analisis pengaruh pemecahan saham ( stock split)

advertisement
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
ANALISIS PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT)
TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN (RETURN) SAHAM DAN
LIKUIDITAS SAHAM
(STUDI PADA PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2013)
1
Ni Luh Damayanti, 1Anantawikrama Tungga Atmadja, 2Nyoman Ari Surya
Darmawan
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {[email protected],[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemecahan saham (stock split)
terhadap tingkat keuntungan (return) saham dan likuiditas saham pada perusahaan go public di
Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder berupa harga saham, indeks harga saham gabungan dan volume perdagangan
saham perusahaan yang dijadikan selama periode 2008-2013. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi yaitu pengumpulan data sekunder berupa
harga saham, indeks harga saham gabungan dan volume perdagangan saham perusahaan.
selanjutnya analisis data penelitian menggunakan analisis Uji Beda Dua Rata-Rata dengan
menggunakan program SPSS versi 19.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peristiwa pemecahan saham tidak
menyebabkan adanya perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah peristiwa
pemecahan saham, (2) peristiwa pemecahan saham menyebabkan adanya perbedaan volume
perdagangan saham sebelum dan sesudah pemecahan saham yang dilakukan oleh perusahaan
yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2013.
Kata kunci: pemecahan saham, abnormal return saham, volume perdagangan saham
Abstract
The study aimed at finding out the effect of stock split towards the level of stock return
and stock liquidity on the companies listed in the stock Exchange Office Indonesia during 20082013. This study used a secondary data in terms of stock prices and the trading volume of the
company’s stock during 2008-2013. The data were collected by using a documentation method
in a form of secondary data of the stock prices, and the trading volume of the company’s stock.
The data were analyzed by using t-test (means different testing) supported by SPSS program
version 19.
The results indicated that (1) the stock split had no affect on the difference of abnormal
return before and after the stock split. (2) the stock split had an affect on the difference of stock
trading volume before and after the stock split conducted by the companies listed in the
Indonesia Stock Exchange Office during 2008-2013.
Key-words: stock split, abnormal stock return, stock trading volume
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN
Salah satu sarana untuk melakukan
investasi adalah melalui pasar modal.
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No.
8 tahun 1995, pengertian pasar modal yang
lebih spesifik adalah kegiatan yang
berhubungan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang
berkaitan
dengan
efek.
Perkembangan pasar modal sebagai
lembaga piranti investasi memiliki fungsi
ekonomi dan fungsi keungan yang semakin
diperlukan oleh masyarakat sebagai media
alternatif dan penghimpun dana (Suad
Husnan, 1994 dalam Mila, 2010). Pasar
modal
dikatakan
mempunyai
fungsi
ekonomi karena pasar modal menyediakan
fasilitas
atau
wahana
yang
mempertemukan dua kepentingan yaitu
pihak yang mempunyai kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana.
Sedangkan
pasar
modal
dikatakan
mempunyai fungsi keuangan karena pasar
modal memberikan kemungkinan dan
kesempatan memperoleh keuntungan bagi
pemiliki dana sesuai dengan investasi yang
dipilih. Efek yang diperdagangkan di pasar
modal yaitu saham (stock), obligasi,
obligasi konversi, sertifikat rights, dan
waran.
Investasi di pasar modal mengandung
unsur ketidakpastian atau risiko yang akan
dihadapi.
Karena
investasi
tersebut
mengandung risiko, maka pilihan investasi
tidak hanya mengandalkan pada tingkat
keuntungan yang diharapkan. Apabila
mengharapkan keuntungan yang tinggi,
maka ia harus bersedia menanggung risiko
yang tinggi pula. Untuk mengurangi
ketidakpastian risiko dari investasi tersebut,
maka para investor membutuhkan informasi
yang lengkap dan sesuai dengan kondisi di
pasar modal. Informasi yang dipublikasikan
merupakan informasi yang diterbitkan
perusahaan dalam bentuk pengumuman.
Salah satu pengumuman yang dapat
dimanfaatkan oleh para pelaku pasar modal
adalah pengumuman pemecahan saham
(stock split). Aktivitas pemecahan saham
biasanya akan mempengaruhi jumlah
saham yang beredar atapun harga saham
yang berlaku di pasar. Dimana pemecahan
saham adalah memecah selembar saham
menjadi n lembar saham sehingga harga
per lembar saham baru setelah stock split
adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya
(Jogiyanto, 2000 hlm 397 dalam Indriyani,
2005). Jenis-jenis pemecahan saham yang
dapat dilakukan oleh emiten dibagi menjadi
dua jenis pemecahan yaitu: (1) pemecahan
naik (split up) merupakan penurunan nilai
nominal saham dan menambah jumlah
saham yang bererdar, (2) pemecahan turun
(split down) merupakan peningkatan nilai
nominal per saham dan mengurangi jumlah
saham yang beredar.
Stock split adalah suatu aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan go public untuk
menaikkan jumlah saham yang beredar.
Dengan melakukan stock split maka harga
saham akan relatif murah dan hal ini dapat
menarik investor untuk membelinya. Pada
umumnya perusahaan yang melakukan
pemecahan saham merupakan perusahaan
yang mempunyai kinerja baik, hal tersebut
dapat terlihat dari harga saham yang tinggi
(Muharam, 2009 dalam Wijanarko, 2012).
Signaling theory menyatakan bahwa stock
split dianggap perusahaan memberikan
sinyal yang baik kepada publik berkaitan
dengan prospek perusahaan yang baik
dimasa depan, karena perusahaan yang
melakukan pemecahan saham adalah
perusahaan yang memiliki saham dengan
harga yang tinggi, harga saham yang tinggi
tersebutlah
sebagai
sinyal
bahwa
perusahaan memiliki prospek masa depan
yang baik, dimana harga saham yang tinggi
mencerminkan bahwa perusahaan memiliki
kinerja yang baik (Jogiyanto, 2003:419
dalam Indriyani, 2005).
Stock split merupakan suatu kosmetik
saham, dalam artian bahwa tindakan
perusahaan tersebut merupakan upaya
pemolesan saham agar tampak lebih
menarik di mata investor sekalipun tidak
meningkatkan kemakmuran bagi investor.
Sehingga secara teoritis stock split
dikatakan tidak memiliki nilai ekonomis hal
itu dikarenakan di satu sisi jumlah lembar
saham
yang
dimiliki
investor
bertambahkanserta tetapi di sisi lain harga
saham turun secara proporsional (Indriyani,
2005).
Tujuan dilakukannya pemecahan
saham oleh emiten adalah agar sahamnya
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
berada pada volume perdagangan yang
optimal sehingga distribusi saham menjadi
lebih luas dan daya beli investor meningkat
terutama untuk investor kecil. Harga saham
akan mencerminkan nilai perusahaan.
semakin tinggi harga saham, maka semakin
tinggi pula nilai perusahaan. Namun bila
harga
saham
terlalu
tinggi
dapat
mengurangi
minat
investor
untuk
berinvestasi sehingga harga saham sulit
untuk meningkat lagi. Menurut trading
range theory harga saham yang terlalu
menyebabkan saham tidak likuid, hal
tersebut berkaitan dengan kemampuan
tiap-tiap investor yang berbeda-beda, oleh
karena
itu
perusahaan
melakukan
pemecahan
saham
dalam
upaya
menciptakan harga saham pada interval
tertentu yang tidak terlalu mahal. Adapun
bentuk hubungan stock split dengan trading
range theory adalah dilihat dari segi
pandangan internal perusahaan yang
memotivasi pihak perusahaan untuk
melakukan
pemecahan
saham.
Ini
sebagaimana dikatakan oleh Khomsiyah
dan Sulistiyobahwa “ berdasarkan trading
range theory tingkat kemahalan saham
merupakan motivasi perusahaan untuk
melakukan pemecahan saham.” Salah satu
tujuan keputusan stock split bagi pihak
manajemen perusahaan adalah untuk
menampung aspirasi publik agar dimilikinya
harga saham yang representatif atau
terjangkau untuk dimiliki.
Dalam mengantisipasi hal tersebut
banyak perusahaan yang melakukan
kebijaka pemecahan saham. Sehingga
harga saham yang tidak terlalu tinggi akan
meningkatkan
likuiditas
perdagangan
saham. Menurut Tandelilin (2010) dalam
Rusliati (2010) likuiditas saham adalah
tingkat keaktifan dari sebuah saham untuk
dapat dijual atau dijadikan uang tunai oleh
investor yang memilikinya. Likuiditas saham
dapat
terbentuk
karena
mekanisme
permintaan dan penawaran terhadap
saham. Semakin banyak pelaku pasar yang
meminati
pasar
akan
mendorong
peningkatan harga saham. Jadi dapat
disimpulkan bahwa likuiditas saham
berkaitan dengan kemampuan dari sebuah
saham untuk dapat segera dijual dan
dijadikan uang tunai oleh investor yang
memilikinya. Likuiditas aham merupakan
salah satu indikator untuk melihat pasar
bereaksi terhadap suatu pengumuman.
Likuiditas saham dapat dilihat dari aktivitas
volume perdagangan saham atau Trading
Volume Activity (TVA). Trading Volume
Activity merupakan perbandingan antara
jumlah
saham
perusahaan
yang
diperdagangkan pada periode tertentu
dengan jumlah saham perusahaan yang
beredar pada periode tertentu. Besar
kecilnya perubahan rata-rata Trading
Volume Activity sebelum dan sesudah
pemecahan saham merupakan ukuran
besar kecilnya akibat yang ditimbulkan dari
informasi pemecahan saham. Apabila
volume saham yang diperdagangkan
(trading) lebih besar daripada volume
saham yang diterbitkan (listing) maka
semakin likuid saham tersebut.
Volume
perdagangan
saham
merupakan salah satu parameter aktivitas
jual beli saham di bursa, semakin
meningkat jual beli saham, maka aktivitas
perdagangan saham dibursa akan semakin
meningkat. Hal tersebut akan berpengaruh
terhadap permintaan dan penawaran akan
saham tersebut. Semakin meningkat
permintaan dan penawaran suatu saham,
maka pengaruhnya akan semakin besar
pula terhadap fluktuasi harga saham
dibursa. Sedangkan semakin meningkatnya
volume perdagangan saham hal tersebut
menandakan bahwa saham tersebut
semakin diminati oleh masyarakat sehingga
akan membawa pengaruh terhadap naik
turunnya harga atau return
saham
tersebut.
Likuiditas perdagangan saham juga
akan mempengaruhi besarnya return
saham yang akan diperoleh. Return
merupakan tingkat keuntungan yang
diminati investor atas suatu investasi yang
dilakukanya. Harga saham yang terlalu
tinggi yang tidak mampu dijangkau oleh
investor
menyebabkan
perusahaan
melakukan pemecahan saham. Pemecahan
saham dilakukan karena harga saham yang
terlalu tinggi sehingga harga saham
tersebut tidak likuid, jika saham tidak likuid
maka transaksi perdagangan terhadap
saham tersebut akan semakin sedikit.
Sedikitnya transaksi perdagangan yang
terjadi akan menyebabkan harga tidak
bergerak fluktuatif sehingga harapan untuk
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
mendapatkan
abnormal
return
juga
semakin
sedikit.
Abnormal
return
merupakan selisih diantara return yang
sebenarnya
dengan
return
yang
diharapkan. Abnormal return yang positif
menunjukkan bahwa return yang diterima
itu lebih besar daripada return yang
diharapkan, sebaliknya jika return yang
diterima lebih kecil daripada yang
diharapkan maka disebut abnormal return
negatif. Menurut Brown dan Warner (1985)
return ekspektasi merupakan return yang
harus diestimai. Return ekspektasi dapat
dicari dengan menggunakan tiga model,
yaitu: (1) Mean-Adjusted Model yang
menganggap return ekspektasi bernilai
konstan yang sama dengan rata-rata return
realisasi sebelumnya selama estimation
period,
(2)
Market
Model,
dalam
menghitung return ekspektasi dilakukan
dengan dua tahap yaitu membentuk
ekspektasi dengan menggunakan data
realisasi selama periode estimasi dan
menggunakan model ekspektasi untuk
mengestimasi return ekspektasi diperiode
jendela, (3) Market Adjusted Model yang
menganggap bahwa penduga yang terbaik
untuk mengestimasi return suatu sekuritas
adalah return indeks pasar pada saat
tersebut.
Tingkat keuntungan yang
sesungguhnya merupakan perbandingan
antara selisih harga saham periode
sekarang dengan periode sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas maka
dapat dirumuskan pokok permasalahan
dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah
terdapat perbedaan abnormal return saham
sebelum dan sesudah pemecahan saham,
(2) Apakah terdapat perbedaan Trading
Volume Activity sebelum dan sesudah
pemecahan saham (stock split). Sedangkan
tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk
menganalisis perbedaan abnormal return
saham sebelum dan sesudah pemecahan
saham, (2) Untuk menganalisis perbedaan
Trading Volume Activity sebelum dan
sesudah pemecahan saham. Adapun
manfaat teoritis dari penelitian ini adalah
melalui penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang bermanfaat
bagi perkembangan ilmu dan memberikan
literatur tambahan yang membantu dalam
bidang ilmu akuntansi dan pasar modal
khususnya mengenai pengaruh pemecahan
saham. Sedangkan manfaat praktis dari
penelitian ini adalah hasil penelitian ini
diharapkan bisa menjadi alat bantu analisis
terhadap
setiap
informasi
yang
dipublikasikan oleh perusahaan sehingga
para investor yang akan melakukan
investasi dapat mempertimbangkan setiap
keputusan
yang
berkaitan
dengan
penginvestasian dana di perusahaan yang
melakukan pemecahan saham.
METODE
Berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah yang telah dijelaskan
maka rancangan penelitian yang digunakan
adalah kuantitatif kausal. Pendekatan
kuantitatif kausal merupakan penelitian
pendekatan ilmiah terhadap pengambilan
keputusan yang bersifat bertujuan untuk
mendapatkan bukti hubungan sebab akibat
atau pengaruh dari variabel-variabel
peneltian. Jenis data yang digunakan
adalah data kuantitatif dan sumber data
yang digunakan adalah data sekunder
berupa harga saham perusahaan, indeks
harga saham gabungan (IHSG) dan volume
perdagangan saham perusahaan selama
periode penelitian. Variabel-variabel dalam
penelitian ini meliputi pemecahan saham
(stock split), abnormal return saham, dan
volume perdagangan saham. Teknik
sampel yang digunakan yaitu purposive
sampling. Adapaun kriteria sampel yang
digunakan yaitu: 1) Perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
sahamnya aktif diperdagangkan sejak
tahun 2008-2013, 2) Perusahaan tersebut
hanya melakukan kebijakan pemecahan
saham
(stock
split),
Sedangkan,
perusahaan yang melakukan kebijakan
selain pemecahan saham seperti kebijakan
deviden, right issue, saham bonus, warrant,
serta kebijakan lain tidak digunakan. Alasan
penentuan kriteria sampel tersebut karena
kebijakan lain yang dilakukan perusahaan
bersamaan dengan peristiwa pemecahan
saham
akan
mempengaruhi
hasil
penelitian,
3)
Perusahaan
tersebut
mengeluarkan laporan keuangan setiap
tahunnya selama periode penelitian, 4)
perusahaan melakukan pemecahan saham
naik (split up). Alasan pemilihan kriteria ini
adalah karena apabila semua sampel
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
melakukan pemecahan saham yang
berbeda, maka akan mempengaruhi hasil
penelitian. Berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan tersebut, maka jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah sebanyak 23
perusahaan go public periode 2008-2013.
Perusahaan-perusahaan yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah: BBCA,
BRNA, PANR, TINS, CTBN, CPIN, CTRA,
DVLA, KKGI, TURI, AUTO, BTPN, INTA,
JTPE, MTFN, MTSM, SSIA, ACES, KLBF,
SCMA, MDLN, ROTI.
Adapun
tahap-tahap
dalam
pengujian penelitian ini adalah: (1)
Mengidentifikasi
tanggal
publikasi
pemecahan saham, (2) Menentukan event
period yaitu periode waktu disekitar event
time. Event periode yang dipilih adalah
selama 10 hari, yaitu 5 hari sebelum
pemecahan saham dan 5 hari sesudah
pemecahan saham. Sedangkan teknik
analsis yang digunakan adalah dengan
menggunakan
statistik
deskriptif,
uji
normalitas (uji kolmogorov-smirnov test),
dan uji beda dua rata-rata (paired sample ttest) melalui program SPSS versi 19.
Sebelum melakukan pengujian hipotesis,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
untuk mengetahui apakah data terdistribusi
secara normal atau tidak normal. Data
berdistribusi
normal
apabila
nilai
probabilitas > 0,05, sebaliknya jika nilai
probabilitas ≤ 0,05 maka data berdistribusi
tidak normal. Setelah itu dilakukan
pengujian
terhadap
hipotesis
untuk
membuktikan adanya hubungan antar
variabel dalam penelitian. Dalam penelitian
ini menggunakan analisis statistik parametik
uji beda dua rata-rata dengan sampel
berpasangan (paired sample t-test). Uji ini
digunakan untuk mengetahui perbedaan
sampel sebelum dan sesudah diberi
perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian uji
statistik deskriptif dimana memberikan
gambaran umum tentang objek penelitian
yang
dijadikan
sampel
dengan
menggunakan bantuan program SPSS
versi 19 menunjukkan bahwa: rata-rata
abnormal
return
saham
sebelum
pemecahan
saham
adalah
sebesar
0,002561, memiliki nilai minimum sebesar -
0,0154 dengan nilai maksimum sebesar
0,0294 serta standar deviasi 0,0120568.
Abnormal return saham yang terendah
sebesar -0,0154 yang merupakan return
dari PT Metro Realty Tbk (MTSM) adalah
sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang perdagangan real estate dan
furniture serta usaha pembangunan real
estate. Sedangkan abnormal return tertinggi
sebesar 0,0294 terjadi pada PT Panorama
Sentrawisata Tbk (PANR) yang bergerak
dibidang
jasa
konsultan
pariwisata.
Sedangkan rata-rata abnormal return
sesudah pemecahan saham sebesar
0,001439 memiliki nilai minimum sebesar 0,0285 dengan nilai maksimum sebesar
0,001439 dan standar deviasi 0,0164554.
Abnormal return terendah yaitu -0,0285
terjadi pada PT Timah (Persero) Tbk (TINS)
adalah sebuah perusahaan induk yang
melakukan kegiatan operasi penambangan
timah dan melakukan jasa pemasaran
kepada kelompok usaha. Sedangkan
abnormal return tertinggi yaitu 0,0410
terjadi pada PT Astra Otoparts Tbk (AUTO)
yang bergerak di bidang perdagangan suku
cadang kendaraan bermotor, baik lokal
maupun ekspor dan manufaktur dalam
bidang industri logam, plastik, dan suku
cadang kendaraan bermotor.
Sedangkan untuk statistik deskriptif
volume perdagangan saham (Trading
Volume Activity) menunjukkan bahwa: ratarata trading volume activity sebelum
peristiwa pemecahan saham sebesar
0,019596 memiliki nilai minimum sebesar
0,000 dengan nilai maksimum sebesar
0,1200 dan standar deviasi 0,0329670. TVA
saham terendah sebesar 0,000 terjadi pada
PT Citra Tubindo Tbk (CTBN) yang
bergerak pada penyediaan fasilitas untuk
industri minyak yang mencakup jasa
penguliran pipa dan pembuatan aksesoris,
serta menyediakan jasa pemrosesan
pemanasan pipa baja tanpa kampuh.
Sedangkan TVA tertinggi sebesar 0,1200
terjadi pada PT Panorama Sentrawisata
Tbk (PANR) yang bergerak dibidang jasa
konsultan pariwisata. Sedangkan untuk
rata-rata Trading Volume Activity sesudah
peristiwa pemecahan saham sebesar
0,004800 memiliki nilai minimum sebesar
0,000 dan nilai maksimum sebesar 0,0250
dengan standar deviasi 0,0069692. TVA
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
saham terendah
sebesar 0,000 terjadi
pada PT Citra Tubindo Tbk (CTBN) yang
bergerak pada bidang penyediaan fasilitas
untuk industri minyak yang mencakup jasa
penguliran pipa dan pembuatan aksesoris,
serta menyediakan jasa pemrosesan
pemanasan pipa baja tanpa kampuh
(seamless). Sedangkan trading volume
activity saham tertinggi sebesar 0,0250
terjadi pada PT Panorama Sentrawisata
Tbk yang bergerak di bidang jasa konsultasi
wisata. Hal ini menunjukkan bahwa PT
Panorama Sentrawisata Tbk merupakan
salah satu perusahaan yang memiliki
kinerja perusahaan yang baik.
Selanjutnya dilakukan uji normalitas
distribusi data dengan menggunakan uji
kolmogorov-smirnov test. Berdasarkan hasil
pengujian diperoleh hasil yaitu: Uji
normalitas bertujuan untuk mengetahui
apakah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah berdistribusi secara
normal atau tidak. Data berdistribusi normal
apabila nilai probabilitas > 0.05 sebaliknya
jika nilai probabilitas ≤ 0.05 maka data tidak
berdistribusi secara normal. Pengujian
normalitas dilakukan dengan melihat
signifikan (Asymp. Sig (2-tailed)) dalam uji
one-sample kolmogorov-smirnov dengan
hasil uji yaitu uji normalitas rata-rata
abnormal return saham sebelum dan
sesudah pemecahan saham, dengan hasil
signifikan variabel sebelum 0,536 dan
sesudah 0,750. Hasil pengujian normalitas
menunjukkan bahwa rata-rata abnormal
return sebelum dan sesudah peristiwa
pemecahan saham berdistribusi secara
normal dengan signifikansi sebesar 0,536
dan 0,750 berada diatas 0,05. Sedangkan
untuk uji normalitas terhadap rata-rata
trading volume activity dengan hasil uji
normalitas rata-rata trading volume activity
sebelum dengan probabilitas signifikan
sebesar 0,060 dan rata-rata trading volume
activity sesudah dengan probabilitas
signifikan sebesar 0,103. Hasil pengujian
normalitas menunjukkan bahwa rata-rata
trading volume activity sebelum dan
sesudah peristiwa pemecahan saham
berdistribusi
secara
normal
dengan
signifikansi sebesar 0,060 dan 0,103 yang
berada diatas 0,05. Hasil pengujian
normalitas data dengan menggunakan uji
one sample kolmogorov-smirnov test
menunjukkan
bahwa
data
rata-rata
abnormal return (AR) dan rata-rata trading
volume activity (TVA) sebelum dan sesudah
peristiwa pemecahan saham (stock split)
berdistribusi secara normal dan layak
digunakan untu pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji beda paired sample t-test.
PENGUJIAN HIPOTESIS
Pengaruh pemecahan saham terhadap
Abnormal Return saham
Selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis dengan menggunakan uji beda
paired sample t-test. Hipotesis pertama
dalam penelitian ini adalah terdapat
perbedaan rata-rata abnormal return
sebelum dan sesudah stock split. Pengujian
terhadap hipotesis pertama dilakukan
dengan menggunakan uji beda untuk
sampel yang berhubungan (paired sample
t-test) dengan tingkat signifikansi sebesar
5% atau 0,05. Apabila t-hitung kurang dari
0,05 maka H1 diterima, artinya terdapat
perbedaan
yang
signifikan
rata-rata
abnormal return saham sebelum dan
sesudah peristiwa stock split. Berikut
adalah hasil pengolahan data rata-rata
abnormal return saham sebelum dan
sesudah peristiwa stock split dengan
menggunakan paired sample t-test:
Tabel 1. Hasil uji analisis paired sample t-test
Abnormal return saham
Paired Samples Statistics
Pair 1
Sebelum
Sesudah
Sumber: Data diolah 2014
Mean
.002561
.001439
N
23
23
Std. Deviation
.0120568
.0164554
Std. Error Mean
.0025140
.0034312
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
Paired Samples Correlations
Pair 1
Sebelum & Sesudah
Sumber: Data diolah 2014
N
23
Correlation
.214
Sig.
.327
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std.
Sig.
Difference
Std.
Error
(2Mean Deviation Mean
Lower
Upper
T Df tailed)
Pair Sebelum .0011217 .0182022 .0037954
- .0089929 .296 22 .770
1
.0067495
Sesudah
Sumber: Data diolah 2014
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai
signifikansi adalah sebesar 0,770, ini berarti
nilai signifikansi berada diatas batas
probabilitas yang telah ditentukan yaitu
sebesar 5% atau 0,05. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa H1 ditolak. Hal itu
berarti tidak ada peningkatan
yang
signifikan antara abnormal return saham
sebelum dan sesudah peristiwa stock split.
Artinya tidak terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap perubahan abnormal
return saham pada perusahaan yang
melakukan
pengumuman
pemecahan
saham. Terdapat perbedaan yang signifikan
ini berarti bahwa pasar bereaksi dengan
adanya
pengumuman
kebijakan
pemecahan saham (stock split). Abnormal
return saham positif terjadi sebelum
peristiwa stock split, sedangkan pada saat
setelah peristiwa stock split abnormal return
mengalami penurunan dan kenaikan. Suatu
abnormal return yang bernilai negatif berarti
suatu peristiwa membawa berita buruk
karena return yang terjadi lebih kecil dari
return
yang
diharapkan.
Perubahan
abnormal return bisa terjadi karena
informasi tentang adanya peristiwa stock
split belum bisa diterima secara merata
oleh investor. Peristiwa stock split
mengandung Signaling Theory yang
dikemukakan Mason, Helen B and Roger
M. Shelor dalam Brilian (2011) yang
menyatakan bahwa stock split memberikan
sinyal yang positif karena manajer
perusahaan
akan
menginformasikan
prospek masa depan yang baik dari
perusahaan kepada publik yang belum
mengetahuinya. Akan tetapi hasil penelitian
ini berlawanan dengan signaling theory
karena
investor
dapat
memprediksi
informasi yang dibawa oleh adanya
peristiwa stock split dan lebih mempercayai
perusahaan-perusahaan yang benar-benar
memberikan return atau keuntungan
daripada
perusahaan
yang
hanya
menunjukkan keuntungan dimasa yang
akan datang. Hasil penelitian ini selaras
dengan hasiil peneltian Sutrisno (2000)
yang menyatakan tidak terdapat perbedaan
abnormal return sebelum dan sesudah
peristiwa stock split.
Pengaruh pemecahan saham terhadap
Trading Volume Activity
Selanjutnya dilakukan pengujian
terhadap
hipotesis
kedua
dengan
menggunakan uji paired sample t-test.
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah
terdapat perbedaan rata-rata trading
volume activity (TVA) sebelum dan sesudah
peristiwa stock split. Pengujian terhadap
hipotesis
kedua
dilakukan
dengan
menggunakan uji beda untuk sampel yang
berhubungan (paired sample t-test) dengan
tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05.
Apabila t-hitung kurang dari 0,05 maka H2
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
diterima yang artinya terdapat perbedaan
yang signifkan rata-rata trading volume
activity (TVA) sebelum dan sesudah
peristiwa stock split. Berikut ini hasil
pengolahan data rata-rata trading volume
activity saham sebelum dan sesudah
peristiwa stock split dengan menggunakan
paired sample t-test:
Tabel 2. Hasil Uji Analisis Paired Sample T-Test
Trading Volume Activity
Paired Samples Statistics
Pair 1 Sebelum
Sesudah
Mean
.019596
.004800
N
23
23
Std.
Deviation
.0329670
.0069692
Std. Error
Mean
.0068741
.0014532
Paired Samples Correlations
N
Pair 1 Sebelum &
Sesudah
Correlation
23
.684
Sig.
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std.
Difference
Std.
Error
Mean Deviation Mean
Lower
Upper
T
.0147952 .0286585 .0059757 .0024024 .0271881 2.476
Pair Sebelum 1
Sesudah
Sumber: Data diolah 2014
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai
signifikansi adalah sebesar 0,021, yang
berarti dibawah 0,05. Dilihat dari hasil olah
data tersebut dapat disimpulkan bahwa H2
diterima. Artinya terdapat perbedaan yang
signifikan rata-rata trading volume activity
(TVA) sebelum dan sesudah peristiwa stock
split. Peristiwa stock split diharapkan
mampu menurunkan harga saham yang
terlalu tinggi dan dapat menarik investor
untuk membeli saham tersebut ternyata
sejalan dengan penelitian ini. Hasil
penelitian ini selaras dengan Trading
Range Theory yang dikemukakan oleh
Mason, Helen B and Roger M. Shelor
dalam Brilian (2011) yang menyatakan
bahwa manajemen melakukan stock split
didorong oleh perilaku praktisi pasar yang
konsisten dengan anggapan bahwa dengan
melakukan stock split dapat menjaga harga
saham tidak terlalu mahal, dimana saham
dipecah karena ada batas harga yang
Df
22
Sig. (2tailed)
.021
optimal
untuk
saham
dan
untuk
meningkatkan daya beli investor sehingga
tetap
banyak
orang
yang
mau
melaksanakan, bertransaksi serta mau
memperjualbelikannya, yang pada akhirnya
akan meningkatkan likuiditas saham.
Penelitian ini juga selaras dengan hasil
penelitian Sutrisno (2000). Akan tetapi
berlawanan dengan penelitian Mila W.
(2011) yang menyatakan tidak ada
pengaruh signifikan rata-rata volume
perdagangan saham sebelum dan sesudah
pemecahan saham.
Secara teoritis kegiatan stock split
dilakukan untuk memberikan informasi
tentang prospek perusahaan dimasa yang
akan datang. Kegiatan stock split
diharapkan mampu memberikan sinyal
yang positif kepada para investor bahwa
perusahaan yang melakukan stock split
mampu memberikan return yang tinggi
dimasa yang akan datang karena tidak
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
semua perusahaan mampu melakukan
stock split. Biaya yang harus ditanggung
dengan adanya kegiatan stock split tidaklah
sedikit, sehingga hanya perusahaan yang
kinerjanya
baik
yang
mampu
menanggungnya.
Kenyataannya perusahaan go public
yang melakukan stock split pada tahun
2008-2013 belum sepenuhnya berhasil
menunjukkan bahwa stock split akan
mampu menarik investor untuk membeli
saham perusahaan yang melakukan stock
split. Abnormal return saham yang negatif
setelah stock split membuat para investor
berhati-hati dalam menetukan keputusan
investasinya. Trading volume activity
setelah stock split yang menunjukkan
adanya peningkatan menunjukkan peristiwa
pemecahan saham yang menurunkan
harga saham yang terlalu tinggi mampu
menarik kembali minat investor untuk
membeli saham tersebut. Gambaran
tersebut menunjukkan bahwa motivasi yang
melatarbelakangi
perusahaan
untuk
melakukan stock split belum sepenuhnya
dapat dicapai oleh perusahaan tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya, maka
kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil
penelitian tersebut adalah (1) Tidak
terdapat perbedaan abnormal return saham
sebelum dan sesudah pemecahan saham
(stock split). Hal ini terlihat dari hasil
analisis selama periode pengamatan
menunjukkan nilai signifikansi 0,770 dan
lebih besar dari α (0,05) yang berarti tidak
ada perbedaan abnormal return antara lima
hasi sebelum dan lima hari sesudah stock
split, (2) Terdapat perbedaan trading
volume activity sebelum dan sesudah
peristiwa pemecahan saham (stock split).
Hal ini terlihat dari hasil analisis selama
periode pengamatan yang menunjukkan
nilai signifikansi 0,021 dan lebih kecil dari α
(0,05) yang berarti ada perbedaan trading
volume activity antara lima hari sebelum
dan lima hari sesudah stock split.
Saran
yang
dapat
disampaikan
berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut: (1)
Khususnya bagi investor, informasi yang
terjadi di pasar modal tidak semua
merupakan informasi yang berharga,
karena itu pelaku pasar modal harus secara
tepat memilah dan menganalisis informasiinformasi yang relevan untuk dijadikan
pertimbangan
dalam
pengambilan
keputusan, sehingga diharapkan investor
tidak terburu-buru untuk melakukan aksi
jual-beli dan lebih bersikap rasional dalam
pengambilan keputusan, (2) Hasil penelitian
ini memberikan masukan bagi para emiten
bahwa aktivitas pemecahan saham tidak
menjamin bahwa abnormal return akan
meningkat sesuai dengan tujuannya. Oleh
karena itu, emiten hendaknya jangan terlalu
memfokuskan pada peristiwa stock split
tersebut, tetapi bagaimana caranya agar
kinerja perusahaan bisa lebih meningkat
setelah stock split sehingga para investor
bisa
mempercayai
emiten
akan
memberikan prospek yang bagus di masa
yang
akan
datang,
(3)
Penelitian
selanjutnya diharapkan dapat menguji
kembali
variabel-variabel
lain
yang
dipengaruhi pemecahan saham seperti
deviden dan laba dengan memperpanjang
periode pengamatan yang akan lebih
mencerminkan reaksi pasar. Metode
penghitungan abnormal return diharapkan
dalam penelitian selanjutnya sebaiknya
menggunakan mean adjusted model atau
market model.
DAFTAR PUSTAKA
Besril, dkk. 2013. Pengaruh pemecahan
saham dan kemahalan harga saham
terhadap likuiditas saham, return
saham pada perusahaan LQ-45 di
Bursa Efek Indonesia. Universitas
Bung Hatta.
Brilian, Artiza. 2011. Pengaruh stock split
terhadap abnormal return dan
trading
volume
activity
pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Universitas Negeri
Semarang.
Daftar Perusahaan Go Public Tahun 20082013. Diperoleh tanggal 05 Maret
2014, dari http://www.idx.co.id
Indriyani,
Novita.
Pemecahan
2005.
Saham
Dampak
Terhadap
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
Tingkat Keuntungan Saham Dan
Tingkat Likuiditas Saham Di Bursa
Efek Jakarta. Universitas Islam
Indonesia.
Lestari, S. 2008. Pengaruh Stock Split:
Analisis Likuiditas Saham Pada
Perusahaan Go Public Di Bursa
Efek
Indonesia
Dengan
Memperhatikan Pertumbuhan Dan
Ukuran Perusahaan. Jurnal Bisnis
Dan Akuntansi 10 (3).
Mardiyati, Uni. 2011. Studi Komparatif
Harga, Likuiditas, Dan Risiko
Saham Sebelum Dan Sesudah
Perusahaan Melakukan Stock Split
Dan Reverse Split Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2004-2009. Jurnal
Riset Manajemen Sains Indonesia 2
(1).
Mila,
W. 2010. Analisis Pengaruh
Pemecahan Saham (Stock Split)
Terhadap Volume Perdagangan
Saham Dan Abnormal Return
Saham Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di BEI Tahun 2007 –
2009.
Universitas
Dipenogoro:
Semarang.
Rusliati, Ellen, dkk. 2010. Pemecahan
saham terhadap likuiditas dan return
saham. Jurnal bisnis dan akuntansi
12 (3).
Sri Fatmawati dan Marwan Asri, 1999,
Pengaruh Stock split terhadap
likuiditas saham yang diukur dengan
Besarnya Bid-Ask Spread di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis Indonesia, Hal.93-110.
Sutrisno, Wang. 2000. Pengaruh Stock Split
Terhadap Likuiditas Dan Return
Saham Di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal
Manajemen
Dan
Kewirausahaan 2 (2).
Wijanarko, Iguh. 2012. Analisis Pengaruh
Pemecahan Saham (Stock Split)
Terhadap Likuiditas Saham Dan
Return Saham (Study Kasus Pada
Perusahaan Yang Terdaftar BEI
Periode 2007-2011). Universitas
Diponegoro: Semarang.
Download