Analisis perilaku pembelian dan konsumsi buah di

advertisement
Latar Belakang
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah
mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya,
setiap tahun selama periode 1990-2000, jumlah penduduk meningkat 3,25 juta
jiwa (BPS 2010). Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan semakin
meningkatnya konsumsi pangan masyarakat di Indonesia. Konsumsi pangan
adalah jumlah pangan yang dimakan seseorang atau sekelompok orang dengan
tujuan untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Untuk dapat
hidup sehat, setiap orang memerlukan berbagai jenis zat gizi. Menurut
Hardinsyah, Briawan, Retnaningsih, Herawati, dan Wijaya (2002), tidak ada satu
jenis pangan yang dapat memenuhi zat gizi kecuali ASI. Dengan demikian, untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi tersebut, harus ada asupan gizi yang seimbang tidak
hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam
makanan yang salah satunya adalah dengan mengkonsumsi buah.
Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan jasmani, baik yang mengandung karbohidrat,
protein, mineral serta vitamin dalam menu keseharian manusia dengan
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna. Salah satu zat gizi yang diperlukan
oleh tubuh adalah vitamin. Sumber vitamin dapat diperoleh dengan cara
mengkonsumsi buah. Kandungan vitamin dan mineral yang terdapat dalam buah
terbukti dapat membantu mengurangi peningkatan kolesterol dalam darah dan
mengurangi peningkatan gula darah.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa tingginya konsumsi serat dapat
mengurangi resiko terjadinya kanker usus. Manfaat buah-buahan bagi kesehatan
tubuh telah banyak diketahui. Namun, masih banyak anggota masyarakat yang
belum menempatkan buah-buahan sebagai bagian yang harus ada dalam menu
sehari-hari. Hasil Susenas menunjukkan bahwa pengeluaran rata-rata per kapita
untuk buah-buahan masih sangat rendah, yaitu 5,3 persen; 5,5 persen; dan 4,8
persen dari total pengeluaran untuk makanan (Sjaifullah 1993).
Menurut hasil survei BPS (2009), konsumsi buah di Indonesia masih
rendah, yaitu sebesar 60,4 persen masyarakat Indonesia hanya mengkonsumsi satu
porsi buah atau bahkan kurang dalam satu hari. Selain itu, konsumsi buah-buahan
di Indonesia hanya 40,1 kg/kap/th, masih cukup jauh dari rekomendasi Organisasi
Pangan Dunia (FAO) yaitu 65,7 kg. Penyebab kematian sekitar 2,7 juta warga
dunia setiap tahunnya disebabkan tidak cukupnya makan sayur-sayuran dan buahbuahan. Rendahnya konsumsi kedua sumber serat tersebut menjadikannya masuk
ke dalam 10 besar faktor penyebab kematian di dunia (Anonim 2010).
Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam
komoditi pertanian, salah satunya adalah buah-buahan. Buah-buahan sebagai
salah satu tanaman hortikultura memegang peran penting untuk meningkatkan
mutu gizi dalam makanan sehari-hari yang dibutuhkan oleh setiap orang. Buah
mengandung banyak vitamin serta mineral yang merupakan komponen gizi
penting bagi tubuh setiap manusia. Selain itu, buah merupakan sumber serat
(fibre) yang sangat berguna bagi pencernaan makanan dalam tubuh manusia
(Sjaifullah 1993). Oleh karena itu, buah merupakan salah satu kebutuhan yang
harus dipenuhi bagi kesehatan tubuh.
Saat ini buah sudah menjadi komoditas perdagangan internasional yang
tanpa batas. Buah-buahan lokal dapat dijumpai di pasaran, baik buah subtropis
maupun buah tropis yang selalu ada dari waktu ke waktu. Pada tahun 2000 jenis
buah-buahan lokal di pasaran antara lain pisang (40,0%), jeruk (27,0%), apel dan
pir (17,0%), anggur (7,0 %), strawberry (1,0%), dan lain-lain sebesar (8,0%)
(Ashari 2006).
Perlu disadari bahwa produk impor tidak selalu dapat dijamin mutu dan
keamanannya, karena Indonesia sendiri belum mempunyai peraturan-peraturan
mengenai sistem inspeksi dan sertifikasi makanan impor. Akhir-akhir ini,
kecenderungan konsumen dalam memilih buah bermutu dan aman untuk
dikonsumsi sudah semakin tinggi. Hal ini sangat didukung oleh semakin tingginya
tingkat pendidikan konsumen. Oleh karena itu, bukan hal mustahil kalau produk
buah dalam negeri akhirnya tersisih karena kalah bersaing dengan produk buah
impor.
Jumlah buah-buahan impor cukup berlimpah di Indonesia. Data BPS
(2009) menunjukkan bahwa impor buah-buahan dari China sepanjang bulan
Desember 2009 mencapai US $ 42,5 juta atau naik US $ 147,4 persen
dibandingkan dengan posisi bulan November 2009 senilai US $ 17,1 juta. Pada
tahun 2008, nilai impor buah dari China mencapai US $ 330,9 juta. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak produk buah berasal dari China masuk ke
pasar Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia banyak yang mengkonsumsi buah
impor. Jumlah konsumsi akan menjadi indikator besarnya permintaan pasar bagi
produknya.
Perumusan Masalah
Kegunaan buah sebagai bahan pangan yang kaya vitamin dan zat-zat yang
penting untuk kesehatan, serta kelebihan berupa rasa yang spesifik membuat
komoditi ini selalu dibutuhkan dan tidak mudah disubstitusi oleh bahan pangan
lain. Produk China akan semakin membanjiri pasar Indonesia seiring
diberlakukannya perdagangan bebas Asean dan China (ACFTA). Dengan adanya
perdagangan bebas ini, buah menjadi komoditas perdagangan impor.
Dalam penelitian ini, ibu rumahtangga menjadi pengambil keputusan
produk perdagangan tersebut yaitu buah. Ibu rumahtangga biasanya menjadi
orang yang paling menentukan dalam pengambilan keputusan pembelian. Oleh
sebab itu, ibu perlu menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan.
Pendidikan ibu, disamping merupakan modal utama dalam menunjang
perekonomian rumahtangga juga berperan dalam pola penyusunan makanan untuk
rumahtangga. Dalam hal ini ibu rumahtangga yang membuat keputusan untuk
membeli dan mengkonsumsi buah.
Dengan kondisi semacam itu, pola konsumsi tetap mengacu pada formula
“4 sehat 5 sempurna” yang diyakini mengandung sumber zat tenaga, sumber zat
pembangun, dan sumber zat pengatur. Untuk memenuhi ketiga unsur gizi penting
itu, manusia dianjurkan tidak hanya mengkonsumsi bahan makanan secara
proporsional, tetapi juga mengkonsumsi buah. Buah merupakan sumber vitamin
yang kaya akan nilai gizi dan mudah cerna yang dapat menunjang kebutuhan gizi
tubuh. Pemenuhan serat melalui konsumsi buah dengan jumlah dan frekuensi
sesuai anjuran merupakan alternatif yang paling efektif.
Adanya produk dan pengetahuan tentang buah serta kebiasaan berbeda
masyarakat di perdesaan dan perkotaan dengan latar belakang keadaan tempat
lokasi, apakah akan mempengaruhi perilaku pembelian dan konsumsi buah di
perdesaan dan perkotaan? Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk
menganalisis perilaku pembelian dan konsumsi buah di perdesaan dan perkotaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dianalisis
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perilaku pembelian buah pada keluarga di perdesaan dan
perkotaan?
2. Bagaimana perilaku konsumsi buah pada keluarga di perdesaan dan
perkotaan?
3. Bagaimana perbedaan perilaku pembelian dan konsumsi buah di perdesaan
dan perkotaan?
4. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perilaku pembelian
buah?
5. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perilaku konsumsi
buah?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku pembelian
dan konsumsi buah di perdesaan dan perkotaan.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Menganalisis perilaku pembelian buah pada keluarga di perdesaan dan
perkotaan.
2. Menganalisis perilaku konsumsi buah pada keluarga di perdesaan dan
perkotaan.
3. Menganalisis perbedaan perilaku pembelian dan konsumsi buah di
perdesaan dan perkotaan.
4. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pembelian
buah.
5. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumsi
buah.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Departemen Kesehatan, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
kebijakan dan memperbaiki kualitas pelayanan.
2. Departemen Pertanian, sebagai lembaga yang mengelola ketersediaan buah
agar tetap stabil di pasaran.
3. Departemen Perdagangan, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
peraturan-peraturan sistem inspeksi dan sertifikasi makanan impor.
4. Penulis, sebagai bahan pembelajaran dalam memahami konsep perilaku
konsumen, menambah pengetahuan tentang buah, serta mengetahui perilaku
masyarakat Panaragan dan Cihideung Ilir terhadap konsumsi buah.
5. Pembaca, sebagai referensi dan sumber informasi untuk penelitian lebih lanjut
mengenai konsumsi buah
6. Konsumen, sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam
pembelian dan konsumsi buah.
Download