Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Fera Septiana [email protected] Astri Fitria Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This main aims of this study is to test whether the company’s characteristic which consists of profitability, type of industry, leverage, company size, company growth, foreign shareholder ownership, and size of board of directors affect the corporate social responsibility. The samples are manufacturing companies which are listed in Indonesia Stock Exchange in the year of 2010-2012. The samples have been selected by using purposive sampling method and 27 companies have been selected as samples. The data is the secondary data that is in the form of annual financial statement (annual report) and manufacturing company’s financial statement which has been published. The results of this study show that: (1) profitability does not affect the corporate social responsibility, (2) the type of industry has no effect on the corporate social responsibility, (3) leverage has no effect on the corporate social responsibility, (4) the company size effect on the corporate social responsibility, (5) the company growth has no effect on the corporate social responsibility, (6) foreign shareholder ownership has no effect on the corporate social responsibility, (7) size of board of directors has no effect on the corporate social responsibility Keywords: corporate social responsibility, profitability, leverage, company’s characteristic. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah karakteristik perusahaan yang terdiri dari profitabilitas, tipe industri, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan saham asing dan ukuran dewan komisaris mempengaruhi tanggung jawab sosial perusahaan. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2012. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 27 perusahaan yang menjadi sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder, berupa laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang telah dipublikasikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan; (2) tipe industri tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan; (3) leverage tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan; (4) ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan; (5) pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan; (6) kepemilikan saham asing tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan; dan (7) ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan. Kata kunci: tanggung jawab sosial perusahaan, profitabilitas, leverage, karakteristik perusahaan. PENDAHULUAN Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan (customer). Hampir semua Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 2 perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu memaksimalkan laba, terutama demi keberlangsungan dan kemakmuran para pemegang saham (shareholders). Akan tetapi, seiring dengan perkembangan dunia bisnis dan teknologi yang semakin pesat, perusahaan dihadapkan pada berbagai keadaan dan kemungkinan yang menuntut perusahaan untuk terus mengembangkan semua sumber daya yang dimiliki, sehingga mampu berkompetisi serta mengukuhkan posisinya. Perusahaan tidak boleh mengembangkan diri sendiri dengan tidak memperhatikan lingkungan. Menurut Wartick dan Cohran (1985) dalam Hadi (2011: 21) menyatakan perusahaan memiliki kewajiban mengupayakan kebijakan yang seimbang dalam keputusan dan tindakan yang sesuai dengan tujuan dan kepentingan nilai masyarakat (stakeholders). Dengan demikian, orientasi perusahaan seharusnya bergeser dari yang diorientasikan untuk shareholder (shareholder orientation) dengan bertitik tolak pada ukuran kinerja ekonomi (economic orientation) semata, kearah kesinambungan lingkungan dan masyarakat (community) dengan memperhitungkan dampak sosial (stakeholder orientation). Corporate social responsibility (CSR) merupakan sebuah gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja. Akan tetapi, tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines yaitu juga memperhatikan masalah sosial dan lingkungan (Daniri, 2008 dalam Nurkhin, 2009). Seiring dengan upaya perusahaan dalam mengembangkan usahanya, akan menimbulkan berbagai permasalahan ekonomi dan lingkungan yang merupakan imbas dari aktivitas operasi perusahaan. Hal tersebut juga disebabkan karena lemahnya penegakan peraturan tentang penerapan corporate social responsibility dan sifat pengungkapannya masih sukarela, sehingga tidak semua perusahaan melaporkan praktik corporate social responsibility dalam laporan tahunannya. Pada tahun 2007, pemerintah mengambil tindakan dengan mengesahkan Undang-Undang RI No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT) dengan memasukan peraturan mengenai kewajiban setiap entitas bisnis untuk melaksanakan maupun mengungkapkan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang tertuang didalam Bab V Pasal 74 dan Pasal 66 ayat (2) bagian C. Menurut Veronica (2009) dalam Sari (2012) dampak yang ditimbulkan dari kegiatan perusahaan berbeda-beda meskipun memiliki jenis usaha yang sama sehingga berpengaruh terhadap praktik corporate social responsibility yang dilakukan perusahaan. Perbedaan tersebut dikarenakan karakteristik perusahaan yang berbeda-beda. Semakin kuat karakteristik yang dimiliki suatu perusahaan tersebut dalam menghasilkan dampak sosial bagi publik tentunya akan semakin kuat pula pemenuhan tanggung jawab sosialnya kepada publik. Menurut Sembiring (2005) yang menunjukkan adanya pengaruh antara ukuran perusahaan, profil perusahaan, dan ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan corporate social responsibility, sedangkan pada profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Anggraini (2006), membuktikan bahwa prosentase kepemilikan manajemen dan tipe industri berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial oleh perusahaan. Namun, dalam penelitian ini pengungkapan corporate social responsibility hanya dilihat dari kategori ekonomi, lingkungan dan sosial, dan belum mampu membuktikan pengaruh tingkat leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Sitepu (2009) tidak menggunakan kepemilikan manajerial, tetapi menggunakan ukuran dewan komisaris. Penelitian ini berhasil membuktikan pengaruh ukuran dewan Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 3 komisaris dan tingkat profitabilitas terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan namun juga belum dapat membuktikan adanya pengaruh leverage dan ukuran perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu masih terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian atas faktor-faktor yang mempengaruhi tanggung jawab sosial sehingga perlu diuji ulang dengan sampel dan periode yang berbeda. Pengujian ulang ditujukan untuk menyakini bahwa faktor-faktor dalam karakteristik perusahaan tersebut benar-benar berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dimana faktor-faktor tersebut dapat digunakan sebagai indikator dan informasi bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi saham. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan profitabilitas, tipe industri (profile), leverage, ukuran perusahaan (size), pertumbuhan perusahaan (growth company), kepemilikan saham asing (foreign shareholding) dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Penelitian ini menggunakan jangka waktu pengambilan sampel dari tahun 2010 sampai tahun 2012, dengan asumsi sampel yang diperoleh akan lebih banyak. Objek penelitian yang digunakan tetap difokuskan pada perusahaan manufaktur, dengan alasan perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memiliki aktivitas yang kompleks sehingga memungkinkan perusahaan melakukan aktivitas sosial dan pengungkapan corporate social responsibility dalam laporan keuangannya, secara lebih transparan. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Pengertian Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Contoh bentuk tanggung jawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut. Konsep corporate social responsibility pada umumnya menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga terhadap para stakeholders yang terkait dan/atau terkena dampak dari keberadaan perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Hal tersebut didukung oleh Gray et al. (1994) dalam Ghozali dan Chariri (2007) yang menyatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholders dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya. Menurut Dauman dan Hargreaves dalam Sulastini (2007) terdapat tiga tingkatan dalam tanggung jawab perusahaan. Pertama, Basic Responsibility (BR), dimana tanggung jawab dari suatu perusahaan muncul karena keberadaan perusahaan tersebut seperti: perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham Kedua, Organization Responsibility (OR), dimana tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi kebutuhan stakeholders seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya. Contohnya: memaksimalkan profit dan mensejahterakan karyawan Ketiga, Sociental Responses (SR), menunjukkan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 4 dan berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungannya secara keseluruhan. Contohnya: melakukan recruitment tenaga kerja dari masyarakat sekitar. Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pengungkapan adalah pengeluaran informasi yang ditujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility disclosure) adalah agar perusahaan dapat menyampaikan tanggung jawab sosial yang telah dilaksanakan perusahaan dalam periode tertentu. Penerapan corporate social responsibility dapat diungkapkan perusahaan dalam media laporan tahunan (annual report) perusahaan yang berisi laporan corporate social responsibility selama kurun waktu satu tahun berjalan. Effendi (2009: 378) mengatakan bahwa terdapat dua hal yang mendorong perusahaan menerapkan corporate social responsibility, yaitu faktor yang berasal dari luar perusahaan (external drivers) dan dari dalam perusahaan (internal drivers). Yang termasuk faktor pendorong dari luar perusahaan adalah adanya regulasi, hukum dan diwajibkannya analisis mengenai dampak lingkungan dari operasi perusahaan. Sedangkan faktor pendorong dari dalam perusahaan yaitu bersumber dari perilaku manajemen dan pemilik perusahaan (stakeholders), termasuk tingkat kepedulian atau tanggung jawab perusahaan untuk membangun masyarakat sekitar. Zhegal dan Ahmed (1990) dalam Anggraini (2006) mengidentifikasikan beberapa hal yang berkaitan dengan pelaporan CSR perusahaan, yaitu sebagai berikut: Pertama, Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan; Kedua, Energi, meliputi konservasi energi, efisiensi energy; Ketiga, Praktik bisnis yang wajar, meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial; Keempat, Sumber daya manusia, meliputi aktivitas di dalam suatu komunitas, dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan, pendidikan dan seni; Kelima, Produk, meliputi keamanan, pengurangan polusi. Prinsip Corporate Social Responsibility Menurut Crowther David dalam Hadi (2011: 59) terdapat tiga prinsip-prinsip yang mendasari tanggung jawab sosial (social responsibility), yaitu Sustainability, Accountability, dan Transparency. Sustainability. Berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana penggunaan sumber daya sekarang tetap memperhatikan kemampuan generasi masa depan. Dengan demikian, sustainability berputar pada keberpihakan dan upaya bagaimana society memanfaatkan sumber daya agar tetap memperhatikan generasi masa datang. Accountability. Merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggungjawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan ketika aktivitas perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai sarana bagi perusahaan dalam membangun image dan network terhadap para pemangku kepentingan. Transparency. Merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal. Transparansi bersinggungan dengan pelaporan aktivitas perusahaan berikut dampak terhadap pihak eksternal. Transparansi merupakan hal yang sangat penting dan berperan untuk Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 5 mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan. Menurut Noke (2006) terdapat tiga prinsip dasar yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan corporate social responsibility yang disebut dengan Triple Bottom Lines. Pertama, Profit, dimana perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. Kedua, People, berarti harus tetap memiliki kepedulian sosial terhadap kesejahteraan manusia. Ketiga, Planet, berarti peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Karakteristik Perusahaan Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda antara entitas yang satu dengan yang lain. Dalam penelitian ini karakteristik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility dalam laporan tahunan perusahaan mengacu pada penelitan yang dilakukan Sari (2012), yaitu: profitabilitas, tipe industri (profile), leverage, ukuran perusahaan (size), pertumbuhan perusahaan (growth company), dan sebagai variabel tambahan adalah kepemilikan saham asing (foreign shareholder) dan ukuran dewan komisaris. Profitabilitas. Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan entitas dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset dan ekuitas. Kusnadi et al. (2002: 117) menjelaskan bahwa profitabilitas merupakan hasil akhir dari keseluruhan kebijakan dan keputusan yang dipilih oleh manajemen organisasi bisnis. Seluruh kebijakan apapun yang ada di dalam organisasi jika berjalan baik dan berdampak positif akan menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien sehingga akan menghasilkan tingkat keuntungan perusahaan yang memuaskan. Donovan dan Gibson (2000) dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Tipe Industri (Profile) Banyak para peneliti akuntansi sosial, meneliti mengenai tipe industri yang diidentifikasikan sebagai faktor yang mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility. Para peneliti mengklasifikasikan tipe industri menjadi 2 (dua) jenis yaitu tipe industri high profile dan tipe industri low profile. Profil perusahaan adalah uraian tentang bidang operasi yang dijalankan oleh perusahaan (Rahman dan Widyasari, 2008: 29). Hubungan antara profil perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial dapat dikaitkan dengan variasi dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat. Industri high profile sebagai industri yang memiliki consumer vasibility, risiko politik yang tinggi, atau kompetisi yang tinggi akan lebih memperhatikan pertanggungjawaban sosialnya kepada masyarakat karena hal ini akan meningkatkan citra perusahaan dan dapat mempengaruhi tingkat penjualan. Perusahaan yang terklasifikasi dalam kelompok industri high profile adalah perusahaan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agrobisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan, transportasi dan pariwisata. Sedangkan bangunan, keuangan Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 6 dan perbankan, supplier peralatan medis, properti, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, produk rumah tangga sebagai perusahaan yang low profile. Leverage Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang. Belkaoui dan Karpik (1989) dalam Anggraini (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Cormier dan Magnan (1999) dalam Sembiring (2005) menunjukkan hubungan yang negatif leverage terhadap corporate social responsibility disclosure. Penelitian ini menggunakan debt to equity ratio (DER) untuk menunjukkan ketergantungan perusahaan terhadap utang yang diperoleh dari ekuitas pemegang saham. DER merupakan proporsi total utang terhadap ekuitas pemegang saham. Digunakan DER karena rasio ini menggambarkan keseimbangan antara utang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri (Sutrisno, 2003: 249). Dari penjelasan kegunaan rasio DER, maka dapat dikatakan bahwa informasi DER akan dapat digunakan oleh pihak eksternal, khususnya kreditur dan investor dalam mengukur kinerja perusahaan. Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Dimana ukuran perusahaan adalah suatu skala atau nilai untuk mengklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahaan berdasarkan indikator tertentu, antara lain total aktiva, log size, nilai saham, jumlah tenaga kerja, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Ukuran perusahaan yang dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki perusahaan, diharapkan berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sembiring (2005) dan Amran dan Devi (2008) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertumbuhan Perusahaan (Growth) Pertumbuhan perusahaan (growth) dapat menunjukkan peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Ulfa (2009) menyatakan bahwa growth merupakan tingkat pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan penjualan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu pertimbangan para investor dalam menanamkan investasinya. Perusahaan yang memiliki kesempatan tumbuh yang tinggi diharapkan akan memberikan profitabilitas yang tinggi dimasa depan, diharapkan laba lebih meningkat, sehingga investor akan tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan mendapat banyak sorotan sehingga diprediksi perusahaan yang mempunyai kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi cenderung lebih banyak melakukan corporate social responsibility disclosure. Kepemilikan Saham Asing (Foreign Shareholders) Kepemilikan saham asing (foreign shareholders) adalah jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak asing. Jika dilihat dari sisi stakeholder perusahaan, pengungkapan corporate social responsibility merupakan salah satu media yang dipilih untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di sekitarnya. Dengan kata lain, apabila perusahaan memiliki kontrak dengan foreign shareholders baik dalam ownership dan trade, Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 7 maka perusahaan akan lebih didukung dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial (Puspitasari, 2009). Ukuran Dewan Komisaris Dewan komisaris merupakan wakil shareholders didalam suatu entitas yang berbadan hukum perseroan terbatas. Selain sebagai wakil shareholders, dewan komisaris memiliki tugas untuk mengawasi, memberikan pengarahan pada pengelola perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggungjawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan, serta menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002). Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory (1999) dalam Sembiring (2003) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan informasi oleh perusahaan, kebanyakan penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara berbagai karakteristik dewan komisaris dengan tingkat pengungkapan informasi oleh perusahaan. Pengembangan Hipotesis Pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Raharjaputra (2009: 205) dalam Sari (2012) menyatakan bahwa rasio profitabilitas dapat mengukur kemampuan para eksekutif perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal sendiri (shareholders equity). Sembiring (2005) melakukan pengujian pengaruh profitabilitas terhadap corporate social responsibility dan menghasilkan bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh, sedangkan berbeda dengan penelitian Sari (2012) variabel profitabilitas perusahaan yang diukur dengan return on asset (ROA) berpengaruh positif terhadap CSRD. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Pengaruh tipe industri (profile) terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Tipe industri memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap kebijakan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosialnya. Perusahaan high profile menjadi perusahaan yang sangat disorot oleh masyarakat, karena aktivitas operasionalnya dianggap dapat mempengaruhi masyarakat dan lingkungan. Hal ini berarti bahwa perusahaan high profile adalah industri yang menghadapi persaingan yang tinggi akan cenderung mengungkapkan informasi sosialnya lebih banyak dibandingkan industri low profile (Hackston dan Milne, 1996 dalam Sari, 2012). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2 : Tipe industri berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Pengaruh leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Tingkat leverage adalah untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajibannya kepada kreditor. Tingkat leverage mencerminkan ketergantungan perusahaan terhadap hutang untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Dengan demikian, tingkat leverage juga menggambarkan resiko keuangan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006) dan Rosmasita (2007) menunjukkan bahwa tingkat leverage berpengaruh negatif terhadap CSR disclosure. Penelitian ini sejalan Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 8 dengan hasil penelitian Sari (2012) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya variabel leverage tidak mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3 : Leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Pengaruh ukuran perusahaan (size) terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Berdasarkan teori legitimasi, perusahaan besar memiliki aktivitas yang lebih banyak, sehingga menimbulkan dampak sosial lingkungan yang lebih besar pula dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dengan mengungkapkan informasi sosial, perusahaan berharap keberadaannya lebih legitimate di masyarakat. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar. Menurut Sembiring (2005) perusahaan besar akan mendapat sorotan lebih banyak dari masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap CSR disclosure. Sejalan dengan penelitian sebelumnya, Sari (2012) juga menghasilkan penelitian bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Pertumbuhan perusahaan (growth company) merupakan variabel yang belum banyak diteliti. Menurut Ulfa (2009) kebanyakan investor belum menyadari pentingnya praktik corporate social responsibility, beberapa investor masih berorientasi jangka pendek yang di ukur dengan keuntungan (profit) pada tahun berjalan saja. Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR, sejalan dengan hasil yang ditunjukkan dalam penelitian Sari (2012) bahwa tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan perusahaan (growth company) tidak mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H5 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Pengaruh kepemilikan saham asing terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Proporsi kepemilikan saham oleh publik ditentukan oleh prosentasi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak publik. Pengertian publik disini adalah pihak individu yang berada di luar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan. Semakin besar kepemilikan publik maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Penelitian yang dilakukan oleh Hadi dan Sabeni (2002) menunjukkan hasil yang signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan. Hasil penelitian tersebut berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amran dan Devi (2008) yang menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H6 : Kepemilikan saham asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 9 Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Dewan komisaris dalam urutan manajemen merupakan tingkatan tertinggi setelah pemegang saham. Dewan komisaris bertugas untuk mengawasi kinerja direksi, selain itu dewan komisaris juga bertugas untuk memberikan nasehat atau petunjuk kepada direksi (Sembiring, 2005). Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan pengawasan yang dilakukan akan semakin efektif. Penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang bervariasi. Penelitian oleh Sembiring (2005) menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara ukuran dewan komisaris dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H7 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang tercatat (go public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2010 sampai tahun 2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode tahun 2010-2012, (2) Perusahaan menerbitkan laporan tahunan dan laporan keuangansecara konsisten selama periode tahun 2010-2012, (3) Perusahaan menyediakan informasi mengenai kriteria sampel (pelaksanaan CSR, proporsi kepemilikan saham asing perusahaan, jumlah dewan komisaris, total aset, net income, total kewajiban dan total ekuitas), (4) Perusahaan yang laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang Rupiah. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Profitabilitas Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Pada penelitian ini profitabilitas diukur dengan menggunakan return on assets (ROA). Return on asset (ROA) merupakan ukuran efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Pengukurannya adalah sebagai berikut: ROA = Laba bersih setelah pajak ----------------------------------Total Aset b. Tipe Industri (Profile) Variabel ini diukur menggunakan variabel dummy, yaitu pemberian nilai 1 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri high profile dan nilai 0 untuk perusahaan yang termasuk dalam industri low profile. Menurut penelitian Sari (2012) adalah perusahaan yang bergerak di bidang bahan kimia, plastik, kertas, otomotif, makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetika dan perkakas/perabotan. Sedangkan perusahaan manufaktur yang termasuk dalam kategori low profile adalah perusahaan yang bergerak di bidang Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 10 semen, keramik, logam, pakan hewan, kayu, mesin dan alat berat, tekstil, alas kaki, kabel dan elektronik. c. Leverage Leverage menunjukkan struktur pendanaan perusahaan. Leverage dapat diartikan sebagai tingkat ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya, dengan demikian leverage juga mencerminkan tingkat resiko keuangan perusahaan (Sembiring, 2005). Variabel ini diproksikankan dengan total kewajiban dibagi dengan ekuitas pemegang saham. Dirumuskan sebagai berikut : DER Total Kewajiban = ----------------------------Total Ekuitas d. Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran perusahaan diukur dari total aset yang dimiliki perusahaan yang diperoleh dari laporan tahunan (annual report) perusahaan untuk tahun 2010 sampai tahun 2012. Size perusahaan yang diukur dengan total aset akan ditransformasikan dalam logaritma untuk menyamakan dengan variabel lain karena total aset perusahaan nilainya relatif besar dibandingkan variabel-variabel lain dalam penelitian ini. Metode pengukuran ini berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan oleh Machmud dan Djakman (2008): SIZE = log (Total Aset) e. Pertumbuhan Perusahaan (Growth Company) Pertumbuhan perusahaan (growth company) merupakan variabel yang masih jarang digunakan untuk menjelaskan pengaruhnya terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan pertumbuhan penjualan perusahaan. Rumus yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan perusahaan berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan oleh Sari (2012): GRO Penjualant – Penjualant-1 = --------------------------------------Penjualant-1 f. Kepemilikan Saham Asing (Foreign Shareholders) Kepemilikan saham asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di Indonesia. Prosentase kepemilikan saham asing tersebut dapat dilihat dalam laporan tahunan perusahaan. Besarnya saham pihak/entitas asing diukur melalui rasio dari jumlah kepemilikan lembar saham asing terhadap total lembar saham yang dimiliki oleh perusahaan. Metode pengukuran diatas berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan oleh Amran dan Devi (2008). FS Jumlah Kepemilikan Saham Asing = --------------------------------------------------Total Lembar Saham Perusahaan Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 11 g. Ukuran Dewan Komisaris Ukuran dewan komisaris (UDK) adalah banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Variabel ukuran dewan komisaris konsisten dengan penelitian Sembiring (2005) yaitu dilihat dari banyaknya jumlah anggota dewan komisaris perusahaan. Pengukuran dengan menggunakan rumus sebagai berikut: UDK = Σ Dewan Komisaris Perusahaan Variabel Dependen Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pengukuran tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dilakukan dengan menghitung total item kategori CSR yang diungkapkan oleh perusahaan. Untuk setiap item yang diungkapkan diberi nilai 1 dan yang tidak diungkapkan diberi nilai 0 (nol), kemudian total nilai pengungkapan digunakan untuk mengukur indeks CSR. Adapun total item pengungkapan CSR sejumlah 78 item yang dapat dilihat pada lampiran 1. Pengukuran Indeks CSR dilakukan dengan rumus sebagai berikut: (Sudana dan Putu, 2011:44). CSRIij = ΣXij ---------------------------------Jumlah item pengungkapan Keterangan: CSRIij = Corporate social responsibility indeks perusahaan i pada periode j. ΣXij = Total pengungkapan item CSR yang dilakukan perusahaan i pada periode j. Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian akan diuji dengan persamaan regresi sebagai berikut: Y = α + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 6X6 + 7X7 + e dalam hal ini: Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 α 1…7 e : CSRI (Indeks pengungkapan CSR) : Profitabilitas (ROA) : Tipe Industri (Profile) : Leverage (DER) : Ukuran Perusahaan (SIZE) : Pertumbuhan Perusahaan (GRO) : Kepemilikan Saham Asing (FS) : Ukuran Dewan Komisaris (UDK) : Konstanta : Koefisien regresi : Error Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yaitu analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara tiga variabel atau lebih, yaitu sekurang-kurangnya dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Regresi berganda digunakan untuk menguji apakah variabel variabel independen yang diukur dengan profitabilitas (X1), tipe industri (X2), leverage (X3), ukuran perusahaan (X4), Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 12 pertumbuhan perusahaan (X5), kepemilikan saham asing (X6), dan ukuran dewan komisaris (X7) mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility (CSR). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu profitabilitas, tipe industri, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan saham asing, ukuran dewan komisaris dan pengungkapan corporate social responsibility. Tabel 1 Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CSRI 81 0.06 0.49 0.1789 0.0994 PRO 81 -0.76 0.63 0.0675 0.18471 PROF 81 0 1 0.52 0.503 LEV 81 -3.57 5.46 1.113 1.42841 SIZE 81 10.02 14.26 12.0976 0.74026 GRO 81 -0.76 0.82 0.1581 0.29039 FS 81 0.01 0.99 0.5073 0.28529 UDK 81 2 12 4.12 1.984 Valid N (listwise) 81 Tabel 1 menunjukkan bahwa mean dari profitabilitas adalah 0,0675. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat laba yang mampu dihasilkan sebesar 6,75% dari total aset yang dimiliki. Untuk tipe industri memiliki nilai mean 0.52, menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 0,52 atau sekitar 52% dengan nilai minimum sebesar 0 (nol) dan nilai maksimum sebesar 1 (satu), dimana nilai 0 (nol) menunjukkan perusahaan dengan kategori low profile dan nilai 1 (satu) untuk ketegori perusahaan high profile. Leverage memiliki nilai mean 1.113 atau perusahaan sampel rata-rata memiliki hutang sekitar 111.3% dari seluruh total ekuitas yang dimiliki. Nilai leverage minimum diperoleh sebesar -3,57 dan nilai maksimum sebesar 5,46 atau sebesar 54,6%, hal ini menunjukkan bahwa leverage perusahaan yang diteliti cukup tinggi. Sedangkan Size memiliki nilai ratarata sebesar 12,0976 dengan nilai minimum sebesar 10,02 dan nilai maksimum sebesar 14,26 Pertumbuhan perusahaan menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,1581 atau sekitar 15,81% dengan nilai minimum sebesar -0,76 dan nilai maksimum sebesar 0,82, prosentase kepemilikan saham asing yang terdapat dalam laporan tahunan menunjukkan hasil pengujian dengan nilai minimum sebesar 0,01 dan nilai maksimum sebesar 0,99 dengan nilai rata-rata sebesar 0,5073 atau sekitar 50,73%. ukuran dewan komisaris yang dihitung dengan banyaknya jumlah dewan komisaris yang dimiliki perusahaan menunjukkan nilai rata-rata sebesar 4,12 atau sejumlah 4 orang, dengan jumlah minimum dewan komisaris berjumlah 2 orang dan jumlah maksimum dewan komisaris yang dimiliki berjumlah 12 orang. Pengungkapan corporate social responsibility menunjukkan nilai rata-rata 0,1789 atau 17,89% dari kriteria pengungkapan yang telah ditetapkan. Hal ini berarti dalam satu periode laporan tahunan, rata-rata perusahaan telah melakukan pengungkapan CSR sebanyak 14 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 13 item. Nilai minimum dan maksimum pengungkapan CSR perusahaan adalah 0,06 atau 5 item dan 0,49 atau 38 item. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas. Hasil uji normal probably plot menunjukkan sebaran error berupa titik-titik yang berada di sekitar garis dan mengikuti searah garis. Kedua hal tersebut menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas, atau residu dari model dapat dianggap berdistribusi secara normal. b. Uji Multikolinieritas. Hasil pengujian tolerance menunjukan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 (10%). Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan bahwa tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Dengan demikian, hasil uji membuktikan bahwa pada model regresi ini tidak terdapat gejala multikolinieritas. c. Uji Autokorelasi. Dari hasil pengujian autokorelasi didapatkan nilai Durbin-Watson (DW hitung) sebesar 0.534. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung berada diantara -2 dan 2, yakni -2 ≤ 0.534 ≤ 2 maka ini berarti tidak terjadi autokorelasi. Sehingga kesimpulannya adalah Uji Autokorelasi terpenuhi. d. Uji Heteroskedastisitas. Dari gambar scatterplot di atas dapat dilihat bahwa sebaran pada titik-titik secara acak dan membentuk pola tertentu di tengah (diatas maupun di bawah angaka 0 pada sumbu Y). Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan. Uji Hipotesis Analisis Regresi Linier Berganda Tabel 2 Analisis Regresi Linier Berganda No Variabel Bebas Koef. Regresi 1 (Constant) -0.513 t hitung -2.161 0.034 R = 0,488 2 PRO 0.043 0.62 0.537 R2 = 0,239 3 PROF 0.002 0.101 0.92 Adjusted R2 = 0,166 4 LEV 0.003 0.36 0.72 Std. Error of the Estimate = 0,09080 5 6 7 8 SIZE GRO FS UDK 0.054 -0.01 0.058 0.002 2.578 -0.281 1.516 0.216 0.012 0.779 0.134 0.829 Sig. Fhitung = 3.267 FSig. = 0,004 Dari hasil pengujian tabel 9 diatas, dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut: Y =-0,513 +0,043 X1 + 0,002 X2 + 0,003 X3 + 0,054 X4 - 0,010 X5 + 0,058 X6 + 0,002 X7 + e a. Koefisien konstanta. Berdasarkan hasil regresi diatas adalah -0,513 dengan nilai negatif, yang dapat diartikan bahwa nilai Y (CSRI) akan bernilai -0,513 jika variabel bebas yaitu profitabilitas, tipe industri, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan saham asing dan ukuran dewan komisaris masing-masing bernilai 0. Dengan kata lain, apabila variabel- Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 14 variabel bebas tersebut bernilai konstan maka nilai rata-rata pengungkapan CSR turun sebesar -0,513. b. Koefisien regresi 0,043 Nilai tersebut berarti bahwa setiap penambahan pada satuan variabel profitabilitas, maka akan menambah pula tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,043. c. Koefisien regresi 0,002 Nilai tersebut berarti bahwa setiap penambahan satu satuan variabel tipe industri (profile), maka akan menambah pula tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,002. d. Koefisien regresi 0,003 Nilai tersebut berarti bahwa setiap penambahan satu satuan variabel leverage, maka akan menambah pula tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,003. e. Koefisien regresi 0,054 Nilai tersebut berarti bahwa setiap penambahan satu satuan variabel ukuran perusahaan (size), maka akan menambah pula tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,054. f. Koefisien regresi -0,010 Nilai tersebut berarti bahwa setiap penambahan satu satuan variabel pertumbuhan perusahaan (growth company), maka akan mengurangi pula tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,010. g. Koefisien regresi 0,058 Nilai tersebut berarti bahwa setiap penambahan satu satuan variabel kepemilikan saham asing, maka akan menambah pula tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,058. h. Koefisien regresi 0,002 Nilai tersebut berarti bahwa setiap penambahan satu satuan variabel ukuran dewan komisaris, maka akan menambah pula tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,002. Analisis Koefisien Determinasi (R2) Tabel 3 Model Summaryb Std. Error of R Model R the Square Estimate Change a 1 .488 0.239 0.166 0.0908 0.239 a. Predictors: (Constant), UDK, FS, GRO, LEV, PRO, PROF, SIZE b. Dependent Variable: CSRI R Square Adjusted R Square Change Statistics F Change df1 df2 Sig. F Change 3.267 7 73 0.004 DurbinWatson 0.534 Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan tampilan output SPSS model summary pada Tabel 3, nilai adjusted R2 adalah 0.166 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 16.6%.. Hal ini berarti 16.6% pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dipengaruhi variabel profitabilitas, tipe industri, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan saham asing dan ukuran dewan komisaris . Sisanya 83.4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standard Error of Estimated (SEE) sebesar 0,09080. Makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 15 Uji Signifikansi Secara Simultan (Uji F) Berdasarkan hasil uji Anova atau uji F pada tabel 4 terlihat bahwa nilai sebesar 3.267 dan nilai sig sebesar 0.004. Dengan menggunakan tingkat α (alfa) 0,05 atau 5%, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Penolakan H0 dibuktikan dengan hasil perhitungan bahwa nilai sig (0,004 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas, tipe industri, leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan saham asing, pertumbuhan perusahaan dan ukuran dewan komisaris secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Tabel 4 Hasil Uji Statistik F (F-test) ANOVAb Sum of Squares Model 1 Mean Square df Regression 0.189 7 0.027 Residual 0.602 73 0.008 0.79 80 Total F 3.267 Sig. .004a a. Predictors: (Constant), UDK, FS, GRO, LEV, PRO, PROF, SIZE b. Dependent Variable: CSRI Uji Signifikansi Secara Parsial (Uji t) Hasil pengujian pada tabel 5, dengan ketujuh variabel independen yang dimasukkan dalam model dengan tingkat α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh signifikan terhadap variabel CSRI dengan nilai signifikansi 0.012, sedangkan variabel variabel profitabilitas (PRO), tipe industri (PROF), leverage (LEV), kepemilikan saham asing (FS) dan ukuran dewan komisaris (UDK) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel CSRI karena memiliki nilai signifikansi lebih besar dibandingkan tingkat α = 0,05. Tabel 5 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model -0.513 Std. Error 0.237 PRO 0.043 0.069 PROF 0.002 0.024 LEV 0.003 0.008 SIZE 0.054 0.021 GRO -0.01 0.037 FS 0.058 0.038 UDK 0.002 0.007 B (Constant) 1 a. Dependent Variable: CSRI Standardized Coefficients t Sig. Beta Collinearity Statistics Tolerance VIF -2.161 0.034 0.079 0.62 0.537 0.638 1.568 0.013 0.101 0.92 0.683 1.463 0.039 0.36 0.72 0.872 1.147 0.401 2.578 0.012 0.431 2.318 -0.031 -0.281 0.779 0.878 1.138 0.166 1.516 0.134 0.868 1.152 0.03 0.216 0.829 0.54 1.853 Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 16 Pengujian Hipotesis 1 Pengujian pengaruh variabel profitabilitas terhadap pengungkapan corporate social responsibility menggunakan analisis regresi berganda yang ditunjukkan pada tabel 2 dengan hasil parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,043. Variabel profitabilitas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,537 yang lebih besar dari tingkat α = 0,05. Hasil ini berbeda dengan hipotesis yang diajukan akan tetapi arah koefisien regresi telah sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara parsial dapat disimpulkan bahwa hipotesis H1 yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility ditolak. Hal ini berarti bahwa besar kecilnya profitabilitas perusahaan tidak akan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan, dimungkinkan karena laba yang dimiliki perusahaan diprioritaskan untuk kepentingan operasional, sehingga pemanfaatan untuk aktivitas sosial lebih sedikit. Pengujian Hipotesis 2 Pengujian pengaruh variabel tipe industri terhadap pengungkapan corporate social responsibility menggunakan analisis regresi berganda yang ditunjukkan pada tabel 2 dengan hasil parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,002. Variabel tipe industri memiliki nilai signifikansi sebesar 0.920 yang lebih besar dari tingat α = 0,05. Hasil ini berbeda dengan hipotesis yang diajukan akan tetapi arah koefisien regresi telah sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa tipe industri tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara parsial dapat disimpulkan bahwa hipotesis H2 yang menyatakan bahwa tipe industri berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility ditolak. Artinya bahwa perusahaan-perusahaan yang tergolong kategori high profile (visibilitas konsumen tinggi, risiko politis tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi) belum melakukan pengungkapan aktivitas/tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih tinggi/banyak dibandingkan perusahaan-perusahaan yang low profile. Pengujian Hipotesis 3 Pengujian pengaruh variabel leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility menggunakan analisis regresi berganda yang ditunjukkan pada tabel 2 dengan hasil parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,003. Variabel leverage memiliki nilai signifikansi sebesar 0.720 yang lebih besar dari tingkat α = 0,05. Hasil ini berbeda dengan hipotesis yang diajukan dan arah koefisien regresi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hasil ini menunjukkan tidak ada pengaruh sama sekali antara leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara parsial dapat disimpulkan bahwa hipotesis H3 yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan corporate social responsibility ditolak. Artinya, bahwa besar kecilnya resiko leverage perusahaan tidak mempengaruhi luas pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. Hal ini diduga sudah terjadi hubungan yang baik antara perusahaan dengan debtholders, yang mengakibatkan debtholders tidak terlalu memperhatikan rasio leverege perusahaan. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 17 Pengujian Hipotesis 4 Pengujian pengaruh variabel ukuran perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility menggunakan analisis regresi berganda yang ditunjukkan pada tabel 2 dengan hasil parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,054. Variabel profitabilitas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,012 yang lebih kecil dari tingkat α = 0,05. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Arah koefisien regresi juga telah sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara parsial dapat disimpulkan bahwa hipotesis H4 yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility diterima. Artinya bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan akan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki asset yang besar tentunya tidak lepas dari tuntutan untuk memiliki performance yang baik. Salah satu cara untuk memperlihatkan performance yang baik, perusahaan harus lebih memperhatikan keadaan lingkungan sosial, yaitu dengan melakukan pengungkapan CSR yang lebih luas. Pengujian Hipotesis 5 Pengujian pengaruh variabel pertumbuhan perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility menggunakan analisis regresi berganda yang ditunjukkan pada tabel 2 dengan hasil parameter koefisien regresi bertanda negatif sebesar -0,010. Variabel pertumbuhan perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,779 yang lebih besar dari tingkat α = 0,05. Hasil ini berbeda dengan hipotesis yang diajukan dan arah koefisien regresi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hasil ini menunjukkan tidak ada pengaruh sama sekali antara pertumbuhan perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara parsial dapat disimpulkan bahwa hipotesis H5 yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility ditolak. Hal ini dimungkinkan untuk perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang bagus, beranggapan bahwa tidak diperlukan lagi perbaikan image dimata masyarakat. Pengujian Hipotesis 6 Pengujian pengaruh variabel kepemilikan saham asing terhadap pengungkapan corporate social responsibility menggunakan analisis regresi berganda yang ditunjukkan pada tabel 2 dengan hasil parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,058. Variabel kepemilikan saham asing memiliki nilai signifikansi sebesar 0.134 yang lebih besar dari tingkat α = 0,05. Hasil ini berbeda dengan hipotesis yang diajukan akan tetapi arah koefisien regresi telah sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa kepemilikan saham asing tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara parsial dapat disimpulkan bahwa hipotesis H6 yang menyatakan bahwa kepemilikan saham asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility ditolak. Hal ini mungkin terjadi karena sampel perusahaan dengan kepemilikan asing dalam penelitian ini lebih banyak perusahaan selain perusahaan yang terkait langsung dengan sumber daya alam, sehingga pengungkapan CSR dalam laporan tahunan sifatnya masih voluntary dan sekedar untuk pemenuhan informasi bahwa perusahaan telah melakukan CSR. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 18 Pengujian Hipotesis 7 Pengujian pengaruh variabel ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan corporate social responsibility menggunakan analisis regresi berganda yang ditunjukkan pada tabel 2 dengan hasil parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,002. Variabel ukuran dewan komisaris memiliki nilai signifikansi sebesar 0.829 yang lebih besar dari tingkat α = 0,05. Hasil ini berbeda dengan hipotesis yang diajukan akan tetapi arah koefisien regresi telah sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa ukuran dewan komisaris tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara parsial dapat disimpulkan bahwa hipotesis H7 yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility ditolak. Ditolaknya hipotesis ini diduga karena dewan komisaris merupakan wakil shareholder dalam perusahaan yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen. Sebagai wakil dari shareholders dewan komisaris akan membuat kebijakan menggunakan laba perusahaan untuk aktivitas operasional perusahaan yang lebih menguntungkan daripada melakukan aktivitas sosial. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Faktor profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility, (2) Faktor tipe industri tidak berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility, (3) Faktor leverage tidak berpengaruh negatif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility, (4) Faktor ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility, (5) Faktor pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility, (6) Faktor kepemilikan saham asing tidak berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility, (7) Faktor ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility. Keterbatasan Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang sekaligus dapat menjadi gambaran bagi penelitian yang akan datang, sebagai berikut: (1) Terdapat unsur subjektivitas dalam menentukan indeks pengungkapan CSR. Hal ini dikarenakan tidak adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan acuan sehingga penentuan indeks untuk indikator dalam katagori yang sama dapat berbeda untuk setiap peneliti, (2) Penelitian ini hanya mengidentifikasi 7 (tujuh) faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR dalam laporan tahunan yang dianggap peneliti berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR. DAFTAR PUSTAKA Amran, A. dan S. S. Devi. 2008. The Impact Of Government And Foreign Affiliate Influence On Corporate Social Reporting (The Case Of Malaysia). Accounting, Auditing and Accountability Journal 23(4): 386-404. Anggraini, R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 19 pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar di BEJ). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Effendi. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan implementasi. Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, I. dan A. Chariri, 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. Hadi, N. dan A. Sabeni. 2002. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Maksi 1: 90-105. Hadi, N. 2011.Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: GrahaIlmu. Kusnadi. et al., (2002). Pengantar Manajemen (Konsepsual & Perilaku). Malang: Universitas Brawijaya. Machmud, N. dan C. D. Djakman. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Laporan Tahunan Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006. Simposium Nasional Akuntansi 11 Nurkhin, A. 2009. Corporate governance dan profitabilitas; Pengaruhnya terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (studi empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Magister Akuntansi. Universitas Diponegoro. Semarang. Noke, K. 2006. ”Good Corporate Governance (GCG) dan Corporate Social Responsibility (CSR) Adakah Kaitan di Antara Keduanya? ”Economics Business Accounting Review. Edisi III. September-Desember: 45 – 58, Econimic Business Review Jakarta. Puspitasari, A. D. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Reponsibility (CSR) Pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia. Skripsi S1. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Rahman, A. dan K. N. Widyasari. 2008. The Analysis of Company Characteristic Influence toward CSR Disclosure: Empirical Evidence of Manufacturing Companies Listed in JSX. Jurnal JAAI. Volume 12 No 1, Juni 2008: 25-35. Universitas Islam Indonesia. Rosmasita, H. 2007. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Sari, R. A. 2012.Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Nominal 1 (1). Sembiring,E. R. 2003. Pengaruh karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung jawab sosial: Study Empiris Pada perusahaan Yang Tercatat (Go Public) di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Semarang: Program Studi Magister Sains Akutansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro ------------------, 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. Sitepu, A. C. 2009. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. SkripsiAkuntansi. Universitas Islam Indonesia. Sudana, I M.dan A. A. Putu. 2011. Corporate Governance Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Go-Public Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan Tahun 4, No. 1, April 2011 .Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Hal 1-49. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014) 20 Sulastini, S. 2007. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Social Disclosure Perusahaan Manufaktur Yang Telah Go Public. Tesis Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UNNES (Universitas Negeri Semarang). Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga. Ekonisia.Yogyakarta. Ulfa, M. 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Undang-undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. ●●●