proposal penelitian

advertisement
UPI Kampus Tasikmalaya
EFFORTS TO INCREASE THE ABILITY OF STUDENTS IN READING AND USING
PRAYER MOVEMENT DEMONSTRATION IN CLASS VII H SMPN 1 BANTARKALONG
by: Ruyat (SMPN1 Bantarkalong Kab. Tasikmalaya)
[email protected]
ABSTRACT
This classroom action research departs from the problems of disadvantaged
learners in the class VII- H SMP Negeri 1 Bantarkalong in the practice of prayer
and pray especially at reading pronunciation and movement. Contrary to these
problems, is used a method known as a method of learning demonstration. This
study aims to determine whether the method can be used in teaching demonstration
pray and pray. Conclusion The study proves that the method of demonstration has
managed to improve students' skills in reading and pronunciation practice prayer
movement.
Key words: capable, student, read, exercise, prayer, demonstrations
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM BACAAN DAN
GERAKAN SHALAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI
KELAS VII H SMPN 1 BANTARKALONG
Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini berangkat dari permasalahan kekurangmampuan peserta didik di kelas
VII- H SMP Negeri 1 Bantarkalong dalam praktik shalat dan berdoa terutama pada pengucapan bacaan
dan gerakannya. Bertolak dari permasalahan tersebut, digunakanlah suatu metode pembelajaran yang
dikenal dengan metode demonstrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode
demonstrasi dapat digunakan dalam pembelajaran shalat dan berdoa. Kesimpulan penelitian
membuktikan bahwa metode demonstrasi telah berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam praktik
pengucapan bacaan dan gerakan salat.
Kata kunci: mampu, siswa, baca,gerak, shalat, demonstrasi
A. Pendahuluan
Beribadah atau mengabdikan diri
kepada Allah merupakan kewajiban
dan suatu jalan yang harus dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari oleh
manusia sebagai makhluk untuk
mendapatkan ridho-Nya, seperti yang
tersurat dalam Alquran yang artinya
tidaklah kami menciptakan jin dan
mamusia kecuali supaya beribadah.
Secara garis besar terdapat dua jenis
ibadah yaitu ibadah mahdoh (langsung
berhadapan kepada Allah) dan ibadah
goer mahdoh (melalui perantara). Yang
termasuk ibadah mahdoh, antara lain
shaum (puasa) baik wajib maupun
sunat, sholat juga baik wajib maupun
sunat. Sedangkan yang termasuk
ibadah goer mahdoh, di antaranya
zakat (fitrah maupun mal), infak,
shodakoh, dan lain-lain.
Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
Ibadah sholat bila diperingkatkan
merupakan ibadah yang utama. Hal ini
terdapat dalam salah satu bunyi „bila
ibadah sholatnya dinilai baik, maka
ibadah yang lainnya pun dinilai baik.
Namun sebaliknya apabila nilai ibadah
sholatnya ruksak, maka ruksak pula
nilai ibadah yang lainnya‟. Di samping
itu, terdapat bunyi “Barang siapa
mendirikan sholat, maka seakan-akan
ia mendirikan agama. Barang siapa
tidak mendirikan sholat, maka seakanakan ia menghancurkan agama”.
Bagi para peserta didik di sekolah,
masalah yang berkaitan dengan
beribadah, baik tatacara pelaksanaan
maupun ketentuan-ketentuan yang
lainnya, baik untuk beribadah mahdoh
maupun goer mahdoh sudah dipelajari
dalam mata pelajaran pendidikan
agama. Namun pada kenyataannya
dalam praktiknya masih ditemukan
115
Ruyat
.
peserta didik khususnya kelas VII H
pada saat melaksanakan beribadah,
khususnya sholat masih kurang mampu
atau belum sesuai dengan ketentuanketentuan yang telah ditetapkan. Baik
berupa ucapan dalam sholat (qauliyah)
juga berupa perbuatan/gerakan (fi‟liah)
dalam sholat.
Melihat masalah seperti ini, sesuai
dengan yang diamanatkan dalam
UUSPN nomor 20 tahun 2003, bahwa
pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan
atau latihan bagi peranannya pada
masa yang akan datang.
Salah satu yang tersurat secara
implisit dalam UUSPN, bahwa dalam
penyelenggaraan pendidikan yaitu
melalui kegiatan bimbingan yang
lazim dikenal dengan istilah “Bimbingan dan Konseling”.
Keberadaan
Bimbingan
dan
Konseling di sekolah memberikan
dampak yang positif dan amat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan
pendidikan dan pribadi peserta didik.
Hal tersebut mengingat banyaknya
permasalahan dalam belajar yang
dialami para peserta didik.
Dalam penanganan permasalahan
peserta didik di atas, dalam kerangka
bimbingan dan konseling diselesaikan
melalui konseling individu maupun
konseling kelompok serta klasikal
berdasarkan berbagai teori yang
dikemukakan oleh para ahli yaitu
mengenai pendekatan atau teknik yang
digunakan oleh konselor/pembimbing
ketika proses konseling berlangsung.
Bimbingan dan Konseling (BK)
dalam dunia pendidikan memiliki
peranan yang sangat penting untuk
terselenggaranya proses pembelajaran
dalam hal ini untuk meningkatkan
kemampuan/prestasi siswa walaupun
secara langsung tidak memberikan
penilaian untuk pengisian buku laporan
pendidikan (tidak seperti guru mata
116
Pendidikan Agama Islam
pelajaran). Di samping itu, bimbingan
dan konseling berperanan untuk
memberikan bimbingan kepada para
siswa yang menemui permasalahan
dalam belajar, keluarga dan permasalahan lain yang dihadapi para
siswa.
Seperti yang telah dibeberkan di
atas bahwa beribadah atau mengabdikan diri kepada Allah merupakan
kewajiban dan suatu jalan yang harus
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
oleh manusia sebagai makhluk untuk
mendapatkan ridho-Nya, seperti yang
tersurat dalam Alquran yang artinya
tidaklah kami menciptakan jin dan
mamusia kecuali supaya beribadah.
Secara garis besar terdapat dua jenis
ibadah yaitu ibadah mahdoh (langsung
berhadapan kepada Allah) dan ibadah
goer mahdoh (melalui perantara). Yang
termasuk ibadah mahdoh, antara lain
shaum (puasa) baik wajib maupun
sunat, sholat juga baik wajib maupun
sunat. Sedangkan yang termasuk
ibadah goer mahdoh, di antaranya
zakat (fitrah maupun mal), infak,
shodakoh, dan lain-lain.
Ibadah sholat bila diperingkatkan
merupakan ibadah yang utama. Hal ini
terdapat dalam salah satu bunyi „bila
ibadah sholatnya dinilai baik, maka
ibadah yang lainnya pun dinilai baik.
Namun sebaliknya apabila nilai ibadah
sholatnya ruksak, maka ruksak pula
nilai ibadah yang lainnya‟. Di samping
itu, terdapat bunyi “Barang siapa
mendirikan sholat, maka seakan-akan
ia mendirikan agama. Barang siapa
tidak mendirikan sholat, maka seakanakan ia menghancurkan agama”.
Pada saat peneliti melakukan
bimbingan secara klasikal di kelas VII
H sesuai dengan Standar Kompetensi
“Landasan Hidup Religius” dengan
Kompetensi
Dasar
„Melakukan
berbagai kegiatan ibadah‟ dalam
materi pembelajaran/pokok bahasan
„Sholat
dan
Berdoa‟,
peneliti
UPI Kampus Tasikmalaya
menemukan kekurangfasihan siswa
dalam membacakan/melafalkan baca
an-bacaan/doa dan surat Patihah dalam
shalat misalnya pelafalan hurup „a
(„ain) dan hurup a (alip/hamjah).
Pengucapan/pelafalan
yang
tidak
sesuai dengan ketentuan artikulator
dan titik artikulasi akan mengubah arti
yang terkandung dalam kalimat
tersebut.
Di samping itu, pada saat siswa
diujicobakan mempraktekan gerakangerakan
dalam
shalat,
peneliti
menemukan pula gerakan-gerakan
yang tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Sebagai contoh pada
gerakan takbirotul ikhram pertama,
siswa menggerakan tangan hanya
sampai dada (seperti gerakan sedang
melakukan berdoa). Pada saat melakukan ruku, telapak tangan menutup
tulang kering/paha bukan pada lutut
sehingga posisi punggung tidak terlihat
posisi 90 derajat.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka bimbingan dan
konseling memiliki peranan untuk
memberikan layanan dasar yaitu
memberikan bantuan kepada seluruh
konseli dalam hal ini peserta didik
dalam
rangka
mengembangkan
kemampuan jangka panjang sesuai
dengan
tahap
dan
tugas-tugas
perkembangan yang diperlukan dalam
kemampuan melaksanakan ibadah
shalat dan berdoa. Dalam pelaksanaan
kegiatan ini atau dalam proses
pembelajaran/bimbingan, peneliti melakukan bimbingan dengan menggunakan salah satu metode yaitu
dengan metode demonstrasi.
Demonstrasi merupakan metode
yang sangat efektif, sebab metode ini
dapat membantu siswa untuk mencari
jawaban
dengan
usaha
sendiri
berdasarkan fakta atau data yang
benar. Metode demonstrasi merupakan
metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan
kepada siswa tentang suatu proses,
Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
situasi, atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.
Sebagai
metode
penyajian,
demonstrasi tidak lepas dari penjelasan
secara lisan dari guru. Walaupun
dalam proses demonstrasi peran siswa
hanya sekedar memperhatikan, teatapi
demonstrasi dapat menyajikan bahan
pelajaran secara lebih konkret. Dalam
strategi pembelajaran, demonstrasi
dapat digunakan untuk mendukung
keberhasilan strategi pembelajaran.
Sebagai suatu metode pembelajaran, demonstrasi mempunyai kelebihan, di antaranya adalah dapat
menghindari kemungkinan terjadinya
verbalisme karena seluruh siswa
langsung
memperhatikan
bahan
pelajaran yang dijelaskan. Proses
pembelajaran akan lebih menarik
sebab siswa tidak hanya mendengar,
tetapi juga melihat peristiwa yang
terjadi. Dengan cara siswa mengamati
secara langsung, mereka akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan
antara teori dan kenyataan. Dengan
demikian, siswa akan lebih meyakini
kebenaran materi pembelajaran.
Adapun kelemahannya, adalah
persiapan harus lebih matang sebab
tanpa persiapan yang memadai
demonsrasi akan gagal sehingga akan
menyebabkan metode ini tidak efektif
lagi. Bahkan sering terjadi untuk
menghasilkan pertunjukan suatu proses
tertentu, guru harus beberpa kali
mencoba terlebih dahulu, sehingga
memakan banyak waktu. Demonstrasi
memerlukan
kemampuan
dan
keterampilan khusus sehingga guru
dituntut untuk bekerja profesional. Di
samping
itu,
demonstrasi
juga
memerlukan kemauan dan motivasasi
guru yang bagus untuk keberhasilan
proses pembelajaran siswa.
Motode demostrasi dilakukan
melalui langkah-langakah sebagai
berikut:
Melakukan persiapan yaitu (1)
merumuskan tujuan yang harus dicapai
117
Ruyat
.
oleh siswa setelah proses demonstrasi
berakhir; (2) melakukan persiapan
garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan; dan (3)
melakukan uji coba demonstrasi.
Tahap pelaksanaan demostrasi
terdiri dari dari tiga langkah yang
harus dilakukan, yaitu: langkah
pembukaan, langkah pelaksanaan, dan
langkah akhir pelaksanaan.
Dalam
langkah
pembukaan,
sebelum demonstrasi dilakukan, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan,
di antranya: 1) pengaturan tempat
duduk yang memungkinkan bagi
semua siswa dapat memperhatikan
dengan
jelas
apa
yang
didemonstrasikan; 2) tujuan yang harus
dicapai oleh siswa; dan 3) tugas-tugas
yang harus dilakukan oleh siswa,
misalnya siswa ditugaskan mencatat
hal-hal yang dianggap penting dari
pelaksanaan demonstrasi.
Dalam langkah pelaksanaan, yang
harus dilakukan adalah: 1) memulai
demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan
yang merangsang siswa untuk berpikir,
misalanya
melalui
pertanyaanpertanyaan yang mengandung teka-teki
sehingga mendorong siswa untuk
tertarik memperhatikan demonstrasi; 2)
menciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang
menegangkan; 3) meyakinkan bahwa
semua siswa mengikuti jalannya
demonstrasi dengan memperhatikan
reaksi seluruh siswa; 4) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk secara
aktif memikirkan lebih lanjut sesuai
dengan apa yang dilihat dari proses
demonstrasi itu.
Dalam
langkah
mengakhiri
demonstrasi,
apabila
demonstrasi
selesai dilakukan, proses pembelajaran
perlu diakhiri dengan memberikan
tugas-tugas
tertentu
yang
ada
kaiatannya
dengan
pelaksanaan
demonstrasi dan proses pencapaian
tujuan
pembelajaran.
Hal
ini
118
Pendidikan Agama Islam
diperlukan untuk meyakinkan apakah
siswa memahami proses demonstrasi
itu atau tidak. Selain memberikan
tugas yang relevan, ada baiknya guru
dan siswa melakukan evaluasi bersama
tentang jalannya proses demonstrasi itu
untuk perbaikan selanjutnya.
Meskipun penggunaan demonstrasi tidak secara otomatis menghasilkan pembelajaran yang efektif,
penggunaan metode demonstrasi yang
cukup baik akan memberikan dampak
yang besar dalam menjelaskan sesuatu
materi pelajaran. Bersamaan dengan
terpuaskannya
kebutuhan
akan
keterlibatan, pendekatan pengajaran ini
juga dapat memberikan dampak yang
lebih konkret, dapat menentukan
apakah para siswa memahami apa yang
diajarkan.
Pikiran siswa secara alami cenderung mencari apa yang tidak diketahui dan mengekspresikan keingintahuan serta ingin bisa tentang hal-hal
yang tampaknya berbeda atau aneh.
Perhatikan betapa seringnya seorang
siswa bertanya, “Mengapa bacaannya
begitu Pak?”, “Mengapa gerakannya
begitu Pak?”. Pikiran tentang aneka
ragam pertanyaan penting mereka
lontarkan untuk mengetahui tentang
cara mengucapkan bacaan-bacaan dan
gerakan shalat. Pertanyaan dan
jawaban
mengarahkan
perhatian
seorang anak kepada isi dari pelajaran
yang diberikan. Ketika suatu respons
siswa diperlukan, kita sebagai guru
tidak hanya membangkitkan perhatian
siswa secara individual, namun juga
perhatian seluruh anak yang ada di
kelas tersebut. Pertanyaan siswa dapat
digunakan untuk melatih dan memberi
contoh kembali; pertanyaan akan
memperdalam pengaruh dan mengatur
fakta-fakta dalam pikiran dan ingatan
murid.
Di samping itu mengundang para
siswa untuk berpartisipasi dengan
mencoba
praktik
mengucapakan
UPI Kampus Tasikmalaya
bacaan-bacaan dan memperagakan
gerakan-gerakan shalat. Pengenalan
dengan
memberikan
pengalaman
belajar mengajar seperti ini bisa
memberikan motivasi tambahan yang
baik dan meningkatkan level belajar
para siswa.
Seperti sudah dibahas sebelumnya,
metode demontrasi memiliki kelebihan
dan kelemahan. Kendatipun demikian,
seorang guru dituntut harus berupaya
untuk
meningkatkan
metode
demonstrasi yang digunakannya demi
keberhasilan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru
selamanya harus mengevaluasi hasil
pembelajaran melalui proses pembelajaran yang dijalankan melalui metode
demonstrasi. Seperti semua metode
mengajar yang lainnya, dalam praktik
pelaksanaanya, metode demonstrasi
perlu direncanakan terlebih dahulu
karena teknik ini tidak bisa begitu saja
dilakukan di tengah jam pelajaran.
Guru harus memutuskan topik apa
yang
dapat
dijadikan
contoh
demonstrasi, memberikan pendahuluan
pembelajaran
yang
baru,
juga
memutuskan tujuan digunakannya
metode demonstrasi, antara lain
misalnya untuk menguji apakah kelas
tersebut bisa memahami materi yang
baru saja disampaikan.
Di samping itu, guru juga harus
mencari saat-saat yang tepat kapan
metode demonstrasi digunakan dalam
pembelajaran. Metode demonstrasi
yang digunakan sesuai dengan topik
yang disampaikan kemungkinan akan
dapat menimbulkan ketertarikan serta
memotivasi para siswa. Dalam hal ini,
guru harus selalu menjadi pembuat
keputusan. Dalam satu situasi tertentu,
ia harus dapat memutuskan apakah
suatu contoh tertentu dalam satu
peristiwa pembelajaran perlu dilakukan
dengan demonstrasi atau tidak; apakah
kalau
menggunakan
metode
demonstrasi itu akan cukup memberi
Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
manfaat bagi para siswa; dan
sebagainya.
Di samping itu, hal yang paling
mendasar dalam upaya peningkatan
penggunaan
metode
demonstrasi
adalah adanya kompetensi yang harus
dimiliki guru, baik berupa wawasan
ilmu maupun berupa keterampilan
praktis yang akan diterapkan dalam
setiap pembelajaran. Misalnya, ketika
guru akan mengajarkan bagaimana
mengucapkan basmalah yang baik,
bagaimana gerakan ruku yang baik,
harus sudah dipastikan bahwa guru
betul-betul menguasainya. Kemampuan mengucapkan bacaan yang
berbahasa Arab dan cara gerakan yang
optimal akan melahirkan ekspresi yang
mungkin sangat menyentuh perasaan
para siswa ketika guru tersebut kalimat
berbahasa Arab. Hal demikian ini tentu
saja akan membangkitkan daya
apresiasi siswa dan meningkatkan rasa
empati dan minat siswa untuk mencoba
mengucapkan dan melakukannya.
Dasar pemikiran atau pertimbangan tentang penerapan program
bimbingan dan konseling bukan
semata-mata terletak pada ada atau
tidak
adanya
landasan
hukum
(perundang-undangan) atau ketentuan
dari atas, namun yang lebih penting
adalah
adanya
kesadaran
atau
komitmen untuk memfasilitasi peserta
didik agar mampu mengembangkan
potensi dirinya atau mencapai tugastugas perkembangannya (menyangkut
aspek fisik, emosi, intelektual, sosial,
dan moral spiritual)
Peserta didik adalah seorang
individu yang sedang berada dalam
proses berkembang atau menjadi
(becoming), yaitu berkembang ke arah
kematangan atau kemandirian. Untuk
mencapai kematangan tersebut, peserta
didik memerlukan bimbingan karena
mereka masih kurang memiliki
pemahaman atau wawasan tentang
dirinya dan lingkungannya, juga
pengalaman dalam menentukan arah
119
Ruyat
.
kehidupannya. (Syamsu Yusuf L. N.:
1-2)
Bimbingan dan Konseling di SMP
Bimbingan dan Konseling di
sekolah (SMP) merupakan salah satu
bentuk usaha untuk membantu peserta
didik dalam pengembangan kehidupan
pribadi, kehidupan sosial, kegiatan
belajar
serta
perencanaan
dan
pengembangan karier. Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi
pengembangan peserta didik secara
individu, kelompok dan atau klasikal
sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, minat, perkembangan, kondisi
serta peluang-peluang yang dimiliki.
Pelayanan
ini
juga
membantu
mengatasi kelemahan dan hambatan
serta masalah yang dihadapi peserta
didik
dalam
mengejar
prestasi
belajarnya.
Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “guidance”
dan “counseling” dalam bahasa
Inggris. Secara harfiyah istilah
“guidance” berasal dari akar kata
“guide”, yang berarti: (1) mengarahkan
(to direct), (2) memandu (to pilot), (3)
mengelola (to manage), dan (4)
menyetir (to steer)
Sementara Rochman Natawidjaja
(1987: 37) mengartikan bimbingan
sebagai “suatu proses pemberian
bantuan kepada peserta didik yang
dilakukan secara berkesinambungan,
supaya peserta didik tersebut dapat
memahami dirinya, sehingga dia
sanggup mengarahkan dirinya dan
dapat bertindak secara wajar, sesuai
dengan
tuntutan
dan
keadaan
lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.
Dengan demikian, dia akan dapat
menikmati kebahagiaan hidupnya, dan
dapat memberikan sumbangan yang
berarti kepada kehidupan masyarakat
120
Pendidikan Agama Islam
pada umumnya. Bimbingan membantu
peserta didik mencapai perkembangan
diri secara optimal sebagai makhluk
sosial”.
Bimbingan dan Konseling adalah
pemberian pelayanan bantuan kepada
peserta didik, baik secara individu
maupun kelompok agar mampu
mandiri dan berkembang secara
optimal dalam bidang pengembangan
kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kemampuan belajar, dan perecanaan
karier melalui berbagai jenis layanan
dan kegiatan pendukung berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
Bidang Layanan Bimbingan dan
Konseling
Yang termasuk bidang layanan
Bimbingan dan Konseling meliputi
pengembangan kehidupan pribadi,
pengembangan
kehidupan
sosial,
pengembangan kemampuan belajar,
dan pengembangan karier. Pengembangan kehidupan pribadi yaitu bidang
pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami, menilai, dan
mengembangkan
potensi
dan
kecakapan, bakat dan minat, serta
kondisi sesuai dengan karakteristik
kepribadian dan kebutuhan dirinya
secara realistik.
Pengembangan diri kehidupan
sosial yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam
memahami
dan
menilai
serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif, baik
dengan teman sebaya, anggota
keluarga, dan warga lingkungan sosial
yang lebih luas.
Pengembangan kemampuan belajar yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam
rangka mengikuti pendidikan sekolah
dan belajar secara mandiri.
Pengembangan karier yaitu bidang
pelayanan yang membantu peserta
UPI Kampus Tasikmalaya
didik dalam memahami dan menilai
informasi
serta
memilih
dan
mengambil keputusan karier.
Fungsi Bimbingan dan Konseling
(1) Pemahaman, yaitu fungsi untuk
membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya
(2) Pencegahan, yaitu fungsi untuk
membantu peserta didik mampu
mencegah atau menghindarkan
diri dari berbagai permasalahan
yang dapat menghambat perkembangan dirinya.
(3) Pengentasan, yaitu fungsi untuk
membantu peserta didik mengatasi
masalah yang dialaminya.
(4) Pemeliharaan dan pengembangan,
yaitu fungsi untuk membantu
peserta didik memelihara dan
menumbuhkembangkan berbagai
potensi dan kondisi positif yang
dimilikinya.
(5) Advokasi, yaitu fungsi untuk
membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau
kepantingan yang kurang mendapat perhatian.
Landasan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling berjalan
di atas landasan yang kokoh. Di atas
landasan itulah, bimbingan dan
konseling berdiri tegak dan berkembang di tengan pusaran waktu
yang terus berjalan. Memperhatikan
landasan bimbingan dan konseling ini
membuat konselor/guru pembimbing
mempunyai tempat berpijak dan
sumber nilai serta pengetahuan yang
luas, mendalam, dan fleksibel.
Secara teoritis, berdasarkan hasil
dari beberapa sumber, secara umum
terdapat empat aspek yang melandasi
pengembangan layanan bimbingan dan
konseling.
Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan
landasan yang dapat memberikan
arahan dan pemahaman, khususnya
bagi konselor/guru pembimbing dalam
Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa
dipertanggungjawabkan secara logis,
etis, maupun estetis.
Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan
landasan yang memberikan pemahaman bagikonselor/guru pembimbing
tentang perilaku individu yang menjadi
sasaran layanan (klien).
Beberapa kajian psikologis yang
harus dikuasai oleh konselor/guru
pembimbing yaitu: 1) motif dan
motifasi, 2) pembawaan dan lingkungan, 3) perkembangan individu, 4)
belajar, 5) kepribadian.
Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan
pemahaman kepada konselor/guru
pembimbing tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai
faktor yang mempengaruhi terhadap
perilaku individu.
Landasan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling
merupakan kegiatan professional yang
memiliki dasar-dasar keilmuan, baik
yang menyangkut teori maupun
praktiknya.
Pengetahuan
tentang
bimbingan dan konseling disusun
secara logis dan sistematis dengan
menggunakan berbagai metode, seperti
pengamatan,
wawancara,
analisis
dokumen,
prosedur
tes
yang
dituangkan dalam bentuk laporan.
Landasan Pedagogis
Landasan pedagogis dalam layanan
bimbingan dan konseling ditinjau dari
tiga segi, yaitu:
Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan
merupakan salah satu bentuk kegiatan
pendidikan. Pendidikan sebagai inti
proses bimbingan dan konseling.
Pendidikan lebih lanjut sebagai inti
121
Ruyat
.
tujuan layanan
konseling.
bimbingan
dan
Landasan Religius
Landasan religius dalam layanan
bimbingan dan konseling ditekankan
pada tiga hal pokok, yaitu:
Manusia sebagai makhluk Tuhan.
Sikap yang mendorong perkembangan dari perikehidupan manusia
berjalan ke arah dan sesuai dengan
kaidah-kaidah agama.
Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara
optimal, suasana dan perangkat budaya
serta kemasyarakatan yang sesuai
dengan dan meneguhkan kehidupan
beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah.
Landasan Yuridis-Formal
Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan
perundangan yang berlaku di Indonesia
tentang penyelenggaraan bimbingan
dan konseling, yang bersumber dari
undang-undang dasar, undang-undang,
peraturan
pemerintah,
keputusan
menteri, serta berbagai aturan dan
pedoman lainnya yang mengatur
tentang penyelenggaraan bimbingan
dan konseling di Indonesia.
Jenis-jenis Layanan dan Bimbingan
dan Konseling
Untuk mengembangkan potensi
peserta didik dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya, perlu
ada kegiatan layanan bimbingan dan
konseling yang terorganisir, terprogram, dan terarah. Perhatian utama
bimbingan dan konseling adalah para
peserta didik yang bermasalah.
Layanan Dasar
Layanan dasar diartikan sebagai
proses pemberian bantuan kepada
seluruh konseli dalam hal ini peserta
didik melalui kegiatan penyiapan
pengalaman terstruktur secara klasikal
atau kelompok yang disajikan secara
122
Pendidikan Agama Islam
sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai
dengan
tahap
dan
tugas-tugas
perkembangan yang diperlukan dalam
pengembangan kemampuan memilih
dan mengambil keputusan dalam
menjalani kehidupannya.
Tujuan Layanan Dasar
Secara rinci tujuan pelayanan ini
dapat dirumuskan sebagai upaya untuk
membantu konseli/peserta didik agar:
Memiliki kesadaran (pemahaman)
tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya, dan
agama),
Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung
jawab atau seperangkat tingkah laku
yang layak bagi penyesuaiaian diri
dengan lingkungannya,
Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan
mampu
mengembangkan
dirinya
dalam rangka mencapai tujuan
hidupnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut,
fokus perilaku yang dikembangkan
menyangkut aspek-aspek pribadi,
sosial, belajar dan karier. Materi
pelayanan dasar dirumuskan dan
dikemas atas dasar standar kompetensi
kemandirian antara lain mencakup
pengembangan: (1) Self-esteem, (2)
Motivasi berprestasi, (3) Keterampilan
pengambilan keputusan, (4) Keterampilan pemecahan masalah (5) Keterampilan hubungan antar pribadi atau
berkomunikasi, (6) Penyadaran keragaman budaya, dan (7) Perilaku
bertanggung jawab.
Layanan Responsif
Pelayanan responsif merupakan
pemerian bantuan kepada konseli/
peserta didik yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan
pertolongan dengan segera, sebab jika
tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapai-
UPI Kampus Tasikmalaya
an tugas-tugas perkembangan. Konseling individual, konseling kritis,
konsultasi dengan orang tua, guru dan
alih tangan kepada ahli lain adalah
ragam bantuan yang dapat dilakukan
dalam pelayanan responsif.
Perencanaan Individual
Perencanaan individual diartikan
sebagai bantuan kepada konseli agar
mampu merumuskan dan melakukan
aktifitasyang
berkaitan
dengan
perencanaan masa depan berdasarkan
pemahaman akan kelebihan dan
kekurangan dirinya, serta pemahaman
akan peluang dan kesempatan yang
tersedia di lingkungannya.
Dukungan Sistem
Ketiga komponen di atas merupakan pemberian bimbingan dan konseling kepada konseli secara langsung.
Sedangkan
dukungan
sistem
merupakan komponen pelayanan dan
kegiatan manajemen, tata kerja, infra
struktur, dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara
berkelanjutan yang secara tidak
langsung memberikan bantuan kepada
konseli atau memfasilitasi kelancaran
perkembangan konseli.
Strategi Implementasi
Strategi pelaksanaan masingmasing komponen pelayanan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Program layanan dasar melalui
bimbingan klasikal yang dirancang
menuntut konselor untuk melakukan
kontak langsung dengan para peserta
didik di kelas. Secara terjadwal,
konselor
memberikan
pelayanan
bimbingan kepada para peserta didik.
Kegiatan bimbingan kelas ini dapat
berupa diskusi kelas atau brain
storming (curah pendapat).
Pelayanan ini merupakan suatu
kegiatan yang memungkinkan peserta
didik/siswa dapat memahami dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru, terutama lingkungan sekolah/
madrasah, untuk mempermudah atau
Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
memperlancar berperannya mereka di
lingkungan baru tersebut.
Yaitu pemberian informasi tentang
berbagai halyang dipandang bermanfaat bagi peserta didik melalui
komunikasi langsung maupun tidak
langsung (melalui media cetak maupun
elektronik, seperti; buku, brosur,
leaflet, majalah, dan internet).
Konselor memberikan pelayanan
bimbingan kepada peserta didik
melalui kelompok-kelompok kecil (5
s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan
untuk merespon kebutuhan dan minat
para peserta didik/siswa. Topik yang
didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini adalah masalah yang bersifat
umum dan tidak rahasia, seperti caracara belajar yang efektif, kiat-kiat
menghadapi ujian, dan mengelola
stress.
Pelayanan pengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi
peserta didik, dan lingkungan peserta
didik. Pengumpulan data ini dapat
dilakukan dengan berbagai instru-men,
baik tes maupun nontes.
Pelayanan Responsif
(1) Konseling Individual dan Kelompok
Pemberian pelayanan konseling ini
ditujukan untuk membantu peserta
didik yang mengalami kesulitan,
mengalami hambatan dalam mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Melalui
konseling, pesera didik dibantu untuk
mengidentifikasi masalah, penyebab
masalah,
penemuan
alternatif
pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan secara lebih cepat.
(2) Referal (Rujukan atau Alih
Tangan)
Apabila konselor merasa kurang
memiliki
kemampuan
untuk
menangani masalah konseli, maka
sebaiknya mereferal atau mengalihtangankan konseli kepada pihak
lain yang lebih berwenang, seperti
123
Ruyat
.
psikolog, psikiater, dokter, dan
kepolisian.
(3) Kolaborasi dengan Guru Mata
Pelajaran atau Wali Kelas
Konselor berkolaborasi dengan
guru dan wali kelas dalam rangka
memperoleh informasi tentang peserta
didik
(seperti
prestasi
belajar,
kehadiran, dan pribadinya), membantu
memecahkan masalah peserta didik,
dan mengidentifikasi aspek-aspek
bimbingan yang dapat dilakukan oleh
guru mata pelajaran dan atau wali
kelas.
(4) Kolaborasi dengan Orang Tua
Konselor perlu melakukan kerja
sama dengan para orang tua peserta
didik. Kerjasama ini penting agar
proses bimbingan terhadap peserta
didik tidak hanya berlangsung di
sekolah/madrasah, tetapi juga oleh
orang tua di rumah. Melalui kerjasama
ini memungkinkan terjadinya saling
memberikan informasi, pengertian, dan
tukar pikiran antar konselor dalam
upaya mengembangkan potensi peserta
didik atau memecahkan masalah yang
mungkin dihadapi peserta didik.
(5) Kolaborasi dengan pihak-pihak
terkait di luar sekolah/madrasah
Yang berkaitan dengan upaya
sekolah/madrasah
untuk
menjali
kerjasama
dengan
unsur-unsur
masyarakat yang dipandang relevan
dengan peningkatan mutu pelayanan
bimbingan.
(6) Konsultasi
Konselor/guru
pembimbing
menerima pelayanan konsultasi bagi
guru, orang tua, atau pihak pimpinan
sekolah/madrasah yang terkait dengan
upaya membangun kesamaan persepsi
dalam memberikan bimbingan kepada
peserta didik, menciptakan lingkungan
sekolah/madrasah yang kondusif bagi
perkembangan peserta didik, dan
meningkatkan
kualitas
program
bimbingan dan konseling.
(7) Bimbingan Teman Sebaya
124
Pendidikan Agama Islam
Bimbingan teman sebaya ini
adalah bimbingan yang dilakukan oleh
peserta didik terhadap peserta didik
lainnya. Peserta didik yang menjadi
pembimbing sebelumnya diberikan
latihan
atau
pembinaan
oleh
konselor/guru pembimbing.
(8) Konferensi Kasus
Yaitu kegiatan untuk membahas
permasalahan peserta didik dalam
suatu pertemuan yang dihadiri oleh
pihak-pihak yang dapat memberikan
keterangan, kemudahan dan komitmen
bagi terentaskannya permasalahan
peserta didik itu. Pertemuan konferensi
kasus ini bersifat terbatas dan tertutup.
(9) Kunjungan Rumah
Yaitu kegiatan untuk memperoleh
data atau keterangan tentang peserta
didik tertentu yang sedang ditangani,
dalam upaya mengentaskan masalahnya, melalui kunjungan ke rumahnya.
(10) Perencanaan Individual
Konselor/guru
pembimbing
membantu peserta didik menganalisis
kekuatan dan kelemahan dirinya
berdasarkan data atau informasi yang
diperoleh, yaitu yang menyangkut
pencapaian tugas-tugas perkembangan,
atau aspek-aspek pribadi, sosial,
belajar, dan karier. Melalui kegiatan
penilaian diri ini, peserta didik akan
memiliki pemahaman, penerimaan, dan
pengarahan dirinya secara positif dan
konstruktif.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil rata-rata observasi awal
menunjukkan hasil observasi pada
prasiklus, siklus I, dan siklus II, yakni
nilai kemampuan ke-30 orang peserta
didik dalam bacaan dan gerakan sholat
rata-rata pada pra siklus untuk bacaan
67,3 dan gerakan 70,6. Selanjutnya
pada siklus pertama bacaan memperoleh 73,9 dan gerakan naik menjadi
75,5.
UPI Kampus Tasikmalaya
Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)
termasuk ke dalam kategori cukup
dalam bacaan dan gerakan sholat, dari
prasiklus ke siklus I dank ke siklus II
berjumlah 1 orang (3,3 %); dari siklus
I ke siklus II tetap/tidak terdapat
perubahan. Penurunan jumlah peserta
didik yang termasuk ke dalam kategori
kurang dalam bacaan dan gerakan
sholat, dari prasiklus ke siklus I
berjumlah 0 orang (0%), dari siklus I
ke siklus II berjumlah 0 orang (0%),
serta jumlah peserta yang termasuk
kategori amat kurang berjumlah 0
orang.
Kemapuan
Mendemontrasikan
Tampak bahwa kemampuan peserta
didik dalam bacaan dan gerakan sholat
dari prasiklus ke siklus I pada bacaan
shalat dan dari pra siklus ke siklus II
pada gerakan shalat kuantitasnya
mengalami peningkatan.
Peningkatannya dari prasiklus ke
siklus I berjumlah 8,68% dan dari
siklus I ke siklus II berjumlah 13,97%.
Dari tabel 3 di atas tampak bahwa
jumlah peserta didik yang termasuk ke
dalam kategori amat baik dalam
bacaan dan gerakan sholat pada pra
siklus berjumlah 1 orang, pada siklus I
berjumlah 1 orang, dan pada siklus II
tidak terdapat perubahan yaitu
berjumlah 1 orang. Jumlah peserta
didik yang termasuk ke dalam N
kategori baik, pada prasiklus pada o.
bacaan dan gerakan berjumlah 18
orang, pada siklus I dan
pada
siklus II berjumlah 19 orang. 1
Jumlah peserta didik
yang
termasuk ke dalam kategori cukup, 2
pada prasiklus dalam bacaan dan 3
gerakan berjumlah 11 orang, pada
siklus I dan pada siklus II
berjumlah 10 orang. Jumlah 4
peserta didik yang termasuk ke
dalam kategori kurang, pada
prasiklus berjumlah 0 orang, pada
siklus I berjumlah 0 orang, dan pada
siklus II berjumlah 0 orang, serta
jumlah peserta didik yang termasuk
kategori amat kurang berjumlah 0.
Kemudian
peningkatan
dan
penurunannya adalah sebagai berikut.
Jumlah peserta didik yang termasuk ke
dalam kategori amat baik pada siklus I
dan siklus II, baik bacaan maupun
gerakan
sholat
tidak
terdapat
peningkatan yaitu berjumlah 1 orang,
namun dari kuantitas mengalami
peningkatan. Peningkatan jumlah
peserta didik yang termasuk ke dalam
kategori baik dalam bacaan dan
gerakan sholat, dari prasiklus ke siklus
I berjumlah 1 orang (3,3%), dari pra
siklus ke siklus II berjumlah 1 orang
(3,3%). Penurunan jumlah siswa yang
Amat
baik
Baik
Jumlah Peserta didik
Pra siklus
Bac
aan
1/
3,3%
Cukup
Kurang
Amat
kurang
18/
60%
11/
36,7
%
0
0
Gera
kan
1/
3,3 %
18/
60%
11/
36,7
%
0
0
Siklus
I
Baca
an
1/
3,3 %
19/
Siklus
II
Gerak
an
1/
3,3 %
19/
10/
33,3
%
0
0
10/
33,3
%
0
0
63,4%
63,4%
Persentase
peningkatan/
penurunan
Siklu Siklu
sI
s II
Bac Gera
aan
kan
0% 0%
3,3
%
3,3
%
3,3
%
3,3
%
0%
0%
0%
0%
Penelitian tindakan yang dilakukan
pada siklus I merupakan hasil
pengamatan awal dan hasil refleksi
terhadap kemampuan peserta didik
dalam bacaan sholat pada pembelajaran sholat dan berdoa sebelum
dilakukan tindakan pada siklus I.
Sebagaimana dikemukakan di atas,
kemampuan peserta didik dalam
bacaan dan gerakan sholat pada
prasiklus dapat dikatakan rendah
(kurang). Setelah dilakukan tindakan
pada siklus I, yaitu pembelajaran
sholat
dan
berdoa
dengan
menggunakan metode demonstrasi,
kemampuan peserta didk dalam bacaan
dan gerakan sholat pada kemampuan
amat
baik
tidak
mengalami
peningkatan baik kuantitas maupun
kualitasnya. Pada kemampuan siswa
125
Ruyat
.
dalam kategori baik mengalami
peningktan walau tidak signifikan.
Dalam
kategori
cukup
setelah
dilakukan tindakan justru menurun
pada kualitas namun pada kuantitas
mengalami peningkatan.
Terkait dengan jumlah peserta
didik, jumlah peserta didik yang
termasuk ke dalam kategori amat baik
dalam melakukan bacaan dan gerakan
sholat, tidak mengalami kenaikan pada
kualitas, yaitu: dari jumlah 1 orang
(pada prasiklus) tetap 1 orang (pada
silkus I dan pada siklus II). Jumlah
peserta didik yang termasuk ke dalam
kategori baik dalam melakukan bacaan
dan gerakan sholat, mengalami
kenaikan, yaitu: dari jumlah 18 orang
(pada prasiklus) menjadi 19 orang
(pada silkus I dan II), peningkatannya
berjumlah 1 orang (3,3%). Jumlah
peserta didik yang termasuk ke dalam
kategori cukup dalam melakukan
bacaan dan gerakan sholat, mengalami
penurunan, yaitu: dari jumlah 11 orang
(pada prasiklus) menjadi 10 orang
(pada silkus I dan siklus II),
penurunannya berjumlah 1 orang
(3,3%). Kemudian jumlah peserta
didik yang termasuk ke dalam kategori kurang dalam melakukan bacaan
dan gerakan sholat, tetap/tidak mengalami penambahan maupun penurunan,
serta yang ke dalam kategori amat
kurang tidak berubah, baik dari
prasiklus ke siklus I maupun dari
siklus I ke siklus II.
Untuk lebih jelasnya, peningkatan
jumlah peserta didik yang termasuk
dalam kategori: amat baik, baik,
cukup, kurang, dan amat kurang dalam
melakukan bacaan dan gerakan sholat
sebagaimana diuraikan di atas, bisa
dilihat dalam bentuk diagram berikut
ini.
126
Pendidikan Agama Islam
C. Simpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
tindakan kelas yang telah dilakukan
yang bertujuan untuk mengetahui
penggunaan metode demontrasi dalam
pembelajaran sholat dan berdoa,
diperoleh
kesimpulan
yang
menyatakan bahwa ternyata metode
demontrasi dapat digunakan dalam
pembelajaran sholat dan berdoa. Lebih
jauh dari itu, metode demonstrasi dapat
meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam sholat dan berdoa, para
siswa dapat mengucapkan bacaanbacaan shalat dengan lebih baik, para
siswa pun dapat melakukan gerakangerakan shalat dengan baik pula sesuai
dengan ketentuan yang diharapkan
yang akhirnya akan berdampak pada
peningkatan hasil belajar peserta didik,
khususnya dalam mata pelajaran
bimbingan dan konseling (BK).
D. Daftar Rujukan
Asmiani, Jamal Ma‟mur. (2010).
Panduan Efektif Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jogiakarta:
DIVA Press
Heriawan, Adang, dkk. (2012).
Metodologi PembelajaranKajian
Tioritis Praktis. Serang-Banten:
LP3G
Nurihsan, Achmad Juntika. (2005).
Manajemen
Bimbingan
dan
Konseling di SMP. Jakarta: PT.
Grasindo
Suherman, dkk. (2011). Pendidikan
dalam Perspektif Bimbingan dan
Konseling. Bandung: UPI PRESS
Yusup L.N., Syamsu. (2009). Program
Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Bandung: Rizqi Press
Biodata singkat:
Penulis guru (SMPN1 Bantarkalong Kab.
Tasikmalaya)
Download