DESKRIPSI DISPOSISI BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL Indah Damayanti1, Tina Yunarti2, Widyastuti2 [email protected] 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK This naturalistic qualitative research aimed to describe students’ mathematical critical thinking disposition in Socrates Contextual learning at the material of Linear Equations and Inequalities of One Variable. The subjects of this research were students of VII B class of SMP Negeri 19 Bandarlampung. Through purposive sampling techniques, it was chosen eleven students who was described their critical thinking disposition. The research data were obtained by observation, critical thinking disposition scale techniques, interviews and documentation. Before analyzing the data, researcher did the triangulation of data by interview. The data analysis techniques used three stages, which were reducting, displaying, and getting the conclusion of data. The results of this research was the students' mathematical critical thinking dispositions only appears on some students. For most of the other students, dispositions which appear were not critical thinking disposition. Penelitian kualitatif naturalistik ini bertujuan untuk mendeskripsikan disposisi berpikir kritis matematis siswa dalam pembelajaran Socrates Kontekstual pada materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 19 Bandarlampung. Melalui teknik purposive sampling terpilihlah sebelas siswa yang dideskripsikan disposisi berpikir kritisnya. Data penelitian diperoleh dari observasi, teknik skala disposisi berpikir kritis, wawancara dan dokumentasi. Sebelum menganalisis data, peneliti melakukan triangulasi data melalui wawancara. Teknik analisis data menggunakan tiga tahapan, yaitu reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan terhadap data. Hasil penelitian ini adalah disposisi berpikir kritis matematis siswa hanya muncul pada beberapa siswa. sebagian besar siswa lainnya memunculkan disposisi yang muncul bukan merupakan disposisi berpikir kritis. Kata kunci: berpikir kritis matematis, disposisi, Socrates Kontekstual untuk mencapai kompetensi matema- PENDAHULUAN Pendidikan sangat penting bagi setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat mengembang- tika, diantaranya adalah kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis tidak hanya kan potensi yang ada pada dirinya terdiri untuk kemajuan bangsa dan negara. (kognitif) saja, tetapi sikap untuk Pendidikan tidak hanya dapat me- berpikir kritis juga harus diperhati- ngembangkan kan. Menurut Ennis (Tahang, 2014:5) kemampuan tetapi dari unsur kritis kemampuan pendidikan juga mampu membentuk berpikir meliputi watak dan perilaku seseorang men- (disposition) jadi lebih baik. (ability). Karakter (disposisi) berpikir dan karakter keterampilan Dibutuhkan suatu pembelaja- kritis adalah kecenderungan sese- ran untuk mencapai tujuan pendi- orang untuk bersikap dalam berpikir dikan. Pembelajaran yang dimaksud kritis. Disposisi berpikir kritis me- adalah dapat rupakan salah satu faktor penunjang mengubah tingkah laku dan pola seseorang untuk memiliki kemampu- pikir peserta didik ke arah yang lebih an berpikir kritis. Triandis (Tahang, baik. Semakin baik proses pem- 2014:6) menyatakan bahwa kete- belajaran yang dilakukan, semakin rampilan berpikir kritis merupakan baik pula hasil yang didapatkan, perbuatan yang dipengaruhi oleh dis- demikian juga dalam pembelajaran posisi berpikir kritis dan sejumlah matematika. faktor pendukung lainnya. pembelajaran yang Matematika merupakan salah Pengukuran disposisi berpikir satu bidang studi dalam sistem kritis siswa dengan memperhatikan pendidikan indikator-indikatornya. memiliki nasional. peranan Matematika penting untuk Menurut Yunarti (2011:25) indikator disposisi mengembangkan karakter cerdas pe- berpikir serta didik karena matematika ber- kebenaran kaitan dengan pengembangan ber- mendapatkan kebe-naran), berpikiran pikir terbuka kritis. Kurikulum Tingkat kritis (sikap (sikap yaitu pencarian untuk untuk selalu bersedia Satuan Pendidikan (KTSP) (Hanifah, mendengar atau me-nerima pendapat 2013:5) menyebutkan bahwa tujuan orang lain), sis-timatis (sikap rajin pembelajaran dan tekun dalam berpikir), analitis matematika adalah (sikap pada Salah satu pembelajaran yang serta dapat diberikan untuk memancing berupaya mencari alasan-alasan yang siswa dalam mengembangkan ber- bersesuaian), kepercayaan diri dalam pikir kritis yaitu melalui pertanyaan- berpikir kritis (sikap percaya diri pertanyaan atau masalah, dimulai terhadap proses inkuiri dan pendapat dari yang diyakini benar), rasa ingin tahu hingga pertanyaan yang kompleks. (sikap yang menunjukkan rasa ingin The Critical Thinking Community tahu terhadap sesuatu atau isu yang (2013:524) berkembang). ”Thinking is not driven by answers masalah untuk yang tetap fokus dihadapi Kenyataan di SMP Negeri 19 Bandarlampung disposisi berpikir kritis matematis siswa masih kurang pertanyaan yang sederhana menyatakan bahwa but by questions”, seseorang akan berpikir dan menentukan sikap jika dihadapkan oleh suatu pertanyaan. berkembang dan masih perlu men- Yunarti (2011: 14) mengatakan dapatkan perhatian. Hal ini di- salah satu metode pembelajaran yang pertegas dengan hasil wawancara memuat pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap guru mitra bidang studi adalah matematika di SMP 19 Bandar- metode Socrates banyak dialog yang lampung yang menyatakan bahwa menggunakan pertanyaan-pertanyaan masih banyak siswa yang kurang kritis untuk memandu siswa dalam berminat untuk memiliki rasa ingin berpikir dan mengambil kesimpulan. tahu dalam berpikir yang lebih Karakteristik pertanyaan-pertanyaan kompleks, kurang adanya keper- Socrates yang bersifat terus menerus, cayaan diri terhadap proses inkuiri memiliki kelemahan seperti yang di- dalam menganalisis suatu persoalan, katakan oleh Lammendola (Baharun, serta kurang memiliki minat untuk 2014:5), yaitu metode Socrates dapat mencari kebenaran pada persoalan- menciptakan lingkungan belajar yang persoalan yang bersifat kritis. Hal ini menakutkan. Oleh karena itu, dalam disebabkan guru kurang memberikan penelitian ini pembelajaran dengan kesempatan siswa untuk mengon- metode Socrates digabungkan de- truksi sendiri pengetahuan mereka ngan pendekatan Kontekstual. secara mandiri. metode Socrates. Pendekatan memberikan suatu Dalam Kontekstual lingkungan pembelajaran yang menuntut siswa cara mengungkapkan kejadian yang untuk mengontruksi dan menemukan sebenarnya dari subyek yang diteliti. ber-bagai informasi yang berasal dari Subyek penelitian ini adalah kehidupannya sehari-hari. Menurut siswa kelas VIIB di SMP Negeri 19 Johnson (Kunandar, 2007: 296-297) Bandarlampung pada tahun pelajaran salah satu komponen utama dalam 2014/2015. Melalui teknik purposive sistem pembelajaran kontekstual ada- sampling terpilihlah 11 siswa yang lah berpikir kritis. Artinya, siswa dideskripsikan disposisi berpikir kri- dapat menggunakan tingkat berpikir tisnya. Dalam penelitian kualitatif yang lebih tinggi secara kritis, dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika serta bukti-bukti. Hal tersebut berpengaruh pada disposisi berpikir kritis siswa, sebab melalui lingkungan belajar yang demikian siswa memiliki rasa ingin tahu, mencari kebenaran, berpikiran terbuka, sistematis, analitis, serta percaya diri dalam berpikir menurut Nasution (2002:10) peneliti merupakan instrumen pengumpul data utama. Akan tetapi, peneliti dibantu oleh instrumen untuk mengumpulkan data yaitu catatan lapangan yang digunakan sebagai alat atau fasilitas peneliti selama melakukan pengamatan atau observasi guna memperoleh data yang diinginkan; lembar skala yang berisi pernyataanpernyataan untuk memperoleh data kritis. Berdasarkan pemaparan di atas, primer berupa informasi secara dilakukan penelitian untuk mendes- langsung dan tertulis dari informan kripsikan disposisi berpikir kritis yang berkaitan mengenai disposisi matematis siswa pada pembelajaran berpikir kritis siswa dan memperkuat Socrates Kontekstual. informasi yang diperoleh dari lembar catatan lapangan; wawancara yang METODE PENELITIAN Penelitian ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang menggunakan bertujuan untuk mengklarifikasi data metode penelitian kualitatif dengan yang diperoleh mengenai disposisi pendekatan naturalistik. Penelitian ini berpikir kritis siswa dari catatan merupakan penelitian yang meng- lapangan hasilkan data deskriptif mengenai perekam untuk membantu peneliti disposisi berpikir kritis siswa dengan dan skala; serta alat melihat disposisi berpikir kritis siswa sebagian besar siswa bukan merupa- yang terlewat saat observasi ber- kan disposisi berpikir kritis. Dengan langsung. demikian, disposisi berpikir kritis Sebelum peneliti menganalisis terlebih dahulu data, menguji siswa tidak dominan muncul selama proses pembelajaran. Terdapat beberapa siswa yang keabsahan data dengan menggunakan Adapun memunculkan disposisi berpikir kri- teknik analisis data yang digunakan tis matematisnya, yaitu B1, B2, B5, dalam penelitian ini adalah analisis B8, B12, B22, B15, B3, dan B20. model interaktif (Interactive Model Disposisi berpikir kritis siswa dengan of Analysis) menurut Miles dan kode B5, B8 dan B12 hanya terlihat Huberman (Sugiyono, 2008: 91-99) pada pertemuan ketujuh. Pada enam yang terdiri dari tiga komponen pertemuan sebelumnya mereka hanya analisis, yaitu reduksi data yang menunjukkan disposisi yang bukan berarti merangkum, memilih hal-hal merupakan disposisi berpikir kritis. yang pokok, serta memfokuskan Disposisi berpikir kritis matematis pada fokus yang di- B5, B8 dan B12 ditunjukkan pada gunakan dalam penelitian ini, pe- proses pembelajaran yang mem- nyajian data yang dilakukan secara berikan kesempatan kepada mereka deskriptif serta penarikan kesim- untuk menyelesaikan permasalahan pulan. di depan kelas dengan tipe soal yang teknik triangulasi data. penelitian berbeda dari contoh yang guru HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pembelajaran berikan. Indikator disposisi berpikir kritis yang muncul pada B5, B8, dan Socrates Kontekstual yang dilakukan B12 adalah sistematis pada materi Persamaan dan Per- percayaan diri dalam berpikir kritis. tidaksamaan Linier Satu Variabel Selanjutnya, disposisi berpikir kritis selama tujuh kali pertemuan, terlihat matematis B2 muncul pada per- bahwa proses pembelajaran tersebut temuan dapat membuat sebagian besar siswa ketujuh. Disposisi berpikir kritis B2 memunculkan suatu disposisi. Dispo- juga sisi yang dominan muncul pada nyelesaikan keempat ditunjukkan dan dan ke- pertemuan dengan permasalahan medengan tipe soal yang berbeda dari contoh yang diberikan oleh guru. Oleh sulit terlebih dahulu. Pada per- karena itu, indikator disposisi ber- temuan ketujuh, disposisi berpikir pikir kritis yang ditunjukkan oleh B2 kritis matematis yang ditunjukkan juga adalah sistematis. oleh B1 sama seperti disposisi berpengerjaan pikir kritis matematis yang ditunjuk- permasalahan, B5, B8, B12 dan B2 kan oleh B2, B5, B8 dan B12. menaati prosedur kerja sesuai dengan Disposisi berpikir kritis matematis yang diajarkan oleh guru walaupun B1 juga muncul pada proses pem- persoalan yang mereka kerjakan me- belajaran yang memberikan kesem- memerlukan interpretasi dan analisis patan kepada B1 untuk menyelesai- yang lebih tajam karena tipenya kan permasalahan di depan kelas berbeda dari contoh yang diberikan, dengan tipe soal yang berbeda dari mereka mengaku bahwa mereka contoh yang diberikan oleh guru. yakin Dengan demikian, indikator disposisi Pada jika proses mereka mengerjakan permasalahan sesuai prosedur yang berpikir ada maka akan memberikan ke- muncul pada B1 dipertemuan ketujuh simpulan jawaban yang benar. adalah sistematis dan kepercayaan Disposisi berpikir kritis mate- kritis matematis yang diri dalam berpikir kritis. matis B1 muncul pada pertemuan Selanjutnya, empat siswa yaitu kelima dan ketujuh. Pada pertemuan B22, B15, B3, dan B20 mampu kelima, kritis menunjukkan disposisi berpikir kritis matematis yang ditunjukkan oleh B1, matematisnya sejak awal pertemuan. yaitu ketika diskusi pada permainan Hal ini ditunjukkan selama pem- “Tebakan Pintar” berlangsung. In- belajaran dilakukan, B22, B15, B3, dikator disposisi berpikir kritis yang dan B20 terlihat memiliki rasa ingin ditunjukkan oleh B1 adalah ber- tahu pikiran terbuka. Pada pertemuan berpikir secara kritis, keper-cayaan kelima ini, B1 bersedia mengubah diri dalam berpikir kritis, pen-carian posisinya dari membuat ekspresi kebenaran, analitis, sistematis, serta matematika berpikiran terbuka. disposisi yang berpikir mudah hingga membuat ekspresi matematika yang rumit karena teman diskusinya membuat ekspresi matematika yang yang cukup Disposisi tinggi berpikir untuk kritis matematis B22 sudah terlihat sejak awal pertemuan pertama hingga pertemuan ketujuh. Indikator dis- kritis, serta memiliki kemampuan posisi berpikir kritis yang muncul dasar untuk berpikir kritis. Dalam hal pada B22 adalah analitis. Analitis ini, B22 mampu mencari pernyataan B22 ditunjukkan yang jelas dari suatu kesimpulan dengan menyimpulkan suatu jawaban yang B22 pikirkan sendiri. Hal ini sesuai dengan kriteria alasan yang di- menunjukkan bahwa B22 memiliki berikannya sendiri setelah guru mem- sikap analitis yang baik, Spencer berikan petunjuk yang logis melalui (Dina, 2012:11) mengatakan berpikir pertanyaan-pertanyaan Socrates. Se- analitis jalan dengan hasil penelitian Saliza berpikir yang menggunakan tahapan Safta Assiti (Indriati, 2014:160) yang dan langkah-langkah logis, yang mengatakan bahwa pemberian ban- melibatkan keterampilan memahami tuan berupa petunjuk awal ber- situasi dengan cara memecah situasi- pengaruh terhadap kemampuan siswa situasi dalam memecahkan masalah. Me- bagian. Selain itu, B22 juga memiliki nurut Gunawan (2003:177-178) da- sikap lam berpikir kritis siswa mampu karena bersedia mengambil atau memecahkan masalah, merumuskan merubah pendapatnya setelah alasan kesimpulan, mengumpulkan berbagai atau bukti sudah cukup kuat ber- kemungkinan dan membuat keputus- dasarkan petunjuk logis yang guru an dalam pembelajaran. berikan. salah B22 satunya memiliki merupakan tersebut untuk keterampilan menjadi berpikiran bagianterbuka, kemampuan Berdasarkan tujuh kali per- dasar untuk berpikir kritis karena temuan, disposisi berpikir kritis B22 mampu mendeteksi hubungan antara sangat baik pada indikator analitis. petunjuk yang guru berikan dengan Hal ini juga dipertegas pada hasil hasil pemikirannya tersebut serta skala menyatukannya menjadi suatu solusi dengan posisi profil disposisi berpikir permasalahan yang diberikan. Orang kritis matematis B22 pada indikator yang memiliki disposisi berpikir analitis berkategori tinggi dan pada kritis menurut Perkins (Lambertus, indikator berpikiran terbuka ber- 2009:138) adalah orang yang sensitif kategori tinggi juga. disposisi berpikir kritis, terhadap momen berpikir kritis, dan Selain itu, B22 juga baik dalam merasa terdorong untuk berpikir indikator kepercayaan diri dalam berpikir kritis dan pencarian ke- gunakan komponen masyarakat bela- benaran. Hal tersebut ditunjukkan jar pertemuan pertama, pertemuan ketika guru mengajukan berbagai ketiga pertanyaan-pertanyaan Socrates un- Indikator disposisi berpikir kritis tuk memvalidasi kebenaran jawaban, matematis yang ditunjukkan B15 B22 mampu memberikan jawaban adalah sistematis, kepercayaan diri dari setiap pertanyaan dan mampu dalam berpikir kritis dan analitis. mempertahankan jawabannya hingga Pada pertemuan keempat indikator mampu memberikan kesimpulan dari disposisi berpikir kritis matematis serangkaian pertanyaan yang diberi- yang kan guru. Johwnson, D. W. dan sistematis Johnson, R. T, (Nurjannah dkk, dalam berpikir kritis. Pada pertemuan 2014) mengatakan metode Socrates keempat ini B15 mampu mengeva- diajarkan dengan cara bertanya jawab luasi pekerjaan temannya di papan untuk membimbing dan memper- tulis untuk mengerjakan permasa- dalam lahan yang diberikan oleh guru. tingkat pemahaman yang dan pertemuan muncul dan pada B15 keenam. adalah kepercayaan diri berkaitan dengan materi yang diajar- Disposisi berpikir kritis B15 kan sehingga anak didik mendapat- juga cukup baik pada pembelajaran kan pemikirannya sendiri dari hasil ketika guru memberikan pertanyaan- konflik kognitif yang terpecahkan. pertanyaan Socrates yang berguna Disposisi berpikir kritis B22 dalam untuk menggali pengetahuan siswa. indikator pencarian kebenaran dan Ketika guru memberikan berbagai kepercayaan diri juga dipertegas pada pertanyaan, B15 seringkali menjawab hasil skala dengan posisi profil pertanyaan-pertanyaan guru tersebut disposisi berpikir kritis matematis pada saat proses pembelajaran ber- B22 pencarian langsung. Salah satunya pada per- kebenaran berkategori sangat tinggi temuan ketujuh. Indikator disposisi dan pada indikator kepercayaan diri berpikir kritis B15 yang muncul pada dalam berpikir kritis berkategori pertemuan ketujuh ini adalah analitis. tinggi. B15 mampu memberikan jawaban pada indikator Siswa kedua yang dibahas dari pertanyaan yang guru berikan pembelajaran dan memilih serta menggunakan Socrates Kontekstual yang meng- kriteria dengan alasan yang logis adalah B15. Pada sesuai dengan jawaban yang diberi- tanya kepada teman sebangkunya. kannya. Dari pertanyaan tersebut, temannya Disposisi berpikir kritis B15 hanya tersenyum dan menyarankan yang baik pada indikator sistematis kepada B15 agar langsung bertanya dan kepercayaan diri dalam berpikir kepada guru. Akan tetapi, B15 tidak kritis yang terlihat pada pertemuan ingin pertama, ketiga, dan keempat juga kepada guru. Berdasarkan hasil wa- dipertegas pada hasil skala, dengan wancara, B15 menyebutkan bahwa posisi profil disposisi berpikir kritis malas untuk bertanya kepada guru. B15 pada hal tersebut sistematis Pertanyaan yang diungkapkan berkategori tinggi dan pada indikator B15 kepada temannya adalah per- kepercayaan diri dalam berpikir kritis tanyaan yang kritis. Dari pertanyaan berkategori sangat tinggi. Sementara yang itu, berdasarkan pertemuan ketiga, tersebut, terlihat bahwa B15 me- keenam dan ketujuh dapat disim- miliki rasa ingin tahu. Akan tetapi, pulkan indikator indikator menanyakan bahwa B15 analitis. Hal diajukan kepada temannya baik pada rasa ingin tahu tersebut hanya dalam ini juga pikirannya dan tidak diimbangi dipertegas berdasarkan hasil skala dengan usaha yang lebih untuk pada indikator analitis, dengan posisi mendapatkan informasi yang diingin- profil disposisi berpikir kritis ma- kannya. Yesildere dan Turnuklu tematis B15 pada indikator analitis (Maulana, 2013:6) mengatakan rasa berkategori tinggi. Berdasarkan hasil ingin tahu mencerminkan disposisi wawancara kepada B15 juga dapat seseorang untuk memperoleh infor- diketahui bahwa B15 akan me- masi dan belajar hal-hal baru dengan mikirkan terlebih dahulu solusi dari harapan untuk mendapatkan manfaat. suatu permasalahan jika menemukan Berdasarkan pendapat Yesildere dan kesulitannya dan akan bertanya ke- Turnuklu tersebut, rasa ingin tahu pada guru jika tidak menemukan yang tidak diungkapkan B15 kepada solusinya lagi. guru mengakibatkan tidak tercermin- B15 merupakan salah satu nya disposisi untuk mendapatkan siswa yang tergolong kritis dalam informasi yang diinginkannya. De- berpikir, terlihat pada pertemuan ngan demikian, disposisi berpikir ketujuh. B15 dengan tiba-tiba ber- kritis B15 tergolong kurang dalam diskusinya menyanggah pendapat- indikator rasa ingin tahu. nya, B20 mampu mempertanggung- Siswa ketiga adalah B3. Dis- jawabkan pendapatnya dengan mem- posisi berpikir kritis matematis dan berikan alasan-alasan yang tepat. kepercayaan diri B3 selalu terlihat B20 pada setiap pembelajaran yang meli- sanggahan ketika pendapat yang batkan diskusi kelompok. Indikator diberikan temannya kurang tepat, disposisi berpikir kritis yang muncul dengan memberikan alasan-alasan pada B3 adalah analitis. Pada setiap sanggahan yang relevan. B20 mampu diskusi, B3 selalu mengemukakan memilih dan menggunakan kriteria pendapatnya yang logis dan relevan, dengan alasan yang tepat, pada setiap mencari pernyataan yang jelas dari alasan yang diberikan. Hal ini juga suatu kesimpulan atau pertanyaan, dipertegas berdasarkan hasil skala mencari alasan-alasan pada setiap B20, dengan posisi profil disposisi pernyataan yang disebutkan, dan berpikir kritis matematis pada in- tekun dikator analitis berkategori tinggi. dalam berpikir meskipun juga mampu memberikan menemukan banyak kesulitan. Hal Sementara itu, selama tujuh ini juga dipertegas berdasarkan hasil kali pertemuan ada dua orang siswa skala, dengan posisi profil disposisi yang terlihat pasif dalam memuncul- berpikir kritis matematis B3 pada kan indikator analitis berkategori tinggi. Mereka adalah B24 dan B26. disposisi berpikir kritisnya. Siswa keempat adalah B20. Pada tujuh kali pertemuan B24 Disposisi berpikir kritis matematis terlihat tidak bersemangat untuk B20 juga muncul ketika pembelajar- mempelajari materi matematika yang an dengan diskusi berlangsung, dis- diajarkan. Berdasarkan hasil wawan- kusi pada permainan maupun diskusi cara, pada awalnya B24 merupakan pada pengerjaan soal kelompok. siswa yang menyenangi pelajaran Indikator disposisi berpikir kritis matematika, akan tetapi karena ada yang adalah kegiatan di luar sekolah membuat analitis. B20 mampu menganalisis B24 tidak fokus lagi dalam belajar. setiap permasalahan yang diberikan Pada setiap pertemuan B24 tidak dalam diskusi dengan alasan-alasan memiliki rasa ingin tahu terhadap yang logis dan relevan. Ketika teman materi muncul pada B20 yang disampaikan, salah satunya terlihat pada diskusi kelompok pada pertemuan ketiga. KESIMPULAN Pada Berdasarkan hasil penelitian diskusi kelompok ini tidak berjalan dan pembahasan, didapat kesimpulan dengan baik. B24 tidak memiliki rasa bahwa disposisi berpikir kritis mate- ingin tahu untuk berpikir. Dengan matis siswa tidak muncul dengan demikian, disposisi B24 tidak mun- dominan atau hanya muncul pada cul dengan baik. beberapa siswa. Pada siswa yang Siswa kedua yang tidak memunculkan disposisi berpikir memunculkan disposisi berpikir kri- kritis matematisnya, indikator dis- tisnya adalah B26. Pada awal per- posisi berpikir kritis matematis yang temuan B26 merupakan siswa yang banyak muncul yaitu analitis, ke- tergolong aktif dalam pembelajaran, percayaan diri dalam berpikir kritis, B26 berlomba-lomba bersama siswa dan sistematis. lainnya untuk menjawab pertanyaanpertanyaan guru. Akan tetapi, semakin hari terlihat semakin tidak bersemangat pada saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara, B26 mengaku bahwa tidak dapat menahan rasa kantuk karena sekolah masuk pada siang hari. Pada beberapa pembelajaran dengan diskusi kelompok juga, B26 terlihat tidak bersemangat dalam mengerjakan permasalahan yang diberikan, meski B26 mengerjakannya tetapi terkesan terburu-buru dan ingin cepat selesai tanpa memikirkan benar atau salahnya. Dengan demikian, disposisi B26 tidak muncul dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Baharun, Hossain. 2014. Metode Pembelajaran Socrates. [Online]. Tersedia: http://id.scribd.com. Desember 2014. Dina. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Analitis Siswa SMA. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu. Maret 2015. Gunawan, Adi W. 2003. Genius Learning Strategy Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelarated Learning. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hanifah, Tasyami Fitria. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Melalui Pendekatan Model Elictina Activies (MEAS) Dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia: http://repository. upi.edu. Januari 2015. Indriati. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe Stad dengan Soal-Soal Pemecahan Masalah pada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 6 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5. Nomor 2. Palembang: UNSRI. [Online]. Tersedia: http://ejournal.unsri.ac.id. Maret 2015. Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Lambertus. 2009. Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Matematika di SD. Forum Kependidikan, Volume 28, Nomor 2, Maret 2009. Kendari :UNHALU. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/2384/1/s kripsi. Januari 2015 Maulana. 2013. Mengukur dan Mengembangkan Disposisi Kritis dan Kreatif Guru dan Calon Guru Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar Pendidikan Dasar, Volume 4, Nomor 2. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia: http://file .upi.edu. Desember 2014. Nasution. 2002. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Nurjannah, Alfiyah dan Nadi Suprapto. 2014. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Socrates Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Hukum Newton. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (J IPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, 20-26 ISSN: 2302-4496. . Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. [Online]. https://www.scribd.com. November 2014. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tahang. 2014. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas Xi Sma Negeri 2 Kendari Melalui Pembelajaran Virtual Laboratory Berbasis Phet Simulation (Penelitian Tindakan Kelas) 2014. [Online]. Tersedia: http://myfortuner.files. wordpress.com. November 2014 The Critical Thinking Community. 2013. The Role of Questions in Teaching, Thinking and Learning. [Online]. Tersedia: https://www.criticalthinking.or g. Januari 2015 Yunarti, Tina. 2011. Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA. Disertasi. Bandung: UPI