©!$# z>¤‹tãuρ
26. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan
kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala
tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana
kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada
orang-orang yang kafir.
26. Ti dinya Allah maparin katengtreman ka Rasul-Na jeung ka kaom
mu'minin. Jeung Allah nurunkeun balatentara anu henteu katenjo ku
maranéh, jeung Allah nibankeun siksaan ka jalma-jalma anu kalupur.
Eta teh wawales pikeun jalma-jalma kapir.
∩⊄∠∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θàxî ª!$#uρ 3 â™!$t±o„ ⎯tΒ 4’n?tã šÏ9≡sŒ ω÷èt/ .⎯ÏΒ ª!$# Ü>θçGtƒ ¢ΟèO
27. Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang
dikehendakiNya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
27. Tuluy Allah nampi tobat sabadana kitu ti sing saha anu dikersakeun
ku Anjeunna. Jeung Allah teh Maha Jembar Pangampura, Maha Asih.
y‰÷èt/ tΠ#tysø9$# y‰Éfó¡yϑø9$# (#θç/tø)tƒ Ÿξsù Ó§pgwΥ šχθä.Îô³ßϑø9$# $yϑ¯ΡÎ) (#þθãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ
©!$# χÎ) 4 u™!$x© βÎ) ÿ⎯Ï&Î#ôÒsù ⎯ÏΒ ª!$# ãΝä3‹ÏΖøóムt∃öθ|¡sù \'s#øŠã
t óΟçFøÅz ÷βÎ)uρ 4 #x‹≈yδ öΝÎγÏΒ$tã
∩⊄∇∪ ÒΟŠÅ6ym íΟŠÎ=tæ
64
28. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang
musyrik itu najis, Maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam
sesudah tahun ini. dan jika kamu takut menjadi miskin, Maka Allah
nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia
menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
28. Yeuh jalma-jalma anu ariman!"Saéstuna taya lian kaom musrikin téh
manusa nu najis, ku sabab éta maranéhna teu meunang ngadeukeutan
Masjidil Haram sabada taun-taun ieu. Jeung upama maranéh sieun
jadi miskin, nya Allah engke baris maparin kabeungharan ka maranéh
tina kurnia-Na, upama Anjeunna ngersakeun, saéstuna Allah Maha
Uninga, Maha Wijaksana.
Pada terjemaha di atas, di ke dua terjemahan muncul kata najis yang
diserap begitu saja sebab berhubungan dengan hal-hal tertentu dalam soal
peribadatan pada agama Islam.
65
ª!$# tΠ§ym $tΒ tβθãΒÌhptä† Ÿωuρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$$Î/ Ÿωuρ «!$$Î/ šχθãΖÏΒ÷σムŸω š⎥⎪Ï%©!$# #θè=ÏG≈s%
(#θäÜ÷èム4©®Lym |=≈tFÅ6ø9$# (#θè?ρé& š⎥⎪Ï%©!$# z⎯ÏΒ Èd,ysø9$# t⎦⎪ÏŠ šχθãΨƒÏ‰tƒ Ÿωuρ …ã&è!θß™u‘uρ
∩⊄®∪ šχρãÉó≈|¹ öΝèδuρ 7‰tƒ ⎯tã sπtƒ÷“Éfø9$#
29. Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak
(pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa
yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama
dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang
diberikan al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah
dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk.
29. Prak geura perangan jalma-jalma anu henteu ariman ka Allah jeung
teu ariman kana poé ahir jeung henteu ngaharamkeun saniskara anu
geus diharamkeun ku Allah jeung Rasul-Na, jeung henteu ngagem
agama anu hak, ti antara jalma-jalma (Yahudi jeung Nasrani) anu
geus dipaparin kitab nepi ka maranehna mayar jizyah (upeti) kalawan
ta'at sarta serah bongkokan.
Selain kata jizyah dan kitab yang diserap begitu saja, pada terjemahan
bahasa Sunda muncul kata ta’at. Kata ta’at diserap dari kata /tâ’ah/.
Οßγä9öθs% šÏ9≡sŒ ( «!$# Ú∅ö/$# ßxŠÅ¡yϑø9$# “t≈|Á¨Ψ9$# ÏMs9$s%uρ «!$# ß⎦ø⌠$# í÷ƒt“ãã ߊθßγu‹ø9$# ÏMs9$s%uρ
4’¯Τr& 4 ª!$# ÞΟßγn=tG≈s% 4 ã≅ö6s% ⎯ÏΒ (#ρãxŸ2 t⎦⎪Ï%©!$# tΑöθs% šχθä↔Îγ≈ŸÒム( óΟÎγÏδ≡uθøùr'Î/
∩⊂⊃∪ šχθà6sù÷σãƒ
30. Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orangorang Nasrani berkata: "Al masih itu putera Allah". Demikianlah itu
Ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru Perkataan
66
orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka ,
bagaimana mereka sampai berpaling?
30. Jeung urang Yahudi nyarita: "Uzair téh putra Allah", jeung urang
Nasrani nyarita: "Al-Masih téh putra Allah." Éta téh omongan
maranéhna ku sungut-sungutna kawas pok-pokan jalma-jalma
kalupur anu ti heula. Allah ngabinasakeun maranéhna! Kumaha
pangna maranehna nepi ka ngabalieur?
!$tΒuρ zΝtƒötΒ š∅ö/$# yx‹Å¡yϑø9$#uρ «!$# Âχρߊ ⎯ÏiΒ $\/$t/ö‘r& öΝßγuΖ≈t6÷δâ‘uρ öΝèδu‘$t6ômr& (#ÿρä‹sƒªB$#
∩⊂⊇∪ šχθà2Ìô±ç„ $£ϑtã …çμoΨ≈ysö7ß™ 4 uθèδ ωÎ) tμ≈s9Î) Hω ( #Y‰Ïm≡uρ $Yγ≈s9Î) (#ÿρ߉ç6÷èu‹Ï9 ωÎ) (#ÿρãÏΒé&
31. Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka
sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al
masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah
Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.
Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
31. Maranéhna ngajadikeun ulama-ulamana jeung rahib-rahibna jadi
pangéran salian ti Allah, jeung nganggap (pangeran) ka Al-Masih
anak Maryam, padahal maranéhna henteu diparéntah anging supaya
ibadah ka Pangeran Nu Maha Tunggal. Taya deui Pangéran anging
Anjeunna. Maha Suci Anjeunna tina saniskara anu ku maranéhna
disarékatkeun.
Pada terjemaha ayat ini muncul rahib untuk kedua bahasa yang diserap
utuh dan begitu saja. Juga muncul kata ulama pada terjemahan bahasa sunda yang
pada terjemahan bahasa Indonesia menggunakan kata alim.
67
oνÌŸ2 öθs9uρ …çνu‘θçΡ ¢ΟÏFムβr& HωÎ) ª!$# †p1ù'tƒuρ óΟÎγÏδ≡uθøùr'Î/ «!$# u‘θçΡ (#θä↔ÏôÜムβr& šχρ߉ƒÌãƒ
∩⊂⊄∪ šχρãÏ≈s3ø9$#
32. Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan
mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain
menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak
menyukai.
32. Maranéhna rék mareuman cahaya Allah ku sungut-sungutna, tapi
Allah henteu mikersa lian ti nyampurnakeun cahaya-Na, sanajan
jalma-jalma kapir téh henteu sarukaeun.
öθs9uρ ⎯Ï&Íj#à2 Ç⎯ƒÏe$!$# ’n?tã …çνtÎγôàã‹Ï9 Èd,ysø9$# È⎦⎪ÏŠuρ 3“y‰ßγø9$$Î/ …ã&s!θß™u‘ Ÿ≅y™ö‘r& ü”Ï%©!$# uθèδ
∩⊂⊂∪ šχθä.Îô³ßϑø9$# oνÌŸ2
33. Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk
(Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala
agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.
33. Nya Anjeunna anu geus ngutus Rasul-Na kalawan (mawa) pituduh
(Quran) jeung agama anu hak, pikeun Anjeunna ngabuktikeun
kaunggulanana tina sakabeh agama, sanajan jalma-jalma musrik
henteu sarukaeun.
68
Ĩ$¨Ψ9$# tΑ≡uθøΒr& tβθè=ä.ù'u‹s9 Èβ$t7÷δ”9$#uρ Í‘$t6ômF{$# š∅ÏiΒ #ZÏWŸ2 ¨βÎ) (#þθãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ *
Ÿωuρ sπÒÏø9$#uρ |=yδ©%!$# šχρã”É∴õ3tƒ š⎥⎪Ï%©!$#uρ 3 «!$# È≅‹Î6y™ ⎯tã šχρ‘‰ÝÁƒt uρ È≅ÏÜ≈t6ø9$$Î/
∩⊂⊆∪ 5ΟŠÏ9r& A>#x‹yèÎ/ Νèδ÷Åe³t7sù «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû $pκtΞθà)ÏΖãƒ
34. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar
memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalanghalangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan
emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa
yang pedih.
34. Yeuh, jalma-jalma anu ariman! Saéstuna kalolobaanana ti antara
ulama-ulama Yahudi jeung rahib-rahib Nasrani téh ngadalahar
harta-banda batur kalawan cara anu batal, jeung maranéhna
ngahalang-halang (batur) tina jalan Allah. Jeung jalma-jalma anu
nyarimpen emas jeung pérak sarta henteu ngadermakeun dina jalan
Allah, nya geura bubungah maranéhna ku siksaan anu kacida
peurihna.
Pada terjemahan di atas, pada ke dua bahasa muncul kata batil dan batal
keduanya diserap dari kata ‫ ﺑﺎﻃﻞ‬/bâtil/. Makna pada bahasa sasaran tijak jauh
bergeser.
#x‹≈yδ ( öΝèδâ‘θßγàßuρ öΝåκæ5θãΖã_uρ öΝßγèδ$t6Å_ $pκÍ5 2”uθõ3çGsù zΟ¨Ζyγy_ Í‘$tΡ ’Îû $yγøŠn=tæ 4‘yϑøtä† tΠöθtƒ
∩⊂∈∪ šχρâ“ÏΨõ3s? ÷Λä⎢Ζä. $tΒ (#θè%ρä‹sù ö/ä3Å¡àΡL{ öΝè?÷”t∴Ÿ2 $tΒ
35. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu
69
dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan
untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang
kamu simpan itu."
35. (Nyaeta) dina poéan dipanaskeunana (harta-bandana) di naraka
Jahanam, tuluy diistrikakeun harta anu geus panas téa kana tarangna
kana gédéngna jeung kana tonggongna, (sarta dicaritakeun): "leu téh
saniskara anu ku maranéh ditimbun pikeun diri maranéh téa, ku kituna
pék geura rasakeun alatan maranéh geus nimbun."
Kata jahanam diserap sebagai istilah nama yang berkaitan dengan agama
Islam. Pada makna, juga diserap begitu saja.
ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# t,n=y{ tΠöθtƒ «!$# É=≈tFÅ2 ’Îû #\öκy− u|³tã $oΨøO$# «!$# y‰ΖÏã Í‘θåκ’¶9$# nÏã ¨βÎ)
4 öΝà6|¡àΡr& £⎯ÍκÏù (#θßϑÎ=ôàs? Ÿξsù 4 ãΝÍhŠ)
s ø9$# ß⎦⎪Ïe$!$# šÏ9≡sŒ 4 ×Πããm îπyèt/ö‘r& !$pκ÷]ÏΒ š⇓ö‘F{$#uρ
yìtΒ ©!$# ¨βr& (#þθßϑn=÷æ$#uρ 4 Zπ©ù!$Ÿ2 öΝä3tΡθè=ÏG≈s)ム$yϑŸ2 Zπ©ù!%x. š⎥⎫Å2Îô³ßϑø9$# (#θè=ÏG≈s%uρ
∩⊂∉∪ t⎦⎫É)−GãΚø9$#
36. Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan,
dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus,
Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat
itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana
merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya
Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
36. Saestuna bilangan bulan mungguhing Allah mah nya duawelas bulan,
(kaungel) dina kitab Allah dina mangsa Anjeunna ngayugakeun
iangit katut bumi, ti antarana aya opat bulan anu mulya. Éta téh
(katangtuan) agama anu lempeng, ku kituna poma maranéh ulah
nganiaya diri pribadi dina bulan éta, jeung prak geura perangan kaom
70
musrikin sakumna cara maranéhna merangan maranéh sakumna.
Jeung sing nyaho, yén Allah téh nyarengan jalma-jalma anu takwa.
…çμtΡθãΒÌhptä†uρ $YΒ%tæ …çμtΡθ=Ïtä† (#ρãxx. š⎥⎪Ï%©!$# ÏμÎ/ ‘≅ŸÒム( Ìøà6ø9$# ’Îû ×οyŠ$tƒÎ— â™û©Å¤¨Ψ9$# $yϑ¯ΡÎ)
3 óΟÎγÎ=≈yϑôãr& â™þθß™ óΟßγs9 š∅Îiƒã— 4 ª!$# tΠ§ym $tΒ (#θ=Åsã‹sù ª!$# tΠ§ym $tΒ nÏã (#θä↔ÏÛ#uθã‹Ïj9 $YΒ%tæ
∩⊂∠∪ š⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$# tΠöθs)ø9$# “ωôγtƒ Ÿω ª!$#uρ
37. Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram itu adalah
menambah kekafiran. disesatkan orang-orang yang kafir dengan
mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun
dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat
mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya,
Maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (syaitan)
menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu.
dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
37. Saéstuna ngulur-ngulur (bulan-bulan haram) téh taya lian jaba ti
nambahan kakupuran, lampah kitu téh nyasarkeun jalma-jalma
kapir, (nyaeta) maranéhna anu ngahalalkeunana dina taun ieu jeung
maranéhna ngaharamkeunana dina taun (lianna), pikeun
ngajejegkeun bilangan (bulan-bulan) anu diharamkeun ku Allah, jadi
maranéhna ngahalalkeun (bulan-bulan) anu ku Allah diharamkeun.
Dipapaésan pikeun maranéhna amal-amalna nu goréng, jeung Allah
henteu maparin pituduh ka kaom kapirin.
ÇÚö‘F{$# ’n<Î) óΟçFù=s%$¯O$# «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû (#ρãÏΡ$# â/ä3s9 Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ) ö/ä3s9 $tΒ (#θãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ
ωÎ) ÍοtÅzFψ$# ’Îû $u‹÷Ρ‘‰9$# Íο4θuŠysø9$# ßì≈tFtΒ $yϑsù 4 ÍοtÅzFψ$# š∅ÏΒ $u‹÷Ρ‘‰9$# Íο4θu‹ysø9$$Î/ ΟçFÅÊu‘r& 4
∩⊂∇∪ î≅‹Î=s%
71
38. Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan
kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu
merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas
dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?
Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan
kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.
38. Yeuh, jalma-jalma ariman! Naon sababna upama diparéntahkeun ka
maranéh: "Prak geura jihad dina jalan Allah", maraneh beurat ka
dunya? Naha maranéh leuwih micinta kahirupan dunya batan
kahirupan ahérat, padahal kahirupan dunya dibandingkeun jeung
kahirupan ahérat mah ngan saeutik pisan?
ª!$#uρ 3 $\↔ø‹x© çνρ”àÒs? Ÿωuρ öΝà2uöxî $·Βöθs% öΑωö7oKó¡o„uρ $VϑŠÏ9r& $¹/#x‹tã öΝà6ö/Éj‹yèム(#ρãÏΖs? ωÎ)
∩⊂®∪ íƒÏ‰s% &™ó_x« Èe≅à2 4’n?tã
39. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa
kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum
yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan
kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
39. Upama maraneh henteu arindit (ka pangperangan) Anjeunna baris
nyiksa maraneh ku siksaan anu kacida peurihna, jeung Anjeunna bakal
ngaganti maraneh ku hiji kaom nu séjén, sedengkeun maranéh moal
bisa ngamadorotkeun Anjeunna saeutik ogé, karana Allah téh Maha
Kawasa kana sagala perkara.
†Îû $yϑèδ øŒÎ) È⎦÷⎫oΨøO$# š†ÎΤ$rO (#ρãxŸ2 t⎦⎪Ï%©!$# çμy_t÷zr& øŒÎ) ª!$# çνt|ÁtΡ ô‰s)sù çνρãÝÁΖs? ωÎ)
Ïμø‹n=tã …çμtGt⊥‹Å6y™ ª!$# tΑt“Ρr'sù ( $oΨyètΒ ©!$# χÎ) ÷βt“øtrB Ÿω ⎯ÏμÎ7Ås≈|ÁÏ9 ãΑθà)tƒ øŒÎ) Í‘$tóø9$#
«!$# èπyϑÎ=Ÿ2uρ 3 4’n?ø¡9$# (#ρãxŸ2 š⎥⎪Ï%©!$# sπyϑÎ=Ÿ2 Ÿ≅yèy_uρ $yδ÷ρts? öΝ©9 7ŠθãΨàfÎ/ …çνy‰−ƒr&uρ
∩⊆⊃∪ íΟŠÅ3ym ͕tã ª!$#uρ 3 $u‹ù=ãèø9$# š†Ïφ
72
40. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin
Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata
kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya
Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada
(Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak
melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang
rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
40. Upama maranéh (munapikin) henteu daék nulungan manéhna
(Muhammad), nya saéstuna Allah geus nulungan manehna nalika
jalma-jalma kapir ngusir manéhna, manehna téh anu kadua ti antara
duaan nalika maranehna di jero guha; manéhna nyarita ka baturna
(Abu Bakar): "Poma ulah pisan anjeun nalangsa, karana saestuna
Allah nyarengan urang." Tuluy Allah maparin katengtreman
Anjeunna ka manéhna, jeung Anjeunna nguatkeun manéhna ku
balatentara anu ku maranéh henteu katenjo, sarta Anjeunna
ngajadikeun kalimah jalma-jalma kapir di handap jeung nya kalimahkalimah Allah anu luhung, karana Allah Maha Gagah, Maha
Wijaksana.
×öyz öΝä3Ï9≡sŒ 4 «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû öΝä3Å¡àΡr&uρ öΝà6Ï9≡uθøΒr'Î/ (#ρ߉Îγ≈y_uρ Zω$s)ÏOuρ $]ù$xÅz (#ρãÏΡ$#
∩⊆⊇∪ šχθßϑn=÷ès? óΟçFΖä. βÎ) öΝä3©9
41. Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat,
dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
41. Bral geura arindit boh dina kaayaan enténg boh dina kaayaan beurat,
jeung geura jihad ku harta-banda maranéh katut jiwa maranéh dina
jalan Allah, karana lampah kitu téh leuwih hade pikeun maranéh,
upama maranéh nyaho mah.
73
4 èπ¤)’±9$# ãΝÍκön=tã ôNy‰ãèt/ .⎯Å3≈s9uρ x8θãèt7¨?^ω #Y‰Ï¹$s% #\xy™uρ $Y7ƒÌs% $ZÊ{tã tβ%x. öθs9
öΝåκ¨ΞÎ) ãΝn=÷ètƒ ª!$#uρ öΝåκ|¦àΡr& tβθä3Î=öκç‰ öΝä3yètΒ $uΖô_tsƒm: $oΨ÷èsÜtFó™$# Èθs9 «!$$Î/ šχθàÎ=ósu‹y™uρ
∩⊆⊄∪ tβθç/É‹≈s3s9
42. Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu Keuntungan yang mudah
diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka
mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu Amat jauh terasa oleh
mereka. mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau Kami
sanggup tentulah Kami berangkat bersama-samamu." mereka
membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa
Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.
42. Upama anu diuarkeun ka maranéhna téh kasénangan anu nampeu
(mangpa'at) jeung perjalanan anu pikabungaheun, tanwandé
maranéhna bakal nurut ka manéh, tapi éta perjalanan téh rumpil
pikeun maranéhna mah, jeung maranéhna baris susumpahan kalayan
asma-Na Allah: "Upama kaula sarerea bisa mah tanwandé kaula
saréréa baris indit babarengan jeung aran-dika." (Tah peta kitu téh)
ngabinasakeun dirina pribadi, jeung Allah uninga yén maranéhna
jalma-jalma anu ngabarohong.
zΜn=÷ès?uρ (#θè%y‰|¹ š⎥⎪Ï%©!$# šs9 t⎦¨⎫t6tGtƒ 4©®Lym óΟßγs9 |MΡÏŒr& zΝÏ9 šΖtã ª!$# $xtã
∩⊆⊂∪ š⎥⎫Î/É‹≈s3ø9$#
43. Semoga Allah mema'afkanmu. mengapa kamu memberi izin kepada
mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orangorang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui
orang-orang yang berdusta?
74
43. Allah maparin ma'ap ka manéh, naha geuning manéh (Muhammad)
ngidinan maranéhna saméméh tétéla pikeun manéh jalma-jalma anu
bener jeung kanyahoan jalma-jalma anu barohong?
óΟÎγÏ9≡uθøΒr'Î/ (#ρ߉Îγ≈yfムβr& ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ šχθãΖÏΒ÷σムt⎦⎪Ï%©!$# šçΡÉ‹ø↔tFó¡o„ Ÿω
∩⊆⊆∪ t⎦⎫É)−Gßϑø9$$Î/ 7ΟŠÎ=tæ ª!$#uρ 3 öΝÍκŦàΡr&uρ
44. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, tidak
akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta
dan diri mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang bertaqwa.
44. Jalma-jalma anu ariman ka Allah jeung kana poé ahir, moal ménta
idin ka maneh (pikeun mundur) tina jihad ku harta bandana katut
jiwana, karana Allah uninga ka jalma anu takwa.
’Îû óΟßγsù óΟßγç/θè=è% ôMt/$s?ö‘$#uρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ šχθãΖÏΒ÷σムŸω t⎦⎪Ï%©!$# šçΡÉ‹ø↔Ft ó¡o„ $yϑ¯ΡÎ)
∩⊆∈∪ šχρߊ¨ŠutItƒ óΟÎγÎ6÷ƒu‘
45. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orangorang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Kemudian, dan hati
mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam
keraguannya.
45. Anu menta idin ka maneh téh ngan wungkul jalma-jalma anu henteu
ariman ka Allah jeung kana poé ahir, jeung anu haténa marangmang.
Ku kituna maranéhna bakal mandeg-mayong dina kamangmanganana.
75
Ÿ≅ŠÏ%uρ öΝßγsܬ7sVsù öΝßγrO$yèÎ7/Ρ$# ª!$# oνÌŸ2 ⎯Å3≈s9uρ Zãã …ã&s! (#ρ‘‰tãV{ ylρãã‚ø9$# (#ρߊ#u‘r& öθs9uρ *
∩⊆∉∪ š⎥⎪ωÏè≈s)ø9$# yìtΒ (#ρ߉ãèø%$#
46. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan
persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai
keberangkatan mereka, Maka Allah melemahkan keinginan mereka.
dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang
yang tinggal itu."
46. Jeung upama maranéhna harayangeun indit, tangtu maranéhna baris
nyadiakeun bekel, tapi Allah henteu mikaresep maranéhna arindit, ku
kituna Anjeunna ngahoréamkeun maranéhna, sarta nimbalan: "Geura
caricing maranéh babarengan jeung jalma-jalma anu caricing!"
sπuΖ÷FÏø9$# ãΝà6tΡθäóö7tƒ öΝä3n=≈n=Ï{ (#θãè|Ê÷ρV{uρ Zω$t6yz ωÎ) öΝä.ρߊ#y— $¨Β /ä3‹Ïù (#θã_tyz öθs9
∩⊆∠∪ t⎦⎫ÏϑÎ=≈©à9$$Î/ 7ΟŠÎ=tæ ª!$#uρ 3 öΝçλm; tβθãè≈£ϑy™ óΟä3‹Ïùuρ
47. Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak
menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan
bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk Mengadakan
kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang
yang Amat suka mendengarkan Perkataan mereka. dan Allah
mengetahui orang-orang yang zalim.
47. Upama maranéhna arindit bareng jeung maranéh, maranéhna henteu
nambahan naon-naon salian ti ngacowkeun, jeung maranéhna baris
tingsulusup di antara maranéh pikeun nyebarkeun pacéngkadan
lantaran di antara maranéh aya jalma-jalma anu daék ngadéngé ka
maranéhna, tapi Allah Maha Uninga ka jalma-jalma anu darolim.
76
öΝèδuρ «!$# âöΔr& tyγsßuρ ‘,ysø9$# u™!$y_ 4©®Lym u‘θãΒW{$# šs9 (#θç7¯=s%uρ ã≅ö6s% ⎯ÏΒ sπuΖ÷FÏø9$# (#âθtótFö/$# ωs)s9
∩⊆∇∪ šχθèδÌ≈Ÿ2
48. Sesungguhnya dari dahulupun mereka telah mencari-cari kekacauan
dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk
(merusakkan)mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah)
dan menanglah agama Allah, Padahal mereka tidak menyukainya.
48. Saestuna maranéhna seja nimbulkeun pitenah ti anggalna jeung
maranéhna ngusutkeun perkara-perkara pikeun manéh, nepi ka datang
hak jeung tétéla pisan urusan Allah, sedengkeun maranéhna
ceuceubeun.
zΟ¨Ψyγy_ χÎ)uρ 3 (#θäÜs)y™ ÏπuΖ÷GÏø9$# ’Îû Ÿωr& 4 û©Íh_ÏGøs? Ÿωuρ ’Ík< βx‹ø$# ãΑθà)tƒ ⎯¨Β Νßγ÷ΖÏΒuρ
∩⊆®∪ š⎥⎪ÍÏ≈x6ø9$$Î/ 8πsÜŠÅsßϑs9
49. Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan
(tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya
terjerumus dalam fitnah." ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus
ke dalam fitnah. dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar
meliputi orang-orang yang kafir.
49. Jeung ti antara maranéhna aya anu nyarita: "Idinan kaula (cicing)
jeung poma ulah mitenah kaula." Sing nyaho yen maranehna geus
tigebrus kana pitenah. Jeung saéstuna Jahanam téh ngurung jalmajalma kapir.
Pada ayat ini ditemukan satu kata serapan yang makna dan bentuk
bunyinya berubah. Kata ‫ اﻟﻔﺘﻨﺔ‬/al-fitnah/ dalam bahasa Indonesia menjadi fitnah
sedangkan dalam bahasa Sunda menjadi pitenah. Makna kata ‫ اﻟﻔﺘﻨﺔ‬dalam bahasa
77
Arab yang bermakna ‘kesesatan’.58 Pada bahasa Indonesia kata fitnah bermakna
‘perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan
maksud menjelekan orang,’59 sedangkan dalam bahasa Sunda pitenah bermakna
‘caritaan anu ngandung maksud ngarugikeun batur (perkataan yang mengandung
maksud merugikan orang lain)’.60 Dengan kata lain, penerjemahan kata /al-fitnah/
di atas kurang tepat. Sebab yang dimaksud pada ayat di atas adalah sebagaimana
sudah diterangkan pada Bab I.
ã≅ö6s% ⎯ÏΒ $tΡtøΒr& !$tΡõ‹s{r& ô‰s% (#θä9θà)tƒ ×πt6ŠÅÁãΒ šö7ÅÁè? βÎ)uρ ( öΝèδ÷σÝ¡s? ×πuΖ|¡ym šö7ÅÁè? βÎ)
∩∈⊃∪ šχθãmÌsù öΝèδ¨ρ (#θ©9uθtGtƒuρ
50. Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang
karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka
berkata: "Sesungguhnya Kami sebelumnya telah memperhatikan
urusan Kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa
gembira.
50. Upama kahadéan tumiba ka manéh, maranéhna henteu sarukaeun;
jeung upama kacilakaan tumiba ka manéh, pokna: Saéstuna kaula
saréréa geus ngajaga diri pribadi ti anggalna", Jeung maranéhna
ngabalieur kalayan suka bungah.
58
Munawir, A, W, h. 1033
Departemen Pendidikan Nasional, h. 318
60
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 389
59
78
B. Perbandingan Bentuk Penyerapan
Daftar kata serapan di bawah ini berdasarkan urutan kemunculan dari ayat
pertama sampai ayat ke lima puluh. Daftar di bawah dimaksudkan untuk melihat
secara keseluruhan perbandingan bentuk penyerapan. Bentuk yang disusun dalam
daftar adalah betuk dasar kata yang diserap dari bahasa Arab yang ada dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
no
Bahasa Arab
Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
1
‫اﷲ‬
Allah
Allah
2
‫رﺳﻮل‬
Rasul
Rasul
3
‫ﻣﺸﺮآﻴـﻦ‬
Musyrikin
Musrikin
4
‫ﻣﺴﻠﻤﻴـﻦ‬
Muslimin
Muslimin
5
‫آﺎﻓﺮ‬
Kafir
Kapir
6
‫ﻣﻌﻠﻮم‬
Maklum
Ma’lum
7
‫ﻗﻮم‬
Kaum
Kaom
8
‫ﺣﺞ‬
Haji
Haji
9
‫أآﺒﺮ‬
Akbar
Akbar
10
‫ﺗﻮﺑﺔ‬
Taubat
Tobat
11
‫ﺗﻘﻮى‬
Takwa
Takwa
12
‫ﺣﺮام‬
Haram
Haram
13
‫ﺻﻼة‬
Sholat
Salat
14
‫زآﺎة‬
Zakat
Jakat
15
‫ﻓﺎﺳﻖ‬
Fasik
Pasék
16
‫ﺁﻳ ﺔ‬
Ayat
Ayat
17
‫ﺑﻌﺪ‬
Bakda
Bada
79
18
‫ﺣﻖ‬
19
Hak
Hak
‫إﻳﻤﺎن‬
Iman
Iman
20
‫ﺟﻬﺎد‬
Jihad
Jihad
21
‫ﻣﺴﺠﺪ‬
Mesjid
Masjid
22
‫آﻔﺮ‬
Kufur
Kupur
23
‫ﻣﻌﻤﻮر‬
Makmur
Ma’mur
24
‫اﺧﻴﺮ‬
Akhir
Ahir
25
‫ﻇﺎﻟﻢ‬
Zalim
Dolim
26
‫رﺿﻰ‬
Ridha
Rido
27
‫ﻓﺎﺋﺪة‬
Faidah
Paédah
28
‫ﻧﺠﺲ‬
Najis
Najis
29
‫ﻋﺎﻟﻢ‬
Alim
Alim
30
‫ﻋﻠﻤﺎء‬
Ulama
Ulama
31
‫راهﺐ‬
Rahib
Rahib
32
‫ﺑﺎﻃﻞ‬
Batil
Batal
33
‫ﻋﺎﻣﻞ‬
Amal
Amal
34
‫أﺧﺮة‬
Akhirat
Ahérat
35
‫ﻣﻀﺮة‬
Mudharat
Madorot
36
‫ﻣﻨﺎﻓﻖ‬
Munafik
Munapik
37
‫ﻣﻨﻔﻌﺔ‬
Manfaat
Mangpa’at
38
‫اﺳﻤﺎء‬
Asma
Asma
39
‫ﻣﻌﻒ‬
Ma’af
Ma’ap
40
‫ﻋﺬر‬
Uzur
Udur
41
‫ﻓﺘﻨﺔ‬
Fitnah
Pitenah
80
Kata-kata yang ditebalkan tidak muncul dalam terjemahan bahasa Indonesia.
Demikian penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk
kata serapan pada kedua bahasa dan perbandingan perubahan makna pada kedua
bahasa. Dari daftar di atas bisa langsung jelas terlihat bagaimana penyesuaian
fonem dalam penyerepan dilakukan pada kedua bahasa.
81
F
FAKULTA
S ADAB DA
AN HUMAN
NIORA
UNIVERS
SITAS ISL
LAM NEG
GERI
SYA
ARIF HID
DAYATULLAH JA
AKARTA
A
BAB IV
Penutup
A.
Keimpulan
Setelah melakukan analisis secara keseluruhan dari berbagai aspek yang
dibutuhkan, penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Kata serapan, secara keseluruhan, jika dipakai dengan tepat tidak lah
terlalu berpengaruh fatal. Terkecuali, kata serapan yang sudah
memiliki makna baru yang berbeda dengan kata asal atau sudah
termasuk ke dalam daftar kata faux amis. Pada penerjemahan,
penggunaan kata serapan dari bahasa sumber yang diterjemahkan
sebaiknya dihindari jika masih ada padanan dalam bahasa sasar yang
bisa digunakan. Dengan demikian, terjemahan akan lebih mengena dan
makna yang diinginkan bahasa sumber tercapai. Sebagai contoh yang
tidak tepat menggunakan kata serapan terdapat pada ayat 3.
z⎯ÏiΒ Ö™ü“Ìt/ ©!$# ¨βr& Îy9ò2F{$# Ædkptø:$# tΠöθtƒ Ĩ$¨Ζ9$# ’n<Î) ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘uρ «!$# š∅ÏiΒ ×β≡sŒr&uρ
öΝä3¯Ρr& (#þθßϑn=÷æ$$sù öΝçGøŠ©9uθs? βÎ)uρ ( öΝà6©9 ×öyz uθßγsù öΝçFö6è? βÎ*sù 4 …ã&è!θß™u‘uρ t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9$#
∩⊂∪ AΟŠÏ9r& >U#x‹yèÎ/ (#ρãxx. t⎦⎪Ï%©!$# ÎÅe³o0uρ 3 «!$# “Ì“Éf÷èãΒ çöxî
Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya
kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa Sesungguhnya
Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin.
Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, Maka bertaubat
itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, Maka ketahuilah
bahwa Sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. dan
82
beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih.
Jeung (ieu téh) wawaran ti Allah jeung Rasul-Na ka manusa dina
hiji poé haji akbar, yen saéstuna Allah jeung Rasul-Na megatkeun
hubungan ti kaom musrikin. Ku kituna, upama maranéh tobat, nya
hadé pisan pikeun maranéh, jeung upama maranéh ngabalieur, nya
sing nyaho yen maranéh moal bisa lesot tina (siksaan) Allah; jeung
geura bejakeun ka jalma-jalma kapir perkara siksaan anu kacida
nyerina.
Pada terjemahan bahasa Indonesia, penggunaak kata permakluman
yang berasal dari kata maklum yang diserap dari kata ma‘lûm bahasa
Arab kurang tepat untuk memberikan pada kata ‘ażân yang bermakna
pemberitahuan.
2. Kata serapan pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dari bahsa Arab
tidak terlalu jauh berbeda. Ini disebabkan kedua bahasa ini mengalami
kontak yang sangat panjang. Baik dari proses penyerapan atau proses
penyesuaian tidak terlalu nampak berbeda. Bentuk perubahan pun
tidak terlalu jauh berbeda. Adapun bentuk-bentuk perubahan yang
terjadi pada kata serapan yang masuk dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda secara umum adalah sebagai berikut:
a. Protesis, yaitu penambahan vokal atau konsonan pada awal kata
untuk memudahkan lafal, seperti mas menjadi emas. Stal menjadi
istal.
b. Epetesis, yaitu penyisipan bunyi atau huruf dalam kata terutama
pada kata serapan untuk menyesuaikan dengan pola fonologis
83
bahasa sasaran, seperti baru menjadi baharu. Trommel menjadi
torombol.
c. Paragog, yaitu penambahan bunyi pada akhir kata untuk
keindahan lafal, seperti bapa menjadi bapak. Bank menjadi bangku.
d. Aferesis, yaitu penanggalan bunyi atau kata dari awal sebuah
ujaran, seperti mpunya menjadi punya. Examen menjadi samen.
e. Singkope, yaitu hilangnya bunyi atau huruf dari tengah-tengah
kata, seperti sahaya menjadi saya. Officier menjadi opsir.
f. Apokope, yaitu pemenggalan satu bunyi atau lebih dari ujung kata,
seperti pelangit menjadi pelangi. Bénzine menjadi bénsin menjadi
béngsin
g. Metatesis, yaitu perubahan lelak huruf, bunyi atau suku kata dalam
kata, seperti sapu menjadi usap, tebal menjadi lebat. Léor menjadi
réol, aduy menjadi ayud.
h. Asimilasi yaitu proses perubahan bunyi yang mengakibatkan mirip
atau sama dengan bunyi lain di dekatnya, seperti me-tulis menjadi
menulis. Kontraksi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan
leksem dasar atau gabungan leksem, seperti tuanku menjadi
tengku. Gambar menjadi gamar, kadéron menjadi kanéron.
Secara garis besar, kata serapan dari bahasa arab yang masuk
kedalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda mengalami perubahan
dengan cara metatesis dan asimilasi.
84
B.
Saran dan Kritik
Penulis amat sangat menyadari, bahwa proses penelitian ini masih
membutuhkan waktu yang lebih agar menacapai titik yang lebih memuaskan.
Penulis juga mendarari bahwa penelitian masih harus dilanjutkan lebih mendalam
agar menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi khasanan kebahasaan di negeri
ini. Jika saja penelitian ini terus berlanjut maka akan sangat bermanfaat untuk
memperkaya pengetahuan kosakata yang tidak berasal dari bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda. Sehingga dalam menulis atau menerjemahkan, para pelaku lebih
bisa menyaring dan memilih kata dengan menggunakan kata bahasa Indonesia
saja. Hal ini akan sangat beguna sebagai upaya
menjaga keutuhan bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda, terutama dalam menggunakan kata serapan yang
jelas-jelas ada pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Demikian kiranya, segala macam kekurangan akan sangat berguna jika
saja mendapat masukan dan dikemudian dilakukan perbaikan.
85
F
FAKULTA
S ADAB DA
AN HUMAN
NIORA
UNIVERS
SITAS ISL
LAM NEG
GERI
SYA
ARIF HID
DAYATULLAH JA
AKARTA
A
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Atabik, 1998, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta
Chaer, Abdul., 1994, Linguistik Umum, Jakarta; PT. Rineka Cipta,
__________., Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta; Rineka Cipta,
1995, Edisi Revisi
Coolsma, S, Soendaneesche Spraakkunst, (Tata Bahasa Sunda), terjemehan
Husein Widjaya kusumah dan Yus Rusyana, Bandung: Djambatan, 1985
Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta; 1971
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta; Balai Pustaka, 2005
____________________________________,
Tata
Bahasa
Baku
Bahasa
Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1992
Eddy, Nyoman Tusthi, 1989, Unsur Serapan Dari Bahasa Asing dalam Bahasa
Indonesia (Tinjauan Kesejahteraan dan Perkembangan), Nusa Indah:
Kendari.
Effendi, S., Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Bendar, Jakarta;
Pustaka Jaya, 1995
Haenen, Paul., Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah, Jakarta; Yayasan Obor
Indonesia, 2002
Hidayat, Rahmat Taufik, dkk, 2007, Peperenian Urang Sunda, Banding: Kiblat,
Cet. ke-2
86
Kridalaksana, Harimurti., Kamus Linguistik, Jakarta: PT Gramedia, 1983, cet. Ke2
____________________., Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, Jakarta;
Gramedia, 1996, cet. Ke-2
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, Kamus Umum Basa Sunda, Bandung; Tarate,
1980
Moeliono, Anton. M., Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta:
Djambatan, 1985
Muhammad, Abu Bakar., Tata Bahasa Arab, Surabaya; Al-Ikhlas, 1982
Munawir, Ahmad Warson, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia,
Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984
Peteda, Mansur, 1991, Linguistik Terapan, Nusa Indah: Endari. Cet-1
Ajip Rosidi, 2003, The Sundanese Youth Congres translated by J. Noorduyn,
dalam Tulak Bala; Sistem Pertahanan Tradisional Masyarakat Sunda
dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda, Bandung: Pusat Studi
Sunda
Samsuri, Analisa Bahasa, Jakarta, Erlangga, 1994
Shaleh, Qamaruuddin, Al-amin, Al-Qur’an Terjemah Bahasa Sunda, Bandung;
CV. Penerbit Diponegoro, 2003, Cet. Ke-10
Shihab, M. Q, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Lentera Hati, Jakarta 2007, Cet. ke-VII
Simorangkir, dkk, Kesusastraan Indonesia, Jakarta : Pembangunan, 1959
Sudaryat, Yayat., Tata Bahasa Sunda Kiwari, Bandung: Yrama Widya, 2009
87
_____________., Ulikan Semantik Basa Sunda, Bandung: CV. Geger Sunten,
2003, Cet. ke-3
Soedarno., Kata Serapan dari bahasa Arab, Jakarta; Arikha Media Cipta, 1990
Superno. E.p., Logat (Catatan Kata-kata Serapan Bahasa Indonesia dari bahasa
Arab), (Semarang; Surya Angkasa, 1994), cet. Ke-1
Sugihastuti, Bahasa Indonesia dari Awam, Mahasiswa sampai Wartawan,
Yogyakarta, Gamma Media, 2003
Tamsyah, Budi Rahayu., dkk, 2010, Galuring Basa Sunda, Bandung: CV. Pustaka
Setia, cet. ke-4
88
Download