this PDF file - E

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Fera Septiana
[email protected]
Astri Fitria
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
This main aims of this study is to test whether the company’s characteristic which consists of profitability, type
of industry, leverage, company size, company growth, foreign shareholder ownership, and size of board of
directors affect the corporate social responsibility. The samples are manufacturing companies which are listed in
Indonesia Stock Exchange in the year of 2010-2012. The samples have been selected by using purposive sampling
method and 27 companies have been selected as samples. The data is the secondary data that is in the form of
annual financial statement (annual report) and manufacturing company’s financial statement which has been
published. The results of this study show that: (1) profitability does not affect the corporate social responsibility,
(2) the type of industry has no effect on the corporate social responsibility, (3) leverage has no effect on the
corporate social responsibility, (4) the company size effect on the corporate social responsibility, (5) the company
growth has no effect on the corporate social responsibility, (6) foreign shareholder ownership has no effect on the
corporate social responsibility, (7) size of board of directors has no effect on the corporate social responsibility
Keywords: corporate social responsibility, profitability, leverage, company’s characteristic.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah karakteristik perusahaan yang terdiri dari
profitabilitas, tipe industri, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan
saham asing dan ukuran dewan komisaris mempengaruhi tanggung jawab sosial perusahaan. Sampel
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2010-2012. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 27 perusahaan yang
menjadi sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder, berupa laporan tahunan (annual report)
dan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang telah dipublikasikan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial
perusahaan; (2) tipe industri tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan; (3)
leverage tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan; (4) ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan; (5) pertumbuhan perusahaan tidak
berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan; (6) kepemilikan saham asing tidak
berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan; dan (7) ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.
Kata kunci: tanggung jawab sosial perusahaan, profitabilitas, leverage, karakteristik perusahaan.
PENDAHULUAN
Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga
dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola untuk
menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan (customer). Hampir semua
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
2
perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu memaksimalkan laba, terutama demi
keberlangsungan dan kemakmuran para pemegang saham (shareholders). Akan tetapi, seiring
dengan perkembangan dunia bisnis dan teknologi yang semakin pesat, perusahaan
dihadapkan pada berbagai keadaan dan kemungkinan yang menuntut perusahaan untuk
terus mengembangkan semua sumber daya yang dimiliki, sehingga mampu berkompetisi
serta mengukuhkan posisinya.
Perusahaan tidak boleh mengembangkan diri sendiri dengan tidak memperhatikan
lingkungan. Menurut Wartick dan Cohran (1985) dalam Hadi (2011: 21) menyatakan
perusahaan memiliki kewajiban mengupayakan kebijakan yang seimbang dalam keputusan
dan tindakan yang sesuai dengan tujuan dan kepentingan nilai masyarakat (stakeholders).
Dengan demikian, orientasi perusahaan seharusnya bergeser dari yang diorientasikan untuk
shareholder (shareholder orientation) dengan bertitik tolak pada ukuran kinerja ekonomi
(economic orientation) semata, kearah kesinambungan lingkungan dan masyarakat
(community) dengan memperhitungkan dampak sosial (stakeholder orientation).
Corporate social responsibility (CSR) merupakan sebuah gagasan yang menjadikan
perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom
line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja.
Akan tetapi, tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines yaitu juga
memperhatikan masalah sosial dan lingkungan (Daniri, 2008 dalam Nurkhin, 2009).
Seiring dengan upaya perusahaan dalam mengembangkan usahanya, akan
menimbulkan berbagai permasalahan ekonomi dan lingkungan yang merupakan imbas dari
aktivitas operasi perusahaan. Hal tersebut juga disebabkan karena lemahnya penegakan
peraturan tentang penerapan corporate social responsibility dan sifat pengungkapannya masih
sukarela, sehingga tidak semua perusahaan melaporkan praktik corporate social responsibility
dalam laporan tahunannya. Pada tahun 2007, pemerintah mengambil tindakan dengan
mengesahkan Undang-Undang RI No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT)
dengan memasukan peraturan mengenai kewajiban setiap entitas bisnis untuk
melaksanakan maupun mengungkapkan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang
tertuang didalam Bab V Pasal 74 dan Pasal 66 ayat (2) bagian C.
Menurut Veronica (2009) dalam Sari (2012) dampak yang ditimbulkan dari kegiatan
perusahaan berbeda-beda meskipun memiliki jenis usaha yang sama sehingga berpengaruh
terhadap praktik corporate social responsibility yang dilakukan perusahaan. Perbedaan
tersebut dikarenakan karakteristik perusahaan yang berbeda-beda. Semakin kuat
karakteristik yang dimiliki suatu perusahaan tersebut dalam menghasilkan dampak sosial
bagi publik tentunya akan semakin kuat pula pemenuhan tanggung jawab sosialnya kepada
publik.
Menurut Sembiring (2005) yang menunjukkan adanya pengaruh antara ukuran
perusahaan, profil perusahaan, dan ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan
corporate social responsibility, sedangkan pada profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh
Anggraini (2006), membuktikan bahwa prosentase kepemilikan manajemen dan tipe industri
berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial oleh perusahaan. Namun, dalam
penelitian ini pengungkapan corporate social responsibility hanya dilihat dari kategori
ekonomi, lingkungan dan sosial, dan belum mampu membuktikan pengaruh tingkat
leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap pengungkapan corporate social
responsibility.
Sitepu (2009) tidak menggunakan kepemilikan manajerial, tetapi menggunakan
ukuran dewan komisaris. Penelitian ini berhasil membuktikan pengaruh ukuran dewan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
3
komisaris dan tingkat profitabilitas terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan
namun juga belum dapat membuktikan adanya pengaruh leverage dan ukuran perusahaan.
Beberapa penelitian terdahulu masih terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian atas
faktor-faktor yang mempengaruhi tanggung jawab sosial sehingga perlu diuji ulang dengan
sampel dan periode yang berbeda. Pengujian ulang ditujukan untuk menyakini bahwa
faktor-faktor dalam karakteristik perusahaan tersebut benar-benar berpengaruh terhadap
pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dimana faktor-faktor tersebut dapat
digunakan sebagai indikator dan informasi bagi investor dalam pengambilan keputusan
investasi saham.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah karakteristik perusahaan yang
diproksikan dengan profitabilitas, tipe industri (profile), leverage, ukuran perusahaan (size),
pertumbuhan perusahaan (growth company), kepemilikan saham asing (foreign shareholding)
dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social
responsibility. Penelitian ini menggunakan jangka waktu pengambilan sampel dari tahun
2010 sampai tahun 2012, dengan asumsi sampel yang diperoleh akan lebih banyak. Objek
penelitian yang digunakan tetap difokuskan pada perusahaan manufaktur, dengan alasan
perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memiliki aktivitas yang kompleks
sehingga memungkinkan perusahaan melakukan aktivitas sosial dan pengungkapan
corporate social responsibility dalam laporan keuangannya, secara lebih transparan.
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
Pengertian Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh
perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar
dimana perusahaan itu berada. Contoh bentuk tanggung jawab itu bermacam-macam, mulai
dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas
umum, sumbangan untuk fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk
masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut.
Konsep corporate social responsibility pada umumnya menyatakan bahwa tanggung
jawab perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga
terhadap para stakeholders yang terkait dan/atau terkena dampak dari keberadaan
perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa perusahaan
bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus
memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Hal tersebut didukung oleh Gray et al. (1994)
dalam Ghozali dan Chariri (2007) yang menyatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan
tergantung pada dukungan stakeholders dan dukungan tersebut harus dicari sehingga
aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Pengungkapan sosial
dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya.
Menurut Dauman dan Hargreaves dalam Sulastini (2007) terdapat tiga tingkatan
dalam tanggung jawab perusahaan. Pertama, Basic Responsibility (BR), dimana tanggung
jawab dari suatu perusahaan muncul karena keberadaan perusahaan tersebut seperti:
perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan
memuaskan pemegang saham
Kedua, Organization Responsibility (OR), dimana tanggung jawab perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan stakeholders seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di
sekitarnya. Contohnya: memaksimalkan profit dan mensejahterakan karyawan
Ketiga, Sociental Responses (SR), menunjukkan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan
kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
4
dan berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam
lingkungannya secara keseluruhan. Contohnya: melakukan recruitment tenaga kerja dari
masyarakat sekitar.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Pengungkapan adalah pengeluaran informasi yang ditujukan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Tujuan dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate
social responsibility disclosure) adalah agar perusahaan dapat menyampaikan tanggung jawab
sosial yang telah dilaksanakan perusahaan dalam periode tertentu. Penerapan corporate social
responsibility dapat diungkapkan perusahaan dalam media laporan tahunan (annual report)
perusahaan yang berisi laporan corporate social responsibility selama kurun waktu satu tahun
berjalan.
Effendi (2009: 378) mengatakan bahwa terdapat dua hal yang mendorong perusahaan
menerapkan corporate social responsibility, yaitu faktor yang berasal dari luar perusahaan
(external drivers) dan dari dalam perusahaan (internal drivers). Yang termasuk faktor
pendorong dari luar perusahaan adalah adanya regulasi, hukum dan diwajibkannya analisis
mengenai dampak lingkungan dari operasi perusahaan. Sedangkan faktor pendorong dari
dalam perusahaan yaitu bersumber dari perilaku manajemen dan pemilik perusahaan
(stakeholders), termasuk tingkat kepedulian atau tanggung jawab perusahaan untuk
membangun masyarakat sekitar.
Zhegal dan Ahmed (1990) dalam Anggraini (2006) mengidentifikasikan beberapa hal
yang berkaitan dengan pelaporan CSR perusahaan, yaitu sebagai berikut: Pertama,
Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap
kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan
lingkungan; Kedua, Energi, meliputi konservasi energi, efisiensi energy; Ketiga, Praktik bisnis
yang wajar, meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan
terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial; Keempat, Sumber daya manusia, meliputi
aktivitas di dalam suatu komunitas, dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan, pendidikan
dan seni; Kelima, Produk, meliputi keamanan, pengurangan polusi.
Prinsip Corporate Social Responsibility
Menurut Crowther David dalam Hadi (2011: 59) terdapat tiga prinsip-prinsip yang
mendasari tanggung jawab sosial (social responsibility), yaitu Sustainability, Accountability, dan
Transparency.
Sustainability. Berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas
(action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. Keberlanjutan
juga memberikan arahan bagaimana penggunaan sumber daya sekarang tetap
memperhatikan kemampuan generasi masa depan. Dengan demikian, sustainability berputar
pada keberpihakan dan upaya bagaimana society memanfaatkan sumber daya agar tetap
memperhatikan generasi masa datang.
Accountability. Merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggungjawab atas
aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan ketika aktivitas perusahaan
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Akuntabilitas dapat dijadikan
sebagai sarana bagi perusahaan dalam membangun image dan network terhadap para
pemangku kepentingan.
Transparency. Merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal. Transparansi
bersinggungan dengan pelaporan aktivitas perusahaan berikut dampak terhadap pihak
eksternal. Transparansi merupakan hal yang sangat penting dan berperan untuk
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
5
mengurangi
asimetri
informasi,
kesalahpahaman,
khususnya
informasi
dan
pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan.
Menurut Noke (2006) terdapat tiga prinsip dasar yang penting untuk diperhatikan
dalam pelaksanaan corporate social responsibility yang disebut dengan Triple Bottom Lines.
Pertama, Profit, dimana perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan
ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. Kedua, People,
berarti harus tetap memiliki kepedulian sosial terhadap kesejahteraan manusia. Ketiga,
Planet, berarti peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati.
Karakteristik Perusahaan
Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda antara entitas yang satu
dengan yang lain. Dalam penelitian ini karakteristik perusahaan yang mempengaruhi
pengungkapan corporate social responsibility dalam laporan tahunan perusahaan mengacu
pada penelitan yang dilakukan Sari (2012), yaitu: profitabilitas, tipe industri (profile), leverage,
ukuran perusahaan (size), pertumbuhan perusahaan (growth company), dan sebagai variabel
tambahan adalah kepemilikan saham asing (foreign shareholder) dan ukuran dewan
komisaris.
Profitabilitas.
Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan entitas dalam
menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset dan ekuitas. Kusnadi et al. (2002: 117)
menjelaskan bahwa profitabilitas merupakan hasil akhir dari keseluruhan kebijakan dan
keputusan yang dipilih oleh manajemen organisasi bisnis. Seluruh kebijakan apapun yang
ada di dalam organisasi jika berjalan baik dan berdampak positif akan menghasilkan kinerja
yang efektif dan efisien sehingga akan menghasilkan tingkat keuntungan perusahaan yang
memuaskan.
Donovan dan Gibson (2000) dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa berdasarkan
teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat
laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal
yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan.
Tipe Industri (Profile)
Banyak para peneliti akuntansi sosial, meneliti mengenai tipe industri yang
diidentifikasikan sebagai faktor yang mempengaruhi pengungkapan corporate social
responsibility. Para peneliti mengklasifikasikan tipe industri menjadi 2 (dua) jenis yaitu tipe
industri high profile dan tipe industri low profile. Profil perusahaan adalah uraian tentang
bidang operasi yang dijalankan oleh perusahaan (Rahman dan Widyasari, 2008: 29).
Hubungan antara profil perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial dapat
dikaitkan dengan variasi dampak operasi perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat.
Industri high profile sebagai industri yang memiliki consumer vasibility, risiko politik yang
tinggi, atau kompetisi yang tinggi akan lebih memperhatikan pertanggungjawaban sosialnya
kepada masyarakat karena hal ini akan meningkatkan citra perusahaan dan dapat
mempengaruhi tingkat penjualan.
Perusahaan yang terklasifikasi dalam kelompok industri high profile adalah perusahaan
perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agrobisnis,
tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan komunikasi, energi
(listrik), engineering, kesehatan, transportasi dan pariwisata. Sedangkan bangunan, keuangan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
6
dan perbankan, supplier peralatan medis, properti, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk
personal, produk rumah tangga sebagai perusahaan yang low profile.
Leverage
Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas pemegang
saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal
yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu utang.
Belkaoui dan Karpik (1989) dalam Anggraini (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan
melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan melaporkan laba sekarang lebih
tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Cormier dan Magnan (1999) dalam Sembiring (2005)
menunjukkan hubungan yang negatif leverage terhadap corporate social responsibility disclosure.
Penelitian ini menggunakan debt to equity ratio (DER) untuk menunjukkan ketergantungan
perusahaan terhadap utang yang diperoleh dari ekuitas pemegang saham.
DER merupakan proporsi total utang terhadap ekuitas pemegang saham. Digunakan
DER karena rasio ini menggambarkan keseimbangan antara utang yang dimiliki perusahaan
dengan modal sendiri (Sutrisno, 2003: 249). Dari penjelasan kegunaan rasio DER, maka
dapat dikatakan bahwa informasi DER akan dapat digunakan oleh pihak eksternal,
khususnya kreditur dan investor dalam mengukur kinerja perusahaan.
Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan
pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan
yang dibuat. Dimana ukuran perusahaan adalah suatu skala atau nilai untuk
mengklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahaan berdasarkan indikator tertentu, antara
lain total aktiva, log size, nilai saham, jumlah tenaga kerja, penjualan, dan kapitalisasi pasar.
Ukuran perusahaan yang dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki perusahaan,
diharapkan berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility dalam
laporan tahunan perusahaan. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sembiring (2005) dan
Amran dan Devi (2008) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pertumbuhan Perusahaan (Growth)
Pertumbuhan perusahaan (growth) dapat menunjukkan peningkatan kinerja keuangan
perusahaan. Ulfa (2009) menyatakan bahwa growth merupakan tingkat pertumbuhan
perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan penjualan perusahaan. Pertumbuhan
perusahaan merupakan salah satu pertimbangan para investor dalam menanamkan
investasinya. Perusahaan yang memiliki kesempatan tumbuh yang tinggi diharapkan akan
memberikan profitabilitas yang tinggi dimasa depan, diharapkan laba lebih meningkat,
sehingga investor akan tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.
Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan mendapat banyak sorotan sehingga
diprediksi perusahaan yang mempunyai kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi
cenderung lebih banyak melakukan corporate social responsibility disclosure.
Kepemilikan Saham Asing (Foreign Shareholders)
Kepemilikan saham asing (foreign shareholders) adalah jumlah saham perusahaan yang
dimiliki oleh pihak asing. Jika dilihat dari sisi stakeholder perusahaan, pengungkapan
corporate social responsibility merupakan salah satu media yang dipilih untuk memperlihatkan
kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di sekitarnya. Dengan kata lain, apabila
perusahaan memiliki kontrak dengan foreign shareholders baik dalam ownership dan trade,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
7
maka perusahaan akan lebih didukung dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab
sosial (Puspitasari, 2009).
Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan wakil shareholders didalam suatu entitas yang berbadan
hukum perseroan terbatas. Selain sebagai wakil shareholders, dewan komisaris memiliki
tugas untuk mengawasi, memberikan pengarahan pada pengelola perusahaan yang
dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggungjawab untuk menentukan apakah
manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan, serta
menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002).
Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory (1999) dalam
Sembiring (2003) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka
akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan
semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan informasi oleh perusahaan, kebanyakan
penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara berbagai karakteristik dewan
komisaris dengan tingkat pengungkapan informasi oleh perusahaan.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Raharjaputra (2009: 205) dalam Sari (2012) menyatakan bahwa rasio profitabilitas dapat
mengukur kemampuan para eksekutif perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan
baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih
perusahaan maupun modal sendiri (shareholders equity).
Sembiring (2005) melakukan pengujian pengaruh profitabilitas terhadap corporate social
responsibility dan menghasilkan bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh, sedangkan
berbeda dengan penelitian Sari (2012) variabel profitabilitas perusahaan yang diukur dengan
return on asset (ROA) berpengaruh positif terhadap CSRD. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Pengaruh tipe industri (profile) terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Tipe industri memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap kebijakan
perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosialnya. Perusahaan high profile menjadi
perusahaan yang sangat disorot oleh masyarakat, karena aktivitas operasionalnya dianggap
dapat mempengaruhi masyarakat dan lingkungan. Hal ini berarti bahwa perusahaan high
profile adalah industri yang menghadapi persaingan yang tinggi akan cenderung
mengungkapkan informasi sosialnya lebih banyak dibandingkan industri low profile
(Hackston dan Milne, 1996 dalam Sari, 2012). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2 : Tipe industri berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Pengaruh leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Tingkat leverage adalah untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan
kewajibannya kepada kreditor. Tingkat leverage mencerminkan ketergantungan perusahaan
terhadap hutang untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Dengan demikian, tingkat
leverage juga menggambarkan resiko keuangan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006) dan Rosmasita (2007) menunjukkan
bahwa tingkat leverage berpengaruh negatif terhadap CSR disclosure. Penelitian ini sejalan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
8
dengan hasil penelitian Sari (2012) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya variabel
leverage tidak mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H3 : Leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Pengaruh ukuran perusahaan (size) terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Berdasarkan teori legitimasi, perusahaan besar memiliki aktivitas yang lebih banyak,
sehingga menimbulkan dampak sosial lingkungan yang lebih besar pula dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Dengan mengungkapkan informasi sosial, perusahaan berharap
keberadaannya lebih legitimate di masyarakat. Hal ini karena perusahaan besar akan
menghadapi resiko politis yang lebih besar.
Menurut Sembiring (2005) perusahaan besar akan mendapat sorotan lebih banyak dari
masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) menemukan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap CSR disclosure. Sejalan dengan penelitian
sebelumnya, Sari (2012) juga menghasilkan penelitian bahwa variabel ukuran perusahaan
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan corporate social
responsibility. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social
responsibility.
Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Pertumbuhan perusahaan (growth company) merupakan variabel yang belum banyak
diteliti. Menurut Ulfa (2009) kebanyakan investor belum menyadari pentingnya praktik
corporate social responsibility, beberapa investor masih berorientasi jangka pendek yang di
ukur dengan keuntungan (profit) pada tahun berjalan saja.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh
terhadap pengungkapan CSR, sejalan dengan hasil yang ditunjukkan dalam penelitian Sari
(2012) bahwa tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan perusahaan (growth company) tidak
mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
H5 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social
responsibility.
Pengaruh kepemilikan saham asing terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Proporsi kepemilikan saham oleh publik ditentukan oleh prosentasi kepemilikan
saham yang dimiliki oleh pihak publik. Pengertian publik disini adalah pihak individu yang
berada di luar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan.
Semakin besar kepemilikan publik maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan
dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang
dilakukan oleh manajemen.
Penelitian yang dilakukan oleh Hadi dan Sabeni (2002) menunjukkan hasil yang
signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan. Hasil
penelitian tersebut berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amran dan Devi
(2008) yang menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H6 : Kepemilikan saham asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social
responsibility.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
9
Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Dewan komisaris dalam urutan manajemen merupakan tingkatan tertinggi setelah
pemegang saham. Dewan komisaris bertugas untuk mengawasi kinerja direksi, selain itu
dewan komisaris juga bertugas untuk memberikan nasehat atau petunjuk kepada direksi
(Sembiring, 2005).
Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris,
maka semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan pengawasan yang dilakukan akan
semakin efektif.
Penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang bervariasi. Penelitian oleh Sembiring
(2005) menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara ukuran dewan
komisaris dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H7 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social
responsibility.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang tercatat
(go public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2010 sampai tahun 2012.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang
digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode tahun 2010-2012, (2) Perusahaan
menerbitkan laporan tahunan dan laporan keuangansecara konsisten selama periode tahun
2010-2012, (3) Perusahaan menyediakan informasi mengenai kriteria sampel (pelaksanaan
CSR, proporsi kepemilikan saham asing perusahaan, jumlah dewan komisaris, total aset, net
income, total kewajiban dan total ekuitas), (4) Perusahaan yang laporan keuangan dinyatakan
dalam mata uang Rupiah.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Independen
a. Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Pada penelitian ini profitabilitas diukur dengan menggunakan
return on assets (ROA). Return on asset (ROA) merupakan ukuran efektifitas perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Pengukurannya adalah sebagai berikut:
ROA =
Laba bersih setelah pajak
----------------------------------Total Aset
b. Tipe Industri (Profile)
Variabel ini diukur menggunakan variabel dummy, yaitu pemberian nilai 1 untuk
perusahaan yang termasuk dalam industri high profile dan nilai 0 untuk perusahaan yang
termasuk dalam industri low profile. Menurut penelitian Sari (2012) adalah perusahaan
yang bergerak di bidang bahan kimia, plastik, kertas, otomotif, makanan dan minuman,
rokok, farmasi, kosmetika dan perkakas/perabotan. Sedangkan perusahaan manufaktur
yang termasuk dalam kategori low profile adalah perusahaan yang bergerak di bidang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
10
semen, keramik, logam, pakan hewan, kayu, mesin dan alat berat, tekstil, alas kaki, kabel
dan elektronik.
c. Leverage
Leverage menunjukkan struktur pendanaan perusahaan. Leverage dapat diartikan sebagai
tingkat ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan
operasinya, dengan demikian leverage juga mencerminkan tingkat resiko keuangan
perusahaan (Sembiring, 2005).
Variabel ini diproksikankan dengan total kewajiban dibagi dengan ekuitas pemegang
saham. Dirumuskan sebagai berikut :
DER
Total Kewajiban
= ----------------------------Total Ekuitas
d. Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan diukur dari total aset yang dimiliki perusahaan yang diperoleh dari
laporan tahunan (annual report) perusahaan untuk tahun 2010 sampai tahun 2012. Size
perusahaan yang diukur dengan total aset akan ditransformasikan dalam logaritma
untuk menyamakan dengan variabel lain karena total aset perusahaan nilainya relatif
besar dibandingkan variabel-variabel lain dalam penelitian ini. Metode pengukuran ini
berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan oleh Machmud dan Djakman (2008):
SIZE = log (Total Aset)
e. Pertumbuhan Perusahaan (Growth Company)
Pertumbuhan perusahaan (growth company) merupakan variabel yang masih jarang
digunakan untuk menjelaskan pengaruhnya terhadap pengungkapan corporate social
responsibility. Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan pertumbuhan
penjualan perusahaan. Rumus yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan
perusahaan berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan oleh Sari (2012):
GRO
Penjualant – Penjualant-1
= --------------------------------------Penjualant-1
f. Kepemilikan Saham Asing (Foreign Shareholders)
Kepemilikan saham asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar
negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di Indonesia.
Prosentase kepemilikan saham asing tersebut dapat dilihat dalam laporan tahunan
perusahaan. Besarnya saham pihak/entitas asing diukur melalui rasio dari jumlah
kepemilikan lembar saham asing terhadap total lembar saham yang dimiliki oleh
perusahaan. Metode pengukuran diatas berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan
oleh Amran dan Devi (2008).
FS
Jumlah Kepemilikan Saham Asing
= --------------------------------------------------Total Lembar Saham Perusahaan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
11
g. Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris (UDK) adalah banyaknya jumlah anggota dewan komisaris
dalam suatu perusahaan. Variabel ukuran dewan komisaris konsisten dengan penelitian
Sembiring (2005) yaitu dilihat dari banyaknya jumlah anggota dewan komisaris
perusahaan. Pengukuran dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
UDK = Σ Dewan Komisaris Perusahaan
Variabel Dependen
Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Pengukuran tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dilakukan dengan menghitung
total item kategori CSR yang diungkapkan oleh perusahaan. Untuk setiap item yang
diungkapkan diberi nilai 1 dan yang tidak diungkapkan diberi nilai 0 (nol), kemudian total
nilai pengungkapan digunakan untuk mengukur indeks CSR. Adapun total item
pengungkapan CSR sejumlah 78 item yang dapat dilihat pada lampiran 1. Pengukuran
Indeks CSR dilakukan dengan rumus sebagai berikut: (Sudana dan Putu, 2011:44).
CSRIij =
ΣXij
---------------------------------Jumlah item pengungkapan
Keterangan:
CSRIij = Corporate social responsibility indeks perusahaan i pada periode j.
ΣXij = Total pengungkapan item CSR yang dilakukan perusahaan i pada periode j.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian akan diuji dengan persamaan regresi sebagai berikut:
Y = α + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 6X6 + 7X7 + e
dalam hal ini:
Y
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
α
1…7
e
: CSRI (Indeks pengungkapan CSR)
: Profitabilitas (ROA)
: Tipe Industri (Profile)
: Leverage (DER)
: Ukuran Perusahaan (SIZE)
: Pertumbuhan Perusahaan (GRO)
: Kepemilikan Saham Asing (FS)
: Ukuran Dewan Komisaris (UDK)
: Konstanta
: Koefisien regresi
: Error
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yaitu analisis regresi yang
menjelaskan hubungan antara tiga variabel atau lebih, yaitu sekurang-kurangnya dua
variabel bebas dan satu variabel terikat.
Regresi berganda digunakan untuk menguji apakah variabel variabel independen yang
diukur dengan profitabilitas (X1), tipe industri (X2), leverage (X3), ukuran perusahaan (X4),
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
12
pertumbuhan perusahaan (X5), kepemilikan saham asing (X6), dan ukuran dewan komisaris
(X7) mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility (CSR).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu
profitabilitas, tipe industri, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan,
kepemilikan saham asing, ukuran dewan komisaris dan pengungkapan corporate social
responsibility.
Tabel 1
Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maximum
Mean
Std.
Deviation
CSRI
81
0.06
0.49
0.1789
0.0994
PRO
81
-0.76
0.63
0.0675
0.18471
PROF
81
0
1
0.52
0.503
LEV
81
-3.57
5.46
1.113
1.42841
SIZE
81
10.02
14.26
12.0976
0.74026
GRO
81
-0.76
0.82
0.1581
0.29039
FS
81
0.01
0.99
0.5073
0.28529
UDK
81
2
12
4.12
1.984
Valid N (listwise)
81
Tabel 1 menunjukkan bahwa mean dari profitabilitas adalah 0,0675. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata tingkat laba yang mampu dihasilkan sebesar 6,75% dari total
aset yang dimiliki. Untuk tipe industri memiliki nilai mean 0.52, menunjukkan bahwa nilai
rata-rata yang diperoleh sebesar 0,52 atau sekitar 52% dengan nilai minimum sebesar 0 (nol)
dan nilai maksimum sebesar 1 (satu), dimana nilai 0 (nol) menunjukkan perusahaan dengan
kategori low profile dan nilai 1 (satu) untuk ketegori perusahaan high profile.
Leverage memiliki nilai mean 1.113 atau perusahaan sampel rata-rata memiliki hutang
sekitar 111.3% dari seluruh total ekuitas yang dimiliki. Nilai leverage minimum diperoleh
sebesar -3,57 dan nilai maksimum sebesar 5,46 atau sebesar 54,6%, hal ini menunjukkan
bahwa leverage perusahaan yang diteliti cukup tinggi. Sedangkan Size memiliki nilai ratarata sebesar 12,0976 dengan nilai minimum sebesar 10,02 dan nilai maksimum sebesar 14,26
Pertumbuhan perusahaan menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,1581 atau sekitar
15,81% dengan nilai minimum sebesar -0,76 dan nilai maksimum sebesar 0,82, prosentase
kepemilikan saham asing yang terdapat dalam laporan tahunan menunjukkan hasil
pengujian dengan nilai minimum sebesar 0,01 dan nilai maksimum sebesar 0,99 dengan nilai
rata-rata sebesar 0,5073 atau sekitar 50,73%. ukuran dewan komisaris yang dihitung dengan
banyaknya jumlah dewan komisaris yang dimiliki perusahaan menunjukkan nilai rata-rata
sebesar 4,12 atau sejumlah 4 orang, dengan jumlah minimum dewan komisaris berjumlah 2
orang dan jumlah maksimum dewan komisaris yang dimiliki berjumlah 12 orang.
Pengungkapan corporate social responsibility menunjukkan nilai rata-rata 0,1789 atau
17,89% dari kriteria pengungkapan yang telah ditetapkan. Hal ini berarti dalam satu periode
laporan tahunan, rata-rata perusahaan telah melakukan pengungkapan CSR sebanyak 14
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
13
item. Nilai minimum dan maksimum pengungkapan CSR perusahaan adalah 0,06 atau 5
item dan 0,49 atau 38 item.
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas. Hasil uji normal probably plot menunjukkan sebaran error berupa
titik-titik yang berada di sekitar garis dan mengikuti searah garis. Kedua hal tersebut
menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas, atau residu dari model dapat
dianggap berdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinieritas. Hasil pengujian tolerance menunjukan tidak ada variabel bebas
yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 (10%). Hasil perhitungan VIF juga
menunjukkan bahwa tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
Dengan demikian, hasil uji membuktikan bahwa pada model regresi ini tidak terdapat gejala
multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi. Dari hasil pengujian autokorelasi didapatkan nilai Durbin-Watson
(DW hitung) sebesar 0.534. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung berada
diantara -2 dan 2, yakni -2 ≤ 0.534 ≤ 2 maka ini berarti tidak terjadi autokorelasi. Sehingga
kesimpulannya adalah Uji Autokorelasi terpenuhi.
d. Uji Heteroskedastisitas. Dari gambar scatterplot di atas dapat dilihat bahwa sebaran
pada titik-titik secara acak dan membentuk pola tertentu di tengah (diatas maupun di bawah
angaka 0 pada sumbu Y). Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi yang digunakan.
Uji Hipotesis
Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 2
Analisis Regresi Linier Berganda
No
Variabel
Bebas
Koef. Regresi
1
(Constant)
-0.513
t
hitung
-2.161
0.034
R = 0,488
2
PRO
0.043
0.62
0.537
R2 = 0,239
3
PROF
0.002
0.101
0.92
Adjusted R2 =
0,166
4
LEV
0.003
0.36
0.72
Std. Error of the
Estimate =
0,09080
5
6
7
8
SIZE
GRO
FS
UDK
0.054
-0.01
0.058
0.002
2.578
-0.281
1.516
0.216
0.012
0.779
0.134
0.829
Sig.
Fhitung = 3.267
FSig. = 0,004
Dari hasil pengujian tabel 9 diatas, dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:
Y =-0,513 +0,043 X1 + 0,002 X2 + 0,003 X3 + 0,054 X4 - 0,010 X5 + 0,058 X6 + 0,002 X7 + e
a. Koefisien konstanta.
Berdasarkan hasil regresi diatas adalah -0,513 dengan nilai negatif, yang dapat diartikan
bahwa nilai Y (CSRI) akan bernilai -0,513 jika variabel bebas yaitu profitabilitas, tipe industri,
leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan saham asing dan
ukuran dewan komisaris masing-masing bernilai 0. Dengan kata lain, apabila variabel-
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
14
variabel bebas tersebut bernilai konstan maka nilai rata-rata pengungkapan CSR turun
sebesar -0,513.
b. Koefisien regresi 0,043
Nilai tersebut berarti bahwa setiap penambahan pada satuan variabel profitabilitas, maka
akan menambah pula tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,043.
c. Koefisien regresi 0,002
Nilai tersebut berarti bahwa setiap penambahan satu satuan variabel tipe industri (profile),
maka akan menambah pula tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,002.
d. Koefisien regresi 0,003
Nilai tersebut berarti bahwa setiap penambahan satu satuan variabel leverage, maka akan
menambah pula tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,003.
e. Koefisien regresi 0,054
Nilai tersebut berarti bahwa setiap penambahan satu satuan variabel ukuran perusahaan
(size), maka akan menambah pula tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,054.
f. Koefisien regresi -0,010
Nilai tersebut berarti bahwa setiap penambahan satu satuan variabel pertumbuhan
perusahaan (growth company), maka akan mengurangi pula tindakan pengungkapan CSR
sebesar 0,010.
g. Koefisien regresi 0,058
Nilai tersebut berarti bahwa setiap penambahan satu satuan variabel kepemilikan saham
asing, maka akan menambah pula tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,058.
h. Koefisien regresi 0,002
Nilai tersebut berarti bahwa setiap penambahan satu satuan variabel ukuran dewan
komisaris, maka akan menambah pula tindakan pengungkapan CSR sebesar 0,002.
Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 3
Model Summaryb
Std.
Error of
R
Model
R
the
Square
Estimate Change
a
1 .488
0.239
0.166
0.0908
0.239
a. Predictors: (Constant), UDK, FS, GRO, LEV, PRO,
PROF, SIZE
b. Dependent Variable: CSRI
R
Square
Adjusted
R Square
Change Statistics
F
Change
df1
df2
Sig. F
Change
3.267
7
73
0.004
DurbinWatson
0.534
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan tampilan output SPSS model
summary pada Tabel 3, nilai adjusted R2 adalah 0.166 yang berarti variabilitas variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 16.6%.. Hal ini berarti
16.6% pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dipengaruhi variabel profitabilitas,
tipe industri, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kepemilikan saham
asing dan ukuran dewan komisaris . Sisanya 83.4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. Standard Error of Estimated (SEE) sebesar 0,09080. Makin kecil
nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel
dependen.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
15
Uji Signifikansi Secara Simultan (Uji F)
Berdasarkan hasil uji Anova atau uji F pada tabel 4 terlihat bahwa nilai sebesar 3.267
dan nilai sig sebesar 0.004. Dengan menggunakan tingkat α (alfa) 0,05 atau 5%, maka H0
ditolak dan H1 diterima. Penolakan H0 dibuktikan dengan hasil perhitungan bahwa nilai sig
(0,004 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas, tipe industri, leverage,
ukuran perusahaan, kepemilikan saham asing, pertumbuhan perusahaan dan ukuran dewan
komisaris secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Tabel 4
Hasil Uji Statistik F (F-test)
ANOVAb
Sum of
Squares
Model
1
Mean
Square
df
Regression
0.189
7
0.027
Residual
0.602
73
0.008
0.79
80
Total
F
3.267
Sig.
.004a
a. Predictors: (Constant), UDK, FS, GRO, LEV, PRO, PROF, SIZE
b. Dependent Variable: CSRI
Uji Signifikansi Secara Parsial (Uji t)
Hasil pengujian pada tabel 5, dengan ketujuh variabel independen yang dimasukkan
dalam model dengan tingkat α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan
(SIZE) berpengaruh signifikan terhadap variabel CSRI dengan nilai signifikansi 0.012,
sedangkan variabel variabel profitabilitas (PRO), tipe industri (PROF), leverage (LEV),
kepemilikan saham asing (FS) dan ukuran dewan komisaris (UDK) tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel CSRI karena memiliki nilai signifikansi lebih besar
dibandingkan tingkat α = 0,05.
Tabel 5
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
-0.513
Std.
Error
0.237
PRO
0.043
0.069
PROF
0.002
0.024
LEV
0.003
0.008
SIZE
0.054
0.021
GRO
-0.01
0.037
FS
0.058
0.038
UDK
0.002
0.007
B
(Constant)
1
a. Dependent Variable: CSRI
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Beta
Collinearity
Statistics
Tolerance
VIF
-2.161
0.034
0.079
0.62
0.537
0.638
1.568
0.013
0.101
0.92
0.683
1.463
0.039
0.36
0.72
0.872
1.147
0.401
2.578
0.012
0.431
2.318
-0.031
-0.281
0.779
0.878
1.138
0.166
1.516
0.134
0.868
1.152
0.03
0.216
0.829
0.54
1.853
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
16
Pengujian Hipotesis 1
Pengujian pengaruh variabel profitabilitas terhadap pengungkapan corporate social
responsibility menggunakan analisis regresi berganda yang ditunjukkan pada tabel 2 dengan
hasil parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,043. Variabel profitabilitas
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,537 yang lebih besar dari tingkat α = 0,05. Hasil ini
berbeda dengan hipotesis yang diajukan akan tetapi arah koefisien regresi telah sesuai
dengan yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara parsial dapat disimpulkan bahwa
hipotesis H1 yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap
pengungkapan corporate social responsibility ditolak. Hal ini berarti bahwa besar kecilnya
profitabilitas perusahaan tidak akan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial
yang dilakukan oleh perusahaan, dimungkinkan karena laba yang dimiliki perusahaan
diprioritaskan untuk kepentingan operasional, sehingga pemanfaatan untuk aktivitas sosial
lebih sedikit.
Pengujian Hipotesis 2
Pengujian pengaruh variabel tipe industri terhadap pengungkapan corporate social
responsibility menggunakan analisis regresi berganda yang ditunjukkan pada tabel 2 dengan
hasil parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,002. Variabel tipe industri
memiliki nilai signifikansi sebesar 0.920 yang lebih besar dari tingat α = 0,05. Hasil ini
berbeda dengan hipotesis yang diajukan akan tetapi arah koefisien regresi telah sesuai
dengan yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa tipe industri tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara parsial dapat disimpulkan bahwa
hipotesis H2 yang menyatakan bahwa tipe industri berpengaruh positif terhadap
pengungkapan corporate social responsibility ditolak. Artinya bahwa perusahaan-perusahaan
yang tergolong kategori high profile (visibilitas konsumen tinggi, risiko politis tinggi, atau
menghadapi persaingan yang tinggi) belum melakukan pengungkapan aktivitas/tanggung
jawab sosial perusahaan yang lebih tinggi/banyak dibandingkan perusahaan-perusahaan
yang low profile.
Pengujian Hipotesis 3
Pengujian pengaruh variabel leverage terhadap pengungkapan corporate social
responsibility menggunakan analisis regresi berganda yang ditunjukkan pada tabel 2 dengan
hasil parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,003. Variabel leverage memiliki
nilai signifikansi sebesar 0.720 yang lebih besar dari tingkat α = 0,05. Hasil ini berbeda
dengan hipotesis yang diajukan dan arah koefisien regresi tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Hasil ini menunjukkan tidak ada pengaruh sama sekali antara leverage terhadap
pengungkapan corporate social responsibility.
Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara parsial dapat disimpulkan bahwa
hipotesis H3 yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan
corporate social responsibility ditolak. Artinya, bahwa besar kecilnya resiko leverage perusahaan
tidak mempengaruhi luas pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. Hal ini diduga
sudah terjadi hubungan yang baik antara perusahaan dengan debtholders, yang
mengakibatkan debtholders tidak terlalu memperhatikan rasio leverege perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
17
Pengujian Hipotesis 4
Pengujian pengaruh variabel ukuran perusahaan terhadap pengungkapan corporate
social responsibility menggunakan analisis regresi berganda yang ditunjukkan pada tabel 2
dengan hasil parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,054. Variabel
profitabilitas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,012 yang lebih kecil dari tingkat α = 0,05.
Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Arah koefisien regresi juga telah sesuai
dengan yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara parsial dapat disimpulkan bahwa
hipotesis H4 yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
pengungkapan corporate social responsibility diterima. Artinya bahwa besar kecilnya ukuran
perusahaan akan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
perusahaan. Perusahaan yang memiliki asset yang besar tentunya tidak lepas dari tuntutan
untuk memiliki performance yang baik. Salah satu cara untuk memperlihatkan performance
yang baik, perusahaan harus lebih memperhatikan keadaan lingkungan sosial, yaitu dengan
melakukan pengungkapan CSR yang lebih luas.
Pengujian Hipotesis 5
Pengujian pengaruh variabel pertumbuhan perusahaan terhadap pengungkapan
corporate social responsibility menggunakan analisis regresi berganda yang ditunjukkan pada
tabel 2 dengan hasil parameter koefisien regresi bertanda negatif sebesar -0,010. Variabel
pertumbuhan perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,779 yang lebih besar dari
tingkat α = 0,05. Hasil ini berbeda dengan hipotesis yang diajukan dan arah koefisien regresi
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hasil ini menunjukkan tidak ada pengaruh sama
sekali antara pertumbuhan perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara parsial dapat disimpulkan bahwa
hipotesis H5 yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif
terhadap pengungkapan corporate social responsibility ditolak. Hal ini dimungkinkan untuk
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang bagus, beranggapan bahwa tidak diperlukan
lagi perbaikan image dimata masyarakat.
Pengujian Hipotesis 6
Pengujian pengaruh variabel kepemilikan saham asing terhadap pengungkapan
corporate social responsibility menggunakan analisis regresi berganda yang ditunjukkan pada
tabel 2 dengan hasil parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,058. Variabel
kepemilikan saham asing memiliki nilai signifikansi sebesar 0.134 yang lebih besar dari
tingkat α = 0,05. Hasil ini berbeda dengan hipotesis yang diajukan akan tetapi arah koefisien
regresi telah sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa kepemilikan saham
asing tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan corporate social
responsibility.
Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara parsial dapat disimpulkan bahwa
hipotesis H6 yang menyatakan bahwa kepemilikan saham asing berpengaruh positif
terhadap pengungkapan corporate social responsibility ditolak. Hal ini mungkin terjadi karena
sampel perusahaan dengan kepemilikan asing dalam penelitian ini lebih banyak perusahaan
selain perusahaan yang terkait langsung dengan sumber daya alam, sehingga
pengungkapan CSR dalam laporan tahunan sifatnya masih voluntary dan sekedar untuk
pemenuhan informasi bahwa perusahaan telah melakukan CSR.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
18
Pengujian Hipotesis 7
Pengujian pengaruh variabel ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan
corporate social responsibility menggunakan analisis regresi berganda yang ditunjukkan pada
tabel 2 dengan hasil parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,002. Variabel
ukuran dewan komisaris memiliki nilai signifikansi sebesar 0.829 yang lebih besar dari
tingkat α = 0,05. Hasil ini berbeda dengan hipotesis yang diajukan akan tetapi arah koefisien
regresi telah sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa ukuran dewan komisaris
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan corporate social
responsibility.
Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda secara parsial dapat disimpulkan bahwa
hipotesis H7 yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif
terhadap pengungkapan corporate social responsibility ditolak. Ditolaknya hipotesis ini diduga
karena dewan komisaris merupakan wakil shareholder dalam perusahaan yang berfungsi
mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen. Sebagai wakil dari
shareholders dewan komisaris akan membuat kebijakan menggunakan laba perusahaan
untuk aktivitas operasional perusahaan yang lebih menguntungkan daripada melakukan
aktivitas sosial.
SIMPULAN DAN KETERBATASAN
Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Faktor
profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility, (2) Faktor tipe industri tidak berpengaruh positif terhadap pengungkapan
Corporate Social Responsibility, (3) Faktor leverage tidak berpengaruh negatif terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility, (4) Faktor ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility, (5) Faktor pertumbuhan
perusahaan tidak berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility,
(6) Faktor kepemilikan saham asing tidak berpengaruh positif terhadap pengungkapan
Corporate Social Responsibility, (7) Faktor ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh positif
terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang sekaligus dapat menjadi
gambaran bagi penelitian yang akan datang, sebagai berikut: (1) Terdapat unsur
subjektivitas dalam menentukan indeks pengungkapan CSR. Hal ini dikarenakan tidak
adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan acuan sehingga penentuan indeks untuk
indikator dalam katagori yang sama dapat berbeda untuk setiap peneliti, (2) Penelitian ini
hanya mengidentifikasi 7 (tujuh) faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR dalam
laporan tahunan yang dianggap peneliti berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR.
DAFTAR PUSTAKA
Amran, A. dan S. S. Devi. 2008. The Impact Of Government And Foreign Affiliate Influence
On Corporate Social Reporting (The Case Of Malaysia). Accounting, Auditing and
Accountability Journal 23(4): 386-404.
Anggraini, R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
19
pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar di BEJ). Simposium Nasional Akuntansi
IX. Padang.
Effendi. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan implementasi. Jakarta:
Salemba Empat.
Ghozali, I. dan A. Chariri, 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro:
Semarang.
Hadi, N. dan A. Sabeni. 2002. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas
Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Publik di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Maksi 1: 90-105.
Hadi, N. 2011.Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: GrahaIlmu.
Kusnadi. et al., (2002). Pengantar Manajemen (Konsepsual & Perilaku). Malang: Universitas
Brawijaya.
Machmud, N. dan C. D. Djakman. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Luas
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Laporan Tahunan
Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Yang Tercatat Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2006. Simposium Nasional Akuntansi 11
Nurkhin, A. 2009. Corporate governance dan profitabilitas; Pengaruhnya terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (studi empiris pada perusahaan
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Magister Akuntansi. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Noke, K. 2006. ”Good Corporate Governance (GCG) dan Corporate Social Responsibility (CSR)
Adakah Kaitan di Antara Keduanya? ”Economics Business Accounting Review. Edisi III.
September-Desember: 45 – 58, Econimic Business Review Jakarta.
Puspitasari, A. D. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social
Reponsibility (CSR) Pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia. Skripsi S1.
Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Rahman, A. dan K. N. Widyasari. 2008. The Analysis of Company Characteristic Influence
toward CSR Disclosure: Empirical Evidence of Manufacturing Companies Listed in
JSX. Jurnal JAAI. Volume 12 No 1, Juni 2008: 25-35. Universitas Islam Indonesia.
Rosmasita, H. 2007. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social
Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Sari, R. A. 2012.Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Nominal 1 (1).
Sembiring,E. R. 2003. Pengaruh karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Tanggung jawab sosial: Study Empiris Pada perusahaan Yang Tercatat (Go Public) di
Bursa Efek Jakarta. Tesis. Semarang: Program Studi Magister Sains Akutansi Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro
------------------, 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial:
Study Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi
VIII. Solo.
Sitepu, A. C. 2009. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial
Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. SkripsiAkuntansi. Universitas Islam Indonesia.
Sudana, I M.dan A. A. Putu. 2011. Corporate Governance Dan Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Pada Perusahaan Go-Public Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Manajemen Teori dan Terapan Tahun 4, No. 1, April 2011 .Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga. Hal 1-49.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
20
Sulastini, S. 2007. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Social Disclosure
Perusahaan Manufaktur Yang Telah Go Public. Tesis Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, UNNES (Universitas Negeri Semarang).
Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga. Ekonisia.Yogyakarta.
Ulfa, M. 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure. Skripsi. Universitas Islam Indonesia.
Undang-undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
●●●
Download