Brine Shrimp Lethality Test

advertisement
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Modifikasi Struktur Metil Sinamat Melalui Reaksi Amidasi
Serta Uji Toksisitas BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)
Terhadap Senyawa Hasil Modifikasi
SKRIPSI
NENENG NURHALIMAH
NIM:109102000042
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
APRIL 2014
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Modifikasi Struktur Metil Sinamat Melalui Reaksi Amidasi
Serta Uji Toksisitas BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)
Terhadap Senyawa Hasil Modifikasi
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
NENENG NURHALIMAH
NIM : 109102000042
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
APRIL 2014
i
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Neneng Nurhalimah
NIM : 109102000042
Tanda Tangan :
Tanggal :
ii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Nama
: Neneng Nurhalimah
Program Studi : Farmasi
Judul
: Modifikasi Struktur Metil Sinamat Melalui Reaksi Amidasi
Serta Uji Toksisitas BSLT (Brine Shrimp Lethality Test
Terhadap Senyawa Hasil Modifikasi
Modifikasi senyawa metil sinamat melalui proses amidasi telah dilakukan
untuk mendapatkan senyawa baru dengan aktivitas melebihi senyawa induknya.
Reaksi amidasi dilakukan dengan menggunakan oktilamin sebagai pereaksi serta
DCC (1,3 dicyclohexylcarbodiimide) dan DMAP (4-Dimethylaminopyridine) sebagai
katalisatornya. Proses reaksi diawali dengan terlebih dahulu menghidrolisis gugus
ester menjadi suatu karboksilat yang lebih reaktif. Reaksi ini menghasilkan senyawa
murni n-oktil sinamamida (C17H25NO) dengan produk samping berupa DCU (N,N’dicyclohexylurea).Uji toksisitas senyawa metil sinamat, asam sinamat dan senyawa noktil sinamamida terhadap larva udang Artemia salina. Leach dengan metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT) menghasilkan nilai LC50 masing-masing 240.99 ppm
(tidak toksik/tidak aktif), 333.43 ppm (tidak toksik/tidak aktif) dan 199.53 ppm
(toksik/aktif). Hasil ini menunjukkan bahwa senyawa hasil amidasi metil sinamat (noktil sinamamid) memiliki aktivitas toksisitas yang lebih tinggi dibandingkan
senyawa induk metil sinamat sehingga memungkinkan untuk dianalisis lebih lanjut
sebagai kandidat antikanker.
Kata Kunci : metil sinamat, amidasi, toksisitas, BSLT
v
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
ABSTRACT
Name
: Neneng Nurhalimah
Program Study : Pharmacy
Title
: Modification of Methyl Cinnamate Compound through Amidation
Process and BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) Toxicity Test to
the Result of Modification
Modification of methyl cinnamate through amidation process has been done to get
the new compound with higher biological activity. Amidation reaction was carried out
using octilamine as agent of reaction together with DCC (1,3
dicyclohexylcarbodiimide) and DMAP (4-dimethylaminopyridine) as catalyst. Before
this amidation reaction was carried out, hidrolisis reaction was done by releasing ester
with more reactive carboxylic. This reaction produce pure compound n-octyl
sinamamide (C17H25NO) with DCU (n,n’-dicyclohexylurea) as a side product.
Toxicity test of methyl cinnamic, cinnamic acid, and n-octyl sinamamide compound
to shrimp larva of Artemia salina. Leach using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
LC50 values 240.99 ppm (intoxic/inactive), 333.43 ppm (intoxic/inactive) dan 199.53
ppm (toxic/active). These results indicate that the compound of amidation yield noctyl sinamaide has higher toxicity activity than the lead compounds methyl
cinnamate. Therefore, further analysisas a candidate of anticancer is possible.
Keywords : methyl cinnamate, amidation, toxicity, BSLT
vi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, Tuhan
Yang Maha Esa, atas segala rahmat, karunia, hidayah, serta inayah-Nya, saya dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi
Farmasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Saya sepenuhnya menyadari, bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,
sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada :
1.
Lina Elfita, M.Si., Apt selaku pembimbing pertama dan Ibu Teni Ernawati,
M.Sc., selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran
untuk membimbing dan mengarahkan, memberikan ilmu, masukan, dan saran,
sejak proposal skripsi, pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan
skripsi.
2.
Bapak Prof. DR. (hc) dr. M.K Tadjudin Sp.And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku Ketua Jurusan Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Segenap Bapak
dan
Ibu
dosen
yang
telah
memberikan
ilmu
dan
pengetahuan hingga penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Para laboran laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan kemudahan dalam hal penggunaan alat dan bahan untuk keperluan
penelitian.
vii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6.
Kedua Orang tua saya, ayahanda Ahmad Alan.S dan ibunda Supiah, dan
semua keluarga besar yang selalu memberikan dorongan moril, materil,
spiritual hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, semoga segala
amal dan jerih payah kalian semua mendapat balasan yang sebaik-baiknya disisi
Allah SWT.
7.
Untuk sahabatku, Churmatul Walidah, yang tak pernah bosan memberikan
masukan, dukungan, doa dan semangat bagi penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
8.
Rekan-rekan seperjuangan di Laboratorium Sintesa Organik khususnya serta
divisi terkait atas bantuan, saran dan bimbingan yang telah diberikan.
9.
Teman-teman farmasi angkatan 2009 khususnya EDTA-C yang sama-sama
berjuang bersama selama 4 untuk menyelesaikan pendidikan ini.
10.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
membantu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna tercapainya
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan
segala
kerendahan
hati,
penulis
berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik bagi kalangan
akademis dan dunia ilmu pengetahuan, khususnya bagi mahasiswa farmasi, serta
masyarakat pada umumnya.
Jakarta, April 2014
Penulis
viii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Neneng Nurhalimah
NIM
: 109102000042
Program Studi
: Farmasi
Fakultas
: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis karya
: Skripsi
Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi / karya ilmiah saya
dengan judul :
Modifikasi Struktur Metil Sinamat Melalui Reaksi Amidasi
Serta Uji Toksisitas BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)
Terhadap Senyawa Hasil Modifikasi
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Tanggal :
Yang menyatakan :
(Neneng Nurhalimah)
ix
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................................... v
ABSTRACK ................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ............................................. ix
DAFTAR ISI................................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xiv
DAFTAR ISTILAH ..................................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................................
1.5 Hipotesa ...................................................................................................................
1
1
3
3
3
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
2.1 Spesifikasi Bahan .....................................................................................................
2.1.1 Metil sinamat ..................................................................................................
2.1.2 Asam sinamat ..................................................................................................
2.2 Hidrolisis Metil Sinamat ..........................................................................................
2.3 Amida dan Sintesa Amida (Amidasi) ......................................................................
2.4 Kromatografi ...........................................................................................................
2.4.1 Kromatografi Lapis Tipis ...............................................................................
2.4.2 Kromatografi Kolom ......................................................................................
2.5 Spektrofotometri .....................................................................................................
2.5.1 Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti (RMI) .........................................
2.5.2 Spektrofotometri Massa ..................................................................................
2.6 Uji Toksisitas Larva Udang (Brine Shrimp Letality Test) .......................................
4
4
4
5
6
6
7
8
10
12
12
13
14
BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................................
3.1 Lokasi dan Waktu ...................................................................................................
3.1.1 Lokasi .............................................................................................................
3.1.2 Waktu .............................................................................................................
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................................
3.2.1 Alat .................................................................................................................
3.2.2 Bahan .............................................................................................................
17
17
17
17
17
17
17
x
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xi
3.3 Prosedur Kerja ........................................................................................................ 18
3.3.1 Hidrolisis Metil Sinamat ................................................................................ 18
3.3.2 Amidasi Asam Sinamat .................................................................................. 19
3.3.3 Uji Toksisitas Metil Sinamat Dan Senyawa Hasil Reaksi Amidasi dengan
metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)……………….. ........................ 19
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................
4.1 Reaksi Hidrolisis Metil Sinamat ..............................................................................
4.2 Reaksi Amidasi Asam Sinamat................................................................................
4.3 Analisa Senyawa Hasil Hidrolisis ............................................................................
4.4 Analisa senyawa Hasil Amidasi...............................................................................
4.5 Uji Toksisitas Dengan Metode BSLT ......................................................................
21
21
23
27
29
32
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 34
5.1 Kesimpuan ............................................................................................................... 34
5.2 Saran ........................................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Struktur Molekul Metil Sinamat ..................................................... 4
Gambar 2.2 Struktur Molekul Asam Sinamat...................................................... 5
Gambar 2.3 Reaksi Hidrolisis Metil trans Sinamat ............................................. 5
Gambar 2.4 Reaksi Sintesa Amida dari Derivat Asam Karboksilat .................... 6
Gambar 2.5 Skema Kromatografi Lapis Tipis ..................................................... 10
Gambar 2.6 Larva (Nauplii) Artemia Salina. Leach ............................................ 15
Gambar 4.1 Hasil KLT Setelah Reaksi Hidrolisis ............................................... 22
Gambar 4.2 Kristal Asam Sinamat Hasil Hidrolisis ............................................ 22
Gambar 4.3 Kristal Senyawa Induk Metil Sinamat ............................................. 22
Gambar 4.4 Mekanisme Reaksi Hidrolisis Ester ................................................. 23
Gambar 4.5 Usulan Mekanisme Reaksi Amidasi ................................................ 24
Gambar 4.6 Hasil KLT Setelah Reaksi Amidasi (Crued).................................... 25
Gambar 4.7 Hasil KLT Setelah Pemisahan Dengan KLT Preparatif .................. 25
Gambar 4.8 Hasil KLT Setelah Pemisahan Dengan KLT Preparatif
dan Disemprot Dengan H2SO4 ........................................................ 26
Gambar 4.9 Struktur Molekul Senyawa Asam Sinamat ...................................... 28
Gambar 4.10 Struktur Senyawa N2 (N-Oktylcinnamamide) ............................ 31
Gambar 4.11 Kurva Hasil Uji Toksisitas BSLT .................................................. 33
xii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Data Pergeseran Kimia Asam Sinamat (δH) ........................................... 27
Tabel 2 Data Pergeseran Kimia Senyawa N2 ...................................................... 30
xiii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Prosedur Kerja .................................................................................. 38
Lampiran 2 Hasil Identifikasi Senyawa Metil Sinamat ....................................... 39
Lampiran 3 Perhitungan Bahan dan Rendemen Hasil Hidrolisis ........................ 48
Lampiran 4 Perhitungan Bahan dan Rendemen Hasil Amidasi........................... 49
Lampiran 5 Spektrum LCMS Senyawa Asam Sinamat ....................................... 51
Lampiran 6 Spektrum 1H-NMR Senyawa Asam Sinamat ................................... 52
Lampiran 7 Spektrum 13C-NMR Senyawa Asam Sinamat .................................. 53
Lampiran 8 Spektrum LC-MS Senyawa N2 ....................................................... 54
Lampiran 9 Spektrum 13C-NMR Senyawa N2 .................................................... 55
Lampiran 10 Spektrum 1H-NMR Senyawa N2 ................................................... 56
Lampiran 11 Hasil Perhitungan Uji Toksisitas dengan metode BSLT ................ 58
Lampiran 12 Kurva Hasil Uji Toksisitas dengan metode BSLT ........................ 59
Lampiran 13 Dokumentasi ................................................................................... 60
xiv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISTILAH
AS
: Asam Sinamat
BSLT
: Brine Shrimp Lethality Test
CR
: Crued (produk hasil reaksi)
DCC
: 1,3 Dicyclohexylcarbodiimide
DCU
: N,N’-Dicyclohexylurea
DMAP
: 4-Dimethylaminopyridine
EA
: Etil Asetat
g
: gram
HCl
: Hidrogen Cloride (asam klorida)
Hex
: n-heksan
KLT
: Kromatografi Lapis Tipis
LC/MS
: Liquid Cromatography Mass Spectroscopy
mg
: miligram
mmol
: milimol
NaOH
: Natrium Hidroksida
NMR
: Nuclear Magnetic Resonance
OA
: Oktilamin
Ppm
: Part per million
Rf
: Retardation factor
δC
: Pergeseran kimia pada karbon NMR (13C NMR)
δH
: Pergeseran kimia pada proton NMR (1H NMR)
xv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak jenis tanaman yang dapat dibudidayakan
karena bermanfaat dan kegunaannya yang besar bagi manusia terutama
dalam hal pengobatan. Diantara potensi alam Indonesia yang bisa
dikembangkan untuk obat salah satunya adalah senyawa metil sinamat
(Methyl
3-phenyl-2-propenoate
yang
telah
lama
digunakan
dan
dimanfaatkan oleh manusia sebagai zat pemberi aroma ataupun wangiwangian (Hoskin,1984). Selain itu, metil sinamat juga diketahui memiliki
aktivitas anti fungi dan anti mikrobia (Huang,et.al.,2009). Senyawa ini
terdapat di dalam tumbuhan dan beberapa rempah-rempah sebagai minyak
atsiri, seperti rimpang lengkuas atau laja goah (A. malaccensis) (Muchtaridi,
et.al, 2008), beberapa populasi Conocephalum conicum (Wood, 1996)
serta pada Ocimum sp (Murillo,2003).
Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa sinamat dan
turunannya antara lain memiliki aktivitas anti tuberkulosis, antioksidan, anti
mikrobia, antifungi, anti inflamasi, anti hiperglikemik serta sitotoksik
(Sharma.Prateek,
2011).
Jitareanu,et.al
(2011)
dalam
penelitiannya
menjelaskan bahwa turunan sinamat memiliki aktivitas toksik terhadap
Common Bean (Phaseolus vulgaris), dimana hasilnya menunjukkan bahwa
toksisitas dari turunan hidroksi lebih rendah dari turunan yang lebih lipofil,
dan toksisitas tertinggi yaitu terdapat pada turunan bromo, kloro, metil dan
amin. Sementara Baltas.M (2011) dalam review jurnalnya menyebutkan
bahwa amida asam sinamat dan turunannya seperti ester asam sinamat dapat
berfungsi sebagai antikanker.
Aktivitas turunan amida dari turunan sinamat telah terbukti mampu
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme
(Candida
albican
dan
Aspergilus niger) (Narasimham, et.al., 2004). Dae-seop Shin (2007) juga
telah mempelajari kemampuan turunan amida dan asam sinamat yang
diisolasi dari batang Cinnamomum cassi dalam menginhibisi aktivitas
protein transferase farnesil dan proliferase pada sel kanker termasuk kanker
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
payudara, leukemia, ovarium dan kolon. Menurutnya agen anti tumor dapat
dikembangkan dari senyawa-senyawa amida turunan sinamat. Beberapa
senyawa sinamida juga telah disintesis dan diuji aktivitas antikankernya. 2metil sinamida yang diisolasi dari proses fermentasi bir dengan
Streptomyces
griceoluteus
menunjukkan
aktivitas
antiinvasif
atau
antimetastatik yang signifikan. Pretreatment sel melanoma malignan
(C8161 dan A375M) secara in vitro memberikan nilai IC50 12,5µg/mL.
Ester sinamat (metil sinamat) dapat diisolasi dari tanaman, namun
amida asam sinamat sangat jarang ditemukan. Graefe, E.U (1999) juga
mengungkapkan bahwa gugus amida secara biologis lebih stabil
dibandingkan
dengan
gugus
ester
(Milkova,
Tsenka.2007.).
Jika
dibandingkan dengan metil sinamat, asam sinamat lebih reaktif karena
memiliki gugus karboksilat. Secara kimia, asam sinamat memiliki tiga
gugus fungsi yang berpotensi sebagai sisi aktif, yakni subtitusi pada gugus
fenil, α,β unsaturated (ikatan rangkap) dan reaksi pada gugus karboksilat.
Oleh sebab itu, dalam penelitian ini dilakukan modifikasi struktur senyawa
metil sinamat dari rimpang lengkuas (Alpinia malaccenensis)
melalui
reaksi amidasi dengan senyawa oktilamin sebagai amidating agent dengan
terlebih dahulu menghidrolisis gugus ester dan menggantinya dengan gugus
karboksilat yang lebih reaktif. Kontribusi dari penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi sumber daya alam Indonesia dengan mensintesis turunan
metil sinamat dengan reaksi amidasi dalam mengembangkan atau
menemukan senyawa baru dengan aktivitas melebihi senyawa induknya
sehingga dapat berpotensi sebagai obat.
Uji aktivitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) sebagai uji pendahuluan
(preliminary) toksisitas suatu senyawa. Beberapa keuntungan dari metode
ini antara lain pelaksanaannya sederhana, murah, waktu relatif cepat, tidak
memerlukan peralatan khusus, menggunakan sedikit sampel, serta tidak
memerlukan serum hewan seperti pada metode sitotoksik lainnya
(Indiastuti. Dianti Nur. et.al, 2008 dan Mc Laughlin. et.al, 1998).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses reaksi modifikasi senyawa metil sianamat menjadi
senyawa turunan metil sinamat yang mengandung gugus amida tersebut
dapat berlangsung.
2. Apakah turunan metil sinamat yang mengandung gugus amida yang
dihasilkan memiliki nilai toksisitas terhadap larva udang Artemia salina.
Leach lebih tinggi dibandingkan senyawa induk metil sinamat maupun
asam sinamat.
1.3
Tujuan Penelitian
1. Membuat senyawa turunan metil sinamat melalui reaksi amidasi dengan
oktilamin.
2. Mengetahui aktivitas toksisitas senyawa hasil modifikasi tersebut
terhadap larva udang Artemia salina. Leach.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Mendapatkan senyawa turunan metil sinamat yang mengandung gugus
amida yang diharapkan memiliki aktivitas toksisitas terhadap larva
udang Artemia salina. Leach lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa
induk metil sinamat, sehingga bisa lebih potensial sebagai senyawa
antikanker.
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai proses modifikasi struktur dan uji aktivitas dari senyawa
turunan metil sinamat, khususnya melalui reaksi amidasi.
1.5
Hipotesa
Modifikasi struktur metil sinamat melalui reaksi amidasi dengan
oktilamin ini dapat menghasilkan senyawa baru turunan metil sinamat
yang memiliki aktivitas toksisitas terhadap larva udang Artemia salina.
Leach lebih besar dibandingkan dengan senyawa induk metil sinamat
maupun asam sinamat.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spesifikasi Bahan
2.1.1 Metil sinamat
Fenaroli (1995) mengungkapkan bahwa metil sinamat merupakan
komponen minyak atsiri yang dapat ditemukan pada rizoma Alpinia
malaccenensis, daun Ocimum canum Sims, Narcissus jonquilla L dan
rizoma dari Gastrochillus panduratum yang diketahui memiliki dua isomer
(cis- dan trans-). Fenaroli (2005) juga melaporkan bahwa metil sinamat
dapat pula ditemukan pada buah cranberry, jambu biji, alpukat, nanas,
keju, cokelat, buah stroberi dan selai, daun kayu manis, belimbing, rhubarb,
beli (Agele marmelos Correa), loquat dan bourbon vanilla (Anonim, 2011).
Metil sinamat (cinnamic methyl ester atau methyl 3-phenyl
propenoat) memiliki berat
molekul
162,19g/mol
berwujud
kristal
memanjang berwarna putih, sedikit larut dalam air, mempunyai titik didih
260-2620C, dan titik leleh 34-380C serta densitas relative 1,07g/cm3
(Anonim, 2008 dan Anonim, 2011).
Gambar 2.1 Struktur Molekul Metil Sinamat (C6H10O2)
Fenaroli (2005) mencatat bahwa metil sinamat telah banyak
digunakan dalam makanan siap saji (12,22ppm), frozen diary (7,61ppm),
produk daging (5,00ppm), soft candy (11,39ppm), gelatin pudding
(7,39ppm),
minuman
non-alkohol
(2,09ppm),
minuman
beralkohol
(2,55ppm), hard candy (0,16ppm) dan permen karet (34,18ppm) (Anonim,
2011).
Sebagai zat pewangi, metil sinamat dapat ditemukan dalam
kosmetik, sampo, sabun, dan produk non-kosmetik, seperti pembersih dan
deterjen. Sebagai zat pewangi dan pemberi rasa, metil sinamat tergolong
aman. Sinamat dan
turunannya juga diaplikasikan dalam
penyusunan
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
komposisi herbisida, sebagai bahan baku dalam sintesis kompleks warna
heterosiklik (Sharma.Prateek, 2011).
2.1.2 Asam sinamat
Asam sinamat merupakan asam organik yang berbentuk kristal
berwarna putih. Asam sinamat sering dituliskan juga sebagai 2-asam
propanoat, 3-fenil-,2-asam propenoat, 3-asam fenil akrilat, trans-bkarboksistiren atau trans asam sinamat. Senyawa ini memiliki rumus
molekul C9H8O2 dengan titik leleh 133 – 1350C dan titik didih 3000C.
senyawa dengan berat molekul 148.1586 ini juga memiliki densitas
g/cm3
1.248
(http://www.chemspider.com
&
http://www.chemicalbook.com).
Gambar 2.2 Struktur Molekul Asam Sinamat (C9H8O2)
Asam sinamat merupakan analog dari metil sinamat yang termasuk
dalam jalur turunan asam shikimat. Asam shikimat merupakan
senyawa prekursor dari beberapa alkaloid, asam amino aromatik serta
turunan indol.
Senyawa asam sinamat ini dapat ditemukan dalam
bentuk esternya (etil, sinnamil maupun benzil) pada beberapa lemak
esensial, resin dan balsam, minyak dari kayu manis, balsam peru,
balsam tolu dan lain sebagainya. Selain memiliki beberapa aktivitas
biologis, senyawa ini juga merupakan senyawa intermidiet yang paling
penting dalam jalur biosintesa aromatik (Christine SV dan KG Rohan,
1984). Asam sinamat juga dapat digunakan sebagai precursor dalam
sintesa ester sinamat (Sharma Prateek, 2011).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
2.2 Hidrolisis metil sinamat
Hidrolisis metil trans sinamat atau metil sinamat dengan suatu basa
kuat akan menghasilkan suatu asam sinamat. Reaksi hidrolisa ini dapat
memberikan rendemen hingga 85% (Ernawati Teni et.al. 2012).
Gambar 2.3 Reaksi hidrolisis metil trans sinamat
(Ernawati.Teni, et.al.,2012)
Selain menggunakan katalis basa (reaksi saponifikasi), hidrolisis
ester tersebut dapat pula dilakukan dengan menggunakan katalis asam kuat
yang dikenal dengan reaksi esterifikasi Fischer (Goyal.R.M, n.d).
Asam sinamat memiliki gugus karbonil α,β-unsaturated sebagai
aseptor Michael, suatu gugus aktif yang penting
dalam desain obat
antikanker. Senyawa yang memiliki gugus karbonil α,β-unsaturated
kemungkinan bebas dari masalah mutagenic. (Ernawati.Teni, et.al., 2012)
2.3 Amida dan Sintesis Amida (Amidasi)
Suatu amida ialah senyawa yang mempunyai nitrogen trivalent
terikat pada suatu gugus karbonil. Suatu amida diberi nama asam
karboksilat induknya, dengan mengubah imbuhan asam …-oat (atau -at)
menjadi amida. Amida disintesis dari derivat asam karboksilat dan ammonia
atau amina yang sesuai. Reaksi- reaksinya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4 Reaksi Sintesa Amida dari Derivat Asam Karboksilat
(Fessenden, R.J dan Fessenden, J.S. 1999)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
Metil trans sinamat telah digunakan sebagai senyawa pengharum
alami dan flavouring. Senyawa ini dapat diisolasi dari laos (Alpinia
malaccensis). Senyawa sinamida telah banyak disintesa, dan kemudian
dilakukan uji akivitas anti kanker. 2-metil sinamida yang diisolasi dari hasil
fermentasi bir dari Steptomyces griseoluteus, menunjukkan efek anti-invasif
atau anti-metastatik yang signifikan. 2-metil sinamida juga telah diujikan
secara in vitro pada sel melanoma malignan (C8161 dan A375M) dengan
hasil IC50 12,5µg/mL (Welch D.R. 1993). Uji secara invitro juga dapat
menghambat sel tumor pada paru-paru dengan perlakuan yang sama dengan
injeksi intravena (P.De, M. Baltas, 2011).
Asam halida tidak tahan lembab sehingga dapat dikonversi secara
langsung menjadi senyawa organik yang stabil dan inert. Amida tidak perlu
dimurnikan, maka ketika amida ditambahkan secara in situ maka akan
terbentuk reaksi eksotermik one pot reaction. Walaupun sintesis amida telah
lama dipelajari, akan tetapi kondisi reaksi yang cocok belum ditemukan,
dimungkinan adanya difersitas molekular dan kompleksitas (Rambhau
P.Gore, et.al., 2011). Rudyanto, et.al., (2005) juga mencatat bahwa terdapat
beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengubah asam karboksilat
menjadi suatu amida antara lain, meliputi konversi langsung dari asam
karboksilat dan konversi tidak langsung melalui asil halida atau ester.
Metode yang paling banyak digunakan ialah konversi melalui asil halida
(Daniel, et.al.,2011).
2.4 Kromatografi
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang menggunakan fase
diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). Teknik ini pertama
kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia, Michael Tswett pada
tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan
cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gas yang berisi kalsium
karbonat (CaCO3). Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan yang
paling umum dan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis dan
dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik analisis kualitatif,
kuantitatif ataupun preparatif. Kromatografi telah berkembang dan telah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
digunakan untuk memisahkan dan mengkuantifikasi berbagai macam
komponen yang kompleks, baik komponen organik maupun anorganik
(Gandjar. Ibnu Gholib dan Abdul Rohman, 2007).
Jenis-jenis kromatografi Jenis-jenis kromatografi yang bermanfaat
dalam analisis kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam penetapan
kadar dan pengujian Farmakope Indonesia adalah Kromatografi Kolom,
Kromatografi Gas, Kromatografi Kertas, Kromatografi Lapis Tipis, dan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Kromatografi kertas dan kromatografi
lapis tipis umumnya lebih bermanfaat untuk tujuan identifikasi, karena
mudah dan sederhana. Kromatografi kolom memberikan pilihan fase diam
yang lebih luas dan berguna untuk pemisahan masing-masing senyawa
secara kuantitatif dari suatu campuran (Departemen Kesehatan, 1995)
Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi
diantara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak
(fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga
terpisah dari zat terlarut lainnya, yang terevaluasi lebih awal atau lebih
akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh aliran
suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat
bertindak sebagai zat penjerap,
diaktifkan,
silika gel,
seperti halnya penjerap alumina yang
dan resin penukar ion,
atau dapat bertindak
melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase
gerak. Dalam proses terakhir ini suatu lapisan cairan pada suatu penyangga
yang inert berfungsi sebagai fase diam. Partisi merupakan mekanisme
pemisahan yang utama dalam kromatografi gas-cair, kromatografi kertas,
dan bentuk kromatografi kolom yang disebut kromatografi cair-cair. Dalam
praktek, seringkali pemisahan disebabkan oleh suatu kombinasi efek
adsorpsi dan partisi (Departemen Kesehatan,1995).
2.4.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailof
dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi
planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan
kromatografi kolom yang fase diamnya diisikan atau dikemas
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
didalamnya, pada Kromatografi Lapis Tipis, fase diamnya berupa
lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang
didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium (Gandjar. Ibnu Gholib
dan Abdul Rohman, 2007).
Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan
bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada
pengembangan ascending, atau karena pengaruh gravitasi pada
pengembangan. Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan
penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30µm.
semakin kecil ukuran rata-rata fase diam dan semakin sempit kisaran
ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi
dan resolusinya. Penjerap yang paling sering digunakan adalah silica
dan serbuk selulosa. Sementara fase gerak pada KLT dapat berupa
campuran
2
atau
lebih
pelarut
organik
yang
perbandingan
konsentrasi/daya elusinya telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat
diperoleh hasil pemisahan yang optimal (Gandjar. Ibnu Gholib dan
Abdul Rohman, 2007).
Fase gerak akan bermigrasi secara kapiler melewati fase diam.
Oleh karenanya beberapa faktor yang harus diperhatikan yang dapat
menyebabkan kecepatan migrasi setiap senyawa tidak optimal, antara
lain: migrasi fase gerak yang tidak rata (karena posisi plat miring/
chamber belum jenuh), chamber tidak tertutup rapat sehingga fase
gerak telah menguap (Rouessac. Francis dan Annick. Rouessac, 2000).
-
Analisis kualitatif
KLT dapat digunakan untuk uji identifikasi senyawa baku.
Parameter yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf
(Retardation factor). Faktor retardasi dapat didefinisikan sebagai
nilai jarak migrasi solut terhadap jarak ujung fase geraknya
(Gandjar. Ibnu Gholib dan Abdul.Rohman, 2007).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
Rf =
=
Gambar 2.5 Skema Kromatografi Lapis Tipis
(Gandjar. Ibnu Gholib dan Abdul Rohman, 2007)
Dua senyawa dikatakan identik jika mempunyai nilai Rf
yang sama jika diukur pada kondisi KLT yang sama (Gandjar. Ibnu
Gholib dan Abdul.Rohman, 2007).
-
Analisis kuantitatif
Terdapat dua cara yang digunakan untuk analisa kuantitatif dengan
KLT:
a. Bercak diukur langsung pada lempeng dengan menggunakan
ukuran luas atau dengan teknik densitometri.
b. Bercak yang diperoleh dikerok, kemudian kadar senyawa yang
terdapat dalam bercak tersebut ditetapkan dengan metode
analisis yang lain, misalnya dengan metode spektrofotometri.
-
Analisis preparatif
Analisis preparatif ditujukan untuk memisahkan analit
dalam jumlah yang banyak. Senyawa hasil pemisahan digunakan
untuk dianalisis lebih lanjut dengan spektrofotometri atau dengan
teknik kromatografi yang lain (Gandjar. Ibnu Gholib dan Abdul
Rohman, 2007).
2.4.2 Kromatografi Kolom
Tujuan kromatografi kolom adalah memisahkan komponen
cuplikan menjadi pita atau fraksi yang lebih sederhana, ketika cuplikan
itu bergerak melalui kolom. Zat penyerap dalam keadaan kering atau
bubur,
dimampatkan ke dalam tabung kaca atau tabung kuwarsa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
dengan ukuran
tertentu dan mempunyal lubang pengalir tertentu
dengan ukuran tertentu (Departemen Kesehatan, 1979).
Alat-alat yang diperlukan untuk kromatografi kolom sangat
sederhana, terdiri dari tabung kromatografi dan sebuah batang
pemampat yang diperlukan untuk memadatkan wol kaca atau kapas
pada dasar tabung jika diperlukan, serta untuk memadatkan zat
penjerap atau campuran zat penjerap dan air secara merata di dalam
tabung. Kadang-kadang digunakan cakram kaca berpori yang melekat
pada dasar tabung untuk menyangga isinya. Tabung berbentuk silinder
dan terbuat dari kaca,
kecuali bila dalam monografi,
disebutkan
terbuat dari bahan lain. Sebuah tabung mengalir dengan diameter yang
lebih kecil untuk mengeluarkan cairan yang menyatu dengan tabung
atau disambung melalui suatu sambungan anti bocor pada ujung bawah
tabung utama. Ukuran kolom bervariasi, kolom yang umum digunakan
dalam analisis farmasi mempunyai diameter dalam antara 150 mm
hingga 400 mm, tidak termasuk tabung pengalir. Tabung pengalir,
umumnya berdiameter dalam antara 3 mm hingga 6 mm,
dapat
dilengkapi dengan sebuah kran untuk mengatur laju aliran pelarut yang
melalui kolom dengan teliti. Batang pemampat merupakan suatu
batang silinder, melekat kuat pada sebuah tangkai yang terbuat dari
plastik,
kaca,
baja tahan karat
atau aluminium,
kecuali bila
dinyatakan lain dalam monografi. Tangkai batang pemampat biasanya
mempunyai diameter yang lebih kecil dari kolom dan panjang minimal
5 cm melebihi panjang efektif kolom. Batang mempunyai diameter
lebih kurang 1 mm lebih kecil dari diameter dalam kolom (Departemen
Kesehatan,1995).
Zat penjerap atau fase diam yang digunakan bisa berupa
aluminium oksida yang telah diaktifkan, silika gel, tanah diatome
terkalsinasi, atau tanah silika yang dimurnikan dalam keadaan kering
atau dalam campuran dengan air, dimampatkan ke dalam tabung
kromatografi kaca atau kuarsa. Zat uji yang dilarutkan dalam sejumlah
kecil pelarut, dituangkan ke dalam kolom dan dibiarkan mengalir ke
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
dalam zat penjerap. Zat berkhasiat diadsorpsi dari larutan secara
kuantitatif oleh bahan penjerap berupa pita sempit pada permukaan
atas kolom. Dengan penambahan pelarut lebih lanjut melalui kolom,
oleh gaya gravitasi atau dengan memberikan tekanan, masing-masing
zat bergerak turun dalam kolom dengan kecepatan tertentu, sehingga
terjadi
pemisahan
dan
diperoleh
kromatogram
(Departemen
Kesehatan,1995).
2.5 Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan pengukuran suatu interaksi antara
radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia.
Teknik
yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi
spektrofotometri serapan ultraviolet, cahaya tampak, inframerah dan
serapan atom (Departemen Kesehatan,1995).
2.5.1 Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti (RMI)
Resonansi Magnetik Inti (RMI) atau Nuclear magnetic
resonance (NMR) adalah metode spektroskopi yang lebih penting
dibandingkan dengan IR. IR dapat memberikan informasi gugus fungsi
yang ada pada suatu senyawa, sedangkan NMR memberikan informasi
mengenai nomor atom. Kombinasi data dari IR dan NMR dapat
digunakan untuk menentukan struktur suatu molekul (Pavia,
et.al.,2001).
Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti (RMI) atau Nuclear
Magnetic Resonance (NMR) merupakan suatu metode untuk
mengidentifikasi struktur atom dari suatu molekul secara lebih
spesifik. Spektrofotometri NMR berhubungan dengan sifat magnet dari
berbagai inti dan juga untuk menentukan berbagai letak inti tersebut
dalam suatu molekul.
¹H NMR misalnya, dengan menggunakan
spektroskopi resonansi magnetik proton ini dapat diketahui
jenis
lingkungan atom hidrogen dan jumlahya pada atom karbon tetangga.
Spektroskopi yang sering digunakan adalah spektroskopi ¹H-NMR dan
¹³C-NMR karena atom hidrogen dan karbon selalu ada dalam setiap
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
molekul senyawa organik (Atta-ur-Rahman,1986 & Willard, et
al.,1948).
Instrumen NMR terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut :
a. Magnet
Merupakan
suatu
alat
tambahan
yang
berguna
untuk
menstabilkan medan magnet.
b. Probe sampel
Tempat meletakkan sampel dan tempat terjadinya resonansi.
c. Sumber dan detektor radiasi radioaktif
Merekam perubahan magnetisasi sampel dan peluruhannya yang
disebabkan oleh pengaruh waktu.
d. Rekorder data
Memberikan informasi berupa sinyal yang dikirim kesuatu
komputer untuk dìproses, diakumulasi lalu ditransformasikan
secara otomatis (Atta-ur-Rahman,1986).
Spektrum yang diperoleh dari rekorder berupa puncak-puncak
yang menunjukkan letak dan jumlah proton (bila ¹H-NMR dipakai).
Pelarut yang dipakai untuk melarutkan cuplikan yang diperiksa harus
murni dan bila pengukuran dilakukan dengan ¹H-NMR maka pelarut
yang dipakai adalah pelarut yang tidak mempunyai proton. Tabung
berisi cuplikan diputar dalam medan magnet selama pengukuran NMR
untuk menghomogenkan larutan (Hendayana, et.al.,1994).
2.5.2 Spektrofotometri Massa
Spektrofotometri massa mengkonversi molekul menjadi ion,
memilahnya berdasarkan rasio massa terhadap muatan (m/z) dan
menetapkan jumlah relatif dari setiap ion yang ada. Spekrometri massa
dapat menganalisa sampel yang berupa gas, cair atau padat. Sedikit
sampel dari zat dimasukkan kedalam bilik dengan vakum tinggi.
Ditempat ini sampel diuapkan dan terus menerus dibom dengan
elektron berenergi tinggi. Akibatnya elektron dikeluarkan dari molekul
M, menghasilkan radikal kation yang disebut ion molekular (molekular
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
ion) M+. Berkas ion ini kemudian melewati celah diantara kutub-kutub
magnet yang sangat kuat, yang membiaskan berkas tersebut. Besarnya
pembiasan bergantung pada massa ion. Berhubung M+ memiliki massa
yang pada dasarnya identik dengan massa molekul M, maka
spektrometer massa dapat digunakan untuk menentukan bobot
molekul. Seringkali spektum massa menunjukkan puncak dengan satu
atau dua satuan massa yang lebih tinggi dibandingkan bobot
molekulnya. Hal ini antara lain disebabkan karena isotop
13
C
mempunyai kelimpahan alami sekitar 1.1%. ini mengakibatkan
kenaikan puncak (M+1)+ pada senyawa karbon. Intensitas puncak ini
relatif terhadap puncak M+ sekitar 1.1% kali banyaknya karbon dalam
senyawa tersebut (Hart, 2003 & Pavia, 2001).
Jika energi elektron pengebom cukup tinggi, tidak hanya ion
induk yang teramati melainkan juga sejumlah fragmen yang disebut
ion anak. Artinya ion molekular asli pecah menjadi sejumlah fragmen
yang lebih kecil, beberapa diantaranya mengion dan terpilah
berdasarkan m/z oleh spectrometer. Contohnya, puncak tinggi dalam
spektrum massa dari methanol ialah puncak M+ -1 pada m/z = 31.
Puncak ini muncul karena lepasnya satu atom hydrogen dari ion
molekular. Ion anak ini dikenal sebagai formaldehid yang terprotonasi,
yaitu karbokation yang terstabilkan oleh resonansi. Spektrum massa
terdiri atas sederet sinyal dengan beragam intensitas pada rasio m/z
yang berbeda. Pada prakteknya, sebagian besar ion bermuatan 1 (z=1),
sehingga kita dapat dengan mudah memperoleh massanya yaitu m
(Hart, 2003).
2.6 Uji Toksisitas Letalitas Larva Udang : Brine shrimp Lethality Test
(BSLT)
Brine shrimp Lethaly Test (BSLT) pertama kali dikenalkan oleh
Michael, dkk pada tahun 1956. Metode pengujian ini didasarkan pada
bahan seyawa aktif dari tumbuhan yang bersifat toksik dan mampu
membunuh larva A. salina Leach serta dapat digunakan sebagai uji
pendahuluan aktivitas antikanker. (Meyer, et.al., 1982).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
Brine shrimp nauplii sebelumnya telah digunakan dalam beberapa
uji biologis. Metode ini dilakukan dengan mengujikan beberapa
konsentrasi suatu ekstrak natural produk, fraksi ataupun senyawa murni
kedalam vial yang berisi 5 mL air asin (air laut) dan 10 larva udang
A.salina. Uji toksisitas BSLT ini juga diketahui telah memberikan
korelasi
positif dengan toksisitas
9KB (human nasopharyngeal
carcinoma), dan pada tahun 1998, uji BSLT dilakukan dalam praskrining
enam jenis sel tumor solid pada manusia di Cell Culture Laboratory di
Purdue Cancer Center. Lebih dari 300 pestisida dan antitumor produk
alam telah diisolasi di Laboratorium Universitas Purdue dengan
menggunakan metode ini dalam tahapan praskrining. (McLaughlin,
et.al.,1998)
Keterangan gambar:
1. Mata nauplius
2. Antennula
3. Antenna
4. Calon thorachopoda
5. Saluran pencernaan
6. Mandibula
Gambar 2.6 Larva (nauplii) Artemia salina Leach
Berdasarkan taksonominya, Artemia diklasifikasikan sebai berikut:
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Crustaceae
Sub-Klas
: Branchiopoda
Ordo
: Anostraca
Famili
: Artrimidae
Genus
: Artemia
Species
: Artemia salina Leach
(Departemen Pertanian,1992)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
Metode BSLT merupakan suatu metode dengan menghitung
respons kematian 50% larva udang (LC50), dan mengkorelasikan jumlah
kematian larva udang dengan konsentrasi uji.
Tingkat toksisitas dari
ekstrak tumbuhan ataupun senyawa murni dapat ditentukan dengan
melihat nilai LC50 (lethal concentration). Tingkat toksisitas tersebut akan
memberi
makna terhadap potensial aktivitasnya sebagai antikanker
(Meyer dkk, 1982). Metode ini juga diketahui mempunyai kemampuan
dalam mendeteksi 14 diantara 24 ekstrak etanol spesies euporbiaceae yang
aktif terhadap uji 9-PS (sel leukemia in vitro pada tikus) pada penelitian
Meyer (1982), dan kemampuannya mendeteksi 5 diantara 6 senyawa yang
aktif terhadap sel uji karsinoma nasofaring pada penelitian Solis (1982),
serta banyak penelitian lain yang membuktikan bahwa BSLT dapat
memberikan korelasi yang baik terhadap uji tersebut. Selain itu, BSLT
juga memiliki beberapa keuntungan, antara lain pelaksanaannya
sederhana, waktu relatif cepat (24 jam),
tidak memerlukan peralatan
khusus, menggunakan sedikit sampel (kurang dari 2 – 20 mg), serta tidak
memerlukan serum hewan seperti pada metode sitotoksik lainnya
(Indiastuti Dianti Nur dkk, 2008 dan Mc Laughlin dkk, 1998).
Analisis probit
merupakan salah satu analisis regresi untuk
mengetahui hubungan konsentrasi respon (persentase kematian sel) agar
diperoleh persamaan garis lurus sehingga dapat digunakan untuk
menentukan harga LC50 dengan lebih akurat (Nurrochmad, 2001).
McLaughlin dkk (1998) menyatakan bahwa uji BSLT yang dilakukan
triplo pada setiap perlakuannya dan diamati setelah 24 jam yang kemudian
data yang diperoleh selanjutnya diproses dalam program analisis probit
dapat memberikan nilai LC50 yang secara statistik dapat memberikan
perbandingan potensi
yang signifikan hingga 95%. Harga LC50
menunjukan kadar yang diperlukan untuk memberikan kematian sel
sebesar 50% (Indiastuti. Danti Nur, 2008).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu
3.1.1
Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sintesa Organik,
Pusat Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PUSLIT
KIMIA-LIPI), Serpong, Tangerang Selatan.
3.1.2
Waktu
Penelitian ini berlangsung selama bulan April - Agustus 2013
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Spektrofotometer
¹H-NMR
(500
MHz,
JEOL),
spektrofotometer ¹³C-NMR (125 MHz, JEOL), spektrofotometer
LC-MS (Mariner Biospectrometry), vacuum rotary evaporator , oil
bath, lemari pendingin, oven, kromatografi
kolom, timbangan
analitik, penangas, statif, termometer, labu
reaksi, corong,
erlenmeyer, gelas piala, rak, tabung reaksi,
chamber KLT,
termometer, pipet eppendorf, mikropipet, pipet tetes, batang
pengaduk, pinset, pengaduk magnetik, kertas saring, kapas,
lempeng KLT, chamber, alumunium foil, lampu, lubang uji, botol.
3.2.2
Bahan
Senyawa metil sinamat yang merupakan hasil isolasi dari
rimpang lengkuas (Alpinia malaccensis)
dari Pusat Penelitian
Kimia Laboratorium Bahan Alam Pangan dan Farmasi (BAPF)
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan
Indonesia
(LIPI)
kawasan
PUSPIPTEK Serpong Tangerang Selatan, Natrium Hidroksida
(Sigma), asam klorida (Sigma), Oktilamin (E.Merck), 1,3
dicyclohexylcarbodiimide
(DCC)
(Sigma),
4-dimethylamino
pyridine (DMAP) (Sigma), silica gel MERCK KGaA mesh 70-230
(0,063–0,2 mm), telur udang (Artemia salina Leach), pelarut dan
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
bahan pembantu lain: natrium tiosulfat, DMSO, telur udang
(Artemia salina
Leach), kloroform (p.a), asam asetat anhidrat
(p.a), n-heksan, etil asetat, etanol, methanol, asam sulfat,
diklorometan, minyak goreng, akuades serta air laut yang diambil
dari laut Anyer (50 meter dari garis pantai).
3.3
Prosedur Kerja
3.3.1 Hidrolisis Metil Sinamat (Ernawati. Teni, et.al.,2012)
1. Membuat larutan NaOH sebanyak 36.99 g (925 mmol) dalam
600 mL etanol 95%.
2. Setelah larut sempurna, ditambahkan metil sinamat sebanyak
50g (308 mmol) sedikit demi sedikit sambil diaduk pada suhu
ruang.
3. Dilakukan pengecekan pada plat KLT setiap 15-30 menit
hingga pada menit ke-250 (4 jam 10 menit) tidak terlihat lagi
spot metil sinamat pada plat KLT.
4. Hasil reaksi difiltrasi untuk menghilangkan etanol yang tersisa.
5. Residu dicuci dengan akuades untuk menghilangkan garam
yang
terbentuk
sementara
filtrat
dinetralkan
dengan
menambahkan HCl encer hingga terbentuk endapan yang
selanjutnya difiltrasi kembali.
6. Filtrat yang diperoleh ditambahkan HCl encer dan difiltrasi
kembali. Penambahan HCl encer dan filtrasi diulangi hingga
tidak terbentuk endapan putih pada saat penambahan HCl encer
tersebut (hingga PH = 6).
7. Diperoleh residu berupa asam sinamat yang kemudian
dikeringkan dalam oven dengan suhu 500C selama 24 jam.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
3.3.2 Amidasi Asam Sinamat (dimodifikasi dari penelitian Husniati,
et.al., 2010)
1. Sebanyak 2 gram Asam sinamat (13.50 mmol) dimasukkan
kedalam labu reaksi.
2. Ditambahkan 2.7 mL Oktilamin (16.20 mmol), 10.80 mmol
katalis DCC (2.23g) serta DMAP (1.32g).
3. Direaksikan diatas oil bath dengan suhu refluks 600C dan
diaduk dengan pengaduk magnetik.
4. Dilakukan pengecekan pada plat KLT setiap 15-30 menit
hingga pada menit ke-300 (5 jam) tidak terlihat lagi spot metil
sinamat pada plat KLT.
5. Hasil reaksi yang terbentuk didinginkan pada suhu ruang dan
dilakukan
preparasi
untuk
pemurnian
dengan
kolom
kromatografi.
6. Dari hasil kolom yang belum murni diambil sampel sebanyak
200 mg untuk dimurnikan dengan KLT preparatif.
3.3.3 Uji Toksisitas metil sinamat, Asam Sinamat dan senyawa hasil
reaksi Amidasi dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality
Test) (McLaughlin, et al.,1998).
Penetasan A. salina Leach :
1. Disiapkan wadah untuk penetasan larva udang, yang
kemudian diberi sekat dan sebagian ditutup dengan
menggunakan alumunium foil.
2. Wadah yang sudah siap, diisi dengan air laut yang sudah
disaring terlebih dahulu.
3. Sebanyak 20 mg telur A. salina Leach dimasukkan pada
bagian wadah yang ditutup dengan alumunium foil, dan
diletakkan di bawah pencahayaan lampu dan dibiarkan
sampai 24 jam.
4. Larva (nauplii) A. salina Leach yang hidup akan bergerak
mengikuti cahaya lampu sehingga akan berpindah dari tempat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
yang tertutup alumunium foil ke bagian yang terbuka dan
terkena cahaya lampu.
5. Larva A. salina Leach yang hidup selanjutnya dipipet dan
dipindahkan kedalam gelas piala, dan dibiarkan lagi hingga
24 jam berikutnya dengan
tetap berada di bawah
pencahayaan lampu, hingga larva A. salina Leach berumur
48 jam.
Uji toksisitas terhadap larva A. salina Leach :
1. Sebanyak 10 ekor larva A. Salina Leach dimasukkan dalam
masing-masing lubang uji dengan menggunakan mikropipet
50 µL (pengambilan larva dilakukan dua kali sehingga
didalam lubang uji terdapat 10 ekor larva A.salina Leach
dalam100 µL air laut).
2. Ditambahkan larutan metil sinamat dan asam sinamat yang
sebelumnya dilarutkan dengan DMSO (10 µL) serta senyawa
murni hasil amidasi (N2) yang sebelumnya dilarutkan dengan
etil asetat (10 µL) pada masing-masing lubang uji dengan
konsentrasi larutan uji terdiri atas 50, 100, 200, 500, 1000
dan 2000 ppm. Masing-masing perlakuan dilakukan triplo.
3. Pengamatan dilakukan selama 24 jam dengan menghitung
jumlah larva yang mati dari total larva yang dimasukkan
dalam lubang uji.
4. Pengolahan data hasil pengamatan dilakukan dengan cara
analisis probit dari persen mortalitas kumulatif untuk
mendapatkan nilai lethal concentration pada 50% hewan uji
(LC50).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan modifikasi senyawa metil sinamat
melalui proses amidasi yang didahului dengan pelepasan gugus ester pada
metil sinamat dan menggantikannya dengan gugus karboksilat yang lebih
reaktif (reaksi hidrolisis metil sinamat). Senyawa murni hasil reaksi
tersebut selanjutnya diuji aktivitasnya dengan metode BSLT (Brine
Shrimp Lethality Test). Metil sinamat yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan senyawa murni yang sebelumnya telah diidentifikasi dan
dikarakterisasi di Pusat Penelitian Kimia Laboratorium Bahan Alam
Pangan dan Farmasi (BAPF) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan teknologi (PUSPIPTEK),
Serpong, Tangerang Selatan. Adapun hasil karakterisasi dapat dilihat pada
Lampiran 2.
4.1 Reaksi Hidrolisis Metil Sinamat
Proses
reaksi
hidrolisis
metil
sinamat
dilakukan
dengan
menggunakan NaOH sebagai hidrolating agent serta etanol 95% sebagai
pelarut. Reaksi dilakukan dengan terlebih dahulu melarutkan NaOH
sebanyak 925 mmol (36.99 g) dengan etanol 95% pada suhu ruang.
Penambahan metil sinamat sebanyak 308 mmol (50 g) dilakukan setelah
NaOH terlarut dalam etanol. Perbandingan antara NaOH dan metil sinamat
yang digunakan dalam reaksi ini adalah 3:1. Hal tersebut mengacu pada
jurnal penelitian yang telah dilakukan oleh Teni (2012) yang berhasil
mendapatkan rendemen hingga 85%. Namun pada penelitian ini, kristal
asam sinamat yang diperoleh adalah sebanayak 35.90 gram (240 mmol)
dengan rendemen sebesar 79% (perhitungan rendemen asam sinamat dapat
dilihat pada Lampiran 3).
Reaksi hidrolisis ini berlangsung selama 4 jam 10 menit (250
menit) dengan hasil senyawa murni berupa kristal asam sinamat berwarna
putih dengan bau aromatik yang khas. Deteksi awal hasil reaksi hidrolisa
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
dilakukan dengan identifikasi kualitatif menggunakan Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) dengan fase diam berupa silica gel serta eluen n-heksan dan
etil asetat dengan perbandingan 3:2. Dari hasil tersebut diperoleh nilai Rf
senyawa asam sinamat = 0.23 cm. Perbandingan hasil KLT maupun titik
leleh hasil reaksi hidrolisa dengan standar asam sinamat murni yang telah
ada menunjukkan bahwa hasil reaksi tersebut merupakan senyawa asam
sinamat murni. Hal tersebut juga didukung dengan hasil analisa
spektroskopi LC/MS (lampiran 5) serta NMR (lampiran 6 & 7).
Gambar 4.1 Hasil KLT Setelah Reaksi Hidrolisis (visualisasi UV λ=245 nm)
Gambar 4.2 Kristal Asam Sinamat
Gambar 4.3 Kristal Senyawa Induk
Hasil Hidrolisis
Metil Sinamat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23
Seperti yang telah dijelaskan
oleh Clayden (2000), reaksi
hidrolisis suatu ester dalam hal ini metil ester asam sinamat dengan suatu
katalis basa diawali dengan masuknya satu nukleofil berupa ion hidroksi
pada karbon karbonil yang mengakibatkan pecahnya ikatan π. Dimana
karbon yang pada awalnya terhibridisasi sp2 menjadi sp3. Hal ini akan
membuat oksigen menjadi bermuatan negatif. Setelah gugus metoksi
keluar, gugus karbonil kembali mengalami hibridisasi sp2. Proton pada
asam karboksilat lepas, membentuk metanol dengan ion metoksi,
meninggalkan asam yang bermuatan negatif. Skema reaksi dapat terlihat
sebagai berikut:
Gambar 4.4 Mekanisme Reaksi Hidrolisis Ester
4.2 Reaksi Amidasi Asam Sinamat
Selanjutnya, proses reaksi amidasi dilakukan dengan menggunakan
amidation agent berupa oktilamin (16.2 mmol) serta katalis DCC dan
DMAP masing-masing sebanyak 10.8 mmol. Pada reaksi modifikasi yang
dilakukan, senyawa DCC berfungsi sebagai aktifator gugus karboksilat
dimana gugus tersebut selanjutnya menjadi suatu agen pengasilasi yang
reaktif. Sementara DMAP merupakan senyawa yang memiliki efek
katalitik yang kuat dan digunakan sebagai katalis nukleofilik. Gugus
dimetil amino pada DMAP berfungsi sebagai subtituen donor elektron dan
memperbesar efek nukleofilitas. Penggunaan aktifator DCC dalam reaksi
amidasi
ini
menyebabkan
terbentuknya
senyawa
DCU
(n,n'-
dicyclohexylurea) sebagai produk samping dari reaksi tersebut.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
Gambar 4.5 Usulan Mekanisme Reaksi Amidasi
Reaksi berlangsung selama 5 jam dalam suhu refluks 600C dengan
hasil reaksi (crued) berupa padatan berwarna kuning cerah (gambar pada
lampiran 15). Identifikasi awal secara kualitatif dilakukan dengan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan fase gerak n-heksan dan etil
asetat 3:1. Dari hasil tersebut terlihat 3 spot yang berbeda masing-masing
merupakan senyawa N1, N2 dan N3.
Selanjutnya dilakukan pemisahan dengan kromatografi kolom.
Namun pemisahan dengan cara ini tidak efektif dimana senyawa yang
diperoleh tetap menyatu. Hal ini disebabkan karena tidak diperolehnya
kombinasi eluen yang cocok serta dimungkinkan adanya pengaruh dari
tingkat kemurnian pelarut yang digunakan sebagai eluen itu sendiri. Oleh
karenanya metode pemisahan kemudian diganti dengan menggunakan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
KLT preparatif dengan eluen n-heksan dan etil asetat 3:1. Dari ketiga
senyawa murni yang diperoleh (Senyawa N1, N2 dan N3) terdapat dua
spot senyawa yang serupa dengan senyawa pembanding yakni spot
senyawa N1 serupa dengan spot katalis DCC dan N3 dengan DCU. Spot
DCC tersebut dapat terlihat jelas setelah dilakukan penyemprotan dengan
H2SO4 dan pemanasan pada plat KLT.
Gambar 4.6 Hasil KLT Setelah Reaksi Amidasi (Crued)
(visualisasi UV λ 245 nm)
4:1
Gambar 4.7 Hasil KLT Setelah Pemisahan Dengan KLT Preparatif
(visualisasi UV λ 245 nm)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
Gambar 4.8 Hasil KLT Setelah Pemisahan Dengan KLT Preparatif
Dan Disemprot Dengan H2SO4
Jika dilihat dari bentuk spot tersebut dengan didukung oleh ciri-ciri
organoleptis, nilai titik leleh serta nilai Rf yang diperoleh maka dapat
diketahui bahwa N1 merupakan produk samping DCU dengan nilai Rf =
0.57 cm (pada eluen n-hexan : etil asetat = 4:1) dan titik leleh 233°C.
Sementara senyawa N3 diketahui merupakan senyawa DCC dengan nilai
Rf pada eluen n-hexan : etil asetat (4:1) = 0.43 cm dan titik leleh 35°C.
Oleh karenanya, senyawa N1 dan N3 dinyatakan sebagai produk samping
dari reaksi amidasi sehingga senyawa murni hasil amidasi yang dianalisa
lebih lanjut hanya senyawa N2 saja. Pada beberapa penelitian sebelumnya
telah banyak dijelaskan bahwa sebenarnya produk samping DCU dan
kelebihan DCC dapat dihilangkan melalui proses pencucian dengan
akuades (Husniati, 2010), namun pada penelitian ini tidak dilakukan
karena adanya kekhawatiran akan dampak negatif dari bau yang
ditimbulkan.
Senyawa murni hasil amidasi asam sinamat yang dihasilkan
(senyawa N2) berupa kristal berwarna putih dengan rendemen sebanyak
0.11 mmol atau hanya 13.65%. Hal tersebut mungkin saja terjadi akibat
beberapa faktor antara lain kurang optimalnya suhu yang digunakan pada
saat reaksi, serta tidak dilakukannya penambahan pelarut yang dapat
membantu memaksimalkan reaksi antara asam sinamat dan oktilamin.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
Kecilnya rendemen yang diperoleh juga diduga karena proses pemisahan
senyawa murni yang dilakukan dengan menggunakan metode KLT
preparatif, dimana pada proses ini dimungkinkan masih terdapat senyawa
murni yang tersisa pada silica gel tersebut terutama pada saat pengerikan
silica gel dari plat maupun pada saat penarikan senyawa dengan pelarut
yang sesuai dari silica gel yang telah dikerik tadi.
4.3 Analisa Senyawa Hasil Hidrolisis
Konfirmasi lebih lanjut terhadap struktur molekul produk yang
diperoleh dilakukan dengan menggunakan analisis spektrum 1H-NMR dan
13
1
C-NMR. Informasi pengukuran dari
H-NMR dapat memberikan
deskripsi mengenai bagian hidrokarbon molekul dari nilai pergeseran
kimia yang menunjukkan proton untuk masing-masing lingkungan kimia,
konstanta kopling (J) dan jumlah proton dari hasil integrasinya. Sementara
dari pengukuran
13
C-NMR dapat diketahui jenis karbon primer, sekunder,
tersier maupun kuartener (Akitt J.W, 1983).
Jika dibandingkan dengan senyawa induk metil sinamat, pada
spektrum metil sinamat (lampiran 2) terlihat adanya puncak singlet pada
δH = 3.86 dan δC = 51.92 ppm yang menunjukkan adanya gugus metil ester
(-COOCH3), namun sinyal/puncak singlet tersebut tidak terlihat pada
spektrum 1H-NMR asam sinamat. Hal tersebut menunjukkan bahwa gugus
metoksi pada senyawa metil sinamat telah lepas pada saat hidrolisis terjadi
dan digantikan dengan gugus karboksilat.
Tabel 1. Data Pergeseran Kimia Asam Sinamat
Pergeseran Kimia (δ, ppm)
Metil sinamat
Posisi
13
C-NMR
1
167.64
2
117,94
3
145,07
1
Asam sinamat
H-NMR
-
6,46 (d, 1H,
J=16,20 Hz)
7,68 (d, 1H,
J=16,20 Hz)
13
C-NMR
172.8
117.5
147.2
1
H-NMR
-
6.49 (d, 1H,
J = 15.60 Hz)
7.79 (d, 1H,
J = 16.20Hz)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
4
134,53
5
128,25
6
129,07
7
130,48
8
129,07
9
128,25
10
51,92
7,52 (d, 1H,
J=5,80 Hz)
7,38 (t, 1H,
J=5,80 Hz)
7,38 (t, 1H,
J=5,80 Hz)
7,38 (d, 1H,
J=5,80 Hz)
7,52 (d, 1H,
J=5,80 Hz)
3,86 (s, 3H)
134.2
128.6
129.1
7.57 (d, 1H,
J = 3.9 Hz)
7.42 (t, 1H,
J =5.20 Hz)
130.9
7.42 (t, 1H,
J =5.20 Hz)
129.1
7.42 (t, 1H,
J =5.20 Hz)
128.6
7.57 (d, 1H,
J = 3.9 Hz)
-
-
Pada tabel spektrum 1H-NMR asam sinamat diatas terlihat adanya
beberapa puncak pada pergeseran kimia didaerah δH = 7.42-7.57 ppm yang
mengindikasikan masih terdapatnya proton-proton dari senyawa aromatik.
Sementara gugus olefin (ikatan rangkap karbon) pada senyawa aromatik
ini dapat diketahui keberadaannya dengan melihat puncak yang muncul
pada δC =134.2 - 128.6 ppm. Sinyal doublet didaerah δH = 6.49 & 7.79
ppm dengan nilai konstanta kopling (J) 15.60 dan 16.20 Hz juga
menunjukkan masih terdapatnya gugus olefin dengan konfigurasi trans
antara posisi 2 dan 3. Posisi karbon dan proton hasil karakterisasi asam
sinamat dapat terlihat sebagai berikut:
Gambar 4.9 Struktur Molekul Senyawa Asam Sinamat
Hasil LC-MS memperlihatkan spektrum yang jelas pada 149.26
yang menunjukkan ion molekular [M+H] +. Dari hasil tersebut dapat
diketahui dengan pasti bahwa senyawa hasil reaksi hidrolisa ini merupakan
suatu asam sinamat yang memiliki rumus molekul C9H8O2 dengan massa
molekul relatif m/z = 148.26.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
4.4 Analisa Senyawa Hasil Amidasi
Dari hasil spektrum
13
C-NMR pada lampiran 9, terlihat adanya
sinyal pada pergeseran kimia 166.8 ppm yang mengindikasikan masih
terdapatnya atom karbon karbonil pada gugus ester unsaturated pada
senyawa N2 tersebut. Berbeda dengan sinyal yang nampak pada spektrum
13
C-NMR asam sinamat, puncak yang muncul pada senyawa N2 ini lebih
bergeser ke arah upfield.
Sama halnya dengan yang terdapat pada senyawa induk metil
sinamat maupun asam sinamat, proton ikatan rangkap (olefin) juga masih
terdapat pada posisi 2 dan 3 dari senyawa N2 ini (1H-NMR pada lampiran
10). Hal ini terlihat dengan adanya puncak doblet pada pergeseran kimia
(δH) = 6.48 dan 7.63 ppm dengan nilai konstanta kopling (J) keduanya
yakni 15.55 Hz. Suatu puncak dengan nilai konstanta kopling (J) 11 - 18
Hz dapat mengindikasikan bahwa proton tersebut memiliki konfigurasi
trans (Pavia et al, 2001). Sementara atom-atom karbon dari gugus
aromatik ditunjukkan dengan adanya sinyal pada δC = 127.9 -129.1 ppm.
Proton-proton dari senyawa aromatik ini juga terlihat pada daerah δH =
7.35 ppm dan 7.48 ppm. Dan karbon kuartener dari aromatik juga terlihat
dengan adanya sinyal pada δC = 135.2 ppm.
Pada pergeseran kimia (δH) 5.81 ppm terdapat sinyal yang khas
berupa puncak singlet dengan area dibawah puncak yang melebar. Puncak
ini diduga merupakan puncak dari proton pada gugus amida (-CONH-).
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Pavia et al (2001),
bahwa nilai pergeseran kimia proton yang terikat pada karbon di dekat
gugus amida memiliki nilai pergeseran kimia antara 5 - 9 ppm. Selain
lingkungan kimia sekitar proton tersebut, konsentrasi, temperatur dan
pelarut yang digunakan juga dapat mempengaruhi pergeseran kimia pada
spektrum yang diperoleh.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
Tabel 2. Data Pergeseran Kimia Senyawa N2
Pergeseran Kimia (δ, ppm)
Asam sinamat
Posisi
13
C-NMR
1
H-NMR
13
C-NMR
H-NMR
172.8
2
117.5 6.49 (d, 1H, J = 15.60 Hz) 120.2 6.42 (d, 1H, J = 15.55 Hz)
3
147.2
7.79 (d, 1H, J = 16.20Hz)
4
134.2
-
135.2
-
5
128.6
7.57 (d, 1H, J = 3.9 Hz)
127.9
7.48 (d, 1H, J = 1.30 Hz)
6
129.1
7.42 (t, 1H, J =5.20 Hz)
128.6
7.35 (m, 1H, J = 7.10 Hz)
7
130.9
7.42 (t, 1H, J =5.20 Hz)
129.1
7.35 (m, 1H, J = 7.10 Hz)
8
129.1
128.6
9
128.6
7.42 (t, 1H, J =5.20 Hz)
7.57 (d, 1H, J = 3.90 Hz)
127.9
7.35 (m, 1H, J = 7.10 Hz)
7.48 (d, 1H, J = 1.30 Hz)
-
-
-
5.81 (s, 1H)
1’
-
-
40.3
3.39 (q, 2H, J = 13.65 Hz)
2’
-
-
30.0
1.28 (m, 2H, J = 33.7 Hz)
3’
-
-
26.7
1.28 (m, 2H, J = 33.7 Hz)
4’
-
-
29.3
1.28 (m, 2H, J = 33.7 Hz)
5’
-
-
29.3
1.28 (m, 2H, J = 33.7Hz)
6’
-
-
31.9
1.28 (m, 2H, J = 33.7 Hz)
7’
-
-
22.7
1.56 (m, 2H, J = 7.10 Hz)
8’
-
-
14.1
0.87 (t, 3H, J = 7.10 Hz)
NH-
Sementara puncak
13
166.8
1
1
-
-
Senyawa N2
-
141.7 7.63 (d, 1H, J = 15.55 Hz)
C-NMR maupun 1H-NMR pada posisi 1’
hingga 8’ diindikasikan merupakan sinyal-sinyal dari proton dan karbon
suatu senyawa alifatik rantai panjang. Dimana atom karbon dari suatu
gugus metilen (-CH2-) akan muncul dengan puncak pada daerah δC sekitar
15 – 50 ppm. Proton dari rantai hidrokarbon ini muncul pada daerah δC
1.28 ppm dengan puncak multiplet yang mengindikasikan bahwa proton
tersebut dipengaruhi oleh proton-proton pada atom karbon di sekelilignya.
Puncak tersebut mewakili 10 proton dengan lingkungan kimia yang sama.
Sementara proton (2H) pada posisi 1’ terlihat pada puncak yang terdapat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
pada daerah δH 3.39 ppm. Puncak quartet ini mengindikasikan bahwa
proton pada posisi tersebut dipengaruhi oleh tiga proton pada atom karbon
tetangganya. Puncak tersebut mengalami dishelding (bergeser ke arah
downfield) kemungkinan disebabkan adanya pengaruh dari proton
didekatnya yang terikat pada gugus karbon amida (-CONH-). Biasanya,
sinyal dari proton-proton senyawa hidrokarbon tersebut akan muncul pada
daerah δH = 1.2 - 1.4 ppm. Sementara pada pergeseran kimia δH = 1.56
ppm terlihat adanya puncak multiplet yang mengindikasikan terdapatnya 2
proton yang dipengaruhi oleh tiga proton (3H) pada posisi 8’ serta dua
proton (2H) pada posisi 5’. Dan sinyal pada pergeseran kimia δH = 0.87
dengan puncak triplet mengindikasikan terdapatnya tiga proton (gugus
metil) yang overlapping dengan absorbsi proton pada atom C tetangganya.
Dari uraian tersebut, dapat diasumsikan bahwa struktur senyawa N2
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.10 Struktur Senyawa N2 (N-Oktil sinamamid)
Dari hasil uraian diatas maka dapat diasumsikan bahwa rumus
molekul senyawa ini adalah C17H25NO (n-oktil sinamamid). Penentuan
asumsi ini juga didasarkan pada hasil LC-MS (pada Lampiran 9) yang
memperlihatkan puncak ion molekular [M+H]+ = 260.39. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa senyawa N2 ini memiliki massa molekul
relatif Mr = 259.39. Perolehan massa molekul relatif yang ganjil juga
dapat memperkuat asumsi bahwa dalam senyawa ini hanya terdapat satu
atom N.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
4.5 Uji Toksisitas Dengan Metode BSLT
Uji aktivitas BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) dilakukan
terhadap senyawa hasil amidasi berupa n-oktil sinamamid serta senyawa
pembanding yakni metil sinamat dan asam sinamat. Dalam uji ini diamati
tingkat mortalitas udang yang disebabkan oleh senyawa uji selama 24 jam,
dimana senyawa yang aktif akan menghasilkan tingkat mortalitas yang
tinggi. Kemudian dari data tersebut ditentukan harga LC50 dengan
menggunakan analisis probit. Analisis probit merupakan salah satu analisis
regresi untuk mengetahui hubungan konsentrasi respon (persentase
kematian sel / % mortalitas) agar diperoleh persamaan garis lurus
sehingga dapat digunakan untuk menentukan harga LC50 dengan lebih
akurat (Nurrochmad, 2001). Harga LC50 menunjukan kadar yang
diperlukan untuk memberikan kematian sel sebesar 50%. Analisis probit
dilakukan dengan cara mencari linearitas antara log kadar senyawa dengan
persentase kematian (% mortalitas) tingkat mortalitas dihitung dengan
membandingkan antara jumlah larva yang mati dibagi dengan jumlah total
larva pada lubang uji masing-masing konsentrasi. Kemudian dibuat grafik
antara log konsentrasi terhadap % mortalitas sehingga diperoleh
persamaan regresi linear y= ax – b. Dengan memasukkan nilai y = 50,
maka didapatkan antilog kadar yang merupakan kadar senyawa yang
menyebabkan kematian larva sebesar 50% (LC50) (Marwati J.S, 2012).
Hasil pengamatan kematian udang Artemia salina Leach pada
senyawa metil sinamat, asam sinamat
dan turunan
senyawa yang
dihasilkan dari reaksi amidasi dapat dilihat pada lampiran 11, dimana
senyawa metil sinamat memiliki nilai LC50 240.99 ppm, senyawa asam
sinamat 333.49 ppm dan senyawa N2 (N-Oktylcinnamamide) 199.53 ppm.
Dengan mengacu pada konsep Dey & Harborne (1991) dan McLaughlin
dkk (1998) mengenai tingkat toksisitas suatu senyawa murni pada
pengujian dengan metode BSLT dimana senyawa dinyatakan sangat toksik
(sangat aktif) apabila memiliki LC50 < 30 ppm, toksik (aktif) apabila
memiliki LC50 30 – 200 ppm dan tidak toksik (tidak aktif) apabila
memiliki LC50 >200 ppm. Maka dengan nilai LC50 tersebut, senyawa N2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
(n-oktil sinamamid) dapat dikatakan toksik (aktif), sementara senyawa
metil sinamat dan asam sinamat dapat dikatakan tidak toksik (tidak aktif).
Berikut kurva perbandingan antara persen mortalitas dengan log
% Mortalitas
konsentrasi pada tingkat toksisitas senyawa-senyawa tersebut :
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
Senyawa N2
Metil sinamat
Asam Sinamat
0
2
4
Log Konsentrasi (K)
Gambar 4.11 Kurva Hasil Uji Toksisitas BSLT
Kurva
diatas
dapat
menunjukkan
bahwa
log
konsentrasi
berbanding lurus dengan persen mortalitas. Dengan kata lain, semakin
besar konsentrasi pada pengujian BSLT maka persen mortalitas hewan uji
semakin banyak. Secara kimia, aktivitas toksisitas metil sinamat dan
senyawa turunannya dapat dilihat dari strukturnya. Metil sinamat juga
asam sinamat memiliki gugus α, β karbonil tak jenuh, yaitu sebuah bagian
aktif yang sering digunakan dalam desain obat antikanker (Ahn, 1996).
Dan dengan dilakukannya modifikasi struktur metil sinamat melalui reaksi
amidasi ini, maka dengan adanya gugus amida dan ditambah dengan gugus
alifatik rantai panjang telah menunjukkan adanya peningkatan toksisitas
yang lebih tinggi jika dibandingkan senyawa induk metil sinamat maupun
asam sinamat. Dengan diperolehnya nilai toksisitas yang lebih tinggi pada
senyawa N2 (n-oktil sinamamid) memungkinkan senyawa turunan metil
sinamat ini untuk dianalisa lebih lanjut sebagai agen antikanker.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil modifikasi struktur metil sinamat melalui reaksi amidasi
dengan oktilamin sebagai senyawa pereaksi dan DCC (n,n'dicyclohexylurea) serta DMAP (dicyclohexylcarbodiimide) sebagai
katalisator menghasilkan senyawa murni turunan metil sinamat
berupa n-oktil sinamamid (C17H25NO) dengan produk samping
berupa DCU (4-dimethylaminopyridine).
2. Uji toksisitas senyawa metil sinamat, asam sinamat dan senyawa noktil sinamamid dengan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) menghasilkan nilai LC50 masing-masing 240.99 ppm
(tidak toksik/tidak aktif), 333.49 ppm (tidak toksik/tidak aktif) dan
199.53 ppm (toksik/aktif).
3. Senyawa hasil amidasi metil sinamat (n-oktil sinamamid) memiliki
aktivitas toksisitas yang lebih tinggi dibandingkan senyawa
induknya.
5.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai optimasi pelarut
pada uji toksisitas BSLT senyawa n-oktil sinamamida serta penelitian
yang lebih komprehensif
terkait optimasi reaksi dengan variasi
pereaksi, kondisi reaksi maupun waktu reaksi sehingga diperoleh
rendemen yang lebih tinggi. Perlu juga dilakukan penelitian mengenai
aktivitas antikanker terhadap n-oktil sinamamida tersebut sebagai
tindak lanjut dari penelitian ini.
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
DAFTAR PUSTAKA
Akitt J. W, 1983.An Introduction to The Fourier Transform-Multinuclear Era ;
2nd ed., Chapman & Hall Ltd., New York USA
Anonim. 2007. N-Octylamine: Technical Data Sheet. BASF ; The Chemical
Company: http://worldaccount.basf.com (diakses pada 1 maret 2013)
Anonim. 2010. Trans-Cinnamic Acid. http://www.chemicalbook.com (diakses
pada 4 maret 2013)
Anonim. Cinnamic Acid. http://www.chemspider.com (diakses pada 4 maret
2013)
Anonim. n.d. Octylamine. http://chemicalland21.com (diakses pada 1 maret
2013)
Anonim. n.d. Sintesis Amida. http://www.organic-chemistry.org (diakses pada
5 maret 2013)
Anonim.2008. Material Safety Data Sheet: Methyl Cinnamate, 98%.
https://fcimage.fishersci.com (diakses pada 18 februari 2013)
Anonim.2011. Methyl Cinnamate.
Atta-ur-Rahman. 1986. Nuclear Magnetíc Resonance. Springer-Verlag: New
York
Baltas. M., P. De dan F. Bedos-Belval.2011.Cinnamic Acid Dertivates as
Anticancer Agent-A Review. Current Medical Chemistry:1672-1703
BN,
Meyer., Ferrigni NR., Putnam JE., Jacobsen LB., Nichols DE
dan McLaughlin JL. 1982 Brine Shrimp: A Convenient General
Bioassay For Active Plant Constituens. West Lafayette: Plant Med:
45(5):31-4
Chasani, M. 2002. Sintesis Senyawa Turunan Kalanon dan Uji Aktivitas
Biologinya. [Tesis]. Program Pascasarjana Kimia. Universitas Indonesia:
Depok
Dae-Seop Shin, Jiin Kim, Dong Cho Han, Kwang-Hee Son, Chang Woo Lee,
Hwan-Mook Kim, Su Hyung dan Byoung-Mog Kwon.2007.Synthesis
and Biological Evaluation Of Cinnamyl Compound As Potent Antitumor
Agent. Bioorg. Med. Chem. Lett. Vol. 17 Hlm.5423-5427
Daniel, Pasaribu Subur P dan Sylvadara Devi Sandra. 2011. Sintesis N,N’Etana-1,2-Diylbis(2-Hidroksi Benzamida) Melalui Reaksi Amidasi Metil
Salisilat Dengan Etilendiamina. Mulawarman Scientifle Vol.10, No.2
ISSN 1412-498X
Departemen
Pertanian.1992.Pedoman Teknis
Pengembangan Hasil Perikanan:Jakarta.
Budaya
Pakan
Alami.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
Ernawati Teni, Eddy Tjoa, Lia Melawati, Puspita Dewi Lotulung dan LBS
Kardono. 2012. Synthesis of a Candidate Anti-Cancer Inhibitor
Compound:N,N-Diethylcinnamide. International Confrence Research and
Application On Traditional Complementary and Alternative Medicine In
Health Care: Surakarta
Gandjar Ibnu Gholib dan Abdul Rohman.2007.Kimia Farmasi Analisis.
Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Hariyati. 2010. Potensi Senyawa 2-Hidroksinikotinil Serin Metil Oktanoil Ester
dan 2-Hidroksinikotinil Oktilamida Sebagai Antikanker.[Tesis]. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor
Hart, Halord, Leslie E Craine, David J. Hart.2003.Kimia Organik. Erlangga:
Jakarta.
Hendayana. S., A. Kadarohrnan., AA. Sumarna dan A. Supriatna. 1994. Kimia
Analitik Instrumen. IKIP Semarang Press: Semarang.
Huang Qian-Sheng, Chun-Le Zhang, Hua Liang Li, Jiang-Xing Zhuang, JingJing Zhou, Wen-Gang Li, Yu-Jing Zhu and Qing-Xi Chen.2009.
Inhibitory Effects of Methyl Trans Cinnamate on Mushroom Tyrosinase
And Its Antimicrobial Activity. Journal of Agricultural and Food
Chemistry; ACS Publication: Washington DC
Husniati & Muhammad Hanafi.2010.Sintesis Senyawa Analog UK-3A dan
Pengaruhnya Terhadap Bioaktivitas In-Vitro Anti Kanker Leukemia P388. Teknologi Indonesia 33 (1) 2010: 27-31: LIPI Press
Indiastuti. Danti Nur., Sri Puraningsih., Yuani Setiawati dan Noor
Cholies.2008. Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan
Benalu Terhadap Larva Udang Artemia salina Leach. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia. Vol.6, No.2; page: 81-85 ISSN 1693-1831.
Jitareanu Alexandra, Gabriela Tataringa, Ana-Maria Zbancioc, Ursula
Stanescu.2011. Toxicity of Some Cinnamic Acid Derivatives to Common
Bean (Phaseolus vulgaris). Not Bot Horti Agrobo, 39(2):130-134.
Kardinan, A., Kusuma F., R. 2004. Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh
Alami. Agromedia pustaka : Jakarta.
M. Praveen., Radha K., Hari Kumar R., Padmaja V., Anne Mathew dan Ajith
Kumar P. 2012. Preliminary Phytochemical, Antimicrobial And Toxicity
Studies on Clerodendrum paniculatum Linn Leaves. Hygeta.J.D.Med.
vol.4(1)
Marlupi, Ujiatmi Dwi. 2007. Sintesis Senyawa Analog Uk-3a Dan Uji
Aktivitas Secara In Vitro Terhadap Sel Kanker Murine Leukemia P-388.
[Tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor :Bogor
Marwati. Dwi J.S.2012.Sintesis Senyawa Potensial Anti Kanker Turunan Metil
Sinamat. .[Tesis].Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Program Studi Ilmu Kimia: Depok
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
McLaughlin Jerry L., Lingling L. Rogers and Jon E. Anderson.1998. The Use
of Biological Assays to Evaluate Botanicals. Drug Information Journal,
Vol.32, pp.513-524
Milkova, Tsenka., Maya Spasova., Galya Ivanova., Stefan Phillpov., Lubomira
Nikolaeva-Glomb., Galina Radeva.2007. Synthesis and Biological
Aktivity of Cinnamic Acids Amides. Plenary Report; Faculty of
Mathematics & Natural Sciences : Bulgaria
Narasimhan, B. Belsare. D. Pharande D. Mourya V. dan Dhake A.2004.Esters,
Amides and Subtitued Derivates of Cinnamic Acid: Synthess,
Antimicrobial Activity and QSAR Investigations. European Journal of
Medicinal Chemistry. Vol.39. Hlm.119-125
Nurrochmad. A.2001. Sintesis Kurkumin, Bisdemetoksi Kurkumin,
Bisdemetoksidehidroksi Kurkumin dan Pentagamavunon-0 serta Uji
Ketoksikannya terhadap Sel Myeloma, dan Sel Mononuklear Normal
secara In Vitro.[Tesis] Program Pasca Sarjana UGM: Yogyakarta.
Pavia, Donald L., Lampman. Gary M dan Kriz. George S. 2001. Introduction
to Spectroscopy: A Guide for Students of Organic Chemistry. Thompson
Learning Inc: USA
Purwakusuma, Wahyu. 2007. Artemia salina
http://www.ofish.com (diakses pada 13 maret 2013)
(Brine
Shrimp).
Rajput, Ambersing P & Gore Rambhau P.2011. N-Acylation In Non-Aqueous
And Aqueous Medium-Method Of Amide Synthesis In Non-Peptide
Compounds. Scholars Researsh Library ; Der Pharma Chemica: ISSN
0975-413X
Ritmaleni., Dina Anitasari., Sinta Susanti., Rumiyati dan Sismindari.2011.
Sintesis dan Uji Sitotoksisitas Senyawa LR-2 pada Sel Kanker Payudara
T47D. Majalah Farmasi Indonesia: 22(1),21-32
Rouessac, Francis and Annick, Rouessac.2000.Chemical Analysis: Modern
Instrumentation Methods and Techniques. John Wiley & Sons Inc: USA
Sahidin et al. 2005. Cytotoxic Properties of Oligostilbenoids from the Tree
Barks of Hopea dryobalanoides. J Naturforsch 60: 723-727.
Sharma, Prateek.2011.Cinnamic Acid Derivates: A New Chapter of Various
Pharmacological Activities. Journal of Chemical and Pharmaceutical
Research 3(2):403-423 ISSN 0975-7384: India
Sidik, Rahmad Fajar.2007. Desain Dan Sintesis Amina Sekunder Rantai
Karbon Genap Dari Asam Karboksilat Rantai Panjang.[Tesis]. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian: Bogor
Siswandono, Soekardjo Bambang.
University Press: Surabaya
2000.
Kimia Medisinal.
Airlangga
Welch D.R, Harper D.E dan Yohem K.H.1993. U-77,863: a Novel Cinnamide
Isolated From Steptomyces Griseoluteus That Inhibits Cancer Invasion
And Metastatis. Clin. Exp. Metastatis:11,201-212
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
Lampiran 1. Prosedur Kerja
METIL SINAMAT
+ pd larutan NaOH (925 mmol)
dalam etanol 95% Diaduk pada suhu
ruang , selama 250”cek KLT 
difiltrasi:
hidrolisis
Filtrat:
Residu
+HCl encer 
mengendap  difiltrasi
berupa as.sinamat
dikeringkan dlm oven
ASAM SINAMAT
+ Oktil amin (13.5 mmol), DCC
& DMAP (10.8 mmol)dilarutkan
& distirer pada suhu 600C, selama 5
jamcek KLT  KLT Preparatif
Amidasi
SENYAWA HASIL REAKSI
AMIDASI
karakterisasi
N-OKTIL
SINAMAMID
N2
Uji toksisitas BSLT
Penetasan kista A. Salina larva
hidup + sampel dalam etil asetat &
air laut dalam lubang uji  inkubasi
(24 jam)  diamati  analisis data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
Lampiran 2. Hasil Identifikasi Senyawa Metil Sinamat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
(Lanjutan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
(Lanjutan)
Perbesaran Gambar Spektrum GC-MS Metil Sinamat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
(Lanjutan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
(Lanjutan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
(Lanjutan)
1
Perbesaran Gambar Spektrum H-NMR Metil Sinamat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
45
(Lanjutan)
13
Perbesaran Gambar Spektrum C-NMR Metil Sinamat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
(Lanjutan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
47
(Lanjutan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
Lampiran 3. Perhitungan Bahan dan Rendemen Hasil Hidrolisis
a. Metil Sinamat
 Terpakai
= 50 g ; BM : 162.19 g/mol
 Mol
=
=
= 0.308 mol ≈ 308 mmol
b. NaOH

Terpakai
= 3 x mol Metil Sinamat
= 3 x 0.308 mol
= 0.924 mol ≈ 925 mmol

Massa
= mol x BM
= 924 mmol x 40 g/mol
= 36.99 g
c. Rendemen Asam Sinamat
 Metil sinamat yang direaksikan
= 0.308 mol
 Asam sinamat yang diperoleh
= 35.9 g ; BM: 148.17 g/mol
= 0.24 mol
 Rendemen yang diperoleh
=
x 100%
= 78.66% ≈ 79%
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
Lampiran 4. Perhitungan Bahan dan Rendemen Hasil Amidasi
a. Asam Sinamat
 Terpakai
= 2 g ; BM : 148.17 g/mol
 Mol
=
=
= 0.0135 mol ≈ 13.5 mmol
b. Oktil Amin

Terpakai
= 1.2 ekivalen x mol Asam Sinamat
= 1.2 x 13.5 mmol
= 16.2 mmol ; BM: 129.2 ; : 0.782

Massa
= mol x BM
= 16.2 mmol x 129.2 g/mol
= 2.09 g

Volume
=
=
= 2.68 mL
c. DCC

Terpakai
= 0.8 ekivalen x mol Asam Sinamat
= 0.8 x 13.5 mmol
= 10.8 mmol ; BM: 206.33 g/mol

Massa
= mol x BM
= 10.8 mmol x 206.33 g/mol
= 2.23 g
d. DMAP

Terpakai
= 0.8 ek x mol Asam Sinamat
= 0.8 x 13.5 mmol
= 10.8 mmol ; BM: 122.17 g/mol

Massa
= mol x BM
= 10.8 mmol x 122.17 g/mol
= 1.32 g
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
e. Rendemen Hasil Amidasi

Sampel untuk preparatif

Senyawa murni yang diperoleh = 27.3 mg; BM : 259.39 g/mol

Mol seharusnya
= 200 mg
=
=
= 0.7710 mmol

Mol senyawa yang didapat
=
= 0.1052 mmol

Rendemen
=
x 100%
= 13.65%
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
Lampiran 5. Spektrum LCMS Senyawa Asam Sinamat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
Lampiran 6. Spektrum 1H-NMR Senyawa Asam Sinamat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
Lampiran 7. Spektrum 13C-NMR Senyawa Asam Sinamat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
54
Lampiran 8. Spektrum LC-MS Senyawa N2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
55
Lampiran 9. Spektrum 13C-NMR Senyawa N2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
56
Lampiran 10. Spektrum 1H-NMR Senyawa N2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
57
(Lanjutan)
1
Perbesaran Spektrum H-NMR Senyawa N2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
Lampiran 11. Hasil Pengamatan Uji Toksisitas dengan Metode BSLT
Hidup awal Hidup akhir Angka Angka Akumulasi Akumulasi Mortalitas
Mati Hidup
mati
hidup
(%)
1
2
3
1
2
3
LC-50
(ppm)
1.69
2
2.3
2.69
2.87
3
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
8
8
7
5
4
2
7
6
6
5
2
1
7
7
7
3
1
0
8
9
10
17
23
27
22
21
20
13
7
3
8
17
27
44
67
94
86
64
43
23
10
3
8.51
20.99
38.57
65.67
87.01
96.91
240,99
Asam
Sinamat
50
100
200
500
750
1000
1.69
2
2.3
2.69
2.87
3
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
9
8
6
4
0
9
9
7
6
4
0
9
8
7
5
3
1
2
4
8
13
19
29
28
26
22
17
11
1
2
6
14
27
46
75
105
77
51
29
12
1
1.87
7.23
21.54
48.21
79.31
98.68
333,43
n-oktil
sinamamid
50
100
200
500
1000
2000
1.7
2
2.3
2.7
3
3.3
11
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
7
6
8
1
1
0
6
6
8
2
0
1
8
8
7
1
1
0
10
10
7
26
28
29
21
20
23
4
2
1
10
20
27
53
81
110
71
50
30
7
3
1
12.35
28.57
47.37
88.33
96.43
99.10
199,53
Sampel
Konsentrasi
(K), ppm
Log K
Metil
Sinamat
50
100
200
500
750
1000
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
Lampiran 12. Kurva Hasil Uji Toksisitas dengan Metode BSLT
Metil Sinamat
120.00
% Mortalitas
100.00
y = 68.782x - 113.85
R² = 0.9783
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
0
1
2
3
4
2
3
Log Konsentrasi (K)
4
Log Konsentrasi (K)
Asam Sinamat
120.00
% Mortalitas
100.00
y = 73.142x - 134.56
R² = 0.9069
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
-20.00 0
1
N-Oktil Sinamamid
120.00
% Mortalitas
100.00
y = 59.958x - 87.87
R² = 0.9482
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
0
1
2
3
4
Log Konsentrasi (K)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 13. Dokumentasi
Kristal Metil Sinamat
Kristal Asam Sinamat Hasil Hidrolisa
Reaksi Amidasi
Hasil Reaksi Amidasi
Kristal Senyawa N2
Proses Pemurnian
Dengan Kromatografi Kolom
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
61
(Lanjutan)
Dokumentasi Uji toksisitas BSLT
Penetasan Larva Udang
Artemia Salina Leach
Inkubasi selama 24 jam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Download