BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Negara tidak mampu untuk memproduksi suatu barang atau jasa untuk penduduknya sendiri. Diperlukan adanya pemasok, baik bahan baku maupun bahan pendukung yang digunakan dalam memproduksi, serta diperlukan juga adanya suatu hubungan antaar berbagai Negara. Suatu Negara perlu dalam menjalin hubungan dengan Negara lain untuk bias mendapatkan barang ataupun jasa yang diperlukan oleh penduduk di negaranya. Dewasa ini, banyak wirausahawan membuka bisnis dibidang furniture. Wirausahawan yang melihat peluang bisnis ini tertarik untuk mengembangkan dan mulai bersaing dengan perusahaan lainnya, karena saat ini furniture merupakan komoditas yang diminati oleh sebagian besar masyarakat local maupun internasional. Disisi lain, untuk memperoleh bahan baku, perusahaan tidak kesulitan untuk mendapatkannya selain mendapat pasokan dari luar, perusahaan juga dapat membuat hutan sendiri untuk nantinya diolah dan disimpan sebagai cadangan bahan baku. Semakin banyak perusahaan furniture yang muncul dalam skala ekspor, semakin banyak pula bahan baku yang dibutuhkan dan harus tersedia untuk perusahan dalam melakukan proses produksi. Kondisi seperti ini dapat dijadikan suatu peluang adanya praktek illegal loging yang dilakukan oleh perusahaan demi mendapatkan bahan baku untuk memenuhi permintaan konsumen, meskipun melanggar hukum. Pemerintah Indonesia melihat kondisi ini mulai melakukan berbagai upaya untuk mencegah dari adanya penebangan liar yang dilakukan oleh perusahaan, seperti disediakannya polisi hutan untuk melindungi dari adanya pencurian hingga diberlakukannya Undang-Undang mengenai kehutanan yang tertuang dalam permenhut Nomor 38/Menhut-II/2009 tentang standard an kinerja pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL) dan verivikasi legalitas kayu (VLK) pada pemegang izin atau hak. Namun, semua itu tidak lantas membuat para eksportir jera untuk bias mendapatkan kayu dengan berbagai cara hingga melanggar hukum. Pemerintah juga sudah menyiapkan sanksi administratif bagi industry kayu yang tidak memenuhi ketentuan dan melanggar, seperti yang diatur dalam Permenhut Nomor P.17/MENHUT-II/2009 untuk mengatasi adanya pembalakan liar yang semakin luas. Pemerintah telah memutuskan dan menetapkan, bahwa seluruh perusahaan kayu atau furniture harus memiliki Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) khususnya bagi perusahaan ekspor. Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) merupakan sebuah keputusan yang dibuat oleh kementrian kehutanan atas dasar kesepakatan seluruh pihak stakeholder sebagai persyartan untuk memenuhi legalitas kayu. SVLK diterapkan di Indonesia sejak tahun 2009. Menurut data kementrian kehutanan bagi industry kehutanan pemegang IUIPHHK (Izin Usaha Industri Premier Hasil Hutan Kayu), seperti penebangan kayu dan storasi system diberi batas waktu hingga desember tahun 2012. Untuk industry kehutanan seperti kerajinan ayu diberi batas waktu hingga desember tahun 2013. Pemerintah sudah berkali-kali menganjurkan bagi seluruh perusahaan yang bergerak dibidang perkayuan dan kehutanan untuk segera memiliki Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Dengan menerapkan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) selain dapat menekan adanya penyempitan luas lahan hutan, perusahaan juga dapat menjual produknya dengan nilai yang tinggi dan system manajemen perusahaaan semakin tertata rapi. SVLK memiliki keistimewaan tersendiri di mata dunia internasional, salah satunya eropa. Negara eropa merupakan suatu Negara yang begitu ketat dalam menerima komoditi yang berbahan dasar dari kayu. Eropa membatasi produk yang masuk ke negaranya khususnya furniture. Produk kayu yang masuk ke eropa harus sudah tersertifikasi serta dibuktikan dengan asanya sertifikasi bahwa kayu yang digunakan adalah legal. Surya Abadi Furniture adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang furniture yang berada di daerah trangsan yang sudah lama berdiri dan menjadi eksportir. Sebagian besar produknya diekspor ke eropa dan amerika. Surya Abadi furniture merupakan salah satu perusahaan furniture yang sudah memiliki Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) sejak tahun 2014. Dengan dimilikinya SVLK ini dapat mempercepat dan memperlancar kegiatan ekspor pada Surya Abadi Furniture. Dan sampai saat ini masih menerima pemesanan furniture dari pelanggan tetap maupun dari pembeli baru. Berdasarkan uraian diatas, aka penulis ingin mengungkapkan permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan pengaruh adanya Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) terhadap kegiatan ekspor, dengan judul “PENERAPAN SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA SURYA ABADI FURNITURE GUNA MENINGKATKAN KUALITAS BARANG”. B. Perumusan Masalah Untuk memudahkan pembahasan masalah dan pemahamannya, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut : 1. Apa manfaat dari Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) bagi Surya Abadi Furniture? 2. Kendala apa saja yang dihadap dalam penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu oleh Surya Abadi Furniture? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui apa saja peranan dan manfaat dalam menerapkan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu. Sebagai referensi bacaan dan informasi bagi mahasiswa jurusan Manajemen Perdagangan yang mengerjakan tugas ataupun menyusun Tugas Akhir (TA) dengan permasalahan yang sama. 2. Mengetahui kendala yang dihadapi oleh Surya Abadi Furniture dalam penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini mempunyai manfaat penelitian, yaitu : 1. Bagi Penulis Merupakan penerapan ilmu tentang mekanisme produksi yang berhubungan dengan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu sebagai bahan dasar produksi yang telah di legalkan. 2. Bagi Masyarakat Memberikan masukan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan proses mekanisme, agar dapat melakukan kegiatan ekspor impor yang ditetapkan pemerintah mulai dari kegiatan produksi hingga proses pengiriman barang. 3. Bagi mahasiswa atau pembaca lainnya Merupakan tambahan referensi bacaan dan informasi khusunya bagi mahasiswa jurusan Manajemen Perdagangan yang sedang menyusun Tugas Akhir (TA) dengan pokok permasalah yang sama. E. Metode Penelitian Pada setiap penelitian yang dilakukan, bermaksud untuk mencari, mengumpulkan, dan melaporkan data-data yang diperoleh sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar dan dapat menghasilkan penelitian yang maksimal. Adapun metode yang digunakan antara lain : 1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini dilakukan secara langsung atau studi kasus kepada obyek yang diteliti dan dianalisa secara mendalam dan memfokuskan pada suatu masalah yaitu pemenuhan syarat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu pada Surya Abadi Furniture. 2. Jenis dan Pengumpulan Data a. Jenis Data 1) Data Primer Data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data ini diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan pimpinan, karyawan dan staff Surya Abadi Furniture. 2) Data Sekunder Data pendukung atau sumber lain yang berkaitan dengan penelitian, seperti buku-buku atau referensi yang berkaitan dengan mekanisme Sistem Verifikasi Legalitas Kayu pada Surya Abadi Furniture. b. Metode Pengumpulan Data 1) Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung atau tidak langsung yang dilakukan dengan tatap muka dengan pihak Perusahaan Surya Abadi Furniture. Contoh : Mewawancarai apa saja kendala dalam menerapkan Sistem Verifikasi Legalitas. 2) Studi Pustaka Teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari buku/referensi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Contoh : Memahami buku dan sumber lain tentang Sistem Verifikasi Legalitas Kayu. 3) Observasi Teknik penelitian ini, penulis melihat atau berkecimpung langsung dalam kegiatan yang dilakukan Surya Abadi Furniture. Contoh : Melihat proses penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu.