Jaringan Bisnis dan Strategi Pemasaran PT Timatex

advertisement
1. Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Persaingan di segala bidang usaha pada era globalisasi semakin ketat.
Menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut maka perusahaan dalam
menjalankan kegiatan usaha harus selalu berorientasi pada pemasaran (marketing
oriented). Menurut falsafah marketing oriented ini, perusahaan harus menggunakan
segala sumber daya yang dimiliki karena segala kegiatan pemasaran ditujukan untuk
memuaskan pelanggan (Harjati, 2003).
Selain
memberi dampak
pada tingkat persaingan,
globalisasi juga
memberikan peluang bagi perusahaan untuk melakukan pemasaran internasional.
Keputusan untuk memasuki pasar internasional tentu didasari oleh sejumlah
pertimbangan. Pertumbuhan pasar internasional lebih prospektif daripada pasar lokal,
itu adalah alasan utama perusahaan-perusahaan mulai memasuki pasar internasional
(Simamora, 2000).
Selain itu menurut (Rismiati dan Suratno, 2001) banyak
kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehinga perusahaan sulit berkembang, persaingan
yang sangat kompetitif, lingkungan ekonomi yang merugikan karena tingginya pajak
atau penurunan perekonomian menjadi alasan perusahaan untuk beralih ke pasar
internasional.
1
Pada saat perusahaan sudah memutuskan untuk memasuki pasar internasional
maka harus diputuskan bagaimana cara memasuki pasar negara tersebut. Salah satu
alternatif yang dapat dipilih oleh perusahaan untuk memasuki pasar internasional
adalah melalui ekspor baik secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun
menjanjikan, pasar internasional bukanlah hal mudah untuk dilakukan. Oleh karena
itu diperlukan kesiapan perusahaan agar mampu bersaing di pasar internasional
tersebut.
Menurut Porter (dalam Faidal, 2007) bahwa persaingan akan mengalami
perubahan pada masa perekonomian global dimana sektor bisnis harus dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungan bisnis tersebut daripada dirinya sendiri dan
kebijakan pemerintah. Maka dari itu dalam persaingan perusahaan harus dapat
membangun jaringan (network) dengan organisasi-organisasi lain yang tentunya
menunjang oprasional perusahaan,
menurut Cravens (dalam Faidal, 2007).
Pentingnya membangun jaringan menurut Porter (dalam Faidal, 2007) adalah karena
peningkatan produktivitas dan sinergi kerja dapat meningkat dengan adanya jaringan
(network) tersebut. Hal ini seperti ditunjukkan pada temuan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sato (dalam Faidal, 2007) pada industri kecil di Ceper Solo,
menunjukkan bahwa peningkatan volume penjualan meningkat ketika perusahaa n
menjalin jaringan bisnis dan dengan menjalin jaringan tersebut maka perusahaan
lebih mudah mendapat informasi tentang pasar produk perusahaan, perkembangan
teknologi dan sumber-sumber pendanaan akan mudah diakses.
2
Temuan Sato (2000) di atas bisa dijadikan contoh bahwa pentingnya
membangun sebuah jaringan bisnis bagi kemajuan perusahaan. Jika perusahaanperusahaan berskala kecil saja menganggap penting dan sekaligus merasakan manfaat
dari hasil membangun jaringan bisnis, maka tentunya perusahaan-perusahaan besar
sepatutnya juga mengembangan jaringan bisnis bagi kemajuan perusahaan tersebut.
Selain membangun jaringan bisnis, hal lain yang harus diperhatikan adalah
mengenai strategi memasarkan produk. Sebaik atau sebagus apapun suatu produk
dengan kualitas tinggi tentu akan sia-sia jika perusahaan tidak
memasarkannya.
mampu
Untuk itu tentu diperlukan suatu strategi yang tepat dalam
memasarkan produk yang telah dihasilkan oleh perusahaan.
Menurut Kertajaya
(2000) bahwa strategi pemasaran bersifat sangat luas dan kompleks dan tidak terlepas
dari aspek lainnya seperti taktik dan nilai-nilai. Sementara itu menurut Lubis (2004)
bahwa strategi pemasaran yang diterapkan perusahaan pada produknya harus
berdasarkan dan dikembangkan mengikuti perkembangan pasar. Dengan demikian
perusahaan akan mendapatkan gambaran yang jelas dan bertujuan untuk apa yang
akan dilakukan perusahaan ke depan dalam memanfaatkan setiap kesempatan yang
ada sebaik-baiknya atau paduan pasar sasaran.
Penelitian ini dilakukan di PT. Tiga Manunggal Synthetic Industries Salatiga
atau sering disebut TIMATEX.
Pertimbangan dipilih perusahaan ini mengingat
bahwa TIMATEX merupakan salah satu perusahaan tekstil yang tergolong besar
yang melakukan kegiatan pemasaran internasional.
3
Keberadaan TIMATEX itu
sendiri bukan tanpa pesaing, setidaknya perusahaan ini harus bersaing dengan
perusahaan tekstil lainnya baik yang ada di dalam negeri seperti perusahaanperusahaan tekstil di Bandung, maupun perusahaan dari luar negeri. Untuk itu maka
TIMATEX harus berupaya keras agar mampu bersaing dengan pesaing-pesaingnya.
TIMATEX sendiri juga membangun jaringan untuk kelancaran bisnisnya serta
memiliki strategi memasarkan produknya. Berdasarkan hal tersebut maka menarik
bagi penulis untuk melakukan kajian tentang jaringan bisnis dan strategi memasarkan
produk yang dilakukan oleh TIMATEX.
Persoalan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka adapun yang menjadi
persoalan penelitian yaitu:
1. Bagaimana proses pembentukan jaringan bisnis pada PT. Tiga Manunggal
Synthetic Industries Salatiga (TIMATEX)?
2. Bagaimana strategi memasarkan produk yang dilakukan oleh PT. Tiga
Manunggal Synthetic Industries Salatiga (TIMATEX)?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
4
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai proses
pembentukan jaringan bisnis dan strategi memasarkan produk yang dilakukan oleh
PT. Tiga Manunggal Synthetic Industries Salatiga (TIMATEX). Sedangkan manfaat
penelitian ini adalah: dapat memberikan masukan pemikiran terkait dengan upayaupaya yang dilakukan perusahaan dalam mengembangkan jaringan bisnis dan strategi
memasarkan produknya, serta memberikan pengetahuan terkait dengan model
pengembangan jaringan bisnis serta strategi memasarkan produk.
2. Telaah Teoritis
Jaringan Bisnis (Business Network)
Jaringan (network) diartikan sebagai pola hubungan individu dengan individu
lainya, dengan jumlah individu yang bervariasi, dapat bersifat antar kelompok, atau
antar organisasi yang dapat berupa jaringan keluarga dan etnis dimana anggotanya
adalah masih memiliki hubungan keluarga, jaringan komunitas, jaringan organisasi
atau jaringan pemasok dengan pembeli (Faidal, 2007). Jaringan (network) menurut
Dubini dan Aldrich (dalam Faidal, 2007) dapat berbentuk tunggal antara dua pihak
atau lebih dari dua pihak. Dapat berbentuk formal atau informal pada area lokal atau
interlokal maupun ikatan bisnis atau antara sektor yang berbeda. Jaringan digunakan
untuk menunjukkan pola hubungan antar individu, antar kelompok, dan antar
organisasi.
5
Pengembangan jaringan bisnis baik di dalam negeri maupun di luar negeri terus
dikembangkan untuk bersaing di pasar global. Upaya pengembangan yang harus
dilakukan terutama bertujuan untuk meningkatkan cakupan ekonomi, efisiensi produksi,
pengelolaan bisnis yang efisien, dan memperluas pangsa pasar baik dalam maupun luar
negri. Dengan demikian perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain
baik perusahaan lokal atau perusahaan luar negri (Dipta, 2002).
Perusahaan akan mendapatkan pengalaman bisnis secara langsung dengan
adanya jaringan bisnis (business network) dengan berbagai institusi terkait seperti
pemasok, pedagang, pelanggan dan lainnya. Karena institusi- institusi tersebut
memberikan aliran informasi yang bermanfaat kepada perusahaan, sehingga dengan
adanya pengalaman itu pada akhirnya kinerja perusahaan dapat ditingkatkan (Faidal,
2007).
Ada tiga dasar pembentukan jaringan bisnis. 1 Pertama, jaringan produksi.
Jaringan usaha ini terdiri dari tiga sampai sepuluh perusahaan kecil yang
memproduksi berbagai jenis produk yang berbeda, melakukan kegiatan pemasaran,
dan menjalin kerja sama untuk mendapat pasar baru. Di Indonesia biasanya jumlah
anggota dalam sebuah jaringan usaha cenderung sangat banyak. Jaringan tersebut
memiliki fokus kegiatan untuk mencari peluang pasar. Kedua, jaringan pemasaran.
Jaringan ini biasanya terdiri dari perusahaan kecil yang bergerak pada sektor industri
yang sama. Mereka bekerjasama untuk membentuk suatu usaha dalam memenangkan
1
http://kadinss.tripod.com
6
persaingan.
Perusahaan
dalam persaingan
ini biasannya p erusahaan
yang
komplementer. Ketiga, jaringan pelayanan. Pada jaringan ini perusahaan-perusahaan
kecil akan membentuk kelompok yang berkerja sama dalam hal pendanaan untuk
jasa-jasa tertentu, seperti pelatihan karyawan, informasi, informasi teknologi,
manajemen konsultasi, atau jasa konsultasi tenaga ahli. Sehingga akan lebih efisien.
Startegi Pemasaran
Dalam
kegiatan
memasarkan
produknya,
perusahaan
berusaha
mengembangkan suatu strategi pemasaran tertentu untuk dapat mencapai tujuan
perusahaan, serta untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka
panjang. Menurut Tull dan Kahle (dalam Tjiptono, 2001), strategi pemasaran adalah
suatu rencana jangka panjang yang diterapkan perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan pada pasar yang dimasuki dengan mengembangkan daya saing secara
terus menerus dan melayani pasar sasaran tersebut dengan program pemasaran yang
diterapkan.
Sangat penting bagi perusahaan dalam memformulasikan sebuah strategi
pemasaran yang efektif untuk menghadapi pasar global yang kompetitif. Strategi
pemasaran yang dirancang oleh suatu perusahaan menunjukkan tingkat respon
perusahaan terhadap kondisi pasar yang kompetitif (Lee dan David, 2004). Tingkat
pergerakan (turbulances) lingkungan, termasuk perkembangan teknologi yang sangat
7
cepat juga mengharuskan perusahaan membangun kekuatan adaptabilitas dan
kemampuan aksesibilitasnya.
Kekuatan adaptabilitas yang dimaksud adalah
kemampuan seluruh potensi perusahaan untuk sesegera mungkin menyesuaikan diri
dengan kebutuhan dan keinginan (needs and wants), baik konsumen, supplier,
maupun pihak lain yang mempunyai kekuatan pengaruh terhadap pasar.
Keegan (dalam Maulana, 1999) mengusulkan lima alternatif strategi global
dalam kaitannya dengan produk dan promosi. Alternatif pertama adalah strategi
yang dinamakan strategi perluasan langsung (straight extension strategy). Dalam
strategi
ini perusahaan tidak merubah dan tidak melakukan sesuatu yang baru.
Perusahaan sama sekali tidak mengubah produk yang sudah dijualnya di pasar
domestik, dan mempromosikannya ke pasar asing dengan cara promosi yang juga
sudah diterapkannya di pasar domcstik. Alternatif kedua adalah strategi adaptasi
produk (product adaptation). Di sini perusahaan rnengubah produk domestiknya
agar sesuai dengan kondisi dan selera pasar asing yang dituju. Promosi tidak banyak
diubah atau bahkan tidak diubah sama sekali. Alternatif strategi yang ketiga adalah
strategi produk baru (product invention). Perusahaan yang menggunakan strategi ini
mempunyai dua pilihan yaitu backward invention dan forward invention. Yang
pertama adalah yang dinamakan backward invention. Dalam strategi ini sebenarnya
produk suatu perusahaan sudah lama dikenal di negara asalnya, kemudian perusahaan
memperkenalkan produk yang baru bagi pasar lokal yang dituju. Bentuk lain dari
strategi
ini adalah apa yang dinamakan forward invention. Dalam
8
strategi ini
perusahaan membuat produk yang benar-benar baru untuk mernenuhi kebutuhan
pasar setempat. Altematif strategi keempat adalah strategi adaptasi komunikasi
(communication adaptation). Dalam hal ini perusahaan menyesuaikan promosinya
dengan kondisi seternpat. Akhimya, Alternatif strategi yang kelima adalah adaptasi
ganda, di mana perusahaan menyesuaikan baik produk maupun cara promosinya
dengan kondisi setempat.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif.
Menurut Moleong (2004) yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dan lainnya, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah. Sementara itu menurut Azwar (1998) bahwa penelitian kualitatif
lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta
pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan
menggunakan logika ilmiah.
Objek dalam penelitian ini adalah PT.TIMATEX dengan menunjuk informan
untuk diwawancarai yang dinilai layak memberikan informasi menyangkut penelitian
9
ini. Sehingga atas dasar itu kepadanya bisa digali informasi tentang jaringan bisnis
dan strategi memasarkan produk yang dilakukan oleh PT. Tiga Manunggal Synthetic
Industries Salatiga (TIMATEX). Adapun yang menjadi key informan penelitian
adalah Bpk Kuspono selaku Kepala Departemen DPC (Planing Production Control).
Sedangkan untuk validasi data dilakukan trianggulasi dengan mewawancarai pegawai
dan pimpinan dari departemen lain serta melalui observasi lapangan.
Dalam penelitian ini digunakan data primer yaitu data yang didapat langsung
dari objek kemudian dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti (Supramono dan
Sugiarto, 1993). Data primer dalam penelitian ini dipergunakan untuk menjelaskan
jaringan bisnis dan strategi memasarkan produk yang dilakukan oleh PT. Tiga
Manunggal Synthetic Industries Salatiga (TIMATEX). Sumber data primer dalam
penelitian ini adalah Bpk Kuspono selaku Kepala Departemen DPC (Planing
Production Control) TIMATEX.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
cara wawancara mendalam (in-depth interviews), yaitu wawancara yang bebas di
mana peneliti tidak membatasi jawaban dengan menggunakan pedoman wawancara.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan langsung oleh peneliti kepada subyek penelitian (Sugiono,
2005).
Dalam pelaksanaan wawancara menggunakan alat bantu recorder untuk
menyimpan hasil wawancara sehingga dapat diputar kembali. Wawancara mendalam
10
ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai obyek penelitian yang lebih
mendalam dari informan.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
kualitatif yang didasarkan pada pendekatan studi kasus dengan langkah-langkah
analisis
seperti
dikemukakan
menurut
Afriani
(2009).
Pertama,
peneliti
mengorganisir informasi. Kemudian, membaca dan atau mendengarkan keseluruhan
informasi yang didapat dan memberi kode. Kemudian, membuat suatu uraian
terperinci mengenai kasus dan konteksnya. Lalu, peneliti menetapkan pola dan
mencari hubungan antara beberapa kategori. Selanjutnya peneliti melakukan
interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti
maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain. Dan pada ahirnya, peneliti
menyajikan secara naratif.
4. Profil PT Tiga Manunggal Synthetic Industries (TIMATEX) Salatiga
PT. Tiga Manunggal Synthetic Industries atau sering disebut TIMATEX
terletak di wilayah bagian Selatan kota Salatiga. Pemilik TIMATEX adalah The Ning
King, yang berusia 81 tahun. Beliau berasal dari China dan berdomisili di Jakarta.
Pembangunan TIMATEX dimulai pada tahun 1975 diatas tanah seluas 5,6 ha.
Tanggal 17 Januari 1976 perusahaan selesai dibangun dan diresmikan oleh Presiden
Soeharto dan Menteri Perindustrian yang dijabat oleh Bapak M. Yusuf pada 7
11
Agustus 1976. TIMATEX didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 42, Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia No. 64, tanggal 17 Agustus 1975 dan didaftarkan
pada kantor Pengadilan Negri Jakarta dibawah No. 2240.
Sejak bulan diresmikannya, TIMATEX memulai kegiatan produksi untuk
pertama kali. Perusahaan ini berbentuk Perseroan Terbatas dan merupakan Group
Manunggal berstatus PMA (Penanam Modal Asing) yaitu antara perusahaan Jepang
dan Indonesia. Perusahaan tersebut adalah Mitsui Co. Ltd., (perusahaan terbesar di
Jepang saat itu), Ichimura Sangyo Co. Ltd., (perusahaan mesin industri yang dalam
keikutsertaannya menanamkan modal dengan mengirimkan mesin–mesin industri
tekstil kepada TIMATEX dan DAMATEX (Perusahaan Tekstil Indonesia). Adapun
pembagian modal dalam perusahaan tersebut adalah sebagai berikut : Mitsui Co. Ltd
sebesar 60%, Ichimura sangyo Co. Ltd sebesar 5% dan DAMATEX sebesar 35%.
Jenis–jenis kain yang dihasilkan TIMATEX adalah polyester cotton, fancy
yarn, blended yarn, sedangkan anyaman yang dihasilkan amunzen, satin, venetian,
hering, Twill, dobby. Setiap anyaman tersebut dihasilkan dari perpaduan benang
pakan dan benang lusi dengan tiga kriteria yaitu: benang lusi non twisting - benang
pakan twisting (palace); benang lusi twisting - benang pakan non twisting (palace)
dan benang lusi twisting - benang pakan twisting (georgette).
Sistem perencanaan produksi TIMATEX didasarkan pada order pesanan dari
konsumen. Pemasaran produk tekstil TIMATEX ditujukan pada pasar dalam negeri
(Jakarta dan Bandung) dan luar negeri (Timur Tengah, Jepang, Amerika, Australia,
12
Cina, Hongkong, Singapura). Dalam hal penyaluran hasil produksinya, dari awal
produksi sampai tahun 2005 TIMATEX menggunakan saluran distribusi langsung
dan tidak langsung, karena melihat pasar yang dituju dalam negeri dan luar negeri.
Saluran distribusi langsung digunakan untuk pasar luar negeri yaitu dari kantor pusat
di Jakarta yang mencari order dan produksi di pabrik Salatiga, langsung mengirim
order ke konsumen (perusahaan garmen atau pedagang besar) dengan ketentuan yang
diatur dari kantor pusat di Jakarta. Sedangkan saluran d istribusi tidak langsung
digunakan untuk pasar dalam negeri, yaitu melalui PT SUTRATEX, namun karena
pada tahun 2005 PT SUTRATEX tutup, maka saluran distribusi TIMATEX Salatiga
seutuhnya menjadi saluran distribusi langsung yaitu dari kantor pusat di Jakarta.
PT Tiga Manunggal Synthetic Industries (TIMATEX) Salatiga hanya
merupakan salah satu bagian dari keseluruhan bagian yang ada pada TIMATEX yaitu
sebagai pabrik (lokasi yang memproses bahan baku ”benang” menjadi kain). Kantor
pusat berada di Jakarta, Segala keputusan baik jangka pendek maupun jangka panjang
terletak di kantor pusat.
5. Proses Pembentukan Jaringan Bisnis pada PT Tiga Manunggal Synthetic
Industries (TIMATEX) Salatiga
Menghadapi tantangan globalisasi, perusahaan harus diberdayakan agar
mampu bersaing dengan pelaku bisnis lainnya baik dari dalam maupun luar negeri.
Salah satu upaya penguatan daya saing perusahaan adalah melalui pembentukan
13
jaringan bisnis (business networks). Di samping untuk penguatan daya saing, jaringan
bisnis juga bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan ekonomi, efisiensi,
pengelolaan bisnis yang efisien, dan memperluas pangsa pasar.
Menyadari hal
tersebut maka TIMATEX juga membangun suatu jaringan bisnis (business networks).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan disebutkan bahwa ada
beberapa pihak yang terlibat dalam jaringan bisnis TIMATEX. Pihak pertama adalah
pemasok bahan baku, hal ini mengingat bahan baku utama TIMATEX adalah benang.
Dengan demikian,
otomatis pemasok
perusahaan adalah perusahaan
yang
memproduksi benang diantaranya adalah TIFICO, SULINDAFIN, DAMATEX dan
perusahaan lainnya yang dapat memberikan penawaran harga benang yang bersaing.
Pihak kedua yang terlibat adalah dalam jaringan bisnis TIMATEX adalah pemasok
bahan pembantu proses. Pihak ini diperlukan mengingat di TIMATEX terdapat dua
proses yaitu size stuff dan dye stuff.
Size stuff yaitu kegiatan melapisi benang
sehingga benang itu menjadi kuat saat proses penenunan sehingga tidak mudah putus,
tidak mudah pecah dan sebagainya. Pemasok bahan pembantu proses size stuff atau
penganjian ini tidak begitu banyak, hanya ada dua saja yaitu PT Matsumotoyushi
(yang memasok bahan-bahan seperti Efcol, Sizing Wax) dan PT Poly Union
Chemicals (yang memasok Polyvinyl Acrliric JP05). Berikutnya Dye stuff merupakan
chemical untuk proses finishing, yaitu proses persiapan zat warna yang akan
digunakan untuk pencelupan pada kain. Jika zat warna tersebut sesuai maka
selanjutnya digunakan untuk pewarnaan kain. Pemasok bahan pembantu proses dye
14
stuff atau pewarna kain diantaranya adalah: PT Dwikarya (yang memasok
SCWAAT), PT Lasatri (yang memasok SUNMORL dan NEOCRYZTAL) serta PT
Diatron Heris (yang memasok zat pewarna seperti Diasperse Rubine SB). Pihak
ketiga yang terlibat adalah dalam jaringan bisnis TIMATEX adalah para agen sebagai
pembeli atau yang menjualkan produk TIMATEX. Agen-agen yang menjual produk
TIMATEX beberapa diantaranya adalah Teijin, Unico, Kewalram, KG, Allarakia.
Pihak keempat yang terlibat dalam jaringan bisnis TIMATEX adalah perusahaan jasa
pengiriman (transportasi). Pihak ini juga mempunyai peran penting bagi TIMATEX
karena merekalah yang nantinya akan mengirimkan produk TIMATEX ke tujuannya.
Adapun perusahaan jasa pengiriman (transportasi) yang digunakan oleh TIMATEX
diantaranya adalah COBRA, RPE, DHL (untuk domestik ke pelabuhan) dan EMKL
(Ekspedisi Muatan Kapal Laut) untuk pengiriman ke negara tujuan ekspor.
Pihak-pihak yang terlibat dalam jaringan bisnis TIMATEX sebagaimana
disebutkan di atas, ternyata beberapa diantaranya sama dengan jaringan bisnis yang
terbentuk pada bidang usaha berbeda. Sebagai contoh pada pene litian Faidal (2007)
disebutkan bahwa jaringan bisnis pada industri kecil batik di Kabupaten Bangkalan
Madura dibentuk melalui komunitas, pemasok, pelanggan, pesaing, kemitraan,
intensitas dan peluang pasar.
Sehubungan dengan proses pembentukan jaringan bisnis TIMATEX, untuk
membangun jaringan bisnis dengan pihak-pihak yang telah disebutkan di atas maka
yang pertama dilakukan adalah membangun jaringan bisnis dengan agennya terlebih
15
dahulu.
Untuk itu TIMATEX melakukan eksperimen produk yaitu membuat
beberapa contoh produk-produk baru dan selanjutnya produk baru tersebut
ditawarkan ke agen selaku pembeli atau yang menjualkan produk TIMATEX.
Apabila contoh produk itu diminati oleh agen tersebut atau mungkin juga oleh
customer lain, baru kemudian perusahaan akan mengkontak pemasok bahan baku dan
pemasok bahan pembantu untuk mendatangkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
melakukan produksi dalam jumlah tertentu produk eksperimen yang telah disetujui
oleh agen atau customer lain. Setelah selesai diproduksi, kemudian produk-produk
tersebut akan dikirim ke agen atau customer dengan menggunakan jasa pengiriman
yang biasa dipergunakan perusahaan. Untuk pengiriman produk dari TIMATEX ke
pelabuhan domestik (seperti Tanjung Mas atau
Tanjung Priuk)
biasanya
menggunakan jasa pengiriman COBRA, RPE dan DHL. Namun terkadang jika
pengiriman ke pelabuhan domestik harus mendesak dan jumlahnya tidak banyak
maka TIMATEX mengirimkan produk dengan menggunakan jasa transportasi udara
(pesawat) untuk selanjutnya diantarkan ke pelabuhan domestik. Selanjutnya untuk
pengiriman produk dari pelabuhan domestik ke pelabuhan negara tujuan ekspor,
maka TIMATEX menggunakan jasa transportasi (forwarding agent) berupa EMKL
(Ekspedisi Muatan Kapal Laut). EMKL ini tidak saja bertugas mengirimkan produk
TIMATEX tersebut ke pelabuhan negara tujuan ekspor, melainkan mulai dari
pengepakan layak laut (seaworthy packing), pemberian merek sesuai permintaan
pembeli agar memudahkan pembeli dalam mencari produk-produk tersebut di
pelabuhan tujuan serta mencarikan gudang penyimpanan karena sebelum dikapalkan,
16
produk-produk tersebut biasanya di simpan di dalam gudang pelabuhan atau di
terminal peti kemas. Sehubungan dengan pengiriman lewat laut, biasanya produk
tersebut setelah dikepak akan dimasukan dalam peti kemas atau container. EMKL
menyediakan dua pilihan kepada penggunanya apakah mau menggunakan FCL (Full
Container Load) atau LCL (Less than Container Load). FCL umumnya dipilih jika
produk yang dikirim dalam jumlah besar sehingga dalam satu container hanya
berisikan produk dari satu perusahaan, sementara jika ternyata produk yang dikirim
tidak dalam jumlah besar maka dapat memilih LCL dimana dalam satu container
berisikan produk dari beberapa perusahaan dengan tujuan pelabuhan ekspor yang
sama tentunya.
Secara ringkas, pihak-pihak yang terkait dengan proses pembentukan jaringan
bisnis TIMATEX dapat disajikan dalam Tabel 1 berikut ini.
17
Tabel 1. Pihak terkait dengan Proses Pembentukan Jaringan Bisnis TIMATEX
Pihak
Pemasok bahan baku
Deskripsi
Pemasok bahan baku benang diantaranya adalah
TIFICO, SULINDAFIN, DAMATEX dan
perusahaan lainnya yang dapat memberikan
penawaran harga benang yang bersaing
Pemasok bahan pembantu Pemasok bahan pembantu proses size stuff atau
proses
penganjian yaitu PT Matsumotoyushi (yang
memasok bahan-bahan seperti Efcol, Sizing
Wax) dan PT Poly Union Chemicals (yang
memasok Polyvinyl Acrliric JP05)
Pemasok bahan pembantu proses dye stuff atau
pewarna kain diantaranya yaitu PT Dwikarya
(yang memasok SCWAAT), PT Lasatri (yang
memasok SUNMORL dan NEOCRYZTAL)
serta PT Diatron Heris (yang memasok zat
pewarna seperti Diasperse Rubine SB)
Agen
Agen yang menjual produk TIMATEX
diantaranya adalah Teijin, Unico, Kewalram,
KG, Allarakia
Perusahaan jasa pengiriman Perusahaan jasa pengiriman (transportasi) yang
(transportasi)
digunakan adalah COBRA, RPE, DHL (untuk
domestik ke pelabuhan) dan EMKL (Ekspedisi
Muatan Kapal Laut) untuk pengiriman ke negara
tujuan ekspor
Dalam membangun dan menjalin jaringan bisnis dengan pihak-pihak yang
telah disebutkan sebelumnya, tentunya tidak luput dari adanya berbagai kendala yang
dihadapi oleh TIMATEX. Kendala yang berhubungan dengan pihak pemasok bahan
baku diantaranya adalah: Ketersediaan bahan baku di pemasok yang kadang tidak
cukup atau tidak selalu ada saat dibutuhkan perusahaan, padahal ketergantungan
TIMATEX akan pasokan benang sangat tinggi mengingat besarnya skala produksi
TIMATEX; Keterlambatan pengiriman bahan baku benang. Keterlambatan bahan
18
baku jelas akan menganggu proses produksi perusahaan.
TIMATEX sangat
bergantung pada pasokan bahan baku karena perusahaan hanya memproduksi kain
bukan memproduksi benang sehingga ketersediaan bahan baku sangat penting.
Sebenarnya ada dua hal yang menyebabkan bahan baku itu bisa terlambat sampai ke
perusahaan. Pertama, ada masalah di pemasok, misalkan ada mesin mati, mesin
rusak atau overhool dan sebagainya. Kedua, masalah yang biasa terjadi di bisnis yaitu
kadang-kadang keterlambatan pembayaran yang berakibat pemasok menunda
pengiriman barangnya; Harga bahan baku yang tergolong tinggi sedangkan
perusahaan tentunya menghendaki harga bahan baku yang murah; Terkadang
pemasok tidak memiliki bahan baku yang perusahaan kehendaki sebagaimana yang
digunakan pada produk eksperimen. Sementara itu dengan pihak pemasok bahan
pembantu proses, tampak bahwa TIMATEX tidak menghadapi kendala yang berarti
dengan pihak pemasok bahan pembantu proses. Hal ini disebabkan karena bahan
pembantu sifatnya hampir umum, tidak spesifik seperti bahan baku.
Dengan
demikian perusahaan-perusahaan yang menjadi pemasok biasanya selalu memiliki
stok bahan-bahan yang diperlukan perusahaan
Selain menghadapi kendala dengan pihak pemasok, terdapat juga kendala
dengan pihak agen. Beberapa kendala yang dihadapi TIMATEX dengan pihak agen
tersebut diantaranya adalah: kadang-kadang hasil eksperimen atau barang yang
ditawarkan perusahaan spesifikasinya tidak sesuai dengan keinginan pasar; berkaitan
dengan harga produk yang ditawarkan kepada agen yang tidak bisa diterima atau
19
terlalu tinggi; berkaitan dengan waktu pengiriman dimana kadang-kadang agen
meminta waktu pengirmannya yang cepat.
Ada juga kendala yang dihadapi oleh TIMATEX dengan pihak jasa
transportasinya dalam hal ini dengan pihak EMKL.
Biasanya EMKL akan
menginformasikan jadwal closing kapal (batas waktu barang masuk ke kapal) agar
supaya perusahaan tidak mengirimkan barang dalam waktu yang mepet dengan
closing kapal- nya. Hal ini mengingat bahwa EMKL masih harus mengepak dan
menata barang-barang tersebut dalam container, dan ini tentunya juga memerlukan
waktu yang cukup. Namun, umumnya kendala yang dihadapi adalah terkadang
TIMATEX tidak dapat mengirmkan produk sampai tepat waktu yang ditentukan oleh
pihak EMKL. Hal ini terjadi karena ada kendala di proses produksinya seperti
produk gagal, atau jumlah yang kurang sesuai dengan jumlah pesanan pembeli.
Sehingga butuh tambahan waktu di bagian proses produksinya yang tentu akan
berdampak pada terlambatnya pengiriman barang ke pelabuhan.
Kendala-kendala yang dihadapi TIMATEX dengan pihak-pihak yang terlibat
dalam jaringan bisnisnya, sesungguhnya dapat terjadi juga pada pelaku-pelaku bisnis
lainnya. Sebagai contoh, berdasarkan penelitian Sulistyawan (2012) diketahui bahwa
kendala-kendala yang dihadapi oleh perusahaan Dewangga Furniture Gatak
Sukoharjo diantaranya adalah: permasalahan dana/modal, kelangkaan bahan baku,
persaingan dan proteksi yang diterapkan di negara tujuan. Dalam penelitian ini
nampak bahwa kendala selalu muncul dalam setiap aktivitas yang dilakukan dalam
20
jaringan bisnis, hanya saja bentuk kendalanya yang berbeda-beda. Untuk perusahaan
dengan skala usaha besar seperti TIMATEX, masalah ketersediaan pasokan adalah
hal yang terpenting untuk keberlangsungan proses produksi. Sehingga pemilihan
pemasok harus dipilih dengan berbagai pertimbangan matang.
Mencermati berbagai kendala yang ada tersebut maka TIMATEX telah
berupaya untuk mengatasinya. Adapun upaya- upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kendala dengan pihak pemasok antara lain: terkait dengan ketersediaan bahan baku,
maka TIMATEX akan mencari alternatif-alternatif atau bahan baku benang dari
pemasok lainnya; terkait dengan keterlambatan pengiriman, maka perwakilan
TIMATEX biasanya melakukan kunjungan ke pemasok tersebut. Selain untuk bisa
saling kenal dengan pekerja atau orang-orang yang mengurusi hal itu (pengiriman
barang), disamping itu TIMATEX juga akan melihat mengetahui kapasitas produksi
dari pemasok, TIMATEX juga bisa melihat produk-produk spesialis pemasok
sehingga dengan demikian TIMATEX akan bisa lebih ta hu dan bisa mengira- ngira
jenis apa saja yang bisa dikembangkan atau diorderkan oleh TIMATEX, disamping
itu juga TIMATEX dapat memberi masukan- masukan mengenai benang yang sudah
dibeli; Berhubungan dengan persoalan pembayaran, TIMATEX berupaya agar
pembayaran dapat selalu sesuai dengan kesepakatan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
Untuk
mengantisipasi keterlambatan,
TIMATEX juga dalam
melakukan order pembelian bahan baku benang tidak saja untuk satu bulan tapi
meminta pengiriman bahan baku benang untuk tiga bulan, jadi misalkan TIMATEX
21
melakukan order pada bulan Juni, order tersebut sudah termasuk order untuk bulan
Juli, Agustus, September, sehingga perusahaan pemasok juga bisa menyiapkannya
jauh-jauh hari sebelumnya sehingga tidak akan terlambat dikirim. Benang-benang
yang diorder dengan cara seperti itu adalah benang-benang yang rutin dipakai untuk
proses produksi atau yang kainnya banyak dibeli konsumen; Untuk masalah yang
terkait dengan tingginya harga bahan baku benang, maka TIMATEX mencari
pemasok lain yang bisa memberikan penawaran harga bahan baku benang yang lebih
murah; Sedangkan untuk masalah yang terkait dengan pemasok yang tidak memiliki
bahan baku yang dibutuhkan TIMATEX, maka solusinya adalah dengan mencari
material pengganti yang sifatnya hampir mirip atau similar dengan yang bahan yang
dipakai untuk produk yang dieksperimenkan.
Sementara itu, upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dengan
pihak agen antara lain: terkait dengan hasil eksperimen barang yang tidak sesuai
dengan keinginan pasar, maka solusi yang diambil adalah TIMATEX melakukan
eksperimen ulang atau tes ulang kemudian ditawarkan kembali kepada agen yang
memasarkan produk TIMATEX; terkait dengan harga produk, TIMATEX mencoba
melakukan eksperimen ulang dengan menurunkan beberapa cost produksi misalkan
harga benang dicari yang murah sehingga harga produk bisa lebih murah; terkait
dengan waktu pengiriman, maka TIMATEX mencoba untuk melakukan negosiasi,
misalkan jika agen meminta satu bulan padahal standart TIMATEX adalah 75 hari
maka TIMATEX akan memberikan penawaran misalnya diselesaikan dalam tempo
60 hari.
22
Selanjutnya, terkait dengan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala
dengan pihak jasa transportasi dalam hal ini EMKL adalah menginformasikan
sesegera mungkin perihal keterlambatan pengiriman akibat kendala di proses
produksinya, dan agar supaya barang tetap bisa dikirim oleh EMKL dengan closing
kapal yang mepet tersebut maka TIMATEX akan memberikan fee atau istilah mereka
“tembak closing”. Dengan cara ini maka container yang berisi barang TIMATEX
bisa masuk kapal untuk selanjutnya dikirim ke pelabuhan negara tujuan.
Dalam menjalankan bisnisnya, TIMATEX mempunyai pesaing-pesaing, baik
itu pesaing yang berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Adapun pesaing
TIMATEX dari luar negeri berasal dari negara Korea, China, dan Jepang. Sementara
pesaing TIMATEX dari dalam negeri diantaranya: DEWA SUTRA, GISTEX,
PANASIA, dan DALIATEX yang mana semuanya berlokasi di Bandung. Khusus
pesaing yang berada di dalam negeri, memang hanya ada pesaing perusa haan yang
beroperasi di Bandung Jawa Barat. Hal ini disebabkan karena hanya perusahaan
tekstil di Bandung saja yang juga memproduksi kain synthetic seperti misalnya
jetblack, cordline, dan school uniform yang juga diproduksi oleh TIMATEX.
Sedangkan perusahaan-perusahaan tekstil yang ada di Jawa Tengah umumnya
memproduksi kain serat alam seperti cotton dan jeans. TIMATEX tidak menjalin
hubungan bisnis dengan para pesaing-pesaing tersebut baik itu yang berada di luar
negeri maupun yang ada di dalam negeri. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan
besar tidak membutuhkan kerjasama dengan perusahaan lain sejenis terutama untuk
pemenuhan produk karena mereka telah memiliki kapasitas produksi yang besar.
23
Selain pihak-pihak terkait sebagaimana yang telah diuraikan di atas,
TIMATEX juga menjalin hubungan kerja dengan beberapa instansi pemerintahaan
seperti misalnya dengan Departemen Tenaga Kerja (Depnaker), Departemen
Lingkungan Hidup (DLH) dan Pemerintahan kota Salatiga (Pemkot Salatiga).
Hubungan antara TIMATEX dengan Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) adalah terkait
dengan hal- hal menyangkut karyawan seperti pendataan karyawan ke Disnaker,
pengurusan masalah upah tenaga kerja dan kesejahteraan karyawan hingga terkait
dengan pemutusan hubungan kerja. Dengan demikian pihak perusahaan akan selalu
berkoordinasi dengan Disnaker setiap ada penambahan karyawan baru untuk di data
dan atau jika ada pemutusan hubungan kerja.
Hubungan antara TIMATEX dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) adalah
terkait dengan hal-hal menyangkut surat ijin gangguan dan biasa juga disebut HO
(Hinderordonnantie) yaitu surat keterangan yang menyatakan tidak adanya keberatan
dan gangguan atas lokasi usaha yang dijalankan oleh suatu kegiatan usaha di suatu
tempat. Surat ijin gangguan wajib di miliki bagi pengusaha atau badan usaha yang
akan menjalankan usahanya di suatu daerah dan juga sebagai syarat untuk
mendapatkan surat ijin usaha lainnya.
Biasanya untuk mendapatkan surat ijin
gangguan ini, perusahaan tidak mencemari lingkungan dan atau tidak ada dampak
negatif terhadap lingkungan dari usaha yang dilakukan. Untuk perusahaan seperti
TIMATEX, dampak terbesar bagi lingkungan adalah adanya limbah yang dihasilkan
dari proses produksi. Oleh karena itu TIMATEX perlu mendapatkan rekomendasi
limbah dari Badan Pengendalian Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPPLH) terkait
24
penanganan dan pembuangan limbah yang harus memenuhi standart yang ditentukan.
Hal ini mengingat limbah yang dihasilkan dari proses produksi TIMATEX
mengandung zat- zat kimia yang jika penangannya tidak tepat dapat memberikan
dampak negatif bagi lingkungan sekitar perusahaan berada. Perijinan lainnya yang
terkait dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) adalah ijin pengeboran air, karena
TIMATEX memerlukan dukungan sumber air yang mencukupi untuk kegiatan
produksinya.
Sedangkan hubungan antara TIMATEX dengan Pemerintahan kota
Salatiga (Pemkot Salatiga) adalah terkait dengan hal- hal menyangkut perijinan seperti
ijin mendirikan bangunan dan ijin usaha.
Dalam menjalin hubungan kerja dengan ketiga instansi pemerintah tersebut di
atas, TIMATEX tidak menghadapi kendala yang berarti. Hal ini disebabkan karena
hubungan dengan instansi- instansi tersebut sifatnya ketaatan dalam arti TIMATEX
mentaati atau mengikuti semua peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi- instansi
terkait tersebut.
Namun terkadang yang menjadi kendala adalah terkait dengan
manajemen pengelolaan limbah yang tentunya berhubungan dengan Dinas
Lingkungan Hidup.
TIMATEX tentunya selalu berusaha agar limbah yang
dihasilkan dari proses produksi bisa dikelola dengan baik, namun ini tidak berarti
bahwa perusahaan tidak pernah mengalami “insiden” yang merugikan warga sekitar
perusahaan berada akibat limbah dari perusahaan. Dengan kata lain faktor limbah ini
memang naik turun jadi kadang-kadang perusahaan baik dalam pengelolaan
limbahnya namun terkadang juga bisa kurang baik dan semuanya ini harus
25
dikomunikasikan ke Dinas Lingkungan Hidup. Namun pada prinsipnya TIMATEX
selalu berupaya untuk mengolah limbah itu menjadi lebih baik.
Pernah terjadi dimana limbah cair TIMATEX mengeluarkan bau tidak enak
akibat adanya kerusakan di proses pengolahan limbah cair. Akibat dari kejadian
tersebut membuat banyak warga sekitar TIMATEX melakukan protes.
Menyikapi
hal itu maka bagian HRD dan UPL TIMATEX melakukan pendekatan dengan warga,
karena sifat bau itu sementara sehingga perusahaan hanya memberikan pewangi atau
pengharum ruangan saja kepada warga untuk mengurangi bau itu, serta melakukan
perbaikan pada bagian-bagian yang menimbulkan kerusakan di proses pengolahan
limbah cair tersebut.
Hubungan dengan pihak-pihak terkait dalam menjalankan usaha juga
dilakukan oleh TIMATEX dengan lembaga-lembaga keuangan dalam hal ini dengan
pihak bank dan pihak koperasi. Sehubungan dengan pihak bank, disini bank berperan
dalam hal mengelola pembayaran gaji karyawan.
Pembayaran gaji karyawan
dilakukan melalui transfer antar rekening dimana bank yang ditunjuk adalah Bank
Mandiri. Sementara itu hubungan dengan pihak koperasi, yang dimaksud disini
adalah koperasi yang didirikan oleh karyawan TIMATEX itu sendiri. Koperasi yang
didirikan oleh para karyawan tersebut berupa koperasi yang menjual berbagai
kebutuhan hidup. Karyawan dapat melakukan pembelian dengan cara kredit. Karena
pembelian dilakukan dengan cara kredit maka tidak menutup kemungkinan ada
karyawan yang kesulitan dalam membayar atau melunasi kredit barang tersebut.
26
Disinilah pihak perusahaan akan menjadi jembatan jika karyawan mempunyai
masalah dengan pihak koperasi seperti tunggakan atas pembelian barang secara kredit
dari koperasi.
Bentuk hubungannya adalah perusahaan akan memotong gaji
karyawan untuk selanjutnya dialihkan ke koperasi guna menutupi tunggakan
karyawan yang bersangkutan.
Untuk menunjang kegiatan bisnis, TIMATEX juga memanfaatkan kemajuan
teknologi internet. Oleh karena itu maka TIMATEX memasang jaringan internet di
dalam lingkup perusahaan. Penggunaan internet ini lebih ditujukan untuk sarana
komunikasi dengan pihak-pihak terkait seperti dengan kantor pusat di Jakarta, para
agen dan pemasok bahan baku dan bahan pembantu. Komunikasi yang dilakukan
hanya melalui layanan email. Satu hal yang perlu dikemukakan disini adalah bahwa
penggunaan internet oleh TIMATEX tidak terkait untuk keperluan promosi, karena
promosi dilakukan secara langsung dengan pihak agen yang menjadi patner
perusahaan.
6. Strategi Memasarkan Produk pada PT Tiga Manunggal Synthetic Industries
(TIMATEX) Salatiga
Telah disebutkan sebelumnya bahwa pembeli produk TIMATEX adalah para
agen yang berada di luar negeri.
Oleh karena itu dalam kegiatan memasarkan
produknya, TIMATEX melakukan apa yang disebut dengan business trip yaitu
perjalanan bisnis yang dilakukan oleh perwakilan dari perusahaan ke negara-negara
27
yang biasanya menjadi pusat perdagangan tekstil dunia seperti misalnya di Timur
Tengah. Tujuan dilakukannya business trip adalah untuk mendapatkan pelangganpelanggan baru.
Sebelum melakukan kegiatan business trip, maka di bagian marketing
TIMATEX akan diadakan rapat guna membahas segala hal yang berhubungan
dengan kegiatan ini, diantaranya mengenai negara (kota) tujuan, sampel dan katalog
(booklet) produk yang akan dibawa untuk diperlihatkan kepada calon pelanggan,
waktu pelaksanaan business trip, transportasi dan akomodasi untuk menunjang
kegiatan business trip, dan hal- hal lain penting lainnya.
Kegiatan business trip TIMATEX tersebut ada yang dilakukan secara rutin
tiap dua bulan sekali ataupun pada saat atau musim tertentu seperti misalnya pada
saat akhir tahun maupun sebelum hari raya haji di Timur Tengah. Kegiatan business
trip yang dilakukan pada saat akhir tahun, itu ditujukan untuk merespon tingginya
permintaan kain bagi keperluan seragam sekolah di tahun ajaran baru, sementara itu
kegiatan yang dilakukan sebelum hari raya haji ditujukan untuk merespon tingginya
permintaan kain pada saat hari raya haji.
Saat bertemu dengan calon pembeli (agen), perwakilan dari TIMATEX akan
mempersentasikan serta memperlihatkan sampel kain dan katalog (booklet) produk
yang mana di dalamnya berisikan potongan-potongan kain dengan model terbaru
yang dikembangkan oleh TIMATEX. Penggunaan katalog dan sampel kain ini saling
28
melengkapi sebagai media dalam memasarkan produk kepada calon pembeli (agen).
Hal ini mengingat terkadang ada calon pembeli (agen) yang tidak akan sekedar
melihat tapi ia akan memegang sampel kain tersebut. Sehingga dengan ia memegang
sampel kain secara langsung maka ia bisa merasakan seperti apa keras lembutnya,
tebal tipisnya sampel kain tersebut disamping melihat motifnya.
Dalam pelaksanaannya, tidak setiap kali mengadakan business trip pasti
perusahaan mendapatkan pelanggan baru. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa
alasan diantaranya: calon pembeli (agen) kurang berminat dengan sampel bahan kain
serta motif yang ditawarkan TIMATEX, sampel bahan kain atau motif yang
ditawarkan ternyata ada yang sudah berada di pasaran, calon pembeli (agen) tertentu
tidak menghendaki jika baik kain atau motif atau kedua-duanya itu juga ditawarkan
kepada calon pembeli (agen) lainnya jika ia berniat membeli produk TIMATEX. Hal
ini karena ia ingin menjadi penjual tunggal produk TIMATEX untuk jenis kain atau
motif yang dipilihnya.
Meskipun tidak mendapatkan pelanggan baru, namun setidaknya dari kegiatan
business trip pasti akan memberikan banyak informasi yang diperlukan oleh
TIMATEX untuk mengembangkan produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan
pasar. Dalam kasus dimana calon pembeli (agen) yang kurang berminat dengan
sampel kain dan motif dari TIMATEX, maka perusahaan dapat sa ja meminta input
atau masukan tentang kain atau motif seperti apa yang dikehendaki calon pembeli
(agen) tersebut, dan nantinya ketika kembali pulang dari business trip maka
29
TIMATEX dapat melakukan eksperimen ulang terhadap produknya berdasarkan
input atau masukan yang diperoleh dari calon pembeli (agen) untuk selanjutnya
ditawarkan ulang kepada calon pembeli (agen) tersebut.
Kegiatan business trip yang dilakukan oleh TIMATEX dalam memasarkan
produknya jika mengacu pada pilihan strategi global sebagaimana dikemukakan oleh
Keegan (dalam Maulana, 1999), maka bisa dikatakan termasuk dalam kategori
adaptasi
ganda,
di
mana
perusahaan menyesuaikan baik produk maupun
promosinya dengan kondisi setempat.
7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan. Ada dua hal yang dapat disimpulkan yaitu terkait dengan proses
pembentukan jaringan bisnis serta strategi pemasaran produk yang dilakukan oleh
PT. Tiga Manunggal Synthetic Industries Salatiga (TIMATEX).
Proses pembentukan jaringan bisnis TIMATEX dimulai dari membangun
jaringan bisnis dengan agennya seperti Teijin, UNICO, Kewalram, KG, dan Allarakia
untuk menmperoleh kesepakatan produk yang diminati agen. Contoh produk yang
diminati oleh agen selanjutnya diproduksi dalam jumlah tertentu.
diperlukan
pihak
pemasok
bahan baku benang
(TIFICO,
Untuk itu
SULINDAFIN,
DAMATEX) dan pemasok bahan pembantu proses (PT Matsumotoyushi, PT Poly
30
Union Chemicals, PT Dwikarya dan PT Diatron Heris) untuk mendatangkan bahanbahan guna proses produksi. Produk yang selesai diproduksi, kemudian dikirim ke
agen dengan menggunakan jasa pengiriman meliputi COBRA, RPE, DHL (untuk
domestik ke pelabuhan) dan EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) untuk
pengiriman ke negara tujuan ekspor. Selain pihak-pihak terkait di atas, TIMATEX
juga menjalin hubungan kerja dengan beberapa instansi pemerintahaan seperti
misalnya dengan Departemen Tenaga Kerja (Depnaker), Departemen Lingkungan
Hidup (DLH) dan Pemerintahan kota Salatiga (Pemkot Salatiga).
Strategi pemasaran produk yang dilakukan oleh PT. Tiga Manunggal
Synthetic Industries Salatiga (TIMATEX) berupa strategi adaptasi ganda, di mana
perusahaan menyesuaikan baik produk maupun
promosinya dengan kondisi
setempat.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu bahwa hasil penelitian ini tidak bisa
untuk digeneralisasikan karena menggunakan pendekatan studi kasus, dalam hal ini
kasus pada satu perusahaan saja.
31
Usulan Penelitian Mendatang
Penelitian ini dapat dikembangkan lagi oleh calon peneliti berikutnya dengan
memperhatikan keterbatasan penelitian ini. Untuk itu maka ada beberapa usulan
penelitian mendatang. Pertama, melakukan kajian dengan tema yang sama namun
jumlah kasus diperbanyak, dan dalam satu industri yang sama misalnya dalam
industri tekstil. Dengan melakukan kajian pada beberapa perusahaan dalam satu
industri, nantinya bisa dibuat suatu simpulan secara umum tentang proses
pembentukan jaringan bisnis serta strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan
tekstil. Kedua, melakukan kajian dengan tema yang sama dengan mengambil kasus
perusahaan dari industri yang berbeda, sehingga nantina bisa diketahuai adanya
persamaan dan atau perbedaan proses pembentukan jaringan bisnis serta strategi
pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan dilihat dari tipe atau jenis industrinya.
Daftar Pustaka
Afriani, Iyan., 2009. Metode Penelitian Kualitatif. http://www.penalaran-unm.org.
Azwar, Saifuddin., 1998. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cravens, David W., 1999. Pe masaran Strategis. Erlangga, Jakarta.
32
Dipta, I Wayan., 2002. Membangun Jaringan Usaha Bagi Usaha Kecil Menengah.
http://www.smecda.com
Faidal, 2007. Kontribusi Jaringan Bis nis (Network) terhadap Kinerja Industri
Kecil Batik di Kabupaten Bangkalan Madura. Jurnal Studi Manajemen
Vol 1 No 2 Oktober.
Harjati, Lily., 2003. Tidak Cukup Hanya Kepuasan Pelanggan Diperlukan Nilai
Pelanggan untuk Survival, Jurnal Ekonomi Perusahaan STIE IBIE Jakarta
Vol 10 No 1.
Kertajaya, Hermawan., 2000. Marketing Plus 2000 Siasat Memenangkan
Persaingan Global. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lee, Chol dan David A. Griffith., 2004. The Marketing Strategy-Performance
Relationship in an Export-Driven Developing Economy. International
Marketing Review.
Lubis, Arlina Nurbaity., 2004. Strategi Pemasaran dalam Persaingan Bisnis.
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Maulana, Agus., 1999. Strategi Pemasaran Global. Agrimedia Vol 5 No 3
November.
Moleong, Lexy J., 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung
Porter, Michael., 1997. Keunggulan Bersaing. Binarupa Aksara, Jakarta.
33
Rismiati dan Ig. Bondan Suratno, 2001. Pemasaran Barang dan Jasa, Kanisius,
Yogyakarta
Sato, Y., 2000. Linkage Formation By Small Firms: The Case of Rural Cluster in
Indonesia. Bulletin of Economics Studies Vol 36 No 1.
Simamora, Henry., 2000. Manaje men Pemasaran Inte rnasional. Salemba Empat,
Jakarta
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Jakarta.
Sulistyawan, Arif., 2012. Strategi Pemasaran Usaha Industri Kerajinan Rotan
dalam Menembus Pasar Inte rnasional (Studi Kasus pada Dewangga
Furniture Gatak Sukoharjo). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah, Surakarta (dipublikasikan)
Supramono dan Sugiarto., 1993. Statistika. Andi Offset, Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy., 2001. Strategi Pe masaran. Andi Offset, Yogyakarta
34
Download