IDENTIFIKASI SEBAAN NIKEL LATERIT DAN VOLUME BIJIH NIKEL DAERAH ANOA MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR Eltrit Bima Fitrian*, Dr.Muh.Altin Massinai.MT.Surv, Dra.Maria,M.Si Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN Identifikasi sebaran nikel laterit dan perhitungan volume bijih nikel merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui luas penyebaran dan seberapa besar cadangan bijih nikel yang terdapat pada daerah Anoa sehingga dapat dilakukan eksplorasi lanjut secara komersial. Identifikasi penyebaran nikel laterit menggunakan korelasi data bor, kemudian diolah oleh Software ArGcis 9.3 dan Surpac 6.1.2 sedangkan perhitungan volume bijih nikel menggunakan metode Area Of Influence (Daerah Pengaruh). Penyebaran kadar Ni dipengaruhi oleh bentuk topografi dan kemiringan lereng sedangkan hasil perhitungan volume bijih nikel yang diperoleh adalah sebesar 2.913.682 m3. Kata Kunci : Distribusi sebaran nikel laterit, menghitung volume bijih nikel, daerah Anoa, ArGcis 9.3, Surpac 6.1.2, metode daerah pengaruh. I.PENDAHULUAN laterit Sorowako di Sulawesi Selatan Indonesia merupakan negara penghasil merupakan sumber utama logam nikel nikel terbesar kedua dunia setelah di Indonesia yang telah di tambang dan Rusia yang memberikan sumbangan diolah dengan menggunakan teknik sekitar 15% dari jumlah produksi nikel peleburan konvensional oleh PT.Vale dunia pada tahun 2010. Salah satu Indonesia. Identifikasi sebaran nikel daerah penghasil nikel terbesar di laterit sangat penting untuk diketahui Indonesia daerah agar mempermudah proses eksplorasi Sorowako, Sulawesi Selatan. Endapan lanjut secara komersial dari suatu berada pada endapan. Untuk memperoleh 1. Mandala Geologi Sulawesi Barat, keakuratan dalam penentuan sebaran dicirikan nikel laterit ini, maka diperlukan suatu gunungapi Paleogen. parameter di lapangan seperti korelasi data bor. Hal tersebutlah 2. Intrusi oleh Neogen adanya dan jalur sedimen yang Mesozoikum. Mandala Geologi untuk Sulawesi Timur, dicirikan oleh dengan batuan Ofiolit yang berupa batuan mengambil studi kasus pada daerah ultramafik peridotite, harzburgit, wilayah tambang PT.Vale Indonesia dunit, piroksenit dan serpintit yang berada di daerah Sorowako, yang diperkirakan berumur kapur. melatarbelakangi melakukan penulis penelitian ini Sulawesi Selatan. 3. Mandala Geologi Banggai Sula, II.GEOLOGI REGIONAL dicirkan oleh batuan dasar berupa Pulau Sulawesi dan sekitarnya terdiri batuan metamorf Permo-Karbon, dari 3 Mandala Geologi, yaitu : batuan plutonik yang bersifat granitis berumur Trias dan batuan sedimen Gambar.2.1 Peta Satuan Litotektonik Sulawesi (Syafrizal dkk,2011) Mesozoikum. III.NIKEL LATERIT Nikel laterit pelapukan IV.GENESA ENDAPAN NIKEL adalah produk residual kimia pada batuan ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik permukaan tersingkap bumi (Syafrizal di dkk, 2011). Logam nikel banyak dimanfaatkan untuk pembuatan baja tahan karat (stainless steel). Nikel merupakan logam berwarna kelabu perak yang memiliki sifat fisik antara lain : 1. Kekuatan dan kekerasan nikel menyerupai kekuatan dan kekerasan besi. 2. Mempunyai sifat daya tahan terhadap karat dan korosi 3. LATERIT Proses pelapukan dimulai pada batuan peridotit. Batuan mengandung ini olivine, banyak magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya mengandung 0.30% nikel (Sundari, 2012). Air tanah yang kaya akan CO2, berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan menghancurkan olivine. Penguraian olivine, magnesium silika dan besi silika ke dalam larutan cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel-partikel silika. Di dalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferrihidroksida. Pada udara terbuka memiliki sifat Endapan yang lebih stabil daripada besi. menjadi reaktif terhadap air, sehingga istilah Laterit berasal dari bahasa latin yaitu later, yang artinya bata (membentuk bongkah-bongkah yang tersusun seperti bata yang berwarna merah bata). (Guilbert, 1986). ferrihidroksida ini akan kandungan air pada endapan tersebut akan menjadi mengubah ferrihidroksida mineral-mineral seperti goethite (FeO(OH)), hematit (Fe2O3) dan cobalt. Mineral-mineral tersebut sering dikenal sebagai “besi karat”. Endapan ini akan terakumulasi dekat ini berlangsung terus menerus, maka dengan permukaan tanah, sedangkan yang magnesium, nikel dan silika akan tetap pengkayaan supergen tertinggal enrichment). Zona di dalam larutan dan akan terjadi adalah proses (supergen pengkayaan bergerak turun selama suplai air yang supergen ini terbentuk di zona saprolit. masuk terus Dalam satu penampang vertikal profil berlangsung. Rangkaian proses ini laterit dapat juga terbentuk zona merupakan dan pengkayaan yang lebih dari satu, hal leaching. Unsur Ni sendiri merupakan tersebut dapat terjadi karena muka air unsur tambahan di dalam batuan tanah ultrabasa. Sebelum proses pelindihan terutama dari perubahan musim. berlangsung, unsur Ni berada dalam Dibawah zona pengkayaan supergen ikatan serpentine group. Rumus kimia terdapat zona mineralisasi primer yang dari kelompok serpentin adalah X2-3 tidak terpengaruh oleh proses oksidasi SiO2O5(OH)4, maupun ke dalam proses tanah pelapukan dengan X tersebut yang selalu pelindihan, berubah-ubah, yang sering tergantikan unsur-unsur seperti Cr, Mg, disebut sebagai zona Hipogen, terdapat Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga sebagai batuan induk yaitu batuan merupakan kombinasinya. Harzburgit. Adanya suplai air dan saluran untuk V.FAKTOR-FAKTOR turunnya air, berupa kekar, maka Ni MEMPENGARUHI yang terbawa oleh air turun ke bawah, PEMBENTUKAN NIKEL YANG dan akan terkumpul di zona air sudah 1. Batuan asal tidak dapat turun lagi dan tidak dapat 2. Iklim menembus 3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi bedrock (Harzburgit). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan 4. Struktur Mg, SiO dan H akan membentuk 5. Topografi mineral garnierit dengan rumus kimia 6. Waktu (Ni,Mg) Si4O5 (OH)4. Apabila proses 7. dan blok peridotit (batuan dasar) dan VI.PROFIL NIKEL LATERIT secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis. VII.DRILLING/PEMBORAN Drilling/Pemboran mempunyai tujuan untuk mencari data subsurface dan Gambar 2.3 Profil Nikel Laterit kemudian Sorowako (Ahmad,2008) penyebaran endapan nikel laterit di 1. Zona limonit bawah permukaan bumi. Pemboran Merupakan hasil pelapukan lanjut dari yang batuan beku ultrabasa. Komposisinya macam, yaitu: meliputi oksida besi yang dominan, a. Pemboran Eksplorasi (Exploration geothit dan lapisannya magnetit. rata-rata Ketebalan 8-15 mengetahui dilakukan terbagi model atas dua Drilling), yaitu pemboran awal meter. dengan jarak 400m x 400m, 200m Kemunculan bongkah-bongkah batuan x 200m dan 100m x 100m pada beku ultrabasa pada zona ini tidak titik bor yang telah dipersiapkan dominan atau hampir tidak ada. oleh pihak survey. Pihak survey 2. Zona saprolit memberikan informasi mengenai Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida besi, serpentin sekitar <0.4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal yang masih terlihat. Ketebalan lapisan ini Zona ini merupakan bagian terbawah laterit. North, serta Elevasi. b. Pemboran (Development Development Drilling), yaitu pemboran detail yang dilakukan x 25m. 3. Zona bedrock profil East, dengan jarak 50m x 50 m dan 25m berkisar 5-18 meter. dari koordinat Tersusun atas bongkah yang lebih besar dari 75 cm VIII.PERHITUNGAN VOLUME IX.METODOLOGI PENELITIAN BIJIH NIKEL MENGGUNAKAN Data yang digunakan METODE Data yang digunakan dalam penelitian POLIGON (Area Of Influence) dapat dibagi menjadi 2 : Metode poligon adalah suatu metode 1. Data lubang bor yang berisi data perhitungan dengan konsep dasar yang mengenai posisi/koordinat lubang menyatakan bor berupa easting, northing dan bahwa seluruh karakterisktik endapan suatu daerah diwakili oleh satu titik tertentu. Jarak elevasi. 2. Data kadar yang berisi informasi titik bor di dalam poligon dengan batas kadar pada tiap-tiap interval poligon sama dengan jarak batas kedalaman tertentu pada masing- poligon ke titik bor terdekat (Agus, masing lubang bor. 2005). Pengolahan Data Assay Volume dari masing-masing daerah Pengolahan data sekunder dimulai pengaruh dapat diestimasikan denggan pada pengolahan data Assay yang menggunakan persamaan : berisikan informasi mengenai kadar V = A.t ……………………….. (2.1) dari Dimana : tiap-tiap interval kedalaman lubang bor yang terdiri atas nama drill 3 V = Volume daerah pengaruh (m ) hole, easting, northing, elevasi dan A = Luas daerah pengaruh (m2) kadar dari unsur layer saprolit dan t = Tebal bijih (m) layer limonit. Sedangkan untuk menghitung volume Menentukan Nilai Berat Kering total Menentukan nilai berat kering (dry dari masing-masing poligon digunakan persamaan : weight) Nikel yang diperoleh dari data Vtotal = V1 + V2 + V3 + V4 … + core Vn…………………….………… (2.2) kemudian dilakukan pengolahan data Dimana : pada V1 + V2 + V3 + V4 + … + Vn = mengeringkan data core yang berupa Volume masing-masing poligon (m3) tiap-tiap lubang laboratorium bor yang dengan sampel batuan kemudi kemudian dilakukan Keterangan : penimbangan. Menentukan Kadar Bijih Dalam penentuan kadar bijih nikel, maka perlu diketahui terlebih dahulu COG (cut off grade) yang telah ditetapkan. Dengan ketentuan penetapan kadar bijih yaitu, nilai kadar bijih berada <1.5% dan dengan kedalaman bijih 2 meter. Setelah itu maka dilakukan perhitungan kadar bijih dengan Dalam penentuan volume bijih nikel pada daerah penelitian, maka dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : V=A.t ………………………. (3.3) menggunakan Membuat Peta Sebaran Ni persamaan : ∑ ࢊ࢘࢟ ࢝ ࢋࢍࢎܑ࢚ۼܠ ∑ࡰ࢘࢟ ࢚࢚ࢇ Menentukan Volume Bijih ……………… (3.1) Pada pembuatan peta sebaran Ni, dibutuhkan data input berupa data Menentukan Ketebalan Bijih Assay Ketebalan endapan bijih dapat dihitung mengenai data kadar, data easting, berdasarkan kedalaman ssetiap lapisan northing dan yang dianggap sebagai bijih nikel. terlebih dahulu Yaitu dengan menjumlahkan nilai didapatkan hasil berupa kadar bijih interval bijih pada tiap-tiap tiap lubang bor. pada tiap-tiap tiap lubang bor. Kemudian Menentukan Luas Daerah Pengaruh dilakukan pengolahan data kadar bijih yang berisikan elevasi informasi yang y diolah telah sehingga dan koordinat pada software ArGcis 9.3. X.HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar.4.3 Gambar.4.1 Titik Bor Daerah Anoa Gambar 4.1 merupakan gambar titik bor daerah anoa dengan spasi antara setiap lubang bor adalah 50 meter x 50 meter dan jumlah titik bor adalah 160 Penampang 3D Korelasi Lapisan Limonit Gambar 4.3 merupakan penampang 3D korelasi data bor pada lapisan limonit. Pada Gambar menunjukkan korelasi beberapa lubang bor pada lapisan limonit, dapat dilihat bahwa titik bor. lapisan limonit pada setiap lubang bor memiliki liki ketebalan yang berbeda-beda, berbeda hal ini disebabkan karena adanya pengaruh topografi. Kondisi topografi dari daerah penelitian sangat mempengaruhi ketebalan dari suatu Gambar.4.2 Korelasi Lapisan Limonit endapan. Pada lereng dengan derajat Gambar 4.2 merupakan korelasi tinggi (terjal) proses pengayaan akan lapisan limonit pada lintasan 1. Pada sangat kecil sehingga menyebabkan gambar 4.2 dilakukan pengkorelasian endapan yang terbentuk tipis atau tidak antara setiap lubang untuk setiap ada sama sekali. Sedangkan pada lapisan dan untuk setiap lintasan lereng sehingga akan diperoleh penampang pengayaan umumnya akan berjalan 3D untuk lapisan limonit. sedang/landai, proses dengan baik karena memiliki waktu untuk proses pengayaan tersebut. Gambar.4.4 Penampang 3D Korelasi Gambar 4.5 Peta Distribusi Nikel (Ni) Lapisan Pada Lapisan Saprolit Saprolit, Limonit dan Bedrock Gambar 4.4 merupakan gabungan Pada gambar 4.5 adalah peta distribusi korelasi antara lapisan limonit, saprolit nikel (Ni) pada lapisan saprolit. Pada dan bedrock yang memiliki ketebalan peta dapat terlihat, kadar nikel (Ni) yang terendah berbeda-beda antara setiap pada lapisan saprolit lapisannya yang disebabkan karena memiliki kadar kurang dari 1.1% adanya pengaruh topografi pada dengan daerah penelitian, dimana pada minim, hal ini ditunjukkan dengan telah warna masing-masing lapisan, jumlah abu-abu. penyebaran Sedangkan yang untuk dilakukan korelasi untuk setiap lubang kadar nikel (Ni) terbanyak yaitu bor sehingga didapatkan hasil seperti berada pada Gambar 4.8. dengan warna merah, yang umumnya diatas 1.7% ditunjukkan tersebar pada daerah punggungan bukit. Penentuan Kadar Bijih Nikel Ketentuan penetapan kadar bijih yaitu berdasarkan pada COG (cut off grade) yang telah ditetapkan. Nilai kadar nikel untuk dapat disebut sebagai ore setiap titik bor diekstensikan sejauh (bijih) setengah berada <1.5% dengan jarak yang dari titik-titik membentuk di kedalaman 2 meter. Setelah itu dengan sekitarnya satu menggunakan persamaan 3.1 maka daerah pengaruh (area of influence). dilakukan perhitungan kadar. Penentuan Ketebalan Bijih Nikel Untuk menentukan ketebalannya maka terlebih dahulu dilakukan penentuan kandungan/kadar bijih nikel pada setiap lubang bor yang sesuai dengan COG (cut off grade) yang telah Gambar.4.6 Metode Area Of ditetapkan sehingga dapat ditentukan Influence ketebalan bijih dengan menghitung besarnya nilai kedalaman bijih berdasarkan COG (cut off grade) nya. Penentuan Volume Bijih Nikel Luas blok dihitung berdasarkan segi empat yang terbentuk dari daerah pengaruh yaitu batas luar dari daerah pengaruhsuatu titik bor yang merupakan setengah dari spasi titik bor. Perhitungan volume nikel laterit di daerah penelitian dilakukan berdasarkan pada data yang diperoleh dari pemboran eksplorasi. Data-data pemboran tersebut kemudian dianalisis sesuai dengan kadar nikel untuk mengetahui ketebalan bijih (ore) dari tiap lubang bor sehingga dapat digunakan metode area of influence atau daerah pengaruh, dimana untuk Besar volume ditentukan untuk mengetahui seberapa besar cadangan bijih nikel sehingga dapat dilakukan penambangan. limonit, hal ini disebabkan isebabkan karena Perhitungan Volume Bijih Nikel Tabel 4.1 Perhitungan Volume Bijih Nikel pada lapisan saprolit, lebih banyak nikel yang terendapkan. Kesimpulan Dari hasil uraian dan pembahasan, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan peta distribusi nikel (Ni) pada lapisan limonit dan saprolit, penyebaran kadar nikel (Ni) dipengaruhi oleh bentuk topografi dan kemiringan lereng. Tabel 4.1 merupakan tabel contoh Semakin besar kemiringan lereng perhitungan volume bijih nikel pada maka ketebalan endapan Ni yang lapisan limonit dan lapisan saprolit terbentuk dengan mengambil masing masing-masing 6 Sebaliknya, bila kemiringan lereng titik lubang bor dari 160 titik pada sedang sampai landai maka endapan setiap yang terbentuk bentuk akan lebih tebal. lapisan sebagai contoh akan semakin tipis. perhitungan volume bijih nikel. volume bijih nikel pada lapisan limonit sebesar 816.675 m3 dan volume total pada lapisan saprolit saprolit memiliki total volume bijih nikel yang lebih besar jika dibandingkan dengan total volume bijih nikel pada lapisan hasil perhitungan volume bijih nikel (Ni) pada lapisan limonit dan menggunakan sebesar 2.097.007 m3. Lapisan 2.Berdasarkan saprolit metode dengan Area Of Influence, maka diperoleh total volume bijih nikel dari 160 lubang bor sebesar 2.913.682 m3. DAFTAR PUSTAKA Agus, H., 2005. Metode Perhitungan Cadangan. Departemen Teknik Pertambangan Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral Institut Teknologi Bandung (ITB) : Bandung. Ahmad, Waheed., 2005. Laterite : Fundamental of Chemistry, Mineralogy, Weathering Processes and Laterit formation. PT. International Nickel Indonesia : Sorowako, South Sulawesi. Ahmad, Waheed., 2008. Laterite : Fundamental of Chemistry, Mineralogy, Weathering Processes, formation and exploration. PT. International Nickel Indonesia : Sorowako, South Sulawesi. Guilbert, J.M. 1986., The Geology of Ore Deposits. W.H Freeman and Company Newyork. Massinai, Muhammad Altin, Saiful Damphelas., 2013. Laporan Akhir Inventarisasi Zona Mineralisasi Panas Bumi dan Batubara di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. PT. Grafis Internusa : Pemda Kabupaten Donggala. Semardalena, Pratiwi., 2010. Perhitungan Cadangan Bijih Nikel Laterit Dengan Menggunakan Metode Poligon Pada Bukit TLA4 Daerah Tambang Tengah PT. Aneka Tambang Tbk. Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Universitas Hasanuddin : Makassar. Sompotan F. Amstrong., 2012, Struktur Geologi Sulawesi, Institut Teknologi Bandung : Bandung. Syafrizal, Anggayana Komang, Guntoro Dono., 2011 Karakristik Mineralogi Endapan Nikel Laterit di Daerah Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. 18,(4),211-220. Syafrizal, Heriawan M. Nur, Notosiswoyo Sudarto, Anggayana Komang, Samosir F. Jogi., 2009 Hubungan Kemiringan Lereng dan Morfologi dalam Distribusi Ketebalan Horizon Laterit pada Endapan Nikel Laterit : Studi Kasus Endapan Nikel Laterit di Pulau Gee dan Pulau Pakal, Halmahera Timur, Maluku Utara. 16,(3),149-161. Sundari, Woro., 2012, Analisis Data Eksplorasi Bijih Nikel Laterit Untuk Estimasi Cadangan dan Perancangan PIT pada PT. Timah Eksplorasi Di Desa Baliara Kecamatan Kabaena Barat Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara, Universitas Nusa Cendana: Kupang. Surawan Yudi,. 2014, Optimalisasi Penggunaan ERT (Electrical Resistivity Tomography) Konfigurasi Gradient Dalam Memaksimalkan Eksplorasi Nikel Laterit. Universitas Hasanuddin: Makassar. Tonggiroh Adi, Suharto, Mustafa Muhardi,. 2012 Analisis Pelapukan Serpentin dan Endapan Nikel Laterit Daerah Palangga Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara. Universitas Hasanuddin : Makassar.