Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 7 Volume 6 Nomor 1 2016 ISSN : 2089-6158 Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two dalam Pembelajaran Fisika Rini Budiharti 1, Nur Ulfah Citra Devi 2 1,2 Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta, Telp/Fax (0271) 648939 E-mail : [email protected] Abstrak Tujuan penulisan makalah ini yaitu (1) Menjelaskan model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two. (2) Menjelaskan sintaks pembelajaran model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two melalui metode eksperimen dan diskusi dalam pembelajaran Fisika. (3) Menjelaskan efektivitas penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two dalam pembelajaran Fisika. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang didukung oleh teori pembelajaran konstruktivistik. Terdapat banyak tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan tipe dalam pembelajaran kooperatif disesuaikan dengan karakter materi, karakter dan kemampuan siswa maupun sarana pendukung pembelajaran yang tersedia. Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two dapat menjadi salah satu alternatif pilihan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Fisika. Berdasarkan dari pembahasan dapat diambil kesimpulan: (1) Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two yaitu salah satu tipe dalam model Pembelajaran Kooperatif yang mempunyai prinsip bahwa berpikir berdua jauh lebih baik daripada beripikir sendiri. Dalam pelaksanaannya siswa dibagi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri atas 2 orang. Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two sangat bermanfaat, karena dapat memaksimalkan belajar kolaboratif (bersama) dan meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. (2) Sintaks penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two melalui metode eksperimen dan diskusi dalam Pembelajaran Fisika terdapat 5 langkah: Tahapan memberikan pertanyaan. Guru membagi LKS (berisi pertanyaan yang spesifik dan merangsang pikiran siswa), kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok praktikum, lalu guru membimbing siswa melakukan praktikum; Tahapan meminta siswa menjawab pertanyaan secara individual. Guru meminta dan membimbing siswa untuk mengerjakan LKS berdasarkan praktikum secara individu; Tahapan meminta berpasangan, guru membagi siswa menjadi berpasangan sebagai kelompok diskusi; Tahapan meminta siswa membuat jawaban baru. Guru mengarahkan siswa untuk membuat jawaban baru berdasarkan hasil diskusi berpasangan (membuat kesimpulan); dan tahapan meminta siswa membandingkan setiap pasangan dalam kelas. Guru meminta perwakilan pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan meminta siswa dari pasangan lain untuk memberikan tanggapan. (3) Berdasarkan hasil penelitian para ahli, penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two efektif untuk pembelajaran Fisika dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan analisis siswa. Kata kunci : model pembelajaran kooperatif, tipe The Power Of Two, pembelajaran Fisika 1. Pendahuluan Pendidikan merupakan kunci utama kemajuan suatu bangsa. Dengan adanya pendidikan, sumber daya manusia dapat berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Bisa dikatakan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas akan mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk kemajuan bangsa dan negara. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia tergolong masih rendah. Hasil terbaru, yaitu TIMSS 2011, Indonesia berada di peringkat ke-40 dari 42 negara peserta Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif... dengan skor rata-rata 406, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Pendidikan di Indonesia yang rendah perlu adanya upaya untuk mengatasinya karena kualitas pendidikan sangat menentukan eksistensi dan masa depan suatu bangsa. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya adalah peningkatan kualitas proses pembelajaran. Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” Depdiknas. (2004).. Interaksi yang terjadi adalah interaksi antara subjek dengan Rini Budiharti Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 8 Volume 6 Nomor 1 2016 ISSN : 2089-6158 objek pembelajaran. Pendidik dan peserta didik merupakan subjek pembelajaran. Sedangkan sumber belajar dalam lingkungan merupakan objek yang akan dipelajari. Dengan demikian, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang terjadi antara guru dan siswa guna mencapai tujuan tertentu. Kegiatan pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari unsur interaksi, sebab interaksi adalah bagian penting dari pembelajaran. Interaksi disini bisa berarti interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa atau siswa dengan lingkungan sekitar. Bukanlah disebut pembelajaran jika di dalamnya tidak ada unsur interkasi. Interaksi tersebut menuntut adanya perubahan sikap, yaitu perubahan sikap atau tingkah laku siswa menuju ke arah yang lebih baik. Interaksi yang baik antar guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dapat terwujud apabila didukung dengan suasana dan kondisi pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Hal tersebut seperti diungkapkan dalam Lampiran Permendikbud No. 65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, danperkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Kemendikbud, 2013 : 1). Dalam pembelajaran Fisika suasana dan kondisi tersebut sangat diperlukan, karena banyak yang menganggap bahwa Fisika itu pelajaran yang sulit dan membosankan. Untuk menciptakan kondisi dan suasana tersebut pada saat pembelajaran Fisika, maka guru harus bisa memberikan inovasi dalam proses pembelajaran. Salah satu inovasi dalam pembelajaran Fisika adalah penerapan model pembelajaran yang inovatif. Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat suasana dan kondisi Fisika menjadi menyenangkan dan dapat membuat siswa menikmati Fisika salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang didukung oleh teori pembelajaran konstrutivistik, dimana dalam proses pembelajaran siswa aktif dalam menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan atau konsep dengan cara saling berdiskusi dengan temantemannya. Siswa bekerja dalam kelompok untuk saling membantu dalam memecahkan masalah. Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk mengkonstruksi (membentuk, Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif... menyusun) pengetahuan yang diperoleh sebelumnya dan pengetahuan yang baru dipelajarinya. Dalam pendekatan pembelajaran ini, siswa diarahkan untuk menggunakan konsep-konsep atau pengetahuan yang telah diperolehnya dan konsep-konsep atau pengetahuan yang baru dipelajarinya untuk kemudian menyusun menjadi pengetahuan tersendiri. Adapun peran guru dalam pendekatan pembelajaran ini adalah sebagai mediator dan fasilitator bagi siswa untuk mendapatkan tujuan pembelajaran. Suparno, P. (2001:11) mengemukakan bahwa “pengetahuan adalah konstruksi (bentukan) dari pengetahuan sebelumnya”. Menurut filsafat konstruktivisme, pengetahuan bukanlah sesuatu yang lepas dari pengamat tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan (dibentuk) dari berbagai pengalaman yang dialami manusia. Proses pembentukan pengetahuan berjalan terus menerus dan setiap kali dimungkinkan terjadi penyusunan kembali karena adanya suatu penemuan atau pemahaman baru (Suparno, 2001:6). Menurut Batterncout, Shymansky, Watt dan Pope yang dikutip oleh Suparno, P. (2001:62) mengungkapkan bahwa: “Bagi konstruktivisme kegiatan belajar adalah kegiatan aktif, di mana pelajar membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar mencari arti sendiri apa yang mereka pelajari. Ini merupakan proses menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dalam pikiran mereka”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menurut kaum konstruktivis belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai siswa, sehingga pengertian yang dimiliki semakin berkembang. Secara teknis model pembelajaran harus diaplikasikan melalui metode pembelajaran. Terdapat banyak metode pembelajaran yang diterapkan yaitu metode eksperimen, diskusi, demonstrasi, permainan dan lain-lain. Dalam pembelajaran kooperatif implementasinya melalui metode pembelajaran juga diwarnai oleh type pembelajarannya. Terdapat banyak tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan tipe dalam pembelajaran kooperatif disesuaikan dengan karakter materi, karakter dan kemampuan siswa maupun sarana pendukung pembelajaran yang tersedia. 2. Pembahasan Mata pelajaran Fisika sebagai salah satu ilmu dalam bidang sains merupakan salah satu mata pelajaran yang biasanya dipelajari melalui Rini Budiharti Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 9 Volume 6 Nomor 1 2016 ISSN : 2089-6158 pendekatan secara matematis sehingga seringkali ‘ditakuti’ dan cenderung ‘tidak disukai’ anak-anak karena pada umumnya anak-anak yang memiliki kecerdasan Logical Mathematical sajalah yang ‘menikmati Fisika’. Belajar Fisika bukan hanya sekedar tahu Matematika, tetapi anak didik diharapkan mampu memahami konsep yang terkandung di dalamya, menuliskannya ke dalam parameter-parameter atau simbol-simbol fisis, memahami permasalahan serta menyelesaikannya secara matematis. Menurut Depdiknas (2004: 14), belajar Fisika yang dikembangkan meliputi kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. Tidak jarang hal inilah yang menyebabkan ketidaksenangan anak didik terhadap mata pelajaran Fisika menjadi semakin besar. Salah satu upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran Fisika adalah pemilihan model dan metode pembelajaran yang tepat membantu terwujudnya pencapaian hasil belajar yang optimal. Trianto (2007: 6) menyatakan, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, guru sebagai agen pembelajaran harus lebih kreatif dan inovatif. Menurut Trianto (2007: 3), “Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang digunakan untuk merancang langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan materi pelajaran, jam belajar, dan fasilitas penunjang yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Anita, L. (2002: 7) berpendapat bahwa “pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam mengerjakan tugas-tugas yang terstruktur”. Dengan demikian, melalui model pembelajaran kooperatif, siswa akan bekerja bersama dalam kelompoknya, kemudian berdiskusi tentang suatu informasi, dan mengungkapkannya kepada kelompok lain. Dengan begitu siswa mampu terlibat aktif dalam proses pembelajaran, bekerja sama dengan temannya, saling bertukar pikiran, menanggapi, mengemukakan pendapat, dan berbagi informasi tanpa harus merasa sungkan dan takut dan diharapkan akan lebih mudah memahami materi apabila dijelaskan oleh teman sebayanya. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif... Salah satu tipe Pembelajaran Kooperatif yaitu Tipe The Power Of Two. (Tipe kekuatan berdua), adalah belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompetensi dasar. Tipe The Power Of Two dirancang untuk memaksimalkan belajar kolaboratif (bersama) dan meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Belajar kolaboratif menjadi populer di lingkungan pendidikan sekarang. Dengan menempatkan peserta didik dalam kelompok dan memberinya tugas dimana mereka saling tergantung satu dengan yang lain untuk menyelesaikan pekerjaan adalah cara yang mengagumkan. Mereka condong lebih tertarik dalam belajar karena mereka melakukannya dengan teman-teman sekelas mereka. The Power Of Two artinya menggabungkan kekuatan dua orang. Menggabungkan kekuatan dua orang dalam hal ini adalah membentuk kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri dari dua. Kegiatan ini dilakukan agar muncul sinergi itu, yaitu dua orang atau lebih baik dari pada satu orang. Seperti yang ditegaskan oleh Zaini, H., Munthe, B., Aryani, S.A. (2008:52) menyatakan bahwa “aktivitas pembelajaran The Power Of Two digunakan untuk mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat arti penting serta manfaat sinergi dua orang. Strategi ini mempunyai prinsip bahwa berpikir berdua jauh lebih baik daripada berpikir sendiri”. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Hamruni (2012:160) bahwa model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two bertujuan untuk menunjukkan bahwa belajar secara berpasangan akan lebih baik hasilnya dibanding belajar secara sendiri-sendiri. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi, itu karenya 2 kepala tentu lebih baik daripada 1 kepala. Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two mempunyai prinsip bahwa berpikir berdua jauh lebih baik daripada berpikir sendiri (Zaini, H., Munthe, B., Aryani, S.A., 2008 : 52). Tujuan penerapan model ini adalah membiasakan belajar aktif secara individu dan kelompok (belajar bersama hasilnya lebih berkesan) (Ismail, 2008 : 77). Dalam pembelajaran ini pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas permasalahan yang diberikan pendidik. Dilanjutkan dengan pemberian Rini Budiharti Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 10 Volume 6 Nomor 1 2016 ISSN : 2089-6158 kesimpulan, klarifikasi dan tindak lanjut yang dilakukan oleh guru sebagai konstruk atas permasalahan yang telah diberikan. Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two merupakan pembelajaran berkelompok yang minimal terdiri dari 2 orang. Guru memberikan suatu pertanyaan yang terkait dengan materi, kemudian para siswa berdiskusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two bertujuan untuk menunjukkan bahwa belajar secara berpasangan akan lebih baik hasilnya dibanding belajar secara sendiri-sendiri. Dengan begitu, siswa dapat bekerja sama dengan teman sekelompok, saling bertukar pikiran, mengemukakan pendapat, berbagi informasi, dan menanggapi pendapat teman. Dalam pelaksanaan model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two ada beberapa tujuan yang harus dicapai diantaranya adalah: a)Membiasakan belajar aktif secara individu dan kelompok (belajar bersama hasilnya lebih berkesan), b)Untuk meningkatkan belajar kolaboratif, c)Agar peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah terkait dengan materi pokok, d)Meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Adapun prosedur pembelajaran dalam implementasi strategi belajar The Power Of Two ditentukan pada kegiatan siswa, bukan pada kegiatan guru. Hal ini merupakan penerapan konsep dasar dan model Pembelajaran tipe The Power Of Two itu sendiri yaitu mengoptimalkan aktivitas siswa. Langkah awal adalah memilih bahan pelajaran, bahan pengajaran tersebut akan mengisi proses pembelajaran. Dalam implementasi model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two terdapat prosedur untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal melalui langkah-langkah model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two. Adapun langkah-langkah model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two menurut Zaini, H., Munthe, B., Aryani, S.A. (2008: 52) adalah sebagai berikut: 1)Ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan pemikiran, 2)Peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara individual, 3)Setelah semua peserta didik menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, mintalah mereka berpasangan dan saling bertukar jawaban satu sama lain dan membahasnya, 4)Mintalah pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk setiap pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban individual mereka, 5)Ketika semua pasangan telah menulis jawaban-jawaban baru dibandingkan jawaban setiap pasangan di dalam kelas. Catatan : a)Mintalah keseluruhan kelas Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif... untuk memilih jawaban terbaik untuk setiap pertanyaan, b)Untuk mempersingkat waktu, berikan pertanyaan spesifik kepada pasangan-pasangan tertentu daripada memberikan pertanyaan yang sama untuk semua orang. Sedangkan menurut Hamruni (2012:160) prosedur atau langkah-langkah dari model Pembelajaran Koopertaif tipe The Power Of Two yaitu: 1)Berilah peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi dan pikiran, 2)Mintalah peserta didik untuk menjawab pertanyaan sendiri-sendiri, 3)Setelah semua melengkapi jawabannya, bentuklah ke dalam pasangan-pasangan dan mintalah mereka untuk berbagi (sharing) jawabannya dengan yang lain, 4)Mintalah pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respons masing-masing pertayaan dengan memperbaiki respons masing-masing individu, 5)Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, bandingkan jawaban dari masingmasing pasangan ke pasangan yang lain, 6)Lakukan diskusi kelas dan klarifikasi terhadap temuantemuan (hasil diskusi) masing-masing pasangan. Dari beberapa langkah-langkah model pembelajaran di atas, dapat disimpulkan langkahlangkah model pembelajaran sebagai berikut: 1)Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang menuntut perenungan dan pemikiran, 2)Siswa diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara individu, 3)Guru membentuk kelompok berpasangan dan meminta siswa diskusi berpasangan serta saling bertukar jawaban satu sama lainnya untuk membuat jawaban baru untuk setiap pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban individual mereka, 4)Setelah semua pasangan selesai membuat jawaban baru, salah satu pasangan memaparkan hasil diskusinya, 5)Siswa bersama guru membandingkan antara jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain, membahas hasil diskusi dan meluruskan apabila terjadi kesalahan. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two selain memiliki keunggulan daripada pembelajaran lain juga meiliki kelemahan. Keunggulan dan kelemahan penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two menurut Rahayu, B. A. (2011) yaitu:Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two yaitu tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membentuk kelompok, anggota kelompok yang sedikit menjadikan kerjasama dan komunikasi lebih terjalin dengan baik, interaksi antara anggota lebih mudah, meningkatkan partisipasi siswa terhadap materi karena jumlah anggota kelompok dua orang tentu lebih baik daripada satu, meningkatkan kemampuan belajar (pencapaian Rini Budiharti Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 11 Volume 6 Nomor 1 2016 ISSN : 2089-6158 akademik). Sedangkan kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two yaitu ide yang muncul dalam satu kelompok lebih sedikit, membutuhkan waktu yang banyak dalam membahas diskusi dari tiap kelompok, jika ada perselisihan dalam satu kelompok tidak ada penengah. Sedangkan menurut Nuraeni, Y.(2013) kelebihan pembelajaran The Power Of Two adalah :dapat meningkatkan belajar kolaboratif, mendorong munculnya keuntungan dan sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik daripada satu, meningkatkan kemampuan belajar (pencapaian akademik). Kelemahan-kelemahan pembelajaran The Power Of Two: pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan kelompok yang anggotanya lemah semua, siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two adalah sebagai berikut: 1)Kelebihan model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two: Siswa tidak menggantungkan guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan beerfikir sendiri, menumbuhkan informasi dari berbagai sumebr dan belajardari siswa lain, mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan dengan membandingkan ide-ide atau gagasan orang lain, membantu anak agar dapat bekerja sama dengan orang lain, dan menyadari segala keterbatasannya serta menerima segala kekurangannya, membantu siswa unttuk lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya, meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial. 2)Kelemahan model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two: Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa lain menjadi pasif, guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang di samping memerlukan waktu banyak. apabila jumlah siswa dalam kelas ganjil, maka ada siswa yang tidak mendapat pasangan, sehingga terdapat kelompok yang berangggotakan 3 siswa. Berdasarkan kekurangan dari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two, guru harus mampu mengatur waktu setiap tahapan kegiatan pembelajaran dengan penerapan tipe The Power Of Two. Tipe pembelajaran The Power Of Two adalah pengembangan dari model Pembelajaran Kooperatif, jadi setiap siswa harus memiliki kelompok, jika jumlah siswa ganjil, maka harus ada satu kelompok yang berjumlah tiga anak. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif... Secara teknis implementasi model pembelajaran diterapkan melalui metode pembelajaran. Dengan mempertimbangkan karakter materi maka Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two dapat diterapkan melalui metode eksperimen dan diskusi. Roestiyah N.K.(2001:1), mengemukakan “ yang dimaksud metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru”. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri barbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah(scientific thinking). Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Suryabrata, S. (2008 : 179) menyatakan bahwa metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok) siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. Menurut Sudjana, N. (2009: 76) menyatakan bahwa teknik pembentukan kelompok kecil bertujuan untuk membina keakraban dan keterbukaan dalam memilih teman-teman berkelompok. Teknik ini dilakukan untuk membentuk kelompok-kelompok kecil yang jumlah anggotanya terbatas antara 4-5 orang secara heterogen. Pendapat lain menyatakan bahwa diskusi kelompok ialah pembicaraan melalui tatap muka yang direncanakan diantara dua peserta didik atau lebih tentang pokok atau topik bahasan tertentu, dan dipimpin oleh seorang pemimpin diskusi. Pembicaraan itu mengungkap pikiran, gagasan atau pendapat tentang topik yang dibahas. Setiap model pembelajaran dikenal adanya sintaks atau pola urutan yang menggambarkan keseluruhan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Depdiknas (2004: 2) mengemukakan bahwa, sintaks pembelajaran menunjukkan dengan jelas kegiatan apa yang perlu dilakukan guru atau siswa, urutan kegiatan tersebut, dan tugas-tugas khusus yang perlu dilakukan guru atau siswa, urutan kegiatan-kegiatan tersebut, dan tugas-tugas khusus yang perlu dilakukan oleh siswa. Pada sintaks penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two dalam Pembelajaran Fisika Materi Fluida Dinamis terdapat tahapan pendahuluan, kegiatan inti, dan Rini Budiharti Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 12 Volume 6 Nomor 1 2016 ISSN : 2089-6158 penutup. Tahapan pendahuluan, guru memberikan apresiasi dan motivasi pembelajaran misalnya melalui tayangan video menunjukkan fenomena berkaitan dengan konsep Fisika yang akan dibelajarkan. Tahapan kegiatan inti terdapat 5 langkah: (1) Tahapan memberikan pertanyaan. Guru membagi LKS (berisi pertanyaan yang spesifik dan merangsang pikiran siswa), kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok praktikum, guru membimbing siswa melakukan praktikum. (2)Tahapan meminta siswa menjawab pertanyaan secara individual. Guru meminta dan membimbing siswa untuk mengerjakan LKS berdasarkan praktikum secara individu; (3)Tahapan meminta berpasangan, guru membagi siswa menjadi berpasangan sebagai kelompok diskusi; (4)Tahapan meminta siswa membuat jawaban baru. Guru mengarahkan siswa untuk membuat jawaban baru berdasarkan hasil diskusi berpasangan (membuat kesimpulan); (5)Tahapan meminta siswa membandingkan setiap pasangan dalam kelas. Guru meminta perwakilan pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan meminta siswa dari pasangan lain untuk memberikan tanggapan. (6)Tahapan penutup, guru menyimpulkan tentang materi yang dibelajarkan dan memberikan evaluasi kepada siswa. Beberapa hasil penelitian menunjukkan keefektifan model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two. Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Charisma Dita Ayuningtyas, Ngurah Ayu, dan Affandi Faisal (2013) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Aktif dengan Metode The Power Of Two dan Make A Match terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sale” diperoleh bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan metode The Power Of Two lebih baik daripada menggunakan metode Make A Match, dan metode The Power Of Two lebih berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Sale Kabupaten Rembang dalam pokok bahasan suhu dan kalor. Penelitian lain dilakukan oleh Agus Kusbandi, Nur Ngazizah, dan Nurhidayati (2014) dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran The Power Of Two Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa Kelas VII SMA Negeri 1 Pertanahan Tahun Pelajaran 2013/2014” menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran The Power Of Two dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa. Hal ini ditandai dengan meningkatnya rata-rata kemampuan analisis siswa yang sebelumnya 67,03% pada pra siklus, setelah menggunakan model pembelajaran The Power of Two kemampuan analisis siswa rata-rata 75,00% pada siklus I dan Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif... 86,88% pada siklus II, terdapat peningkatan sebesar 7,97% pada siklus I dan 11,88% pada siklus II. Selain kemampuan analisis siswa, hasil belajar siswa juga meningkat, hal ini terlihat pada nilai rata-rata dan ketuntasan hasil belajar siswa yang meningkat pada tiap siklus. Penelitian yang dilakukan Maulina Rizki Pangestika dan Hermin Budiningarti (2014) yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ( Think-Pair-Share ) Dengan Teknik Power Of Two terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kalor di Kelas X SMA Negeri 1 Bangkalan” juga menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dengan teknik Power Of Two berpengaruh positif meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada materi kalor, dan lebih dari 70% siswa memberikan respon baik 3. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan dari pembahasan dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut: (1) model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two yaitu salah satu tipe dalam model Pembelajaran Koopeeratif yang mempunyai prinsip bahwa berpikir berdua jauh lebih baik daripada berpikir sendiri. Dalam pelaksanaannya siswa dibagi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri atas 2 orang. Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two sangat bermanfaat, karena dapat memaksimalkan belajar kolaboratif (bersama) dan meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, (2) Sintaks penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two dalam Pembelajaran Fisika terdapat 5 langkah: (1) Tahapan memberikan pertanyaan. Guru membagi LKS (berisi pertanyaan yang spesifik dan merangsang pikiran siswa), kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok praktikum, lalu guru membimbing siswa melakukan praktikum tentang materi; (2) Tahapan meminta siswa menjawab pertanyaan secara individual. Guru meminta dan membimbing siswa untuk mengerjakan LKS berdasarkan praktikum secara individu; (3)tahapan meminta berpasangan, guru membagi siswa menjadi berpasangan sebagai kelompok diskusi; (4) Tahapan meminta siswa membuat jawaban baru. Guru mengarahkan siswa untuk membuat jawaban baru berdasarkan hasil diskusi berpasangan (membuat kesimpulan); (5) Tahapan meminta siswa membandingkan setiap pasangan dalam kelas. Guru meminta perwakilan pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan meminta siswa dari pasangan lain untuk memberikan tanggapan. (3)berdasarkan hasil Rini Budiharti Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 13 Volume 6 Nomor 1 2016 ISSN : 2089-6158 penelitian para ahli, penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two efektif untuk pembelajaran Fisika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan analisis siswa. Saran Penggunaan model pembelajaran koperatif tipe the power of two memberikan hasil belajar siswa yang tinggi sehingga perlu diterapkan terhadap pengajaran fisika di sekolah-sekolah, baik itu SMP atau sederajat, dan SMA atau sederajat. Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two dapat diterapkan menggunakan materi-materi fisika lainnya., disesuaikan dengan alokasi waktu, fasilitas pendukung, dan karakterisik siswa. Daftar Pustaka Ahmad, Z., Mahmood, N. (2010). Effect of Cooperative Learning vs Traditional Instruction on Prospective Teacher’s Learning Experience and Achievement. Journal of Faculty of Educational Science, years: 2010, Vol: 43, No.1, 151-164. Diperoleh 28 Maret 2016, dari http://dergiler.ankara.edu.tr/dergiler/40/1342/15 555.pdf Anita, L. (2002). Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ayuningtyas, C.D., Ayu, N., & Faisal, K.. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Aktif dengan Metode The Power Of Two dan Make A Match terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sale. Proceeding Seminar Nasional 2ndLontar Physics Forum 2013, hlm 1-4, IKIP PGRI Semarang. Depdiknas. (2004). Undang-undang Replublik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pusat Data dan Infomasi Pendidikan, Balitbang Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani. Huda, M. (2013). Cooperative Learning; Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ismail. (2008). Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM; Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Semarang: Media Group. Kemendikbud. (2013). Lampiran Permendikbud No. 65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kusnandi, A., Ngazizah, N., & Nurhidayati. (2014). Penggunaan Model Pembelajaran The Power of Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif... Two Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Petanahan Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Radiasi, Vol.5, No.1, September 2014. Nuraeni, Y.(2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan The Power Of Two untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa MTs. Skripsi Tidak Dipublikasikan. STIKIP Siliwangi, Bandung. Pangestika,M.R. & Budiningarti, H. (2014). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think-Pair-Share) dengan Teknik The Power Of Two terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Kalor di kelas X SMA Negeri 1 Bangakalan. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 03, No. 03, Tahun 2014, 27-31. Roestiyah. N. K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyanto. (2009). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta. Suparno, P. (2001). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Suprijono. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suryabrata, S. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Trianto. (2007). Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Zaini, H., Munthe, B., Aryani, S.A. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani. Rini Budiharti