pola komunikasi guru dan murid dalam mengenalkan kalimat

advertisement
POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID DALAM MENGENALKAN
KALIMAT THAYYIBAH PADA PAUD AMANAH DI BENDA
TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk memenuh persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh
Rizki Amelia
NIM: 107051002948
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
I I0Z
VITIV)VT
HV'I-InIVAYOIH dltlYz\S ltlO'JgN IAIV'ISI SVIISUflAINn
ISV)INIIIAIO) N'\i'II NVO IIYA\>IVO NW.II SV.LINXVd
INV'ISI N\ilUYIAN8d NVO ISVXINNIAIOX NVSNUNf
IOOITOI6 6II7,LAO96I :dIN
dosy.g -rq
YtrAl'IIBnrsI uurusll
>-
ue8urqurg qe^\pg rC
8t6Z00IS0r0I 'I irN
VIAilAiY DIZru
:riolo
0'sos'S) rrrelsl lersos euefueg
"re1ag
qeloreduey4l uelurefsre4 rqnueuet{ In}un
Isultunt'uo)I
null
uup qu/\\)pc nUIII sBllnlpg epedey uelnlerq
ISdIES
SNYTItrCNYI
YONItrfl IO HYNYhIY OOV.I YOY<I HVBIAAYHI IVI^IIrI\/-X
N\TXTYNISONSHI hIYTY(I OIUNI^I NVO NUNC IS\ilXININhIOX Y-IOd
EA} Z
IOO
I
€0166I IZL0096I 'dIN
Surqunqiuo4
I00 z 80966I ZZt0696t 'dIN
pd'w'llE^eprH InrnN'Bro
t0966r
--
(]V YY
\\-,1WAML
l
rfnEue;
u1o63uy
9I8OTL6I
eloE8ue delEuetaru srr€leDlos
ulo8Eue delSuereru
enlo)
qufsebuunl4l Suup;g u$luud
,egv4e1
i I0Z requotdes 6I
(tU) Lu€lsl Lrererdueg rseliunuo) pnls
uielEord epud (1 'sos 'S) Lu€lsl letsos euel:eg :ele8 qre-reru
Inllrn 1e.ru.(s n]€s qBIBS ie3eqes
errrrslrp qelo] rur rsdr"n15 'l I0z requraldeS 61 1u33ue1 upud uge>1u1 qellnlefuprg
Jrru,(g 511n
Isu{runuo) u€p qe,\\)iuq sutlnleC qe,(sebermu Bueprs Luel"p ue4fnlp qEIo} ,CNyUflCNVI
Y(Ngg IO HYNYIAIV (INYd VOYd IIVflIAAYHJ, IYWI'IYX N\il)I]YNSCNSIAI
IAIYTYC OIUOIAI NV(I OUnC ISV)INInIAIOX y.IOd lnpnfteq Sued rsdr:15
NIYI{YS
g)N gd UYfl IAIg'I
ABSTRAK
RIZKI AMELIA
107051002948
Pola Komunikasi Guru Dan Murid Dalam Mengenalkan Kalimat Thayyibah
Di PAUD Amanah Benda Tangerang
Komunikasi merupakan landasan utama dalam kehidupan. Kata atau
ucapan merupakan salah satu unsur dalam sebuah pesan yang disampaikan dalam
komunikasi. Salah satu fungsi komunikasi adalah mendidik dan membimbing,
salah satunya dengan menanamkan kalimat thayyibah (kata-kata yang baik)
kepada anak sejak dini. Pendidikan Anak Usia dini bertujuan membantu
meletakan dasar ke arah perkembangan, sikap, perilaku, pengetahuan,
keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya serta untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
Dalam penelitian yang dilakukan, penulis ingin mengetahui bagaimana
pola komunikasi guru kepada murid dalam mengenalkan kalimat thayyibah pada
anak di PAUD Amanah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yang dilakukan di PAUD
Amanah yaitu deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan
tahapan penelitian observasi atau pengamatan langsung, wawancara, dan
dokumentasi, lalu menggunakan teknik analisis data dan teknik keabsahan data.
Sehingga dapat diketahui apa pola komunikasi yang diterapkan guru dalam
mengenalkan kalimat thayyibah pada proses pembelajaran di PAUD amanah.
Dari hasil temuan di lapangan, penulis dapat menyimpulkan bahwa pola
komunikasi yang digunakan guru dalam mengenalkan murid terhadap kalimat
thayyibah yakni menggunakan pola komunikasi kelompok kecil dalam memberi
pengetahuan tentang kalimat thayyibah, sedangkan pola komunikasi antar pribadi
untuk menilai pengucapan dan pemahaman murid terhadap kalimat thayyibah,
dengan proses penyampaiannya secara komunikasi verbal dan non verbal. Pola
komunikasi yang diterapkan sudah cukup efektif, dan juga sesuai dengan teori
Wilbar Schramn bahwa komunikasi di dasarkan atas suatu hubungan (intune)
antara satu dengan yang lain yang fokus pada informasi yang sama, sangkut paut
tersebut berada pada tahap komunikasi tatap muka. Dalam hal ini pendidikan di
sekolah merupakan penyampaian informasi dari komunikator (guru) kepada
komunikan (murid) yang dilakukan secara tatap muka, baik dalam komunikasi
antar pribadi ataupun komunikasi kelompok.
Pola komunikasi yang digunakan guru dalam mengenalkan kalimat
thayyibah pada murid sudah cukup efektif. Hal ini terlihat dari ucapannya yakni
mengucapkan salam sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu tertuju atas kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT dan
juga kekasihnya Muhammad SAW. Karena Maha Sempurna yang dimilikinya,
hingga terasa kemudahan dalam menjalani penyusunan skripsi ini hingga selesai.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, akhirnya skripsi ini dapat
selesai dengan baik. Berbagai rintangan penulis hadapai dalam proses penulisan
ini, tetapi itu semua dapat terkendali karena sebuah kerja keras dan doa yang
selalu dipanjatkan. Penulis mengucapkan beribu-ribu terimakasih terhadap kedua
orang tua karena doa dan semangatnya yang tiada henti-henti, begitu pun untuk
sang kakak dan adik-adik tercinta, yang kerap kali memberi kesenangan ketika
penulis merasa kurang baik.
Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penulisan skripsi ini, diantaranya adalah:
1. Bapak Dr. Arif Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, kepada bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, bapak
Drs. Mahmud Jalal, M.A selaku Pudek II dan bapak Drs. Study Rizal LK,
M.A selaku Pudek III di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Kepada Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Drs. Jumroni. M.Si dan Sekretaris Ibu Umi Musyarofah, M.A.
ii
3. Bapak Dr. H. Asep Usman Ismail, M.A selaku dosen pembimbing, yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan arahan dan
petunjuk pada setiap proses penulisan skripsi ini.
4. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan
dedikasinya sebagai pengajar yang telah memberikan berbagai arahan dan
bimbingan kepada mahasiswa selama masa perkuliahan.
5. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu dalam
penyediaan buku-buku tentang judul yang penulis teliti.
6. Kepada Kepala Yayasan PAUD Amanah Ibu Hj. Selvia Agustin yang telah
memberikan izin penulis untuk meneliti di PAUD yang dikelolanya. Ibu
Nurul Ma’wah salah satu pengajar di kelas telur di PAUD Amanah, yang
dengan senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam
proses penelitiannya. Dan juga seluruh staf pengajar di PAUD Amanah.
7. Keluarga besar KPI Angkatan 2007. Khususnya teman-teman KPI A
angkatan 2007 yang selalu mengingatkan penulis untuk selalu bersemangat
dalam proses penulisan skripsi ini, yang selalu memberikan canda dan tawa.
8. Teman-teman KKN Crew 21.
9. Buat KMM RIAK dan para Riakers, sebagai wadah yang dapat menampung
setiap kegelisahan yang kerap kali menderu dan keberadaannya dapat
menhilangkan kejenuhan yang datang.
10. Teman-teman kosan jajah, syae, raisha, tanti, neni, umun yang selalu
memberi semangat kepada penulis.
iii
11. Serta seluruh pihak yang yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi
ini secara langsung atau pun tidak langsung.
Penulis menyadari betul bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, tetapi walalu bagaimana pun penulis berusaha untuk memberikan
yang terbaik dari ketidaksempurnaan yang ada. dengan demikian segala saran dan
kritik yang tertuju pada penulisan ini, penulis terima dengan lapang dada dan
ikhlas. Semoga Allah dapat membalas segala kebaikan yang yang penulis terima,
amiin yaa robbal ‘alamiin. Terima kasih.
Jakarta, 19 September 2011
Rizki Amelia
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………….......................
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………...
v
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………….
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………….
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………...
5
D. Tinjauan Pustaka…………………………………….
5
E. Metodologi Penelitian……………………………….
7
F. Sistematika Penulisan………………………………..
12
KAJIAN TEORI
A. Komunikasi…………………………………………
13
1. Pengertian Komunikasi…………………………
13
2. Pola Komunikasi………………………………..
15
B. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)………………
17
1. Pengertian PAUD……………………………....
17
2. PAUD dan Pendidikan Agama…………………
20
C. Kalimat Thayyibah………………………………….
23
1. Pengertian Kalimat Thayyibah………………….
23
2. Ungkapan Kalimat Thayyibah………………….
24
GAMBARAN UMUM
A. Profil PAUD Amanah………………………………
29
B. Visi dan Misi……………………………………….
30
v
BAB IV
C. Sejarah Berdirinya…………………………………..
30
D. Struktur Kepanitian…………………………………
32
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Penerapan Pola Komunikasi Dalam mengenalkan
Kalimat Thayyibah…………………………………..
34
B. Analisis Pola Komunikasi Dalam mengenalkan
Kalimat Thayyibah…………………………………..
BAB V
40
PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………… 49
B. Saran………………………………………………….. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah hubungan kontak antar manusia baik individu maupun
kelompok. dengan berkomunikasi manusia melakukan suatu hubungan karena
manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan
membutuhkan satu sama lainnya. Hubungan individu dapat dilakukan dengan
berkomunikasi.1
Sehingga disadari atau tidak, kata-kata merupakan elemen terkecil dalam
sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.2 Setiap kata-kata
yang terucap pun merupakan simbol dari kepribadian seseorang. Kata-kata baik
yang terucap mencerminkan kepribadian yang baik, begitupun sebaliknya.
Seorang anak yang dibiasakan sejak kecil dengan perkataan baik, dia akan
terbiasa menggunakan kata yang baik hingga dewasa.
Faktor komunikasi sangat mendukung dalam perkembangan proses belajar
mengajar. Dengan adanya komunikasi yang baik dan efektif maka akan
menimbulkan hal yang positif. Komunikasi yang baik antara guru dan murid maka
akan terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Perkataan yang terucap
oleh guru dalam mengajarnya pun mempunyai peran yang sangat penting, bahkan
jika muridnya adalah anak-anak usia prasekolah. Sehingga dengan demikian
1
Toto Tasmora, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaga Media Pratama, 1997), Cet. ke-2, h.
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Kata. Diakses pada tanggal 20 April 2011.
6
1
2
diperlukan konsep pola komunikasi antara guru dan murid yang baik agar proses
belajar mengajar pun menjadi efektif.3
Pada pola komunikasi pembelajaran, terkadang guru (komunikator) tidak
dapat menyampaikan pesannya dengan baik karena murid (komunikan) sulit
dalam memahami pesan apa yang disampaikan oleh guru. Sulitnya siswa dalam
memahami pesan yang disampaikan guru, disebabkan karena berbagai hal yang
terjadi dalam komunikasi, salah satunya dalam konteks situasional. Hal tersebut
dapat diselesaikan jika komunikator peka terhadap reaksi komunikaan yang
diekspresikan melalui bahasa tubuhnya.4
Pendidikan usia dini yang berlangsung di Taman Kanak-kanak bertujuan
membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan,
keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.5
Keberhasilan pendidikan ada hubungannya dengan keterampilan guruguru dalam mengelola pembelajaran.6 Karena pembelajaran merupakan perilaku
inti dalam proses pendidikan, yang memungkinkan anak didik dan pendidik
berinteraksi. Interaksi belajar mengajar ditunjang oleh beberapa faktor, antara
lain: Tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, alat dan fasilitas pendidikan,
metode mengajar, materi pelajaran dan lingkungan. Psikologi pendidikan
3
Lihat: Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 33
4
Lihat: Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 11
5
S. K. Mangiri, Analisis Kebijakan Pembinaan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia,
(Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen dalam Negeri, 1997). h. 133
6
Wasty Soemanto, Psikolagi Pendidikan, (Malang: PT. Renika Cipta, 1990), h. 6
3
berusaha untuk mewujudkan tindakan psikologis yang tepat di dalam interaksi
antar setiap faktor pendidik tersebut.7
Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui
interaksi
komunikasi
dalam
proses
pembelajaran
yang
dilakukannya.
Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada
kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya. Karena pada
hakikatnya persoalan pokok dalam komunikasi adalah pesan, baik pesan yang
verbal maupun non verbal. Pesan yang paling baik terkandung kata-kata yang
baik.8
Anak merupakan titipan Tuhan yang Maha Kuasa. Dalam pertumbuhan
dan perkembanganya, anak mempunyai masa emas yakni pada usia 0 sampai 6
tahun. Hendaknya setiap pendidikan menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi
anak sangat diperlukan dalam pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan
sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan tersebut
akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan
bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyah lagi karena telah masuk
menjadi bagian dari pribadinya.9 Begitu juga dalam penanaman kata-kata yang
baik. Jika perkataan yang baik ini diajarkan kepada anak sejak dini, maka akan
tertanam kata-kata yang baik hingga dewasa.10
Pada umumnya proses pembelajaran merupakan suatu komunikasi tatap
muka dengan kelompok yang relatif kecil, meskipun komunikasi antara guru dan
murid dalam kelas itu termasuk komunikasi kelompok, sang guru dapat
7
Wasty Soemanto, Psikolagi Pendidikan, h. 9
http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/. Diambil pada
tanggal 01 Mei 2011
9
Zakiyah Darazat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. 21
10
Lihat: Q. S. Al-Isra’/17 : 53
8
4
mengubahnya menjadi komunikasi interpersonal dengan menggunakan metode
komunikasi dua arah atau dialog yang memungkinkan guru menjadi komunikator
dan murid menjadi komunikan.11
Berdasarkan latar belakang ini penulis terdorong untuk menelusuri
bagaimana pola komunikasi yang terjadi antara guru dan murid dalam memahami
kalimat thayyibah pada anak di PAUD, sehingga menggugah penulis untuk
mengangkat permasalahan ini dengan judul:
“Pola Komunikasi Guru dan Murid Dalam Mengenalkan Kalimat
Thayyibah Pada PAUD Amanah Di Benda”
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Masalah yang akan diteliti pada penulisan skripsi ini dibatasi pada
komunikasi guru dan murid yang terjadi pada proses pembelajaran di PAUD
Amanah.
2. Perumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan dan mempermudah mencari data, maka
penulis merumuskan permasalahan pada pembahasan ini yaitu;
a. Bagaimana pola komunikasi guru kepada murid dalam mengenalkan
kalimat-kalimat thayyibah di PAUD Amanah?
11
Lihat: Pawit M. Yusuf, Komunikasi Intruksional Teori dan Praktek, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), h. 53
5
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mengetahui dan memahami pola komunikasi yang digunakan
guru kepada murid dalam mengenalkan kalimat thayyibah di PAUD
Amanah.
Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Secara Akademis, penulisan ini dapat berguna dalam menambah
khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu komunikasi.
2. Secara praktis, dapat menyumbangkan kontribusi yang besar bagi
peneliti, bagi akdemisi ilmuan komunikasi, bagi mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah, khususnya mahasiswa jurusan KPI, bagi praktisi
dakwah, praktisi komunikasi media massa dan juga dapat dijadikan
acuan oleh para instruktur yang menyampaikan materi untuk
mengenalkan kalimat thayyibah pada anak di PAUD Amanah.
D.
Tinjauan Pustaka
Berikut ini judul-judul skripsi di jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
yang membahas pola komunikasi guru dan murid, yang mempunyai sedikit
kesamaan pada skripsi yang akan penulis teliti, diantaranya sebagai berikut:
No.
1
Penulis
Agus Ratina
Judul
Tahun
Pola Komunikasi Dalam pembinaan Akhlak
2009
Siswa MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta
Selatan
6
2
Nurhasanah
Pola Komunikasi Guru Dan Murid Dalam
2010
Penerapan Nilai Keislaman Di MAN 7
Jakarta.
3
Laly Syahidah
Pola Komunikasi Antar Guru Agama Dan
2009
Murid Di SMP An-Nurmaniyah
4
Muhammad Haris
Penanaman Pola Komunikasi Antara Guru
2008
Dan Murid Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler
Pada Bidang Aplikasi Komputer
5
Rosalina
Pola Komunikasi Guru Dan Murid Pada
2009
Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar
Judul yang pertama mempunyai kesamaan pada objeknya. Kesimpulan
pada penelitian ini adalah pola komunikasi yang digunakan oleh guru lebih
cenderung menggunakan komunikasi kelompok artinya pola komunikasi
kelompok yang bersifat dua arah. Pada judul kedua terdapat kesamaan pada
metode penelitiannya yakni menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Pola komunikasi yang digunakan pada judul ini adalah dengan
komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok dengan sifat tatap muka. Judul
ketiga, mempunyai kesamaan pada metode penelitian dan objeknya. Kesimpulan
yang diambil pada judul ini adalah pola yang dipakai pada kegiatan belajar
mengajar yakni proses komunikasinya secara linear yaitu proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.
Pada judul keempat mempunyai kesamaan pada metode penelitian.
Kesimpulan pada penelitian ini yakni pola komunikasi yang digunakan adalah
pola komunikasi kelompok kecil yang bersifat tatap muka. Selanjutnya judul
kelima mempunyai kesamaan pada metode penelitian serta subjek dan objeknya,
kesimpulan yang diambil pada penelitian ini yakni pola komunikasi guru – murid,
7
murid – guru, murid – murid. Dengan demikian, kelebihan pada skripsi yang
penulis teliti yakni membahas pola komunikasi antara guru dan murid di PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini) dalam meningkatkan kalimat thayyibah.
E.
Metodologi Penelitian
Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diperlukan maka metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:12
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang penulis gunakan adalah dengan menggunakan
metode deskriptif yakni metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi
tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung).13 Metode
deskriptif dapat diartikan pula sebagai upaya untuk melukiskan variabel demi
variabel, satu demi satu, sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat dan lainnya) pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Pada umumnya penelitian
analisis deskriptif adalah penelitian non hipotesa sehingga dalam langkah
penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesa.14
Metode deskriptif bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat
12
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), Cet. Ke-13, h. 111
13
Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengntar Metode Penelitian, (Jakarta; Penerbit Universitas
Indonesia (UI Press), 2006), cet. 1, hal. 71
14
Dr. Suhasimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta; PT. Bina Aksara, 1985), Cet. Ke2, hal. 139
8
(Isaac dan Michael: 18).15 Penelitian ini pun ditujukan untuk mengumpulkan data
aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah
atau memeriksa kondisi atau praktek-praktek yang berlaku, juga menentukan apa
yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari
pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang
akan datang.16
2. Pendekatan Penelitian
Disini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dimana pendekatan
kuualitatif adalah metode penelitian yang dihasilkan dari data-data yang
dikumpulkan dan berupa kata-kata serta merupakan suatu penelitian ilmiah.
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari
orang-orang atau perilaku yang diamati.17
Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti ingin menggambarkan dan
menggali informasi yang jelas mengenai pola komunikasi atau yang sesuai dengan
perumusan masalah yang ada pada PAUD Amanah.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif memberi maksud yakni penulis dapat memaparkan, menjelaskan dan
menggambarkan dengan sangat jelas penemuan yang ada pada PAUD Amanah
mengenai perumusan masalah yang diteliti.
15
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 22
16
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya,
2006), cet. 12, hal. 25
17
Lexi J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-10, h. 3
9
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas Telur di PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini) Amanah di Jl. Husein Sastra Negara Kp. Rawa Bokor Gg.
Kemandoran II Rt.02/03 Kec. Benda Kel. Benda, Tangerang 15125. Dengan
waktu penelitian mulai dari tanggal 29 Mei 2011 sampai 12 juni 2011, yang
dilakukan setiap hari sesuai pada hari pembelajaran berlangsung. Dan sebelumnya
penulis terlebih dahulu melakukan survey izin penelitian yang dilakukan pada
tanggal 20 Februari 2011.
4. Subjek dan Objek
Subjek dalam penelitian ini adalah guru, selaku pemberi arahan terhadap
anak muridnya mengenai pelajaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan yang menjadi objek penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah pola
komunikasi yang digunakan guru kepada murid untuk mengenalkan kalimatkalimat thayyibah di PAUD Amanah.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Merupakan salah satu cara penelitian pada ilmu-ilmu sosial, cara ini bisa
hemat biaya dan dapat dilakukan oleh seorang individu dengan menggunakan
mata sebagai alat melihat data serta menilai keadaan lingkungan yang dilihat.
Dalam hal ini, penulis menggunakan instrumen observasi dalam mengamati
proses pembelajaran yang terjadi di kelas Telur di PAUD Amanah.
b. Wawancara
Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu
untuk
mendapatkan data yang kongkret dari hasil pertanyaan-pertanyaan yang
10
diajukan.18 Dalam wawancara ini yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan
data yakni dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung
kepada seorang guru yang mengajar di kelas Telur, mengenai perumusan masalah
yang diteliti di PAUD Amanah.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan menginfestasikan dokumen-dokumen
yang relevan dan terkait dengan permasalahan yang di teliti. Peneliti mencari data
atau informasi tambahan melalui buku, artikel, internet dan lain-lain untuk
mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan di
PAUD Amanah.
6. Teknik Pencatatan Data
Pencatatan data dilakukan dengan cara pencatatan lapangan yang berisi
hasil wawancara dan pengamatan. Pengamatan secara cermat diarahkan terhadap
pola komunikasi dalam mengenalkan kalimat thayyibah oleh guru kepada murid.
Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulan keterangan tentang
bagaimana pola komunikasi guru yang diterapkan dalam pembelajarannya untuk
mengenalkan kalimat thayyibah kepada murid. Dalam hal ini penulis mengajukan
pertanyaan yang telah peneliti siapkan kepada guru.
7. Instrumen Dan Alat Bantu
Pada penelitian kualitatif ini, dalam pencatatan data peneliti lebih banyak
bergantung pada diri sendiri. Karena dengan menjadi instrument penelitian,
peneliti dapat senantiasa menilai keadaan dan mengambil keputusan.
18
Lexi. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif,
11
8. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data, yaitu: a) Data
Primer yaitu data yang berasal dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan.
b) Data Sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh dari buku, majalah, artikel
dan berbagai literatur lainnya yang berkaitan dengan judul penelitian.
9. Teknik Analisis Data
Analisis data yakni proses pengumpulan data dan mengurutnya ke dalam
pola dan pengumpulan data. Burhan Bungin dalam bukunya Analisis Data
Penelitian Kualitatif mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat
penting dalam metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat diberi arti
dan makna yang berguna untuk memecahkan masalah penelitian.19
Setelah data yang diperlukan terkumpul, dalam proses ini langkah
selanjutnya yakni penulis menelaah semua data yang bersumber dari hasil
observasi dan wawancara dengan bu guru yang mengajar pada kelas Telur. Lalu
pada tahap akhir, penulis melakukan pengecekan keabsahan data yang ada, agar
menghasilkan data-data yang jelas dan kongkrit tentang pola komunikasi dalam
mengenalkan kalimat-kalimat thayyibah pada anak di PAUD Amanah.
10. Teknik Keabsahan Data
Agar data yang diperoleh lebih jelas lagi, penulis memeriksa keabsahan
data dengan menggunakan teknik triangulasi. Yang mana teknik triangulasi
merupakan teknik pemerikasaan keabsahan data yang memafaatkan sesuatu yang
lain yang diluar data untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap
19
Burhan Bungin. Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Grafindo Persada,
2003). H.131
12
pemeriksaan terhadap sumber lain.20 Dalam hal ini, penulis menggunakan anak
murid di PAUD Amanah sebagai sumber dalam pengecekan keabsahan data yang
penulis terima dari guru di PAUD Amanah.
F.
Sistematika Penulisan
Penyusunan dalam skripsi ini terdiri dalam lima Bab penyusunan sebagai
berikut :
BAB I : Berisi kerangka umum penulisan skripsi, yaitu : Latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjuan
pustaka, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Mengenai ruang lingkup komunikasi mencakup pengertian komunikasi,
macam-macam pola komunikasi, unsur-unsur komunikasi, mengenai pengertian
Pendidikan Anaka Usia Dini (PAUD) dan pengertian kalimat thayyibah.
BAB III : Mengenai profil PAUD Amanah, visi dan misi, sejarah berdirinya,
struktur organisasi serta biodata guru PAUD Amanah.
BAB IV : Dalam bab ini membahas tentang penerapan pola komunikasi antara
guru dan murid dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan
kalimat thayyibah serta analisis pola komunikasi yang diterapkan untuk
mengenalkan kalimat thayyibah.
BAB V : Pada bab ini penulis memberikan kesimpulan mengenai pola
komunikasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar, faktor penghambat dan
pendukung dalam pelaksanaannya, serta saran atau masukan-masukan yang positif
dalam hubungan guru dan murid di sekolah PAUD Amanah.
20
Lexy J. Moloeng, Metodologi penelitian Kualitatif, h. 330-332
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi secara umum adalah proses penyampaian suatu
pernyataan yang dilakukan seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari
hubungan sosial.1 Karena manusia adalah makhluk sosial, hidup yang
bermasyarakat sejak bangun tidur sampai tidur lagi, senantiasa terlibat dalam
komunikasi.
Sedangkan
secara
paradigmatis,
komunikasi
bersifat
intensional,
mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka
atau melalui media baik media massa ataupun media non massa, karena itu harus
dilakukan perencanaan. Jadi pengertian komunikasi secara paradigmatis adalah
proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi
tahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan
maupun tidak langung melalui media.2
1
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008), Cet. Ke-7, h. 5
2
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi,
13
14
Ada banyak pendapat mengenai pengertian komunikasi dari para
komunikolog, diantaranya:
a. Menurut Onong Uchjana Effendy, yang mengatakan bahwa istilah
komunikasi berasal dari perkataan bahasa inggris communication yang
bersumber dari bahasa latin communication yang berarti pemberitahuan
atau pertukaran pikiran. Maka hakiki dari communication ini adalah
communis yang berarti sama atau kesamaan arti.3
b. Menurut Deddy Mulyana, komunikasi adalah proses berbagi makna
melalui perilaku verbal dan non verbal.4
c. Menurut Harold Laswell yang dikutip Deddy Mulyana, cara yang baik
untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaanpertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada
Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?5, dll
Kesimpulan
dari
pengertian
komunikasi
di
atas
adalah
proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media.
Komunikasi bersifat verbal atau non verbal, pesan akan berjalan efektif apabila
ada kesamaan dari pesan yang disampaikan dan timbulnya feed back (timbal
balik).
3
Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bina Cipta, 1998), Cet. Ke-
3, h. 1
4
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandug: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 3
5
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 62
15
Unsur komunikasi antara lain sebagai berikut:
a. Sender, komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau
sejumlah orang.
b. Encoding, penyandian yaitu proses pengalihan fikiran ke dalam bentuk
lambang.
c. Message, pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator.
d. Media, saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator
kepada komunikan.
e. Decoding, pengawasandian yaitu proses di mana komunikasi menetapkan
makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
f. Receiver, komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
g. Feedback, umpan balik yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan
atau disampaikan oleh komunikator kepadanya.
h. Noise, gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi
sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang bereda dengan
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
2. Pola Komunikasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pola berarti bentuk atau sistem.6
Sedangkan dalam kamus istilah popular “pola” diartikan sebagai model, contoh,
6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3 (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), h. 885.
16
pedoman (rancangan).7 Pola dapat dikatakan juga dengan model, yaitu cara untuk
menunjukkan sebuah objek yang mengandung kompleksitas proses di dalamnya
dan hubungan antara unsur-unsur pendukungnya.8
Dengan demikian, komunikasi berarti peyampaian pesan dari komunikator
(pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan), sehingga pesan menjadi hal
pokok dalam berkomunikasi. Karena, bukan dinamakan komunikasi jika
didalamnya tidak terdapat pesan, baik verbal maupun non verbal.
Menurut Stewart L. Tubbs dan Silva Moss ciri-ciri komunikasi yang baik
dan efektif paling tidak menimbulkan hal:
a. Pengertian. Penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti apa yang
dimaksud oleh komunikator
b. Kesenangan. Menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta
menyenangkan.
c. Mempengaruhi sikap. Dapat mengubah sikap orang lain sehingga
bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa
d. Hubungan sosial yang baik. Menumbuhkan dan mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi.
e. Tindakan. Membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai
dengan stimuli.9
7
Puis A, Partanto & M. Dahlan Al-barty, Kamus Besar Bahasa Ilmih Popular,
(Surabaya: Arkola, 1994), h. 605.
8
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta, Gramedia Widiasavina: 2004), h.9
9
Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi,
17
Dari penjelasan diatas dapat diringkas bahwa komunikasi yang efektif
dalam meningkatkan kalimat thayyibah yakni dengan adanya kesenangan, karena
dengan kesenangan proses penyampaian pesan yang terjadi akan lebih efektif.
Ciri-ciri komunikasi di atas adalah bentuk komunikasi yang dibangun antara
komunikator dan komunikan. Pola komunikasi terdapat tiga macam, yaitu:
a. Komunikasi Intra Pribadi (Intrapersonal Communication) adalah proses
komunikasi dalam diri seseorang berupa proses pengolahan informasi
melalui panca indera dan sistem saraf.10
b. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) adalah proses
penyampaian paduan pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang
lain agar mengetahui, mengerti dan melakukan kegiatan tertentu.11
c. Komunikasi
penyampaian
Kelompok
pesan
oleh
(Group
seorang
Communication)
komunikator
adalah
kepada
proses
sejumlah
komunikan untuk mengubah sikap, pandangan atau perilakunya.12
B. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
1. Pengertian PAUD
Pendidikan (taman kanak-kanak/pra sekolah) bertujuan membantu
meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan,
10
Sasa Djuarsa Sendjaya, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993),
h. 5
11
Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2002), cet ke-6 h.60
12
Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis,
18
keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.13
Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar, yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak usia dini, yakni dari umur 0 tahun sampai umur 6 tahun. Pembinaan yang
dilakukan seperti memberi rangsangan pendidikan kepada anak untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut lagi, yang diselenggarakan pada
jalur formal, non formal dan informal.
Anak usia dini mempunyai masa emas yakni dari sejak lahir sampai umur
enam tahun. Seperti yang tertuang dalam UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas
pada pasal 28. Bahkan dalam pasal tersebut juga dijelaskan ada 4 (empat) unsur
yang harus dipenuhi dalam pengembangan anak usia dini yaitu: pertama,
pembinaan anak usia dini merupakan pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Kedua, pengembangan anak usia dini
dilakukan melalui rangsangan pendidikan. Ketiga, pendidikan anak usia dini
bertujuan untuk dapat membantu pertumbuhan dan pengembangan jasmani dan
rohani (holistik). Dan keempat, pengembangan dan pendidikan anak usia dini
merupakan persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.14
Pertumbuhan dan pengembangan anak pada usia dini, bahkan sejak dalam
kandungan sampai sekitar 6 tahun mempunyai peranan besar dalam peningkatan
13
K. Mangiri, Analisis Kebijakan Pembinaan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia, h.
133
14
http://www.jugaguru.com/paud. Diakses pada tanggal 01 Mei 2011
19
kesehatan, intelegensi, kematangan emosional dan produktivitas manusia pada
tahap berikutnya. Dengan demikian investasi pembangunan pada usia dini
merupakan investasi sangat penting bagi pembangunan sumber daya manusia
yang berkualitas tinggi. Pada periode kritis ini anak memerlukan berbagai
pemenuhan khususnya yang menyangkut aspek gizi, kesehatan, media permainan
dan pendidikan baik umum maupun agama.15
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir,
daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan
perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahaptahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
a. Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu
anak
yang
tumbuh
dan
berkembang
sesuai
dengan
tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
b. Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan
belajar (akademik) di sekolah.
15
Potret Pengaruh, Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini di Indonesia,
(Jakarta: Forum PADU, 2004), h. 14
20
Rentang anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1
adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan
penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8
tahun.
2. PAUD Dan Pendidikan Agama
Pertumbuhan dan pengembangan anak pada usia dini, bahkan sejak dalam
kandungan sampai sekitar 6 tahun mempunyai peranan besar dalam peningkatan
kesehatan, intelegensi, kematangan emosional dan produktivitas manusia pada
tahap berikutnya. Dengan demikian investasi pembangunan pada usia dini
merupakan investasi sangat penting bagi pembangunan sumber daya manusia
yang berkualitas tinggi. Pada periode kritis ini anak memerlukan berbagai
pemenuhan khususnya yang menyangkut aspek gizi, kesehatan, media permainan
dan pendidikan baik umum maupun agama.16
Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana
proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif dapat mengembankan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu
yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,
pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk
mengajar kebudayaan melewati generasi.
16
Potret Pengaruh, Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini di Indonesia,
(Jakarta: Forum PADU, 2004), h. 14
21
Sistem pendidikan yang baru menuntut faktor dan kondisi yang baru pula
baik yang berkenaan dengan sarana fisik maupun non fisik. Untuk itu diperlukan
tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang lebih memadai,
diperlukan kinerja dan sikap yang baru, peralatan yang lebih lengkap dan
administrasi yang lebih teratur.17 Alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan
informasi mengenai pendidikan dan pengajaran agama kepada orang lain,
diantaranya adalah: 1) papan tulis, 2) buku pelajaran, 3) buletin board dan display,
4) film atau gambar hidup, 5) radio dan televisi pendidikan, 6) komputer, 7)
karyawisata dan lain-lain.18 Alat-alat tersebut sudah terbukti cukup efektif dalam
proses penyampaian pesan, salah satunya pesan yang mengandung kalimat
thayyibah.
Pola pendidikan agama yang diterapkan kepada anak usia dini bisa berupa
penyampaian pesan yang melibatkan verbal (kata-kata) dan non verbal (gerakan).
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan lambang bahasa, ini
mencakup komunikasi dengan bahasa lisan maupun bahasa tulisan19, sedangkan
komunikasi non verbal adalah komunikasi tanpa kata-kata20, dapat juga diartikan
sebagai komunikasi dengan menggunakan gejala yang menyangkut gerak-gerik,
sikap, ekspresi wajah dan lain-lain.21 Seorang guru menyampaikan pesan kepada
muridnya berupa kata-kata dan gerakan. Dalam penyanpaian pesan, kata-kata
17
Asnawir, Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.
17
18
19
Asnawir, Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, h. 117
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1981), h.
28
20
21
S. Djuarsa Sendjaya, Teori Komunikasi, (Jakarta: Univrsitas Terbuka, 2002), h. 64
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, h. 28
22
untuk didengar, sedangkan gerakan untuk membantu kata-kata agar lebih mudah
dipahami.
Menurut Onong Uchjana Effendy, proses komunikasi terbagi menjadi dua
tahap, yaitu diantaranya:
a. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah bahasa yang secara langsung mampu menterjemahkan
pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.22
b. Proses komunikasi secara sekunder
Adalah proses peyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang sebagai media pertama. Seperti yang telah diterangkan
di atas pada umumnya bahasa yang banyak digunakan dalam komunikasi
karena bahasa sebagai lambang mampu mentransmisikan pikiran, ide,
pendapat dan sebagainya, baik mengenai hal yang abstrak maupun yang
konkrit.23
Pola pendidikan agama yang diterapkan pada pendidikan anak usia dini
untuk meningkatkan kalimat thayyibah bisa dengan proses komunikas sekunder
22
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1990), h. 11-16
23
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
23
dan komunikasi primer. Pada proses komunikasi sekunder dan primer pun terlibat
komunikasi verbal dan non verbal.
Bagi seorang anak, pendidikan yang diberikan, tepat pada usia dini akan
menjadi pondasi keberhasilan di masa mendatang. Ia akan menjadi seseorang
yang penuh percaya diri, cerdas dan mampu menjalani segala tantangan hidup
dengan baik. Dan akan menjadi lebih baik juga pendidikan agama diterapkan
sejak dini. Sehingga selain menjadi anak yang penuh percaya diri dan cerdas, dia
juga mempunyai akhlak yang baik dan perkataan yang indah.
C. Kalimat Thayyibah
1. Pengertian Kalimat Thayyibah
Kalimat thayyibah berasal dari bahasa arab. Kalimah yang berarti kata24
dan thoyyibah yang bararti baik25. Kalimat thayyibah mempunyai arti yakni katakata yang baik, ucapan yang mengandung arti baik atau kebaikan, kalimat yang
indah atau ungkapan zikir tertentu.
Zikir (mengingat). Zikir Allah atau “mengingat kepada Allah dengan cara
menyebut Allah, berkaitan dengan penyebutan nama-nama Allah, atau untuk doa
pujian kepada-Nya. Al-Qur’an sering menyebut zikir sebagai amal ibadah:
“ingatlah kepada-Ku niscaya Aku akan mengingatkanmu” (fazkuruni azkurkum;
2:152); “Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh
24
25
Asad M. Alkali, Kamus Indonesia Arab, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h. 235
Asad M. Alkali, Kamus Indonesia Arab, h. 37
24
ketekunan” (73:8), dan: “Sungguh mengingat kepada Tuhan adalah sesuatu yang
terbesar” (walazikrullaahi akbar; 29:45).26
Tujuan zikir sebagai kalimat thayyibah ialah untuk ingat akan kebesaran
Allah, di mana bila kita mengingatkan kebesaranNya, maka seseorang akan
merasakan manisnya buah yang diperoleh dari syajaroh thayyibah (pohon
kebaikan) tersebut . “Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak meninggikan suara, di waktu
pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS.
7:205).27
Zikir mengandung kata-kata yang baik, kata yang indah. Kalimat
thayyibah merupakan zikir, yakni kata-kata yang baik untuk mengingat Allah.
Kalimat thayyibah jika sering kali diterapkan pada kehidupan sehari-hari berarti
kita telah mengingat Allah. Karena kalimat thayyibah merupakan zikir.
2. Ungkapan Kalimat Thayyibah
Adapun kalimat thayyibah yang sering diucapkan dalam zikir lisan adalah
kalimat thayyibah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah nabi, sebagai
berikut:
a. Tahmid, yaitu ucapan Al-hamd li Allah (segala puji kepunyaan Allah).
b. Tasbih, yaitu ucapan Subhan Allah (Maha Suci Allah)
c. Takbir, yaitu ucapan Allah Akbar (Allah Maha Besar)
26
27
2011.
Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 449
www.alkararis.com/seven-7-kalimat-thayyibah.html. Diakses pada tanggal 20 Mei
25
d. Tahlil, yaitu ucapan laa ilaaha illa Allah (tiada Tuhan selain Allah).
e. Basmalah, yaitu ucapan bismi Allah al-Rahmaan al-Rahiim (Dengan
Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang)
f. Istighfar, yaitu astaghfir Allah (aku memohon ampun kepada Allah)
g. Hawqalah, yaitu ucapan laa hawla wa laa quwwata illa bi Allah (tidak ada
daya dan kekuatan kecuali daya dan kekuatan dari Allah).28
Allah berfirman dalam ayatNya pada surat Al-Baqarah ayat 152 : “Karena
itu ingatlah kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” Allah mengajari agar
kita berzikir kepadanya. Jika kita ingat kepadaNya maka Allah pun akan ingat
kepada kita, dan bersyukur kepada Allah atas segala nikmatNya.
Ketika menghayati lafadz Alhamdulillah ini, maka akan dirasakn tingkat
kekhusyukan lebih dalam. Allah menambah kenikmatan kepada orang yang
bersyukur, syukur yang sesungguhnya. Syukur yang memuji Allah. Syukur yang
berterimakasih setulus-tulusnya. Itulah hikmah yang disampaikan Luqman kepada
anaknya. Seperti pada surat Luqman ayat 12: “Dan sesungguhnya telah kami
berikan hikmah kepada Luqman, (ketika mengatakan kepada anaknya):
Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguuhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang
tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”29
28
Asep Usman Ismail, Zikir, dalam Ensiklopedi Tasawuf, (Bandung: Angkasa bandung,
2008), h. 1507
29
Agus Mustofa, Dzikir Tauhid, (Surabaya: Padma Press, 2006), h. 221
26
Bertasbih bemakna mensucikan Allah. fokusnya adalah memuji Allah.
Dan inilah makna zikir yang sebenarnya: ingat Dzat Allah dengan segala sifat
Maha-Nya.30 Makna Maha Suci itu diantaranya dijelaskan pada surat ali Imran
ayat 191: “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan
berbaring serta mereka selalu memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka perihalah kami dari siksa neraka.”
Kalimat Allahu Akbar dipilih oleh Allah utuk membangun kesadaran
bahwa kita ini kecil tidak ada apa-apanya, tak berdaya apa-apa. Allah adalah dzat
yang sangat layak untuk dipuji keberasanNYa, karena Dia memang Maha Besar.31
Lafadz Laa ilaaha illallah berarti mengakui bahwa Allah tidak
membutuhkan kepada yang selainNya, suci dari segala kekurangannya, sedang
segala yang selainNya membutuhkan Allah SWT, mengakui keesaanNya dan
kesucianNya dari menyerupai apapun dan dari segala kekurangan apapun. Lafadz
itu juga berarti kesaksian yang dimulai dengan pengingkaran, Laa ilaaha (tiada
Tuhan), kemudian disusul dengan penetapan, illallah (kecuali Allah).32
Bismillahirrahmanirrahim yang mempunyai arti dengan menyebut nama
Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Baik diucapkan ketika ingin
mengawali sesuatu. Kalimat ini sekaligus mengingatkan bahwa segala sesuatu
adalah milik Allah, termasuk diri ini. Kalimat thayyibah ini pun memberi peringat
bahwa dalam melakukan perbuatan apapun hendaknya tetap mengingat kepada
30
Agus Mustofa, Dzikir Tauhid, h. 217
Agus Mustofa, Dzikir Tauhid, h. 225
32
Sudirman Tebba, Nikmatnya Tahlil, (Tangerang: Pustaka irVan,2008), h.2
31
27
Allah. Dalam sebuah hadist, Rasulullah menyatakan, "Bahwa setiap perbuatan
baik yang tidak dimulai dengan kalimat basmalah, maka perbuatan itu akan
terputus maknanya bahwa perbuatan tersebut tidak mendapat keberkahan."33
Istighfar adalah perwujudan dari keinginan untuk bertobat dari segala
kesalahan dan dosa. Ini menjadi kunci awal terjadinya komunikasi dengan Allah
secara khusyuk. Orang yang sombong dan merasa sudah bersih, sudah baik justru
akan terjauh dariNya. Allah menyukai hamba—hamba yang rendah hati, mawas
diri. dan memohon ampun atas segala kesalahannya, meskipun tidak disengaja.
Allah berfirman pada surat Al-Israa’ ayat 25: “Tuhanmu lebih mengetahui apa
yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya
Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.”34
Laa hawla walaa quwwata illaa billah. Kalimat zikir ini merupakan
pengakuan terhadap ke-Maha Kuasaan Allah. Kalimat ini diucapkan ketika
seseorang mengambil keputusan (ber'azam). Kalimat thayyibah ini adalah salah
satu ciri dari sikap tawakal seseorang. Ketika seseorang ingin mempertimbangkan
segala apapun yang ingin dituju, lalu bersungguh-sungguh dan bertawakal kepada
Allah. Maka dengan ini seseorang tersebut dapat menerima apapun yang sudah
ditentukan oleh Allah dengan ikhlas.35
33
www.alkararis.com/seven-7-kalimat-thayyibah.html. Diambil pada tanggal 20 Mei
34
Agus Mustofa, Dzikir Tauhid, h. 214
www.alkararis.com/seven-7-kalimat-thayyibah.html. Diambil pada tanggal 20 Mei
2011.
35
2011
BAB III
GAMBARAN UMUM PAUD AMANAH
A. Profil PAUD Amanah
Yayasan yang diberi nama PAUD Amanah Handayani, berdiri pada tanggal
10 November 2008. Mempunyai lokasi yang sangat strategis, yakni bertempat
tinggal di Jln. Husein Sastra Negara Kp. Rawa Bokor Gg. Kemandoran II
Rt.02/03 Kec. Benda Kel. Benda, Tangerang 15125. Mempunyai luas sarana
sekitar 500 m2. PAUD ini dikelola oleh Hj. Selvia Agustin yang juga berperan
sebagai Ibu Kepala Sekolah.
Di yayasan ini waktu untuk belajar dan bermain anak-anak yakni pada pukul
07.30-10.00 dengan waktu istirahat 30 menit. Karena dunia anak-anak adalah
dunia bermain, maka setiap pembelajaran yang ada disisipkan permainan yang
mempunyai unsur edukatif. Jumlah ruangan yang dipakai sebanyak 5 kelas, 4
ruangan untuk kelas dan 1 ruangan untuk kantor. Murid di PAUD Amanah pada
tahun ini sebanyak 55 murid dan dibagi kedalam 4 kelompok, diantaranya:
1. Kelompok Telur
: 2-3 Tahun
2. Kelompok Ulat
: 3-4 Tahun
3. Kelompok Kepompong
: 4-5 Tahun
4. Kelompok Kupu-kupu
: 5-6 Tahun
Kurikulum yang digunakan adalah independen dan menggunakan sistem
pembelajaran sentra dengan sistem Sanggar Kegaiatan Belajar (SKB) yang
29
30
diberlakukan di Departemen Pendidikan Nasional maupun Dinas Pendidikan Kota
Tangerang. Dia melihat berdasarkan grafis di sekolah pada 2008-2010 sekitar 55
siswa ditulis dalam PAUD Amanah dengan umur yang berbeda dari 2-6 usia.
B. Visi dan Misi
Visi PAUD Amanah adalah “Menjadikan anak didik yang berbudi dan
berakhlakul karimah dan Menjadikan anak didik yang mandiri cerdas dan kreatif”.
Sedangkan misi PAUD Amanah adalah:
1. Mencerdaskan anak bangsa untuk menghasilkan SDM yang berkualitas.
2. Menciptakan generasi yang berakhlaul karimah.1
C. Sejarah Berdirinya
Lembaga PAUD berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan
seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan
kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya, agar anak memiliki
kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya yang jenjangnya lebih tinggi.
Salah satu jalur terselenggaranya PAUD adalah jalur pendidikan nonformal.
PAUD jalur pendidikan nonformal adalah pendidikan yang melaksanakan
program
pembelajaran
secara
flexsibel
sebagai
upaya
pembinaan
dan
pengembangan anak sejak lahir hingga dewasa.
Keberadaan PAUD nonformal ditengah-tengah masyarakat tentu saja
mempunyai arti dan manfaat yang tidak sedikit, karena pada dasarnya PAUD
1
Sumber: Dokumen PAUD Amanah Benda Tangerang
31
nonformal menjadi wadah bagi masyarakat umum agar kebutuhan pendidikan
anak-anak tercukupi dan potensi yang ada dalam diri anak tersebut bisa
dioptimalkan.
Dengan latar belakang tersebut, Pengurus Yayasan Amanah Handayani
Benda berniat mendirikan PAUD “AMANAH” yang diperuntukan untuk orangorang menengah ke bawah. Diawal tahun 2008 terdaftar 50 anak yang memasuki
Dunia Pendidikan PAUD. Pada awal bediri belum ada pembagian kelompok per
umur, di tahun ajaran 2009/2010 Lembaga PAUD “AMANAH“ baru membagi
kelompok sesuai dengan usianya hingga saat ini
Murah bukan berarti murahan prinsip itu yang menjadi tolak ukur
pengelolaan PAUD “AMANAH”, pengelola ingin memberikan pendidikan yang
murah namun bukan murahan. Tetap keprofesionalan menjadi faktor utama dalam
memberikan pelayanan pendidikan untuk masyarakat. Tak bisa dipungkiri ada
sebagian asumsi masyarakat memandang bahwa lembaga PAUD ”AMANAH”
hanya sebatas lembaga asal-asalan yang tidak memiliki kualitas. Terutama, ketika
pertama kali diadakan kegiatan ini dilakukan diteras rumah. Bahkan ada orangtua
yang enggan untuk mengikuti program kegiatan pendidikan PAUD.
Kurang tersosilasinya PAUD saat itu menjadi hambatan kecil bagi PAUD
”AMANAH” untuk terus memberikan pendidikan bagi usia dini. Keinginan
orangtua, anak-anak mereka berorientasi belajar membaca, menulis, serta
berhitung tanpa adanya kegiatan bermain.
Pendekatan terus dilakukan guna memberikan orientasi agar orang tua tahu
kebutuhan anak di usia dini. Karena di wilayah PAUD “AMANAH” masih
32
banyak orangtua yang berpendidikan terakhir hanya sampai sekolah dasar, hal ini
juga sulit mereka terima dengan model dan program yang kami jalankan.
Kesadaran orantua amat penting karena orangtua ikut aktif dalam memantau
perkembangan anak.2
D. Struktur Kepanitian
Pelindung
: H. Masan Rahman SH.
Badan Penyantun
: Hj. Mujidah Masan
Pembina
: Suderajat
Ketua Pengelola
: Hj. Selvia Agustin H.
Sekretaris
: Nurul Ma’wah
Bendahara
: Hj. Mujidah
Dewan Guru
: Hj. Selvia Agustin
Nurul Ma’wah
Nur Afifah
Defiyanti
Rina Marlina
2
Sumber: Dokumen PAUD Amanah Benda Tangerang
33
DAFTAR IDENTITAS GURU DI PAUD AMANAH
No
Nama
1
2
Hj. SELVIA
1
AGUSTIN
HANDAYANI
2
NUR AFIFAH
3
DEFIYANTI
4
RINA MARLINA
5
Tempat Tgl
Lahir
3
Jabatan
Pendidikan
Alamat
4
5
6
Tangerang, 16-
Kepala Sekolah
08-1989
dan Tutor / Guru
Tangerang, 2709-1990
Tangerang, 2511-1990
Malingping,0907-1985
NURUL
Tangerang,18-
MA'WAH
01-1990
S.1
Tutor/ Guru
SMK
Tutor / Guru
MA
Tutor / Guru
S1
Seketaris/ Guru
D3
Kp Rawa Bokor Rt.03/02 Kel.
Benda
Jl.Kuding Rt.02/06
Kel.Belendung
Kp Rawa Bokor Rt.02/02 Kel.
Benda
Kp.Rawa Bokor Rt.03/02
Kel.Benda
Kp.Rawa
Kel.Benda
Bokor
Rt.004/001
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A.
Penerapan
Pola
Komunikasi
Guru
Kepada
Murid
dalam
Mengenalkan Kalimat-kalimat Thayyibah
Proses pembelajaran yang dilakukan pada anak usia dini merupakan tahap
selanjutnya dalam membantu anak untuk menumbuhkembangkan kemampuan
anak dalam pertumbuhan, perilaku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, daya
cipta dan lain-lain. Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk membantu
meletakkan dasar kemampuan anak tersebut. Dengan penerapan yang dilakukan
sejak dini, akan mewujudkan kemampuan yang ada dalam diri seorang anak
sehingga berkembang dengan baik.
Berkomunikasi merupakan hal terpenting dalam pendidikan. Karena
komunikasi merupakan unsur utama dalam berinteraksi. Salah satunya dengan
mengajarkan anak untuk menggunakan kata-kata yang baik dalam setiap proses
interaksinya.
Di PAUD Amanah materi yang disampaikan sudah sesuai dengan
kurikulum yang berlaku di PAUD pada umumnya. Bila dilihat dari tempat dan
sarana yang ada untuk proses pembelajaran yang dilakukan di PAUD Amanah
sudah mencukupi standar kualitas dalam proses pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran bisa berjalan dengan efektif.
34
35
Kelas yang diteliti yakni kelas Telur, yang dimana usia para muridnya
rata-rata 2.5 tahun sampai umur 3 atau 4 tahun. Proses pembelajaran di PAUD
Amanah berlangsung dari pukul 07.30 sampai pukul 10.00 pagi, dengan waktu
istirahat selesainya mereka belajar atau selesai mengerjakan materi yang
disampaikan oleh bu guru selama 30 menit. Dalam pembelajaran yang
berlangsung, pada saat awal masuk, pertama guru mengawali dengan salam dan
basmalah dilanjutkan dengan bernyanyi dan berdoa. Doa yang dipanjatkan yakni
doa kedua orang tua dan doa belajar yang berbunyi “Robby zidnii ‘ilman
warzuqnii fahman”. Dengan ini, diharapakan anak terbiasa dalam mengawali
segala sesuatu dengan berdoa sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari.
Setelah berdoa dan bernyanyi, guru melanjutkan dengan menyampaikan
materi. Dalam penyampaian materi, pesan yang disampaikan pada proses
pembelajaran di kelas telur berupa komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi
verbal dalam pembelajarannya berupa ucapan guru mengenai materi yang
disampaikan dan bercerita. Sedangkan komunikasi non verbalnya seperti gu guru
menggerakkan tangannya untuk menunjukkan tulisan kalimat thayyibah salah
satunya adalah kalimat Alhamdulillah.1 Dalam penyampaian materi, guru
menyampaikan pesannya berupa komunikasi verbal dan sekali-kali memakai
komunikasi non verbal. Penyampaian pesan dalam bentuk ini bertujuan untuk
menjadikan murid paham dengan materi yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan
1
Berdasarkan pengamatan di kelas telur A1.
36
yang bu guru paparkan bahwa komunikasi verbal dan non verbal sudah sangat
mendukung dalam penyampaian pesan atau materi.2
Dalam materi yang disampaikan terkadang guru menemukan kesulitan,
dikarenakan murid berisik atau jalan-jalan. Walau begitu bu guru dapat mengatasi
itu semua yakni dengan memberikan peringatan yang baik terhadap si anak
tersebut.
Setelah guru memaparkan materi yang disampaikan kepada muridnya,
kemudian guru memberikan sebuah pelatihan kepada murid untuk mengetahui
apakah pesan yang disampaikan dalam materi diterima baik atau tidak. Dalam
pelaksanaan pelatihan yang diberikan oleh guru, terkadang murid mendapat
ketidakpahaman terhadap materi yang sudah disampaikan. Dengan terjadinya hal
tersebut maka murid langsung bertanya kepada guru mengenai materi yang tidak
dipahami, kemudian guru menerangkan pertanyaan yang diajukan murid tersebut
dengan penerapan pola komunikasi antar pribadi. Dengan begitu terciptalah
komunikasi dua arah dikarenakan murid bersikap responsif, mengajukan
pendapat/pertanyaan, dengan begitu masalah yang tidak dipahami dapat terjawab
langsung.
Sebelum pulang, bu guru mengajak anak muridnya untuk membentuk
lingkaran kelompok kecil. Sambil duduk, bu guru mengajak muridnya untuk
berkomunikasi satu sama lain tentang apa yang sudah dikerjakannya selama di
rumah atau di luar rumah, tentang apa yang apa disuka dan tidak disuka, tentang
apa yang dialaminya di luar kelas atau pun di dalam kelas. Bu guru pun memberi
2
Wawancara Pribadi dengan Bu Guru Nurul, Jakarta, 25 Juli 2011
37
peringatan tentang apa yang harus dikerjakan dan tidak, memberi nasihat dari
pertanyaan yang ada. Dengan ini diharapkan murid dapat berkomunikasi secara
terbuka terhadap guru dan teman-temannya, juga bu guru dapat mengukur
pengucapan dan pemahaman anak terhadap kalimat thayyibah.3
Setelah itu bu guru mengajak anak-anak bernyanyi dan berdoa sebelum
pulang ke rumahnya masing-masing. Doa yang dipanjatkan sebeluum pulang
yakni doa keluar rumah dan doa sesudah belajar. Doa ini dimaksudkan agar selalu
bertawakal kepada Allah dalam perjalanan pulang dan doa sesudah belajar
diharapkan ilmu yang sudah murid pelajari dapat diserap dengan baik. Sedangkan
bernyanyi merupakan salah satu sarana yang efektif dalam menanamkan
keimanan dan ketakwaan anak, mengenalkan ajaran agama kepada meraka serta
mengajarakan kata-kata yang baik. Sedangkan berdoa merupakan suatu
permohonan yang baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa dari apa yang akan
dikerjakan dan sesudah dikerjakan. Dengan berdoa diharapkan anak terbiasa
melakukan sesuatu diawali dengan berdoa.
Komunikasi yang digunakan lebih kepada komunikasi interpersonal,
karena ibu guru dituntut untuk menjelaskan materinya secara personal, agar murid
dapat lebih paham. Sebelumnya bu guru menjelaskan materi yang disampaikan
dengan jelas secara komunikasi kelompok kecil. Apabila murid tidak mengerti
maka dia akan bertanya tentang materi apa yang tidak dipahaminya kepada bu
guru dan seketika itu bu guru akan menjelaskannya secara personal, ini bertujuan
agar anak dapat lebih memahami materi yang disampaikan.
3
Wawancara Pribadi dengan Bu Guru Nurul.
38
Pola komunikasi yang terjadi pada pembelajaran di kelas telur berupa
komunikasi kelompok kecil, walau terkadang guru menerapkan pola komunikasi
antar pribadi. Karena dengan komunikasi antar pribadi guru dapat memberikan
pemahaman lebih dalam kepada anak, khususnya ketika anak bertanya tentang
materi yang belum dipahaminya. Sebagaimana dikatakan oleh Wilbar Schramm
bahwa komuniksi didasarkan atas hubungan (intune) antara satu dengan yang lain
yang fokus pada informasi yang sama, sangkut paut tersebut berada dalam
komunikasi tatap muka (face to face communication).
Adapun komunikasi kelompok kecil dikatakan efektif, karena dapat dilihat
sesuai ciri-ciri komunikasi kelompok itu sendiri, yaitu:
a. Proses komunikasi dimana pesan yang disampaikan oleh seorang
pembicara terhadap khalayak dalam jumlah yang lebih dari dua/tiga pada
tatap muka. hal ini dapat dilihat dari seorang komunikator yaitu guru
dengan jumlah murid yang cukup banyak, yaitu murid-murid.
b. Komunikasi berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan mana sumber dan
mana penerima. Hal ini dapat dilihat dari penyampaian materi yang
diberikan oleh masing-masing guru secara berkelanjuan, artinya
dilanjutkan pembahasan materinya pada jam dan hari mata pelajaran
tersebut. Sedangkan sumber informasi diberikan oleh guru kepada murid.
c. Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan spontanitas
untuk segmen khalayak tertentu.
39
Terkadang bu guru menerapkan sistem BCCT (Beyond Centre and Circle
Time),4 dimana BCCT ini adalah konsep belajar dimana guru-guru menghadirkan
dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari.5 Dimana guru menjadi pengarah pada permainan ini. Pada permainan
berbelanja. Sebelumnya ruang kelas ditata seperti mini market, anak murid sudah
siap untuk belanja di mini market. Bu guru mengarahkan anak murid satu persatu
untuk masuk ke dalam mini market dan berbelanja sesuai kebutuhan. Seusai
berbelanja anak murid diarahkan untuk membayar belanjaannya kepada kasir,
disini terjadilah interaksi yang dimana di setiap interaksinya bu guru mengarahkan
untuk menyisipkan kata-kata baik seperti Assalamu’alaikum, Alhamdulillah, dan
terimakasih.
Dalam penerapan BCCT ini, diharapkan murid dapat memperoleh
keterampilan dan pengetahuan dari konteks terbatas. Dengan berbelanja
diharapkan anak dapat memahami keadaan yang terjadi di mini market dan dapat
mengadakan interaksi yang baik antara orang tua dan juga peagawai di mini
market, kasir ataupun orang di sekelilingnya.
Selain itu teknik yang digunakan bu guru PAUD Amanah di kelas telur
dalam pengenalan kalimat thayyibah, bisa dilakukan lewat materi, membuat
gambar-gambar perkata, dan interaksi bu guru kepada anak murid. Dari sini pun
bu guru dapat menilai kemampuan anak dalam memahami kalimat thayyibah.
4
Wawancara Pribadi dengan Bu Guru Nurul
http:// METODE PEMBELAJARAN BCCT « Prima Computer Kuala Tungkal.htm.
diambil pada tanggal 20 September 2011
5
40
Proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran di PAUD Amanah,
merupakan bentuk kegiatan komunikasi kelompok kecil, indikasi ini terlihat
ketika seorang komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan yang
berjumlah lebih dari tiga orang atau lebih, kemudian komunikator menunjukkan
pesannya berupa bentuk pikiran bukan perasaan komunikan. Dalam hal ini setelah
komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan maka timbullah
beberapa pertanyaan yang diajukan oleh komunikan ketika mereka tidak
memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator, sehingga ketika itu
komunikator dapat merubah bentuk komunikasi tersebut menjadi komunikasi
interpersonal.
B.
Analisis Pola Komunikasi Guru Kepada Murid dalam Mengenalkan
Kalimat Thayyibah
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan di PAUD
Amanah, bahwa komunikasi yang banyak digunakan oleh para guru PAUD
Amanah yaitu:
1. Komunikasi Verbal
Dalam pembelajaran yang berlangsung, biasanya bu guru menggunakan
komunikasi verbal, yakni komunikasi berupa kata-kata. Pada saat bu guru
menjelaskan materi yang akan dipelajarai pada hari itu, bu guru menjelaskannya
dengan menggunakan komunikasi verbal. Dengan mengguunakan komunikasi
verbal, diharapkan anak dapat mengerti penjelasan materi yang disampaikan.
41
Karena itu PAUD Amanah mengkomunikasikan kalimat thayyibah secara
verbal atau dengan lisan melalui program pembelajaran yang telah diterapkan,
seperti pelajaran pokok yaitu belajar membaca, belajar mengenal huruf hijaiyah,
belajar mengenal huruf besar dan kecil, belajar menulis cetak, matematika, bahasa
inggris, agama, juga belajar doa sehari-hari yang dilakukan setiap hari sebelum
pelajaran dimulai.
Kelebihan dari komunikasi lisan ini, murid lebih mudah memahami dan
mengerti pesan yang disampaikan. Kelemahannya murid menjadi cepat lupa akan
pesan yang disampaikan.
Kegiatan komuikasi verbal yang sering penulis temui pada saat guru
sedang berinteraksi dengan murid yakni dalam menerangkan materi pelajaran,
berdoa, bernyanyi, bermain dan juga mengerjakan tugas di buku. Bentuk
komunikasi ini juga terlihat dari cara guru menyikapi tingkah laku atau sikap
muridnya ketika disuruh mengerjakan soal, jika si anak tidak mau melaksanakan
apa yang bu guru perintah maka guru tersebut mencoba melakukan pendekatan
dengan cara berkata lembut lalu menasehatinya.
Untuk lebih mempermudah pemahaman penulis mengenai bentuk
komunikasi verbal, maka penulis akan menguraikan dengan rinci, antara lain:
a. Metode bercerita: adapun kegiatan lain yang sering dilakukan guru di
PAUD Amanah adalah dengan bercerita. Komunikasi dengan bentuk
verbal yang diantara bentuknya adalah bercerita, karena dapat membantu
dan memudahkan komunikasi dua arah antara guru dan muridnya,
terutama aktivitas yang memiliki relevansi dengan upaya transformasi
42
pengetahuan dalam bentuk apapun sesuai dengan tujuan guru dalam
kapasitasnya sebagai subjek pendidikan.
Metode bercerita cukup efektif dan mudah dimengerti oleh murid,
sehingga pesan-pesan yang disampaikan dapat langsung dicerna, karena
memang cerita adalah kegiatan yang mengasyikan, menyenangkan dan
menggembirakan bagi mereka. Dalam masa kanak-kanak seperti ini murid
sangat gampang meniru bahkan meneladani seorang yang dianggap cocok
dengan mereka, hal tersebut mereka dapatkan dari cerita-cerita yang
mereka dengarkan, baik lewat media maupun langsung dari penyampaian
guru.
Dengan bercerita, khususnya berkaitan dengan pengucapan, dalam
kondisi ini murid cenderung memperhatikan nasehat dibandingkan dengan
nasehat yang disampaikan dengan cara biasa. Metode belajar dengan cara
bercerita, memang memiliki daya efektifitas yang tinggi terutama pesanpesan moral yang disampaikan dengan menggunakan tokoh, figur atau
teladan. Namun perlu diingat bahwa salah memberikan cerita berarti salah
dalam menyampaikan pesan dan dapat berakibat fatal terhadap
perkembangan moral anak. Begitu pun dalam ucapan yang dipaparkan
oleh guru dalam bercerita.
b. Bernyanyi: dalam hal ini menyanyi adalah salah satu sarana yang efektif
dalam menanamkan keimanan dan ketakwaan anak, mengenalkan ajaran
agama kepada meraka serta mengajarakan kata-kata yang baik. Melalui
lagu, daya imajinasi anak ditimbulkan. Lagu memudahkan mereka
menerima pesan-pesan yang diberikan, membuat mereka senang dan tidak
43
jenuh. Memilih lagu yang tepat dan bermakna bagi anak sungguh sangat
penting. Oleh karena itu guru dituntut sekreatif mungkin mengembangkan
lagu untuk anak.
c. Bermain: adalah menciptakan permainan dalam islam yaitu belajar sambil
bermain. Dimana dalam bermain berusaha memberi muatan-muatan
pelajaran tentang islam ke berbagai permainan yang sudah dikenal anak
pada umumnya, seperti mewarnai kata Alhamdulillah dengan cat warna,
bermain sentra imtaq yakni permainan tentang agama seperti praktek
shalat,6 mencari huruf dan lain-lain. Setiap permainan yang ada
mempunyai tujuan masing-masing.
Menggunakan BCCT (Beyond Centre and Circle Time), biasanya bermain
peran antara guru dengan murid, contohnya bermain peran makro temanya
tentang anak sholeh, menonton video/film tentang anak sholeh.7
Dengan bermain melalui sistem BCCT (Beyond Centre and Circle Time)
diharapakan anak dapat lebih mudah memahami peran yang dilakukannya dan
dapat mengambil kesimpulannya. Di sini guru berperan sebagai pengawas,
motivator dan fasilitator.
Dalam penyampaian pesan, guru menggunakan bahasa yang mudah
dipahami atau menggunakan bahasa yang ringan/sederhana, mudah dimengerti
oleh anak-anak, sehingga pesan yang disampaikan mendapat umpan balik yang
positif yang diikuti serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu
6
7
Wawancara Pribadi dengan Bu Guru Nurul.
Wawancara Pribadi dengan Bu Guru Nurul .
44
komunikasi verbal berperan penting dalam penyampaian pesan agama terhadap
anak-anak.
Para guru PAUD dalam penyampaian materi atau pesan, menggunakan
komunikasi verbal ataupun lisan. Guru menyampaikan materi tentang doa seharihari, berkata baik secara bertahap dan berlang-ulang. Agar pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh komunikan atau murid maka komunikasi verbal
harus dilakukan secara berulang-ulang.
2. Komunikasi Non Verbal
Dalam berkomunikasi selain menggunakan komunikasi vebal juga
memakai komunikasi non verbal yang biasa disebut bahasa isyarat atau bahasa
diam.
Karena sifat alamiah yang dimiliki anak-anak meniru (apa yang didengar
dan dilihat pada saat itu) seperti keadaan yang terjadi di lingkungan PAUD
Amanah. Maka guru selaku komunikator disarankan sebaiknya menggunakan
verbal didukung dengan komunikasi non verbal. Komunikasi seperti ini perlu
dilakukan agar penyampaian materi benar-benar dipahami oleh anak-anak.
Dari hasil pengamatan penulis, selama ini guru menggabungkan
komunikasi verbal dan komunikasi non verbal dalam setiap penyampaian
pesannya berupa bercerita ataupun materi dan menegur muridnya yang sedang
bercanda.
45
Dalam proses pembelajaran guru menggabungkan komunikasi verbal dan
non verbal, diantaranya:
a. Guru sedang bercerita. Dengan merubah mimik mukanya sesuai dengan isi
cerita yang disampaikan.
b. Kegiatan bernyanyi, seperti guru menggerak-gerakkan kedua tangannya
sesuai irama nyanyian.
c. Guru mendisiplinkan anak. Ketika ada seorang murid bercanda di tengahtengah guru menjelaskan materi yang disampaikan, guru langsung
menegurnya dengan lembut dengan jari telunjuk diletakkan di depan mulut
dengan isyarat tidak boleh berisik.
3. Komunikasi Antar Pribadi
Kelebihan dari komunikasi antar pribadi ini yakni anak mendapat
rangsangan (stimuli) dari pesan yang telah disampaikan dan dapat menimbulkan
feed back (umpan balik) pada diri anak. Sedangkan kelemahannya yaitu karena
melihat sifat anak berbeda-beda, maka hal ini tentu saja ada yang mudah
menerimanya dan ada juga yang sulit.
Dalam
komunikasi
pribadi,
guru
berupaya
mempengaruhi
dan
mengendalikan perilaku anak melalui pendekatan psikologis. Komunikasi antar
pribadi digunakan untuk pembinaan akhlak anak atau memasukan nilai-nilai islam
ke dalam diri anak. Murid diajarkan untuk berkata baik dengan mengucapkan
salam ketika bertamu ke rumah teman, mengucapkan kata Alhamdulillah sehabis
melakukan suau pekerjaan. Hal ini efektif untuk membina ucapan anak sejak dini.
46
Pada diri manusia, khususnya anak-anak terdapat unsur psikologis seperti
simpati, imitasi, emosi, sugesti dan lain-lain. Dengan adanya unsur psikologis
tersebut, komunikasi antara komunikator dengan komunikan akan mudah terjadi.
Dengan demikian, untuk melakukan aktivitas pembelajaran atau
mengkomunikasikan pesan, baik itu pesan yang mengandung unsur agama atau
umum, komunikator perlu memiliki syarat-syarat dan kemampuan tertentu agar
dapat menyampaikan pesannya sesuai dengan harapan yang dicita-citakan dan
memperoleh hasil yang maksimal. Untuk mewujudkan kondisi pembelajaran yang
kondusif, seorang pendidik harus mampu berinteraksi dengan murid, bahkan
harus mampu menciptakan suasana yang kondusif setiap kali aktivitas dilakukan.
4. Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi kelompok kecil merupakan komunikasi antara seorang
dengan dua orang atau lebih secara bersama-sama yang membentuk suatu
kelompok. Proses pembelajaran yang terjadi di PAUD Amanah yakni pola
komunikasi kelompok kecil. Karena dalam komunikasi kelompok kecil
memungkinkan terjadinya interaksi komunikasi secara pribadi.
Dengan menggunakan pola komunikasi kelompok, bertujuan untuk
menjadikan anak murid saling berinteraksi satu sama lain tentang hal yang sudah
dilakukan atau yang dialami, saling berbagi tentang hal apa yang disukainya.
Sehingga diharapakan anak mempunyai sikap terbuka terhadap apa yang sudah
dilakukannya. Dan juga bu guru dapat mengukur tingkat kemampuannya dalam
pengucapan dan pemahaman terhadap kalimat thayyibah, hal ini dilakukan ketika
47
bu guru mengajukan pertanyaan yang memancing anak untuk merespon
pertanyaan guru.
Dengan demikian, pola komunikasi yang digunakan dalam meningkatkan
pengetahuan, pemahaman dan pengucapan terhadap kalimat thayyibah pada murid
berdasarkan pengamatan dan wawancara, bahwa lebih efektif menggunakan pola
komunikasi kelompok kecil dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas secara
tatap muka, hal ini membuat murid merasa lebih nyaman dan lebih konsentrasi
dalam memahami materi yang disampaikan karena proses yang berlangsung
secara berkelanjutan. Dan juga dapat meningkatkan pengetahuan anak terhadap
kalimat thayyibah. Terkadang bu guru menggunakan komunikasi antar pribadi
yang bersifat tatap muka. Komunikasi antar pribadi dilakukan ketika ada seorang
murid tidak paham dengan materi yang disampaikan, atau ada saja murid yang
mencari perhatian dengan pura-pura tidak mengerti.
Dalam situasi kelompok kecil, guru sebagai komunikator lebih dapat
memperhatikan umpan balik (feed back) murid, pada saat guru melihat bahwa
umpan balik yang terjadi pada murid bersifat negatif, maka respon murid seperti
ini dapat segera diketahui oleh guru, karena prosesnya yang bersifat tatap muka.
Umpan balik yang diperlukan oleh guru adalah bersifat verbal, karena
komunikasinya ditunjukkan kepada kognisi murid. Jadi permasalahan mengerti
atau tidak semuanya harus dikatakan dengan kata-kata.
Namun pada akhirnya sejalan dengan komunikasi yang berlangsung,
Proses komunikasi sekunder juga diperlukan untuk menerapkan kalimat thayyibah
pada anak, yakni dengan memadukan lambang bahasa dengan komunikasi
48
berlambang gambar dan warna. Akan tetapi, para komunikolog mengakui bahwa
keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesanpesan yang bersifat informatif. Menurut mereka efektif dan efisien dalam
menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangka
acuan komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses
komunikasinya umpan balik berlangsung seketika dalam arti kata komunikator
mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu juga.
Untuk menciptakan proses komunikasi pendidikan yang baik harus
didukung oleh semua komponen pendidikan terutama guru dan murid, akan tetapi
dalam hal ini guru atau pendidik memiliki tempat paling strategis dalam proses
komunikasi dua arah antara guru dan murid. Dengan demikian, menjadi seorang
guru dibutuhkan kemampuan yang maksimal jika ingin menciptakan kondisi
pembelajaran yang baik sehingga outputnya pun terlahir dengan baik pula.
Diantara kemahiran yang harus dimiliki seorang guru antara lain adalah
kemampuannya di bidang umum seperti: bercerita, menyanyi, menggambar,
bermain dan lain-lain, dimana syarat-syarat tersebut merupakan syarat standar
yang harus dimiliki seorang pendidik. Adapun kemampuan-kemampuan yang
lainnya hanya cukup sebagai pelengkap kesempurnaan mereka.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, penulis dapat mengambil
kesimpulan, yakni sebagai berikut:
1. Aktivitas komunikasi guru dan murid di PAUD Amanah dalam
mengenalkan kalimat-kalimat thayyibah adalah komunikasi verbal dan
non verbal dalam penyampaian pesan atau materi, contohnya pada proses
pembelajaran dan pada saat bu guru bercerita.1 Penyampaian materi secara
verbal dan non verbal sudah dianggap sangat mendukung.
2. Teknik Komunikasi yang dipakai dalam mengenalkan murid terhadap
kalimat thayyibah yakni menggunakan pola komunikasi kelompok kecil
dalam memberi pengetahuan tentang kalimat thayyibah, sedangkan pola
komunikasi antar pribadi secara tatap muka untuk menilai pengucapan dan
pemahaman murid terhadap kalimat thayyibah. Berdasarkan teori Wilbar
Schramn yang mengatakan bahwa komunikasi didasarkan atas hubungan
(intune) antara satu dengan yang lain yang fokus pada informasi yang
sama, indikasi tersebut berada dalam komunikasi tatap muka.
Komunikasi antar pribadi terjadi pada saat bermain peran secara makro,
ketika guru memberikan pertanyaan dan tugas. Pada situasi ini timbal
1
Berdasarkan Pengamatan di Kelas Telur A1 pada tanggal 10 Juni 2011 pukul 09.00
WIB
49
50
balik (feed back) langsung terjadi, murid dapat lebih terbuka untuk
bertanya mengenai permasalahan yang berkaitan dengan materi maupun
dalam permasalahan sehari-harinya. Sedangkan pola komuikasi yang
dipakai dalam proses pembelajaran sehari-hari adalah pola komunikasi
kelompok kecil yang memungkinkan terjadinya komunikasi antar pribadi.
3. Dalam proses pembelajaran, teknik komunikasi yang digunakan dalam
mengenalkan kalimat-kalimat thayyibah yang diterapakan oleh guru sudah
cukup baik. Disebabkan penerapan pola komunikasi yang sudah terencana.
Kemudian pesan yang disampaikan menggunakan lisan dan lambang,
sehingga menimbulkan kesamaan pengertian antara komunikan dan
komunikator, dan pesan tersebut memberikan respon pada komunikan
serta menimbulkan feedback dari komunikan. Jenis komunikasi antar
pribadi dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau
perilaku manusia berhubung proses yang dialogis.2
4
Penerapan pola komunikasi dalam mengenalkan kalimat thayyibah sudah
cukup berhasil hal ini dapat dilihat dari mengucapkan salam sebelum
melakukan sesuatu dan sesudah melakukan sesuatu kegiatan.
2
2, h. 12
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), Cet. Ke-
51
B. Saran-saran
1. Kepada Lembaga yang terkait agar lebih menekankan dan membiasakan
kepada murid untuk selalu mengucapkan kata-kata yang baik. Agar lebih
terbiasa untuk selalu mengucapkannya dan tertanam hingga dewasa nanti.
2. Untuk para orang tua murid agar lebih mampu membina anaknya untuk
mengetahui, mengucapkan dan memahami kata-kata yang baik sejak dini.
Karena segala sesuatu yang tertanam sejak dini, akan memberikan hal
yang positif di masa yang akan datang.
3. Untuk masa yang akan datang diharapkan terjadi perkembangan yang
lebih pesat terhadap pengucapan kalimat thayyibah di lingkungan PAUD
Amanah. Dengan melakukan peningkatan guru pengajar dan penambahan
sarana dan prasarana, agar terciptanya kualitas dalam diri murid yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Alkali, Asad M. Kamus Indonesia Arab. Jakarta: Bulan Bintang, 1987.
Asnawir, Basyiruddin Usman. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Darazat, Zakiyah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 2003.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. edisi ke-3
Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Effendy, Onong Uchjana. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Alumni, 1981.
-----------------------------, Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004.
--------------------------, Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.
--------------------------, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1990.
--------------------------, Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung: CV. Mandar
Maju, 1998.
--------------------------, Spektrum Komunikasi. Bandung: Bina Cipta, 1998.
Glasse, Cyril. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.
Ismail, Asep Usman. Zikir, dalam Ensiklopedi Tasawuf. Bandung: Angkasa
Bandung, 2008.
Mangiri, S. K. Analisis Kebijakan Pembinaan Anak Usia Dini (PAUD) di
Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen
Dalam Negeri, 1997.
52
53
Moleong, Lexi J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1999.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005.
---------------------, Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintas Budaya.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Mustofa, Agus. Dzikir Tauhid. Surabaya: Padma Press, 2006.
Potret Pengaruh. Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini di Indonesia.
Jakarta: Forum PADU, 2004.
Puis A, Partanto, M. Dahlan Al-barty. Kamus Besar Bahasa Ilmiah Popular.
Surabaya: Arkola, 1994.
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
Sendjaya, Sasa Djuarsa. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka,
1993.
--------------------------, Teori Komunikasi. Jakarta: Univrsitas Terbuka, 2002.
Soemanto, Wasty. Psikolagi Pendidikan. Malang: PT. Renika Cipta, 1990.
Tebba, Sudirman. Nikmatnya Tahlil. Tangerang: Pustaka irVan, 2008.
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasavina, 2004.
Yusuf, Pawit M. Komunikasi Intruksional Teori dan Praktek. Jakarta: Bumi
Aksara, 2010.
54
INTERNET
Artikel diakses pada tanggal 20 April 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kata.
Artikel diakses pada tanggal 1 Mei 2011 dari
http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/ dan
http://www.jugaguru.com/paud
Artikel diakses pada tanggal 20 Mei 2011 dari www.alkararis.com/seven-7
kalimat-thayyibah.html
HASIL WAWANCARA
Pola Komunikasi Guru Dan Murid Dalam Meningkatkan Kalimat Thayyibah
Pada PAUD Amanah Di Benda Tangerang
Nama Informan
: Nurul Ma’wah A.md
Jabatan
: Guru Kelas Telur A1
Umur Informan
: 21 Th
Tanggal Wawancara : 25 Juli 2011
Waktu Wawancara
: 10.52 WIB
Tempat Wawancara : PAUD Amanah
1. Bagaimana bu guru berkomunikasi dengan murid agar mudah dipahami oleh
murid?
Dengan cara mendekatkan diri kepada murid dan melihat keadaan apa yang
diinginkan oleh murid, dengan kata lain bu guru paham dengan apa yang murid
kehendak.
2. Bagaimana bu guru memilih kalimat/kata yang baik agar dapat dipahami oleh
murid?
Melalui kegiatan sehari-hari, seperti mengucapkan salam sebelum melakukan
kegiatan dan sesudah melakukan kegiatan.
3. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan dalam peningkatan pengetahuan
terhadap kalimat thayyibah pada murid di PAUD Amanah?
Menggunakan Sentra Imtaq dengan dikembangkan ke dalam berbagai kegiatan.
Sentra Imtaq seperti praktek shalat, bermain tentang mengenali keagamaan dengan
pola komunikasi kelompok.
4. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan dalam peningkatan pengucapan
terhadap kalimat thayyibah pada murid di PAUD Amanah?
Menggunakan BCCT (Beyond Centre and Circle Time), biasanya bermain peran
antara guru dengan murid, contohnya bermain peran makro temanya tentang anak
sholeh atau menonton video/film tentang anak sholeh.
5. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan dalam peningkatan pemahaman
terhadap kalimat thayyibah pada murid di PAUD Amanah?
Dengan memberikan tugas di rumah agar dapat dibantu oleh orang tuanya agar lebih
paham.
6. Pola komunikasi apa yang paling efektif dalam penyampaian pesan? Apakah
dengan komunikasi verbal (dengan ucapan) atau dengan komunikasi non verbal
(dengan gerakan)?
Dengan Komunikasi verbal dan non verbal karena keduanya mendukung dalam
proses penyampaian pesan.
7. Bagaimana bu guru mengukur kemampuan anak dalam memahami kata-kata
yang baik?
Dengan sering memberikan pertanyaan dan melakukan kegiatan bermain di Sentra
Imtaq.
8. Bagaimana bu guru mengukur kemampuan anak dalam mengucapkan katakata yang baik?
Ketika si anak mampu menjawab dan mamahami pertanyaan guru.
9. Bagaimana pola mengajar ibu, agar materi yang disampaikan dapat
dimengerti?
Dengan membuat Lesson Plan atau Satuan Kerja Mingguan (SKM).
10. Menurut ibu, apakah pola komuikasi yang dipakai sudah berhasil dalam
peningkatan pengetahuan, pengucapan dan pemahaman murid-murid terhadap
kalimat thayyibah?
Sejauh ini sudah cukup berhasil karena bahasa verbal dan non verbal sudah
mendukung.
11. Bentuk komunikasi apa yang paling mudah dipahami anak-anak dalam
peningkatan pengetahuan, pengucapan dan pemahaman murid-murid di PAUD
Amanah terhadap kalimat thayyibah?
Untuk peningkatan pengetahuan bentuk komunikasinya adalah
komunikasi
kelompok, sedangkan untuk peningkatan pengucapan dan pemahaman secara
komunikasi personal.
Guru PAUD Amanah
Lampiran-lampiran
Pada Saat Pembelajaran Berlangsung
Download