POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DALAM MENGENALKAN KALIMAT THAYYIBAH PADA PAUD AMANAH DI BENDA TANGERANG Skripsi Diajukan untuk memenuh persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) Oleh Rizki Amelia NIM: 107051002948 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 I I0Z VITIV)VT HV'I-InIVAYOIH dltlYz\S ltlO'JgN IAIV'ISI SVIISUflAINn ISV)INIIIAIO) N'\i'II NVO IIYA\>IVO NW.II SV.LINXVd INV'ISI N\ilUYIAN8d NVO ISVXINNIAIOX NVSNUNf IOOITOI6 6II7,LAO96I :dIN dosy.g -rq YtrAl'IIBnrsI uurusll >- ue8urqurg qe^\pg rC 8t6Z00IS0r0I 'I irN VIAilAiY DIZru :riolo 0'sos'S) rrrelsl lersos euefueg "re1ag qeloreduey4l uelurefsre4 rqnueuet{ In}un Isultunt'uo)I null uup qu/\\)pc nUIII sBllnlpg epedey uelnlerq ISdIES SNYTItrCNYI YONItrfl IO HYNYhIY OOV.I YOY<I HVBIAAYHI IVI^IIrI\/-X N\TXTYNISONSHI hIYTY(I OIUNI^I NVO NUNC IS\ilXININhIOX Y-IOd EA} Z IOO I €0166I IZL0096I 'dIN Surqunqiuo4 I00 z 80966I ZZt0696t 'dIN pd'w'llE^eprH InrnN'Bro t0966r -- (]V YY \\-,1WAML l rfnEue; u1o63uy 9I8OTL6I eloE8ue delEuetaru srr€leDlos ulo8Eue delSuereru enlo) qufsebuunl4l Suup;g u$luud ,egv4e1 i I0Z requotdes 6I (tU) Lu€lsl Lrererdueg rseliunuo) pnls uielEord epud (1 'sos 'S) Lu€lsl letsos euel:eg :ele8 qre-reru Inllrn 1e.ru.(s n]€s qBIBS ie3eqes errrrslrp qelo] rur rsdr"n15 'l I0z requraldeS 61 1u33ue1 upud uge>1u1 qellnlefuprg Jrru,(g 511n Isu{runuo) u€p qe,\\)iuq sutlnleC qe,(sebermu Bueprs Luel"p ue4fnlp qEIo} ,CNyUflCNVI Y(Ngg IO HYNYIAIV (INYd VOYd IIVflIAAYHJ, IYWI'IYX N\il)I]YNSCNSIAI IAIYTYC OIUOIAI NV(I OUnC ISV)INInIAIOX y.IOd lnpnfteq Sued rsdr:15 NIYI{YS g)N gd UYfl IAIg'I ABSTRAK RIZKI AMELIA 107051002948 Pola Komunikasi Guru Dan Murid Dalam Mengenalkan Kalimat Thayyibah Di PAUD Amanah Benda Tangerang Komunikasi merupakan landasan utama dalam kehidupan. Kata atau ucapan merupakan salah satu unsur dalam sebuah pesan yang disampaikan dalam komunikasi. Salah satu fungsi komunikasi adalah mendidik dan membimbing, salah satunya dengan menanamkan kalimat thayyibah (kata-kata yang baik) kepada anak sejak dini. Pendidikan Anak Usia dini bertujuan membantu meletakan dasar ke arah perkembangan, sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Dalam penelitian yang dilakukan, penulis ingin mengetahui bagaimana pola komunikasi guru kepada murid dalam mengenalkan kalimat thayyibah pada anak di PAUD Amanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yang dilakukan di PAUD Amanah yaitu deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan tahapan penelitian observasi atau pengamatan langsung, wawancara, dan dokumentasi, lalu menggunakan teknik analisis data dan teknik keabsahan data. Sehingga dapat diketahui apa pola komunikasi yang diterapkan guru dalam mengenalkan kalimat thayyibah pada proses pembelajaran di PAUD amanah. Dari hasil temuan di lapangan, penulis dapat menyimpulkan bahwa pola komunikasi yang digunakan guru dalam mengenalkan murid terhadap kalimat thayyibah yakni menggunakan pola komunikasi kelompok kecil dalam memberi pengetahuan tentang kalimat thayyibah, sedangkan pola komunikasi antar pribadi untuk menilai pengucapan dan pemahaman murid terhadap kalimat thayyibah, dengan proses penyampaiannya secara komunikasi verbal dan non verbal. Pola komunikasi yang diterapkan sudah cukup efektif, dan juga sesuai dengan teori Wilbar Schramn bahwa komunikasi di dasarkan atas suatu hubungan (intune) antara satu dengan yang lain yang fokus pada informasi yang sama, sangkut paut tersebut berada pada tahap komunikasi tatap muka. Dalam hal ini pendidikan di sekolah merupakan penyampaian informasi dari komunikator (guru) kepada komunikan (murid) yang dilakukan secara tatap muka, baik dalam komunikasi antar pribadi ataupun komunikasi kelompok. Pola komunikasi yang digunakan guru dalam mengenalkan kalimat thayyibah pada murid sudah cukup efektif. Hal ini terlihat dari ucapannya yakni mengucapkan salam sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. i KATA PENGANTAR Puji dan syukur selalu tertuju atas kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT dan juga kekasihnya Muhammad SAW. Karena Maha Sempurna yang dimilikinya, hingga terasa kemudahan dalam menjalani penyusunan skripsi ini hingga selesai. Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, akhirnya skripsi ini dapat selesai dengan baik. Berbagai rintangan penulis hadapai dalam proses penulisan ini, tetapi itu semua dapat terkendali karena sebuah kerja keras dan doa yang selalu dipanjatkan. Penulis mengucapkan beribu-ribu terimakasih terhadap kedua orang tua karena doa dan semangatnya yang tiada henti-henti, begitu pun untuk sang kakak dan adik-adik tercinta, yang kerap kali memberi kesenangan ketika penulis merasa kurang baik. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini, diantaranya adalah: 1. Bapak Dr. Arif Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, bapak Drs. Mahmud Jalal, M.A selaku Pudek II dan bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Kepada Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Drs. Jumroni. M.Si dan Sekretaris Ibu Umi Musyarofah, M.A. ii 3. Bapak Dr. H. Asep Usman Ismail, M.A selaku dosen pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan arahan dan petunjuk pada setiap proses penulisan skripsi ini. 4. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang telah memberikan berbagai arahan dan bimbingan kepada mahasiswa selama masa perkuliahan. 5. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu dalam penyediaan buku-buku tentang judul yang penulis teliti. 6. Kepada Kepala Yayasan PAUD Amanah Ibu Hj. Selvia Agustin yang telah memberikan izin penulis untuk meneliti di PAUD yang dikelolanya. Ibu Nurul Ma’wah salah satu pengajar di kelas telur di PAUD Amanah, yang dengan senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam proses penelitiannya. Dan juga seluruh staf pengajar di PAUD Amanah. 7. Keluarga besar KPI Angkatan 2007. Khususnya teman-teman KPI A angkatan 2007 yang selalu mengingatkan penulis untuk selalu bersemangat dalam proses penulisan skripsi ini, yang selalu memberikan canda dan tawa. 8. Teman-teman KKN Crew 21. 9. Buat KMM RIAK dan para Riakers, sebagai wadah yang dapat menampung setiap kegelisahan yang kerap kali menderu dan keberadaannya dapat menhilangkan kejenuhan yang datang. 10. Teman-teman kosan jajah, syae, raisha, tanti, neni, umun yang selalu memberi semangat kepada penulis. iii 11. Serta seluruh pihak yang yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini secara langsung atau pun tidak langsung. Penulis menyadari betul bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, tetapi walalu bagaimana pun penulis berusaha untuk memberikan yang terbaik dari ketidaksempurnaan yang ada. dengan demikian segala saran dan kritik yang tertuju pada penulisan ini, penulis terima dengan lapang dada dan ikhlas. Semoga Allah dapat membalas segala kebaikan yang yang penulis terima, amiin yaa robbal ‘alamiin. Terima kasih. Jakarta, 19 September 2011 Rizki Amelia iv DAFTAR ISI ABSTRAK ……………………………………………………………… i KATA PENGANTAR …………………………………....................... ii DAFTAR ISI …………………………………………………………... v BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………. 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………... 5 D. Tinjauan Pustaka……………………………………. 5 E. Metodologi Penelitian………………………………. 7 F. Sistematika Penulisan……………………………….. 12 KAJIAN TEORI A. Komunikasi………………………………………… 13 1. Pengertian Komunikasi………………………… 13 2. Pola Komunikasi……………………………….. 15 B. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)……………… 17 1. Pengertian PAUD…………………………….... 17 2. PAUD dan Pendidikan Agama………………… 20 C. Kalimat Thayyibah…………………………………. 23 1. Pengertian Kalimat Thayyibah…………………. 23 2. Ungkapan Kalimat Thayyibah…………………. 24 GAMBARAN UMUM A. Profil PAUD Amanah……………………………… 29 B. Visi dan Misi………………………………………. 30 v BAB IV C. Sejarah Berdirinya………………………………….. 30 D. Struktur Kepanitian………………………………… 32 TEMUAN DAN ANALISIS A. Penerapan Pola Komunikasi Dalam mengenalkan Kalimat Thayyibah………………………………….. 34 B. Analisis Pola Komunikasi Dalam mengenalkan Kalimat Thayyibah………………………………….. BAB V 40 PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………… 49 B. Saran………………………………………………….. 51 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hubungan kontak antar manusia baik individu maupun kelompok. dengan berkomunikasi manusia melakukan suatu hubungan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan satu sama lainnya. Hubungan individu dapat dilakukan dengan berkomunikasi.1 Sehingga disadari atau tidak, kata-kata merupakan elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.2 Setiap kata-kata yang terucap pun merupakan simbol dari kepribadian seseorang. Kata-kata baik yang terucap mencerminkan kepribadian yang baik, begitupun sebaliknya. Seorang anak yang dibiasakan sejak kecil dengan perkataan baik, dia akan terbiasa menggunakan kata yang baik hingga dewasa. Faktor komunikasi sangat mendukung dalam perkembangan proses belajar mengajar. Dengan adanya komunikasi yang baik dan efektif maka akan menimbulkan hal yang positif. Komunikasi yang baik antara guru dan murid maka akan terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Perkataan yang terucap oleh guru dalam mengajarnya pun mempunyai peran yang sangat penting, bahkan jika muridnya adalah anak-anak usia prasekolah. Sehingga dengan demikian 1 Toto Tasmora, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaga Media Pratama, 1997), Cet. ke-2, h. 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Kata. Diakses pada tanggal 20 April 2011. 6 1 2 diperlukan konsep pola komunikasi antara guru dan murid yang baik agar proses belajar mengajar pun menjadi efektif.3 Pada pola komunikasi pembelajaran, terkadang guru (komunikator) tidak dapat menyampaikan pesannya dengan baik karena murid (komunikan) sulit dalam memahami pesan apa yang disampaikan oleh guru. Sulitnya siswa dalam memahami pesan yang disampaikan guru, disebabkan karena berbagai hal yang terjadi dalam komunikasi, salah satunya dalam konteks situasional. Hal tersebut dapat diselesaikan jika komunikator peka terhadap reaksi komunikaan yang diekspresikan melalui bahasa tubuhnya.4 Pendidikan usia dini yang berlangsung di Taman Kanak-kanak bertujuan membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.5 Keberhasilan pendidikan ada hubungannya dengan keterampilan guruguru dalam mengelola pembelajaran.6 Karena pembelajaran merupakan perilaku inti dalam proses pendidikan, yang memungkinkan anak didik dan pendidik berinteraksi. Interaksi belajar mengajar ditunjang oleh beberapa faktor, antara lain: Tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, alat dan fasilitas pendidikan, metode mengajar, materi pelajaran dan lingkungan. Psikologi pendidikan 3 Lihat: Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 33 4 Lihat: Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 11 5 S. K. Mangiri, Analisis Kebijakan Pembinaan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen dalam Negeri, 1997). h. 133 6 Wasty Soemanto, Psikolagi Pendidikan, (Malang: PT. Renika Cipta, 1990), h. 6 3 berusaha untuk mewujudkan tindakan psikologis yang tepat di dalam interaksi antar setiap faktor pendidik tersebut.7 Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya. Karena pada hakikatnya persoalan pokok dalam komunikasi adalah pesan, baik pesan yang verbal maupun non verbal. Pesan yang paling baik terkandung kata-kata yang baik.8 Anak merupakan titipan Tuhan yang Maha Kuasa. Dalam pertumbuhan dan perkembanganya, anak mempunyai masa emas yakni pada usia 0 sampai 6 tahun. Hendaknya setiap pendidikan menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan dalam pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyah lagi karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.9 Begitu juga dalam penanaman kata-kata yang baik. Jika perkataan yang baik ini diajarkan kepada anak sejak dini, maka akan tertanam kata-kata yang baik hingga dewasa.10 Pada umumnya proses pembelajaran merupakan suatu komunikasi tatap muka dengan kelompok yang relatif kecil, meskipun komunikasi antara guru dan murid dalam kelas itu termasuk komunikasi kelompok, sang guru dapat 7 Wasty Soemanto, Psikolagi Pendidikan, h. 9 http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/. Diambil pada tanggal 01 Mei 2011 9 Zakiyah Darazat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. 21 10 Lihat: Q. S. Al-Isra’/17 : 53 8 4 mengubahnya menjadi komunikasi interpersonal dengan menggunakan metode komunikasi dua arah atau dialog yang memungkinkan guru menjadi komunikator dan murid menjadi komunikan.11 Berdasarkan latar belakang ini penulis terdorong untuk menelusuri bagaimana pola komunikasi yang terjadi antara guru dan murid dalam memahami kalimat thayyibah pada anak di PAUD, sehingga menggugah penulis untuk mengangkat permasalahan ini dengan judul: “Pola Komunikasi Guru dan Murid Dalam Mengenalkan Kalimat Thayyibah Pada PAUD Amanah Di Benda” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Masalah yang akan diteliti pada penulisan skripsi ini dibatasi pada komunikasi guru dan murid yang terjadi pada proses pembelajaran di PAUD Amanah. 2. Perumusan Masalah Untuk memperjelas permasalahan dan mempermudah mencari data, maka penulis merumuskan permasalahan pada pembahasan ini yaitu; a. Bagaimana pola komunikasi guru kepada murid dalam mengenalkan kalimat-kalimat thayyibah di PAUD Amanah? 11 Lihat: Pawit M. Yusuf, Komunikasi Intruksional Teori dan Praktek, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 53 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui dan memahami pola komunikasi yang digunakan guru kepada murid dalam mengenalkan kalimat thayyibah di PAUD Amanah. Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Secara Akademis, penulisan ini dapat berguna dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu komunikasi. 2. Secara praktis, dapat menyumbangkan kontribusi yang besar bagi peneliti, bagi akdemisi ilmuan komunikasi, bagi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, khususnya mahasiswa jurusan KPI, bagi praktisi dakwah, praktisi komunikasi media massa dan juga dapat dijadikan acuan oleh para instruktur yang menyampaikan materi untuk mengenalkan kalimat thayyibah pada anak di PAUD Amanah. D. Tinjauan Pustaka Berikut ini judul-judul skripsi di jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang membahas pola komunikasi guru dan murid, yang mempunyai sedikit kesamaan pada skripsi yang akan penulis teliti, diantaranya sebagai berikut: No. 1 Penulis Agus Ratina Judul Tahun Pola Komunikasi Dalam pembinaan Akhlak 2009 Siswa MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan 6 2 Nurhasanah Pola Komunikasi Guru Dan Murid Dalam 2010 Penerapan Nilai Keislaman Di MAN 7 Jakarta. 3 Laly Syahidah Pola Komunikasi Antar Guru Agama Dan 2009 Murid Di SMP An-Nurmaniyah 4 Muhammad Haris Penanaman Pola Komunikasi Antara Guru 2008 Dan Murid Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler Pada Bidang Aplikasi Komputer 5 Rosalina Pola Komunikasi Guru Dan Murid Pada 2009 Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar Judul yang pertama mempunyai kesamaan pada objeknya. Kesimpulan pada penelitian ini adalah pola komunikasi yang digunakan oleh guru lebih cenderung menggunakan komunikasi kelompok artinya pola komunikasi kelompok yang bersifat dua arah. Pada judul kedua terdapat kesamaan pada metode penelitiannya yakni menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pola komunikasi yang digunakan pada judul ini adalah dengan komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok dengan sifat tatap muka. Judul ketiga, mempunyai kesamaan pada metode penelitian dan objeknya. Kesimpulan yang diambil pada judul ini adalah pola yang dipakai pada kegiatan belajar mengajar yakni proses komunikasinya secara linear yaitu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Pada judul keempat mempunyai kesamaan pada metode penelitian. Kesimpulan pada penelitian ini yakni pola komunikasi yang digunakan adalah pola komunikasi kelompok kecil yang bersifat tatap muka. Selanjutnya judul kelima mempunyai kesamaan pada metode penelitian serta subjek dan objeknya, kesimpulan yang diambil pada penelitian ini yakni pola komunikasi guru – murid, 7 murid – guru, murid – murid. Dengan demikian, kelebihan pada skripsi yang penulis teliti yakni membahas pola komunikasi antara guru dan murid di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dalam meningkatkan kalimat thayyibah. E. Metodologi Penelitian Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diperlukan maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:12 1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang penulis gunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif yakni metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung).13 Metode deskriptif dapat diartikan pula sebagai upaya untuk melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu, sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lainnya) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Pada umumnya penelitian analisis deskriptif adalah penelitian non hipotesa sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesa.14 Metode deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat 12 Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. Ke-13, h. 111 13 Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengntar Metode Penelitian, (Jakarta; Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), 2006), cet. 1, hal. 71 14 Dr. Suhasimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta; PT. Bina Aksara, 1985), Cet. Ke2, hal. 139 8 (Isaac dan Michael: 18).15 Penelitian ini pun ditujukan untuk mengumpulkan data aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi atau praktek-praktek yang berlaku, juga menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.16 2. Pendekatan Penelitian Disini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dimana pendekatan kuualitatif adalah metode penelitian yang dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan dan berupa kata-kata serta merupakan suatu penelitian ilmiah. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.17 Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti ingin menggambarkan dan menggali informasi yang jelas mengenai pola komunikasi atau yang sesuai dengan perumusan masalah yang ada pada PAUD Amanah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif memberi maksud yakni penulis dapat memaparkan, menjelaskan dan menggambarkan dengan sangat jelas penemuan yang ada pada PAUD Amanah mengenai perumusan masalah yang diteliti. 15 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 22 16 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 12, hal. 25 17 Lexi J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-10, h. 3 9 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas Telur di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Amanah di Jl. Husein Sastra Negara Kp. Rawa Bokor Gg. Kemandoran II Rt.02/03 Kec. Benda Kel. Benda, Tangerang 15125. Dengan waktu penelitian mulai dari tanggal 29 Mei 2011 sampai 12 juni 2011, yang dilakukan setiap hari sesuai pada hari pembelajaran berlangsung. Dan sebelumnya penulis terlebih dahulu melakukan survey izin penelitian yang dilakukan pada tanggal 20 Februari 2011. 4. Subjek dan Objek Subjek dalam penelitian ini adalah guru, selaku pemberi arahan terhadap anak muridnya mengenai pelajaran yang sudah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan yang menjadi objek penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah pola komunikasi yang digunakan guru kepada murid untuk mengenalkan kalimatkalimat thayyibah di PAUD Amanah. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Merupakan salah satu cara penelitian pada ilmu-ilmu sosial, cara ini bisa hemat biaya dan dapat dilakukan oleh seorang individu dengan menggunakan mata sebagai alat melihat data serta menilai keadaan lingkungan yang dilihat. Dalam hal ini, penulis menggunakan instrumen observasi dalam mengamati proses pembelajaran yang terjadi di kelas Telur di PAUD Amanah. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu untuk mendapatkan data yang kongkret dari hasil pertanyaan-pertanyaan yang 10 diajukan.18 Dalam wawancara ini yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data yakni dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada seorang guru yang mengajar di kelas Telur, mengenai perumusan masalah yang diteliti di PAUD Amanah. c. Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan menginfestasikan dokumen-dokumen yang relevan dan terkait dengan permasalahan yang di teliti. Peneliti mencari data atau informasi tambahan melalui buku, artikel, internet dan lain-lain untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan di PAUD Amanah. 6. Teknik Pencatatan Data Pencatatan data dilakukan dengan cara pencatatan lapangan yang berisi hasil wawancara dan pengamatan. Pengamatan secara cermat diarahkan terhadap pola komunikasi dalam mengenalkan kalimat thayyibah oleh guru kepada murid. Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulan keterangan tentang bagaimana pola komunikasi guru yang diterapkan dalam pembelajarannya untuk mengenalkan kalimat thayyibah kepada murid. Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan yang telah peneliti siapkan kepada guru. 7. Instrumen Dan Alat Bantu Pada penelitian kualitatif ini, dalam pencatatan data peneliti lebih banyak bergantung pada diri sendiri. Karena dengan menjadi instrument penelitian, peneliti dapat senantiasa menilai keadaan dan mengambil keputusan. 18 Lexi. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, 11 8. Sumber Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data, yaitu: a) Data Primer yaitu data yang berasal dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan. b) Data Sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh dari buku, majalah, artikel dan berbagai literatur lainnya yang berkaitan dengan judul penelitian. 9. Teknik Analisis Data Analisis data yakni proses pengumpulan data dan mengurutnya ke dalam pola dan pengumpulan data. Burhan Bungin dalam bukunya Analisis Data Penelitian Kualitatif mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna untuk memecahkan masalah penelitian.19 Setelah data yang diperlukan terkumpul, dalam proses ini langkah selanjutnya yakni penulis menelaah semua data yang bersumber dari hasil observasi dan wawancara dengan bu guru yang mengajar pada kelas Telur. Lalu pada tahap akhir, penulis melakukan pengecekan keabsahan data yang ada, agar menghasilkan data-data yang jelas dan kongkrit tentang pola komunikasi dalam mengenalkan kalimat-kalimat thayyibah pada anak di PAUD Amanah. 10. Teknik Keabsahan Data Agar data yang diperoleh lebih jelas lagi, penulis memeriksa keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Yang mana teknik triangulasi merupakan teknik pemerikasaan keabsahan data yang memafaatkan sesuatu yang lain yang diluar data untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap 19 Burhan Bungin. Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003). H.131 12 pemeriksaan terhadap sumber lain.20 Dalam hal ini, penulis menggunakan anak murid di PAUD Amanah sebagai sumber dalam pengecekan keabsahan data yang penulis terima dari guru di PAUD Amanah. F. Sistematika Penulisan Penyusunan dalam skripsi ini terdiri dalam lima Bab penyusunan sebagai berikut : BAB I : Berisi kerangka umum penulisan skripsi, yaitu : Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjuan pustaka, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Mengenai ruang lingkup komunikasi mencakup pengertian komunikasi, macam-macam pola komunikasi, unsur-unsur komunikasi, mengenai pengertian Pendidikan Anaka Usia Dini (PAUD) dan pengertian kalimat thayyibah. BAB III : Mengenai profil PAUD Amanah, visi dan misi, sejarah berdirinya, struktur organisasi serta biodata guru PAUD Amanah. BAB IV : Dalam bab ini membahas tentang penerapan pola komunikasi antara guru dan murid dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan kalimat thayyibah serta analisis pola komunikasi yang diterapkan untuk mengenalkan kalimat thayyibah. BAB V : Pada bab ini penulis memberikan kesimpulan mengenai pola komunikasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar, faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaannya, serta saran atau masukan-masukan yang positif dalam hubungan guru dan murid di sekolah PAUD Amanah. 20 Lexy J. Moloeng, Metodologi penelitian Kualitatif, h. 330-332 BAB II KAJIAN TEORI A. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum adalah proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosial.1 Karena manusia adalah makhluk sosial, hidup yang bermasyarakat sejak bangun tidur sampai tidur lagi, senantiasa terlibat dalam komunikasi. Sedangkan secara paradigmatis, komunikasi bersifat intensional, mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka atau melalui media baik media massa ataupun media non massa, karena itu harus dilakukan perencanaan. Jadi pengertian komunikasi secara paradigmatis adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langung melalui media.2 1 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. Ke-7, h. 5 2 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, 13 14 Ada banyak pendapat mengenai pengertian komunikasi dari para komunikolog, diantaranya: a. Menurut Onong Uchjana Effendy, yang mengatakan bahwa istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa inggris communication yang bersumber dari bahasa latin communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Maka hakiki dari communication ini adalah communis yang berarti sama atau kesamaan arti.3 b. Menurut Deddy Mulyana, komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan non verbal.4 c. Menurut Harold Laswell yang dikutip Deddy Mulyana, cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaanpertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?5, dll Kesimpulan dari pengertian komunikasi di atas adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media. Komunikasi bersifat verbal atau non verbal, pesan akan berjalan efektif apabila ada kesamaan dari pesan yang disampaikan dan timbulnya feed back (timbal balik). 3 Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bina Cipta, 1998), Cet. Ke- 3, h. 1 4 Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandug: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 3 5 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 62 15 Unsur komunikasi antara lain sebagai berikut: a. Sender, komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. b. Encoding, penyandian yaitu proses pengalihan fikiran ke dalam bentuk lambang. c. Message, pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. d. Media, saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. e. Decoding, pengawasandian yaitu proses di mana komunikasi menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. f. Receiver, komunikan yang menerima pesan dari komunikator. g. Feedback, umpan balik yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan oleh komunikator kepadanya. h. Noise, gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang bereda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. 2. Pola Komunikasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pola berarti bentuk atau sistem.6 Sedangkan dalam kamus istilah popular “pola” diartikan sebagai model, contoh, 6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 885. 16 pedoman (rancangan).7 Pola dapat dikatakan juga dengan model, yaitu cara untuk menunjukkan sebuah objek yang mengandung kompleksitas proses di dalamnya dan hubungan antara unsur-unsur pendukungnya.8 Dengan demikian, komunikasi berarti peyampaian pesan dari komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan), sehingga pesan menjadi hal pokok dalam berkomunikasi. Karena, bukan dinamakan komunikasi jika didalamnya tidak terdapat pesan, baik verbal maupun non verbal. Menurut Stewart L. Tubbs dan Silva Moss ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif paling tidak menimbulkan hal: a. Pengertian. Penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti apa yang dimaksud oleh komunikator b. Kesenangan. Menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan. c. Mempengaruhi sikap. Dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa d. Hubungan sosial yang baik. Menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi. e. Tindakan. Membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan stimuli.9 7 Puis A, Partanto & M. Dahlan Al-barty, Kamus Besar Bahasa Ilmih Popular, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 605. 8 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, Gramedia Widiasavina: 2004), h.9 9 Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi, 17 Dari penjelasan diatas dapat diringkas bahwa komunikasi yang efektif dalam meningkatkan kalimat thayyibah yakni dengan adanya kesenangan, karena dengan kesenangan proses penyampaian pesan yang terjadi akan lebih efektif. Ciri-ciri komunikasi di atas adalah bentuk komunikasi yang dibangun antara komunikator dan komunikan. Pola komunikasi terdapat tiga macam, yaitu: a. Komunikasi Intra Pribadi (Intrapersonal Communication) adalah proses komunikasi dalam diri seseorang berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem saraf.10 b. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) adalah proses penyampaian paduan pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti dan melakukan kegiatan tertentu.11 c. Komunikasi penyampaian Kelompok pesan oleh (Group seorang Communication) komunikator adalah kepada proses sejumlah komunikan untuk mengubah sikap, pandangan atau perilakunya.12 B. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 1. Pengertian PAUD Pendidikan (taman kanak-kanak/pra sekolah) bertujuan membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, 10 Sasa Djuarsa Sendjaya, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 5 11 Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2002), cet ke-6 h.60 12 Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis, 18 keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.13 Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar, yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia dini, yakni dari umur 0 tahun sampai umur 6 tahun. Pembinaan yang dilakukan seperti memberi rangsangan pendidikan kepada anak untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut lagi, yang diselenggarakan pada jalur formal, non formal dan informal. Anak usia dini mempunyai masa emas yakni dari sejak lahir sampai umur enam tahun. Seperti yang tertuang dalam UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas pada pasal 28. Bahkan dalam pasal tersebut juga dijelaskan ada 4 (empat) unsur yang harus dipenuhi dalam pengembangan anak usia dini yaitu: pertama, pembinaan anak usia dini merupakan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Kedua, pengembangan anak usia dini dilakukan melalui rangsangan pendidikan. Ketiga, pendidikan anak usia dini bertujuan untuk dapat membantu pertumbuhan dan pengembangan jasmani dan rohani (holistik). Dan keempat, pengembangan dan pendidikan anak usia dini merupakan persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.14 Pertumbuhan dan pengembangan anak pada usia dini, bahkan sejak dalam kandungan sampai sekitar 6 tahun mempunyai peranan besar dalam peningkatan 13 K. Mangiri, Analisis Kebijakan Pembinaan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia, h. 133 14 http://www.jugaguru.com/paud. Diakses pada tanggal 01 Mei 2011 19 kesehatan, intelegensi, kematangan emosional dan produktivitas manusia pada tahap berikutnya. Dengan demikian investasi pembangunan pada usia dini merupakan investasi sangat penting bagi pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Pada periode kritis ini anak memerlukan berbagai pemenuhan khususnya yang menyangkut aspek gizi, kesehatan, media permainan dan pendidikan baik umum maupun agama.15 Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahaptahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu: a. Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. b. Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah. 15 Potret Pengaruh, Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini di Indonesia, (Jakarta: Forum PADU, 2004), h. 14 20 Rentang anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun. 2. PAUD Dan Pendidikan Agama Pertumbuhan dan pengembangan anak pada usia dini, bahkan sejak dalam kandungan sampai sekitar 6 tahun mempunyai peranan besar dalam peningkatan kesehatan, intelegensi, kematangan emosional dan produktivitas manusia pada tahap berikutnya. Dengan demikian investasi pembangunan pada usia dini merupakan investasi sangat penting bagi pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Pada periode kritis ini anak memerlukan berbagai pemenuhan khususnya yang menyangkut aspek gizi, kesehatan, media permainan dan pendidikan baik umum maupun agama.16 Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif dapat mengembankan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. 16 Potret Pengaruh, Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini di Indonesia, (Jakarta: Forum PADU, 2004), h. 14 21 Sistem pendidikan yang baru menuntut faktor dan kondisi yang baru pula baik yang berkenaan dengan sarana fisik maupun non fisik. Untuk itu diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang lebih memadai, diperlukan kinerja dan sikap yang baru, peralatan yang lebih lengkap dan administrasi yang lebih teratur.17 Alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai pendidikan dan pengajaran agama kepada orang lain, diantaranya adalah: 1) papan tulis, 2) buku pelajaran, 3) buletin board dan display, 4) film atau gambar hidup, 5) radio dan televisi pendidikan, 6) komputer, 7) karyawisata dan lain-lain.18 Alat-alat tersebut sudah terbukti cukup efektif dalam proses penyampaian pesan, salah satunya pesan yang mengandung kalimat thayyibah. Pola pendidikan agama yang diterapkan kepada anak usia dini bisa berupa penyampaian pesan yang melibatkan verbal (kata-kata) dan non verbal (gerakan). Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan lambang bahasa, ini mencakup komunikasi dengan bahasa lisan maupun bahasa tulisan19, sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi tanpa kata-kata20, dapat juga diartikan sebagai komunikasi dengan menggunakan gejala yang menyangkut gerak-gerik, sikap, ekspresi wajah dan lain-lain.21 Seorang guru menyampaikan pesan kepada muridnya berupa kata-kata dan gerakan. Dalam penyanpaian pesan, kata-kata 17 Asnawir, Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 17 18 19 Asnawir, Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, h. 117 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1981), h. 28 20 21 S. Djuarsa Sendjaya, Teori Komunikasi, (Jakarta: Univrsitas Terbuka, 2002), h. 64 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, h. 28 22 untuk didengar, sedangkan gerakan untuk membantu kata-kata agar lebih mudah dipahami. Menurut Onong Uchjana Effendy, proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu diantaranya: a. Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa yang secara langsung mampu menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.22 b. Proses komunikasi secara sekunder Adalah proses peyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seperti yang telah diterangkan di atas pada umumnya bahasa yang banyak digunakan dalam komunikasi karena bahasa sebagai lambang mampu mentransmisikan pikiran, ide, pendapat dan sebagainya, baik mengenai hal yang abstrak maupun yang konkrit.23 Pola pendidikan agama yang diterapkan pada pendidikan anak usia dini untuk meningkatkan kalimat thayyibah bisa dengan proses komunikas sekunder 22 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), h. 11-16 23 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, 23 dan komunikasi primer. Pada proses komunikasi sekunder dan primer pun terlibat komunikasi verbal dan non verbal. Bagi seorang anak, pendidikan yang diberikan, tepat pada usia dini akan menjadi pondasi keberhasilan di masa mendatang. Ia akan menjadi seseorang yang penuh percaya diri, cerdas dan mampu menjalani segala tantangan hidup dengan baik. Dan akan menjadi lebih baik juga pendidikan agama diterapkan sejak dini. Sehingga selain menjadi anak yang penuh percaya diri dan cerdas, dia juga mempunyai akhlak yang baik dan perkataan yang indah. C. Kalimat Thayyibah 1. Pengertian Kalimat Thayyibah Kalimat thayyibah berasal dari bahasa arab. Kalimah yang berarti kata24 dan thoyyibah yang bararti baik25. Kalimat thayyibah mempunyai arti yakni katakata yang baik, ucapan yang mengandung arti baik atau kebaikan, kalimat yang indah atau ungkapan zikir tertentu. Zikir (mengingat). Zikir Allah atau “mengingat kepada Allah dengan cara menyebut Allah, berkaitan dengan penyebutan nama-nama Allah, atau untuk doa pujian kepada-Nya. Al-Qur’an sering menyebut zikir sebagai amal ibadah: “ingatlah kepada-Ku niscaya Aku akan mengingatkanmu” (fazkuruni azkurkum; 2:152); “Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh 24 25 Asad M. Alkali, Kamus Indonesia Arab, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h. 235 Asad M. Alkali, Kamus Indonesia Arab, h. 37 24 ketekunan” (73:8), dan: “Sungguh mengingat kepada Tuhan adalah sesuatu yang terbesar” (walazikrullaahi akbar; 29:45).26 Tujuan zikir sebagai kalimat thayyibah ialah untuk ingat akan kebesaran Allah, di mana bila kita mengingatkan kebesaranNya, maka seseorang akan merasakan manisnya buah yang diperoleh dari syajaroh thayyibah (pohon kebaikan) tersebut . “Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak meninggikan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. 7:205).27 Zikir mengandung kata-kata yang baik, kata yang indah. Kalimat thayyibah merupakan zikir, yakni kata-kata yang baik untuk mengingat Allah. Kalimat thayyibah jika sering kali diterapkan pada kehidupan sehari-hari berarti kita telah mengingat Allah. Karena kalimat thayyibah merupakan zikir. 2. Ungkapan Kalimat Thayyibah Adapun kalimat thayyibah yang sering diucapkan dalam zikir lisan adalah kalimat thayyibah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah nabi, sebagai berikut: a. Tahmid, yaitu ucapan Al-hamd li Allah (segala puji kepunyaan Allah). b. Tasbih, yaitu ucapan Subhan Allah (Maha Suci Allah) c. Takbir, yaitu ucapan Allah Akbar (Allah Maha Besar) 26 27 2011. Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 449 www.alkararis.com/seven-7-kalimat-thayyibah.html. Diakses pada tanggal 20 Mei 25 d. Tahlil, yaitu ucapan laa ilaaha illa Allah (tiada Tuhan selain Allah). e. Basmalah, yaitu ucapan bismi Allah al-Rahmaan al-Rahiim (Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang) f. Istighfar, yaitu astaghfir Allah (aku memohon ampun kepada Allah) g. Hawqalah, yaitu ucapan laa hawla wa laa quwwata illa bi Allah (tidak ada daya dan kekuatan kecuali daya dan kekuatan dari Allah).28 Allah berfirman dalam ayatNya pada surat Al-Baqarah ayat 152 : “Karena itu ingatlah kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” Allah mengajari agar kita berzikir kepadanya. Jika kita ingat kepadaNya maka Allah pun akan ingat kepada kita, dan bersyukur kepada Allah atas segala nikmatNya. Ketika menghayati lafadz Alhamdulillah ini, maka akan dirasakn tingkat kekhusyukan lebih dalam. Allah menambah kenikmatan kepada orang yang bersyukur, syukur yang sesungguhnya. Syukur yang memuji Allah. Syukur yang berterimakasih setulus-tulusnya. Itulah hikmah yang disampaikan Luqman kepada anaknya. Seperti pada surat Luqman ayat 12: “Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada Luqman, (ketika mengatakan kepada anaknya): Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguuhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”29 28 Asep Usman Ismail, Zikir, dalam Ensiklopedi Tasawuf, (Bandung: Angkasa bandung, 2008), h. 1507 29 Agus Mustofa, Dzikir Tauhid, (Surabaya: Padma Press, 2006), h. 221 26 Bertasbih bemakna mensucikan Allah. fokusnya adalah memuji Allah. Dan inilah makna zikir yang sebenarnya: ingat Dzat Allah dengan segala sifat Maha-Nya.30 Makna Maha Suci itu diantaranya dijelaskan pada surat ali Imran ayat 191: “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan berbaring serta mereka selalu memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka perihalah kami dari siksa neraka.” Kalimat Allahu Akbar dipilih oleh Allah utuk membangun kesadaran bahwa kita ini kecil tidak ada apa-apanya, tak berdaya apa-apa. Allah adalah dzat yang sangat layak untuk dipuji keberasanNYa, karena Dia memang Maha Besar.31 Lafadz Laa ilaaha illallah berarti mengakui bahwa Allah tidak membutuhkan kepada yang selainNya, suci dari segala kekurangannya, sedang segala yang selainNya membutuhkan Allah SWT, mengakui keesaanNya dan kesucianNya dari menyerupai apapun dan dari segala kekurangan apapun. Lafadz itu juga berarti kesaksian yang dimulai dengan pengingkaran, Laa ilaaha (tiada Tuhan), kemudian disusul dengan penetapan, illallah (kecuali Allah).32 Bismillahirrahmanirrahim yang mempunyai arti dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Baik diucapkan ketika ingin mengawali sesuatu. Kalimat ini sekaligus mengingatkan bahwa segala sesuatu adalah milik Allah, termasuk diri ini. Kalimat thayyibah ini pun memberi peringat bahwa dalam melakukan perbuatan apapun hendaknya tetap mengingat kepada 30 Agus Mustofa, Dzikir Tauhid, h. 217 Agus Mustofa, Dzikir Tauhid, h. 225 32 Sudirman Tebba, Nikmatnya Tahlil, (Tangerang: Pustaka irVan,2008), h.2 31 27 Allah. Dalam sebuah hadist, Rasulullah menyatakan, "Bahwa setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan kalimat basmalah, maka perbuatan itu akan terputus maknanya bahwa perbuatan tersebut tidak mendapat keberkahan."33 Istighfar adalah perwujudan dari keinginan untuk bertobat dari segala kesalahan dan dosa. Ini menjadi kunci awal terjadinya komunikasi dengan Allah secara khusyuk. Orang yang sombong dan merasa sudah bersih, sudah baik justru akan terjauh dariNya. Allah menyukai hamba—hamba yang rendah hati, mawas diri. dan memohon ampun atas segala kesalahannya, meskipun tidak disengaja. Allah berfirman pada surat Al-Israa’ ayat 25: “Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.”34 Laa hawla walaa quwwata illaa billah. Kalimat zikir ini merupakan pengakuan terhadap ke-Maha Kuasaan Allah. Kalimat ini diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan (ber'azam). Kalimat thayyibah ini adalah salah satu ciri dari sikap tawakal seseorang. Ketika seseorang ingin mempertimbangkan segala apapun yang ingin dituju, lalu bersungguh-sungguh dan bertawakal kepada Allah. Maka dengan ini seseorang tersebut dapat menerima apapun yang sudah ditentukan oleh Allah dengan ikhlas.35 33 www.alkararis.com/seven-7-kalimat-thayyibah.html. Diambil pada tanggal 20 Mei 34 Agus Mustofa, Dzikir Tauhid, h. 214 www.alkararis.com/seven-7-kalimat-thayyibah.html. Diambil pada tanggal 20 Mei 2011. 35 2011 BAB III GAMBARAN UMUM PAUD AMANAH A. Profil PAUD Amanah Yayasan yang diberi nama PAUD Amanah Handayani, berdiri pada tanggal 10 November 2008. Mempunyai lokasi yang sangat strategis, yakni bertempat tinggal di Jln. Husein Sastra Negara Kp. Rawa Bokor Gg. Kemandoran II Rt.02/03 Kec. Benda Kel. Benda, Tangerang 15125. Mempunyai luas sarana sekitar 500 m2. PAUD ini dikelola oleh Hj. Selvia Agustin yang juga berperan sebagai Ibu Kepala Sekolah. Di yayasan ini waktu untuk belajar dan bermain anak-anak yakni pada pukul 07.30-10.00 dengan waktu istirahat 30 menit. Karena dunia anak-anak adalah dunia bermain, maka setiap pembelajaran yang ada disisipkan permainan yang mempunyai unsur edukatif. Jumlah ruangan yang dipakai sebanyak 5 kelas, 4 ruangan untuk kelas dan 1 ruangan untuk kantor. Murid di PAUD Amanah pada tahun ini sebanyak 55 murid dan dibagi kedalam 4 kelompok, diantaranya: 1. Kelompok Telur : 2-3 Tahun 2. Kelompok Ulat : 3-4 Tahun 3. Kelompok Kepompong : 4-5 Tahun 4. Kelompok Kupu-kupu : 5-6 Tahun Kurikulum yang digunakan adalah independen dan menggunakan sistem pembelajaran sentra dengan sistem Sanggar Kegaiatan Belajar (SKB) yang 29 30 diberlakukan di Departemen Pendidikan Nasional maupun Dinas Pendidikan Kota Tangerang. Dia melihat berdasarkan grafis di sekolah pada 2008-2010 sekitar 55 siswa ditulis dalam PAUD Amanah dengan umur yang berbeda dari 2-6 usia. B. Visi dan Misi Visi PAUD Amanah adalah “Menjadikan anak didik yang berbudi dan berakhlakul karimah dan Menjadikan anak didik yang mandiri cerdas dan kreatif”. Sedangkan misi PAUD Amanah adalah: 1. Mencerdaskan anak bangsa untuk menghasilkan SDM yang berkualitas. 2. Menciptakan generasi yang berakhlaul karimah.1 C. Sejarah Berdirinya Lembaga PAUD berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya, agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya yang jenjangnya lebih tinggi. Salah satu jalur terselenggaranya PAUD adalah jalur pendidikan nonformal. PAUD jalur pendidikan nonformal adalah pendidikan yang melaksanakan program pembelajaran secara flexsibel sebagai upaya pembinaan dan pengembangan anak sejak lahir hingga dewasa. Keberadaan PAUD nonformal ditengah-tengah masyarakat tentu saja mempunyai arti dan manfaat yang tidak sedikit, karena pada dasarnya PAUD 1 Sumber: Dokumen PAUD Amanah Benda Tangerang 31 nonformal menjadi wadah bagi masyarakat umum agar kebutuhan pendidikan anak-anak tercukupi dan potensi yang ada dalam diri anak tersebut bisa dioptimalkan. Dengan latar belakang tersebut, Pengurus Yayasan Amanah Handayani Benda berniat mendirikan PAUD “AMANAH” yang diperuntukan untuk orangorang menengah ke bawah. Diawal tahun 2008 terdaftar 50 anak yang memasuki Dunia Pendidikan PAUD. Pada awal bediri belum ada pembagian kelompok per umur, di tahun ajaran 2009/2010 Lembaga PAUD “AMANAH“ baru membagi kelompok sesuai dengan usianya hingga saat ini Murah bukan berarti murahan prinsip itu yang menjadi tolak ukur pengelolaan PAUD “AMANAH”, pengelola ingin memberikan pendidikan yang murah namun bukan murahan. Tetap keprofesionalan menjadi faktor utama dalam memberikan pelayanan pendidikan untuk masyarakat. Tak bisa dipungkiri ada sebagian asumsi masyarakat memandang bahwa lembaga PAUD ”AMANAH” hanya sebatas lembaga asal-asalan yang tidak memiliki kualitas. Terutama, ketika pertama kali diadakan kegiatan ini dilakukan diteras rumah. Bahkan ada orangtua yang enggan untuk mengikuti program kegiatan pendidikan PAUD. Kurang tersosilasinya PAUD saat itu menjadi hambatan kecil bagi PAUD ”AMANAH” untuk terus memberikan pendidikan bagi usia dini. Keinginan orangtua, anak-anak mereka berorientasi belajar membaca, menulis, serta berhitung tanpa adanya kegiatan bermain. Pendekatan terus dilakukan guna memberikan orientasi agar orang tua tahu kebutuhan anak di usia dini. Karena di wilayah PAUD “AMANAH” masih 32 banyak orangtua yang berpendidikan terakhir hanya sampai sekolah dasar, hal ini juga sulit mereka terima dengan model dan program yang kami jalankan. Kesadaran orantua amat penting karena orangtua ikut aktif dalam memantau perkembangan anak.2 D. Struktur Kepanitian Pelindung : H. Masan Rahman SH. Badan Penyantun : Hj. Mujidah Masan Pembina : Suderajat Ketua Pengelola : Hj. Selvia Agustin H. Sekretaris : Nurul Ma’wah Bendahara : Hj. Mujidah Dewan Guru : Hj. Selvia Agustin Nurul Ma’wah Nur Afifah Defiyanti Rina Marlina 2 Sumber: Dokumen PAUD Amanah Benda Tangerang 33 DAFTAR IDENTITAS GURU DI PAUD AMANAH No Nama 1 2 Hj. SELVIA 1 AGUSTIN HANDAYANI 2 NUR AFIFAH 3 DEFIYANTI 4 RINA MARLINA 5 Tempat Tgl Lahir 3 Jabatan Pendidikan Alamat 4 5 6 Tangerang, 16- Kepala Sekolah 08-1989 dan Tutor / Guru Tangerang, 2709-1990 Tangerang, 2511-1990 Malingping,0907-1985 NURUL Tangerang,18- MA'WAH 01-1990 S.1 Tutor/ Guru SMK Tutor / Guru MA Tutor / Guru S1 Seketaris/ Guru D3 Kp Rawa Bokor Rt.03/02 Kel. Benda Jl.Kuding Rt.02/06 Kel.Belendung Kp Rawa Bokor Rt.02/02 Kel. Benda Kp.Rawa Bokor Rt.03/02 Kel.Benda Kp.Rawa Kel.Benda Bokor Rt.004/001 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Penerapan Pola Komunikasi Guru Kepada Murid dalam Mengenalkan Kalimat-kalimat Thayyibah Proses pembelajaran yang dilakukan pada anak usia dini merupakan tahap selanjutnya dalam membantu anak untuk menumbuhkembangkan kemampuan anak dalam pertumbuhan, perilaku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, daya cipta dan lain-lain. Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk membantu meletakkan dasar kemampuan anak tersebut. Dengan penerapan yang dilakukan sejak dini, akan mewujudkan kemampuan yang ada dalam diri seorang anak sehingga berkembang dengan baik. Berkomunikasi merupakan hal terpenting dalam pendidikan. Karena komunikasi merupakan unsur utama dalam berinteraksi. Salah satunya dengan mengajarkan anak untuk menggunakan kata-kata yang baik dalam setiap proses interaksinya. Di PAUD Amanah materi yang disampaikan sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku di PAUD pada umumnya. Bila dilihat dari tempat dan sarana yang ada untuk proses pembelajaran yang dilakukan di PAUD Amanah sudah mencukupi standar kualitas dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran bisa berjalan dengan efektif. 34 35 Kelas yang diteliti yakni kelas Telur, yang dimana usia para muridnya rata-rata 2.5 tahun sampai umur 3 atau 4 tahun. Proses pembelajaran di PAUD Amanah berlangsung dari pukul 07.30 sampai pukul 10.00 pagi, dengan waktu istirahat selesainya mereka belajar atau selesai mengerjakan materi yang disampaikan oleh bu guru selama 30 menit. Dalam pembelajaran yang berlangsung, pada saat awal masuk, pertama guru mengawali dengan salam dan basmalah dilanjutkan dengan bernyanyi dan berdoa. Doa yang dipanjatkan yakni doa kedua orang tua dan doa belajar yang berbunyi “Robby zidnii ‘ilman warzuqnii fahman”. Dengan ini, diharapakan anak terbiasa dalam mengawali segala sesuatu dengan berdoa sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari. Setelah berdoa dan bernyanyi, guru melanjutkan dengan menyampaikan materi. Dalam penyampaian materi, pesan yang disampaikan pada proses pembelajaran di kelas telur berupa komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal dalam pembelajarannya berupa ucapan guru mengenai materi yang disampaikan dan bercerita. Sedangkan komunikasi non verbalnya seperti gu guru menggerakkan tangannya untuk menunjukkan tulisan kalimat thayyibah salah satunya adalah kalimat Alhamdulillah.1 Dalam penyampaian materi, guru menyampaikan pesannya berupa komunikasi verbal dan sekali-kali memakai komunikasi non verbal. Penyampaian pesan dalam bentuk ini bertujuan untuk menjadikan murid paham dengan materi yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan 1 Berdasarkan pengamatan di kelas telur A1. 36 yang bu guru paparkan bahwa komunikasi verbal dan non verbal sudah sangat mendukung dalam penyampaian pesan atau materi.2 Dalam materi yang disampaikan terkadang guru menemukan kesulitan, dikarenakan murid berisik atau jalan-jalan. Walau begitu bu guru dapat mengatasi itu semua yakni dengan memberikan peringatan yang baik terhadap si anak tersebut. Setelah guru memaparkan materi yang disampaikan kepada muridnya, kemudian guru memberikan sebuah pelatihan kepada murid untuk mengetahui apakah pesan yang disampaikan dalam materi diterima baik atau tidak. Dalam pelaksanaan pelatihan yang diberikan oleh guru, terkadang murid mendapat ketidakpahaman terhadap materi yang sudah disampaikan. Dengan terjadinya hal tersebut maka murid langsung bertanya kepada guru mengenai materi yang tidak dipahami, kemudian guru menerangkan pertanyaan yang diajukan murid tersebut dengan penerapan pola komunikasi antar pribadi. Dengan begitu terciptalah komunikasi dua arah dikarenakan murid bersikap responsif, mengajukan pendapat/pertanyaan, dengan begitu masalah yang tidak dipahami dapat terjawab langsung. Sebelum pulang, bu guru mengajak anak muridnya untuk membentuk lingkaran kelompok kecil. Sambil duduk, bu guru mengajak muridnya untuk berkomunikasi satu sama lain tentang apa yang sudah dikerjakannya selama di rumah atau di luar rumah, tentang apa yang apa disuka dan tidak disuka, tentang apa yang dialaminya di luar kelas atau pun di dalam kelas. Bu guru pun memberi 2 Wawancara Pribadi dengan Bu Guru Nurul, Jakarta, 25 Juli 2011 37 peringatan tentang apa yang harus dikerjakan dan tidak, memberi nasihat dari pertanyaan yang ada. Dengan ini diharapkan murid dapat berkomunikasi secara terbuka terhadap guru dan teman-temannya, juga bu guru dapat mengukur pengucapan dan pemahaman anak terhadap kalimat thayyibah.3 Setelah itu bu guru mengajak anak-anak bernyanyi dan berdoa sebelum pulang ke rumahnya masing-masing. Doa yang dipanjatkan sebeluum pulang yakni doa keluar rumah dan doa sesudah belajar. Doa ini dimaksudkan agar selalu bertawakal kepada Allah dalam perjalanan pulang dan doa sesudah belajar diharapkan ilmu yang sudah murid pelajari dapat diserap dengan baik. Sedangkan bernyanyi merupakan salah satu sarana yang efektif dalam menanamkan keimanan dan ketakwaan anak, mengenalkan ajaran agama kepada meraka serta mengajarakan kata-kata yang baik. Sedangkan berdoa merupakan suatu permohonan yang baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa dari apa yang akan dikerjakan dan sesudah dikerjakan. Dengan berdoa diharapkan anak terbiasa melakukan sesuatu diawali dengan berdoa. Komunikasi yang digunakan lebih kepada komunikasi interpersonal, karena ibu guru dituntut untuk menjelaskan materinya secara personal, agar murid dapat lebih paham. Sebelumnya bu guru menjelaskan materi yang disampaikan dengan jelas secara komunikasi kelompok kecil. Apabila murid tidak mengerti maka dia akan bertanya tentang materi apa yang tidak dipahaminya kepada bu guru dan seketika itu bu guru akan menjelaskannya secara personal, ini bertujuan agar anak dapat lebih memahami materi yang disampaikan. 3 Wawancara Pribadi dengan Bu Guru Nurul. 38 Pola komunikasi yang terjadi pada pembelajaran di kelas telur berupa komunikasi kelompok kecil, walau terkadang guru menerapkan pola komunikasi antar pribadi. Karena dengan komunikasi antar pribadi guru dapat memberikan pemahaman lebih dalam kepada anak, khususnya ketika anak bertanya tentang materi yang belum dipahaminya. Sebagaimana dikatakan oleh Wilbar Schramm bahwa komuniksi didasarkan atas hubungan (intune) antara satu dengan yang lain yang fokus pada informasi yang sama, sangkut paut tersebut berada dalam komunikasi tatap muka (face to face communication). Adapun komunikasi kelompok kecil dikatakan efektif, karena dapat dilihat sesuai ciri-ciri komunikasi kelompok itu sendiri, yaitu: a. Proses komunikasi dimana pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara terhadap khalayak dalam jumlah yang lebih dari dua/tiga pada tatap muka. hal ini dapat dilihat dari seorang komunikator yaitu guru dengan jumlah murid yang cukup banyak, yaitu murid-murid. b. Komunikasi berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima. Hal ini dapat dilihat dari penyampaian materi yang diberikan oleh masing-masing guru secara berkelanjuan, artinya dilanjutkan pembahasan materinya pada jam dan hari mata pelajaran tersebut. Sedangkan sumber informasi diberikan oleh guru kepada murid. c. Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. 39 Terkadang bu guru menerapkan sistem BCCT (Beyond Centre and Circle Time),4 dimana BCCT ini adalah konsep belajar dimana guru-guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari.5 Dimana guru menjadi pengarah pada permainan ini. Pada permainan berbelanja. Sebelumnya ruang kelas ditata seperti mini market, anak murid sudah siap untuk belanja di mini market. Bu guru mengarahkan anak murid satu persatu untuk masuk ke dalam mini market dan berbelanja sesuai kebutuhan. Seusai berbelanja anak murid diarahkan untuk membayar belanjaannya kepada kasir, disini terjadilah interaksi yang dimana di setiap interaksinya bu guru mengarahkan untuk menyisipkan kata-kata baik seperti Assalamu’alaikum, Alhamdulillah, dan terimakasih. Dalam penerapan BCCT ini, diharapkan murid dapat memperoleh keterampilan dan pengetahuan dari konteks terbatas. Dengan berbelanja diharapkan anak dapat memahami keadaan yang terjadi di mini market dan dapat mengadakan interaksi yang baik antara orang tua dan juga peagawai di mini market, kasir ataupun orang di sekelilingnya. Selain itu teknik yang digunakan bu guru PAUD Amanah di kelas telur dalam pengenalan kalimat thayyibah, bisa dilakukan lewat materi, membuat gambar-gambar perkata, dan interaksi bu guru kepada anak murid. Dari sini pun bu guru dapat menilai kemampuan anak dalam memahami kalimat thayyibah. 4 Wawancara Pribadi dengan Bu Guru Nurul http:// METODE PEMBELAJARAN BCCT « Prima Computer Kuala Tungkal.htm. diambil pada tanggal 20 September 2011 5 40 Proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran di PAUD Amanah, merupakan bentuk kegiatan komunikasi kelompok kecil, indikasi ini terlihat ketika seorang komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan yang berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih, kemudian komunikator menunjukkan pesannya berupa bentuk pikiran bukan perasaan komunikan. Dalam hal ini setelah komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan maka timbullah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh komunikan ketika mereka tidak memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator, sehingga ketika itu komunikator dapat merubah bentuk komunikasi tersebut menjadi komunikasi interpersonal. B. Analisis Pola Komunikasi Guru Kepada Murid dalam Mengenalkan Kalimat Thayyibah Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan di PAUD Amanah, bahwa komunikasi yang banyak digunakan oleh para guru PAUD Amanah yaitu: 1. Komunikasi Verbal Dalam pembelajaran yang berlangsung, biasanya bu guru menggunakan komunikasi verbal, yakni komunikasi berupa kata-kata. Pada saat bu guru menjelaskan materi yang akan dipelajarai pada hari itu, bu guru menjelaskannya dengan menggunakan komunikasi verbal. Dengan mengguunakan komunikasi verbal, diharapkan anak dapat mengerti penjelasan materi yang disampaikan. 41 Karena itu PAUD Amanah mengkomunikasikan kalimat thayyibah secara verbal atau dengan lisan melalui program pembelajaran yang telah diterapkan, seperti pelajaran pokok yaitu belajar membaca, belajar mengenal huruf hijaiyah, belajar mengenal huruf besar dan kecil, belajar menulis cetak, matematika, bahasa inggris, agama, juga belajar doa sehari-hari yang dilakukan setiap hari sebelum pelajaran dimulai. Kelebihan dari komunikasi lisan ini, murid lebih mudah memahami dan mengerti pesan yang disampaikan. Kelemahannya murid menjadi cepat lupa akan pesan yang disampaikan. Kegiatan komuikasi verbal yang sering penulis temui pada saat guru sedang berinteraksi dengan murid yakni dalam menerangkan materi pelajaran, berdoa, bernyanyi, bermain dan juga mengerjakan tugas di buku. Bentuk komunikasi ini juga terlihat dari cara guru menyikapi tingkah laku atau sikap muridnya ketika disuruh mengerjakan soal, jika si anak tidak mau melaksanakan apa yang bu guru perintah maka guru tersebut mencoba melakukan pendekatan dengan cara berkata lembut lalu menasehatinya. Untuk lebih mempermudah pemahaman penulis mengenai bentuk komunikasi verbal, maka penulis akan menguraikan dengan rinci, antara lain: a. Metode bercerita: adapun kegiatan lain yang sering dilakukan guru di PAUD Amanah adalah dengan bercerita. Komunikasi dengan bentuk verbal yang diantara bentuknya adalah bercerita, karena dapat membantu dan memudahkan komunikasi dua arah antara guru dan muridnya, terutama aktivitas yang memiliki relevansi dengan upaya transformasi 42 pengetahuan dalam bentuk apapun sesuai dengan tujuan guru dalam kapasitasnya sebagai subjek pendidikan. Metode bercerita cukup efektif dan mudah dimengerti oleh murid, sehingga pesan-pesan yang disampaikan dapat langsung dicerna, karena memang cerita adalah kegiatan yang mengasyikan, menyenangkan dan menggembirakan bagi mereka. Dalam masa kanak-kanak seperti ini murid sangat gampang meniru bahkan meneladani seorang yang dianggap cocok dengan mereka, hal tersebut mereka dapatkan dari cerita-cerita yang mereka dengarkan, baik lewat media maupun langsung dari penyampaian guru. Dengan bercerita, khususnya berkaitan dengan pengucapan, dalam kondisi ini murid cenderung memperhatikan nasehat dibandingkan dengan nasehat yang disampaikan dengan cara biasa. Metode belajar dengan cara bercerita, memang memiliki daya efektifitas yang tinggi terutama pesanpesan moral yang disampaikan dengan menggunakan tokoh, figur atau teladan. Namun perlu diingat bahwa salah memberikan cerita berarti salah dalam menyampaikan pesan dan dapat berakibat fatal terhadap perkembangan moral anak. Begitu pun dalam ucapan yang dipaparkan oleh guru dalam bercerita. b. Bernyanyi: dalam hal ini menyanyi adalah salah satu sarana yang efektif dalam menanamkan keimanan dan ketakwaan anak, mengenalkan ajaran agama kepada meraka serta mengajarakan kata-kata yang baik. Melalui lagu, daya imajinasi anak ditimbulkan. Lagu memudahkan mereka menerima pesan-pesan yang diberikan, membuat mereka senang dan tidak 43 jenuh. Memilih lagu yang tepat dan bermakna bagi anak sungguh sangat penting. Oleh karena itu guru dituntut sekreatif mungkin mengembangkan lagu untuk anak. c. Bermain: adalah menciptakan permainan dalam islam yaitu belajar sambil bermain. Dimana dalam bermain berusaha memberi muatan-muatan pelajaran tentang islam ke berbagai permainan yang sudah dikenal anak pada umumnya, seperti mewarnai kata Alhamdulillah dengan cat warna, bermain sentra imtaq yakni permainan tentang agama seperti praktek shalat,6 mencari huruf dan lain-lain. Setiap permainan yang ada mempunyai tujuan masing-masing. Menggunakan BCCT (Beyond Centre and Circle Time), biasanya bermain peran antara guru dengan murid, contohnya bermain peran makro temanya tentang anak sholeh, menonton video/film tentang anak sholeh.7 Dengan bermain melalui sistem BCCT (Beyond Centre and Circle Time) diharapakan anak dapat lebih mudah memahami peran yang dilakukannya dan dapat mengambil kesimpulannya. Di sini guru berperan sebagai pengawas, motivator dan fasilitator. Dalam penyampaian pesan, guru menggunakan bahasa yang mudah dipahami atau menggunakan bahasa yang ringan/sederhana, mudah dimengerti oleh anak-anak, sehingga pesan yang disampaikan mendapat umpan balik yang positif yang diikuti serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu 6 7 Wawancara Pribadi dengan Bu Guru Nurul. Wawancara Pribadi dengan Bu Guru Nurul . 44 komunikasi verbal berperan penting dalam penyampaian pesan agama terhadap anak-anak. Para guru PAUD dalam penyampaian materi atau pesan, menggunakan komunikasi verbal ataupun lisan. Guru menyampaikan materi tentang doa seharihari, berkata baik secara bertahap dan berlang-ulang. Agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh komunikan atau murid maka komunikasi verbal harus dilakukan secara berulang-ulang. 2. Komunikasi Non Verbal Dalam berkomunikasi selain menggunakan komunikasi vebal juga memakai komunikasi non verbal yang biasa disebut bahasa isyarat atau bahasa diam. Karena sifat alamiah yang dimiliki anak-anak meniru (apa yang didengar dan dilihat pada saat itu) seperti keadaan yang terjadi di lingkungan PAUD Amanah. Maka guru selaku komunikator disarankan sebaiknya menggunakan verbal didukung dengan komunikasi non verbal. Komunikasi seperti ini perlu dilakukan agar penyampaian materi benar-benar dipahami oleh anak-anak. Dari hasil pengamatan penulis, selama ini guru menggabungkan komunikasi verbal dan komunikasi non verbal dalam setiap penyampaian pesannya berupa bercerita ataupun materi dan menegur muridnya yang sedang bercanda. 45 Dalam proses pembelajaran guru menggabungkan komunikasi verbal dan non verbal, diantaranya: a. Guru sedang bercerita. Dengan merubah mimik mukanya sesuai dengan isi cerita yang disampaikan. b. Kegiatan bernyanyi, seperti guru menggerak-gerakkan kedua tangannya sesuai irama nyanyian. c. Guru mendisiplinkan anak. Ketika ada seorang murid bercanda di tengahtengah guru menjelaskan materi yang disampaikan, guru langsung menegurnya dengan lembut dengan jari telunjuk diletakkan di depan mulut dengan isyarat tidak boleh berisik. 3. Komunikasi Antar Pribadi Kelebihan dari komunikasi antar pribadi ini yakni anak mendapat rangsangan (stimuli) dari pesan yang telah disampaikan dan dapat menimbulkan feed back (umpan balik) pada diri anak. Sedangkan kelemahannya yaitu karena melihat sifat anak berbeda-beda, maka hal ini tentu saja ada yang mudah menerimanya dan ada juga yang sulit. Dalam komunikasi pribadi, guru berupaya mempengaruhi dan mengendalikan perilaku anak melalui pendekatan psikologis. Komunikasi antar pribadi digunakan untuk pembinaan akhlak anak atau memasukan nilai-nilai islam ke dalam diri anak. Murid diajarkan untuk berkata baik dengan mengucapkan salam ketika bertamu ke rumah teman, mengucapkan kata Alhamdulillah sehabis melakukan suau pekerjaan. Hal ini efektif untuk membina ucapan anak sejak dini. 46 Pada diri manusia, khususnya anak-anak terdapat unsur psikologis seperti simpati, imitasi, emosi, sugesti dan lain-lain. Dengan adanya unsur psikologis tersebut, komunikasi antara komunikator dengan komunikan akan mudah terjadi. Dengan demikian, untuk melakukan aktivitas pembelajaran atau mengkomunikasikan pesan, baik itu pesan yang mengandung unsur agama atau umum, komunikator perlu memiliki syarat-syarat dan kemampuan tertentu agar dapat menyampaikan pesannya sesuai dengan harapan yang dicita-citakan dan memperoleh hasil yang maksimal. Untuk mewujudkan kondisi pembelajaran yang kondusif, seorang pendidik harus mampu berinteraksi dengan murid, bahkan harus mampu menciptakan suasana yang kondusif setiap kali aktivitas dilakukan. 4. Komunikasi Kelompok Kecil Komunikasi kelompok kecil merupakan komunikasi antara seorang dengan dua orang atau lebih secara bersama-sama yang membentuk suatu kelompok. Proses pembelajaran yang terjadi di PAUD Amanah yakni pola komunikasi kelompok kecil. Karena dalam komunikasi kelompok kecil memungkinkan terjadinya interaksi komunikasi secara pribadi. Dengan menggunakan pola komunikasi kelompok, bertujuan untuk menjadikan anak murid saling berinteraksi satu sama lain tentang hal yang sudah dilakukan atau yang dialami, saling berbagi tentang hal apa yang disukainya. Sehingga diharapakan anak mempunyai sikap terbuka terhadap apa yang sudah dilakukannya. Dan juga bu guru dapat mengukur tingkat kemampuannya dalam pengucapan dan pemahaman terhadap kalimat thayyibah, hal ini dilakukan ketika 47 bu guru mengajukan pertanyaan yang memancing anak untuk merespon pertanyaan guru. Dengan demikian, pola komunikasi yang digunakan dalam meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengucapan terhadap kalimat thayyibah pada murid berdasarkan pengamatan dan wawancara, bahwa lebih efektif menggunakan pola komunikasi kelompok kecil dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas secara tatap muka, hal ini membuat murid merasa lebih nyaman dan lebih konsentrasi dalam memahami materi yang disampaikan karena proses yang berlangsung secara berkelanjutan. Dan juga dapat meningkatkan pengetahuan anak terhadap kalimat thayyibah. Terkadang bu guru menggunakan komunikasi antar pribadi yang bersifat tatap muka. Komunikasi antar pribadi dilakukan ketika ada seorang murid tidak paham dengan materi yang disampaikan, atau ada saja murid yang mencari perhatian dengan pura-pura tidak mengerti. Dalam situasi kelompok kecil, guru sebagai komunikator lebih dapat memperhatikan umpan balik (feed back) murid, pada saat guru melihat bahwa umpan balik yang terjadi pada murid bersifat negatif, maka respon murid seperti ini dapat segera diketahui oleh guru, karena prosesnya yang bersifat tatap muka. Umpan balik yang diperlukan oleh guru adalah bersifat verbal, karena komunikasinya ditunjukkan kepada kognisi murid. Jadi permasalahan mengerti atau tidak semuanya harus dikatakan dengan kata-kata. Namun pada akhirnya sejalan dengan komunikasi yang berlangsung, Proses komunikasi sekunder juga diperlukan untuk menerapkan kalimat thayyibah pada anak, yakni dengan memadukan lambang bahasa dengan komunikasi 48 berlambang gambar dan warna. Akan tetapi, para komunikolog mengakui bahwa keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesanpesan yang bersifat informatif. Menurut mereka efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangka acuan komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya umpan balik berlangsung seketika dalam arti kata komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu juga. Untuk menciptakan proses komunikasi pendidikan yang baik harus didukung oleh semua komponen pendidikan terutama guru dan murid, akan tetapi dalam hal ini guru atau pendidik memiliki tempat paling strategis dalam proses komunikasi dua arah antara guru dan murid. Dengan demikian, menjadi seorang guru dibutuhkan kemampuan yang maksimal jika ingin menciptakan kondisi pembelajaran yang baik sehingga outputnya pun terlahir dengan baik pula. Diantara kemahiran yang harus dimiliki seorang guru antara lain adalah kemampuannya di bidang umum seperti: bercerita, menyanyi, menggambar, bermain dan lain-lain, dimana syarat-syarat tersebut merupakan syarat standar yang harus dimiliki seorang pendidik. Adapun kemampuan-kemampuan yang lainnya hanya cukup sebagai pelengkap kesempurnaan mereka. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan, penulis dapat mengambil kesimpulan, yakni sebagai berikut: 1. Aktivitas komunikasi guru dan murid di PAUD Amanah dalam mengenalkan kalimat-kalimat thayyibah adalah komunikasi verbal dan non verbal dalam penyampaian pesan atau materi, contohnya pada proses pembelajaran dan pada saat bu guru bercerita.1 Penyampaian materi secara verbal dan non verbal sudah dianggap sangat mendukung. 2. Teknik Komunikasi yang dipakai dalam mengenalkan murid terhadap kalimat thayyibah yakni menggunakan pola komunikasi kelompok kecil dalam memberi pengetahuan tentang kalimat thayyibah, sedangkan pola komunikasi antar pribadi secara tatap muka untuk menilai pengucapan dan pemahaman murid terhadap kalimat thayyibah. Berdasarkan teori Wilbar Schramn yang mengatakan bahwa komunikasi didasarkan atas hubungan (intune) antara satu dengan yang lain yang fokus pada informasi yang sama, indikasi tersebut berada dalam komunikasi tatap muka. Komunikasi antar pribadi terjadi pada saat bermain peran secara makro, ketika guru memberikan pertanyaan dan tugas. Pada situasi ini timbal 1 Berdasarkan Pengamatan di Kelas Telur A1 pada tanggal 10 Juni 2011 pukul 09.00 WIB 49 50 balik (feed back) langsung terjadi, murid dapat lebih terbuka untuk bertanya mengenai permasalahan yang berkaitan dengan materi maupun dalam permasalahan sehari-harinya. Sedangkan pola komuikasi yang dipakai dalam proses pembelajaran sehari-hari adalah pola komunikasi kelompok kecil yang memungkinkan terjadinya komunikasi antar pribadi. 3. Dalam proses pembelajaran, teknik komunikasi yang digunakan dalam mengenalkan kalimat-kalimat thayyibah yang diterapakan oleh guru sudah cukup baik. Disebabkan penerapan pola komunikasi yang sudah terencana. Kemudian pesan yang disampaikan menggunakan lisan dan lambang, sehingga menimbulkan kesamaan pengertian antara komunikan dan komunikator, dan pesan tersebut memberikan respon pada komunikan serta menimbulkan feedback dari komunikan. Jenis komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia berhubung proses yang dialogis.2 4 Penerapan pola komunikasi dalam mengenalkan kalimat thayyibah sudah cukup berhasil hal ini dapat dilihat dari mengucapkan salam sebelum melakukan sesuatu dan sesudah melakukan sesuatu kegiatan. 2 2, h. 12 Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), Cet. Ke- 51 B. Saran-saran 1. Kepada Lembaga yang terkait agar lebih menekankan dan membiasakan kepada murid untuk selalu mengucapkan kata-kata yang baik. Agar lebih terbiasa untuk selalu mengucapkannya dan tertanam hingga dewasa nanti. 2. Untuk para orang tua murid agar lebih mampu membina anaknya untuk mengetahui, mengucapkan dan memahami kata-kata yang baik sejak dini. Karena segala sesuatu yang tertanam sejak dini, akan memberikan hal yang positif di masa yang akan datang. 3. Untuk masa yang akan datang diharapkan terjadi perkembangan yang lebih pesat terhadap pengucapan kalimat thayyibah di lingkungan PAUD Amanah. Dengan melakukan peningkatan guru pengajar dan penambahan sarana dan prasarana, agar terciptanya kualitas dalam diri murid yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA BUKU Alkali, Asad M. Kamus Indonesia Arab. Jakarta: Bulan Bintang, 1987. Asnawir, Basyiruddin Usman. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Darazat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 2003. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. edisi ke-3 Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Effendy, Onong Uchjana. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Alumni, 1981. -----------------------------, Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. --------------------------, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002. --------------------------, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990. --------------------------, Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung: CV. Mandar Maju, 1998. --------------------------, Spektrum Komunikasi. Bandung: Bina Cipta, 1998. Glasse, Cyril. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002. Ismail, Asep Usman. Zikir, dalam Ensiklopedi Tasawuf. Bandung: Angkasa Bandung, 2008. Mangiri, S. K. Analisis Kebijakan Pembinaan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri, 1997. 52 53 Moleong, Lexi J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999. Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. ---------------------, Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Mustofa, Agus. Dzikir Tauhid. Surabaya: Padma Press, 2006. Potret Pengaruh. Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini di Indonesia. Jakarta: Forum PADU, 2004. Puis A, Partanto, M. Dahlan Al-barty. Kamus Besar Bahasa Ilmiah Popular. Surabaya: Arkola, 1994. Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Sendjaya, Sasa Djuarsa. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993. --------------------------, Teori Komunikasi. Jakarta: Univrsitas Terbuka, 2002. Soemanto, Wasty. Psikolagi Pendidikan. Malang: PT. Renika Cipta, 1990. Tebba, Sudirman. Nikmatnya Tahlil. Tangerang: Pustaka irVan, 2008. Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasavina, 2004. Yusuf, Pawit M. Komunikasi Intruksional Teori dan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. 54 INTERNET Artikel diakses pada tanggal 20 April 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kata. Artikel diakses pada tanggal 1 Mei 2011 dari http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/ dan http://www.jugaguru.com/paud Artikel diakses pada tanggal 20 Mei 2011 dari www.alkararis.com/seven-7 kalimat-thayyibah.html HASIL WAWANCARA Pola Komunikasi Guru Dan Murid Dalam Meningkatkan Kalimat Thayyibah Pada PAUD Amanah Di Benda Tangerang Nama Informan : Nurul Ma’wah A.md Jabatan : Guru Kelas Telur A1 Umur Informan : 21 Th Tanggal Wawancara : 25 Juli 2011 Waktu Wawancara : 10.52 WIB Tempat Wawancara : PAUD Amanah 1. Bagaimana bu guru berkomunikasi dengan murid agar mudah dipahami oleh murid? Dengan cara mendekatkan diri kepada murid dan melihat keadaan apa yang diinginkan oleh murid, dengan kata lain bu guru paham dengan apa yang murid kehendak. 2. Bagaimana bu guru memilih kalimat/kata yang baik agar dapat dipahami oleh murid? Melalui kegiatan sehari-hari, seperti mengucapkan salam sebelum melakukan kegiatan dan sesudah melakukan kegiatan. 3. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan dalam peningkatan pengetahuan terhadap kalimat thayyibah pada murid di PAUD Amanah? Menggunakan Sentra Imtaq dengan dikembangkan ke dalam berbagai kegiatan. Sentra Imtaq seperti praktek shalat, bermain tentang mengenali keagamaan dengan pola komunikasi kelompok. 4. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan dalam peningkatan pengucapan terhadap kalimat thayyibah pada murid di PAUD Amanah? Menggunakan BCCT (Beyond Centre and Circle Time), biasanya bermain peran antara guru dengan murid, contohnya bermain peran makro temanya tentang anak sholeh atau menonton video/film tentang anak sholeh. 5. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan dalam peningkatan pemahaman terhadap kalimat thayyibah pada murid di PAUD Amanah? Dengan memberikan tugas di rumah agar dapat dibantu oleh orang tuanya agar lebih paham. 6. Pola komunikasi apa yang paling efektif dalam penyampaian pesan? Apakah dengan komunikasi verbal (dengan ucapan) atau dengan komunikasi non verbal (dengan gerakan)? Dengan Komunikasi verbal dan non verbal karena keduanya mendukung dalam proses penyampaian pesan. 7. Bagaimana bu guru mengukur kemampuan anak dalam memahami kata-kata yang baik? Dengan sering memberikan pertanyaan dan melakukan kegiatan bermain di Sentra Imtaq. 8. Bagaimana bu guru mengukur kemampuan anak dalam mengucapkan katakata yang baik? Ketika si anak mampu menjawab dan mamahami pertanyaan guru. 9. Bagaimana pola mengajar ibu, agar materi yang disampaikan dapat dimengerti? Dengan membuat Lesson Plan atau Satuan Kerja Mingguan (SKM). 10. Menurut ibu, apakah pola komuikasi yang dipakai sudah berhasil dalam peningkatan pengetahuan, pengucapan dan pemahaman murid-murid terhadap kalimat thayyibah? Sejauh ini sudah cukup berhasil karena bahasa verbal dan non verbal sudah mendukung. 11. Bentuk komunikasi apa yang paling mudah dipahami anak-anak dalam peningkatan pengetahuan, pengucapan dan pemahaman murid-murid di PAUD Amanah terhadap kalimat thayyibah? Untuk peningkatan pengetahuan bentuk komunikasinya adalah komunikasi kelompok, sedangkan untuk peningkatan pengucapan dan pemahaman secara komunikasi personal. Guru PAUD Amanah Lampiran-lampiran Pada Saat Pembelajaran Berlangsung