UPI Kampus Tasikmalaya EFFORTS TO INCREASE THE ABILITY OF STUDENTS IN READING AND USING PRAYER MOVEMENT DEMONSTRATION IN CLASS VII H SMPN 1 BANTARKALONG by: Ruyat (SMPN1 Bantarkalong Kab. Tasikmalaya) [email protected] ABSTRACT This classroom action research departs from the problems of disadvantaged learners in the class VII- H SMP Negeri 1 Bantarkalong in the practice of prayer and pray especially at reading pronunciation and movement. Contrary to these problems, is used a method known as a method of learning demonstration. This study aims to determine whether the method can be used in teaching demonstration pray and pray. Conclusion The study proves that the method of demonstration has managed to improve students' skills in reading and pronunciation practice prayer movement. Key words: capable, student, read, exercise, prayer, demonstrations UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM BACAAN DAN GERAKAN SHALAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS VII H SMPN 1 BANTARKALONG Abstrak Penelitian tindakan kelas ini berangkat dari permasalahan kekurangmampuan peserta didik di kelas VII- H SMP Negeri 1 Bantarkalong dalam praktik shalat dan berdoa terutama pada pengucapan bacaan dan gerakannya. Bertolak dari permasalahan tersebut, digunakanlah suatu metode pembelajaran yang dikenal dengan metode demonstrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode demonstrasi dapat digunakan dalam pembelajaran shalat dan berdoa. Kesimpulan penelitian membuktikan bahwa metode demonstrasi telah berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam praktik pengucapan bacaan dan gerakan salat. Kata kunci: mampu, siswa, baca,gerak, shalat, demonstrasi A. Pendahuluan Beribadah atau mengabdikan diri kepada Allah merupakan kewajiban dan suatu jalan yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari oleh manusia sebagai makhluk untuk mendapatkan ridho-Nya, seperti yang tersurat dalam Alquran yang artinya tidaklah kami menciptakan jin dan mamusia kecuali supaya beribadah. Secara garis besar terdapat dua jenis ibadah yaitu ibadah mahdoh (langsung berhadapan kepada Allah) dan ibadah goer mahdoh (melalui perantara). Yang termasuk ibadah mahdoh, antara lain shaum (puasa) baik wajib maupun sunat, sholat juga baik wajib maupun sunat. Sedangkan yang termasuk ibadah goer mahdoh, di antaranya zakat (fitrah maupun mal), infak, shodakoh, dan lain-lain. Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016) Ibadah sholat bila diperingkatkan merupakan ibadah yang utama. Hal ini terdapat dalam salah satu bunyi „bila ibadah sholatnya dinilai baik, maka ibadah yang lainnya pun dinilai baik. Namun sebaliknya apabila nilai ibadah sholatnya ruksak, maka ruksak pula nilai ibadah yang lainnya‟. Di samping itu, terdapat bunyi “Barang siapa mendirikan sholat, maka seakan-akan ia mendirikan agama. Barang siapa tidak mendirikan sholat, maka seakanakan ia menghancurkan agama”. Bagi para peserta didik di sekolah, masalah yang berkaitan dengan beribadah, baik tatacara pelaksanaan maupun ketentuan-ketentuan yang lainnya, baik untuk beribadah mahdoh maupun goer mahdoh sudah dipelajari dalam mata pelajaran pendidikan agama. Namun pada kenyataannya dalam praktiknya masih ditemukan 115 Ruyat . peserta didik khususnya kelas VII H pada saat melaksanakan beribadah, khususnya sholat masih kurang mampu atau belum sesuai dengan ketentuanketentuan yang telah ditetapkan. Baik berupa ucapan dalam sholat (qauliyah) juga berupa perbuatan/gerakan (fi‟liah) dalam sholat. Melihat masalah seperti ini, sesuai dengan yang diamanatkan dalam UUSPN nomor 20 tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya pada masa yang akan datang. Salah satu yang tersurat secara implisit dalam UUSPN, bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan yaitu melalui kegiatan bimbingan yang lazim dikenal dengan istilah “Bimbingan dan Konseling”. Keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah memberikan dampak yang positif dan amat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi peserta didik. Hal tersebut mengingat banyaknya permasalahan dalam belajar yang dialami para peserta didik. Dalam penanganan permasalahan peserta didik di atas, dalam kerangka bimbingan dan konseling diselesaikan melalui konseling individu maupun konseling kelompok serta klasikal berdasarkan berbagai teori yang dikemukakan oleh para ahli yaitu mengenai pendekatan atau teknik yang digunakan oleh konselor/pembimbing ketika proses konseling berlangsung. Bimbingan dan Konseling (BK) dalam dunia pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk terselenggaranya proses pembelajaran dalam hal ini untuk meningkatkan kemampuan/prestasi siswa walaupun secara langsung tidak memberikan penilaian untuk pengisian buku laporan pendidikan (tidak seperti guru mata 116 Pendidikan Agama Islam pelajaran). Di samping itu, bimbingan dan konseling berperanan untuk memberikan bimbingan kepada para siswa yang menemui permasalahan dalam belajar, keluarga dan permasalahan lain yang dihadapi para siswa. Seperti yang telah dibeberkan di atas bahwa beribadah atau mengabdikan diri kepada Allah merupakan kewajiban dan suatu jalan yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari oleh manusia sebagai makhluk untuk mendapatkan ridho-Nya, seperti yang tersurat dalam Alquran yang artinya tidaklah kami menciptakan jin dan mamusia kecuali supaya beribadah. Secara garis besar terdapat dua jenis ibadah yaitu ibadah mahdoh (langsung berhadapan kepada Allah) dan ibadah goer mahdoh (melalui perantara). Yang termasuk ibadah mahdoh, antara lain shaum (puasa) baik wajib maupun sunat, sholat juga baik wajib maupun sunat. Sedangkan yang termasuk ibadah goer mahdoh, di antaranya zakat (fitrah maupun mal), infak, shodakoh, dan lain-lain. Ibadah sholat bila diperingkatkan merupakan ibadah yang utama. Hal ini terdapat dalam salah satu bunyi „bila ibadah sholatnya dinilai baik, maka ibadah yang lainnya pun dinilai baik. Namun sebaliknya apabila nilai ibadah sholatnya ruksak, maka ruksak pula nilai ibadah yang lainnya‟. Di samping itu, terdapat bunyi “Barang siapa mendirikan sholat, maka seakan-akan ia mendirikan agama. Barang siapa tidak mendirikan sholat, maka seakanakan ia menghancurkan agama”. Pada saat peneliti melakukan bimbingan secara klasikal di kelas VII H sesuai dengan Standar Kompetensi “Landasan Hidup Religius” dengan Kompetensi Dasar „Melakukan berbagai kegiatan ibadah‟ dalam materi pembelajaran/pokok bahasan „Sholat dan Berdoa‟, peneliti UPI Kampus Tasikmalaya menemukan kekurangfasihan siswa dalam membacakan/melafalkan baca an-bacaan/doa dan surat Patihah dalam shalat misalnya pelafalan hurup „a („ain) dan hurup a (alip/hamjah). Pengucapan/pelafalan yang tidak sesuai dengan ketentuan artikulator dan titik artikulasi akan mengubah arti yang terkandung dalam kalimat tersebut. Di samping itu, pada saat siswa diujicobakan mempraktekan gerakangerakan dalam shalat, peneliti menemukan pula gerakan-gerakan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebagai contoh pada gerakan takbirotul ikhram pertama, siswa menggerakan tangan hanya sampai dada (seperti gerakan sedang melakukan berdoa). Pada saat melakukan ruku, telapak tangan menutup tulang kering/paha bukan pada lutut sehingga posisi punggung tidak terlihat posisi 90 derajat. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka bimbingan dan konseling memiliki peranan untuk memberikan layanan dasar yaitu memberikan bantuan kepada seluruh konseli dalam hal ini peserta didik dalam rangka mengembangkan kemampuan jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan yang diperlukan dalam kemampuan melaksanakan ibadah shalat dan berdoa. Dalam pelaksanaan kegiatan ini atau dalam proses pembelajaran/bimbingan, peneliti melakukan bimbingan dengan menggunakan salah satu metode yaitu dengan metode demonstrasi. Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab metode ini dapat membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016) situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak lepas dari penjelasan secara lisan dari guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, teatapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran secara lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran. Sebagai suatu metode pembelajaran, demonstrasi mempunyai kelebihan, di antaranya adalah dapat menghindari kemungkinan terjadinya verbalisme karena seluruh siswa langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan. Proses pembelajaran akan lebih menarik sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. Dengan cara siswa mengamati secara langsung, mereka akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian, siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran. Adapun kelemahannya, adalah persiapan harus lebih matang sebab tanpa persiapan yang memadai demonsrasi akan gagal sehingga akan menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberpa kali mencoba terlebih dahulu, sehingga memakan banyak waktu. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan khusus sehingga guru dituntut untuk bekerja profesional. Di samping itu, demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Motode demostrasi dilakukan melalui langkah-langakah sebagai berikut: Melakukan persiapan yaitu (1) merumuskan tujuan yang harus dicapai 117 Ruyat . oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir; (2) melakukan persiapan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan; dan (3) melakukan uji coba demonstrasi. Tahap pelaksanaan demostrasi terdiri dari dari tiga langkah yang harus dilakukan, yaitu: langkah pembukaan, langkah pelaksanaan, dan langkah akhir pelaksanaan. Dalam langkah pembukaan, sebelum demonstrasi dilakukan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antranya: 1) pengaturan tempat duduk yang memungkinkan bagi semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan; 2) tujuan yang harus dicapai oleh siswa; dan 3) tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi. Dalam langkah pelaksanaan, yang harus dilakukan adalah: 1) memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalanya melalui pertanyaanpertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi; 2) menciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan; 3) meyakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa; 4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu. Dalam langkah mengakhiri demonstrasi, apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaiatannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini 118 Pendidikan Agama Islam diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya. Meskipun penggunaan demonstrasi tidak secara otomatis menghasilkan pembelajaran yang efektif, penggunaan metode demonstrasi yang cukup baik akan memberikan dampak yang besar dalam menjelaskan sesuatu materi pelajaran. Bersamaan dengan terpuaskannya kebutuhan akan keterlibatan, pendekatan pengajaran ini juga dapat memberikan dampak yang lebih konkret, dapat menentukan apakah para siswa memahami apa yang diajarkan. Pikiran siswa secara alami cenderung mencari apa yang tidak diketahui dan mengekspresikan keingintahuan serta ingin bisa tentang hal-hal yang tampaknya berbeda atau aneh. Perhatikan betapa seringnya seorang siswa bertanya, “Mengapa bacaannya begitu Pak?”, “Mengapa gerakannya begitu Pak?”. Pikiran tentang aneka ragam pertanyaan penting mereka lontarkan untuk mengetahui tentang cara mengucapkan bacaan-bacaan dan gerakan shalat. Pertanyaan dan jawaban mengarahkan perhatian seorang anak kepada isi dari pelajaran yang diberikan. Ketika suatu respons siswa diperlukan, kita sebagai guru tidak hanya membangkitkan perhatian siswa secara individual, namun juga perhatian seluruh anak yang ada di kelas tersebut. Pertanyaan siswa dapat digunakan untuk melatih dan memberi contoh kembali; pertanyaan akan memperdalam pengaruh dan mengatur fakta-fakta dalam pikiran dan ingatan murid. Di samping itu mengundang para siswa untuk berpartisipasi dengan mencoba praktik mengucapakan UPI Kampus Tasikmalaya bacaan-bacaan dan memperagakan gerakan-gerakan shalat. Pengenalan dengan memberikan pengalaman belajar mengajar seperti ini bisa memberikan motivasi tambahan yang baik dan meningkatkan level belajar para siswa. Seperti sudah dibahas sebelumnya, metode demontrasi memiliki kelebihan dan kelemahan. Kendatipun demikian, seorang guru dituntut harus berupaya untuk meningkatkan metode demonstrasi yang digunakannya demi keberhasilan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru selamanya harus mengevaluasi hasil pembelajaran melalui proses pembelajaran yang dijalankan melalui metode demonstrasi. Seperti semua metode mengajar yang lainnya, dalam praktik pelaksanaanya, metode demonstrasi perlu direncanakan terlebih dahulu karena teknik ini tidak bisa begitu saja dilakukan di tengah jam pelajaran. Guru harus memutuskan topik apa yang dapat dijadikan contoh demonstrasi, memberikan pendahuluan pembelajaran yang baru, juga memutuskan tujuan digunakannya metode demonstrasi, antara lain misalnya untuk menguji apakah kelas tersebut bisa memahami materi yang baru saja disampaikan. Di samping itu, guru juga harus mencari saat-saat yang tepat kapan metode demonstrasi digunakan dalam pembelajaran. Metode demonstrasi yang digunakan sesuai dengan topik yang disampaikan kemungkinan akan dapat menimbulkan ketertarikan serta memotivasi para siswa. Dalam hal ini, guru harus selalu menjadi pembuat keputusan. Dalam satu situasi tertentu, ia harus dapat memutuskan apakah suatu contoh tertentu dalam satu peristiwa pembelajaran perlu dilakukan dengan demonstrasi atau tidak; apakah kalau menggunakan metode demonstrasi itu akan cukup memberi Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016) manfaat bagi para siswa; dan sebagainya. Di samping itu, hal yang paling mendasar dalam upaya peningkatan penggunaan metode demonstrasi adalah adanya kompetensi yang harus dimiliki guru, baik berupa wawasan ilmu maupun berupa keterampilan praktis yang akan diterapkan dalam setiap pembelajaran. Misalnya, ketika guru akan mengajarkan bagaimana mengucapkan basmalah yang baik, bagaimana gerakan ruku yang baik, harus sudah dipastikan bahwa guru betul-betul menguasainya. Kemampuan mengucapkan bacaan yang berbahasa Arab dan cara gerakan yang optimal akan melahirkan ekspresi yang mungkin sangat menyentuh perasaan para siswa ketika guru tersebut kalimat berbahasa Arab. Hal demikian ini tentu saja akan membangkitkan daya apresiasi siswa dan meningkatkan rasa empati dan minat siswa untuk mencoba mengucapkan dan melakukannya. Dasar pemikiran atau pertimbangan tentang penerapan program bimbingan dan konseling bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah adanya kesadaran atau komitmen untuk memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugastugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral spiritual) Peserta didik adalah seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah 119 Ruyat . kehidupannya. (Syamsu Yusuf L. N.: 1-2) Bimbingan dan Konseling di SMP Bimbingan dan Konseling di sekolah (SMP) merupakan salah satu bentuk usaha untuk membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar serta perencanaan dan pengembangan karier. Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individu, kelompok dan atau klasikal sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik dalam mengejar prestasi belajarnya. Pengertian Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “guidance” dan “counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” berasal dari akar kata “guide”, yang berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer) Sementara Rochman Natawidjaja (1987: 37) mengartikan bimbingan sebagai “suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya peserta didik tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat 120 Pendidikan Agama Islam pada umumnya. Bimbingan membantu peserta didik mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial”. Bimbingan dan Konseling adalah pemberian pelayanan bantuan kepada peserta didik, baik secara individu maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perecanaan karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling Yang termasuk bidang layanan Bimbingan dan Konseling meliputi pengembangan kehidupan pribadi, pengembangan kehidupan sosial, pengembangan kemampuan belajar, dan pengembangan karier. Pengembangan kehidupan pribadi yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik. Pengembangan diri kehidupan sosial yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif, baik dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas. Pengembangan kemampuan belajar yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah dan belajar secara mandiri. Pengembangan karier yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta UPI Kampus Tasikmalaya didik dalam memahami dan menilai informasi serta memilih dan mengambil keputusan karier. Fungsi Bimbingan dan Konseling (1) Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya (2) Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya. (3) Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya. (4) Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuhkembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya. (5) Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepantingan yang kurang mendapat perhatian. Landasan Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan Konseling berjalan di atas landasan yang kokoh. Di atas landasan itulah, bimbingan dan konseling berdiri tegak dan berkembang di tengan pusaran waktu yang terus berjalan. Memperhatikan landasan bimbingan dan konseling ini membuat konselor/guru pembimbing mempunyai tempat berpijak dan sumber nilai serta pengetahuan yang luas, mendalam, dan fleksibel. Secara teoritis, berdasarkan hasil dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek yang melandasi pengembangan layanan bimbingan dan konseling. Landasan Filosofis Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman, khususnya bagi konselor/guru pembimbing dalam Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016) melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis, maupun estetis. Landasan Psikologis Landasan psikologis merupakan landasan yang memberikan pemahaman bagikonselor/guru pembimbing tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Beberapa kajian psikologis yang harus dikuasai oleh konselor/guru pembimbing yaitu: 1) motif dan motifasi, 2) pembawaan dan lingkungan, 3) perkembangan individu, 4) belajar, 5) kepribadian. Landasan Sosial-Budaya Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor/guru pembimbing tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun praktiknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes yang dituangkan dalam bentuk laporan. Landasan Pedagogis Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu: Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan. Pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti 121 Ruyat . tujuan layanan konseling. bimbingan dan Landasan Religius Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu: Manusia sebagai makhluk Tuhan. Sikap yang mendorong perkembangan dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal, suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah. Landasan Yuridis-Formal Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling, yang bersumber dari undang-undang dasar, undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan menteri, serta berbagai aturan dan pedoman lainnya yang mengatur tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Indonesia. Jenis-jenis Layanan dan Bimbingan dan Konseling Untuk mengembangkan potensi peserta didik dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya, perlu ada kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang terorganisir, terprogram, dan terarah. Perhatian utama bimbingan dan konseling adalah para peserta didik yang bermasalah. Layanan Dasar Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli dalam hal ini peserta didik melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara 122 Pendidikan Agama Islam sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Tujuan Layanan Dasar Secara rinci tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu konseli/peserta didik agar: Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya, dan agama), Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaiaian diri dengan lingkungannya, Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karier. Materi pelayanan dasar dirumuskan dan dikemas atas dasar standar kompetensi kemandirian antara lain mencakup pengembangan: (1) Self-esteem, (2) Motivasi berprestasi, (3) Keterampilan pengambilan keputusan, (4) Keterampilan pemecahan masalah (5) Keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi, (6) Penyadaran keragaman budaya, dan (7) Perilaku bertanggung jawab. Layanan Responsif Pelayanan responsif merupakan pemerian bantuan kepada konseli/ peserta didik yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapai- UPI Kampus Tasikmalaya an tugas-tugas perkembangan. Konseling individual, konseling kritis, konsultasi dengan orang tua, guru dan alih tangan kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan responsif. Perencanaan Individual Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktifitasyang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Dukungan Sistem Ketiga komponen di atas merupakan pemberian bimbingan dan konseling kepada konseli secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur, dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli. Strategi Implementasi Strategi pelaksanaan masingmasing komponen pelayanan dapat dijelaskan sebagai berikut: Program layanan dasar melalui bimbingan klasikal yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada para peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini dapat berupa diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat). Pelayanan ini merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik/siswa dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/ madrasah, untuk mempermudah atau Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016) memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru tersebut. Yaitu pemberian informasi tentang berbagai halyang dipandang bermanfaat bagi peserta didik melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik, seperti; buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet). Konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik melalui kelompok-kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta didik/siswa. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini adalah masalah yang bersifat umum dan tidak rahasia, seperti caracara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola stress. Pelayanan pengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi peserta didik, dan lingkungan peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instru-men, baik tes maupun nontes. Pelayanan Responsif (1) Konseling Individual dan Kelompok Pemberian pelayanan konseling ini ditujukan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, pesera didik dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih cepat. (2) Referal (Rujukan atau Alih Tangan) Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah konseli, maka sebaiknya mereferal atau mengalihtangankan konseli kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti 123 Ruyat . psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. (3) Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang peserta didik (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran dan atau wali kelas. (4) Kolaborasi dengan Orang Tua Konselor perlu melakukan kerja sama dengan para orang tua peserta didik. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya berlangsung di sekolah/madrasah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi peserta didik. (5) Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah/madrasah Yang berkaitan dengan upaya sekolah/madrasah untuk menjali kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan. (6) Konsultasi Konselor/guru pembimbing menerima pelayanan konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah/madrasah yang terkait dengan upaya membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik, menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, dan meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. (7) Bimbingan Teman Sebaya 124 Pendidikan Agama Islam Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh peserta didik terhadap peserta didik lainnya. Peserta didik yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor/guru pembimbing. (8) Konferensi Kasus Yaitu kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik itu. Pertemuan konferensi kasus ini bersifat terbatas dan tertutup. (9) Kunjungan Rumah Yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta didik tertentu yang sedang ditangani, dalam upaya mengentaskan masalahnya, melalui kunjungan ke rumahnya. (10) Perencanaan Individual Konselor/guru pembimbing membantu peserta didik menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangan, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, peserta didik akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif. B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil rata-rata observasi awal menunjukkan hasil observasi pada prasiklus, siklus I, dan siklus II, yakni nilai kemampuan ke-30 orang peserta didik dalam bacaan dan gerakan sholat rata-rata pada pra siklus untuk bacaan 67,3 dan gerakan 70,6. Selanjutnya pada siklus pertama bacaan memperoleh 73,9 dan gerakan naik menjadi 75,5. UPI Kampus Tasikmalaya Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016) termasuk ke dalam kategori cukup dalam bacaan dan gerakan sholat, dari prasiklus ke siklus I dank ke siklus II berjumlah 1 orang (3,3 %); dari siklus I ke siklus II tetap/tidak terdapat perubahan. Penurunan jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori kurang dalam bacaan dan gerakan sholat, dari prasiklus ke siklus I berjumlah 0 orang (0%), dari siklus I ke siklus II berjumlah 0 orang (0%), serta jumlah peserta yang termasuk kategori amat kurang berjumlah 0 orang. Kemapuan Mendemontrasikan Tampak bahwa kemampuan peserta didik dalam bacaan dan gerakan sholat dari prasiklus ke siklus I pada bacaan shalat dan dari pra siklus ke siklus II pada gerakan shalat kuantitasnya mengalami peningkatan. Peningkatannya dari prasiklus ke siklus I berjumlah 8,68% dan dari siklus I ke siklus II berjumlah 13,97%. Dari tabel 3 di atas tampak bahwa jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori amat baik dalam bacaan dan gerakan sholat pada pra siklus berjumlah 1 orang, pada siklus I berjumlah 1 orang, dan pada siklus II tidak terdapat perubahan yaitu berjumlah 1 orang. Jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam N kategori baik, pada prasiklus pada o. bacaan dan gerakan berjumlah 18 orang, pada siklus I dan pada siklus II berjumlah 19 orang. 1 Jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori cukup, 2 pada prasiklus dalam bacaan dan 3 gerakan berjumlah 11 orang, pada siklus I dan pada siklus II berjumlah 10 orang. Jumlah 4 peserta didik yang termasuk ke dalam kategori kurang, pada prasiklus berjumlah 0 orang, pada siklus I berjumlah 0 orang, dan pada siklus II berjumlah 0 orang, serta jumlah peserta didik yang termasuk kategori amat kurang berjumlah 0. Kemudian peningkatan dan penurunannya adalah sebagai berikut. Jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori amat baik pada siklus I dan siklus II, baik bacaan maupun gerakan sholat tidak terdapat peningkatan yaitu berjumlah 1 orang, namun dari kuantitas mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori baik dalam bacaan dan gerakan sholat, dari prasiklus ke siklus I berjumlah 1 orang (3,3%), dari pra siklus ke siklus II berjumlah 1 orang (3,3%). Penurunan jumlah siswa yang Amat baik Baik Jumlah Peserta didik Pra siklus Bac aan 1/ 3,3% Cukup Kurang Amat kurang 18/ 60% 11/ 36,7 % 0 0 Gera kan 1/ 3,3 % 18/ 60% 11/ 36,7 % 0 0 Siklus I Baca an 1/ 3,3 % 19/ Siklus II Gerak an 1/ 3,3 % 19/ 10/ 33,3 % 0 0 10/ 33,3 % 0 0 63,4% 63,4% Persentase peningkatan/ penurunan Siklu Siklu sI s II Bac Gera aan kan 0% 0% 3,3 % 3,3 % 3,3 % 3,3 % 0% 0% 0% 0% Penelitian tindakan yang dilakukan pada siklus I merupakan hasil pengamatan awal dan hasil refleksi terhadap kemampuan peserta didik dalam bacaan sholat pada pembelajaran sholat dan berdoa sebelum dilakukan tindakan pada siklus I. Sebagaimana dikemukakan di atas, kemampuan peserta didik dalam bacaan dan gerakan sholat pada prasiklus dapat dikatakan rendah (kurang). Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, yaitu pembelajaran sholat dan berdoa dengan menggunakan metode demonstrasi, kemampuan peserta didk dalam bacaan dan gerakan sholat pada kemampuan amat baik tidak mengalami peningkatan baik kuantitas maupun kualitasnya. Pada kemampuan siswa 125 Ruyat . dalam kategori baik mengalami peningktan walau tidak signifikan. Dalam kategori cukup setelah dilakukan tindakan justru menurun pada kualitas namun pada kuantitas mengalami peningkatan. Terkait dengan jumlah peserta didik, jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori amat baik dalam melakukan bacaan dan gerakan sholat, tidak mengalami kenaikan pada kualitas, yaitu: dari jumlah 1 orang (pada prasiklus) tetap 1 orang (pada silkus I dan pada siklus II). Jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori baik dalam melakukan bacaan dan gerakan sholat, mengalami kenaikan, yaitu: dari jumlah 18 orang (pada prasiklus) menjadi 19 orang (pada silkus I dan II), peningkatannya berjumlah 1 orang (3,3%). Jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori cukup dalam melakukan bacaan dan gerakan sholat, mengalami penurunan, yaitu: dari jumlah 11 orang (pada prasiklus) menjadi 10 orang (pada silkus I dan siklus II), penurunannya berjumlah 1 orang (3,3%). Kemudian jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori kurang dalam melakukan bacaan dan gerakan sholat, tetap/tidak mengalami penambahan maupun penurunan, serta yang ke dalam kategori amat kurang tidak berubah, baik dari prasiklus ke siklus I maupun dari siklus I ke siklus II. Untuk lebih jelasnya, peningkatan jumlah peserta didik yang termasuk dalam kategori: amat baik, baik, cukup, kurang, dan amat kurang dalam melakukan bacaan dan gerakan sholat sebagaimana diuraikan di atas, bisa dilihat dalam bentuk diagram berikut ini. 126 Pendidikan Agama Islam C. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui penggunaan metode demontrasi dalam pembelajaran sholat dan berdoa, diperoleh kesimpulan yang menyatakan bahwa ternyata metode demontrasi dapat digunakan dalam pembelajaran sholat dan berdoa. Lebih jauh dari itu, metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam sholat dan berdoa, para siswa dapat mengucapkan bacaanbacaan shalat dengan lebih baik, para siswa pun dapat melakukan gerakangerakan shalat dengan baik pula sesuai dengan ketentuan yang diharapkan yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik, khususnya dalam mata pelajaran bimbingan dan konseling (BK). D. Daftar Rujukan Asmiani, Jamal Ma‟mur. (2010). Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jogiakarta: DIVA Press Heriawan, Adang, dkk. (2012). Metodologi PembelajaranKajian Tioritis Praktis. Serang-Banten: LP3G Nurihsan, Achmad Juntika. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP. Jakarta: PT. Grasindo Suherman, dkk. (2011). Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI PRESS Yusup L.N., Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press Biodata singkat: Penulis guru (SMPN1 Bantarkalong Kab. Tasikmalaya)