e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) ANALISIS PENGARUH PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN (RETURN) SAHAM DAN LIKUIDITAS SAHAM (STUDI PADA PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2013) 1 Ni Luh Damayanti, 1Anantawikrama Tungga Atmadja, 2Nyoman Ari Surya Darmawan Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {[email protected],[email protected], [email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap tingkat keuntungan (return) saham dan likuiditas saham pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa harga saham, indeks harga saham gabungan dan volume perdagangan saham perusahaan yang dijadikan selama periode 2008-2013. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi yaitu pengumpulan data sekunder berupa harga saham, indeks harga saham gabungan dan volume perdagangan saham perusahaan. selanjutnya analisis data penelitian menggunakan analisis Uji Beda Dua Rata-Rata dengan menggunakan program SPSS versi 19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peristiwa pemecahan saham tidak menyebabkan adanya perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, (2) peristiwa pemecahan saham menyebabkan adanya perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pemecahan saham yang dilakukan oleh perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2013. Kata kunci: pemecahan saham, abnormal return saham, volume perdagangan saham Abstract The study aimed at finding out the effect of stock split towards the level of stock return and stock liquidity on the companies listed in the stock Exchange Office Indonesia during 20082013. This study used a secondary data in terms of stock prices and the trading volume of the company’s stock during 2008-2013. The data were collected by using a documentation method in a form of secondary data of the stock prices, and the trading volume of the company’s stock. The data were analyzed by using t-test (means different testing) supported by SPSS program version 19. The results indicated that (1) the stock split had no affect on the difference of abnormal return before and after the stock split. (2) the stock split had an affect on the difference of stock trading volume before and after the stock split conducted by the companies listed in the Indonesia Stock Exchange Office during 2008-2013. Key-words: stock split, abnormal stock return, stock trading volume e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Salah satu sarana untuk melakukan investasi adalah melalui pasar modal. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, pengertian pasar modal yang lebih spesifik adalah kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Perkembangan pasar modal sebagai lembaga piranti investasi memiliki fungsi ekonomi dan fungsi keungan yang semakin diperlukan oleh masyarakat sebagai media alternatif dan penghimpun dana (Suad Husnan, 1994 dalam Mila, 2010). Pasar modal dikatakan mempunyai fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Sedangkan pasar modal dikatakan mempunyai fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh keuntungan bagi pemiliki dana sesuai dengan investasi yang dipilih. Efek yang diperdagangkan di pasar modal yaitu saham (stock), obligasi, obligasi konversi, sertifikat rights, dan waran. Investasi di pasar modal mengandung unsur ketidakpastian atau risiko yang akan dihadapi. Karena investasi tersebut mengandung risiko, maka pilihan investasi tidak hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan. Apabila mengharapkan keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Untuk mengurangi ketidakpastian risiko dari investasi tersebut, maka para investor membutuhkan informasi yang lengkap dan sesuai dengan kondisi di pasar modal. Informasi yang dipublikasikan merupakan informasi yang diterbitkan perusahaan dalam bentuk pengumuman. Salah satu pengumuman yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku pasar modal adalah pengumuman pemecahan saham (stock split). Aktivitas pemecahan saham biasanya akan mempengaruhi jumlah saham yang beredar atapun harga saham yang berlaku di pasar. Dimana pemecahan saham adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham sehingga harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya (Jogiyanto, 2000 hlm 397 dalam Indriyani, 2005). Jenis-jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan oleh emiten dibagi menjadi dua jenis pemecahan yaitu: (1) pemecahan naik (split up) merupakan penurunan nilai nominal saham dan menambah jumlah saham yang bererdar, (2) pemecahan turun (split down) merupakan peningkatan nilai nominal per saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Stock split adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan go public untuk menaikkan jumlah saham yang beredar. Dengan melakukan stock split maka harga saham akan relatif murah dan hal ini dapat menarik investor untuk membelinya. Pada umumnya perusahaan yang melakukan pemecahan saham merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja baik, hal tersebut dapat terlihat dari harga saham yang tinggi (Muharam, 2009 dalam Wijanarko, 2012). Signaling theory menyatakan bahwa stock split dianggap perusahaan memberikan sinyal yang baik kepada publik berkaitan dengan prospek perusahaan yang baik dimasa depan, karena perusahaan yang melakukan pemecahan saham adalah perusahaan yang memiliki saham dengan harga yang tinggi, harga saham yang tinggi tersebutlah sebagai sinyal bahwa perusahaan memiliki prospek masa depan yang baik, dimana harga saham yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik (Jogiyanto, 2003:419 dalam Indriyani, 2005). Stock split merupakan suatu kosmetik saham, dalam artian bahwa tindakan perusahaan tersebut merupakan upaya pemolesan saham agar tampak lebih menarik di mata investor sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran bagi investor. Sehingga secara teoritis stock split dikatakan tidak memiliki nilai ekonomis hal itu dikarenakan di satu sisi jumlah lembar saham yang dimiliki investor bertambahkanserta tetapi di sisi lain harga saham turun secara proporsional (Indriyani, 2005). Tujuan dilakukannya pemecahan saham oleh emiten adalah agar sahamnya e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) berada pada volume perdagangan yang optimal sehingga distribusi saham menjadi lebih luas dan daya beli investor meningkat terutama untuk investor kecil. Harga saham akan mencerminkan nilai perusahaan. semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Namun bila harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi sehingga harga saham sulit untuk meningkat lagi. Menurut trading range theory harga saham yang terlalu menyebabkan saham tidak likuid, hal tersebut berkaitan dengan kemampuan tiap-tiap investor yang berbeda-beda, oleh karena itu perusahaan melakukan pemecahan saham dalam upaya menciptakan harga saham pada interval tertentu yang tidak terlalu mahal. Adapun bentuk hubungan stock split dengan trading range theory adalah dilihat dari segi pandangan internal perusahaan yang memotivasi pihak perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Ini sebagaimana dikatakan oleh Khomsiyah dan Sulistiyobahwa “ berdasarkan trading range theory tingkat kemahalan saham merupakan motivasi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham.” Salah satu tujuan keputusan stock split bagi pihak manajemen perusahaan adalah untuk menampung aspirasi publik agar dimilikinya harga saham yang representatif atau terjangkau untuk dimiliki. Dalam mengantisipasi hal tersebut banyak perusahaan yang melakukan kebijaka pemecahan saham. Sehingga harga saham yang tidak terlalu tinggi akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut Tandelilin (2010) dalam Rusliati (2010) likuiditas saham adalah tingkat keaktifan dari sebuah saham untuk dapat dijual atau dijadikan uang tunai oleh investor yang memilikinya. Likuiditas saham dapat terbentuk karena mekanisme permintaan dan penawaran terhadap saham. Semakin banyak pelaku pasar yang meminati pasar akan mendorong peningkatan harga saham. Jadi dapat disimpulkan bahwa likuiditas saham berkaitan dengan kemampuan dari sebuah saham untuk dapat segera dijual dan dijadikan uang tunai oleh investor yang memilikinya. Likuiditas aham merupakan salah satu indikator untuk melihat pasar bereaksi terhadap suatu pengumuman. Likuiditas saham dapat dilihat dari aktivitas volume perdagangan saham atau Trading Volume Activity (TVA). Trading Volume Activity merupakan perbandingan antara jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan pada periode tertentu dengan jumlah saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu. Besar kecilnya perubahan rata-rata Trading Volume Activity sebelum dan sesudah pemecahan saham merupakan ukuran besar kecilnya akibat yang ditimbulkan dari informasi pemecahan saham. Apabila volume saham yang diperdagangkan (trading) lebih besar daripada volume saham yang diterbitkan (listing) maka semakin likuid saham tersebut. Volume perdagangan saham merupakan salah satu parameter aktivitas jual beli saham di bursa, semakin meningkat jual beli saham, maka aktivitas perdagangan saham dibursa akan semakin meningkat. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran akan saham tersebut. Semakin meningkat permintaan dan penawaran suatu saham, maka pengaruhnya akan semakin besar pula terhadap fluktuasi harga saham dibursa. Sedangkan semakin meningkatnya volume perdagangan saham hal tersebut menandakan bahwa saham tersebut semakin diminati oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naik turunnya harga atau return saham tersebut. Likuiditas perdagangan saham juga akan mempengaruhi besarnya return saham yang akan diperoleh. Return merupakan tingkat keuntungan yang diminati investor atas suatu investasi yang dilakukanya. Harga saham yang terlalu tinggi yang tidak mampu dijangkau oleh investor menyebabkan perusahaan melakukan pemecahan saham. Pemecahan saham dilakukan karena harga saham yang terlalu tinggi sehingga harga saham tersebut tidak likuid, jika saham tidak likuid maka transaksi perdagangan terhadap saham tersebut akan semakin sedikit. Sedikitnya transaksi perdagangan yang terjadi akan menyebabkan harga tidak bergerak fluktuatif sehingga harapan untuk e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) mendapatkan abnormal return juga semakin sedikit. Abnormal return merupakan selisih diantara return yang sebenarnya dengan return yang diharapkan. Abnormal return yang positif menunjukkan bahwa return yang diterima itu lebih besar daripada return yang diharapkan, sebaliknya jika return yang diterima lebih kecil daripada yang diharapkan maka disebut abnormal return negatif. Menurut Brown dan Warner (1985) return ekspektasi merupakan return yang harus diestimai. Return ekspektasi dapat dicari dengan menggunakan tiga model, yaitu: (1) Mean-Adjusted Model yang menganggap return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama estimation period, (2) Market Model, dalam menghitung return ekspektasi dilakukan dengan dua tahap yaitu membentuk ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model ekspektasi untuk mengestimasi return ekspektasi diperiode jendela, (3) Market Adjusted Model yang menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Tingkat keuntungan yang sesungguhnya merupakan perbandingan antara selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah terdapat perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah pemecahan saham, (2) Apakah terdapat perbedaan Trading Volume Activity sebelum dan sesudah pemecahan saham (stock split). Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk menganalisis perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah pemecahan saham, (2) Untuk menganalisis perbedaan Trading Volume Activity sebelum dan sesudah pemecahan saham. Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan memberikan literatur tambahan yang membantu dalam bidang ilmu akuntansi dan pasar modal khususnya mengenai pengaruh pemecahan saham. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi alat bantu analisis terhadap setiap informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan sehingga para investor yang akan melakukan investasi dapat mempertimbangkan setiap keputusan yang berkaitan dengan penginvestasian dana di perusahaan yang melakukan pemecahan saham. METODE Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan maka rancangan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif kausal. Pendekatan kuantitatif kausal merupakan penelitian pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan yang bersifat bertujuan untuk mendapatkan bukti hubungan sebab akibat atau pengaruh dari variabel-variabel peneltian. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder berupa harga saham perusahaan, indeks harga saham gabungan (IHSG) dan volume perdagangan saham perusahaan selama periode penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi pemecahan saham (stock split), abnormal return saham, dan volume perdagangan saham. Teknik sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Adapaun kriteria sampel yang digunakan yaitu: 1) Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sahamnya aktif diperdagangkan sejak tahun 2008-2013, 2) Perusahaan tersebut hanya melakukan kebijakan pemecahan saham (stock split), Sedangkan, perusahaan yang melakukan kebijakan selain pemecahan saham seperti kebijakan deviden, right issue, saham bonus, warrant, serta kebijakan lain tidak digunakan. Alasan penentuan kriteria sampel tersebut karena kebijakan lain yang dilakukan perusahaan bersamaan dengan peristiwa pemecahan saham akan mempengaruhi hasil penelitian, 3) Perusahaan tersebut mengeluarkan laporan keuangan setiap tahunnya selama periode penelitian, 4) perusahaan melakukan pemecahan saham naik (split up). Alasan pemilihan kriteria ini adalah karena apabila semua sampel e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) melakukan pemecahan saham yang berbeda, maka akan mempengaruhi hasil penelitian. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan tersebut, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 23 perusahaan go public periode 2008-2013. Perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah: BBCA, BRNA, PANR, TINS, CTBN, CPIN, CTRA, DVLA, KKGI, TURI, AUTO, BTPN, INTA, JTPE, MTFN, MTSM, SSIA, ACES, KLBF, SCMA, MDLN, ROTI. Adapun tahap-tahap dalam pengujian penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi tanggal publikasi pemecahan saham, (2) Menentukan event period yaitu periode waktu disekitar event time. Event periode yang dipilih adalah selama 10 hari, yaitu 5 hari sebelum pemecahan saham dan 5 hari sesudah pemecahan saham. Sedangkan teknik analsis yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik deskriptif, uji normalitas (uji kolmogorov-smirnov test), dan uji beda dua rata-rata (paired sample ttest) melalui program SPSS versi 19. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak normal. Data berdistribusi normal apabila nilai probabilitas > 0,05, sebaliknya jika nilai probabilitas ≤ 0,05 maka data berdistribusi tidak normal. Setelah itu dilakukan pengujian terhadap hipotesis untuk membuktikan adanya hubungan antar variabel dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik parametik uji beda dua rata-rata dengan sampel berpasangan (paired sample t-test). Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan sampel sebelum dan sesudah diberi perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengujian uji statistik deskriptif dimana memberikan gambaran umum tentang objek penelitian yang dijadikan sampel dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 19 menunjukkan bahwa: rata-rata abnormal return saham sebelum pemecahan saham adalah sebesar 0,002561, memiliki nilai minimum sebesar - 0,0154 dengan nilai maksimum sebesar 0,0294 serta standar deviasi 0,0120568. Abnormal return saham yang terendah sebesar -0,0154 yang merupakan return dari PT Metro Realty Tbk (MTSM) adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan real estate dan furniture serta usaha pembangunan real estate. Sedangkan abnormal return tertinggi sebesar 0,0294 terjadi pada PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR) yang bergerak dibidang jasa konsultan pariwisata. Sedangkan rata-rata abnormal return sesudah pemecahan saham sebesar 0,001439 memiliki nilai minimum sebesar 0,0285 dengan nilai maksimum sebesar 0,001439 dan standar deviasi 0,0164554. Abnormal return terendah yaitu -0,0285 terjadi pada PT Timah (Persero) Tbk (TINS) adalah sebuah perusahaan induk yang melakukan kegiatan operasi penambangan timah dan melakukan jasa pemasaran kepada kelompok usaha. Sedangkan abnormal return tertinggi yaitu 0,0410 terjadi pada PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) yang bergerak di bidang perdagangan suku cadang kendaraan bermotor, baik lokal maupun ekspor dan manufaktur dalam bidang industri logam, plastik, dan suku cadang kendaraan bermotor. Sedangkan untuk statistik deskriptif volume perdagangan saham (Trading Volume Activity) menunjukkan bahwa: ratarata trading volume activity sebelum peristiwa pemecahan saham sebesar 0,019596 memiliki nilai minimum sebesar 0,000 dengan nilai maksimum sebesar 0,1200 dan standar deviasi 0,0329670. TVA saham terendah sebesar 0,000 terjadi pada PT Citra Tubindo Tbk (CTBN) yang bergerak pada penyediaan fasilitas untuk industri minyak yang mencakup jasa penguliran pipa dan pembuatan aksesoris, serta menyediakan jasa pemrosesan pemanasan pipa baja tanpa kampuh. Sedangkan TVA tertinggi sebesar 0,1200 terjadi pada PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR) yang bergerak dibidang jasa konsultan pariwisata. Sedangkan untuk rata-rata Trading Volume Activity sesudah peristiwa pemecahan saham sebesar 0,004800 memiliki nilai minimum sebesar 0,000 dan nilai maksimum sebesar 0,0250 dengan standar deviasi 0,0069692. TVA e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) saham terendah sebesar 0,000 terjadi pada PT Citra Tubindo Tbk (CTBN) yang bergerak pada bidang penyediaan fasilitas untuk industri minyak yang mencakup jasa penguliran pipa dan pembuatan aksesoris, serta menyediakan jasa pemrosesan pemanasan pipa baja tanpa kampuh (seamless). Sedangkan trading volume activity saham tertinggi sebesar 0,0250 terjadi pada PT Panorama Sentrawisata Tbk yang bergerak di bidang jasa konsultasi wisata. Hal ini menunjukkan bahwa PT Panorama Sentrawisata Tbk merupakan salah satu perusahaan yang memiliki kinerja perusahaan yang baik. Selanjutnya dilakukan uji normalitas distribusi data dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov test. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh hasil yaitu: Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdistribusi secara normal atau tidak. Data berdistribusi normal apabila nilai probabilitas > 0.05 sebaliknya jika nilai probabilitas ≤ 0.05 maka data tidak berdistribusi secara normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat signifikan (Asymp. Sig (2-tailed)) dalam uji one-sample kolmogorov-smirnov dengan hasil uji yaitu uji normalitas rata-rata abnormal return saham sebelum dan sesudah pemecahan saham, dengan hasil signifikan variabel sebelum 0,536 dan sesudah 0,750. Hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham berdistribusi secara normal dengan signifikansi sebesar 0,536 dan 0,750 berada diatas 0,05. Sedangkan untuk uji normalitas terhadap rata-rata trading volume activity dengan hasil uji normalitas rata-rata trading volume activity sebelum dengan probabilitas signifikan sebesar 0,060 dan rata-rata trading volume activity sesudah dengan probabilitas signifikan sebesar 0,103. Hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham berdistribusi secara normal dengan signifikansi sebesar 0,060 dan 0,103 yang berada diatas 0,05. Hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan uji one sample kolmogorov-smirnov test menunjukkan bahwa data rata-rata abnormal return (AR) dan rata-rata trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham (stock split) berdistribusi secara normal dan layak digunakan untu pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda paired sample t-test. PENGUJIAN HIPOTESIS Pengaruh pemecahan saham terhadap Abnormal Return saham Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda paired sample t-test. Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah stock split. Pengujian terhadap hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan uji beda untuk sampel yang berhubungan (paired sample t-test) dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Apabila t-hitung kurang dari 0,05 maka H1 diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata abnormal return saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Berikut adalah hasil pengolahan data rata-rata abnormal return saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split dengan menggunakan paired sample t-test: Tabel 1. Hasil uji analisis paired sample t-test Abnormal return saham Paired Samples Statistics Pair 1 Sebelum Sesudah Sumber: Data diolah 2014 Mean .002561 .001439 N 23 23 Std. Deviation .0120568 .0164554 Std. Error Mean .0025140 .0034312 e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Paired Samples Correlations Pair 1 Sebelum & Sesudah Sumber: Data diolah 2014 N 23 Correlation .214 Sig. .327 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Sig. Difference Std. Error (2Mean Deviation Mean Lower Upper T Df tailed) Pair Sebelum .0011217 .0182022 .0037954 - .0089929 .296 22 .770 1 .0067495 Sesudah Sumber: Data diolah 2014 Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0,770, ini berarti nilai signifikansi berada diatas batas probabilitas yang telah ditentukan yaitu sebesar 5% atau 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa H1 ditolak. Hal itu berarti tidak ada peningkatan yang signifikan antara abnormal return saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap perubahan abnormal return saham pada perusahaan yang melakukan pengumuman pemecahan saham. Terdapat perbedaan yang signifikan ini berarti bahwa pasar bereaksi dengan adanya pengumuman kebijakan pemecahan saham (stock split). Abnormal return saham positif terjadi sebelum peristiwa stock split, sedangkan pada saat setelah peristiwa stock split abnormal return mengalami penurunan dan kenaikan. Suatu abnormal return yang bernilai negatif berarti suatu peristiwa membawa berita buruk karena return yang terjadi lebih kecil dari return yang diharapkan. Perubahan abnormal return bisa terjadi karena informasi tentang adanya peristiwa stock split belum bisa diterima secara merata oleh investor. Peristiwa stock split mengandung Signaling Theory yang dikemukakan Mason, Helen B and Roger M. Shelor dalam Brilian (2011) yang menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Akan tetapi hasil penelitian ini berlawanan dengan signaling theory karena investor dapat memprediksi informasi yang dibawa oleh adanya peristiwa stock split dan lebih mempercayai perusahaan-perusahaan yang benar-benar memberikan return atau keuntungan daripada perusahaan yang hanya menunjukkan keuntungan dimasa yang akan datang. Hasil penelitian ini selaras dengan hasiil peneltian Sutrisno (2000) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Pengaruh pemecahan saham terhadap Trading Volume Activity Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap hipotesis kedua dengan menggunakan uji paired sample t-test. Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Pengujian terhadap hipotesis kedua dilakukan dengan menggunakan uji beda untuk sampel yang berhubungan (paired sample t-test) dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Apabila t-hitung kurang dari 0,05 maka H2 e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifkan rata-rata trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Berikut ini hasil pengolahan data rata-rata trading volume activity saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split dengan menggunakan paired sample t-test: Tabel 2. Hasil Uji Analisis Paired Sample T-Test Trading Volume Activity Paired Samples Statistics Pair 1 Sebelum Sesudah Mean .019596 .004800 N 23 23 Std. Deviation .0329670 .0069692 Std. Error Mean .0068741 .0014532 Paired Samples Correlations N Pair 1 Sebelum & Sesudah Correlation 23 .684 Sig. .000 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Difference Std. Error Mean Deviation Mean Lower Upper T .0147952 .0286585 .0059757 .0024024 .0271881 2.476 Pair Sebelum 1 Sesudah Sumber: Data diolah 2014 Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0,021, yang berarti dibawah 0,05. Dilihat dari hasil olah data tersebut dapat disimpulkan bahwa H2 diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata trading volume activity (TVA) sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Peristiwa stock split diharapkan mampu menurunkan harga saham yang terlalu tinggi dan dapat menarik investor untuk membeli saham tersebut ternyata sejalan dengan penelitian ini. Hasil penelitian ini selaras dengan Trading Range Theory yang dikemukakan oleh Mason, Helen B and Roger M. Shelor dalam Brilian (2011) yang menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah karena ada batas harga yang Df 22 Sig. (2tailed) .021 optimal untuk saham dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau melaksanakan, bertransaksi serta mau memperjualbelikannya, yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas saham. Penelitian ini juga selaras dengan hasil penelitian Sutrisno (2000). Akan tetapi berlawanan dengan penelitian Mila W. (2011) yang menyatakan tidak ada pengaruh signifikan rata-rata volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pemecahan saham. Secara teoritis kegiatan stock split dilakukan untuk memberikan informasi tentang prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Kegiatan stock split diharapkan mampu memberikan sinyal yang positif kepada para investor bahwa perusahaan yang melakukan stock split mampu memberikan return yang tinggi dimasa yang akan datang karena tidak e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) semua perusahaan mampu melakukan stock split. Biaya yang harus ditanggung dengan adanya kegiatan stock split tidaklah sedikit, sehingga hanya perusahaan yang kinerjanya baik yang mampu menanggungnya. Kenyataannya perusahaan go public yang melakukan stock split pada tahun 2008-2013 belum sepenuhnya berhasil menunjukkan bahwa stock split akan mampu menarik investor untuk membeli saham perusahaan yang melakukan stock split. Abnormal return saham yang negatif setelah stock split membuat para investor berhati-hati dalam menetukan keputusan investasinya. Trading volume activity setelah stock split yang menunjukkan adanya peningkatan menunjukkan peristiwa pemecahan saham yang menurunkan harga saham yang terlalu tinggi mampu menarik kembali minat investor untuk membeli saham tersebut. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa motivasi yang melatarbelakangi perusahaan untuk melakukan stock split belum sepenuhnya dapat dicapai oleh perusahaan tersebut. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian tersebut adalah (1) Tidak terdapat perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah pemecahan saham (stock split). Hal ini terlihat dari hasil analisis selama periode pengamatan menunjukkan nilai signifikansi 0,770 dan lebih besar dari α (0,05) yang berarti tidak ada perbedaan abnormal return antara lima hasi sebelum dan lima hari sesudah stock split, (2) Terdapat perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham (stock split). Hal ini terlihat dari hasil analisis selama periode pengamatan yang menunjukkan nilai signifikansi 0,021 dan lebih kecil dari α (0,05) yang berarti ada perbedaan trading volume activity antara lima hari sebelum dan lima hari sesudah stock split. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Khususnya bagi investor, informasi yang terjadi di pasar modal tidak semua merupakan informasi yang berharga, karena itu pelaku pasar modal harus secara tepat memilah dan menganalisis informasiinformasi yang relevan untuk dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, sehingga diharapkan investor tidak terburu-buru untuk melakukan aksi jual-beli dan lebih bersikap rasional dalam pengambilan keputusan, (2) Hasil penelitian ini memberikan masukan bagi para emiten bahwa aktivitas pemecahan saham tidak menjamin bahwa abnormal return akan meningkat sesuai dengan tujuannya. Oleh karena itu, emiten hendaknya jangan terlalu memfokuskan pada peristiwa stock split tersebut, tetapi bagaimana caranya agar kinerja perusahaan bisa lebih meningkat setelah stock split sehingga para investor bisa mempercayai emiten akan memberikan prospek yang bagus di masa yang akan datang, (3) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menguji kembali variabel-variabel lain yang dipengaruhi pemecahan saham seperti deviden dan laba dengan memperpanjang periode pengamatan yang akan lebih mencerminkan reaksi pasar. Metode penghitungan abnormal return diharapkan dalam penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan mean adjusted model atau market model. DAFTAR PUSTAKA Besril, dkk. 2013. Pengaruh pemecahan saham dan kemahalan harga saham terhadap likuiditas saham, return saham pada perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Universitas Bung Hatta. Brilian, Artiza. 2011. Pengaruh stock split terhadap abnormal return dan trading volume activity pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Negeri Semarang. Daftar Perusahaan Go Public Tahun 20082013. Diperoleh tanggal 05 Maret 2014, dari http://www.idx.co.id Indriyani, Novita. Pemecahan 2005. Saham Dampak Terhadap e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Tingkat Keuntungan Saham Dan Tingkat Likuiditas Saham Di Bursa Efek Jakarta. Universitas Islam Indonesia. Lestari, S. 2008. Pengaruh Stock Split: Analisis Likuiditas Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia Dengan Memperhatikan Pertumbuhan Dan Ukuran Perusahaan. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi 10 (3). Mardiyati, Uni. 2011. Studi Komparatif Harga, Likuiditas, Dan Risiko Saham Sebelum Dan Sesudah Perusahaan Melakukan Stock Split Dan Reverse Split Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2009. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia 2 (1). Mila, W. 2010. Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume Perdagangan Saham Dan Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2007 – 2009. Universitas Dipenogoro: Semarang. Rusliati, Ellen, dkk. 2010. Pemecahan saham terhadap likuiditas dan return saham. Jurnal bisnis dan akuntansi 12 (3). Sri Fatmawati dan Marwan Asri, 1999, Pengaruh Stock split terhadap likuiditas saham yang diukur dengan Besarnya Bid-Ask Spread di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, Hal.93-110. Sutrisno, Wang. 2000. Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Dan Return Saham Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan 2 (2). Wijanarko, Iguh. 2012. Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Likuiditas Saham Dan Return Saham (Study Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar BEI Periode 2007-2011). Universitas Diponegoro: Semarang.