DESKRIPSI DISPOSISI BERPIKIR KRITIS

advertisement
DESKRIPSI DISPOSISI BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN SOCRATES
KONTEKSTUAL
Indah Damayanti1, Tina Yunarti2, Widyastuti2
[email protected]
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
2
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika
ABSTRAK
This naturalistic qualitative research aimed to describe students’ mathematical
critical thinking disposition in Socrates Contextual learning at the material of
Linear Equations and Inequalities of One Variable. The subjects of this research
were students of VII B class of SMP Negeri 19 Bandarlampung. Through
purposive sampling techniques, it was chosen eleven students who was described
their critical thinking disposition. The research data were obtained by
observation, critical thinking disposition scale techniques, interviews and
documentation. Before analyzing the data, researcher did the triangulation of
data by interview. The data analysis techniques used three stages, which were
reducting, displaying, and getting the conclusion of data. The results of this
research was the students' mathematical critical thinking dispositions only
appears on some students. For most of the other students, dispositions which
appear were not critical thinking disposition.
Penelitian kualitatif naturalistik ini bertujuan untuk mendeskripsikan disposisi
berpikir kritis matematis siswa dalam pembelajaran Socrates Kontekstual pada
materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 19 Bandarlampung. Melalui teknik
purposive sampling terpilihlah sebelas siswa yang dideskripsikan disposisi
berpikir kritisnya. Data penelitian diperoleh dari observasi, teknik skala disposisi
berpikir kritis, wawancara dan dokumentasi. Sebelum menganalisis data, peneliti
melakukan triangulasi data melalui wawancara. Teknik analisis data
menggunakan tiga tahapan, yaitu reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan
terhadap data. Hasil penelitian ini adalah disposisi berpikir kritis matematis siswa
hanya muncul pada beberapa siswa. sebagian besar siswa lainnya memunculkan
disposisi yang muncul bukan merupakan disposisi berpikir kritis.
Kata kunci: berpikir kritis matematis, disposisi, Socrates Kontekstual
untuk mencapai kompetensi matema-
PENDAHULUAN
Pendidikan sangat penting bagi
setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat mengembang-
tika, diantaranya adalah kemampuan
berpikir kritis.
Berpikir kritis tidak hanya
kan potensi yang ada pada dirinya
terdiri
untuk kemajuan bangsa dan negara.
(kognitif) saja, tetapi sikap untuk
Pendidikan tidak hanya dapat me-
berpikir kritis juga harus diperhati-
ngembangkan
kan. Menurut Ennis (Tahang, 2014:5)
kemampuan
tetapi
dari
unsur
kritis
kemampuan
pendidikan juga mampu membentuk
berpikir
meliputi
watak dan perilaku seseorang men-
(disposition)
jadi lebih baik.
(ability). Karakter (disposisi) berpikir
dan
karakter
keterampilan
Dibutuhkan suatu pembelaja-
kritis adalah kecenderungan sese-
ran untuk mencapai tujuan pendi-
orang untuk bersikap dalam berpikir
dikan. Pembelajaran yang dimaksud
kritis. Disposisi berpikir kritis me-
adalah
dapat
rupakan salah satu faktor penunjang
mengubah tingkah laku dan pola
seseorang untuk memiliki kemampu-
pikir peserta didik ke arah yang lebih
an berpikir kritis. Triandis (Tahang,
baik. Semakin baik proses pem-
2014:6) menyatakan bahwa kete-
belajaran yang dilakukan, semakin
rampilan berpikir kritis merupakan
baik pula hasil yang didapatkan,
perbuatan yang dipengaruhi oleh dis-
demikian juga dalam pembelajaran
posisi berpikir kritis dan sejumlah
matematika.
faktor pendukung lainnya.
pembelajaran
yang
Matematika merupakan salah
Pengukuran disposisi berpikir
satu bidang studi dalam sistem
kritis siswa dengan memperhatikan
pendidikan
indikator-indikatornya.
memiliki
nasional.
peranan
Matematika
penting
untuk
Menurut
Yunarti (2011:25) indikator disposisi
mengembangkan karakter cerdas pe-
berpikir
serta didik karena matematika ber-
kebenaran
kaitan dengan pengembangan ber-
mendapatkan kebe-naran), berpikiran
pikir
terbuka
kritis.
Kurikulum
Tingkat
kritis
(sikap
(sikap
yaitu
pencarian
untuk
untuk
selalu
bersedia
Satuan Pendidikan (KTSP) (Hanifah,
mendengar atau me-nerima pendapat
2013:5) menyebutkan bahwa tujuan
orang lain), sis-timatis (sikap rajin
pembelajaran
dan tekun dalam berpikir), analitis
matematika
adalah
(sikap
pada
Salah satu pembelajaran yang
serta
dapat diberikan untuk memancing
berupaya mencari alasan-alasan yang
siswa dalam mengembangkan ber-
bersesuaian), kepercayaan diri dalam
pikir kritis yaitu melalui pertanyaan-
berpikir kritis (sikap percaya diri
pertanyaan atau masalah, dimulai
terhadap proses inkuiri dan pendapat
dari
yang diyakini benar), rasa ingin tahu
hingga pertanyaan yang kompleks.
(sikap yang menunjukkan rasa ingin
The Critical Thinking Community
tahu terhadap sesuatu atau isu yang
(2013:524)
berkembang).
”Thinking is not driven by answers
masalah
untuk
yang
tetap
fokus
dihadapi
Kenyataan di SMP Negeri 19
Bandarlampung
disposisi
berpikir
kritis matematis siswa masih kurang
pertanyaan
yang
sederhana
menyatakan
bahwa
but by questions”, seseorang akan
berpikir dan menentukan sikap jika
dihadapkan oleh suatu pertanyaan.
berkembang dan masih perlu men-
Yunarti (2011: 14) mengatakan
dapatkan perhatian. Hal ini di-
salah satu metode pembelajaran yang
pertegas dengan hasil wawancara
memuat pertanyaan-pertanyaan kritis
terhadap guru mitra bidang studi
adalah
matematika di SMP 19 Bandar-
metode Socrates banyak dialog yang
lampung yang menyatakan bahwa
menggunakan pertanyaan-pertanyaan
masih banyak siswa yang kurang
kritis untuk memandu siswa dalam
berminat untuk memiliki rasa ingin
berpikir dan mengambil kesimpulan.
tahu dalam berpikir yang lebih
Karakteristik pertanyaan-pertanyaan
kompleks, kurang adanya keper-
Socrates yang bersifat terus menerus,
cayaan diri terhadap proses inkuiri
memiliki kelemahan seperti yang di-
dalam menganalisis suatu persoalan,
katakan oleh Lammendola (Baharun,
serta kurang memiliki minat untuk
2014:5), yaitu metode Socrates dapat
mencari kebenaran pada persoalan-
menciptakan lingkungan belajar yang
persoalan yang bersifat kritis. Hal ini
menakutkan. Oleh karena itu, dalam
disebabkan guru kurang memberikan
penelitian ini pembelajaran dengan
kesempatan siswa untuk mengon-
metode Socrates digabungkan de-
truksi sendiri pengetahuan mereka
ngan pendekatan Kontekstual.
secara mandiri.
metode
Socrates.
Pendekatan
memberikan
suatu
Dalam
Kontekstual
lingkungan
pembelajaran yang menuntut siswa
cara mengungkapkan kejadian yang
untuk mengontruksi dan menemukan
sebenarnya dari subyek yang diteliti.
ber-bagai informasi yang berasal dari
Subyek penelitian ini adalah
kehidupannya sehari-hari. Menurut
siswa kelas VIIB di SMP Negeri 19
Johnson (Kunandar, 2007: 296-297)
Bandarlampung pada tahun pelajaran
salah satu komponen utama dalam
2014/2015. Melalui teknik purposive
sistem pembelajaran kontekstual ada-
sampling terpilihlah 11 siswa yang
lah berpikir kritis. Artinya, siswa
dideskripsikan disposisi berpikir kri-
dapat menggunakan tingkat berpikir
tisnya. Dalam penelitian kualitatif
yang lebih tinggi secara kritis, dapat
menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika serta
bukti-bukti. Hal tersebut berpengaruh
pada disposisi berpikir kritis siswa,
sebab melalui lingkungan belajar
yang demikian siswa memiliki rasa
ingin tahu, mencari kebenaran, berpikiran terbuka, sistematis, analitis,
serta percaya diri dalam berpikir
menurut Nasution (2002:10) peneliti
merupakan instrumen pengumpul data
utama.
Akan
tetapi,
peneliti
dibantu oleh instrumen untuk mengumpulkan data yaitu catatan lapangan yang digunakan sebagai alat
atau fasilitas peneliti selama melakukan pengamatan atau observasi guna
memperoleh data yang diinginkan;
lembar skala yang berisi pernyataanpernyataan untuk memperoleh data
kritis.
Berdasarkan pemaparan di atas,
primer
berupa
informasi
secara
dilakukan penelitian untuk mendes-
langsung dan tertulis dari informan
kripsikan disposisi berpikir kritis
yang berkaitan mengenai disposisi
matematis siswa pada pembelajaran
berpikir kritis siswa dan memperkuat
Socrates Kontekstual.
informasi yang diperoleh dari lembar
catatan lapangan; wawancara yang
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
berisi pertanyaan-pertanyaan yang
menggunakan
bertujuan untuk mengklarifikasi data
metode penelitian kualitatif dengan
yang diperoleh mengenai disposisi
pendekatan naturalistik. Penelitian ini
berpikir kritis siswa dari catatan
merupakan penelitian yang meng-
lapangan
hasilkan data deskriptif mengenai
perekam untuk membantu peneliti
disposisi berpikir kritis siswa dengan
dan
skala;
serta
alat
melihat disposisi berpikir kritis siswa
sebagian besar siswa bukan merupa-
yang terlewat saat observasi ber-
kan disposisi berpikir kritis. Dengan
langsung.
demikian, disposisi berpikir kritis
Sebelum
peneliti
menganalisis
terlebih
dahulu
data,
menguji
siswa tidak dominan muncul selama
proses pembelajaran.
Terdapat beberapa siswa yang
keabsahan data dengan menggunakan
Adapun
memunculkan disposisi berpikir kri-
teknik analisis data yang digunakan
tis matematisnya, yaitu B1, B2, B5,
dalam penelitian ini adalah analisis
B8, B12, B22, B15, B3, dan B20.
model interaktif (Interactive Model
Disposisi berpikir kritis siswa dengan
of Analysis) menurut Miles dan
kode B5, B8 dan B12 hanya terlihat
Huberman (Sugiyono, 2008: 91-99)
pada pertemuan ketujuh. Pada enam
yang terdiri dari tiga komponen
pertemuan sebelumnya mereka hanya
analisis, yaitu reduksi data yang
menunjukkan disposisi yang bukan
berarti merangkum, memilih hal-hal
merupakan disposisi berpikir kritis.
yang pokok, serta memfokuskan
Disposisi berpikir kritis matematis
pada fokus
yang di-
B5, B8 dan B12 ditunjukkan pada
gunakan dalam penelitian ini, pe-
proses pembelajaran yang mem-
nyajian data yang dilakukan secara
berikan kesempatan kepada mereka
deskriptif serta penarikan kesim-
untuk menyelesaikan permasalahan
pulan.
di depan kelas dengan tipe soal yang
teknik
triangulasi
data.
penelitian
berbeda dari contoh yang guru
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
pembelajaran
berikan. Indikator disposisi berpikir
kritis yang muncul pada B5, B8, dan
Socrates Kontekstual yang dilakukan
B12
adalah
sistematis
pada materi Persamaan dan Per-
percayaan diri dalam berpikir kritis.
tidaksamaan Linier Satu Variabel
Selanjutnya, disposisi berpikir kritis
selama tujuh kali pertemuan, terlihat
matematis B2 muncul pada per-
bahwa proses pembelajaran tersebut
temuan
dapat membuat sebagian besar siswa
ketujuh. Disposisi berpikir kritis B2
memunculkan suatu disposisi. Dispo-
juga
sisi yang dominan muncul pada
nyelesaikan
keempat
ditunjukkan
dan
dan
ke-
pertemuan
dengan
permasalahan
medengan
tipe soal yang berbeda dari contoh
yang diberikan oleh guru. Oleh
sulit terlebih dahulu. Pada per-
karena itu, indikator disposisi ber-
temuan ketujuh, disposisi berpikir
pikir kritis yang ditunjukkan oleh B2
kritis matematis yang ditunjukkan
juga adalah sistematis.
oleh B1 sama seperti disposisi berpengerjaan
pikir kritis matematis yang ditunjuk-
permasalahan, B5, B8, B12 dan B2
kan oleh B2, B5, B8 dan B12.
menaati prosedur kerja sesuai dengan
Disposisi berpikir kritis matematis
yang diajarkan oleh guru walaupun
B1 juga muncul pada proses pem-
persoalan yang mereka kerjakan me-
belajaran yang memberikan kesem-
memerlukan interpretasi dan analisis
patan kepada B1 untuk menyelesai-
yang lebih tajam karena tipenya
kan permasalahan di depan kelas
berbeda dari contoh yang diberikan,
dengan tipe soal yang berbeda dari
mereka mengaku bahwa mereka
contoh yang diberikan oleh guru.
yakin
Dengan demikian, indikator disposisi
Pada
jika
proses
mereka
mengerjakan
permasalahan sesuai prosedur yang
berpikir
ada maka akan memberikan ke-
muncul pada B1 dipertemuan ketujuh
simpulan jawaban yang benar.
adalah sistematis dan kepercayaan
Disposisi berpikir kritis mate-
kritis
matematis
yang
diri dalam berpikir kritis.
matis B1 muncul pada pertemuan
Selanjutnya, empat siswa yaitu
kelima dan ketujuh. Pada pertemuan
B22, B15, B3, dan B20 mampu
kelima,
kritis
menunjukkan disposisi berpikir kritis
matematis yang ditunjukkan oleh B1,
matematisnya sejak awal pertemuan.
yaitu ketika diskusi pada permainan
Hal ini ditunjukkan selama pem-
“Tebakan Pintar” berlangsung. In-
belajaran dilakukan, B22, B15, B3,
dikator disposisi berpikir kritis yang
dan B20 terlihat memiliki rasa ingin
ditunjukkan oleh B1 adalah ber-
tahu
pikiran terbuka. Pada pertemuan
berpikir secara kritis, keper-cayaan
kelima ini, B1 bersedia mengubah
diri dalam berpikir kritis, pen-carian
posisinya dari membuat ekspresi
kebenaran, analitis, sistematis, serta
matematika
berpikiran terbuka.
disposisi
yang
berpikir
mudah
hingga
membuat ekspresi matematika yang
rumit
karena
teman
diskusinya
membuat ekspresi matematika yang
yang
cukup
Disposisi
tinggi
berpikir
untuk
kritis
matematis B22 sudah terlihat sejak
awal
pertemuan
pertama
hingga
pertemuan ketujuh. Indikator dis-
kritis, serta memiliki kemampuan
posisi berpikir kritis yang muncul
dasar untuk berpikir kritis. Dalam hal
pada B22 adalah analitis. Analitis
ini, B22 mampu mencari pernyataan
B22
ditunjukkan
yang jelas dari suatu kesimpulan
dengan menyimpulkan suatu jawaban
yang B22 pikirkan sendiri. Hal ini
sesuai dengan kriteria alasan yang di-
menunjukkan bahwa B22 memiliki
berikannya sendiri setelah guru mem-
sikap analitis yang baik, Spencer
berikan petunjuk yang logis melalui
(Dina, 2012:11) mengatakan berpikir
pertanyaan-pertanyaan Socrates. Se-
analitis
jalan dengan hasil penelitian Saliza
berpikir yang menggunakan tahapan
Safta Assiti (Indriati, 2014:160) yang
dan langkah-langkah logis, yang
mengatakan bahwa pemberian ban-
melibatkan keterampilan memahami
tuan berupa petunjuk awal ber-
situasi dengan cara memecah situasi-
pengaruh terhadap kemampuan siswa
situasi
dalam memecahkan masalah. Me-
bagian. Selain itu, B22 juga memiliki
nurut Gunawan (2003:177-178) da-
sikap
lam berpikir kritis siswa mampu
karena bersedia mengambil atau
memecahkan masalah, merumuskan
merubah pendapatnya setelah alasan
kesimpulan, mengumpulkan berbagai
atau bukti sudah cukup kuat ber-
kemungkinan dan membuat keputus-
dasarkan petunjuk logis yang guru
an dalam pembelajaran.
berikan.
salah
B22
satunya
memiliki
merupakan
tersebut
untuk
keterampilan
menjadi
berpikiran
bagianterbuka,
kemampuan
Berdasarkan tujuh kali per-
dasar untuk berpikir kritis karena
temuan, disposisi berpikir kritis B22
mampu mendeteksi hubungan antara
sangat baik pada indikator analitis.
petunjuk yang guru berikan dengan
Hal ini juga dipertegas pada hasil
hasil pemikirannya tersebut serta
skala
menyatukannya menjadi suatu solusi
dengan posisi profil disposisi berpikir
permasalahan yang diberikan. Orang
kritis matematis B22 pada indikator
yang memiliki disposisi berpikir
analitis berkategori tinggi dan pada
kritis menurut Perkins (Lambertus,
indikator berpikiran terbuka ber-
2009:138) adalah orang yang sensitif
kategori tinggi juga.
disposisi
berpikir
kritis,
terhadap momen berpikir kritis, dan
Selain itu, B22 juga baik dalam
merasa terdorong untuk berpikir
indikator kepercayaan diri dalam
berpikir kritis dan pencarian ke-
gunakan komponen masyarakat bela-
benaran. Hal tersebut ditunjukkan
jar pertemuan pertama, pertemuan
ketika guru mengajukan berbagai
ketiga
pertanyaan-pertanyaan Socrates un-
Indikator disposisi berpikir kritis
tuk memvalidasi kebenaran jawaban,
matematis yang ditunjukkan B15
B22 mampu memberikan jawaban
adalah sistematis, kepercayaan diri
dari setiap pertanyaan dan mampu
dalam berpikir kritis dan analitis.
mempertahankan jawabannya hingga
Pada pertemuan keempat indikator
mampu memberikan kesimpulan dari
disposisi berpikir kritis matematis
serangkaian pertanyaan yang diberi-
yang
kan guru. Johwnson, D. W. dan
sistematis
Johnson, R. T,
(Nurjannah dkk,
dalam berpikir kritis. Pada pertemuan
2014) mengatakan metode Socrates
keempat ini B15 mampu mengeva-
diajarkan dengan cara bertanya jawab
luasi pekerjaan temannya di papan
untuk membimbing dan memper-
tulis untuk mengerjakan permasa-
dalam
lahan yang diberikan oleh guru.
tingkat
pemahaman
yang
dan
pertemuan
muncul
dan
pada
B15
keenam.
adalah
kepercayaan
diri
berkaitan dengan materi yang diajar-
Disposisi berpikir kritis B15
kan sehingga anak didik mendapat-
juga cukup baik pada pembelajaran
kan pemikirannya sendiri dari hasil
ketika guru memberikan pertanyaan-
konflik kognitif yang terpecahkan.
pertanyaan Socrates yang berguna
Disposisi berpikir kritis B22 dalam
untuk menggali pengetahuan siswa.
indikator pencarian kebenaran dan
Ketika guru memberikan berbagai
kepercayaan diri juga dipertegas pada
pertanyaan, B15 seringkali menjawab
hasil skala dengan posisi profil
pertanyaan-pertanyaan guru tersebut
disposisi berpikir kritis matematis
pada saat proses pembelajaran ber-
B22
pencarian
langsung. Salah satunya pada per-
kebenaran berkategori sangat tinggi
temuan ketujuh. Indikator disposisi
dan pada indikator kepercayaan diri
berpikir kritis B15 yang muncul pada
dalam berpikir kritis berkategori
pertemuan ketujuh ini adalah analitis.
tinggi.
B15 mampu memberikan jawaban
pada
indikator
Siswa kedua
yang dibahas
dari pertanyaan yang guru berikan
pembelajaran
dan memilih serta menggunakan
Socrates Kontekstual yang meng-
kriteria dengan alasan yang logis
adalah
B15.
Pada
sesuai dengan jawaban yang diberi-
tanya kepada teman sebangkunya.
kannya.
Dari pertanyaan tersebut, temannya
Disposisi berpikir kritis B15
hanya tersenyum dan menyarankan
yang baik pada indikator sistematis
kepada B15 agar langsung bertanya
dan kepercayaan diri dalam berpikir
kepada guru. Akan tetapi, B15 tidak
kritis yang terlihat pada pertemuan
ingin
pertama, ketiga, dan keempat juga
kepada guru. Berdasarkan hasil wa-
dipertegas pada hasil skala, dengan
wancara, B15 menyebutkan bahwa
posisi profil disposisi berpikir kritis
malas untuk bertanya kepada guru.
B15
pada
hal
tersebut
sistematis
Pertanyaan yang diungkapkan
berkategori tinggi dan pada indikator
B15 kepada temannya adalah per-
kepercayaan diri dalam berpikir kritis
tanyaan yang kritis. Dari pertanyaan
berkategori sangat tinggi. Sementara
yang
itu, berdasarkan pertemuan ketiga,
tersebut, terlihat bahwa B15 me-
keenam dan ketujuh dapat disim-
miliki rasa ingin tahu. Akan tetapi,
pulkan
indikator
indikator
menanyakan
bahwa
B15
analitis.
Hal
diajukan
kepada
temannya
baik
pada
rasa ingin tahu tersebut hanya dalam
ini
juga
pikirannya
dan
tidak
diimbangi
dipertegas berdasarkan hasil skala
dengan usaha yang lebih untuk
pada indikator analitis, dengan posisi
mendapatkan informasi yang diingin-
profil disposisi berpikir kritis ma-
kannya. Yesildere dan Turnuklu
tematis B15 pada indikator analitis
(Maulana, 2013:6) mengatakan rasa
berkategori tinggi. Berdasarkan hasil
ingin tahu mencerminkan disposisi
wawancara kepada B15 juga dapat
seseorang untuk memperoleh infor-
diketahui bahwa B15 akan me-
masi dan belajar hal-hal baru dengan
mikirkan terlebih dahulu solusi dari
harapan untuk mendapatkan manfaat.
suatu permasalahan jika menemukan
Berdasarkan pendapat Yesildere dan
kesulitannya dan akan bertanya ke-
Turnuklu tersebut, rasa ingin tahu
pada guru jika tidak menemukan
yang tidak diungkapkan B15 kepada
solusinya lagi.
guru mengakibatkan tidak tercermin-
B15 merupakan
salah
satu
nya disposisi untuk mendapatkan
siswa yang tergolong kritis dalam
informasi yang diinginkannya. De-
berpikir, terlihat pada pertemuan
ngan demikian, disposisi berpikir
ketujuh. B15 dengan tiba-tiba ber-
kritis B15 tergolong kurang dalam
diskusinya menyanggah pendapat-
indikator rasa ingin tahu.
nya, B20 mampu mempertanggung-
Siswa ketiga adalah B3. Dis-
jawabkan pendapatnya dengan mem-
posisi berpikir kritis matematis dan
berikan alasan-alasan yang tepat.
kepercayaan diri B3 selalu terlihat
B20
pada setiap pembelajaran yang meli-
sanggahan ketika pendapat yang
batkan diskusi kelompok. Indikator
diberikan temannya kurang tepat,
disposisi berpikir kritis yang muncul
dengan memberikan alasan-alasan
pada B3 adalah analitis. Pada setiap
sanggahan yang relevan. B20 mampu
diskusi, B3 selalu mengemukakan
memilih dan menggunakan kriteria
pendapatnya yang logis dan relevan,
dengan alasan yang tepat, pada setiap
mencari pernyataan yang jelas dari
alasan yang diberikan. Hal ini juga
suatu kesimpulan atau pertanyaan,
dipertegas berdasarkan hasil skala
mencari alasan-alasan pada setiap
B20, dengan posisi profil disposisi
pernyataan yang disebutkan, dan
berpikir kritis matematis pada in-
tekun
dikator analitis berkategori tinggi.
dalam
berpikir
meskipun
juga
mampu
memberikan
menemukan banyak kesulitan. Hal
Sementara itu, selama tujuh
ini juga dipertegas berdasarkan hasil
kali pertemuan ada dua orang siswa
skala, dengan posisi profil disposisi
yang terlihat pasif dalam memuncul-
berpikir kritis matematis B3 pada
kan
indikator analitis berkategori tinggi.
Mereka adalah B24 dan B26.
disposisi
berpikir
kritisnya.
Siswa keempat adalah B20.
Pada tujuh kali pertemuan B24
Disposisi berpikir kritis matematis
terlihat tidak bersemangat untuk
B20 juga muncul ketika pembelajar-
mempelajari materi matematika yang
an dengan diskusi berlangsung, dis-
diajarkan. Berdasarkan hasil wawan-
kusi pada permainan maupun diskusi
cara, pada awalnya B24 merupakan
pada pengerjaan soal kelompok.
siswa yang menyenangi pelajaran
Indikator disposisi berpikir kritis
matematika, akan tetapi karena ada
yang
adalah
kegiatan di luar sekolah membuat
analitis. B20 mampu menganalisis
B24 tidak fokus lagi dalam belajar.
setiap permasalahan yang diberikan
Pada setiap pertemuan B24 tidak
dalam diskusi dengan alasan-alasan
memiliki rasa ingin tahu terhadap
yang logis dan relevan. Ketika teman
materi
muncul
pada
B20
yang
disampaikan,
salah
satunya terlihat pada diskusi kelompok pada pertemuan ketiga.
KESIMPULAN
Pada
Berdasarkan hasil penelitian
diskusi kelompok ini tidak berjalan
dan pembahasan, didapat kesimpulan
dengan baik. B24 tidak memiliki rasa
bahwa disposisi berpikir kritis mate-
ingin tahu untuk berpikir. Dengan
matis siswa tidak muncul dengan
demikian, disposisi B24 tidak mun-
dominan atau hanya muncul pada
cul dengan baik.
beberapa siswa. Pada siswa yang
Siswa
kedua
yang
tidak
memunculkan
disposisi
berpikir
memunculkan disposisi berpikir kri-
kritis matematisnya, indikator dis-
tisnya adalah B26. Pada awal per-
posisi berpikir kritis matematis yang
temuan B26 merupakan siswa yang
banyak muncul yaitu analitis, ke-
tergolong aktif dalam pembelajaran,
percayaan diri dalam berpikir kritis,
B26 berlomba-lomba bersama siswa
dan sistematis.
lainnya untuk menjawab pertanyaanpertanyaan
guru.
Akan
tetapi,
semakin hari terlihat semakin tidak
bersemangat
pada
saat
proses
pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara, B26 mengaku
bahwa tidak dapat menahan rasa
kantuk karena sekolah masuk pada
siang hari. Pada beberapa pembelajaran dengan diskusi kelompok juga,
B26 terlihat tidak bersemangat dalam
mengerjakan permasalahan yang diberikan, meski B26 mengerjakannya
tetapi terkesan terburu-buru dan ingin
cepat selesai tanpa memikirkan benar
atau salahnya. Dengan demikian,
disposisi B26 tidak muncul dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Baharun, Hossain. 2014. Metode
Pembelajaran Socrates.
[Online]. Tersedia:
http://id.scribd.com. Desember
2014.
Dina. 2012. Pengembangan Model
Pembelajaran Berbasis
Masalah untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Analitis
Siswa SMA. Bandung:
Universitas Pendidikan
Indonesia. [Online]. Tersedia:
http://repository.upi.edu. Maret
2015.
Gunawan, Adi W. 2003. Genius
Learning Strategy Petunjuk
Praktis untuk Menerapkan
Accelarated Learning. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Hanifah, Tasyami Fitria. 2013.
Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMP
Melalui Pendekatan Model
Elictina Activies (MEAS)
Dalam Pembelajaran
Matematika. Bandung:
Universitas Pendidikan
Indonesia. [Online]. Tersedia:
http://repository. upi.edu.
Januari 2015.
Indriati. 2014. Penerapan Model
Pembelajaran Cooperative Tipe
Stad dengan Soal-Soal
Pemecahan Masalah pada Mata
Pelajaran Matematika di SMA
Negeri 6 Palembang. Jurnal
Pendidikan Matematika,
Volume 5. Nomor 2. Palembang:
UNSRI. [Online]. Tersedia:
http://ejournal.unsri.ac.id.
Maret 2015.
Kunandar. 2007. Guru Profesional
Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam
Sertifikasi Guru. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Lambertus. 2009. Pentingnya
Melatih Keterampilan Berpikir
Kritis Dalam Pembelajaran
Matematika di SD. Forum
Kependidikan, Volume 28,
Nomor 2, Maret 2009. Kendari
:UNHALU. [Online]. Tersedia:
http://eprints.uny.ac.id/2384/1/s
kripsi. Januari 2015
Maulana. 2013. Mengukur dan
Mengembangkan Disposisi
Kritis dan Kreatif Guru dan
Calon Guru Sekolah Dasar.
Jurnal Mimbar Pendidikan
Dasar, Volume 4, Nomor 2.
Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
[Online]. Tersedia: http://file
.upi.edu. Desember 2014.
Nasution. 2002. Metode Research:
Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Nurjannah, Alfiyah dan Nadi
Suprapto. 2014. Pengaruh
Penerapan Pembelajaran
Socrates Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis
dalam Pembelajaran Fisika
pada Materi Hukum Newton.
Jurnal Inovasi Pendidikan
Fisika (J IPF) Vol. 03 No.
02 Tahun 2014, 20-26
ISSN: 2302-4496. .
Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya. [Online].
https://www.scribd.com.
November 2014.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Tahang. 2014. Peningkatan
Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Kelas Xi Sma Negeri 2
Kendari Melalui Pembelajaran
Virtual Laboratory Berbasis
Phet Simulation (Penelitian
Tindakan Kelas) 2014.
[Online]. Tersedia:
http://myfortuner.files.
wordpress.com. November
2014
The Critical Thinking Community.
2013. The Role of Questions in
Teaching, Thinking and
Learning. [Online]. Tersedia:
https://www.criticalthinking.or
g. Januari 2015
Yunarti, Tina. 2011. Pengaruh
Metode Socrates terhadap
Kemampuan dan Disposisi
Berpikir Kritis Matematis
Siswa SMA. Disertasi.
Bandung: UPI
Download