BAB II KAJIAN PUSTAKA, DESKRIPSI KONSEP, LANDASAN TEORI

advertisement
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, DESKRIPSI KONSEP, LANDASAN TEORI DAN
MODEL PENELITIAN
2.1
Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kajian terhadap penelitian mutakhir
sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Dalam sub
uraian dari 4 tesis dan 1 artikel jurnal, yang dianggap relevan, terutama yang
berhubungan dengan kajian strategi pengembangan wisata heritage. Hasil-hasil
penelitian tersebut selanjutnya dijadikan rujukan serta dipakai sebagai sumber
kajian untuk menemukan konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini.
Berikut adalah uraian kajian penelitian-penelitian sebelumnya yang digunakan
sebagai referensi dalam penelitian ini:
Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh Muryadi pada tahun 2000
tentang pemanfaatan dan pelestarian bangunan kuno bernilai sejarah di Surabaya.
Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kawasan yang dapat
dikembangkan menjadi destinasi wisata sejarah adalah kawasan Jembatan Merah,
kawasan Tugu Pahlawan, kawasan Tunjungan dan Jalan Pemuda. Bangunan kuno
yang banyak terdapat dikawasan tersebut berasal dari peninggalan zaman kolonial
Hindia Belanda yang mempunyai keunikan dan gaya seni arsitektur yang langka.
Persamaan penelitian ini terletak pada topiknya mengenai pengembangan
wisata heritage di Surabaya, perbedaannya terletak pada kurun waktu
penelitiannya yaitu tahun 2000 yang mana situasi dan kondisi saat ini telah
14
mengalami perubahan. Selain itu destinasi yang diteliti lebih fokus ke Monkasel
di Surabaya dan penelitian ini lebih menekankan pada penetapan strategi
pengembangan wisata Monkasel.
Rahajoe pada tahun 2007 dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi
Pengembangan Wisata Heritage sebagai Daya Tarik Wisata Kota Surabaya”.
Penelitian ini menganalisis faktor internal dan eksternal untuk mengetahui
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. menetapkan suatu strategi
pengembangan berkelanjutan atau bertahap yang spesifik harus sesuai dengan
situasi dan kondisi destinasinya .
Penelitian ini menggunakan analisis SWOT serta faktor internalnya
meliputi: lokasi, pelayanan, harga, fasilitas perusahaan, SDM, saluran distribusi,
promosi, keuangan, potensi wisata, kegiatan wisata dan faktor eksternalnya
meliputi: pemerintah, pengunjung, pemasok, ekonomi, sosial, pesaing, kesenian,
mitra kerja dan teknologi.
Persamaan penelitian ini terletak pada segi topiknya yaitu pengembangan
wisata heritage menggunakan analisis SWOT dengan mengindentifikasi faktor
internal dan eksternalnya, sedangkan perbedaannya pada segi destinasi penelitian,
Rahajoe di masjid sunan Ampel dan tugu pahlawan sedangkan penelitian ini di
Monkasel (historical), dan daya tarik wisatanya.
Rahyuda tahun 2012 dalam penelitiannya yang berjudul “Wisata puri
sebagai daya tarik dan tujuan wisata Bali, tentang pemanfaatan dan pelestarian
bangunan kuno bernilai sejarah yang juga merupakan kegiatan wisata pariwisata
budaya di desa Ubud, Bali”. Kegiatan dapat di definisikan sebagai kegiatan yang
15
mengeksplorasi puri. Ada dua jenis kegiatan wisata kunjungan yang bertujuan
untuk mengetahui dan memahami aspek Intangible dan Tangible, Penelitian ini
adalah untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisatawan
untuk mengunjungi istana sebagai tujuan berwisata kultural
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang didukung
dengan metode kuantitatif, untuk membentuk argumentasi yang diperoleh dari
minat para wisatawan yang mengunjungi puri / istana dan didukung oleh persepsi
masyarakat yang hidup di sekitar puri, pembahasan tesis ini menggunakan teknik
deskriptif interpretatif dalam menganalisa data tersebut.
Persamaan penelitian ini terletak pada segi topiknya yaitu pengembangan
wisata heritage menggunakan analisis SWOT dengan mengindentifikasi faktor
internal dan eksternalnya, sedangkan perbedaannya pada segi destinasi penelitian
dan kurun waktu penelitiannya.
Wiarti (2012), penelitiannya berjudul “Bali sebagai destinasi warisan
budaya dengan tema culture event studi kasus kabupaten Badung dan kota
Denpasar. Ada tiga pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
Pertama, potensi apakah yang dimiliki Bali untuk dikembangkan sebagai
Destinasi Wisata Warisan Budaya dengan tema event budaya, khususnya di
kabupaten Badung dan budaya tersebut tanpa merusaknya. Ketiga, event budaya
manakah yang dapat menjadi icon warisan budaya.
Penelitian ini adalah sebuah penelitian deskriptif kualitatif digunakan
untuk menganalisis hasil yang diperoleh khususnya menjabarkan dan menjelaskan
data yang secara langsung diperoleh dalam penelitian. Persamaan penelitian ini
16
terletak pada segi topiknya yaitu pengembangan wisata heritage menggunakan
analisis SWOT dengan mengindentifikasi faktor internal dan eksternalnya,
sedangkan perbedaannya pada segi destinasi penelitian.
Rachmawan (2012), jurnal desain berjudul “ Perancangan Branding Fisik
Monkasel”. branding fisik dengan merefleksikan nuansa under water dengan
melakukan pembaruan pada bangunan penunjang monkasel dan lingkungannya
agar suasana Monkasel menjadi lebih hidup dan terkonsep. Pengunjung yang
datang tertarik dan dapat larut dalam nuansa dalam air. Tema perancangan ini
nantinya akan mengarah pada perancangan ekterior mulai dari bentuk bangunan
penunjang Monkasel, environment, setting area.
Dalam perancangan ini, Metode penelitian
yang dikakukan adalah
dengan melakukan observasi, penyebaran kuesioner, serta wawancara mendalam.
Observasi ini bertujuan untuk mengamati secara langsung terhadap kondisi
lingkungan Monkasel.
2.2
Konsep
Konsep dalam penelitian ini adalah definisi singkat dari kelompok atau
fenomena. Konsep dalam penelitian ini adalah pengertian dasar yang terkait
dengan topik penelitian secara langsung.
2.2.1
Strategi
Menurut Kotler (1988), perencanaan strategi merupakan suatu proses
managerial untuk menyusun dan menangani keserasian strategis antara tujuan dan
kemampuan dengan kesempatan pemasaran yang berubah-ubah. Manajemen
17
strategi sebagai suatu unit
keputusan dan tindakan yang menghasilkan
penyusunan dan penerapan rencana untuk mencapai sasaran.
Rangkuti (1994), mengatakan bahwa pemahaman yang baik mengenai
konsep strategi dan konsep lain yang berkaitan sangat menentukan suksesnya
strategi yang disusun, konsep-konsep tersebut meliputi:
a) Distincive Competence
Yaitu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan
kegiatan yang lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya atau mempunyai
sesuatu yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain. Distinctive Competence
merupakan kemampuan spesifik suatu perusahaan atau organisasi yang meliputi
keahlian tenaga kerja dan kemampuan sumber daya.
b) Compatitive Advantage
Yaitu kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih
unggul dibandingkan dengan pesaingnya, hal tersebut merupakan pilihan strategi
yang dilakukan perusahaan untuk menguasai pasar. Produk dan jasa yang
dihasilkan akan bersaing di berbagai tingkatan bisnis dan pasar dengan
menekankan pada strategic business units yang memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1) Memiliki misi dan strategi.
2) Menghasilkan produk dan jasa yang berkaitan dengan misi dan strategi.
3) Menghasilkan produk dan jasa spesifik.
4) Bersaing dengan pesaing yang telah diketahui dengan jelas.
18
Strategi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu cara yang
digunakan dalam mengembangkan wisata heritage di Kota Surabaya dengan
menganalisis faktor internal dan eksternal yang dimiliki kota Surabaya kemudian
disesuaikan peluang pasar dan tujuan pengembanganya diarahkan untuk
mempertahankan pelestarian cagar budaya yang dimiliki Kota Surabaya dengan
melibatkan masyarakat setempat untuk meningkatkan perekonomiannya.
2.2.2
Pengembangan Pariwisata
Menurut Yoeti (1988), pengembangan pariwisata merupakan usaha yang
dilakukan dalam mengatur destinasi wisata dengan menitik beratkan pada potensi
yang dimiliki di daerah tujuan wisata. Pengembangan pariwisata bertujuan untuk
mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap.
Di dalam mengembangkan daerah tujuan wisata, akan timbul dampak positif dan
negatif. Untuk itu perlu adanya perencanaan yang tepat di dalam mengembangkan
kepariwisataan di suatu daerah.
Menurut Wijaya (1983), pengembangan pariwisata secara garis besar
dapat dilakukan dalam dua pendekatan, yaitu :
1.
Pendekatan Tertutup
Adalah pengembangan pariwisata yang difokuskan pada kegiatan ekonomi,
dimana pariwisata hanya dilihat dari satu sisi saja yaitu kegiatan ekonomi.
2.
Pendekatan Terbuka
Adalah pengembangan pariwisata yang difokuskan pada pemberdayaan
masyarakat setempat secara keseluruhan dan saling mendapatkan keuntungan
dari kegiatan pariwisata tersebut.
19
Dari kedua model pengembangan tersebut dapat mengakibatkan dampak
positif dan negatif, maka untuk itu diperlukan kontrol dan koordinasi terpadu dari
setiap unsur yang terlibat agar dapat mengurangi dampak negatif dan
mengoptimalisasi dampak positif. Pengembangan wisata heritage dengan
perencanaan yang tepat akan memberikan manfaat yang maksimal bagi kehidupan
masyarakat.
Pengembangan kawasan wisata baik lokal, regional maupun nasional
pada suatu negara erat kaitannya dengan pembangunan ekonomi daerah atau suatu
negara, dengan kata lain pengembangan kepariwisataan pada suatu kawasan
wisata selalu akan diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat
banyak. Pengembangan kawasan wisata dimana industri pariwisatanya akan
berkembang dengan baik serta memberi dampak positif bagi daerah itu,
menciptakan lapangan kerja, bahkan akan terjadi permintaan baru dari hasil-hasil
pertanian, kerajinan tangan dan pendidikan dalam melayani wisatawan.
Menurut Poerwadarminta (2005), pengembangan didefinisikan sebagai
suatu proses, cara, perbuatan pengembangan sesuatu menjadi lebih baik, maju,
sempurna dan berguna. Jadi dalam hal ini pengembangan pariwisata diartikan
sebagai suatu cara untuk mengembangkan destinasi, kawasan wisata dan daya
tarik wisata menjadi lebih baik dan memberikan dampak positif bagi masyarakat,
pemerintah, industri pariwisata dan wisatawan.
Menurut Grady dalam Suwantoro (2002), kriteria pengembangan
pariwisata harus selalu melibatkan masyarakat lokal dan mampu memberikan
suatu keuntungan bagi masyarakat setempat, tidak merusak nilai-nilai sosial
20
budaya masyarakat, serta jumlah kunjungan menuju daya tarik wisata tersebut
tidak melebihi dari kapasitas sosial agar dampak negatif yang ditimbulkan dapat
diminimalisir. Kriteria tersebut menekankan pada pengembangan pariwisata yang
berbasis masyarakat (community based tourism) dan pengembangan pariwisata
yang
berkelanjutan
(sustainable
tourism
development).
Prinsip-prinsip
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan yaitu:
1. Harus dibantu oleh proses perencanaan dan partisipasi masyarakat.
2. Harus ada kepastian, keseimbangan, adanya sasaran ekonomi, sosial budaya
dan masyarakat.
3. Hubungan antara pariwisata, lingkungan dan budaya harus dikelola
sedemikian rupa sehingga lingkungan lestari untuk jangka panjang.
4. Aktivitas pariwisata tidak boleh merusak dan menghasilkan dampak yang
tidak dapat diterima oleh masyarakat.
5. Pengembangan pariwisata tidak boleh tumbuh terlalu cepat dan berskala kecil
atau sedang.
6. Pada lokasi harus ada keharmonisan antara hubungan wisatawan, tempat dan
masyarakat setempat.
7. Keberhasilan dalam setiap aktivitas tergantung pada keharmonisan antara
pemerintah, masyarakat dan industri pariwisata.
8. Pendidikan yang mengarah pada social cultural
pada setiap tingkatan
masyarakat yang berkaitan dengan aktivitas pariwisata, termasuk juga
perilaku wisatawan harus serius diorganisasikan.
21
9. Peraturan perundang-undangan yang secara pasti melindungi budaya harus
dikeluarkan dan dilaksanakan sekaligus merevitalisasi.
10. Investor dan wisatawan harus dididik untuk menghormati kebiasaan, norma norma dan nilai setempat, sedangkan hal-hal yang menimbulkan dampak
negatif dihindarkan dan dampak positif dimanfaatkan.
Permasalahan dan hal pokok yang diperlukan untuk pengembangan
kepariwisataan. Budiastawa (2009), adalah :
1. Pengembangan dari sisi penawaran yang terdiri atas :
a) Pengembangan destinasi, yaitu pengembangan berbagai tempat tujuan wisata
di berbagai daerah yang satu sama lain saling melengkapi dan tidak bersaing
secara internal.
b) Pengembangan industri pariwisata, dimaksudkan untuk mengoptimalkan
kaitan-kaitan ekonomi kedepan dan kebelakang uang memiliki keuntungan
kompetitif serta kredibilitas yang tinggi.
2. Pengembangan pasar yang termasuk pengembangan citra destinasi, penetrasi
dan diversifikasi pasar untuk meningkan keterikatan pasar tradisional menjadi
wisatawan repeater dan memperluas jangkauan pasar dalam bentuk segmensegmen pasar baru.
3. Pengembangan industri kepariwisataan yang menyangkut organisasi, sumber
daya insan serta regulasi yang akan menangani pengelolaan kepariwisataan.
Berdasarkan konsep yang dikemukan diatas, maka dapat ditemukan
benang
merah
dalam
pengembangan pariwisata.
memberikan
konsep
secara
operasional
tentang
22
2.2.3
Profil Destinasi dan Daya Tarik Wisata
Menurut Siagian (2003) profil perusahaan adalah penentuan kompetensi
dan kelemhan perusahaan yang sifatnya stratejik atau menentukan. Penentuan
profil suatu perusahaan dilakukan dengan mengindetifikasi dan kemudian menilai
faktor-faktor internal yang bersifat stratejik tersebut
Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan profil destinasi dan daya tarik wisata
merupakan segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk
mengunjungi daerah tujuan wisata. Profil destinasi dan daya tarik wisata terdiri
dari: 1) destinasi dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan yang berwujud keadaan
alam serta flora dan fauna. 2) destinasi dan daya tarik wisata hasil karya manusia.
Daya tarik wisata menurut Yoeti (2008), adalah segala sesuatu yang dapat
menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti:
a) Nature attraction: landscape, seascape, beaches, climate, and other
geographical features of the destinations.
b) Cultural attractions: history and folklore, religion, art and special event,
festivals.
c) Social attractions: the way of life, the recident populations, language,
opportunities for social encounters.
d) Build attraction: building, historic and modern architecture, monument, park,
garden, marinas, etc.
Menurut Chafid Fendeli dkk. Dalam Wirawan (2009), menjelaskan
tentang sifat dan karakter pariwisata :
23
1. In situ; daya tarik wisata hanya dapat dinikmati secara utuh dan sempurna.
Pemindahan objek ex situ akan menyebabkan terjadinya perubahan objek dan
attraksinya. Umumnya wisatawan kurang puas apabila tidak mendapatkan
sesuatu secara utuh dan apa adanya.
2. Perishable; suatu gejala atau proses hanya terjadi pada waktu tertentu. Gejala
atau proses ini berulang dalam kurun waktu tertentu. Kadang siklusnya
beberapa tahun, bahkan ada yang puluhan tahun objek dan daya tarik wisata
yang demikian membutuhkan pengkajian secara mendalam untuk dipasarkan.
3. Non Recoverable; destinasi wisata mempunyai sifat dan perilaku pemulihan
yang tidak sama. Pemulihan tergantung dari faktor dalam (genotype) dan
faktor luar (phenotype). Pada umumnya pemulihan terjadi dalam waktu yang
panjang. Bahkan ada objek dan daya tarik wisata yang tidak bisa dipulihkan
4. Non substitutable: destinasi atau daya tarik wisata bisa digantikan dengan
destiansi yang lain, karena masing-masing memiliki keunikan dan daya tarik
yang berbeda.
Lebih lanjut Cooper dkk (1995), menyatakan ada 4 komponen yang harus
dimiliki oleh sebuah daya tarik wisata :
1. Attraksi (attractions), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang
menawan, dan seni-seni pertunjukan.
2. Aksesibilitas (accessibilities), seperti terpenuhinya komponen transportasi
untuk menuju objek wisata.
3. Amenitas (amenities), seperti tersedianya unsur penunjang pariwisata yaitu
akomodasi, restoran dan lain-lain.
24
4. Ancillary service : organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk pelayan
wisatawan.
2.2.4
Pengelolaan
Pengelolaan adalah proses pelaksanaan pencapaian tujuan tertentu yang
diselengarakan dengan pengendalian. Mengelola pariwisata berbasis masyarakat
adalah industri kepariwisataan yang pelaku utamanya adalah masyarakat itu
sendiri dengan bermodalkan pada kesederhanaan dan keunikan kehidupan
keseharian dan adat budaya, dimana masyarakat akan mendapat additional value
dalam kehidupan ekonominya maupun sosial (soewarmo dalam Tular 2005).
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, seorang manajer
membutuhkan sarana manajemen yang disebut dengan unsur manajemen.
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Terry, George R (2003) tentang unsur
manajemen tersebut, terdiri dari man, material, machine, method, money, markets,
setiap unsur-unsur tersebut memiliki penjelasan dan peranan dalam manajemen.
Untuk mengetahui itu semua dengan melihat penjelasan unsur-unsur manajemen
seperti dibawah ini.
1. Man
Sarana penting atau sarana utama setiap manajer untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan oleh individu-individu tersendiri atau manusianya. Berbagai
kegiatan-kegiatan yang dapat diperbuat dalam mencapai tujuan seperti yang
dapat ditinjau dari sudut pandang seperti sudut pandang proses, perencanaan,
pengorganisasian, staffing, pengarahan, pengendalian atau dapat pula ditinjau
25
dari sudut bidang, seperti penjualan, produksi, keuangan dan personalia.
Bidang-bidang tersebut memerlukan sumber daya manusia.
2. Material
Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan material atau
bahan-bahan. Oleh karena itu, material dianggap pula sebagai alat atau sarana
manajemen untuk mencapai tujuan.
3. Machine
Dalam kemajuan teknologi, manusia bukan lagi sebagai pembantu mesin
seperti pada masa lalu sebelum revolusi industri terjadi. Bahkan, sebaliknya
mesin telah berubah kedudukannya menjadi pembantu manusia.
4. Method
Untuk melakukan kegiatan secara guna dan berhasil guna, manusia
dihadapkan kepada berbagai alternatif metode cara yang dilakukannya dapat
menjadi sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan.
5. Money
Uang sebagai sarana manajemen harus digunakan sedemikian rupa agar
tujuan yang diinginkan tercapai. Kegiatan atau kelancaran proses manajemen
dipengaruhi oleh pengelolaan keuangan.
6. Markets
Bagi badan yang bergerak dibidang pariwisata maka sarana manajemen
sangat penting. Sebagian dari masalah utama dalam pengelolaan wisata
adalah minimal mempertahankan pasar yang sudah ada, jika mungkin,
mencari pasar baru untuk hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, markets
26
merupakan salah satu sarana manajemen bagi pengelola wisata maupun bagi
semua badan yang bertujuan untuk mencari keuntungan.
Tolok ukur pariwisata berbasis kerakyatan adalah terciptanya hubungan
yang harmonis antara masyarakat lokal, sumber daya alam, budaya, dan
wisatawan (Natori, 2001: 11-22), dan kondisi ini dapat dilihat dari:
1.
Adanya
peningkatan
antusiasme
pembangunan
masyarakat
melalui
pembentukan suatu wadah organisasi untuk menunjang segala aspirasi
masyarakat melalui sistem kolaborasi antara pemerintah dengan masyarakat
lokal.
2.
Keberlanjutan lingkungan fisik yang ada di masyarakat, dengan melalui
konservasi, promosi, menciptakan tujuan hidup yang harmonis antara sumber
daya alam, dan sumber daya budaya.
3.
Adanya keberlajutan ekonomi melalui pemerataan dan keadilan dalam
menikmati hasil-hasil pembangunan.
4.
Membangun sistem yang menguntungkan masyarakat seperti sistem
informasi yang dapat digunakan bersama-sama.
5.
Menjaga kepuasan wisatawan melalui pelayanan yang baik, pengadaan
informasi yang efektif, efisien, tepat guna, serta mengutamakan kenyamanan
bagi wisatawan .
27
Pitana (2004), memberikan ciri-ciri pengeloaan pariwisata berbasis
kerakyatan, yaitu:
1.
Small Scale (menggunakan prinsip keruangan yang kecil)
2.
Locally Owned & Managed (mengupayakan kepemilikan masyarakat lokal
termasuk manajemen).
3.
Spatial
Distribution
(pembangunan
pariwisisata
diharapkan
dapat
menjalankan prinsip partisipasi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan,
baik pemerataan antar golongan (vertical distribution) maupun daerah
(spatial distribution)
4.
Local Culture & Culture Heritage (kebudayaan masyarakat lokal dapat di
berdayakan atau dikembangkan juga terjadi revitalisasi budaya) adanya unsur
konservasi warisan budaya.
5.
Specificity/Locality (lebih bersifat specifik dan kelokalan, memunculkan
istilah local genious, kemampuan masyarakat lokal dalam menyediakan
jasa/kebutuhan untuk wisatawan misalnya berupa munculnya kreativitas
dalam seni ukir, life style, dan sebagainya). Wisatawan memperoleh sesuatu
yang berbeda dan sangat dinikmati.
6.
Quality Experience (adanya pengalaman yang berkualitas yang dimiliki oleh
wisatawan karena produk yang ditawarkan bersifat khusus misalnya
menikmati kehidupan masyarakat desa real travel)
7.
Authenticity (mencerminkan keaslian yang sangat dicari wisatawan, misalnya
seni dan budaya masyarakat termasuk gaya hidupnya).
28
8.
Special Niche-Market (menjadi pasar yang cerah bagi mass tourism)
kecenderungan wisatawan mancanegara yang beralih dari mass tourism ke
alternative tourism.
9.
Participatory Approach (sudah tentu keterlibatan masyarakat lokal menjadi
tujuan pembangunan dalam communty based tourism development, baik
dalam perencanaan, maupun implementasinya.
Dengan demikian segala potensi destinasi dalam SDM Masyarakat lokal
turut tergali dan berkembang. Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan wisata
heritage pada penelitian ini adalah dengan upaya pengelolaan potensi Monkasel
yaitu oleh manajemen Monkasel dan masyarakat lokal dengan tujuan melestarikan
warisan budaya.
2.2.5
Wisata Heritage
Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Berdasarkan motivasi wisatawan
serta atraksi yang terdapat di daerah tujuan wisata maka kegiatan pariwisata
dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu pariwisata yang bersifat massal dan
pariwisata minat khusus. Jika pada pariwisata jenis pertama lebih ditekankan
aspek leisure maka pada tipe kedua penekanannya adalah pada aspek pengalaman
dan pengetahuan. Pariwisata Pusaka adalah salah satu bentuk pariwisata minat
khusus yang menggabungkan berbagai jenis wisata (seperti wisata bahari, wisata
alam, wisata trekking, wisata budaya, wisata ziarah dan sebagainya) ke dalam satu
29
paket kegiatan yang bergantung pada sumber daya alam dan budaya yang dimiliki
oleh suatu daerah. Pariwisata Pusaka atau heritage tourism biasanya disebut juga
dengan pariwisata pusaka budaya (cultural and heritage tourism atau cultural
heritage tourism) atau lebih spesifik disebut dengan pariwisata pusaka budaya dan
alam. Pusaka adalah segala sesuatu (baik yang bersifat materi maupun non materi)
yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang ingin kita jaga
keberadaan dan keberlangsungannya. Dalam undang-undang negara kita, pusaka
yang bersifat material disebut sebagai Benda Cagar Budaya.
2.3
Landasan Teori
Dalam penelitian “Strategi Pengembangan Monumen Kapal Selam
Sebagai Daya Tarik Wisata di Kota Surabaya”. Ada beberapa teori yang
digunakan untuk menganilisis yang diuraikan sebagai berikut:
2.3.1
Manajemen Pariwisata
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan, pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan (Manulang, 2012:5) manajemen yang baik dan efektif
menghasilkan keberhasilan dalam suatu organisasi. Keberhasilan suatu organisasi
tergantung dari manajemennya dan untuk memudahkan pencapaian tujuan, baik
tujuan organisasi maupun tujuan pribadi diperlukan fungsi dan proses manajemen
yang dibagi menjadi beberapa fungsi manajemen.
Menurut Flippo (2002:5), fungsi manajemen terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan evaluasi. Tahap perencanaan
30
berkaitan dengan penentuan mengenai program tenaga kerja, program kegiatan
akan dilaksanakan dan yang akan mendukung pencapaian tujuan dan penunjang
manajemen. Tahap Pengorganisasian yaitu organisasi yang dibentuk dengan
merancang struktur hubungan yang mengaitkan antara pekerjaan, karyawan, dan
faktor-faktor fisik sehingga dapat terjalin kerjasama satu dengan yang lainnya.
Tahap Pengawasan adalah pengarahan yang terdiri dari fungsi staffing dan
leading. Fungsi staffing yaitu menempatkan orang-orang dalam struktur
organisasi, sedangkan fungsi leading
dilakukan pengarahan SDM supaya
karyawan bekerja sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh manajemen
Monkasel.
Pitana (2009:80) menekankan bahwa koordinasi merupakan fungsi utama
dan terpenting yang harus dipisahkan dan memerlukan pembahasan tersendiri.
Fungsi
koordinasi
merujuk
kepada
fungsi
seseorang
manajer
untuk
menerjemahkan sebuah informasi, seperti perencanaan dan pengawasan, dan
mengaplikasikan informasi tersebut secara sistematis ke dalam semua fungsi
manajerial yang diterjemahkan secara nyata dalam kegiatan directing, planning,
and controlling.
Hasibuan (2006:18-19) mengemukakan bahwa tujuan manajemen dilihat
dari berbagai sudut pandang yaitu menurut tipenya:
a. Profit objectives bertujuan untuk mendapatkan laba bagi pemiliknya
b. Service objectives bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik bagi
konsumen dengan mempertinggi nilai barang dan jasa yang ditawarkan
kepada konsumen.
31
c. Social objectives bertujuan meningkatkan nilai guna yang diciptakan oleh
perusahaan kesejahteraan masyarakat.
d. Personal objectives bertujuan agar para karyawan secara individual,
economic,
and
social
psychological
mendapat
kepuasan
dibidang
pekerjaannya dalam perusahaan.
Yoeti, Oka (2008), manajemen adalah merujuk kepada seperangkat
peranan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang atau bisa juga
merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat pada peranan tersebut. Fungsi-fungsi
manajemen tersebut adalah sebagai berikut
1. Planning (perencanaan).
2. Directing (mengarahkan).
3. Organizing (termasuk coordinating).
4. Controlling (pengawasan).
menekankan bahwa koordinasi merupakan fungsi utama dan terpenting
yang harus dipisahkan dan memerlukan pembahasan tersendiri. Fungsi koordinasi
merujuk kepada fungsi seseorang manajer untuk menterjemahkan sebuah
informasi, seperti perencanaan dan pengawasan, serta mengaplikasikan informasi
tersebut secara sistematis kedalam semua fungsi manajerial yang diterjemahkan
secara nyata dalam kegiatan directing, planning, and controlling.
Manajemen yang baik dan efektif memerlukan penguasaan atas orangorang yang akan dikelola. Di tingkat individual, orang akan mudah mengatur
hidupnya begitu bisa mandiri. Di tingkat sosial, subjek manajemen adalah
organisasi dan kumpulan organisasi yang merupakan :
32
“..... grouping of people working in a prescribed or structured fashion
toward predetermined ends ... management involves the conscious integration of
organizational activity to achive chosen ends”.
Seorang manajer dapat mengelola input, proses dan output dari sistem
organisasinya namun tidak dapat mengelola dan mengontrol faktor-faktor yang
berada di luar organisasi meski faktor-faktor tersebut ikut menentukan bagaimana
organisasi tersebut berjalan. Jadi cakupan dan limit dari manajemen tergantung
pada sistem organisasi dimana kekuasaan manajerial diaplikasikan.
Pengelolaan pariwisata harus mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan
yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas dan nilai
sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta
bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Pengelolaan pariwisata harus
memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada
kearifan local dan special local sense yang merefleksikan keunikan
peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.
2. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi
Basis pengembangan kawasan pariwisata.
3. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah
budaya lokal.
4. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan lingkungan
lokal.
33
5. Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan pengembangan
pariwisata jika terbukti memberikan manfaat postif, tetapi sebaliknya
mengendalikan atau menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika
melampaui ambang batas (carrying capacity) lingkungan alam atau
akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen dapat dilakukan dengan baik
apabila dalam hal ini adalah Monkasel dapat menggerakkan, mengkordinir,
mengarahkan dan mengatur sesuai proses pemanfaatan sumber daya organisasi
dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
yang direncanakan sesuai dengan perencanaan bersama kelompok masyarakat
sehingga terjalin kerjasama antara pengelola dengan masyarakat setempat dengan
tujuan melestarikan peninggalan budaya dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat setempat.
Teori manajemen dalam penelitian ini dipergunakan untuk menganalisis
strategi pengembangan wisata heritage dalam pengelolaan Monkasel sebagai
rumusan masalah 2.
2.3.2
Strategi Perencanaan Pariwisata
Menurut Marpaung (200:52) strategi merupakan suatu proses penentuan
nilai pilihan dan pembuatan keputusan dalam pemanfaatan sumber daya yang
menimbulkan suatu komitmen bagi organisasi yang bersangkutan kepada
tindakan-tindakan yang mengarah pada masa depan.strategi juga dapat pula
diartikan sebagai rencana umum yang integratif yang dirancang untuk
34
memberdayakan organisasi pariwisata untuk mencapi tujuan melalui pemanfaatan
sumber daya dengan tepat walaupun menemukan banyak rintangan dari pihak
pesaing (Puspa, 2006:18)
Perencanaan merupakan pengorganisasian masa depan untuk mencapai
tujuan tertentu. Menurut Paturusi (2005), syarat-syarat suatu perencanaan
meliputi:
a) Logis, yaitu bisa di mengerti dan sesuai dengan kenyataan yang berlaku.
b) Luwes, yaitu dapat mengikuti perkembangan.
c) Obyektif, yaitu didasarkan pada tujuan dan sasaran yang dilandasi
pertimbangan yang sistematis dan ilmiah, dan orientasi perencanaan tersebut
ada dua bentuk yaitu:
1) Perencanaan berdasarkan pada kecenderungan yang ada (trend oriented
planning) yaitu suatu perencanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran di
masa yang akan datang dilandasi oleh pertimbangan dan tata laku yang ada
dan berkembang saat ini.
2) Perencanaan berdasarkan pertimbangan target (target oriented planning)
yaitu suatu perencanaan yang mana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
dimasa yang akan datang merupakan faktor penentu.
Pada
negara-negara
berkembang
seperti
Indonesia
pendekatan
perencanaan yang sesuai menggunakan pendekatan kombinasi antara kedua
orientasi tersebut. Berbagai kisi-kisi pemahaman mengenai destinasi pariwisata
seperti halnya diadaptasikan dari banyak batasan pengertian yang telah diberikan
oleh pakarnya, seperti: Cooper, Fletcher, Gilbert, Shepherd and Wanhill (1998),
35
pada intinya mengandung tujuan yang sama bahwa kerangka pengembangan
Destinasi Pariwisata paling tidak harus mencakup komponen-komponen utama
sebagai berikut :
a. Destinasi dan Daya Tarik (Atraction), yang mencakup: daya tarik yang
berbasis utama pada kekayaan alam, budaya, maupun buatan / artificial,
seperti event atau yang sering disebut sebagai minat khusus (special interest).
b. Aksesibilitas (Accessibility), yang mencakup dukungan sistem transportasi
yang meliputi: rute atau jalur transportasi, fasilitas terminal, bandara,
pelabuhan dan modal transportasi yang lain.
c. Amenitas (Amenities), yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung
wisata yang meliputi: akomodasi, rumah makan (food and beverage), retail,
toko cinderamata, fasilitas penukaran uang, biro perjalanan, pusat informasi
wisata, dan fasilitas kenyamanan lainnya.
d. Fasilitas Pendukung (Ancillary Service), yaitu ketersediaan fasilitas
pendukung yang digunakan oleh wisatawan seperti bank, telekomunikasi,
pos, rumah sakit dan sebagainya.
e. Kelembagaan (Institutions), yaitu terkait dengan keberadaan dan peran
masing-masing unsur dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata
termasuk masyarakat setempat sebagai tuan rumah.
Dalam rangka mengembangkan sebuah destinasi pariwisata, tourism
planner paling tidak harus memperhatikan dua lingkup pengembangan yang
saling melengkapi, yaitu lingkup pengembangan spasial dan tingkatan
pengembangan dari destinasi tersebut. Yang dimaksud dengan memperhatikan
36
lingkup pengembangan spasial dalam pengertian ini adalah keharusan seorang
perencana pengembangan destinasi untuk memahami dan memperhatikan latar
belakang kontektual atau lingkungan makro dari destinasi yang akan
dikembangkan tersebut sehingga perhatian pada lingkungan makro tersebut diatas
menjadi sangat penting. Hal ini disebabkan keseluruhan strategi pengembangan
sebuah destinasi pada intinya tidak boleh terlepas dari kesesuiaan dengan
konfigurasi lingkungan makronya.
Strategi pengembangan keseluruhan komponen destinasi seperti: tema
dari daya tarik utama, pengembangan amenitas dan akomodasi, pengembangan
masyarakat setempat sebagai tuan rumah harus sesuai dengan konteks lingkungan
makronya. pengembangan akomodasi yang bercirikan masyarakat pedesaan serta
pengembangan masyarakat yang berbasis nilai budaya pertanian yang tentu saja
sangat berbeda dengan berbagai strategi pengembangan destinasi yang berbasis
lingkungan makro perindustrian di perkotaan.
Sedangkan yang dimaksud dengan keharusan tourism planner untuk
memperhatikan strategi tingkatan pengembangan destinasi dalam pemahaman
tadi, adalah suatu perspective perencanaan pengembangan destinasi yang harus
berpandangan secara holistic dan menyeluruh, mulai dari tingkatan strategi
perencanaan makro dalam dimensi kerangka waktu jangka panjang yang akan
memberikan arah, prinsip dan panduan-panduan pengembangan jangka panjang,
kemudian kelingkup perencanaan jangka menengah yang menetapkan misi, tujuan
dan sasaran pengembangan destinasi serta pemosisian destinasi beserta programprogram pengembangan dalam kerangka waktu menengah, sampai dengan
37
lingkup perencanaan tingkat operasional yang meliputi: program-program aksi
jangka pendek, termasuk business plan dan pengendaliannya yang harus
dilakukan oleh organisasi atau lembaga yang diberi kewenangan untuk mengelola
destinasi Destinasion Management Organization .
Secara ilustratif, keterkaitan sinergis antar tingkatan perencanaan
destinasi wisata tadi dapat digambarkan pada gambar 2.1 sebagai berikut :
Gambar : 2.1
Skema : Tingkatan Perencanaan Destinasi
Destination Policy
Macro (long-term) Strategy
Key tourism direction,
principles, guidelines and
roles







SWOT
Vision & Goals
Growth targets
Differentiation
Principles
Strategic guidelines
Organization Roles
DMO Strategic Plan
Business/Corporate
Strategy (medium-term)
DMO competitive basis,
directives, structure and
finance framework
Operational Strategy (short
term)
What actions, How, When,
Who, How Much, results
sought








Mission
Objectives
Target Markets
Positioning and Brand
Marketing Plan
Development Plan
Organizational Structure
Financing
DMO Annual Business Plans





KPA’s
Actions
Time Frames
Budget Allocations
Outcomes
Sumber : Hengky Hermanto, Creative -Based Tourism 2011
38
2.3.3
SWOT
Menurut Jogiyanto (2005:46), SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-
kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki
perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang
di hadapi.
Menurut David (Fred R. David, 2008,8), Semua organisasi memiliki
kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang
sama kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis. Kekuatan/kelemahan
internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan misi
yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi.Tujuan dan strategi
ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi
kelemahan.
Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David,Fred R.,2005:47)
yaitu :
1. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain
yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang
dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani. Kekuatan
adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi
perusahaan di pasar.
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja
39
perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya
keuangan, kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat
merupakan sumber dari kelemahan perusahaan.
3. Peluang (Opportunities)
Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan
perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah satu
sumber peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan
antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran peluang
bagi perusahaan
4. Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan
perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau
yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang
baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan.
fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan informasi dari
analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan
kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Analisis
SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut berindikasi sesuatu
yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya atau memberikan indikasi
bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau diminimalkan untuk
memenuhi pemasukan yang diinginkan. Analisis SWOT dapat digunakan dengan
berbagai cara untuk meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi.
Umumnya yang sering digunakan adalah sebagai kerangka/panduan sistematis
40
dalam diskusi untuk membahas kondisi altenatif dasar yang mungkin menjadi
pertimbangan perusahaan.
Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapat menggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat
menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.
Tabel 2.1
Alternatif Strategis
IFAS Kekuatan (Strength)
EFAS
Peluang (Opportunity)
Ancaman (Threats)
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Kelemahan (Weakness)
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti , Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis 2006
Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT diatas :
1. Strategi SO (Strength and Opportunity).
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
2. Strategi ST (Strength and Threats).
Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
41
3. Strategi WO (Weakness and Oppurtunity).
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weakness and Threats).
Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
2.4
Model Penelitian
Untuk memudahkan memecahkan permasalahan dalam penelitian ini
digunakan model penelitian yang menggambarkan keterkaitan antara fenomena
yang terjadi pada saat ini yaitu banyak terjadi upaya pengahancuran cagar budaya,
adanya peluang dalam mengembangkan wisata heritage dan usaha pengembangan
pariwisata daerah dengan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan dan
berbasis kerakyatan.
Dengan menggunakan teori manajemen dan teori SWOT serta beberapa
konsep yang terkait dengan permasalahan yang akan dipecahkan, melalui
identifikasi faktor-faktor lingkungan internal yang meliputi: lokasi, produk,
fasilitas, SDM, Promosi serta faktor-faktor, lingkungan eksternal yang meliputi :
pengunjung, teknologi, pesaing, sosial budaya, keamanan, ekonomi, pemerintah,
dan swasta. Kemudian dianalisis dengan menggunakan matrik internal-eksternal
dan matrik SWOT sehingga dapat ditentukan strategi pengembangan wisata
Monkasel di kota Surabaya, yang dapat dijelaskan pada gambar model penelitian:
Download