11 BAB III. KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO 3.1. Letak Daerah Penelitian Sorowako merupakan daerah yang dikelilingi oleh tiga buah danau, yaitu Danau Matano, Danau Towuti dan Danau Mahalona. Sorowako terletak sekitar 60 km sebelah Timur laut Kota Malili, dari Ibukota Kabupaten (Palopo) ± 245 km, sedangkan dari Makassar ± 720 km. Secara administrasi Sorowako terletak di Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. PT. INCO Sorowako mempunyai wilayah kontrak karya seluas 218.529,01 Ha. Topografi daerah penambangan berupa perbukitan dengan ketinggian antara 400-800 m di atas permukaan laut. Vegetasi yang ada adalah tumbuhan tropis berupa semak belukar, tanaman perdu dan hutan yang ditumbuhi pepohonan berdiameter antara 10 - 40 cm (Primanda, 2008). 3.2. Iklim Data iklim yang diperoleh dari PT. INCO dan stasiun-stasiun pengamatan cuaca PT. INCO disajikan pada Tabel Lampiran 1. Dari tabel terlihat bahwa umumnya di lokasi PT. INCO terjadi hujan sepanjang tahun. Musim hujan umumnya terjadi pada bulan Januari sampai Mei, dimana pada bulan-bulan tersebut curah hujan > 200 mm perbulan, sedangkan bulan-bulan kering, dimana curah hujan < 100 mm perbulan umumnya terjadi pada bulan Juni sampai Desember. Curah hujan bulanan selama periode tahun 1996 sampai 2006 berkisar antara 12 mm (Agustus 1997) sampai 485 mm (April 2005). Curah hujan tahun yang terjadi di areal PT. INCO berkisar antara 1.857–3.568 mm, curah hujan tahunan terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 1.857 mm dan tertinggi pada tahun 2005 sebesar 3.568 mm. Curah hujan di areal studi PT. INCO menurut klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson didasarkan pada bulan kering dan bulan basah, dengan cara membandingkan rata-rata total bulan kering dan rata-rata total bulan basah. Dari perhitungan diperoleh bahwa nilai Q berkisar antara 0.143–0.333, oleh karena itu lokasi studi digolongkan kedalam daerah dengan tipe iklim B (Basah) (Bangun, 2007). 12 3.3. Kontrak Kerja Secara umum wilayah kontrak karya PT. INCO dibagi dalam tiga kategori, yaitu: 1) Lokasi Sorowako Project Area (SPA), dengan luas daerah sekitar 10.010,22 Ha 2) Lokasi Sorowako Outer Area (SOA), dengan luas daerah sekitar 108.377,25 Ha, meliputi daerah Lingke, Lengkobale, Lasobonti, Lambatu, Tanamalia, Lingkona, Lampenisu, Lampesue, Petea, Topemanu, Tanah Merah, Nuha, Matano, Larona, dan Malili 3) Lokasi Sulawesi Coastal Deposite (SCD), dengan luas daerah sekitar 100.141,54 Ha, meliputi daerah Bahodopi, Kolonedale (Sulawesi Tengah) dan daerah Latao, Sua-Sua, Pao-Pao, Pomalaa, Malapulu, Torobulu, Lasolo serta Matarape (Sultra). Daerah Sorowako Project Area (SPA) yang terdiri dari daerah Blok Timur (East Block) dan Blok Barat (West Block), lokasinya dipisahkan oleh pabrik (Plant Site) dan secara umum berbatasan dengan: • Bagian Utara dengan Desa Nuha dan Danau Matano • Bagian Timur dengan Danau Mahalona • Bagian Selatan dengan Desa Wawondula Kecamatan Towuti • Bagian Barat dengan Desa Wasuponda Kecamatan Nuha (Akbar, 2007 dalam Prasetiyo, 2008). 3.4. Deposit Nikel Laterit Sorowako Bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya di daerah Sorowako termasuk ke dalam jenis laterit nikel dan bijih nikel silikat (garnierit). Bijih nikel tersebut terbentuk akibat pelapukan dan pelindian (leaching) batuan ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit. Namun berdasarkan ciri fisik dan kimiawinya, endapan nikel laterit di Sorowako dapat dibagi menjadi dua, yaitu Blok Barat (West Block) dan Blok Timur (East Block) yang berbeda satu sama lainnya (Gambar 1) (Primanda, 2007). 13 West Block Unserpentinized 0 Iron cap Depth (m) 5 10 East Block Serpentinized Limonite Overburden Limonite Ore 15 Saprolit Ore 20 Bedrock Gambar 1. Profil endapan nikel laterit wilayah Sorowako (After Osborne, 1996) Penampang lapisan bijih laterit nikel daerah Sorowako dapat digambarkan sebagai berikut : 1) Lapisan Tanah Penutup (Over Burden) Lapisan ini terletak di bagian atas permukaan, lunak dan berwarna coklat kemerahan hingga gelap dengan kadar air antara 25% sampai 35%, kadar nikel 1,3% dan di permukaan atas dijumpai lapisan iron capping. Lapisan ini mempunyai ketebalan berkisar antara 1 - 12 meter. 2) Lapisan Limonit berkadar menengah (Medium Grade Limonit) Lapisan ini terletak di bawah lapisan tanah penutup, berwarna kuning kecoklatan, agak lunak, berkadar air antara 30% - 40%, kadar nikel 1,5%, Fe 44%, MgO 3%, SiO2%. Lapisan ini mempunyai ketebalan rata-rata 3 meter. 3) Lapisan Bijih (Ore) Lapisan ini merupakan hasil pelapukan batuan peridotit, berwarna kuning kecoklatan sedikit kemerahan, terletak di bagian bawah dari lapisan limonite berkadar menengah, dengan ketebalan rata-rata 7 meter. Lapisan ini terdapat bersama batuan yang keras atau rapuh dan sebagian saprolite. Kadar Ni 1,85%, Fe 16%, MgO 25%, SiO2 35%. Lapisan ini merupakan lapisan yang bernilai ekonomis untuk ditambang sebagai bijih. 14 4) Lapisan Batuan Dasar (Bed Rock/Blue Zone) Lapisan ini merupakan batuan peridotit sesar yang tidak atau belum mengalami pelapukan dengan kadar Ni 1,3%. Pada umumnya batuan ini berupa bongkah-bongkah massive, berwarna kuning pucat sampai abu-abu kehijauan. Secara lokal batuan dasar ini disebut Blue Zone (Akbar, 2007 dalam Prasetiyo, 2008). 3.5. Proses Penambangan Nikel PT. INCO Operasi penambangan nikel PT. INCO di Sorowako digolongkan sebagai tambang terbuka dengan tahapan sebagai berikut : 1. Pemboran Dilakukan pada jarak spasi 25-50 meter untuk mengambil sampel batuan dan tanah guna mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut. 2. Pembersihan Lahan (land clearing) Pembersihan tanaman dan pepohonan dilakukan menggunakan buldozer. Pohonpohon tersebut dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan. Untuk hal ini, PT. INCO membayar royalti sebagai biaya pengganti. 3. Stripping Pengupasan pada lapisan tanah penutup yang disebut over burden setebal 10–20 meter. Tanah ini kemudian diangkut dan disimpan di tempat penimbunan/dispossal ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna tambang sebagai tanah dasar untuk tanaman penghijauan. Hal ini bagian dari proses revegetasi yang harus dilakukan setelah penambangan selesai dilakukan. 4. Penggalian / Penambangan Pada tahap ini dilakukan pengambilan tanah setebal 5-10 meter yang mengandung bijih nikel yang berkadar sedang hingga tinggi yang ekonomis untuk ditambang. Bijih nikel kadar sedang dengan kadar nikel 1-1.5% diangkut dan disimpan sementara di tempat tertentu. Sedangkan bijih nikel kadar tinggi disimpan pada daerah east block untuk bijih dengan rata-rata kandungan nikel sebesar 1.8 % dan 15 west block bijih dengan rata-rata kandungan nikel sebesar 2.1%. Bijih nikel tersebut kemudian diangkut ke tempat penyaring bijih (screening station). 5. Pemisahan (screening) Batuan dengan fraksi yang berbeda dipisahkan, hasil akhirnya siap dikonsumsi pabrik, diangkut dan dikirim ke pabrik ataupun ditimbun pada lokasi penimbunan bijih basah (ore stockpile). 6. Penghijauan Penanaman kembali lahan-lahan purna tambang perlu dilakukan. Dengan metode open cast mining yang dilakukan sekarang, material dari daerah bukaan baru, dibawa dan ditimbun ke daerah purna tambang, untuk selanjutnya dilakukan landscaping, pelapisan dengan lapisan tanah pucuk, pekerjaan terasering dan pengelolaan drainase sebelum proses penghijauan/penanaman ulang dilakukan. Secara lebih ringkas, proses penambangan tersebut dapat dilihat pada diagram berikut : Gambar 2. Tahapan kegiatan penambangan bijih nikel PT. INCO